You are on page 1of 20

JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING Article History

Vol. 1, No. 2, 2017, 114-133 Received September, 2017


ISSN: 2548-9917 (online version) Accepted September, 2017

PENGARUH MANAJEMEN LABA, CORPORATE GOVERNANCE,


DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP TAX
AVOIDANCE
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN SEKTOR
PERTAMBANGAN DAN PERTANIAN YANG LISTING DI BEI
2013-2015)

Imron Septiadi1) Anton Robiansyah 2)


Eddy Suranta3)

Universitas Bengkulu
imronseptiadi87@gmail.com
antonrobiansyah04@gmail.com
eddysuranta123@gmail.com

Abstract
This research aimed to present an empirical evidence influence of earnings management, corporate governance,
and corporate social responsibility disclosure on tax avoidance. Earnings management measured using model
jones, corporate governance mechanism seen from institusional ownership, managerial ownership, audit
commutte, audit quality. Disclosure of corporate social responsibiltiy using the global reporting initiative
generation four (GRI-G4). Tax avoidance as measured by cas effective tax rate (CETR). The sampling method
using purposive sampling and data was analyzed using multiple linier reggression. The results show that earnings
management and corporate social responsibiltity influence on action of tax avoidance. Meanwhile, Institusional
ownership, managerial ownership, audit comittes and audit quality does not influence on action of tax avoidance.
Keywords: tax avoidance, earnings management, corporate governance, corporate social responsibility
disclosure

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris pengaruh manajemen laba, corporate governance, dan
pengungkapan corporate social responsibility terhadap tax avoidance. Manajemen laba diukur menggunakan
model jones, corporate governance dilihat dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit,
kualitas audit. Pengungkapan corporate social responsibility menggunakan global reporting initiative generasi
keempat (GRI-G4). Tax avoidance diukur dengan cash effective tax rate (CETR). Metode pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling dan analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil menujukkan
bahwa manajemen laba dan pengungkapan corporate social responsibitlity berpengaruh terhadap tax avoidance.
Sedangkan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, dan kualitas audit tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance.
Kata Kunci: Tax avoidance, manajemen laba, corporate governance, pengungkapan corporate social responsibility

Pendahuluan penghindaran pajak secara legal yang tidak


Pajak merupakan beban yang akan melanggar peraturan perpajakan dilakukan
mengurangi laba perusahaan. Hal ini oleh wajib pajak dengan cara berusaha
dikarenakan laba yang tinggi akan mengurangi jumlah pajak terutangnya
menyebabkan beban pajak yang tinggi pula, melalui celah peraturan (loopholes) (Suandy,
sehingga merugikan perusahaan dan memicu 2014).
dilakukannya tindakan tax avoidance. Motivasi perusahaan dalam melakukan
Tindakan tax avoidance merupakan upaya tindakan tax avoidance salah satunya terkait
dengan adanya insentif non pajak. Insentif dengan corporate governance. Forum for
non pajak yaitu fasilitas selain dari pajak Corporate Governance in Indonesia (FCGI)
meliputi diantaranya yaitu earnings pressure, mendefinisikan corporate governance yaitu
tingkat hutang (leverage), ukuran perusahaan, seperangkat aturan yang menetapkan
kepemilikan manajerial (Wijayanti dan hubungan antara pemegang saham, pengurus,
Slamet, 2012) dimana bertujuan mengurangi pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta
beban pajak perusahaan dengan mengatur para pemegang kepentingan intern dan
besarnya laba perusahaan yang sering juga ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak
disebut manajemen laba. dan kewajiban mereka (Arifin, 2007).
Manajemen laba adalah suatu intervensi Mekanisme corporate governance yang baik
manajemen dengan sengaja dalam proses diantaranya yaitu kepemilikan institusional,
penentuan laba untuk memperoleh beberapa kepemilikan manajerial, komite audit dan
keuntungan pribadi (Schipper, 1989). kualitas audit.
Intervensi ini merupakan upaya yang Pertama, Kepemilikan institusional akan
dilakukan oleh manajer untuk mempengaruhi meningkatkan pengawasan yang lebih
informasi-informasi dalam laporan keuangan. optimal karena dianggap mampu memonitor
Munculnya praktik manajemen laba yang setiap keputusan yang diambil oleh para
mempengaruhi besar kecilnya pembayaran manajer secara efektif (Winata, 2014).
pajak yang dilandasi oleh motivasi pajak. Semakin tinggi kepemilikan institusional
Scott (2009) menjelaskan dalam motivasi maka diharapkan mampu menciptakan
pajak, manajer melakukan praktik kontrol yang lebih baik sehingga akan
manajemen laba untuk mempengaruhi berdampak berkurangnya tindakan tax
besarnya pajak yang harus dibayar avoidance yang dilakukan oleh perusahaan.
perusahaan dengan cara menurunkan laba Kedua, dengan adanya kepemilikan
untuk mengurangi beban pajak yang harus manajerial, manajer akan cenderung berhati-
dibayar. hati dalam mengambil keputusan karena
Aktivitas penghindaran pajak ini terjadi dengan keputusan yang diambil salah, maka
karena adanya konflik agensi sebagai akibat juga akan berimbas pada manajer itu sendiri.
perbedaaan kepentingan antara pemilik Semakin besar kepemilikan manajerial dalam
perusahaan (principal) dan manajer (agent) perusahaan maka manajemen akan lebih giat
(Jensen dan Meckling, 1976). Pemilik akan untuk meningkatkan kinerja dan
fokus pada kemakmurannya, sedangkan kepatuhannya termasuk menghindari
manajer fokus pada pemenuhan kepentingan aktivitas tax avoidance (Dyan,2016).
pribadinya. Perbedaan kepentingan inilah Ketiga, Fungsi komite audit yang berjalan
yang menyebabkan manajemen seringkali secara efektif dapat mengurangi tingkat
mengambil kebijakan perusahaan yang tidak kecurangan oleh manajer (Siallagan dan
sejalan dengan keinginan pemilik perusahaan Machfoez, 2006) sehingga dengan hal ini
dan melakukan rent extraction. Rent aktivitas tax avoidance dapat diminimalisasi
extraction menjelaskan bahwa manajer bahkan perusahaan tidak akan melakukan
melakukan tindakan untuk memaksimalkan aktivitas tax avoidance.
kepentingan pribadinya saja (Kamila dan Keempat, kualitas audit yang diaudit KAP
Martani, 2013). Big Four atau KAP Non Big Four. Laporan
Tindakan penghindaran pajak dan keuangan yang diaudit oleh auditor KAP The
masalah keagenan dapat diminimalisasi

115 JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING


| Vol 1, No. 2, 2017, 114-133 | ISSN 2548-9917
Big four menurut beberapa referensi Hasil dari penelitian sebelumnya
dipercaya lebih berkualitas sehingga Tiaras dan Wijaya (2015) dan Winda dkk.
menampilkan nilai perusahaan yang (2016), menemukan bahwa manajemen laba
sebenarnya sehingga dapat diindikasikan berpengaruh signifikan terhadap agresivitas
bahwa laporan keuangan yang diaudit oleh pajak perusahaan. Sedangkan hasil penemuan
KAP The Big Four memiliki tingkat Lee dan Swenson (2010) tidak adanya
kecurangan yang lebih rendah dibandingkan pengaruh antara manajemen laba dengan
dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP perencanaan pajak di bagian Asia dan Trisna
non The Big Four (Annisa dan Kurniasih, dkk. (2012), tidak ada pengaruh signifikan
2012). antara perencanaan pajak dan manajemen
Seluruh kegiatan perusahaan akan laba. Khoirunnisa (2014); Fadhillah (2014)
berdampak pada lingkungan sekitarnya, menemukan bahwa kepemilikan institusional
sehingga perusahaan haruslah bertanggung tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
jawab. Pertanggungjawaban perusahaan yaitu Sedangkan dalam penelitian Pohan (2008);
dengan melakukan tanggung jawab sosial Khurana dan Moser (2009); Dyan (2016)
yang sering disebut corporate social menemukan bahwa kepemilikan institusional
responsibility. Teori legitimasi menjelaskan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
perusahaan secara terus menerus mencoba tax avoidance. Hamed dan Boussaidi (2015);
untuk meyakinkan bahwa kegiatan atau Rahmawati dkk. (2016) menyatakan bahwa
aktivitas yang dilakukan sesuai dengan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
batasan dan norma-norma masyarakat signifikan terhadap agresivitas pajak
(Rustiarini,2011). Teori legitimasi inilah yang sedangkan Dyan (2016) menemukan bahwa
kemudian mendasari hubungan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
pengungkapan CSR dengan tax avoidance. terhadap tax avoidance. Behubungan dengan
Perusahaan mengungkapkan CSR yang tinggi komite audit, Annisa dan Kurniasih (2012);
akan mendapatkan reputasi sangat baik di Winata (2014) menemukan bahwa komite
mata masyarakat. Hal ini akan menyebabkan audit berpengaruh signifikan terhadap tax
perusahaan akan menjaga reputasinya yang avoidance sedangkan Khoirunnisa (2014);
baik, dengan cara taat membayar pajak dan Winarsih dkk., (2014) menemukan komite
tidak melakukan tax avoidance. audit tidak berpengaruh terhadap tax
Sejumlah penelitian telah dilakukan avoidance. Kualitas audit berpengaruh
tentang manajemen laba, corporate negatif terhadap tax avoidance (Khoirunnisa,
governance dan corporate social 2014; Fadhilah, 2014; Dyan, 2016)
responsibility terhadap tax avoidance. sedangkan Annisa dan Kurniasih (2012)
Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh menemukan bahwa kualitas audit
Pohan (2008); Khurana dan Moser (2009); berpengaruh positif terhadap tax avoidance
Annisa dan Kurniasih (2012); Lanis dan lalu Winata (2014) menemukan tidak ada
Richardson (2012), (2013); Trisna dkk. pengaruh antara kualitas audit dan tax
(2012); Fadhillah (2014); Khoirunnisa (2014); avoidance. Corporate Social Responsibility
Winarsih dkk. (2014); Winata (2014); Tiaras tidak berpengaruh terhadap tax avoidance
dan Wijaya (2015); Lee dan Swenson (2010); (Wahyudi, 2015) sedangkan penelitian dari
Watson (2015); Wahyudi (2015); Hamed dan Lanis dan Richardson (2013); Dyan (2016),
Boussaidi (2015); Dyan (2016); Rahmawati Rahmawati dkk. (2016), menemukan bahwa
dkk. (2016); Winda dkk. (2016). CSR berpengaruh positif terhadap tax

116 JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING


| Vol 1, No. 2, 2017, 114-133 | ISSN 2548-9917
avoidance namun disisi lain penelitian Lanis memberikan wewenang kepada manajer
dan Richardson (2012), Winarsih (2014), dan (agent) dalam mengurus dan mengendalikan
Watson (2015) menjelaskan CSR bepengaruh sumber daya tersebut. Hubungan keduanya
negatif terhadap tax avoidance. ini disebabkan adanya kontrak antara pemilik
Perbedaan hasil penelitian yang telah (principal) dan manajer (agent). Schroeder et
dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang al., (2014) menyatakan teori keagenan
mendorong peneliti untuk menguji kembali. mengasumsikan bahwa semua individu
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bertindak sesuai dengan kepentingan masing-
apakah manajemen laba, corporate masing untuk memaksimalkan keuntungan
governance dan corporate social miliknya. Pemilik hanya tertarik pada hasil
responsibility berpengaruh terhadap tax investasinya di perusahaan tersebut
avoidance. Pertanyaan penelitian dari sedangkan manajer menginginkan kepuasan
perumusan masalah tersebut adalah: 1) pekerjaannya berupa kompensasi keuangan
apakah manajemen laba berpengaruh dan yang berhubungan dengan hal tersebut.
terhadap tax avoidance? 2) apakah Perbedaan kepentingan ini menimbulkan
kepemilikan institusional berpengaruh konflik agensi.
terhadap tax avoidance? 3) apakah Konflik agensi terjadi karena adanya
kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pemisahan antara principal dan agent,
tax avoidance? 4) apakah komite audit sehingga timbulnya asimetris informasi.
berpengaruh terhadap tax avoidance? 5) Asimetris informasi ini menyebabkan
apakah kualitas audit berpengaruh terhadap manajer lebih mengetahui informasi internal
tax avoidance? 6) Apakah pengungkapan dan prospek perusahaan di masa yang akan
corporate social responsibility berpengaruh datang dibandingkan dengan pemilik.
terhadap tax avoidance? Manajer akan mencari keuntungan sendiri
Hasil penelitian ini diharapkan (moral hazard) dan memanfaatkan pos-pos
memberikan kontribusi pada pengembangan akrual guna menyajikan laba sesuai dengan
teori terutama teori agensi mengenai kepentingan manajemen yang mungkin tidak
hubungan manajemen laba dan corporate sesuai dengan kehendak pemilik (Trisna dkk.,
governance dengan tax avoidance serta teori 2012) yang sering disebut manajemen laba.
legitimasi mengenai hubungan corporate Sebagai insentif non pajak, manajemen laba
social responsibility dengan tax avoidance. berpengaruh pada besarnya pajak yang
Temuan penelitian ini juga diharapkan dapat dibayarkan sehingga berpengaruh pada
memberikan manfaat dalam memberikan tindakan tax avoidance. Hubungan lainnya
masukan kepada pemakai laporan keuangan dapat dijelaskan bahwa salah satu motivasi
dan praktisi dalam hubungannya manajemen perusahaan melakukan manajemen laba yaitu
laba, corporate governance, corporate motivasi pajak. Scott (2009) menjelaskan
governance dengan tax avoidance. manajer melakukan manajemen laba untuk
mempengaruhi besarnya pajak yang
Kajian Literatur dibayarkan oleh perusahaan.
Teori Agensi (Agency Theory) Tindakan tax avoidance juga
Jensen & Meckling (1976) merupakan masalah agensi dan hubungan ini
menjelaskan hubungan keagenan di dalam dapat dijelaskan dengan pandangan
teori agensi (agency theory) terjadi ketika kontemporer. Dalam penelitian Kamila dan
pemilik sumber daya ekonomis (principal) Martani (2013) pandangan kontemporer

117 JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING


| Vol 1, No. 2, 2017, 114-133 | ISSN 2548-9917
tentang tindakan tax avoidance didefinisikan sesuai dengan kepentingannya sendiri.
sebagai bentuk rent extraction. Rent
extraction adalah tindakan manajer yang Teori Legitimasi
dilakukan tidak untuk memaksimalkan Teori legitimasi menyatakan bahwa
kepentingan pemilik atau pemegang saham, perusahaan secara terus menerus mencoba
melainkan untuk kepentingan pribadi. untuk meyakinkan bahwa kegiatan atau
Tindakan tax avoidance dalam pandangan aktivitas yang dilakukan sesuai dengan
kontemporer mempunyai dua tujuan. Tidak batasan dan norma-norma masyarakat dimana
hanya untuk menutup-nutupi pendapatan dari perusahaan beroperasi atau berada.
otoritas pajak, tetapi juga untuk menutup- O’Donovan (2002) berpendapat legitimasi
nutupi aktivitas tersembunyi yang dapat organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang
merugikan pemilik atau pemegang saham. diberikan masyarakat kepada perusahaan dan
Dalam penelitian Kamila dan Martani sesuatu yang diinginkan atau dicari
(2013) sifat yang komplementer antara perusahaan dari masyarakat. Konsep
tindakan tax avoidance dengan rent legitimasi menunjukkan adanya tanggung
extraction serta begitu kompleksnya transaksi jawab perusahaan terhadap masyarakat,
pajak yang dilakukan menyebabkan nilai perusahaan sadar akan keberlangsungan
perusahaan akan menurun, hal inilah yang hidupnya berhubungan juga dengan citra
tidak diinginkan oleh prinsipal. Menurunnya perusahaan di mata masyarakat (Dyan, 2016).
nilai perusahaan di pasar yang tercermin Deegan, et al (2002) menyatakan legitimasi
melalui harga sahamnya. Penurunan harga dapat diperoleh manakala terdapat
saham ini dikarenakan pemegang saham kesesuaian antara keberadaan perusahaan
lainnya mengetahui tindakan tax avoidance tidak mengganggu atau sesuai (congruent)
yang dijalankan manajer dalam rangka rent dengan eksistensi sistem nilai yang ada dalam
extraction (Desai dan Dharmapala, 2006). masyarakat dan lingkungan. Ketika terjadi
Konflik antara investor dan manajer pergeseran yang menuju ketidaksesuaian,
menimbulkan biaya agensi (agency cost). maka pada saat itu legitimasi perusahaan
Biaya agensi adalah biaya yang dikeluarkan dapat terancam. Mempertahankan legitimasi
oleh pemilik (principal) yang bertujuan ini perusahaan akan melakukan
memastikan bahwa manajer (agent) bertindak pengungkapan Corporate Social
sesuai dengan tujuan yang dinginkan pemilik. Responsibitily (Tanggung Jawab Perusahaan)
Jensen & Meckling (1976) menjelaskan biaya guna mempertanggungjawabkan akibat dari
agensi yang muncul dari konflik kepentingan aktivitas yang telah dilakukan oleh
antara agent dengan principal berpotensi perusahaan. Lindblom (1994) menyatakan
menimbulkan jenis biaya yaitu monitoring bahwa suatu perusahaan dapat
cost, bonding cost, dan residual loss. Masalah mengungkapkan CSR untuk memperlihatkan
agensi ini dapat diminimalisasikan dengan perhatian manajemen terhadap nilai-nilai
adanya corporate governance. Ujiyantho dan masyarakat dari pengaruh negatif aktivitas
Pramuka (2007) menjelaskan bahwa perusahaan. Corporate Social Responsibiltiy
corporate governance diharapkan dapat merupakan faktor kunci kesuksesan dan
berfungsi untuk memberikan keyakinan bagi kelangsungan hidup perusahaan.
investor bahwa manajer memberikan Sesuai dengan prespektif teori
keuntungan bagi mereka dan tidak bertindak legitimasi, semakin tinggi perusahaan
mengungkapkan CSR maka semakin

118 JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING


| Vol 1, No. 2, 2017, 114-133 | ISSN 2548-9917
mendapatkan citra yang positif dari meminimalkan besarnya pajak yang
masyarakat. Hal ini akan menyebabkan dibayarkan secara legal melalui celah-celah
perusahaan akan menjaga reputasinya yang perundang-undangan (Suandy,2014).
baik, sehingga akan menghindari tindakan Manajemen laba merupakan insentif non
tax avoidance (penghindaran pajak). Apabila pajak dalam melakukan tax avoidance
perusahaan melakukan tindakan tax (Wijayanti dan Slamet, 2012).
avoidance maka perusahaan akan Beberapa penelitian meneliti
mendapatkan citra yang buruk dari hubungan antara tax avoidance dan
masyarakat karena tidak berkontribusi manajemen laba, hasilnya menjelaskan
terhadap pembangunan negara melalui perusahaan akan me-manage laba akuntansi
pembayaran pajak. Perusahaan yang untuk meminimalkan besarnya laba kena
melakukan tax avoidance merupakan pajak (Tiaras dan Wijaya, 2012; Winda dkk.,
tindakan yang tidak bertanggung jawab 2016). Dari beberapa penelitian ini dapat
secara sosial (Landolf, 2006). dijelaskan bahwa semakin perusahaan
melakukan tindakan manajemen laba maka
Manajemen Laba dan Tax Avoidance akan menyebabkan semakin rendah nilai
Menurut Schipper (1989) manajemen CETR perusahaan tersebut, dari nilai CETR
laba adalah campur tangan dalam proses yang rendah maka semakin besar perusahaan
penyusunan pelaporan keuangan eksternal melakukan tax avoidance.
dengan tujuan untuk mendapatkan H1 : Manajemen laba berpengaruh
keuntungan-keuntungan pribadi. Jensen dan negatif terhadap tax avoidance
Meckling (1976) menjelaskan konflik agensi
terjadi karena adanya perbedaan kepentingan Kepemilikan Institusional dan Tax
dan adanya pemisahan antara pemilik dan Avoidance
manajer. Pemisahan antara pemilik dan Jensen dan Meckling (1976)
manajer ini menimbulkan asimetris informasi menerangkan bahwa teori agensi menjelaskan
dimana manajer lebih mengetahui informasi konflik agensi timbul karena adanya
dan prospek perusahaan di masa yang akan perbedaan kepentingan antara pemilik dan
datang sehingga melakukan tindakan untuk manajer. Pemilik hanya berfokus pada
keuntungannya sendiri salah satunya adalah investasinya dan manajer menginginkan
aktivitas manajemen laba. kompensasi keuangan maupun yang
Hubungan antara manajemen laba berhubungan dengan hal tersebut dari
dengan tax avoidance. Hal ini sesuai dengan kegiatannya mengelola perusahaan. Selain itu
motivasi perusahaan melakukan manajemen dikarenakan adanya pemisahan antara
laba dengan motivasi pajak (Scott, 2009). pemilik dan manajer, menimbulkan asimetris
Manajemen laba dapat mempengaruhi informasi. Asimetri informasi ini
perencanaan pajak karena atas manajemen menyebabkan manajer lebih mengetahui
laba akan mengubah pendapatan kena pajak informasi internal perusahaan dan akan
yang nantinya mengubah beban pajak bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri
(Kamila dan Martani, 2013). Salah satu (opportunitis) dengan mengabaikan
tindakan perencanaan yang dapat dilakukan kepentingan pemilik.
melalui penghindaran pajak atau sering Sesuai dengan prespektif dari konflik
disebut tax avoidance. Tax avoidance ini agensi, untuk mengurangi permasalahan
merupakan upaya bagi perusahaan untuk antara pemilik dan manajer serta tindakan

119 JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING


| Vol 1, No. 2, 2017, 114-133 | ISSN 2548-9917
manajer yang opportunitis yaitu dengan cara jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen
adanya Corporate Governance yang salah (Dyan ,2016).
satunya adalah kepemilikan institusional. Konflik agensi menjelaskan bahwa
Kepemilikan institusional merupakan manajer akan mementingkan kepentingannya
proporsi kepemilikan saham oleh institusi sendiri dan tidak menghiraukan kesejahteraan
pendiri perusahaan, bukan institusi pemegang dari pemilik dalam mengelola perusahaan.
saham publik yang diukur dengan persentase Hal ini akan berbeda apabila manajer
jumlah saham yang dimiliki oleh investor memiliki saham atau kepemilikan di
institusi internal (Sujoko dan Subiantoro, perusahaan tersebut. Manajer akan berhati-
2007). Tujuan adanya kepemilikan hati dalam mengambil keputusan karena
institusional yaitu memiliki kemampuan akan berimbas pada manajer itu sendiri,
untuk mengendalikan pihak manajemen sehingga akan berusaha semaksimal
melalui proses monitoring secara efektif mungkin untuk mengambil keputusan yang
sehingga mengurangi tindakan manajemen tepat untuk kesejahteraan perusahaan.
melakukan manajemen laba (Ujiyanto dan Penelitian yang dilakukan oleh
Pramuka, 2007). Hamed dan Boussaidi (2015); Rahmawati
Penelitian yang dilakukan oleh Pohan dkk. (2016) menemukan perusahaan yang
(2008); Khurana dan Moser (2009); Dyan dengan presentase kepemilikan manajerial
(2016) menemukan besar kecilnya yang tinggi maka akan mengurangi tindakan
konsentrasi kepemilikan institusional maka agresivitas pajak. Berdasarkan penelitian
akan mempengaruhi tindakan tax avoidance sebelumnya, kepemilikan manajerial dalam
perusahaan. Apabila kepemilikan perusahaan yang semakin besar, maka nilai
institusional semakin besar maka nilai CETR CETR akan meningkat dengan alasan
perusahaan akan ikut tinggi pula sehingga manajer akan patuh dalam membayar pajak
diindikasikan perusahaan tidak melakukan dimana manajer cenderung tidak melakukan
tindakan tax avoidance dan sebaliknya tax avoidance
semakin kecil kepemilikan institusional maka H3 = Kepemilikan Manajerial
nilai CETR kan menjadi rendah sehingga berpengaruh positif terhadap tax
perusahaan melakukan tax avoidance. avoidance
H2 = Kepemilikan Institusional
berpengaruh positif terhadap Tax Komite Audit dan Tax Avoidance
Avoidance Menurut peraturan Otoritas Jasa
Keuangan No. 55/POJK/2015, Komite Audit
Kepemilikan Manajerial dan Tax adalah komite yang dibentuk oleh dan
Avoidance bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris
Kepemilikan manajerial adalah dalam membantu melaksanakan tugas dan
kondisi yang menunjukkan bahwa manajer fungsi Dewan Komisaris. Komite audit paling
memiliki saham dalam perusahaan atau sedikit berjumlah 3 orang yang anggotanya
manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang berasal dari komisaris independen dan pihak
saham perusahaan (Rustiarini, 2011). luar emiten atau perusahaan publik. Fungsi
Kepemilikan saham oleh manajemen komite audit ini dapat mengurangi konflik
perusahaan (direksi, komisaris, manajer, agensi karena dapat melakukan pengawasan
maupun karyawan) diukur dengan presentase terhadap manajer agar tidak melakukan
tindakan yang mementingkan diri sendiri.

120 JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING


| Vol 1, No. 2, 2017, 114-133 | ISSN 2548-9917
Teori agensi menjelaskan bahwa salah Kualitas audit dapat diukur dengan
satu untuk meminimalkan konflik agensi menggunakan proksi apakah perusahaan
yaitu dengan adanya corporate governance diaudit oleh KAP The Big Four atau tidak
(Jensen dan Meckling, 1976). Salah satu (Annisa dan Kurniasih,2012). Laporan
mekanisme corporate governance yaitu keuangan yang diaudit oleh KAP The Big
komite audit. Komite Audit memiliki tugas Four menurut beberapa referensi dapat
untuk melakukan kontrol dalam proses dipercaya lebih berkualitas sehingga
penyusunan laporan keuangan perusahaan menampilkan nilai perusahaan yang
sehingga dapat meminimalisasi kecurangan sebenarnya, karena perusahaan yang diaudit
yang akan dilakukan manajemen. Komite KAP The Big Four tingkat kecurangan lebih
audit dapat mengurangi pengukuran dan rendah dibandingkan perusahaan yang di
pengungkapan akuntansi yang tidak tepat audit oleh KAP non The Big Four
sehingga akan mengurangi juga tindakan (Khoirunnisa, 2014).
kecurangan oleh manajemen dan tindakan Penelitian yang dilakukan oleh
melanggar hukum lainnya (Siallagan dan Khoirunnisa (2014); Fadhilah (2014); Dyan
Machfoez, 2006). (2016) membuktikan bahwa adanya pengaruh
Penelitian Annisa dan Kurniasih antara kualitas audit terhadap tax avoidance.
(2012); Winata (2014) menemukan adanya Penelitian yang telah dilakukan tersebut
pengaruh signifikan antara komite audit menyimpulkan bahwa laporan keuangan yang
dengan aktivitas tax avoidance yang di audit oleh KAP The Big Four memiliki
mengartikan bahwa jumlah komite audit yang tingkat kecurangan yang rendah
sesuai dengan syarat yaitu minimal 3 orang dibandingkan KAP Non The Big Four.
dapat meminimalisasi tindakan manajemen Sehingga perusahaan diaudit oleh KAP The
yang berhubungan dengan kepentingkan Big Four akan menghasilkan nilai CETR
pajak. Semakin banyak jumlah komite audit yang tinggi dikarenakan perusahaan tidak
ataupun sesuai syarat peraturan OJK, maka melakuakan tax avoidance.
nilai CETR perusahaan akan menjadi besar H5 = Kualitas Audit berpengaruh positif
yang mengimplikasikan bahwa perusahaan terhadap Tax Avoidance
tidak melaukan tindakan tax avoidance.
H4 = Komite Audit berpengaruh positif Corporate Social Responsibility dan Tax
terhadap Tax Avoidance Avoidance
Teori legitimasi menyatakan bahwa
Kualitas Audit dan Tax Avoidance perusahaan secara terus menerus mencoba
Konflik agensi menjelaskan bahwa untuk meyakinkan bahwa kegiatan atau
adanya perbedaan kepentingan antara pemilik aktivitas yang dilakukan sesuai dengan
dan manajer (Jensen dan Meckling, 1976). batasan dan norma-norma masyarakat dimana
Cara untuk mengurangi adanya konflik agensi perusahaan beroperasi atau berada.
dibutuhkan corporate governance yang baik, O’Donovan (2002) berpendapat legitimasi
salah satunya yaitu adanya transparansi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang
melalui kualitas audit mengenai laporan diberikan masyarakat kepada perusahaan dan
keuangan yang dibuat oleh manajer. sesuatu yang diinginkan atau dicari
Transparansi yang dapat menurunkan biaya perusahaan dari masyarakat. Perusahaan akan
agensi adalah audit (Jensen dan Meckling, meligitimasikan dirinya melalui
1976).

121 JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING


| Vol 1, No. 2, 2017, 114-133 | ISSN 2548-9917
pengungkapan Corporate Social uang rupiah, tidak mengalami kerugian
Responsibility. selama periode pengamatan, periode
Corporate Social Responsibility pembukuan berakhir pada 31 desember dan
merupakan proses mengkomunikasikan ada informasi yang dibutuhkan yang
dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan berhubungan dengan variabel. Data
ekonomi perusahaan terhadap kelompok yang dikumpulkan diperoleh melalui melalui situs
berkepentingan terhadap perusahaan secara www.idx.co.id, IDX Fact Book untuk melihat
keseluruhan (Arthana, 2011). Pengungkapan Public Accounting perusahaan dan
CSR yang tinggi akan memberikan citra yang www.sahamok.com.
positif untuk perusahaan. Perusahaan akan
menjaga citra positif dari masyarakat ini Pengukuran dan Definisi Variabel
dengan cara membayar pajak dan tidak 1. Tax Avoidance
melakukan tax avoidance yang dilihat dari Tax Avoidance yaitu upaya penghindaran
nilai CETR yang tinggi. pajak secara legal yang tidak melanggar
Watson (2011), Lanis Ricardson peraturan perpajakan yang dilakukan wajib
(2012) dan (2013), dalam penelitiannya pajak dengan cara mengurangi jumlah pajak
membuktikan bahwa perusahaan yang sadar yang terutang dengan cara mencari
sosial (high level CSR) cenderung kurang kelemahan peraturan (loopholes) (Suandy,
agresif dibandingkan dengan perusahaan 2014). Dalam mengukur penghindaran pajak
yang tidak bertanggung jawab secara sosial yaitu menggunakan proksi Cash ETR
(low level CSR) dalam kebijakan (Huseynov dan Kalmm, 2012). Pengukuran
penghindaran pajaknya. Pengungkapan CSR Cash ETR sebagai berikut:
yang tinggi akan menyebabkan semakin besar
nilai CETR yang dimiliki perusahaan, dimana
nilai CETR yang tinggi menjelaskan bahwa
tindakan tax avoidance yang dilakukan Keterangan:
perusahaan tidak ada ataupun menjadi CashETRit = Pajak yang dibayarkan dibagi
rendah. dengan laba sebelum pajak
H6 = Pengungkapan Corporate Social
Responsibility berpengaruh positif 2. Manajemen Laba
terhadap Tax Avoidance Manajemen laba adalah campur tangan
dalam proses penyusunan pelaporan
Metode Penelitian keuangan eksternal dengan tujuan untuk
Pemilihan dan Pengumpulan data mendapatkan keutungan pribadi
Pengambilan sampel menggunakan metode (Schipper,1989). Manajemen laba diukur
purposive sampling dengan mengambil dengan menggunakan discretionary accrual
sampel dari populasi berdasarkan kriteria dengan Modified Jones Model (1991),
tertentu yaitu perusahaan sektor sebagai berikut:
pertambangan dan pertanian yang terdaftar di 1) Total Accrual
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode
2013-2015 karena kegiatan operasionalnya
berhubungan langsung dengan sumber daya 2) Nondiscretionary Total Accrual dengan
alam, memiliki data laporan keuangan yang menggunakan regresi
lengkap, perusahaan menggunakan nilai mata

122 JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING


| Vol 1, No. 2, 2017, 114-133 | ISSN 2548-9917
INST= Proporsi Kepemilikan Konstitusional
JSI = Jumlah Saham yang Dimiliki oleh
Investor Institusi
3) Nondiscretionary Total Accrual (NDTA) TMS = Total Modal Saham yang beredar

4. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah
kepemilikan saham yang mayoritas dimiliki
4) Discretionary Total Accrual (DTA) oleh manajemen perusahaan (dewan
komisaris, direksi, maupun karyawan).
Kepemilikan manajerial diukur dengan
persentase jumlah saham yang dimiliki oleh
Keterangan: manajemen (Dyan, 2016) dengan
TACit = Total Accrual Perusahaan i pada membandingkan jumlah saham yang dimiliki
periode t manajemen dibandingkan dengan jumlah
𝑁𝐼𝑖𝑡 = Laba bersih (net income) saham yang beredar dikalikan dengan 100%
perusahaan i pada periode t (Rahmawati dkk. 2016).
𝐶𝐹𝑂𝑖𝑡 = Arus kas operasi (cash flow of
operation) perusahaan i pada
periode t (dimana seluruhnya dibagi
dengan total aset t-1) KM = Proporsi Kepemilikan Manajerial
𝑇𝐴𝑖𝑡−1 = Total aset perusahaan i pada JSI = Jumlah Saham yang Dimiliki oleh
tahun t-1 Manajerial
Δ𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖𝑡 = Pendapatan perusahaan i pada TMS = Total Modal Saham yang beredar
periode t dikurangi pendapatan
pada periode t-1 5. Komite Audit
𝛽 = Koefisien yang diperoleh dari Komite audit adalah komite yang
persamaan regresi. dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan,
Δ𝑇𝑅ec = Piutang usaha perusahaan i pada yang anggotanya diangkat dan diberhentikan
periode t dikurangi piutang oleh dewan komisaris, yang bertugas untuk
usaha pendapatan pada periode membantu melakukan pemeriksaan atau
t-1 penelitian yang dianggap perlu terhadap
𝑃𝑃𝐸𝑖𝑡 = Gross property, plant, and pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan
equipment perusahaan. Setiap jenis perusahaan,
εit = Error karakteristik komite auditnya pun berbeda
pula, dalam penelitian ini digunakan jumlah
3. Kepemilikan Institusional anggota komite audit dalam suatu perusahaan
Kepemilikan institusional adalah sebagai alat ukur variabel komite audit
kepemilikan saham perusahaan yang (Rahmawati dkk., 2016).
mayoritas dimiliki oleh institusi (Rahmawati
dkk., 2016; Dyan, 2016). 6. Kualitas Audit
Kualitas audit adalah segala kemungkinan
yang dapat terjadi saat auditor mengaudit
laporan keuangan klien dan menemukan

123 JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING


| Vol 1, No. 2, 2017, 114-133 | ISSN 2548-9917
pelanggaran atau kesalahan yang terjadi, dan regresi menggunakan data panel dan model
melaporkannya dalam laporan keuangan persamaan regresi sebagai berikut:
auditan (Dewi dan Jati, 2014). Kualitas audit CashETRit = β0+ β1EMit + β2KIit+ β3KMit
diukur melalui proksi ukuran KAP Big Four + β4KAit + β5AUDITit + β6CSRDit +
dan KAP non-Big Four. Kualitas audit diukur β7SIZEit + β8LEVit + εit
dengan skala nominal melalui variabel Keterangan :
dummy. Angka 1 digunakan untuk mewakili CashETRit = Tax Avoidance
perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four β0 = konstanta
dan angka 0 digunakan untuk mewakili β1, β2, ....... β9 = Koefisien variabel penjelas
perusahaan yang tidak diaudit oleh KAP INDPit = Proposi Dewan Komisaris
non-Big Four (Annisa dan Kurniasih, 2012). Independen
EMit = Manajemen Laba
7. Corporate Social Responsibility KIit = Kepemilikan Institusional
Pengukuran CSR digunakan dengan KMit = Kepemilikan Manajerial
melihat pengungkapan tanggung jawab sosial KAit = Komite Audit
perusahaan dalam 6 indikator yaitu indikator AUDITit = Kualitas Audit
ekonomi, lingkungan, ketenagakerjaan, hak CSRDit = Pengungkapan CSR
asasi manusia, masyarakat dan tanggung SIZEit = Ukuran Perusahaan
jawab produk dalam pedoman Sustainability LEVit = Tingkat Hutang Perusahaan
Report Global Reporting Initiative
Generation Four (GRI-G4). Selanjutnya total Hasil dan Pembahasan
nilai pengungkapan digunakan untuk Analisis Statistik Deskriptif
mengukur indeks CSR. Adapun rumus yang Hasil Analisis statistik deskriptif dalam
bisa digunakan sebagai berikut: penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 1 di
bawah ini:
Tabel 1
Deskriptif Statistik
Seluruh Variabel
Keterangan: N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
CSRIj = Indeks Luas Pengungkapan CETR 61 0.0141 1.0596 0.3639 0.2651
Tanggung Jawab Sosial dan EM 61 -0.2035 0.2465 -0.0180 0.0861
KI 61 0 0.9758 0.6083 0.2676
Lingkungan Perusahaan i KM 61 0 0.8135 0.0437 0.1251
KA 61 3 5 3.1630 0.4155
∑Xyi = nilai 1 jika diungkapkan dan 0 jika CSRD 61 0.0549 0.5934 0.2989 0.1804
SIZE 61 25.7802 31.087 29.0042 1.2958
tidak diungkapkan LEV 61 0.0412 0.8184 0.4584 0.2015
Variabel Kategorian
ni = Jumlah pengungkapan untuk KAP
perusahaan Kategori
Non Big Four
Dummy
0
Jumlah (N)
29
(%)
47,5
Metode Analisis Data Big Four 1 32 52,5
Total 61 100
Metode analisis data yang digunakan Sumber: data sekunder diolah, 2017
yaitu analisis regresi linier berganda. Tabel 1 menunjukkan hasil pengujian
Sebelum dilakukan uji hipotesis maka model statistik deskriptif dari jumlah observasi (N)
regresi diuji terlebih dahulu dengan uji adalah sebanyak 61 observasi. Variabel
asumsi klasik. Hal ini dilakukan agar model penelitian pertama dalam statistik deskriptif
tidak terdapat masalah autokorelasi, adalah variabel tindakan tax avoidance yang
multikolenieritas, heterokedastisitas dan data diukur dengan CETR (Cash Effective Tax
terdistribusi normal. Model persamaan

124 JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING


| Vol 1, No. 2, 2017, 114-133 | ISSN 2548-9917
Rate). Nilai rata-rata variabel CETR sebesar total keseluruhan saham yang beredar. Nilai
0.363929 menggambarkan bahwa rata-rata maksimum dari variabel KI dari perusahaan
perusahaan yang dijadikan sampel cenderung yang dijadikan sampel penelitian adalah
tidak melakukan tindakan tax avoidance, sebesar 0.9755758 yang menunjukkan bahwa
dimana nilainya sebesar 36% yang lebih besar ada perusahaan yang kepemilikan
dari tarif pajak efektif perusahaan yaitu 25%. institusionalnya paling tinggi yaitu sebesar
Nilai maksimum dari variabel CETR sebesar 97.6% tersebut dan menjelaskan perusahaan
1.059556 yang menjelaskan bahwa dikendalikan oleh pemegang saham
perusahaan yang terdapat dalam sampel institusional. Selanjutnya nilai minimum dari
membayar pajak yang lebih banyak dari variabel KI yaitu sebesar 0 yang
akibat adanya akumulasi hutang pajak tahun menunjukkan bahwa ada perusahaan yang
sebelumnya yang dibayarkan sekarang oleh dijadikan sampel tidak memiliki pemegang
perusahaan. Nilai minimum dari variabel saham institusional karena saham pada
CETR sebesar 0.014078 yang menjelaskan perusahaan ini dimiliki oleh pemerintah.
perusahaan diindikasikan melakukan tax Variabel KM dari perusahaan yang
avoidance terbesar dimana perusahaan yang dijadikan sampel memiliki nilai rata-rata
dijadikan sampel memiliki nilai CETR yang kepemilikan manajerial yaitu sebesar
lebih kecil dari tarif pajak efektif yaitu 25%. 0.043662 dan menjelaskan bahwa rata-rata
Variabel selanjutnya yaitu manajemen perusahaan memiliki 4.3662% saham
laba (EM) dimana nilai rata-rata dari EM manajerial dari keseluruhan saham yang
yaitu sebesar -0.018030. Nilai rata-rata dari beredar. Nilai maksimum dari variabel KM
variabel EM menggambarkan bahwa secara yaitu sebesar 0.813474 menjelaskan bahwa
rata-rata perusahaan yang dijadikan sampel presentase kepemilikan saham manajerial
dalam penelitian melakukan manajemen laba dari perusahaan yang paling tinggi sebesar
dengan pola income minimanization atau 81.3474%. Nilai minimum KM dari
income decreasing. Nilai maksimum dari perusahaan yang diteliti sebesar 0 yang
variabel EM adalah 0.246498 yang menjelaskan tidak ada kepemilikan saham
menjelaskan bahwa ada perusahaan yang oleh manajerial di perusahaan tersebut.
dijadikan sampel melakukan pola manajemen Komite audit (KA) merupakan jumlah
laba dengan bentuk income increasing atau komite audit yang ada di dalam perusahaan.
income maximization yang tertinggi. Nilai Nilai rata-rata dari KA sebesar 3.16 yang
minimum dari variabel EM adalah sebesar menunjukkan bahwa secara keseluruhan
-0.203593 yang menjelaskan bahwa perusahaan yang dijadikan sampel telah
perusahaan yang dijadikan sampel dalam memenuhi aturan Otoritas Jasa Keuangan No.
penelitian ini melakukan manajemen laba 55/POJK/2015 yang menyatakan bahwa
dengan cara income decreasing atau income jumlah komite audit di suatu perusahaan
minimanization tertinggi. minimal yaitu 3 orang. Nilai maksimum KA
Variabel corporate governance yang sebesar 5, yang menjelaskan bahwa
diukur dengan proporsi kepemilikan perusahaan yang dijadikan sampel memiliki
institusional (KI). Variabel KI menunjukkan jumlah komite audit yang terbanyak yaitu 5
nilai rata-rata yaitu sebesar 0.608322 yang komite audit. Nilai minimum KA yang
menjelaskan bahwa rata-rata kepemilikan dijadikan sampel yaitu sebesar 3 yang mana
intsitusional (KI) dari perusahaan yang menjelaskan bahwa perusahaan telah
dijadikan sampel yaitu sebesar 60,8322% dari memenuhi syarat jumlah komite audit

125 JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING


| Vol 1, No. 2, 2017, 114-133 | ISSN 2548-9917
berdasarkan peraturan Otoritas Jasa minimum sebesar 25.78026 menggambarkan
Keuangan No. 55/POJK/2015. bahwa ada ukuran perusahaan yang terkecil
Selanjutnya variabel corporate pada sampel.
governance yang diukur dengan kualitas audit Variabel tingkat hutang (LEV) yang
(AUDIT). Kualitas audit dilihat berdasarkan diukur dengan rasio leverage yaitu total
apakah perusahaan tersebut diaudit oleh KAP hutang dibagi dengan total aset. Nilai rata-rata
Big Four atau tidak. Berdasarkan Tabel 1 LEV sebesar 0.458407 yang menunjukkan
jumlah presentase perusahaan yang dijadikan bahwa rata-rata tingkat penggunaan hutang
sampel sebesar 47.5% atau dilihat dari jumlah perusahaan sampel sebesar 45.84% sebagai
perusahaan yaitu sebanyak 29 perusahaan. sumber pendanaan untuk 100% dari aset yang
Jumlah presentase perusahaan yang diaudit dimiliki. Nilai maksimum LEV pada
oleh KAP Big Four yaitu sebesar 52.5% atau perusahaan yang dijadikan sampel sebesar
sebanyak 32 perusahaan. Hal ini dapat 0.818356 yang menjelaskan bahwa ada
dijelaskan sudah setengah atau 50% dari perusahaan dari 100% aset yang dimiliki
perusahaan yang diteliti telah diaudit oleh perusahaan, sebanyak 81% didanai oleh
KAP Big Four. hutang. Nilai miminum LEV pada perusahaan
Variabel selanjutnya adalah yang dijadikan sampel yaitu sebesar 0.041197
pengungkapan corporate social responsibility yang menjelaskan bahwa dari 100% aset yang
(CSRD). Nilai rata-rata dari CSRD yaitu dimiliki perusahaan 4,1197% didanai oleh
sebesar 0.298865. Hal ini menunjukkan hutang.
perusahaan yang dijadikan sampel rata-rata
belum mengungkapkan CSR sebanyak 50% Uji Normalitas
dari seluruh jumlah indeks GRI-G4 (45 atau Uji yang dilakukan pertama kali sebelum
46 pengungkapan). Nilai standar deviasi yaitu menguji hipotesis adalah uji normalitas data
sebesar 0.180432, nilai ini lebih kecil dari dengan melihat Jarque-Bera (JB test)
nilai rata-rata dan menjelaskan presentase berdasarkan nilai residual. Residual dikatakan
rata-rata CSRD tidak bervariasi. Nilai memiliki distribusi normal apabila nilai p-
maksimum dari CSRD yaitu sebesar value diatas 10% dan tidak terdistribusi
0.593407 yang menjelaskan bahwa ada secara normal jika nilai p-value dibawah 10%
perusahaan yang dijadikan sampel melakukan (Ajija dkk., 2011).
pengungkapan CSR paling tinggi yaitu Tabel 2
sebesar 59% dari seluruh pengungkapan di Hasil Uji Normalitas Data
indeks GRI-G4. Nilai minimum dari CSRD Model
N Jarque-Bera Probability Keterangan
Per
yaitu sebesar 0.054945 yang menjelaskan Tidak
1 61 10.07441 0.00649
bahwa ada perusahaan dijadikan sampel Normal
Sumber: data sekunder diolah, 2017
melakukan pengungkapan sebanyak 5.4%
dari keseluruhan pengungkapan yang ada di Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa Uji
indeks GRI-G4. Jaque-Bera (JB Test), terlihat model dalam
Variabel ukuran perusahaan (SIZE) persamaan dalam penelitian ini terdistribusi
yang diproksikan dengan logaritma natural tidak normal karena p-value dari residual
(Ln) total aset. Nilai rata-rata SIZE sebesar dibawah 10% (0.006492<p-value). Langkah
29.00424. Nilai maksimum SIZE sebesar yang dilakukan untuk menormalkan adalah
31.08725 menggambarkan bahwa ada ukuran dengan membuang data yang bersifat outlier
perusahaan terbesar pada sampel dan nilai dari keseluruhan observasi. Hasil setelah

126 JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING


| Vol 1, No. 2, 2017, 114-133 | ISSN 2548-9917
membuang data yang outlier disajikan pada multikoliniearitas (Ajija dkk., 2011). Hasil uji
Tabel 3 sebagai berikut: menunjukkan bahwa seluruh variabel
Tabel 3 independen bebas masalah multikolinieritas.
Hasil Uji Normalitas Data (setelah
membuang outlier) Uji Heterokedastisitas
Model Hasil yang diperhatikan dari Uji ini
N Jarque-Bera Probability Keterangan
Persamaan
1 48 1.692911 0.428933 Normal adalah nilai F dan Obs* R-squared. Jika nilai
Sumber: data sekunder diolah, 2017
p-value dari Obs* R-squared lebih besar dari
Dari hasil perbaikan data observasi, tabel 5%, maka tidak terjadi heterokedastisitas,
3 menjelaskan bahwa data telah terdistribusi demikian juga, sebaliknya (Ajija dkk., 2011).
secara normal karena p-value diatas 10% dan Adapun hasil uji heterokedastisitas
banyaknya data obsevasi yang digunakan disajikan pada tabel 5 sebagai berikut:
berkurang yang awalnya sebanyak 61 data Tabel 5
menjadi 48. Hasil Uji Heterokedastisitas
Model
Persamaan Obs*R-squared Probability Keterangan
Uji Autokorelasi 1 9.818 0.2780 Bebas
Heterokedastisitas
Pengujian autokorelasi dilakukan dengan Sumber: data sekunder diolah, 2017
menggunakan uji LM (Metode Bruesch Dari hasil pengujian heterokedastisitas
Godfrey). Metode ini didasarkan pada nilai F pada tabel 5 diketahui model persamaan (1)
dan Obs*R-Squared, dimana jika nilai memiliki p-value Obs*R-Squared sebesar
probabilitas dari Obs*R-Squared melebihi 0.2780 (p-value > 0.05). Dengan demikian
tingkat kepercayaan yaitu 5% (Ajija dkk., dari model persamaan tidak terkena masalah
2011). Hasil uji autokorelasi model heterokedastisitas.
persamaan ini disajikan pada Tabel 4 sebagai
berikut: Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Tabel 4 Tabel 6 Menunjukkan hasil regresi dari
Pengujian Autokorelasi pengaruh manajemen laba, corporate
Model
Obs*R-squared Probability Keterangan governance, corporate social responsibility
Persamaan

1 0.014 0.907 Bebas Autokorelasi terhadap tax avoidance.


Sumber: data sekunder diolah, 2017 Tabel 6
Berdasarkan tabel 4 hasil Breusch- Hasil Pengujian Hipotesis
Nilai
Godfrey Serial Correlation LM Test terlihat Variabel Koefisien P value
Koefisien
nilai Obs*R-Squared pada model persamaan C 0.668898 0.3705
EM β1 -0.672849 0.0086*
(1) sebesar 0.014 dan memiliki nilai p-value KI β2 0.016409 0.8766
sebesar 0.907 yang dimana lebih besar dari KM β3 0.080637 0.6669
KA β4 -0.067254 0.3276
0.05 (p-value > 5%) sehingga disimpulkan AUDIT β5 0.029454 0.5926
persamaan (1) bebas dari masalah CSRD β6 0.579874 0.0010*
SIZE β7 -0.015013 0.5504
autokorelasi. LEV β8 0.142368 0.2457
R-Squared 0.497667
Uji Multikolenieritas Adjusted R-Squared 0.394624
F 4.829718
Pengujain multikoleniearitas dilihat Jika Sig 0.000350
korelasi di antara masing-masing variabel *Signifikan pada tingkat 1%
independen lebih besar dari 0,8, maka terjadi Sumber: data sekunder diolah, 2017

127 JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING


| Vol 1, No. 2, 2017, 114-133 | ISSN 2548-9917
Hasil regresi menunjukkan bahwa berpengaruhnya kepemilikan institusional ini
variabel manajemen laba (EM) berpengaruh dapat dijelaskan besar kecilnya kepemilikan
negatif dan signifikan terhadap tax avoidance institusional tidak membuat praktik tax
(CETR). Dengan demikian hipotesis pertama avoidance berkurang. Dari statistik deskriptif
diterima. hasil ini sejalan dengan penelitian menjelaskan rata-rata kepemilikan
Tiaras dan Wijaya (2012); Winda dkk. (2016) institusional yaitu sebesar 60,8332%, dimana
yang menjelaskan bahwa tindakan dengan kepemilikan institusional yang cukup
manajemen laba akan mempengaruhi tinggi seharusnya mampu menekan tindakan
besarnya beban pajak yang dibayarkan. tax avoidance yang dilakukan manajer.
Manajer bertindak oportunistik akibat dari Namun tidak berperannya kepemilikan
asimetris informasi yaitu dengan melakukan institusional diindikasikan bahwa
manajemen laba dengan motivasi pajak kepemilikan institusional memperbolehkan
(taxation motivation) sehingga tindakan manajer untuk melakukan tax avoidance. Hal
manajemen laba mempengaruhi besarnya ini disebabkan bahwa dengan tax avoidance
pajak yang dibayarkan. Analisis deskriptif perusahaan akan mendapatkan sumber dana
variabel manajemen laba menggambarkan yang berlebih. Sumber dana inilah yang akan
bahwa perusahaan yang dijadikan sampel digunakan perusahaan untuk tindakan
terindikasi melakukan income decreasing investasi ataupun untuk kesejahteraan
atau income minimization dengan rata-rata kepemilikan institusional itu sendiri.
0,018%. Hal ini memberikan bukti bahwa Variabel kepemilikan manajerial tidak
selama periode pengamatan, ada berpengaruh terhadap tax avoidance, dengan
kecendrungan perusahaan melakukan income demikian hipotesis ditolak. Hasil ini tidak
decreasing atau income minimization sebagai konsisten dengan penelitian Hamed dan
upaya mempengaruhi besarnya pajak yang Boussaidi (2015); Rahmawati dkk. (2016)
dibayarkan. Perusahaan melakukan income yaitu kepemilikan manajerial mempengaruhi
decreasing semakin tinggi maka beban pajak tindakan perusahaan melakukan tax
yang dibayarkan oleh perusahaan menjadi avoidance dan penelitian dari Huseynov dan
kecil karena laba merupakan patokan dalam Klamm (2012) bagus atau tidaknya corporate
perhitungan pajak. Oleh karena itu, governance berpengaruh pada tindakan tax
manajemen akan melaporkan laba yang avoidance. Namun konsisten dengan
disesuaikan melalui pilihan akuntansi yang penelitian Dyan (2016) dimana kepemilikan
mengurangi laba atau income decreasing manajerial tidak berpengaruh terhadap tax
yang berdampak pada penghindaran pajak. avoidance. Kepemilikan manajerial yang
Variabel kepemilikan institusional tidak tidak berpengaruh terhadap tax avoidance
berpengaruh terhadap tax avoidance, dengan menjelaskan bahwa walaupun manajer
demikian hipotesis ditolak. Hasil ini tidak memiliki saham di perusahaan tersebut,
konsisten dengan penelitian Pohan (2008); manajer bertindak sesuai dengan kepentingan
Khurana dan Moser (2009); Dyan (2016) pribadinya (entrenchment) bukan pada upaya
yaitu kepemilikan institusional menyelaraskan kepentingannya dengan
mempengaruhi tindakan tax avoidance pemilik perusahaan (aligment) karena
perusahaan namun konsisten dengan kepemilikan saham yang dimiliki manajer
penelitian khoirunnisa (2014) dan Fadhillah cukup sedikit. Kepemilikan manajerial yang
(2014) yaitu kepemilikan institusional tidak cukup sedikit dapat dilihat dari rata-rata
berpengaruh terhadap tax avoidance. Tidak kepemilikan manajerial pada perusahaan

128 JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING


| Vol 1, No. 2, 2017, 114-133 | ISSN 2548-9917
hanya sebesar 4,3662% dari keseluruhan Fadhilah (2014); Dyan (2016) yaitu kualitas
saham yang beredar. Kepemilikan manajerial audit mempengaruhi tindakan perusahaan
yang relatif sedikit belum menyelesaikan melakukan tax avoidance dan penelitian dari
persoalan keagenan yang terjadi antara Huseynov dan Klamm (2012) bagus atau
principal (pemilik) dan agent (manajer) tidaknya corporate governance berpengaruh
dimana dengan adanya kepemilikan saham pada tindakan tax avoidance. Namun
manajerial dapat mengurangi perilaku konsisten dengan penelitian Winata (2014)
oportunistik yang dilakukan manajer yang dimana kualitas audit tidak berpengaruh
dapat merugikan pemilik perusahaan. terhadap tax avoidance. Tidak
Variabel komite audit tidak berpengaruh berpengaruhnya kualitas audit terhadap tax
terhadap tax avoidance, dengan demikian avoidance mengindikasikan bahwa auditor
hipotesis ditolak. Hasil ini tidak konsisten hanya memberikan opini audit atas kewajaran
dengan penelitian dari Annisa dan Kurniasih dari penyajian laporan keuangan perusahaan.
(2012); Winata (2014) yaitu komite audit kewajaran atas penyajian laporan keuangan
mempengaruhi tindakan perusahaan tersebut salah satunya adalah terkait dengan
melakukan tax avoidance dan penelitian dari penerapan standar akuntansi yang berlaku
Huseynov dan Klamm (2012) bagus atau umum yang meliputi pengukuran, pengakuan,
tidaknya corporate governance berpengaruh dan pelaporan. Pengukuran, pengakuan, dan
pada tindakan tax avoidance. Sedangkan pelaporan yang berdasarkan standar
konsisten dengan penelitian dari khoirunnisa akuntansi yang digunakan dapat berbeda
(2014) dan Winarsih dkk (2014) yaitu komite dengan yang diperkenankan menurut
audit tidak berpengaruh terhadap tax undang-undang perpajakan. Dengan adanya
avoidance. Ditolaknya hipotesis ini perbedaan tersebut mewajibkan perusahaan
menjelaskan bahwa walaupun nilai rata-rata harus melakukan koreksi fiskal. Auditor
komite audit yang dimiliki perusahaan sudah dalam penugasannya dalam pemberian opini
sesuai dengan peraturan OJK No. atas kewajaran penyajian laporan keuangan
55/POJK/2015 yaitu sebanyak 3 orang, belum tentu saja akan mempertimbangkan bahwa
mampu menurunkan tindakan tax avoidance. rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh
Hal ini dapat mengindikasikan bahwa komite perusahaan akan membuat auditor akan
audit telah menelaah laporan keuangan yang mempertimbangkan untuk memberikan opini
akan di keluarkan oleh perusahaan. Adanya atas kewajaran pengungkapan laporan
tindakan tax avoidance yang dilakukan oleh keuangan. Jika pengungkapan atas koreksi
perusahaan ini menurut komite audit fiskal telah disajikan dengan baik oleh
merupakan hal yang legal, asalkan laporan perusahaan.
keuangannya sesuai dengan standar akuntansi Variabel corporate social responsibility
keuangan (SAK). Selain itu dapat juga berpengaruh terhadap tax avoidance, dengan
diindikasikan perusahaan hanya sekadar demikian hipotesis diterima. Penelitian ini
untuk memenuhi peraturan yang ada dan konsisten dengan Watson (2011), Lanis dan
belum melakukan tugas yang ada di peraturan Richardson (2012) dan (2013) yang
OJK 55/POJK/2015. menyatakan perusahaan yang sadar sosial
Variabel kualitas audit tidak berpengaruh (high level CSR) cenderung kurang agresif
terhadap tax avoidance, dengan demikian dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
hipotesis ditolak. Hasil ini tidak konsisten bertanggung jawab secara sosial (low level
dengan penelitian dari Khoirunnisa (2014); CSR) dalam kebijakan penghindaran

129 JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING


| Vol 1, No. 2, 2017, 114-133 | ISSN 2548-9917
pajaknya. Hal ini menjelaskan bahwa dengan CETR apabila dilihat dari nilai rata-
perusahaan yang mengungkapkan CSR yang rata statistik deskriptif, maka untuk
tinggi cenderung untuk dilakukan tax penelitian selanjutnya mengganti proksi tax
avoidance. Perusahaan akan akan avoidance seperti effective tax rate dan book
mengungkapkan CSR yang tinggi sehingga tax difference; 3) Sampel dalam penelitian ini
mendapatkan legitimasi dari masyarakat luar. belum dapat menjelaskan bahwa manajer
Legitimasi yang dimiliki perusahaan inilah melakukan tax avoidance apakah
yang akan dijaga perusahaan yaitu dengan berhubungan dengan rent extraction atau
salah satu caranya yaitu tidak melakukan tax prinsipal yang menugaskan maupun bekerja
avoidance. sama dalam mendapatakan manfaat dari tax
avoidance, maka untuk penelitian selanjutnya
Simpulan dan Saran lebih memastikan sturktur organisasi
Kesimpulan perusahaan di Indonesia melalui literatur
Kesimpulan dari hasil penelitian yang yang ada sehingga dapat terlihat tujuan dari
telah dilakukan sebagai berikut: 1) manajer dalam melakukan tindakan tax
Manajemen laba berpengaruh negatif dan avoidance; 4) Adanya kontradiksi antara
signifikan terhadap tax avoidance; 2) manejemn laba dan corporate social
Kepemilikan institusional tidak berpengaruh responsibility diamana kedua hipotesis ini
terhadap tax avoidance; 3) Kepemilikan diterima, maka penelitian selanjutnya
manajerial tidak berpengaruh terhadap tax mengubah pengukuran dari manajemen laba
avoidance; 4) Komite audit tidak berpengaruh akrual ke manajemen laba rill
terhadap tax avoidance; 5) Kualitas Audit
tidak berpengaruh terhadap tax avoidance; 6) Daftar Rujukan
Corporate Social Responsibility berpengaruh Ajija, Shochrul R, Syah W. Sari., Rahmat H.
positif dan signifikan terhadap tax avoidance. Setianto, Martha R. Primanti 2011.
Cara Cerdas Menguasai Eviews.
Keterbatasan dan Saran untuk Penelitian Salemba Empat,. Jakarta.
Selanjutnya Annisa, N. A., dan Kurniasih, L. 2012.
Pengaruh Corporate Governance
Beberapa hal menjadi keterbatasan dalam Terhadap Tax Avoidance. Jurnal
penelitian ini. Oleh karena itu peneliti Akuntansi & Auditing, 8, hal. 95-189.
memberikan beberapa saran untuk penelitian Arifin,Zaenal. 2007. Teori Keuangan &
selanjutnya. Keterbatasan dan saran yang Pasar Modal. Kampus Fakultas
dimaksud antara lain: 1) Nilai rata-rata CETR Ekonomi UII, Yogyakarta: EKONISIA.
pada statistik deskriptif menunjukkan nilai Arthana, R. 2011. Pengaruh Karakteristik
CETR 36% yang menjelaskan perusahaan Perusahaan Terhadap Pengungkapan
tidak melakukan tax avoidance, maka untuk Tanggungjawab Sosial Perusahaan
penelitian selanjutnya menambah kriteria (CSR) pada Perusahaan yang Terdaftar
penilitian yaitu dimana nilai CETR yang di Indeks LQ45 Bursa Saham Indonesia.
rendah (dibawah 25%) atau dapat juga Diakses: http://jimfeb.ub.ac.id/
melakukan uji beda antara nilai CETR yang Deegan, C., Rankin. M., dan Tobin, J., 2002,
tinggi dan rendah; 2) Adanya kontradiksi An Examination of the Corporate
antara hasil hipotesis untuk manajemen laba Social and Environmental Disclosure
dan corporate governance apabila diukur BHP from 1983-1997 a Test of

130 JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING


| Vol 1, No. 2, 2017, 114-133 | ISSN 2548-9917
Legitimacy Theory. Accounting, Kamila, Putri Almainda dan Martani, Dwi.
Auditing and Accountability, Vol.15, 2013. Analisis Hubungan Agresivitas
No. 3, pp 312-343. Pelaporan Keuangan dan Agresivitas
Desai M. A & Dharmapala, D. (2006). Pajak. Simposium Nasional Akuntansi
Corporate Tax Avoidance and High- XVII, Lombok.
Powered Incentives. Journal of Khoirunnisa. 2014. Pengaruh Corporate
Financial Economics, 70, 145-179. Governance Terhadap Tax Avoidance
Dyan, Amila. 2016. Pengaruh Corporate Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Governance dan Corporate Social Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Responsibility Disclosure Terhadap Tax Diakses di http://scholar.google.co.id/.
Avoidance (Studi Empiris pada Khurana, I. K. dan W. J. Moser. 2009.
Perusahaan Tambang dan CPO yang Institutional Ownership and Tax
Listing di BEI 2010-2014). Diakses di Aggressiveness. www.ssrn.com:
http://scholar.google.co.id/. Working Paper.
Fadhillah, Rahmi. 2014. Pengaruh Good Landolf, U. 2006, Tax and Corporate
Corporate Governance Pada Tax esponsibility, International Tax Review
Avoidance (Studi Empiris Pada 29, 6-9.
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Lanis, R., dan Richardson, G. 2012. Corporate
di BEI 2009-2011). Skripsi. Universitas Social Responsibility and Tax
Negeri Padang. Aggresiveness: an Empirical Analysis.
GRI 2016, Sustainability Reporting Journal of Accounting and Public
Guideliness G4, Global Reporting Policy. 31, 86-108
Initiatives. www. globalreporting.org Lanis, R., dan Richardson, G. 2013. Is
Hamed, M.S., dan Boussaidi.A. 2015. The Corporate Social Responsibility
Impact of Governance Mechanisms on Performance Associated with Tax
Tax Aggressiveness: Empirical Avoidance?. Journal Business Ethics.
Evidence From Tunisisan Context. Vol. 127.
Journal of Asian Business Strategy, Lee, Namryoung dan Swenson, Charles. 2011.
Vol.5(1). Earnings Management through
Huseynov, Fariz dan Klamm, Bonnie K. 2012. discretionary expenditures in the U.S.,
Tax Avoidance, Tax Management, and Canada, and Asia. International
Corporate Social Responsibility. Business Research. 4(2). hal 257-266.
Journal of Corporate Finance 18, 804- Lindblom, C.K. 1994. The Implications of
827. Organizational Legitimacy for
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. 1976. Corporate Social Performance and
Theory of the Firm : Managerial Disclosure.Presented at the Critical
Behavior, Agency Costs and Ownership Perspectives on Accounting Conference,
Structure. Journal of Financial New York, NY.
Economics, 3(4), 305-360. O’Donovan, G, 2002. Environmental
Jones, J. J. 1991. Earnings management Disclosure in the Annual Report,
during import relief investigations. Extending the Applicability and
Journal of Accounting Research 29 (2): Predictive Power of Legitimacy Theory,
193-288 Accounting, Auditing and
Accountability Journal, Vol. 15, No. 3

131 JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING


| Vol 1, No. 2, 2017, 114-133 | ISSN 2548-9917
Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Peraturan Faktor Intern Dan Faktor Ekstern
Otoritas Jasa Keuangan No. Terhadap Nilai Perusahaan (Studi
55/POJK.04/2015 tentang empirik pada perusahaan manufaktur
Pembentukan dan Pedoman dan non manufaktur di Bursa Efek
Pelaksanaan Kerja Komite Audit: Jakarta). Jurusan Ekonomi Manajemen,
Jakarta Fakultas Ekonomi – Universitas
Pohan, Hotman Tohir. 2008. Pengaruh Good Kristen Petra.
Corporate Governance, Rasio Tobin Q, Tiaras, Irvan dan Wijaya, Henryanto. 2015.
Perata Laba Pada Penghindaran Pajak Pengaruh Likuiditas, Leverage,
Pada Perusahaan Publik. Jurnal Manajemen Laba, Komisaris
Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Independen, dan Ukuran Perusahaan
Keuangan Publik. Universitas Trisakti. terhadap Agresivitas Pajak.Jurnal
Rahmawati, Ayu., Wi, M.G. Endang., Rosalita Akuntansi,Vol. XIX, No. 03.
Rachma Agusti. 2016. Pengaruh Trisna, Nila Syanthi., Sudarma, Made., dan
Pengungkapan Corporate Social Erwin Saraswati. 2012. Dampak
Responsibility Dan Corporate Manajemen Laba Terhadap
Governance Terhadap Tax Avoidance Perencanaan Pajak dan Persistensi Laba.
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Jurnal Ekonomi dan Keuangan, No.
Yang Terdaftar Di BEI Periode 2012- 80/DIKTI/Kep/2012.
2014). Jurnal Perpajakan Ujiyantho, Muh. Arief dan Pramuka,
(JEJAK) Vol. 10 No. 1 Bambang Agus. 2007. Mekanisme
Rustiarini, Ni Wayan. 2011. Pengaruh Corporate Governance, Manajemen
Struktur Kepemilikan Saham Pada Laba dan Kinerja Keuangan (Studi
Pengungkapan Corporate Social Pada Perusahaan go public Sektor
Responsibility. Audit Jurnal Akuntansi Manufaktur). Simposium Nasional
Dan Bisnis, 12 (1) : 1-12. Akuntansi X. Makasar.
Schipper, K. 1989. Earnings Management. Watson, Luke. 2011. Corporate Social
Accounting Horizons 3, 91-106. Responsibility and Tax Aggressiveness:
Scott, William, R. 2009. Financial An Examination of Unrecognized Tax
Accounting Theory, International Benefits. www.ssrn.com
Edition, New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Whyudi, Dudi. 2015. Analisi Empiris
Schroeder, R. G., Myrtle, W. C., & Jack, M. C. Pengaruh Aktivitas corporate Social
(2014). Financial Accounting Theory Responsibility (CSR) terhadap
and Analysis : Text and Case Eleventh Penghindaran Pajak. Widyaswara
Edition. USA: Wiley. Network Jorunal, Edisi 2, No. 4.
Siallagan, H., dan M. Machfoedz. 2006. Wijayanti, Provita dan Slamet, Abdul. 2012.
Mekanisme Corporate Governance, Respon Perubahan Tarif Pajak
Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Penghasilan, Insentif dan Non Insentif
Simposium Nasional Akuntansi IX. Pajak Terhadap Manajemen Laba.
Padang. Conference In Bussines, Accounting
Suandy, Erly. 2014. Perencanaan Pajak Edisi and Management (CBAM), Vol. 1 No.
5. Jakarta: Salemba Empat. 1.
Sujoko dan Subiantoro, Ugy. 2007. Pengaruh Winarsih, Rina., Prasetyono, Muhammad
Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Syam Kusufi. 2014. Pengaruh Good

132 JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING


| Vol 1, No. 2, 2017, 114-133 | ISSN 2548-9917
Corporate Governance dan Corporate
Social Responsibility Terhadap
Tindakan Pajak Agresif (Studi pada
Perusahaan Manufaktur yang Listing di
BEI Tahun 2009-2012). Simposium
Nasional Akuntansi XVII, Lombok.
Winata, Fenny. 2014. Pengaruh Corporate
Governance Terhadap Tax Avoidance
pada Perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Tax
& Accounting Review, Vol. 4, No. 1.
Winda, Nadya Sari., Pratomo, Dudi SET.,
M.Ak., dan Siska Priyandi Yudowati,
S.E., MBA.2016. Pengaruh Manajemen
Laba Terhadap Agresivitas Pajak (Studi
Kasus pada Perusahaan Manufaktur
Subsektor Makanan dan Minuman yang
terdaftar di BEI Tahun 2010-2015.
Diakses:
library.telkomuniversity.ac.id/pustaka/f
iles/116361/jurnal_eproc/jurnal_eproc.

133 JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL ACCOUNTING


| Vol 1, No. 2, 2017, 114-133 | ISSN 2548-9917

You might also like