You are on page 1of 13

JURNAL ILMIAH ILMU AGAMA DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

MAKNA RITUAL PARUMAN BARONG DI PURA


LUHUR NATAR SARI, DESA APUAN, KABUPATEN
TABANAN
I Nyoman Bontot 1
Fakultas Dharma Duta,
Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Abstract Piodalan ageng ritual in Luhur Natar Sari Temple, its implementation
is slightly different from the other temples in general in Bali. A long and
complex ritual, beginning with ngelawang ritual to three regencies in Bali,
melasti, at the time of the peak of the ritual was attended by dozens of
barong and thousands of pemedek. The implementation takes a lot of
time, energy and not a small amount for the pemedek involved in the
piodalan ageng series. This research proposes three problems, namely the
ideology of barong meeting ritual, the form of the barong meeting ritual,
and the meaning of barong meeting ritual. The problem is examined with
eclectic theory, structuration theory, religious theory, and practical theory.
The presence of dozens of barong and thousands of pemedek on
piodalan ageng in Luhur Natar Sari Temple, motivated by the existence of
three ideologies, namely theological ideology, political ideology, and
economic ideology. The form of barong meeting ritual in the sublime Luhur
Natar Sari Temple is a series of nangiang Tapakan Ida Bhatara Sakti
ceremonies, chanting to jaba kuta for 42 days, bhatara tedun kabeh or
barong meeting, penganyaran, barong dance, and closing ceremonies.
The meaning of barong meeting ritual in Luhur Natar Sari Temple is a
recitation in accordance with history, withnessing the people up close,
pasupati begging for taksu, pujawali, and meeting in noetic terms.

Keywords Ideology, Ritual, Barong meeting.

PENDAHULUAN
Upacara piodalan di Pura Luhur Natar setiap enam bulan kalender Bali (210 hari)
Sari, Desa Adat Apuan, Kecamatan Baturiti, sekali. Sesuai dengan tradisi, piodalan ageng
Kabupaten Tabanan, dilaksanakan pada dilaksanakan setiap satu tahun sekali yang
Saniscara Kliwon (Tumpek) Wuku Krulut, diselingi piodalan alit. Prosesi odalan ageng

1
inyoman.bontot@gmail.com
19
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 |2020
diawali dengan prosesi pangunyan tapakan ngiring Tapakan Ida Bhatara Sakti lunga
Ida Bhatara Sakti kairing menuju ke desa- ngelawang selama 42 hari bisa dilalui pada
desa dan pura yang ada kaitan di Kabupaten musim kemarau maupun musim penghujan.
Tabanan, Badung, dan Gianyar, selama 42 Pelungan Tapakan Ida Bhatara Sakti pada
hari dimulai pada Hari Raya Galungan hingga musim kemarau, menyebabkan para
hari Buda Pahing Krulut, dan diakhiri dengan pengiring kepanasan menempuh perjalanan
prosesi malasti di Pantai Batu Bolong, Desa antara desa yang satu dengan desa lainnya
Canggu, Kabupaten Badung. Pada prosesi yang cukup jauh. Jika prosesi pengunyan
pangunyan, Tapakan Ida Bhatara Sakti berbarengan dengan musim penghujan,
simpang (mampir) ke Pura Mrajan Agung para pengiring akan kehujanan selama
Puri Marga dan Mrajan Agung Puri Mengwi. dalam perjalanan berjalan kaki yang cukup
Puncak piodalan ageng dihadiri oleh jauh. Seperti menempuh perjalanan dari
puluhan Tapakan Ratu Gede (barong) dari Desa Riang Darma di Kecamatan Penebel
Kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar, menuju Pura Puser Tasik, Desa Marga di
Bangli, dan Jemberana, serta ribuan Kabupaten Tabanan yang berjarak sekitar 10
pamedek dari seluruh Bali. Ada perbedaan KM) tanpa berhenti. Demikian juga
prosesi pada piodalan ageng di Pura Luhur perjalanan dari Pura Puseh, Banjar Sema,
Natar Sari dengan piodalan di pura lain pada Desa Payangan menuju Pura Luhur Gunung
umumnya. Pada puncak piodalan ageng di Lebah (Pura Campuhan) Desa Ubud di
Pura Luhur Natar Sari, seluruh Tapakan Ida Kabupaten Gianyar yang berjarak sekitar 12
Bhatara napak pertiwi (Bhatara tedun KM. Namun, para pengiring Tapakan Ida
kabeh), sedangkan di pura lain umumnya Bhatara Sakti Pura Luhur Natar Sari tetap
melinggih di Bale Papelik/Bale Paruman. antusias dan ikhlas ngiring Ida Bhatara
Kehadiran puluhan barong dengan prosesi selama prosesi pelungan, baik pada musim
Bhatara tedun kabeh di Pura Luhur Natar kemarau maupun musim hujan (Bontot,
Sari dikenal sebagai ritual paruman barong 2014).
(Sudarsana dan Widarsana, 2009; Bontot, Hal yang sama juga dijalani oleh para
2014). penyungsung dan pengiring Tapakan Ratu
Prosesi ngelawang Tapakan Ida Bhatara Gede (barong) dan Tapakan Ratu Ayu/Mas
Sakti Pura Luhur Natar Sari menuju pura dan (Rangda). Semuanya antusias dan ikhlas
desa-desa yang ada di tiga kabupaten di Bali nyangre (menyambut) kerauhan
selama 42 hari, menyita waktu, pengiring, (kedatangan) Ida Bhatara Sakti beserta para
dan perjalanan yang panjang. Perjalanan pengiring di lingkungan desa masing-masing.

20
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 | 2020
Demikian juga, ikhlas dan antusias ngiring beberapa Tapakan Ratu Gede yang datang
Tapakan Ratu Gede masing-masing lunga paling akhir belum mendapatkan tempat
(berkunjung) ke Pura Luhur Natar Sari pada melinggih, karena keterbatasan tempat dan
saat piodalan ageng. Walaupun jarak yang banyaknya Tapakan Ratu Gede yang rauh
ditempuh cukup jauh. Seperti dari saat puncak piodalan ageng, para pengiring
Kabupaten Jemberana, Kabupaten Bangli, dengan tulus ikhlas menata kembali dengan
Kabupaten Gianyar, Kabupaten Badung, dan cara merapatkan linggih sesuhunan.
Kabupaten Tabanan menuju Pura Luhur Pada saat piodalan ageng di Pura
Natar Sari di Desa Apuan, Kecamatan Luhur Natar Sari berlangsung, selain
Baturiti. pengiring barong, hadir pula para tokoh.
Selama berlangsungnya piodalan Baik para tokoh politik, tokoh/penglingsir
ageng di Pura Luhur Natar Sari, seluruh puri, tokoh masyarakat, seniman, maupun
pengiring Tapakan Ratu Gede dari lima pejabat publik seperti Camat, Bupati,
kabupaten di Bali larut dalam kebersamaan Gubernur, dan lain-lain. Para tokoh-tokoh
dengan Krama Desa Apuan sebagai tuan tersebut seolah-olah berlomba-lomba hadir
rumah. Para pengiring barong yang jarak di Pura Luhur Natar Sari menebar pesona
desanya cukup jauh dari Apuan, seperti dari atau sekedar menampilkan diri sambil
Kabupaten Jemberana, Kabupaten Bangli, maturan punia (menyumbang) (Bontot,
Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Badung 2014).
diberikan tempat di rumah warga sekitar Para pedagang seperti pedagang
pura untuk menginap, mandi, dan berganti makanan, pakaian, aksesoris, bahkan
pakaian selama Tapakan Ratu Gede tanaman, dan hewan juga tidak ketinggalan
mererepan (menginap) di Pura Luhur Natar meramaikan areal sekitar Pura Luhur Natar
Sari. Sari. Banyaknya para pengiring barong dan
Hubungan kekerabatan antara para pemedek yang hadir saat piodalan
pengiring barong yang satu dengan lainnya ageng, menjadi ajang bagi para pedagang
juga dengan Krama Desa Apuan sangat akrab untuk mengadu peruntungan di Pura Luhur
seperti hubungan saudara. Padahal mereka Natar Sari selama berlangsungnya odalan
berasal dari berbagai keluarga dengan sor- ageng. Berdasarkan hasil survei, selama
singgih (kasta) yang berbeda-beda. Tingkat berlangsungnya piodalan ageng Tahun 2019,
toleransi masing-masing pengiring barong ada sekitar Rp. 900.000.000,00 uang beredar
selama berada di Pura Luhur Natar Sari dari para pedagang yang berjumlah 120
sangat tinggi. Hal tersebut terlihat ketika lapak (25 lapak milik pedagang dari Bali

21
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 |2020
termasuk dari Desa Apuan dan 95 lapak milik Desa Apuan dan Pura Pucak Kembar, Desa
pedagang yang berasal dari luar Bali) (Bontot Adat Pacung, Baturiti, mengandung makna
dan Marsono, 2019). yang bersifat multilapis yang meliputi makna
Berdasarkan uraian pada latar belakang di religius-magis, sosial, politik, estetik, dan
atas, penelitian ini mengajukan tiga ekonomi. Wijaya (2012), penelitian dengan
permasalahan, yaitu (1) ideologi apakah judul “Manajemen Karya Agung Panca
yang terkandung di balik ritual paruman Balikrama di Pura Besakih dan Implikasinya
barong di Pura Luhur Natar Sari? (2) Terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi
bagaimanakah bentuk ritual paruman Masyarakat Besakih Kabupaten Karangasem
barong di Pura Luhur Natar Sari? dan (3) Provinsi Bali” menyatakan bahwa : (1) Karya
apakah makna ritual paruman barong di Agung Panca Balikrama di Pura Besakih
Pura Luhur Natar Sari bagi umat Hindu di dilaksanakan secara berkesinambungan atas
Bali? dasar pertimbangan filosofis, historis,
teologis, psikologis, dan sosiologis; (2)
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, dan LANDASAN Manajemen Karya Agung Panca Balikrama
TEORI di Pura Besakih dibangun menggunakan
Beberapa hasil penelitian terdahulu manajemen sinergi, yaitu perpaduan antara
yang dijadikan acuan dalam penelitian ini manajemen tradisional dengan manajemen
diantaranya : Sukarsa (2005), penelitian yang modern, disebut Manajemen Sinergi Karya
berjudul “Pengaruh Pendapatan Keluarga (disingkat MANSEKAR). dan Bontot (2014),
dan Pemahaman Agama Terhadap disertasi yang berjudul “Paruman Barong
Pengeluaran Konsumsi Ritual Masyarakat Pada Piodalan Ageng di Pura Luhur Natar
Hindu di Bali Ditinjau dari Berbagai Dimensi Sari, Desa Pakraman Apuan, Kecamatan
Waktu” menyatakan bahwa banyak atau Baturiti, Kabupaten Tabanan” menyatakan
sedikitnya pendapatan sementara yang bahwa hadirnya puluhan barong dan ribuan
diperoleh keluarga akan memengaruhi besar pamedek pada piodalan ageng di Pura Luhur
kecilnya pengeluaran upacara di Bali. Dana Natar Sari karena adanya ideologi di balik
(2008), penelitian yang berjudul “Paruman ritual paruman barong, yaitu ideologi
Barong di Pura Pucak Padang Dawa Baturiti teologis (Ketuhanan), ideologi politik, dan
Tabanan : Perspektif Kajian Budaya” ideologi ekonomi, yang merupakan distribusi
menyimpulkan bahwa paruman barong di kekuasaan dari dimensi sosial budaya,
Pura Pucak Padang Dawa, sebagaimana dimensi politik, dan dimensi ekonomi.
halnya paruman barong di Pura Natar Sari Mengetengahkan konsep ideologi (ide-ide,

22
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 | 2020
gagasan, dan kepercayaan yang sifatnya habitus yang memadai akan menguasai
sistematis sesuai dengan tujuan yang ingin arena dan memenangkan pertarungan sosial
dicapai dalam ritual paruman barong), ritual (Fashri, 2007:101).
(upacara yang dilaksanakana secara berkala,
berulang sesuai dengan tradisi), dan METODE PENELITIAN
paruman barong (berkumpulnya puluhan Penelitian tentang paruman barong
barong di Pura Luhur Natar Sari menghadiri pada di Pura Luhur Natar Sari, Desa Apuan,
odalan ageng yang bertujuan untuk nunas Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan
pasupati dalam rangka odalan taksu bagi adalah penelitian studi kasus yang
tapakan barong dan rangda, katuran merupakan jenis penelitiam kualitatif,
pujawali, dan paruman/rapat secara didukung oleh data kualitatif yang
niskala). Permasalahan dikaji menggunakan bersumber dari data primer dan data
teori secara eklektik, yaitu Teori Strukturasi sekunder, menggunakan pendekatan
Anthony Giddens, bahwa praktik sosial yang sosiologis. Penelitian dilakukan di Desa Adat
berulang dan terpola dalam lintas ruang dan Apuan Kecamatan Baturiti Kabupaten
waktu, menekankan hubungan antara Tabanan, lokasi Pura Luhur Natar Sari, dan di
struktur dan pelaku (agen), hubungan antara beberapa lokasi yang berkaitan dengan Pura
struktur dan pelaku ini dikenal sebagai teori Luhur Natar Sari.
strukturasi yang diartikan sebagai proses Instrumen atau alat penelitian yang
terbentuknya sebuah struktur (Basrowi dan digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
Soenyono, 2004:120-121); Teori Religi J.G. peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2012:305).
Fraser, masalah-masalah yang tidak dapat Informan ditentukan menggunakan teknik
pecahkan manusia dengan system dan akal, purposive sampling, yang dikombinasikan
kemudian dipecahkan dengan magis dan dengan teknik snowball sampling.
ilmu gaib, sebagaimana wabah pandemik Pengumpulan data menggunakan teknik
(gerubug) yang melanda masyarakat di observasi berperan serta (participant
wilayah Kerajaan Marga dan Mengwi pada observation), wawancara mendalam, dan
jaman dahulu, diselesaikan dengan ngiring studi dokumentasi.
Tapakan Ida Bhatara Sakti ngelawang Analisis data dilakukan dengan
selama wabah pandemik berlangsung metode kualitatif. Analisis data kualitatif
(Koentjaraningrat, 2010); dan Teori Praktik dilakukan dengan metode interpretasi atau
dari Pierre Bourdieu, menyatakan bahwa mengungkapkan, menerangkan,
seseorang yang menguasai kapital dengan menerjemahkan hal-hal yang terselubung

23
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 |2020
dalam bahasa atau simbol, sehingga makna (creation, to birth), ditandai dengan
yang terkandung dalam objek penelitian kehadiran Tapakan Ratu Gede/Ratu
dapat dipahami oleh manusia Ayu/Mas nunas pasupati (kekuatan) di Pura
(Poespoprodjo, 1987:192). Luhur Natar Sari; (2) Dewi Maha Laksmi
berfungsi sebagai pemelihara (preservation,
HASIL PENELITIAN to nourish) dengan menganugerahkan
Berdasarkan kajian yang dilakukan, kesejahteraan kepada umat Hindu, ditandai
maka hasil penelitian tentang paruman dengan mempersembahkan pala bija, pala
barong di Pura Luhur Natar Sari, Desa Apuan, bungkah, dan pala gantung ketika Ida
Kabupaten Tabanan berdasarkan tiga Bhatara Sakti ngunya yang kemudian
permasalahan yang diajukan, dapat ditunas (dimohonkan); dan (3) Dewi Maha
dirumuskan sebagai berikut : Kali berfungsi sebagai pelindung
Pertama, ritual paruman barong di (destruction, to protect) ditandai seringnya
Pura Luhur Natar Sari dilatar belakangi oleh Tapakan Ida Bhatara Sakti dimohon untuk
ideologi, yaitu ideologi teologis (Ketuhanan), ngelawang di desa-desa yang tertimpa
ideologi politik, dan ideologi ekonomi, yang bencana wabah penyakit (grubug).
merupakan distribusi kekuasaan, yaitu Pemujaan Durga Dewi dengan tiga
dimensi sosial budaya, politik, dan ekonomi. manifestasi dan fungsi tersebut menjadikan
Tiga dimensi tersebut merupakan pilar Pura Luhur Natar Sari sebagai tempat nunas
kekuasaan, yaitu dimensi sosial budaya pasupati bagi tapakan barong, dan
(tadisi, religius) dari distribusi kekuasaan memohon kesejahteraan dan
dengan pilarnya rakyat/masyarakat sipil karahayuan/perlindungan bagi umat Hindu.
(civil society), dimensi politik dari dimensi Hal tersebut menyebabkan puluhan tapakan
kekuasaan dengan pilarnya negara (state), barong dan ribuan umat Hindu hadir pada
dan dimensi ekonomi dari dimensi setiap piodalan ageng di Pura Luhur Natar
kekuasaan dengan pilarnya pasar (market). Sari.
Kajian pada ideologi teologis Kajian pada ideologi politik
berdasarkan simbol-simbol pemujaan yang menyimpulkan kehadiran ribuan pamedek
ada di Pura Luhur Natar Sari ditujukan secara berkala di Pura Luhur Natar Sari dapat
kepada Durga Dewi, Sakti Tuhan, ibu alam memudahkan penguasa (khususnya Puri
semesta, dengan tiga manifestasi Marga) melakukan penataan dan
(Chinmayananda, 1994), yaitu (1) Dewi mengontrol rakyatnya. Berdasarkan hasil
Maha Saraswati berfungsi sebagai pencipta penelusuran sejarah Tapakan Ida Bhatara

24
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 | 2020
Sakti yang distanakan di Pura Puseh Desa kapital (simbolik, kultural, sosial, dan
Adat Apuan – Jelantik, yang kemudian ekonomi) dengan habitus (menjadi
mendirikan Pura Luhur Natar Sari, sepertinya rutin/ritual) di Pura Luhur Natar Sari (juga di
berlatang belakang politik pada era Kerajaan Pura Luhur Pucak Padang Dawa) akan dapat
Marga (Bontot, 2014). menguasai arena pertarungan (sosial)
Kajian pada ideologi ekonomi, melalui kehadiran banyak barong dan umat
mengacu pada upacara-upacara besar ke pura tersebut.
secara berkala (ritual redistributif) yang Kedua, bentuk prosesi upacara
dilaksanakan di Bali secara bergantian, piodalan ageng di Pura Luhur Natar Sari
dimanfaatkan sebagai salah satu arus terbagi dalam beberapa tahapan, diawali
perdagangan pada era kerajaan Bali (Geertz, dengan nangiang tapakan Ida Bhatara Sakti,
2000). Piodalan ageng yang membutuhkan pangunyan ke jaba kuta di tiga kabupaten
sarana-prasarana besar dan kehadiran (Tabanan, Badung, dan Gianyar) selama 42
ribuan pamedek menjadi peluang usaha bagi hari yang diakhiri dengan prosesi malasti ke
para pedagang. Bahkan, saat pantai Pura Batubolong, puncak karya yaitu
berlangsungnya piodalan ageng di Pura prosesi Bhatara tedun kabeh (paruman
Luhur Natar Sari pada ruang yang paling suci barong) yang dihadiri oleh Tapakan Ratu
sekalipun (paruman panjang uttama Gede yang berasal dari lima kabupaten di
mandala linggih Ida Bhatara) bisa terjadi Bali dengan upacara Panyegjeg Bhuwana,
transaski antara penyungsung Tapakan Ratu kemudian prosesi panyejeran yang dirangkai
Gede (barong) dengan undagi (tukang) dengan wali sasolahan Tapakan Ratu Gede
dalam memperbaiki (ngaponin) tapakan. (barong) yang diawali/dibuka (ngendag)
Pemanfaatan upacara sebagai arus oleh Tapakan Ratu Gede dari Pura Desa,
perdagangan dalam ekonomi makro dikenal Desa Adat Baru, Tabanan dan penutup karya
sebagai konsumsi dalam negeri (Sukirno, yang ditandai dengan prosesi nyimpen
2007). Tapakan Ida Bhatara Sakti Pura Luhur Natar
Kajian ketiga ideologi (teologi, politik, Sari dan didahului nyineb (menutup) wali
dan ekonomi) pada ritual paruman barong sasolahan oleh Tapakan Ratu Gede dari Pura
tersebut, sesuai dengan Teori Praktik dari Dalem Kediri, Desa Sading, Kabupaten
Pierre Boudieu. Untuk dapat memenangkan Badung. Prosesi puncak karya di Pura Luhur
pertarungan sosial, sebagaimana dinamika Natar Sari berbeda dengan prosesi puncak
kerajaan-kerajaan di Bali ketika itu, maka karya di pura lainnya di Bali. Jika pada
Kerajaan (Puri) Marga harus menguasai umumnya puncak karya (katuran pujawali)

25
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 |2020
seluruh pralingga Ida Bhatara melinggih di Segara Batubolong bertujuan ngamet
Bale Papelik, maka di Pura Luhur Natar Sari tirtha amertha ri telengin segara.
seluruh pralingga Ida Bhatara termasuk Dudonan puncak karya dilaksanakan
Tapakan Ratu Gede (barong) berdiri di prosesi Bhatara tedun kabeh, berbeda
pelataran pura (tedun kabeh) membentuk dengan pucak karya di pura lainnya,
lingkaran mengelilingi upakara Penyegjeg seluruh tapakan ngadeg ring
Buwana. Prosesi tersebut menyerupai penataran mengelilingi upakara
formasi rapat (meeting), sehingga disebut penyegjeg bhuwana pada tengah
paruman barong. malam. Ada tiga proses upacara yang
Terwujudnya prosesi ritual seperti berlangsung dalam prosesi Bhatara
ngelawang dan paruman niskala tersebut di tedun kabeh. Pertama, sinarengan
atas, tidak terlepas dari kepercayaan umat nunas pasupati (taksu) karena
Hindu di wilayah Kerajaan Marga dan bersamaan dengan hari Tumpek Krulut
Kerajaan Mengwi pada jaman dahulu yang yaitu hari turunnya taksu untuk
dianggap mampu menetralisir sasab mrana tapakan barong, rangda, topeng, dan
(grubug) seperti mewabahnya penyakit lain-lain. Kedua, sinarengan katuran
kolera ketika itu. Hal tersebut sesuai dengan pujawali. Dan ketiga, Ida Bhatara
Teori Religi yang diungkapkan oleh J.G. sami sangkep, maosang indik
Frazer. Bahwa Tapakan Ida Bhatara Sakti kerahayuan jagat soang-soang. Pada
Pura Luhur Natar Sari mampu secara gaib saat prosesi Bhatara tedun kabeh,
menyihir pandemik virus kolera yang sedang masing-masing sesuhunan katunasin
mewabah di desa-desa, seperti Desa Petiga, tirtha pemuput karya selain tirtha sane
Desa Belayu, Desa Kuwum Ancak, dan katunas ring kahyangan jagat ring
masalah lainnya pada saat itu. Bali. Seluruh tirtha tersebut digabung
Ketiga, Mangku Gede Pura Luhur jadi satu. Kemudian, tirtha punika
Natar Sari, Jro Mangku Ketut Mastrum, ketunas oleh para pemedek untuk
dalam wawancara pada tanggal 27 Juli 2019, kerahayuan jagat”.
menyatakan : Berdasarkan uraian Jro Mangku Gede
“Tujuan dari prosesi Pura Luhur Natar Sari di atas, maka makna
melancaran/ngunya adalah nyuryanin dari ritual paruman barong di Pura Luhur
panjak Ida Bhatara, napak tilas Natar Sari, dapat diuraikan sebagai berikut :
pemargin tapakan sebelum melinggih a. Prosesi pengunyan memiliki
di Pucak Padang Dawa. Melasti ke beberapa makna, yaitu : (1) Napak

26
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 | 2020
tilas dari perjalanan suci Ida Ratu (umat) dan menganugerahkan
Sakti dan Sira Arya Sentong. keselamatan. Prosesi
Tempat-tempat Ida Ratu Sakti dan pangunyan/malancaran, juga
Sira Arya Sentong bertapa, sekarang bermakna bahwa Ida Bhatara
sudah menjadi pura. Pura-pura memperhatikan dari dekat
itulah yang dikunjungi saat prosesi kesejahteraan panjak (umat) beliau;
pangunyan/malancaran; (2) Napak (4) Ngalawang, yaitu terkait dengan
tilas perjalanan Tapakan Ida Bhatara ajaran Lontar Barong Swari; dan (5)
Sakti (Bontot, 2014). Sesuai dengan sebagai pengganti prosesi upacara
buku Purana Pura Luhur Natar Sari nanggluk merana yang biasanya
bahwa Tapakan Ida Bhatara Sakti dilaksanakan pada sasih kaenem
sebelum malinggih di Pura Luhur (sekitar bulan
Natar Sari pernah malinggih di November/Desember).
beberapa pura seperti Pura Dalem b. Prosesi melasti bermakna penyucian
Abiansemal, Pura Dalem Peed, Pura (pembersihan) dan ngamet tirtha
Bedugul (Pura Subak) Desa Gelagah, amrtha ri telengin segara
Kecamatan Marga, Pura Puser Tasik (mengambil air suci/air kehidupan di
Marga, Pura Puseh Desa Adat Ole tengah lautan) terkait dengan
Marga, Pura Puseh Desa Adat pelaksanaan piodalan ageng.
Payangan Kecamatan Marga, Pura Mengingat beratnya bobot air
Puseh Desa Adat Kambangan suci/air kehidupan tersebut, prosesi
Baturiti, Pura Pucak Padang Dawa, Ida Bhatara terlihat seperti layaknya
dan Pura Puseh Desa Adat Tua protokoler kenegaraan. Yaitu, saat
Kecamatan Marga. Terbatasnya ke pantai Batubolong Ida Bhatara
waktu yang tersedia dalam Pura Luhur Natar Sari diiringi sekitar
pelaksanaan prosesi tujuh Tapakan Ratu Gede (barong).
pangunyan/malancaran antara Hari Ketika kembali, sesampai di Pura
Raya Galungan dan piodalan ageng Puseh Desa Adat Tua, disambut
di Pura Luhur Natar Sari yang hanya (kesangra) oleh Tapakan Ratu Gede
42 hari, menyebabkan tidak semua Desa Adat Petiga, dijemput
pura-pura tersebut terutama yang (kapendak) oleh Tapakan Ratu Gede
jauh, dapat dikunjungi; (3) Desa Riang Darma, dan sesampainya
Nyuryanin (melihat) keadaan panjak di Pura Luhur Natar Sari disambut

27
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 |2020
(kesangra) oleh Tapakan Ratu Gede pada piodalan ageng di Pura Luhur
Pura Dalem Kediri Desa Sading, Natar Sari yang bersamaan dengan
Tapakan Ratu Gede Pura Desa Baru, hari suci Tumpek Krulut, seluruh
dan Tapakan Ratu Alit Pura Pucak pralingga, pelawatan Ida Bhatara
Penenjoan Desa Adat Apuan. yang hadir katuran piodalan
c. Bhatara tedun kabeh (paruman bersamaan memohon kekuatan
barong) memiliki tiga makna, yaitu : taksu kepada Bhatara Siwa (Siwa
makna pasupati kekuatan taksu, Nataraja) sebagai dewanya Taksu.
makna pujawali, dan makna Makna paruman niskala, dapat
paruman niskala. Piodalan ageng di terlihat ketika masing-masing
Pura Luhur Natar Sari berbarengan sesuhunan yang hadir (rauh)
dengan hari suci Tumpek Krulut, di mempersembahkan tirtha, yang
Bali dikenal sebagai Piodalan Taksu. kemudian dicampur menjadi satu,
Menurut Sudarsana (2003:90-92), kemudian dibagi kembali. Hal
Krulut berasal dari kata Kalulut yang tersebut dapat bermakna bahwa
bermakna terpikat. Dengan semua sesuhunan yang hadir
demikian, kata Krulut dapat menyampaikan pendapat dan
diartikan sebagai kekuatan pengikat menerima hasil kesepakatan secara
atau kekuatan taksu (karisma). bersama. Menurut yang diyakini
Makna Tumpek Krulut dipandang oleh Jro Mangku Gede Pura Luhur
dari Tattwa (filsafat) Samkya, ada Natar Sari, yang dibahas dalam
enam kekuatan taksu yang disebut paruman niskala tersebut adalah
Sadguna, yaitu (1) kekuatan taksu kerahyuan (keselamatan) seluruh
semua jenis barong; (2) kekuatan umat beliau.
taksu semua macam dan bentuk alat
musik dan kulkul (kentongan); (3) PENUTUP
kekuatan taksu punta (punakawan); SIMPULAN
(4) kekuatan taksu semua jenis Berdasarkan kajian yang dilakukan,
Rangda; (5) kekuatan taksu semua maka penelitian ini dapat disimpulkan
bentuk tapel; dan (6) kekuatan taksu sebagai berikut : (1) hadirnya puluhan
semua macam tarian Sanghyang, barong dan ribuan pamedek di Pura Luhur
termasuk Calonarang. Dari uraian Natar Sari, dilatarbelakangi oleh tiga
tentang Tumpek Krulut tersebut, ideologi, yaitu ideologi teologi, ideologi

28
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 | 2020
politik, dan ideologi ekonomi; (2) bentuk Tabanan Regency. International
ritual paruman barong di Pura Luhur Natar Journal Contemporary Research
Sari adalah rangkaian upacara nangiang Review (IJCRR).
tapakan Ida Bhatara Sakti, pangunyan ke Bungin, M. Burhan. 2010. Penelitian
jaba kuta di tiga kabupaten (Tabanan, Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi
Badung, dan Gianyar) selama 42 hari yang Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
diakhiri dengan prosesi melasti ke pantai Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada
Pura Batubolong, puncak karya yaitu prosesi Media Group.
Bhatara tedun kabeh (paruman barong) Chinmayananda, Swami. 1994. Glory of the
dengan upacara Panyegjeg Bhuwana, Mother. Bombay : Central Chinmaya
kemudian prosesi panyejeran yang dirangkai Mission Trust.
dengan wali sasolahan Tapakan Ratu Gede Connolly, Peter (Editor). Aneka Pendekatan
(barong); dan (3) makna dari ritual paruman Studi Agama. Yogyakarta : LKiS.
barong pada piodalan ageng di Pura Luhur Damsar. 2013. Pengantar Sosiologi Politik
Natar Sari ada tiga, yaitu memohon taksu, (Edisi Revisi). Jakarta : Kencana
pujawali, dan paruman niskala. Prenada Media Group.
Dana, I Wayan. 2008. Paruman Barong di
DAFTAR PUSTAKA Pura Pucak Padang Dawa Baturiti
Atmadja, Nengah Bawa. 2011. Ilmu Agama Tabanan : Perspektif Kajian Budaya
(Hindu) dan Antropologi Agama. (Disertasi). Denpasar : Program
Makalah disampaikan pada Doktor Program Studi Kajian Budaya
matrikulasi Program Pascasarjana S3 Program Pascasarjana Universitas
Ilmu Agama IHDN Denpasar 5 Agustus Udayana.
2011. Debroy, Bibek dan Dipavali Debroy. 2001.
Balandier, Georges. 1986. Antropologi Markandeya Purana. Surabaya :
Politik (Terjemahan). Jakarta : Penerbit Paramita.
Rajawali. Donder, I Ketut. 2009. Teologi : Memasuki
Basrowi, Mohammad dan Soenyono. 2004. Gerbang Ilmu Pengetahuan Ilmiah
Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Tentang Tuhan, Paradigma Sanatana
Surabaya : Yayasan Kampusina. Dharma. Surabaya : Penerbit
Bontot dan Marsono. 2019. Paruman Paramita.
Barong Ritual Management in Pura Dharmayuda, I Made Suasthawa. 1995.
Luhur Natar Sari, Apuan Village,

29
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 |2020
Kebudayaan Bali: Pra Hindu, Masa Priyono, B. Herry. 2003. Anthony Giddens,
Hindu, dan Pasca Hindu. Denpasar : Suatu Pengantar. Jakarta :
CV. Kayumas Agung. Kepustakaan Populer Gramedia.
Eatwell, Roger dan Anthony Wright. Ideologi Ritzer, George dan Douglas J. Goodman.
Politik Kontemporer (terjemahan). 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta
Yogyakarta : Penerbit Jendela. : Kencana Prenada Media Group.
Geertz, Clifford. 2000. Negara Teater, Sairin, Sjafri, Pujo Semedi, dan Bambang
Kerajaan-kerajaan di Bali Abad Hudayana. 2002. Pengantar
Kesembilan Belas (Terjemahan). Antropologi Ekonomi. Yogyakarta :
Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya. Pustaka Pelajar.
Haryanto, Sindung. 2011. Sosiologi Sivananda, Swami. 2001. The Devi
Ekonomi. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Mahatmya. Shivanandagar India :
Jones, PIP. 2009. Pengantar Teori-teori Swami Krishnananda for The Devine
Sosial. Jakarta : Yayasan Obor Life Society.
Indonesia. Sudarsana, K dan I Wayan Widarsana. 2009.
Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Pura Kahyangan Jagat Luhur Natar
Antropologi II, Pokok-pokok Etnografi. Sari. Tabanan : Desa Adat Apuan.
Jakarta : Rineka Cipta. Sukanara, I Made. 1993. Tapakan Ida
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Bhatara ring Natar Sari – Apuwan
Antropologi (Edisi Revisi). Jakarta : (Salinan Lontar). Denpasar : Kantor
Rineka Cipta. Dokumentasi Budaya Bali.
Koentjaraningrat. 2010. Sejarah Teori Sukarsa, I Made. 2005. Pengaruh
Antropologi I. Jakarta : Penerbit Pendapatan Keluarga dan Pemahaman
Universitas Indonesia (UI Press). Agama Terhadap Pengeluaran
Pandit, Bansi. 2009. The Hindu Mind : Konsumsi Ritual Masyarakat Hindu di
Fundamentals of Hindu Religion and Bali Ditinjau dari Berbagai Dimensi
Philosophy for All Age. New Delhi : Waktu. (Disertasi). Surabaya :
New Age Books. Universitas Airlangga.
Perlas, Nicanor. 1999. Shaping Surbakti, Ramlan. 2013. Memahami Ilmu
Globalization : Civil Society, Cultural Politik. Jakarta : Grasindo.
Power and Threefolding. Quezon City, Weber, Max. 2006. Etika Protestan & Spirit
Philipines : Co-published by CADI Kapitalisme (Terjemahan). Yogyakarta
Philipines and GlobeNet3 USA. : Pustaka Pelajar.

30
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 | 2020
Wibawa, Made Aripta. 2007. Ibu Durga, Ibu
Suci (Kekuatan dan Keajaiban).
Surabaya : Penerbit Paramita.
Wijaya, I Wayan Kandi. 2012. “Manajemen
Karya Agung Panca Balikrama Di Pura
Besakih Dan Implikasinya Terhadap
Kehidupan Sosial-Ekonomi
Masyarakat Besakih Kabupaten
Karangasem Provinsi Bali” (Disertasi).
Denpasar : Universitas Hindu
Indonesia.

31
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 |2020

You might also like