You are on page 1of 24

Pengaruh Komisaris Independen dan Kualitas Audit

terhadap Penghindaran Pajak melalui Manajemen


Laba pada BUMN di Indonesia
Jenis Sesi Paper: Full paper
Arna Suryani Marissa Putriana
Universitas Batanghari Universitas Batanghari Jambi
Arna_halim@yahoo.co.id Marissa.putriana89@gmail.com

Venny Junica Utami


Universitas Batanghari
doniebear@yahoo.com

Abstract: This research aims to test and get the empirical evidence about the influence of the
independent commissioners and quality audits against tax avoidance through earning
management as intervening variable. The sample used is State-owned enterprises (BUMN)
that are listed in the indonesia stock exchange period 2016 and 2017. Method of sampling
using a purposive sampling so that the retrieved sample as many as 40 observations. Data
analysis using path analysis by doing a test instrument, hypothesis test of F and t.The results
showed that the independent commissioner through the management profit was negative and
not significant effect of 0.66% against tax avoidance. While the audit quality through the
earning management of a negative effect and not significant amounting to 0.145% against tax
avoidance. This shows that the existence of an independent commissioner to create a climate
that is more objective and the quality of audit are audited by the Big four aren't able to
mitigate acts of infringement committed corporate management State-Owned Enterprises
listed on the Indonesia stock exchange.
Keywords: Independent Commissioner, Audit Quality, Earning Management, Tax Avoidance
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Penelitian
Dibandingkan dengan sumber pendapatan lainnya pajak merupakan sumber pendapatan negara
yang terbesar untuk menopang penerimaan negara. Masih kurangnya kesadaran wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakan mengakibatkan belum optimalnya pencapaian target penerimaan
pajak. Hal ini disebabkan wajib pajak akan berusaha untuk meminimalkan beban pajaknya, bahkan
jika dimungkinkan wajib pajak akan melakukan penghindaran pajak (tax avoidance) (Suandy, 2011).
Penghindaran pajak merupakan strategi pajak yang agresif yang dilakukan perusahaan dalam rangka
meminimalkan beban pajak. Hal ini dilakukan karena wajib pajak memanfaatkan adanya celah dari
peraturan perundang-undangan perpajakan dalam melakukan praktik penghindaran pajak untuk
memitigasi beban pajak. Beban pajak yang dibayarkan karena akan mengurangi laba atau pendapatan
wajib pajak, hal inilah yang memotivasi wajib pajak untuk melakukan mitigasi karena penghindaran
pajak menguntungkan bagi perusahaan.
Penghindaran pajak dapat diminimalkan jika adanya suatu tata kelola perusahaan yang baik.
Sebagai bagian dari sistem internal perusahaan tata kelola perusahaan merupakan mekanisme yang
mengarahkan dan mengendalikan aktivitas perusahaaan sehingga aktivitas perusahaan dijalankan
sesuai dengan harapan pemangku kepentingan. Penerapan tata kelola perusahaan bertujuan untuk (1)
menjaga sustainability perusahaan, (2) meningkatkan nilai perusahaan dan kepercayaan pasar, (3)
mengurangi biaya keagenan dan biaya modal, (4) meningkatkan kinerja, efisiensi dan pelayanan
kepada pemangku kepentingan, (5) melindungi organisasi dari intervensi politik dan tuntutan hukum,
serta (6) membantu terwujudnya good corporate citizen.
Tata kelola perusahaan dapat direpresentasikan dengan komite audit dan komisaris independen.
Komite audit memiliki fungsi untuk mengawasi tata kelola perusahaan dan mengawasi audit eksternal
atas laporan keuangan perusahaan, sedangkan komisaris independen memonitoring memungkinkan
manajemen untuk mengurangi perilaku opportunistik. Dengan komisaris independen diharapkan dapat
meminimalisir tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh manajemen perusahaan yang ditunjukkan
dengan laporan keuangan yang berkualitas bagi perusahaan atau sharekolders dan manajemen
perusahaan.
Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor KAP The Big Four menurut beberapa referensi lebih
berkualitas sehingga memiliki tingkat kecurangan yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan
yang diaudit KAP Non the big four (annisa dan lilus, 2012). Semakin berkulitas audit suatu
perusahaan maka perusahaan tersebut cenderung tidak melakukan manipulasi laba untuk kepentingan
pajak. Memanipulasi laba (earning management) merupakan tindakan opportunistik manajemen
untuk tujuan tertentu dengan melakukan manajemen laba. Manajemen laba dapat dihindari dengan
menerapkan tata kelola perusahaan secara baik. Earning management sering dilakukan manajemen
dengan memanfaatkan celah dari standar akuntansi (Scot, 2006). Earning management berdampak
pada informasi dalam laporan keuangan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya sehingga dapat
merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Salah satu motivasi earning management adalah
meminimalkan pajak (Rahman dkk, 2013). Manajemn laba adalah suatu tindakan campur tangan
manajemen perusahaan dalam menentukan besaran laba perusahaan. Perusahaan menganggap pajak
sebagai beban, oleh karena itu manajemen melakukan manajemen laba dengan tujuan untuk
meminimalkan beban pajak. Perusahaan dalam melakukan perencanaan pajak cenderung memilih cara
aman dengan menghindari pajak secara legal, yaitu melakukan tax avoidance. Aktivitas penghindaran
pajak akan cenderung terjadi pada perusahaan-perusahaan besar yang memiliki pengawasan publik
yang tinggi. Earning management dan tax avoidance merupakan penyimpangan yang dapat dicegah
dengan adanya pengawasan dan pengelolaan perusahan yang baik.
Beberapa penelitian berkaitan dengan earning management, pajak, tata kelola dan kualitas audit
diteliti oleh Wang dan Chen (2012) membuktikan ada hubungan positif antara manajemen laba dan
tax avoidance. Dhaliwal, Gleason dan Mills (2003) membuktikan bahwa perusahaan melakukan
earning management dengan tujuan mengurangi income tax expense sehingga beban pajak perusahaan
lebih rendah dari seharusnya. Penelitian Brickley, coles dan Tery (1994); Klein (2002) menunjukkan
bahwa board governance yang baik dapat melalukan internal control yang baik pula sehingga dapat
menekan peluang dilakukannya earning management.
Penelitian ini dilakukan pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN sebagai perusahaan
yang dimiliki oleh negara dengan modal terbagi dalam saham yang seluruh atau sedikitnya 51 %
dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. Adapun salah satu maksud dan tujuan dari BUMN yang
dijelaskan melalui pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia No 19 Tahun 2003 yaitu memberikan
sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada
khususnya; dalam hal ini BUMN berperan cukup penting sebagai salah satu penggerak perekonomian
nasional melalui pendapatan dan kontibusi pajaknya kepada negara. Oleh sebab itu, tata kelola
perusahaan yang baik, transaparansi serta kepatuhan atas aturan khususnya kewajiban dalam
perpajakan sangat penting guna tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Namun,
fenomena yang terjadi selama ini di Indonesia menunjukkan adanya kecurangan yang dilakukan oleh
beberapa perusahaan BUMN, seperti kasus PT. Kimia Farma Tbk tahun 2001 yang melakukan
praktek manajemen laba dengan memanipulasi laporan keuangan yang melaporkan laba bersih lebih
tinggi dari yang sebenarnya. Kimia Farma menyebut berhasil meraup laba sebesar Rp 132
miliar, perusahaan farmasi tersebut pada tahun 2001 sebenarnya hanya menjala untung
sebesar Rp 99 miliar, (bisnis.tempo.co).
Tax avoidance juga menarik untuk diteliti karena dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya
memberikan bukti yang berbeda. Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kualitas audit
berpengaruh signifikan terhadap praktik penghindaran pajak (Annisa dan Kurniasih, 2012). Kualitas
audit tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik penghindaran pajak (Annisa, 2011; Jaya dkk.,
2014; dan Handayani dkk., 2015). Selain itu, Penelitian Fadhilah (2011), Annisa (2011), Aniisa dan
Kurniasih (2012); Dewi dan Jati (2014), Maharani dan Suardana (2014), Winata (2014),
Rachmithasari (2015) menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan (komite audit dan komisaris
independen) berpengaruh signifikan terhadap praktik penghindaran pajak. Tata kelola perusahaan
(komite audit dan komisaris independen) tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik penghindaran
pajak (Anissa, 2011; Fadhila, 2011; Kurniasih dan Sari, 2013; Khoirunnisa, 2014; Prakosa, 2014;
Handayani dkk., 2015).
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini bertujuan menguji dan mendapatkan bukti empiris
apakah komisaris independen dan kualitas audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak melalui
manajemen laba sebagai variabel intervening pada perusahaan milik Negara di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung komisaris independen dan kualitas audit
terhadap manajemen laba ?
2. Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung komisaris independen dan kualitas audit
terhadap penghindaran pajak ?
3. Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung komisaris independen dan kualitas audit
terhadap penghindaran pajak melalui manajemen laba ?

2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis


2.1.Landasan Teori
2.1.1. Teori Agensi
Teori agensi menjelaskan adanya pemisahan fungsi antara pemegang saham dan manajemen
perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa pemegang saham memberikan amanat
kepada manajemen perusahaan untuk mengelola aktivitas perusahaan dan bertindak sesuai dengan
kepentingan pemegang saham. Akan tetapi, pemegang saham maupun manajemen perusahaan
memiliki kepentingan yang berbeda. Hal ini memicu terjadinya konflik kepentingan antara pemegang
saham dan manajemen perusahaan.
Sunarto (2009) menjelaskan bahwa motivasi manajemen perusahaan menyajikan laporan
keuangan berdasarkan teori agensi adalah (1) Perilaku opportunistik manajemen untuk melakukan
manajemen laba, (2) Motivasi signaling sebagai sinyal bagi pemangku kepentingan dalam
mengevaluasi kinerja perusahaan. Akan tetapi, informasi yang diperoleh pemangku kepentingan
sering tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya yang menyebabkan asimetri
informasi.
Pajak sebagai salah satu motivasi manajemen perusahaan melakukan manajemen laba dengan
menggunakan peluang dari standar bertujuan untuk melakukan efisiensi pajak. Pada umumnya,
manajemen akan melakukan manajemen laba dengan menaikan angka laba dan berusaha
meminimalkan beban pajak (alim, 2009). Strategi manajemen laba dilakukan oleh manajemen
perusahaan untuk kepentingan pajak dengan mempertimbangkan antara manfaat pajak yang dihemat
dengan risiko terdeteksinya manajemen laba yang dilakukan. Apabila strategi yang dipilih oleh
manajemen perusahaan agresif, maka pajak yang dihemat oleh perusahaan akan dimaksimalkan, akan
tetapi risiko terdeteksinya manajemen laba yang dilakukan juga akan besar (Badarteschter
dkk., 2009).
2.1.2. Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi,
anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis
atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau
bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Misi komisaris independen dalah mendorong
terciptanya iklim yang lebih objektif dan menempatkan kesetaraan (fairness) diantara berbagai
kepentingan termasuk kepentingan perusahaan dan kepentingan stakeholder sebagai prinsip utama
dalam pengambilan keputusan oleh dewan komisaris (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
Komisaris independen memiliki tanggungjawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip
tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) di dalam perusahaan melalui
pemberdayaan dewan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberi nasehat
kepada direksisecara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Adanya komisaris
independen memungkinkan untuk mengurangi perilaku opportunistik manajemen karena dimonitoring
oleh komisaris independen.
2.1.3. Kualitas Audit
Kualitas audit adalah kemungkinan dimana auditor akan menemukan dan melaporkan salah saji
material dalam laporan keuangan klien (Watkins et al, 2004). Berdasarkan standar profesi akuntans
publik (SPAP) audit yang dilaksanakan auditor dikatakan berkualias baik, jika memenuhi ketentuan
atau standar berdasarkan peraturan badan pemeriksa keuangan RepublikIndonesia Nomor 01 tahun
2007 mengenai standar pemerikasaan keuangan Negara (SPKN) kualitas audit diukurberdasarkan hal-
hal sebagai berikut: (1) Kualitas proses (keakuratan temuan audit, sikap skeptisme), (2) Kualitas hasil
(nilai rekomendasi, kejelasan laporan, manfaat audit), dan (3) Kualitas tindak lanjut hasil audit.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit yaitu: (1) Kompetensi, dimana
pelaksanaan audit dan penyusunan laporan harus dilakukan oleh auditor dengan menggunakan
kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama (due profesional care), (2) Tekanan waktu,
dalam setiap melakukan kegiatan audit auditor akan menemukan adanya suatu kendala dalam
menentukan waktu untuk mengeluarkan hasil audit yang akurat dan sesuai dengan aturan yang
ditetapkan, (3) Pengalaman kerja. Pengalaman kerja auditor adalah pengalaman yang dimiliki auditor
dalam melakukan audit yang dinilai dari segi lamanya bekerja sebagai auditor dan banyaknya tugas
pemeriksaan yang telah dilakukan, (4) Etika, etika adalah suatu prinsip moral dan perbuatan yang
menjadi landasan perbuatan yang terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang, dan
(5) Independensi. Bersikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain.
2.1.4. Praktik Penghindaran Pajak
Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan penerimaan negara melalui hasil pajak, akan
tetapiwajib pajak cenderung berusaha untuk memitigasi beban pajak yang akan dibayarkan kepada
pemerintah karena akan mengurangi pendapatan laba wajib pajak. Scott (2006) menjelaskan salah
satu alasan manajemen melakukan manajemen laba ialah karena adanya motivasi pajak. Hal ini
dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk meminimalkan beban pajak yang akan dibayarkan
kepada pemerintah. Suandy (2011) mendefinisikan penghindaran pajak sebagai rekayasa tax affairs
yang masih tetap dalam bingkai ketentuan perpajakan. Hal ini mencerminkan bahwa praktik
penghindaran pajak dilakukan secara legal dengan memanfaatkan peluang dari peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi, atau bahkan meniadakan hutang pajak
yang harus dibayar perusahaan dengan tidak melanggar undang-undangyang ada. Menurut Dtreng,
Scott, Hanlon, Michelle dan Edward (2010) variabel yang dihitung melalui CASH ETR (Cash
Efeftive Tax Rate) peusahaan yaitu kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan laba
sebelum pajak. Semakin besar CASH ETR ini mengindikasikan semakin rendah tingkat penghindaran
pajak perusahaan.
2.1.5. Manajemen Laba
Konsep earning management menurut Salno dan Baridwan dalam A rna, 2015 menggunakan
pendekatan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa ”praktek earning management
dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul
karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang
dikehendakinya.” Manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu tindakan manajemen yang
mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan manfaat ekonomi yang keliru kepada
perusahaan, sehingga dalam jangka panjang hal tersebut akan sangat mengganggu bahkan
membahayakan perusahaan (Merchant dan Rockness, 1994).
Manajemen laba menjadi menarik untuk diteliti karena dapat memberikan gambaran akan
perilaku manajemen dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya
kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk mengatur data keuangan
yang dilaporkan (Palestin, 2008). Manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk
memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode
akuntansi (accounting method) untuk mengatur keuntungan yang bisadilakukan karena memang
diperkenankan menurut accounting regulations (Gumanti, 2000).
2.2. Kajian literatur dan Perumusan Hipotesis
2.2.1. Pengaruh Komisaris Independen dan Kualitas Audit terhadapManajemen Laba
Menurut peraturan menteri Negara BUMN Nomor:PER/01/MBU/2011 tentang penerapan tata
kelola perusahan yang baik pada badan usaha milik negara adalah prinsip-prinsip yang mendasar
suatu proses dan mekanisme pengeloaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan
etika berusaha. Untuk memastikan penerapan tata kelola perusahaan yang baik maka dibentuk
komisaris independen untuk memonitoring memungkinkan manajemen melakukan perilaku
opportunistik. Komisaris independen diharapkan dapat meminimalisir tindakan pelanggaran yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan yang ditunjukkan dengan laporan keuangan yang berkualitas
bagi perusahaan atau sharekolders dan manajemen perusahaan. Laporan keuangan yang diaudit oleh
auditor KAP The Big Four menurut beberapa referensi lebih berkualitas sehingga manampilkan nilai
perusahaan yang sebenarnya, oleh karena itu diduga perusahaan yang diaudit KAP The Big Four
(Price Water House Cooper-PWC, Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG. Ernst & Young- E&Y)
memiliki tingkat kecurangan yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit KAP
Non The Big Four ( Annisa dan Lulus, 2012). Hasil penelitian Tangitprom (2013) menunjukkan tata
kelola perusahan yang baik akan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini
diperkuat dengan penelitian Werner (2010), Drivina dkk (2013) yang menyimpulkan bahwa tatakelola
perusahaan terbukti berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Berdasarkan urian di atas, maka
penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut.
H1: Komisaris Independen berpengaruh terhadap Manajemen Laba
H2: Kualitas Audit berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
H3: Komisaris Independen dan Kualitas Audit secara bersama sama berpengaruh terhadap
Manajemen Laba
2.2.2. Komisaris Independen, Kualitas Audit dan Manajemen Laba berpengaruh terhadap
Penghindaran Pajak
Komisaris independen digambarkan sebagai seseorang yang tidak memiliki hubungan dengan
direksi atau dewan komisaris, tidak merangkap jabatan, serta tidak terlibat dengan pemegang saham
pengendali.Semakin tinggi persentase komisaris independen maka independensi akan semakin tinggi
sehingga kebijakan praktik penghindaran pajak akan semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah
persentase komisaris independen maka akan mempengaruhi rendahnya independensi sehingga
memberikan peluang akan kebijakan praktik penghindaran pajak yang semakin tinggi. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Pohan (2008) menunjukkan keberadaan komisaris independen tidak
mampu memitigasi tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Hal ini
disebabkan karena komisaris independen belum menjalankan fungsi secara maksimal untuk mencapai
sistem pengendalian internal yang lebih baik.
Menurut Chai dan Liu (2010), jika nominal pajak yang dibayar terlalu tinggi biasanya akan
memaksa perusahaan untuk melakukan penggelapan pajak, maka semakin berkualitas audit suatu
perusahaan maka perusahaan tersebut cenderung tidak melakukan manipulasi laba untuk kepentingan
perpajakan. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengajukan hipotesis.
H4: Komisaris Independen berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak
H5: Kualitas Audit berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak
H6: Komisaris Independen dan Kulaitas Audit secara bersama-sama berpengaruh terhadap
Penghindaran Pajak
H7: Manajemen Laba berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak
H8: Komisaris Independen dan Kualitas Audit melalui Manajemen Laba berpengaruh terhadap
Penghindaran Pajak

2.3. Kerangka Pemikiran


Komisaris independen digambarkan sebagai seseorang yang memiliki hubungan dengan direksi
atau dewan komisaris, tidak terlibat dengan pemegang saham pengendali dan tidak merangkap
jabatan. Adanya komisaris independen memungkinkan untuk mengurangi perilaku opportunistik
manajemen karena dimonitoring oleh komisaris independen. Komisaris independen muncul untuk
memitigasi adanya konflik keagenan antara pemegang saham dan manajemen perusahaan. Di satu
sisi, pemegang saham berharap untuk memperoleh penerimaan sebesar-besarnya untuk
kemakmurannya, sedangkan di sisi lain, manajemen perusahaan berusaha untuk memaksimalkan
kemakmurannya sehingga memicu terjadinya konflik kepentingan. Untuk memitigasi konflik
kepentingan, maka diperlukan tata kelola perusahaan yang baik untuk mensejajarkan antara
kepentingan pemegang saham dan kepentingan manajemen perusahaan. Dengan adanya komisaris
independen diharapkan dapat meminimalisis tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan. Berikut ini dapat digambarkan bagan kerangka pemikiran.
Gambar 1.
Bagan kerangka pemikiran

Komisaris
Independen (X1)
H4 e1 e2
H1 Pzx1
Pyx1
rx1x2 Manajemen laba (Y) Pyz Penghindaran Pajak (Z)
H7
Pyx2
Kualitas Audit (X2) H2 Pzx2
H5
H6
H3
R2 F_hitung
R2 F_hitung

Keterangan :
X1 = Komisaris Independen
X2 = Kualitas Audit
Y = Manajemen Laba
Z = Penghindaran Pajak
Pyx1 = Koefisien jalur Komisaris Independen dengan Manajemen Laba
Pyx2 = Koefisien jalur Kualitas Audit dengan Manajemen Laba
Pzx1 = Koefisien jalur Komisaris Independen dengan Penghindaran Pajak
Pzx2 = Koefisien jalur Kualitas Audit dengan Penghindaran Pajak
Pzy = Koefisien jalur Manajemen Laba dengan Penghindaran Pajak
rx1x2 = Hubungan kovarian Komisaris Independen dan Kualitas Audit
e1 dan e2 = Error
-r² = pengaruh variabel lain

2.4. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut.
1. Komisaris Independen berpengaruh secara signifikan terhadap Manajemen Laba
2. Kualitas Audit berpengaruh secara signifikan terhadap Manajemen Laba
3. Komisaris Independen dan Kualitias Audit secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
Manajemen Laba
4. Komisaris Independen berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak
5. Kualitas Audit berpengaruh secara signifikan terhadap Penghindaran Pajak
6. Komisaris Independen dan Kualitias Audit secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
Penghindaran Pajak
7. Manajemen Laba berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak
8. Komisaris Independen dan Kualitas Audit berpengaruh secara signifikan terhadap
Pengindaran Pajak dengan Manajemen Laba sebagai varibel intervening.

3. Metode penelitian
3.1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini dibatasi hanya pada perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
sebagai perusahaan milik pemerintah karena sering ditemukan kecurangan perhitungan akuntansi
dalam pelaporan keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kecurangan tersebut dilakukan
dengan cara melaporan laba yang diterima lebih besar dari laba yang sebenarnya. Tujuannya tentu
saja untuk melambungkan laba perusahaan supaya manajemen mendapatkan bonus besar (harian
Rakyat merdeka, 2013).

3.2. Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan explanatory research. Metode
penelitian explanatory dilakukan untuk memperoleh kejelasan fenomena yang terjadi di tataran
empiris (real world) dan berusaha untuk mendapatkan jawaban (verificative) (Cooper, 2008). Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2016 dan 2017. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive
sampling. Adapun kriteria yang akan digunakan yaitu: (1). Badan Usaha Milik Negara (BUMN)yang
terdaftar di BEI untuk tahun 2016 dan 2017, (2). Menyediakan laporan tahunan lengkap tahun 2016
dan 2017, dan (3). Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian. Daftar perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2016 dan 2017 yang memenuhi kriteria purposive sampling tersebut dapat
dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1.
Perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2016 - 2017 yang memenuhi kriteria purposive sampling
Proses Pemilihan Sampel Penelitian

No. Kriteria Sampel Jumlah Sampel


1. BUMN yang terdaftar di BEI 2016-2017 20
2. Data tidak lengkap (0)
3. Sampel penelitian 20
4. Sampel observasi penelitian (20 X 2 tahun) 40
Sumber: www.idx.co.id

3.4. Operasional Variabel


Variabel dalam penelitian ini yaitu: penghindaran pajak sebagai variabel dependen (Z),
komisaris independen (X1) dan Kualitas audit (X2) sebagai variabel independen, dan manajemen laba
(Y) sebagai variabel intervening. Operasioanal varibel dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Penghindaran Pajak
Variabel ini dihitung melalui CASH ETR (Cash Effective tax rate) perusahaan yaitu kas yang
dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak.
b. Komisaris Independen
Variabel ini diukur dengan jumlah komisaris independen dibagi dengan jumlah komisaris.
c. Kualitas Audit
Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy yang bernilai 1 apabila audit laporan
keuangan dilakukan oleh kantor akuntan publik (KAP) the Big Four yaitu Price water House
cooper-PWC, Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, dan Ernst & Young-E&Y, dan bernilai 0 apabila
audit laporan keuangan tidak dilakukan oleh KAP the big four.
d. Manajemen Laba
Ukuran manajemen laba pada penelitian ini adalah nilai discretionary accrual (DA).
Discretionary accrual merupakan selisih total accrual dengan non discretionary accrual.
Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan
menggunakan Modified Jones Mode. Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan
regresi ordinary least square (OLS). Discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut.

DAit = (TAit /Ait-1) - NDAit

Notasi:
DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t.
NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t.
TAit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t.

3.5. Rancangan Analis dan Uji Hipotesis


Analisis data melalui pengujian asumsi klasik. Uji normalitas data dengan menggunakan
Kolmogrof Smirnove Test. Uji mutikolinieritas dideteksi dengan menggunakan Variance Inflation
Factor. Uji autokorelasi menggunakan Durbin-Watson test dan untuk uji heteroskedstisitas
menggunakan pola scatterplot antar SRESID dan ZPRED. Pengujian hipotesis melalui Uji Parsial
(Uji t) dan uji Simultan (Uji F) dan uji Determinasi. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan
kriteria dari adalah (Hairet.al.,2010), sebagai berikut.
1. Jika nilai tstatistic≥ 1,96 dengan α=5%, maka maka H0ditolak dan H1 diterima.
2. Jika nilaitstatistic< 1,96 dengan α=5%, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Metode analisis jalur (path analysis) dapat digambarkandengan struktur jalur seperti gambar di
bawah ini.
a. Sub Struktur Jalur 1
Sub struktur jalur 1 untuk mengetahui pengaruh Komisaris Independen (X 1) dan Kualitas audit
(X2) berpengaruh terhadap manajemen laba secara pasial maupun secara simultan. Gambar sub
strukur jalur 1 seperti terlihat pada gambar 2 berikut ini.
Gambar 2.
Persamaan Jalur Struktur 1

Komisaris
Independen
(X1) PY1
Manajemen Laba Gambar 2
(Y) Persamaan jalur 1
Kualitas Audit PY2
(X2)

Persamaan sub struktur jalur 1 yaitu: Y= Pyx1. X1 + Pyx2. X2+ e1


b. Sub Struktur Jalur 2
Gambar 3.
Persamaan Jalur Struktur 2

Komisaris
Independen
(X1) Pz1
Penghindaran Gambar 3
Pajak (Z) Persamaan jalur 2
Kualitas Audit Pz2
(X2)

Persamaan sub struktur jalur 2 yaitu: Z= Pzx1.X1 + Pzx2.X2+ e2

c. Sub struktur jalur 3

Gambar 4.
Persamaan Jalur Struktur 3

Pyz Penghindaran Gambar 4


Manajemen Laba
(Y) Pajak (Z) Persamaan jalur 3

Persamaan sub struktur jalur 3 yaitu: Z =Pzy.Y + e3

d. Sub struktur Jalur 4


Gambar 5.
Persamaan Jalur Struktur 4

Komisaris Pz1 ɛ2
Independen
(X1) PY1
Manajemen laba (Y) PYZ5
Penghindaran pajak (Z)
Kualitas Audit PY2
(X2)
Pz2
ɛ1

Persamaan struktur 4: Z= Pzx1.X1 + Pzx2.X2 + Pyz+ e

4. Hasil dan Pembahasan


4.1. Statistik Diskriptip Variabel Penelitian
4.1.1. Statistik Deskriptif
Analisa statistik dekriptif berfungsi memberi gambaran atau deskripsi data berdasarkan nilai rata-
rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum dari masing-masing variabel
penelitian. Hasil analisis statistik diskriptif dapat dilihat pada tabel 2 berikut.
Tabel 2.

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KI 40 .20 .40 .2500 .05282


KA 40 .00 1.00 .5500 .50383
ML 40 .00 6.57 .6426 1.31610
PP 40 -1.28 6.31 2.0490 1.76501
Valid N (listwise) 40

4.1.2. Pengujian Asumsi Klasik


Hasil pengujian asumsi klasik, Uji normalitas data dengan menggunakan Kolmogrof Smirnove
Test. Uji multikolinieritas dideteksi dengan menggunakan Variance Inflation Factor. Uji autokorelasi
menggunakan Durbin-Watson test, dan untuk uji heteroskedstisitas menggunakan pola scatterplot
antar SRESID dan ZPRED. Diperoleh data berdistribusi normal tidak terdapat masalah
multikolinieritas, tidak terjadi autokorelasi dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Semua nilai
probabilitas koefisien korelasi yang diperoleh adalah signifikan yakni sig. (2 tailed) > 0.05
menunjukkan bahwa korelasi setiap variabel adalah ada hubungan yang signifikan.

4.2. Analisis Jalur


a. Analisis Jalur Struktur 1
Pengaruh langsung dan tidak langsung komisaris independen dan kualitas audit terhadap
manajemen laba dilakukan dengan menggunakan analisis jalur (path analysis). Matrik korelasi antar
variabel, dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3.
Matriks Korelasi Antar Variabel

Correlations
KI_X1 KA_X2
Pearson Correlation 1 .385**
KI_X1 Sig. (2-tailed) .000
N 40 40
**
Pearson Correlation .385 1
KA_X2 Sig. (2-tailed) .000
N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).sumber: Spss ver.21.0

Selanjutnya berdasarkan kepada hasil perhitungan matriks korelasi dapat dihitung koefisien jalur,
pengaruh secara keseluruhan dari X1 dan X2 serta koefisien jalur variabel lainnya di luar variabel X 1
sampai X2. Hasil analisa regresi linier berganda struktur jalur 1 didapat dilihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 4.

Hasil analisis regresi linier berganda 1


Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 1.214 1.056 1.150 .257
1 K Independen_X1 -2.360 4.421 -.095 -.534 .597
K Audit _X2 .033 .463 .013 .071 .944
a. Dependent Variable: Manajemen Laba_Y

Besarnya pengaruh langsung komisaris independen (X1) terhadap Y sebesar 0,90% dan pengaruh
tidak langsung X1 terhadap Y sebesar negatif 0,05% , sehinga total pengaruh langsung dan tidak
langsung X1 terhadap Y sebesar 0,85% .
Dari uraian di atas didapat pengaruh langsung komisaris independen (X1) terhadap manajemen
laba (Y) bernilai positif sebesar 0.90%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung bernilai negatif
sebesar 0,05% dan pengaruh total sebesar 0,85%. Hal ini menunjukan bahwa komisaris independen
secara langsung berpengaruh positif dan secara tidak langsung melalui kualitas audit berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba, dimana pengaruh langsung memiliki nilai yang besar dibandingkan
nilai pengaruh tidak langsung. Hal ini menjelaskan bahwasanya semakin kuat komisaris independen
dan semakin bermutu kualitas audit maka dapat menurunkan manajemen laba.
Besarnya pengaruh langsung X2 terhadap Y sebesar 0,017%, dan pengaruh tidak langsung X2
terhadap Y sebesar negatif 0,05% sehingga total pengaruh langsung dan tidak langsung X 2 terhadap
Y sevesar 0,03%. Dari hasil di atas didapat pengaruh langsung Kualitas audit (X 2) terhadap
manajemen laba (Y) bernilai positif sebesar 0,017%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung
bernilai negatif sebesar 0,047% dan pengaruh total sebesar 0,03%. Hal ini menunjukan bahwa kualitas
audit secara langsung berpengaruh positif terhadap manajemen laba, sedangkan secara tidak langsung
berpengaruh negatif. Pengaruh langsung memiliki nilai yang besar dibandingkan nilai tidak langsung.
Hal ini menjelaskan bahwasanya apabila kualitas audit baik dan didukung dengan komisi independen
yang dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik maka dengan sendirinya dapat menurunkan
manajemen laba.
Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa total pengaruh langsung dan tidak langsung
Komisaris independen dan kualitas audit secara bersama-sama terhadap manajemen laba sebesar
0,82%, dimana angka tersebut menjelaskan bahwa secara langsung komisaris independen dan kualitas
audit memberikan kontribusi terhadap manajemen laba sebesar 0,82%. Besarnya pengaruh langsug
dan tidak langsung variabel komisaris independen dan kualitas audit dapat dilihat pada tabel 5 berikut.
Tabel 5.
Rekapitulasi Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Komisaris Independen dan Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba
Tidak Langsung
Variabel Langsung Sub Total Total
X1 X2
Komisaris independen (X1) 0.90% -0,05% 0,85%
Kualitas audit (X2) 0,017% -0,05% -0.03
Pengaruh X1, X2 0,82%
Pengaruh variabel lain 99,18%

Nilai total pengaruh X1, X2 tersebut di atas menjelaskan nilai koefisien determinasi R2 seperti
yang terlihat pada hasil uji R2 pada Tabel 6. berikut:
Tabel. 6
Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate
1 .091a .008 -.045 1.34565

a. Predictors: (Constant), KAudit_X2, KIndependen_X1

Nilai R sebesar 0,008 menunjukan korelasi ganda (komisaris independen dan kualitas audit)
dengan manajemen laba. Dengan mempertimbangkan variasi Nilai R Square sebesar 0,008 yang
menunjukan besarnya peran atau kontribusi variabel komisaris independen dan kualitas audit mampu
menjelaskan variabel manajemen laba sebesar 0,8% dan sisanya 99,92% dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak termasuk dalam model ini.
b. Analisis Jalur Struktur 2
Hasil analisa regresi linier berganda skruktur 2 dapat dilihat pada tabel 7 berikut.
Tabel 7.
Hasil analisis regresi linier berganda 2

Model Unstandardized Standardized T Sig. Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Beta Tolerance VIF
Error
(Constant) 3.227 1.354 2.383 .022
1 KI -7.135 5.671 -.214 -1.258 .216 .851 1.174
KA 1.101 .595 .314 1.853 .072 .851 1.174
a. Dependent Variable: penghindaran pajak
Koefisien jalur, pengaruh secara langsung komisaris independen (X 1) terhadap penghindaran
pajak (Z) yaitu sebesar 4,58% bernilai positif. Pengaruh tidak langsung sebesar negatif 2,59%,
sehingga total pengaruh komisaris independen terhadap penghindaran pajak sebesar 1,99%.
Pengaruh langsung kulitas audit (X2) terhadap penghindaran pajak (Z) secara langsung sebesar
9,86% bernilai positif dan pengaruh tidak lansgung sebesar negative 2,59%, sehingga total pengaruh
kualitas audit terhadap penghindaran pajak sebesar 7,27%.
Pengaruh langsung X1 dan X2 terhadap pengindaran pajak (Z) memiliki nilai yang besar
dibandingkan nilai tidak langsung. Hal ini menjelaskan bahwasanya apabila kualitas audit baik dan
komisris independen menjalan fungsinya dengan baik maka penghindaran pajak dapat di kurangi.
Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa total pengaruh langsung dan tidak langsung
Komisaris independen dan kualitas audit secara bersama-sama terhadap penghindaran pajak sebesar
9,26%, dimana angka tersebut menjelaskan bahwa secara langsung komisaris independen dan kualitas
audit memberikan kontribusi terhadap penghindaran pajak sebesar 9,26%. Besarnya pengaruh
langsug dan tidak langsung variabel komiaris independen dan kualitas audit dapat dilihat pada tabel 8
berikut.
Tabel 8
Rekapitulasi Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Komisaris independen dan kualitas audit terhadap penghindaran pajak

Tidak Langsung
Variabel Langsung Sub Total Total
X1 X2
Komisaris Independen (X1) 4,58% -2,59% 1,99%
Kulaitas audit (X2) 9,86% -2,59% 7,27%
Pengaruh X1, X2 9,26%
Pengaruh variabel lain 90,74%
Sumber: Data diolah untuk keperluan penelitian

Nilai total pengaruh X1, X2 tersebut di atas menjelaskan nilai koefisien determinasi R2 seperti
yang terlihat pada hasil uji R2 pada Tabel 9. berikut:
Tabel.9
Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate
1 .304a .093 .044 1.72606
a. Predictors: (Constant), KI, KA

Nilai R sebesar 0,093 menunjukan korelasi ganda (komisaris independen dan kualitas audit)
dengan penghindaran pajak. Dengan mempertimbangkan variasi nilai R Square sebesar 0,093 yang
menunjukan besarnya peran atau kontribusi variabel komisaris independen dan kualitas audit mampu
menjelaskan variabel penghindaran pajak sebesar 9,3%dan sisanya 90,7% dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak termasuk dalam model ini.
c. Analisis Jalur Struktur 3
Hasil koefisien jalur, pengaruh manajemen laba (Y) terhadap penghindaran laba (Z). Berdasarkan
analisa regresi linier berganda skruktur 3 didapat dilihat pada tabel 10 berikut.
Tabel 10.
Hasil analisis regresi linier berganda 3
Model Unstandardized Standardized T Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Beta Toleran VIF
Error ce
(Constant) 2.344 .296 7.908 .000
1
ML -.459 .204 -.342 -2.243 .031 1.000 1.000

Pengaruh langsung manajemen laba (Y) terhadap penghindaran pajak (Z) sebesar 0,117 atau
11,7% ini menunjukan bahwa manajemen laba secara langsung berpengaruh terhadap penghindaran
pajak. Hal ini menjelaskan manajemen laba memberikan kontribusi terhadap penghindaran pajak
sebesar 11,7% dan sisanya sebesar 88,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam
model ini. Kontribusi manajemen laba terhadap penghindaran pajak dapat dilihat dari nilai koefisien
deteminasi R2 dapat dilihat pada tabel 11 berikut.
Tabel 11.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .342a .117 .094 1.68029
a. Predictors: (Constant), ML

d. Analisis Jalur Struktur 4


Berdasarkan perolehan nilai pada masing-masing sub struktur koefisien jalur yang telah diuraikan
dan dijelaskan baik secara langsung maupun tidak langsung, serta pengaruh total antara masing-
masing variabel bebas komisaris independen (X1) dan kualitas audit (X2) melalui variabel intervening
manajemen laba (Y) terhadap variabel terikat penghindaran pajak (Z) maka tiga struktur tersebut
dijadikan menjadi satu kesatuan utuh dari analisis koefisien jalur (path analysis).
Pengaruh Komisaris independen (X1) melalui manajemen laba (Y) terhadap penghindaran pajak
(Z) secara langsung yaitu sebesar - 0,70%. Pengaruh tidak langsung sebesar 0,04% sehingga total
pengaruh X1 melalui Y terhadap Z sebesar negatif 0,66%. Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan
bahwa pengaruh komisaris independen terhadap penghindaran pajak melalui manajemen laba
pengaruhnya sebesar negatif 0,70% dan pegaruh Komisaris independen terhadap penghindaran pajak
melalui kualitas audit dan manajemen laba sebesar 0,04% dan total pengaruhnya adalah sebesar
negatif 0,66 % dimana angka tersebut menjelaskan bahwa kualitas audit melalui manajemen laba
memberikan sumbangan terhadap penghindaran pajak.
Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh langsung komisaris independen dan
kualitas audit secara bersama-sama melalui manajemen laba terhadap penghindaran pajak adalah
sebesar 0,56% pengaruh tidak langsungnya adalah sebesar 0,035% dan total pengaruhnya adalah
sebesar 0,595% Dengan demikian, secara bersama-sama variabel komisaris independen dan kualitas
audit melalui manajemen laba memberikan sumbangan terhadap penghindaran pajak pada BUMN
yang terdaftar di BEI.

4.3. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis


Pengujian hipotesis 1
Dari hasil pengujian pada Tabel 4 yang dilakukan diperoleh angka nilai t hitung variabel X1
sebesar -0,534 (t hitung-0,534 < ttabel 2,02619), dan angka taraf signifikansi 0,597 (0.597 > 0.05) maka
dapat disimpulkan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Berdasarkan dari penjelasan tersebut maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya secara parsial tidak
terdapat pengaruh signifikan antara komisaris indenden dengan manajemen laba. Hasil penelitian ini
menunjukan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Pohan (2008) yang mana
keberadaan komisaris independen tidak mampu memitigasi tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan.

Pengujian hipotesis 2
Dari hasil pengujian pada Tabel 4 yang dilakukan diperoleh angka nilai t hitung variabel X2
sebesar 0,071 (t hitung 0,071 < tTabel 2,02619), dan angka taraf signifikansi 0,944 (0.944 > 0.05) maka
dapat disimpulkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Berdasarkan dari penjelasan tersebut maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya secara parsial tidak
terdapat pengaruh signifikan antara kualitas audit dengan manajemen laba. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian annisa dan lilus tahun 2012 yang menyatakan semakin berkualitas udit
suatu perusahaan maka perusahaan tersebut cenderung tidak melakukan manipulasi laba untuk
kepentingan pajak.

Pengujian hipotesis 3
Hipotesis ketiga dilakukan denganuji secara simultan (Uji F). Statistik Uji-F yang diperoleh
dapat dilihat pada tabel 12 berikut.
Tabel 12.
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regression .555 2 .277 .153 .859b


1 Residual 66.999 37 1.811
Total 67.553 39
a. Dependent Variable: ML
b. Predictors: (Constant), KI, KA

Dari tabel 12 di atas didapat Fhitung sebesar 0,153 sehingga Fhitung 0,153 < Ftabel 4,38 atau angka
taraf signifikansi 0,859 lebih besar dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis H0
diterima dan Hipotesa H1 ditolak, artinya tidak ada pengaruh signifikan antara komisaris independen
dan kualitas audit secara bersama-sama terhadap manajemen laba. Jadi pada penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa komisaris independen dan kualitas audit secara simultan tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba BUMN yag terdafar di BEI.
Hasil penelitian ini menunjukan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Pohan
(2008) yang menunjukkan keberadaan komisaris independen dan tidak mampu memitigasi tindakan
pelanggaran yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, dan tidak sejalan dengan penelitian annisa
dan lilus, 2012 yang menyatakan semakin berkualitas udit suatu perusahaan maka perusahaan tersebut
cenderung tidak melakukan manipulasi laba untuk kepentingan pajak.

Pengujian Hipotesis 4
Dari hasil pengujian yang ditunjukkan tabel 7 diperoleh nilai t-hitung variabel X1 sebesar -1,258,
lebih kecil t tabel (t hitung -1,258 < t Tabel 2,02619) atau taraf signifikansi 0,216 lebih besar dari 0,05
(0,216 > 0.05) maka secara parsial komisaris independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penghindaran pajak. Oleh karena itu maka H0 diterima, artinya secara parsial tidak terdapat
pengaruh signifikan antara komisaris independen dengan penghindaran pajak.
Hasil penelitian ini menunjukan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Anissa,
2011; Fadhila, 2011; Kurniasih dan Sari, 2013; Khoirunnisa, 2014; Prakosa, 2014; Handayani dkk.,
2015).Wulandari, S., Sulianti, D., dan Sunardi (2015) komisaris independen tidak berpengaruh
signifikan terhadap praktik penghindaran pajak.

Pengujian Hipotesis 5
Dari hasil pengujian yang dilakukan pada Tabel 7 diperoleh nilai t-hitung variabel X2 sebesar
1,853 lebih kecil dari tabel ( t hitung 1,853 < t Tabel 2,02619) atau taraf signifikansi 0,072 lebih besar
dari 0.05 (0,072 > 0.05) maka secara parsial kualitas audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penghindaran pajak. Oleh karena itu maka H0 diterima H1 ditolak, artinya secara parsial tidak
terdapat pengaruh signifikan antara kualitas audit dengan penghindaran pajak. Hasil penelitian ini
menunjukan hasil yang sama dengan penelitian Annisa, 2011; Jaya dkk., 2014; dan Handayani dkk.,
2015 yang menyatakan kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik
penghindaran pajak.

PengujianHipotesis 6
Pengujian hipotesis keenam dilakukan dengan uji secara simultan (Uji F). Statistik Uji-F yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 13.
Hasil Uji F Secara Simultan
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 11.261 2 5.631 1.890 .165b
1 Residual 110.233 37 2.979
Total 121.494 39
a. Dependent Variable: Penghindaran Pajak
b. Predictors: (Constant), KI, KA

Dari tabel diatas didapat Fhitung sebesar 1,890 dengan nilai Fhitung 1.890 < Ftabel 4,38 atau angka taraf
signifikansi sebesar 0,165 lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol
(H0) diterima dan Hipotesa alternatif (H1) ditolak, artinya tidak ada pengaruh signifikan antara
komisaris independen dan kualitas audit secara bersama-sama terhadap penghindaran pajak. Jadi pada
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa komisaris independen dan kulaitas audit secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak BUMN yag terdaftar di BEI.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Chai dan Liu (2010), yang menyatakan jika
nominal pajak yang dibayar terlalu tinggi biasanya akan memaksa perusahaan untuk melakukan
penggelapan pajak, maka semakin baik komisaris independen dan semakin berkualitas audit suatu
perusahaan maka perusahaan tersebut cenderung tidak melakukan manipulasi laba untuk kepentingan
perpajakan.

Pengujian Hipotesis 7
Dari hasil pengujian pada Tabel 10 yang dilakukan diperoleh taraf signifikansi 0,031 lebih kecil
dari 0.05 (0.031 > 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa manajemen laba berpengaruh terhadap
penghindaran pajak. Berdasarkan dari penjelasan tersebut maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya
terdapat pengaruh signifikan antara manajemen laba dengan penghindaran pajak.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wang dan Chen (2012) yang membuktikan ada
hubungan positif antara manajemen laba dan tax avoidance. Ddhaliwal, Gleason dan Mills (2003)
membuktikan bahwa perusahaan melakukan earning manajemen dengan tujuan mengurangi income
tax expence sehingga beban pajak perusahaan lebih rendah dari seharusnya.

Pengujian Hipotesis 8
Dari proses perhitungan analisis jalur yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa komisaris
independen terhadap penghindaran pajak melalui manajemen laba pengaruhnya sebesar negatif
0,70% dan pegaruh komisaris independen terhadap penghindaran pajak melalui kualitas audit dan
manajemen laba sebesar 0,04% dan total pengaruhnya adalah negatif 0,66% dimana angka tersebut
menjelaskan bahwa komisaris independen melalui manajemen laba memberikan sumbangan terhadap
penghindaran pajak.
Sedangkan kualitas audit terhadap penghindaran pajak melalui manajemen laba pengaruhnya
sebesar 0,14% dan pengaruh kualitas audit terhadap penghindaran pajak melalui komisaris
independen dan manajemen laba sebesar 0,005% dan total pengaruhnya adalah negatif 0,145%
dimana angka tersebut menjelaskan bahwa kualitas audit melalui manajemen laba memberikan
sumbangan terhadap penghindaran pajak BUMN yang terdaftar di BEI periode 2016-2017.
Pengaruh langsung komisaris independen dan kualitas audit secara bersama-sama melalui
manajemen laba terhadap penghindaran pajak adalah sebesar 0,56%, pengaruh tidak langsungnya
adalah sebesar 0,035% dan total pengaruhnya adalah sebesar 0,595%. Dengan demikian, secara
bersama-sama variabel komisaris independen dan kualitas audit melalui manajemen laba memberikan
sumbangan terhadap penghindaran pajak.
Manajemen laba sebagai proses yang ikut menentukan intensitas,arah,dan motif manajemen dalam
usaha penghindaran pajak. Manajemen laba sebagai pemberian motif, penimbunan motif atau hal yang
menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan manajemen untuk melakukan
tindakan opportunistic dalam mengendalikan labanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komisaris independen yang kuat dan kualitas audit yang baik
mampu mengurangi manajemen laba dan dapat mengendalikan penghindaran pajak. Berdasarkan hasil
di atas maka dapat disimpulkan bahwa komisaris independen dan kulaitas audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap penghindaran pajak melalui manajemen laba. Berdasarkan dari penjelasan tersebut
maka H0 diterima dan H1 diditolak artinya tidak terdapat pengaruh signifikan antara komisaris
independen dan kualitas audit terhadap penghindaran pajak melalui manajemen laba.

5. Kesimpulan, Implikasi dan Keterbatasan


5.1. Kesimpulan
Penelitian ini membuat beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut.
1. Komisaris independen secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba
pada. Dimana pengaruh langsung komisaris independen terhadap manajemen laba bernilai
positif sebesar 0,90%, begitu pula untuk pengaruh tidak langsung bernilai negatif
sebesar0,05% dan pengaruh total sebesar 0,85%.
2. Kualitas audit secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Dimana
pengaruh langsung kualitas audit terhadap manajemen laba bernilai positif sebesar 0,017%
begitu pula untuk pengaruh tidak langsung bernilai negatif sebesar 0,05% dan pengaruh total
sebesar positif 0,03%.
3. Komisaris independen dan kualitas audit secara simultan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penghindaran pajak. Dimana total pengaruh langsung dan tidak langsung komisaris
independen dan kualitas audit secara bersama-sama terhadap manajemen laba sebesar 0,82%.
4. Komisaris independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran
pajak. Dimana pengaruh langsung komisaris independen terhadap penghindaran pajak bernilai
positif sebesar 4,58%, begitu pula untuk pengaruh tidak langsung bernilai negatif sebesar
2,59% dan pengaruh total sebesar positif 1,99%.
5. Kualitas audit secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.
Dimana pengaruh langsung kualitas audit terhadap penghindaran pajak bernilai positif sebesar
9,86%, begitu pula untuk pengaruh tidak langsung bernilai negatif sebesar 2,59% dan
pengaruh total sebesar 7,27%.
6. Komisaris independen dan kualitas audit secara simultan berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap penghindaran pajk. Dimana total pengaruh langsung dan tidak langsung
komisaris independen dan kualitas audit secara bersama-sama terhadap penghindaran pajak
sebesar 9,26%.
7. Manajemen laba secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Dimana
pengaruh langsung manajemen laba terhadap penghindaran pajak bernilai positif sebesar
11,7%.
8. Komisaris independen dan kualitas audit secara bersama-sama melalui manajemen laba dapat
berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap terhadap pengindaran pajak. Dimana
pengaruh komisaris independen terhadap penghindaran pajak melalui manajemen laba adalah
sebesar 0,66%. Pengaruh kualitas audit terhadap penghindaran pajak melalui manajemen laba
juga negatif sebesar negatif 0.145%.

5.2. Implikasi dan Keterbatasan


Diharapkan pimpinan BUMN dapat meningkatkan peran dari komisaris independen dalam
fungsinya sebagai komisaris independen yang mendorong terciptanya iklim yang objektif dan
menempatkan kesetaraan diantara berbagai kepentinga termasuk kepentingan perusahaan dan
kepentingan stakeholder sebagai prinsip utama dalam pengambilan keputusan, dan juga harus dapat
meningkatkan kualitas auditnya, sehingga berdampak berkurangnya dorongan yang kuat pihak
manajemen untuk melakukan manajemen laba dan hal ini yang dapat mendorong manajemen untuk
memitigasi pajak.
Penelitian ini dibatasi hanya pada perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan periode
penelitian yang cukup pendek yaitu tahun 2016 dan 2017, variabel independen pada penelitian ini
yaitu komisaris independen, kualitas audit dan manajemen laba yang mempengaruhi penghindaran
pajak, untuk ituperlu ditindak lanjuti lagi untuk melihat faktor apa yang dapat memengaruhi
penghindaran pajak secara komprehensif, guna menjawab faktor lain (epsilon) yang mempengaruhi
penghindaran pajak. Untuk penelitian berikutnya juga perlu menambah tahun pengamatan yang lebih
panjang untuk medapatkan hasil yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, N. A. dan Kurniasih, L. 2012. Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avoidance. Jurnal
Akuntansi dan Auditing, Vol. 8, No. 2, Mei: 123-132.

Arna, Suryani dan Eva, Heriyanti 2015. Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap
Koefisen Respon Laba dan Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi, SNA XXV, Medan.

Brickley, J.A. et.al. (1994). Outside Directors and the Adoption of Poison Pills. Journal of Financial
Economics. 35(3), pp. 371–90.

Chen, S., et.al. (2010). Are Family Firms More Tax Aggresive than Non-Family Firms?. Journal of Financial
Economics. 95(1), pp. 41-61.

Cooper, Donald R., Boris Bloomberg & Pamela, 2008. Business Research Method. Second European Edition,
USA. Mc Graw Hill International Edition.

Dewi, N. N. K., & Jati, I. K. 2014. Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik Perusahaan, dan Dimensi Tata
Kelola Perusahaan yang Baik Pada Tax Avoidance di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana.

Dhaliwal, D. et.al. (2003). Using Income Tax Expense to Achieve Analysts’ Targets. Contemporary Accounting
Research. 21(2), pp. 431-459.

Dyreng, Scott D., Michelle Hanlon, Edward L. Maydew. 2010. “The Effect of Executives on Corporate Tax
Avoidance”. The Accounting Review, Vol. 85, Juni 2010, pp 1163-1189.

Fadhilah, R. 2014. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance. Studi Empiris Pada
Perusahan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2009-2011.

Jensen, M. C., and W. Meckling. 1976. Theory Of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and
Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol. 3: 305–360.

Hair, Joseph, F. William C. Black, Barry J. Babin and Rolph E. Anderson, (2010). Multivariate Data Analysis,
Engewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Klein, A. (2002). Audit Committee, Board of Director Characteristics, and Earnings Management. Journal of
Accounting and Economics. 33(3). 375–400.

Maharani, I.G.A.C & Suardana, K.A. 2014. Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Karakteristik
Eksekutif Tax Avoidance Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
Pohan. H.T. 2008. Pengaruh Good Corporate Governance, Rasio Tobins Q dan Perataan Laba terhadap
Penghindaran Pajak pada Perusahaan Publik.

Prakosa, K. B. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga, dan Corporate Governance terhadap
Penghindaran Pajak di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XVII.

Rahman, M. Md. et.al. (2013). Techniques, Motives and Controls of Earnings Management. International
Journal of Information Technology and Business Management. 11(1), pp. 22-34.

Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia No. 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara, Lembaga Negara.

Scott, William R. 2006. Financial Accounting Theory - Seventh Edition. New Jersey : Prentice Hall
International, Inc.

Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Ujiyantho. M. A. & B.A. Pramuka. (2007). Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja
Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar 26-28 Juli 2007.

Wang, S & S. Chen. (2012). The Motivation for Tax Avoidance in Earnings Management. International
Conference of Engineering and Business Management, hlm. 447-450.

Watkins, A.L. W. Hillison, dan S.E. Morecroft. 2004. “Audit Quality: A Synthesis of Theory and Empirical
Evidence”. Journal of Accounting Literature. 23. pp. 153—193.

Winata. F. 2014. Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Tax & Accounting Riview. Vol.4.

https://bisnis.tempo.co/read/33339/bapepam-kasus-kimia-farma-merupakan-tindak-pidana.

You might also like