You are on page 1of 10

Karakteristik Cerobong Boiler Industri di Propinsi «« ..........................

(Ikha Rasti Juliasari, dkk)

5 KARAKTERISTIK CEROBONG BOILER INDUSTRI DI PROPINSI JAWA TENGAH

SEBAGAI BENTUK UPAYA PENTAATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

10 INDUSTRIAL STACK BOILER CHARACTERISTIC ON CENTRAL JAVA PROVINCE

AS EFFORT IN ENVIRONMENTAL COMPLIANCE AND MANAGEMENT


15 IKHA RASTI JULIA SARI DAN JANUAR ARIF FATKHURRAHMAN
Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
20
Jl. Ki Mangunsarkoro No. 6 Semarang
Email : ikharasti@kemenperin.go.id

Naskah diterima tanggal 27 Agustus 2014, disetujui tanggal 24 Oktober 2014

25 ABSTRACT

Industry in the production process can not be separated from good fuel oil, coal, or gas to run
the existing process units, from the heater, boiler, oven, generator sets (gensets) to the incinerator
where the combustion resulting in emissions. These emissions released into the environment through
30 the air chimney, which refers to the construction simulation of air dispersion No. Kep. 205 / BAPEDAL /
07/1996 on Technical Guidelines for Air Pollution Control. This study aims to describe the chimney in
the province of Central Java in 4 levels of adherence to monitoring air quality as part of the criteria in
the compliance aspect PROPER. The method used is descriptive qualitative. The scope of the study is
limited to 30 chimneys of industrial boilers in Central Java Province. The results showed that the
35 characteristics of the boiler chimney industry in Central Java Province 66.67% has met the basic
requirements of sampling air emissions as one of the prerequisites pentaaatan environment; 20% of
the industry already has a sampling hole in the absence of a platform or additional fittings; 6.67% is
complete with extra amenities and only 6.67% of the sample population who do not have the basic
requirements of sampling.
40
Keywords: characteristics of flue boiler, air compliance, central java industry

ABSTRAK

45 Industri dalam proses produksinya tidak lepas dari pemakaian bahan bakar baik minyak, batubara,
maupun gas untuk menjalankan unit proses yang ada, dari mulai heater, boiler, oven, generator set
(genset) sampai incenerator dimana dalam pembakaran menghasilkan emisi. Emisi ini dikeluarkan ke
lingkungan melalui cerobong udara, dimana pembangunannya mengacu dalam Keputusan Kepala Bapedal
Nomor Kep. 205/ Bapedal/ 07/ 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian
50

Pencemaran Udara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran cerobong di wilayah Propinsi
Jawa Tengah dalam 4 level keterlaksanaan pemantauan kualitas udara sebagai bagian kriteria aspek
55 pentaatan dalam PROPER. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Lingkup penelitian
dibatasi pada 30 cerobong boiler industri di Propinsi Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa karakteristik cerobong boiler industri di Propinsi Jawa Tengah 66,67% telah memenuhi
persyaratan dasar pengambilan contoh udara emisi sebagai salah satu prasyarat pentaaatan
lingkungan; 20% industri sudah memiliki lubang sampling tanpa adanya platform atau kelengkapan
60 tambahan; 6,67% sudah lengkap dengan fasilitas tambahan dan hanya 6,67% dari populasi sampel
yang belum mempunyai persyaratan dasar pengambilan contoh.

KATA KUNCI : karakteristik cerobong boiler, pentaatan udara, industri jawa tengah

65
5

51
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Vol. 5, No. 2, November 2014 (51 - 58)
75
5 PENDAHULUAN tercantum dalam Undang-
undang Republik
Perkembangan industrialisasi di Jawa Indonesia No. 32 Tahun
Tengah mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke 80 2009. Pemantauan kualitas
10 tahun. Pada tahun 2011 tercatat sebesar 3.850 unit perusahaan udara merupakan bagian
yang masuk dalam kategori industri sedang dan dari upaya pengendalian
besar(jateng.bps.go.id:2013). Industri dalam proses pencemaran lingkungan dan
produksinya tidak lepas dari pemakaian bahan bakar baik salah satu dari empat aspek
minyak, batubara, maupun gas untuk menjalankan unit proses 85 yang masuk di dalam
15 yang ada, dari mulai heater, boiler, oven, generator set kriteria Program Penilaian
(genset) sampai incenerator. Ditinjau dari dua jenis bahan Kinerja
bakar yang umum digunakan di industri, pada tahun 2011 Perusahaan (PROPER).
industri menggunakan 530.598.982 liter batu bara dan 90 Program ini sudah dimulai
sejak tahun 1996 oleh
20
Kementerian
Lingkungan Hidup, yang
108.867.133 liter solar (jateng.bps.go.id:2013). 95 merupakan kegiatan
Proses pembakaran bahan bakar minyak dan pengawasan dan program
25 batubara menghasilkan produk samping sisa pembakaran pemberian insentif dan/ atau
berupa cemaran disinsentif kepada
penanggung jawab usaha
udara, yang lazim disebut emisi udara. Dalam Peraturan 100 dan/ atau kegiatan. PROPER
Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian merupakan instrumen
30 Pencemaran Udara menyatakan bahwa emisi adalah zat, penaatan alternatif yang
energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari dikembangkan untuk
suatu kegiatan yang masuk dan/ atau bersinergi dengan instrumen
105 penaatan lainnya guna
35 dimasukkannya ke dalam udara ambien yang
mendorong penaatan
mempunyai dan/ atau tidak mempunyai potensi perusahaan melalui
sebagai unsur pencemar. Emisi ini dikeluarkan ke penyebaran informasi kinerja
40 lingkungan melalui cerobong udara. kepada masyarakat.
110 PROPER mengadopsi pola
Dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep. 205/ insentif dan disinsentif, dan
Bapedal/ 07/ 1996 tentang pengawasan atas kinerja
45 Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran perusahaan. Kriteria penilaian
Udara dalam lampiran 3 disyaratkan bahwa cerobong udara terdiri dari penilaian ketaatan
dibuat dengan mempertimbangkan aspek pengendalian
115 dan penilaian ketaatan lebih
atau penilaian lebih
50 pencemaran udara yang didasarkan pada
(beyond compliance)
lokasi dan tinggi cerobong. Rancang bangun atau desain dengan kriteria yang
cerobong disesuaikan dengan 120 tercantum dalam Peraturan
55 kondisi pabrik dengan mempertimbangkan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 5 Tahun 2011
emisi yang dikeluarkan tidak melebihi baku mutu emisi tentang
udara yang ditetapkan. Disamping itu ada beberapa 125 Program Penilaian
persyaratan perencanaan cerobong harus mengakomodir Peringkat
60 sarana dan Kinerja
prasarana yang diperlukan petugas pengambil
sampel udara emisi sesuai dengan metode uji yang
130 Perusahaan dalam
65 digunakan. Persyaratan tersebut diantaranya adalah lubang Pengelolaan Lingkungan
sampling, lantai Hidup. Dari hasil laporan
kerja, tangga besi dan selubung pengaman. 1 3
5
PROPER Tahun
70 Pengendalian pencemaran dan/ atau kerusakan 2010-2011 tingkat ketaatan
lingkungan hidup dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah berada pada range
daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan 50-75% industri peserta
sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab 140 PROPER di Propinsi Jawa
masing-masing sesuai yang Tengah.
Saat ini belum
adanya data tentang
145 karakteristik cerobong
industri di Propinsi Jawa
Tengah yang sebenarnya
sangat diperlukan tim
PROPER dalam melihat pentaatan industri dalam aspek 15 1. Belum adanya sarana
pengendalian pencemaran udara mengingat jumlah peserta pengambilan sampel
PROPER akan meningkat dari tahun ke tahun. baik lubang sampling,
5 Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran platform maupun
kelengkapan tambahan
cerobong di wilayah Propinsi Jawa Tengah serta menjamin 20

keterlaksanaan pemantauan kualitas udara. Karakteristik 2. Ketersediaan Lubang


cerobong diklasifikasikan berdasarkan ketersediaan sarana sampling, lubang
dan kelengkapan tambahan pengambilan sampel yang sampling dibuat cukup
besar untuk
10 merupakan bagian dari pentaatan lingkungan. (Environment
25 menampung peralatan
Agency, 2010) mengklasifikasikan cerobong dalam 4 level
penguji / probe,
sesuai beberapa poin dari keempat level cerobong industri, ditunjukkan pada
sebagai berikut; gambar 1.

30

52
Karakteristik Cerobong Boiler Industri di Propinsi «« .......................... (Ikha Rasti Juliasari, dkk)

5 70

10 75

15 80

20 85

GAMBAR 1. Standar Lubang Sampling A


90
25

(Environment Agency, 2010)

95
Diameter flange (1), 125mm, dengan panjang (2) 125 mm.
30 Sementara ketebalan flange minimal (3) 75 mm dari dinding
cerobong, dan (4) merupakan dudukan monorail yang
ditempatkan secara vertikal.
100
3. Platform kerja / bordes, disesuaikan dengan diameter GAMBAR 3. Standar Area Kerja /
Bordes dengan Diameter
35 cerobong yang ada. Area kerja tersebut harus mampu Cerobong >3,6 meter
mendukung kenyamanan dan keselamatan pekerja, serta (Environment Agency, 2010)
mencukupi untuk penempatan peralatan kerja. Untuk cerobong 105
dengan diameter kurang dari 3,6 meter dapat digambarkan Seperti halnya
dalam gambar 2, berikut; standar area kerja pada
40
cerobong dengan diameter
cerobong < 3,6 meter,
110 cerobong dengan diameter
45 > 3,6 meter harus mampu
menampung panjang probe
yang mempunyai panjang
lebih dari diameter
50 115 cerobong tersebut atau
setengah dari diameter
cerobong tersebut jika
sampel diambil dari 4
55 GAMBAR 2. Standar Area Kerja / Bordes dengan Diameter Cerobong <3,6 meter lubang sampling yang
(Environment Agency, 2010) 120 berbeda.
Cerobong dengan diameter kurang dari 4. Kelengkapan
60 3,6 dapat menggunakan area kerja atau bordes seluas tambahan, meliputi
separuh ukuran cerobong. kelengkapan safety
Yang terpenting, area kerja mampu menampung total panjang 125 dalam hal kekuatan
65
probe, peralatan, dan petugas pengambil sampel. area kerja, bahan
Sementara itu, jika cerobong mempunyai diameter lebih pembuatan yang tahan
dari 3,6 meter, desain area kerja / bordes dapat korosif dan isolator.
digambarkan seperti gambar 3;
130 Dari keempat
tingkatan profil
cerobong
tersebut dijadikan masukan
135 kepada tim PROPER dalam
membina dan mengawasi
pentaatan lingkungan udara. Dari sisi industri dapat menjadi kualitatif. Pendekatan
masukan perbaikan pentaatan lingkungan udara berdaasarkan tersebut dilakukan dengan
tingkatan profil cerobong tersebut. 10 observasi, wawancara dan
dokumentasi. Observasi
5 METODE yang dilakukan bersifat
partisipatif. Penulis
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif

15

53
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Vol. 5, No. 2, November 2014 (51 - 58)

5 berpartisipasi langsung melakukan bergantung pada efektifitas


pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak proses pembakaran,
industri. penggunaan alat
45 pengendali cemaran serta
10 Lingkup penelitian ini dibatasi pada cerobong dari ukuran dan ketinggian
unit utilitas boiler sebanyak 30 cerobong industri yang ada di cerobong asap.
wilayah Propinsi Desain suatu
Jawa Tengah dengan meninjau dari sisi sarana dan 50 cerobong merupakan
15 kelengkapan tambahan pemantauan perhitungan yang
didasarkan pada diagram
lingkungan. moody dan perhitungan
Identifikasi cerobong boiler tentang geometrik yang
20

diklasifikasikan menjadi 4 (empat) tingkatan yang disebut 55 untuk membuang udara ke


dengan profil cerobong industri di lingkungan pada ketinggian
tertentu. Tahapan yang
Jawa Tengah (Environment Agency, 2010);
25 pertama adalah
1. Tidak adanya sarana pengambilan sampling (Level 1) menentukan bilangan
2. Ada atau tidaknya lubang sampling (Level 2) 60 Reynold untuk mengetahui
tipe alirannya dan diplotkan
30 3. Ada atau tidaknya bordes/ platform dan lubang pada diagram moody,
sampling (Level 3) seperti dalam hasil
4. Ada atau tidaknya kelengkapan safety bordes/ platform penelitian Sanda (2011)
dan lubang sampling 65 dimana cerobong bau/ ozon
dengan ketinggian 12,5 m
35

(level 4)
dan diameter sebesar 630
mm serta diameter hisap
Tahapan penelitian ini disajikan dalam 3 tahapan utama, limbah sebesar 500 mm
yaitu pengumpulan data, analisis dan hasil pembahasan 70 yang terbuat dari bahan
40 seperti tercantum dalam gambar 4. galvanized iron, dimana
keluaran ozon ke udara
dianggap masih dalam
keadaan normal, yaitu 0,01
75 ± 0,02 ppm.
Berdasarkan
dokumentasi dan
pengamatan laboratorium
80 pengujian BBTPPI,
cerobong di industri
dibangun tanpa
pertimbangan teknis
pemantauan dan pentaatan
85 lingkungan, dalam hal ini
baik lokasi penempatan
cerobong, ketinggian
cerobong, dimensi
cerobong, sampai kepada
90 lokasi pentaatan lingkungan
atau titik sampling seperti
yang terlihat pada gambar di
bawah ini

95
110
115 {Meliputi
Pengumpulan Hasil dan Pembahasan pengumpulan
identitas cerobong
industri, terkait
100 tingkatan profil
Data Kualitatif
120 cerobong

105 Analisis Data


{Pengelompokan cerobong
industri berdasarkan
125 karakteristik cerobong
boiler
Kualitatif {Pengolahan data kualitatif
5

{Masukan dan saran terhadap industri maupun


lembaga pengawas lingkungan mengenai 15
karakteristik cerobong boiler
10 GAMBAR 5. Contoh cerobong Proses di
Industri Jawa Tengah
(BBTPPI, 2014)
20
Rata ± rata
40 cerobong proses di industri
GAMBAR 4. Skematik Penelitian Jawa Tengah seperti
gambar 5 menunjukkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
minimnya pemahaman
25 industri terkait kebutuhan
Karakteristik Industri di Propinsi Jawa 45 pemantauan lingkungan
Tengah yang merupakan prasyarat
30 Industri di Jawa Tengah yang umumnya merupakan pentaatan lingkungan udara
industri menengah, dengan unit utilitas yang sebagian besar sebagai bagian kriteria
menggunakan boiler sebagai penyedia steam pada proses 0
5
penilaian dalam
produksinya. Bahan bakar yang digunakan bervariasi dari PROPER.
penggunaan solar,
Profil Cerobong Industri
35

MFO, batubara sampai biomassa. Hasil pembakaran


bervariasi, hal ini selain 5
di Jawa Tengah
Data sampel
cerobong boiler
industri di
60 Propinsi Jawa Tengah yang
dilaksanakan melalui
dokumentasi dan observasi,
maupun wawancara dengan
pihak industri, diperoleh
65 sebanyak 30 sampel, dari
data tersebut diolah dan
diklasifikasikan cerobong
industri seperti terlihat
dalam tabel 1.
70

54
Karakteristik Cerobong Boiler Industri di Propinsi «« .......................... (Ikha Rasti Juliasari, dkk)

5 Dari tabel 1. Tabulasi Data Cerobong Industri dari 30 sampel 2. Industri dengan
dari unit utilitas boiler, dimana penggunaan bahan bakar cerobong yang hanya
bervariasi dari solar, mempunyai lubang
MFO, batubara dan biomassa. Klasifikasi bahan bakar 30 sampling, namun tidak
10 secara umum tidak mencerminkan ketaatan industri dalam mempunyai platform
karakteristik cerobong yang ada, hal ini nampak tidak adanya dan kelengkapan
korelasi anatara bahan bakar dengan ketaatan cerobong tambahan, sebesar
industri. Dari 30 sampel identifikasi cerobong industri, dapat 20% dari keseluruhan
diklasifikasikan tingkatan profil cerobong dari level 1 sampai 35 sampel, cerobong
15 level 4, sebagai berikut; industri jenis ini masuk
1. Industri dengan cerobong yang tidak mempunyai dalam klasifikasi level
lubang sampling, platform, dan kelengkapan 2.
tambahan, sebesar 40 3. Industri dengan
cerobong yang
20

6,67% dari keseluruhan sampel, cerobong industri


jenis ini masuk dalam klasifikasi level 1. Industri mempunyai lubang
yang masuk dalam kategori ini hendaknya sampling dan platform,
mendapatkan pembinaan dan pengawasan dari namun tidak memiliki
25 pihak terkait. 45 kelengkapan
tambahan, sebesar
66,67% dari
keseluruhan sampel,
50 cerobong industri jenis
ini masuk dalam
klasifikasi level 3.
4. Industri dengan
55 cerobong dengan
kelengkapan
pengambilan contoh
udara emisi, sebesar
6,67% dari keseluruhan
60 sampel, cerobong
industri jenis ini masuk
dalam klasifikasi level 4.

TABEL 1. Tabulasi Data Cerobong Industri


65

70

75

80

85

90

95
5

10

15
55

You might also like