Professional Documents
Culture Documents
php/jap
Jurnal Akuntansi dan Pajak, 22(2), 2022, Hal. 530-538
E-mail: arditya.dian@unpand.ac.id
Abstract
Empirical data between the target and the realization of tax revenue in Indonesia from 2014 to 2019 is very
volatile, even the phenomenon tends to decrease, namely in 2015, 2017, and 2019. In 2015 there was a significant
decline from the previous year of 10.40 %. Thus, attention is needed and an adequate handling system by the tax
authorities is needed. Research aims to analyze the variables that influence taxpayers to do tax avoidance. Some of
the variables that are thought to be able to influence it are; Institutional Ownership, Proportion of Independent
Commissioners, and Profitability with Company Size as Moderating Variable. Population in this study are
companies in the food consumption goods industry sector listed on the Indonesia Stock Exchange for the 2015-2019
period. The sample in this study using purposive sampling method obtained a sample of 100 (20 x 5 years), while
the number of companies that meet the criteria is 20. Variable consists of five variables; Institutional Ownership,
Proportion of Independent Commissioners, and Profitability as independent variables, Firm Size as the moderating
variable, while Tax Avoidance as the dependent variable. The method of data analysis was done by testing the
hypothesis (t-test), and testing the moderating variable using MRA (Moderated Regression Analysis). Study resulted
in conclusions1. Institutional ownership has no positive and significant effect on tax avoidance, with a sig value of
0.247. Proportion of Independent Commissioners has no positive and significant effect on tax avoidance, with a sig
value of 0.293. Profitability has a negative and significant effect on tax avoidance, with a sig value of 0.015. Firm
size does not strengthen the relationship between institutional ownership and tax avoidance, the results of the
interaction test show the value of sig. of 0.343. Company size does not strengthen the relationship between the
proportion of Independent Commissioners and tax avoidance, the results of the interaction test show the value of sig.
of 0.293. Firm size strengthens the relationship between profitability and tax avoidance, the results of the
interaction test show the value of sig. of 0.013
Keywords: Institutional Ownership, Proportion of Independent Commissioners, Profitability, Company Size, and
Tax Avoidance
DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jap.v22i2.3193
avoidance yaitu pengurangan pajak secara komisaris independen dalam perusahaan harus
eksplisit. Dyreng et al. (2008) mendefisinikan tax berpedoman pada Peraturan Otoritas Jasa
avoidance sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh Keuangan (PJOK) No. 33/POJK.04/2014 tentang
perusahaan dengan tujuan untuk meminumkan Direksi serta Dewan Komisaris Emiten atau
jumlah beban pajak suatu perusahaan. Perusahaan Publik yang menyatakan bahwa
anggota komisaris independen yang terdapat
Kepemilikan Institusional dalam perusahaan, proporsinya minimal tiga
Kepemilikan institusional diartikan sebagai puluh persen (30%) dari seluruh anggota dewan
kepemilikan saham oleh perusahaan yang dapat komisaris yang diangkat.
terdiri dari lembaga atau institusi seperti Menurut Annisa dan Kurniasih (2012)
perusahaan investasi, bank, dana pensiun komisaris independen adalah seorang yang tidak
perusahaan berbentuk perseroan dan kepemilikan memiliki hubungan dalam segala hal dengan
institusi lainnya (Anggraini, 2011). Kepemilikan pemegang saham pengendali, tidak memiliki
institusional dapat didefinisikan sebagai hubungan afiliasi dengan dewan komisaris,
kepemilikan saham oleh perusahaan yang direksi, dan tidak menjadi direktur pada suatu
merupakan gabungan kepemilikan saham oleh perusahaan terkait dengan perusahaan pemilik,
lembaga atau institusi (Permanasari, 2010). menurut peraturan yang dikeluarkan oleh BEI.
Menurut Wiranata dan Nugrahanti (2013) di Keberadaan komisaris independen dalam
Indonesia kepemilikan institusional cenderung perusahaan dapat memiliki pengaruh positif
lebih besar dibanding dengan kepemilikan terhadap kinerja dan nilai pada perusahaan
manajerial. Proksi kepemilikan institusional lebih (Diantari dan Ulupui, 2016).
cocok dengan kondisi di Indonesia dibanding Dewan komisaris dalam mengemban fungsi
kepemilikan manajerial (Ongkowidjojo, 2015). sebagai pengawasan, dapat mempengaruhi pihak
Ngadiman dan Christiany (2014) manajemen perusahaan untuk membuat laporan
menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional keuangan yang berkualitas (Annisa, 2012).
adalah persentase saham yang dipegang oleh Komisaris Independen di dalam menjalankan
pihak institusi. Dewi dan I Ketut (2014), fungsi monitoring yaitu, untuk mendukung
mendukung bahwa kepemilikan institusional pengelolaan perusahaan dengan baik dan
adalah pihak yang mengawasi perusahaan, dengan menjadikan laporan keuangan menjadi lebih
kepemilikan institusi yang besar ( ˃ 5%) maka obyektif. Keberadaan komisaris independen dalam
kemampuannya untuk mengawasi manajemen dewan komisaris dapat meningkatkan pengawasan
juga lebih besar. kinerja direksi perusahaan. Dimana dengan
Merslythalia dan Lasmana (2016) juga semakin banyak komisaris independen, maka
mengatakan bahwa kepemilikan institusional pengawasan manajemen perusahaan akan semakin
memiliki peranan penting dalam mengawasi ketat. (Sari, 2014).
kinerja manajemen perusahaan yang lebih optimal,
karena dianggap mampu memonitor tiap-tiap Profitabilitas
keputusan yang diambil manajer secara efektif Profitabilitas merupakan suatu indikator
serta dapat memaksa untuk lebih bijaksana dalam kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan
mengambil keputusan yang opurtunistik. perusahaan yang ditujukan oleh laba yang
Menurut Fadhilah (2014) semakin besar saham dihasilkan perusahaan (Putri dan Putra, 2017).
yang dimiliki oleh institusi atau lembaga, maka Profitabilitas dalam penelitian ini dengan
akan menghasilkan tingkat pengawasan yang menggunakan proksi ROA. ROA bermanfaat
semakin tinggi juga pada perusahaan, sehingga untuk mengukur sejauh mana efesiensi perusahaan
dapat menekan terjadinya tindakan aktivitas tax dalam memanfaatkan segala sumber daya yang
avoidance oleh manajemen perusahaan. dimilikinya (Kurniasih dan Sari, 2013).
Proporsi Dewan Komisaris Independen Profitabilitas merupakan kapasitas
Komisaris independen yaitu bagian dari organ perusahaan dalam memanfaatkan kekayaannya
perusahaan yang dapat didefinisikan sebagai pihak secara efisien dalam mendapatkan laba perusahaan
yang tidak memiliki hubungan dengan anggota dari pengelolaan aktiva yang diketahui dengan
direksi di perusahaan, anggota dewan komisaris ROA. ROA yang positif mengindikasikan bahwa
lainnya dan pemegang saham mayoritas dari jumlah aktiva yang digunakan untuk
perusahaan. Pembentukan anggota dewan mengelola perusahaan mampu menghasilkan laba
bagi perusahaan. ROA dinyatakan dalam
persentase, semakin besar nilai ROA, maka akan ini terpilih sebanyak 20 perusahaan dengan
semakin baik kinerja perusahaan tersebut. Laba jumlah (20 x 5 tahun = 100 data).
merupakan dasar dari pengenaan pajak. Semakin
besar laba suatu perusahaan, maka beban pajak 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dibayarkan juga semakin tinggi. Persamaan regresi linear berganda dengan
Profitabilitas yaitu indikator yang uji interaksi dapat dirumuskan sebagai berikut:
mencerminkan tinggi rendahnya performa Y = α+β1X1+β2X2 +
keuangan dalam perusahaan. Semakin tinggi β3X3+β4X1.X4+β5X2.X4 + β6X3.X4+ε
profit perusahaan, maka semakin tinggi pula Keterangan:
performa keuangan perusahaan tersebut. Sehingga Y : Penghindaran Pajak (Tax
dapat diklasiikasikan baik (Maharani dan Avoidance)
Suardana, 2014). α : Konstanta
Ukuran Perusahaan X1 : Kepemilikan Institusional
Ukuran perusahaan yaitu suatu skala yang Proporsi Dewan Komisaris
mengklasifikasikan besar kecilnya perusahaan Independen
(Faizah dan Adhivinna, 2017). Tahap kedewasaan X2 : Proporsi Dewan Komisaris
suatu perusahaan ditentukan berdasarkan Independen
besarnya total aset, semakin besar total aset X3 : Profitabilitas
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut X4 : Ukuran Perusahaan
memiliki prospek yang baik dalam kurun waktu
β1 – β6 : Koefisien regresi dan
yang relatif panjang, serta menggambarkan
bahwa perusahaan tersebut lebih mampu dan ε : Eror
stabil dalam menghasilkan laba lebih besar.
Ukuran perusahaan merupakan suatu
pengukuran yang diklasifikasikan berdasarkan
besar kecilnya perusahaan dan dapat
menggambarkan aktivitas serta profit dalam
perusahaan (Nugraha dan Wahyu, 2015). Ukuran
perusahaan pada umumnya dibagi dalam 3
klasifikasi, yaitu: Perusahaan besar (large
firm), Perusahaan menengah (medium firm), dan
Perusahaan kecil (small firm).
3. METODE PENELITIAN
Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Adapun
kriteria yang ditentukan adalah sebagai berikut: a)
Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang
terdaftar di BEI pada tahun 2015-2019 secara
berturut-turut, b) Industri yang dalam
pembukuannya menggunakan mata uang rupiah, Dari hasil olah data yang telah dipaparkan di
c) Perusahaan yang memperoleh laba selama atas, dan sebagai jawaban atas hipotesis yang
tahun 2015-2019, dan d) Perusahaan yang diajukan, maka dapat disimpulkan dan dianalisis
mempunyai data yang lengkap seperti hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen, Pengaruh Kepemilikan Institusionalterhadap
Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas. Penghindaran Pajak
Berdasarkan kriteria tersebut dapat (H1)
terpilih Perusahaan Industri barang konsumsi Kepemilikan institusional dalam penelitian
yang terdaftar di BEI pada tahun 2015-2019 yang ini menghasilkan nilai signifikansi 0,247 > 0,05
akan digunakan sebagai sampel, dalam penelitian sehingga dapat disimpulkan bahwa Kepemilikan
institusional tidak berpengaruh positif dan Namun hal ini tidak mempengaruhi kinerja
signifikan terhadap penghindaran pajak. perusahaan dalam upaya menghambat aktivitas
Kepemilikan Institusional tidak tax avoidance. Analisanya Proporsi Dewan
berpengaruhterhadap penghindaran pajak. Hal ini Komisaris Independen belum memperhatikan
diasumsikan bahwa besar kecilnya kepemilikan kompleksitas perusahaan secara detail, bisa juga
institusional belum tentu dapat mempengaruhi, masih kurangnya efektifitas dalam
mengawasi dalam kebijakan pihak manajemen pengawasannya dalam hal kebijakan perusahaan.
melakukan aktivitas penghindaran pajak (tax Dengan demikian ada tidaknya komisaris
avoidance). Kepemilikan Institusional independen belum tentu menghambat aktivitas tax
mendelegasikan pengawasan dan pengelolaan avoidance dalam perusahaan.
perusahaannya kepada dewan komisaris, dan itu Alasan lainnya Proporsi Dewan Komisaris
merupakan tugasnya, sehingga ada atau tidaknya Independen tidak mempengaruhi tax avoidance
kepemilikan institusional aktivitas tax avoidance karena terkadang di dalam perusahaan itu ada
tetap terjadi. pihak-pihak yang terafiliasi, sehingga sangat
Orientasi dari kepemilikan institusional dominan dalam mengendalikan kinerja Dewan
adalah bagaimana memaksimumkan kesejahteraan Komisaris Independen, yang pada gilirannya
(profit) yang akan diperoleh pada akhir periode. kurang memperhatikan manajemen ada tidaknya
Perusahaan akan melakukan tax avoidance ataupun praktik tax avoidance.
tidak menjadi kewenangan manajemen Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil
perusahaan. Apabila kegiatan ini dapat penelitian yang dilakukan oleh Silvia Ratih (2014)
menguntungkan bagi kesejahteraan kepemilikan bahwa Proporsi Dewan Komisaris Independent
institusional maka meraka akan tetap mendukung tidak mempengaruhi tax advoidance. Hal ini
setiap kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan. memberikan indikasi bahwa Dewan Komisaris
Pemilik institusional memiliki insentif untuk kurang signifikan dalam perannya, terutama
memastikan bahwa manajemen membuat dalam pengambilan kebijakan kewajiban pajak
keputusan yang dapat memaksimumkan perusahaan. Namun hasil penelitian ini bertolak
kesejahteraan pemegang saham institusional belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan
sehingga hanya berfokus pada manajemen laba. oleh Dita (2018), yang menyatakan Proporsi
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang Dewan Komisaris Independen berpengaruh
inkonsisten dengan hasil penelitian ini, yaitu yang negatif terhadap tax avoidance, ini artinya semakin
dilakukan oleh Putri & Putra (2017), kepemilikan besar Proporsi Dewan Komisaris Independen,
institusional tidak berpengaruh terhadap maka akan semakin meningkat pula
penghindaran pajak, namun hasil penelitian independensinya.
Arianandini & Ramantha (2018) justru Pengaruh Profitabilitas terhadap
berpengaruh. Penghindaran Pajak (H3)
Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Profitabilitas dalam penelitian ini
Independenterhadap Penghindaran Pajak (H2) menghasilkan nilai signifikansi 0,015< 0,05 dan
Proporsi Dewan Komisaris Independen koefisien bertanda negatif, sehingga dapat
dalam penelitian ini menghasilkan nilai disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh
signifikansi 0,293> 0,05 sehingga dapat negatif dan signifikan terhadap penghindaran
disimpulkan bahwa komisaris independent tidak pajak.
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kesehatan keuangan suatu perusahaan
penghindaran pajak. adalah indikatornya nilai profitabilitas signifikan.
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Semakin tinggi nilai dari rasio profitabilitas, maka
Nomor 33/PJOK.04/2014 tentang Direksi serta semakin baik pula kemampuan perusahaan
Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik dalam mengelola modalnya, sehingga dapat
menyatakan bahwa; pembentukan atau menghasilkan laba yang optimal. Laba optimal
pengangkatan komisaris independen yang merupakan tolak ukur bagi investor terhadap
terdapat dalam perusahaan proporsinya minimum penilaian suatu perusahaan, sedangkan bagi
30% dari seluruh anggota dewan komisaris. Secara kreditor laba merupakan pengukuran arus kas
umum perusahaan memiliki komisaris operasi yang nantinya dapat digunakan sebagai
independent di atas 30% dari seluruh anggota sumber pembayaran bunga. Rasio profitabilitas
dewan komisaris perusahaan.
yang tinggi menunjukkan hasil kinerja pengawasan terhadap perusahaan tersebut, baik
manajemen perusahaan itu maksimum. secara internal maupun eksternal. Dengan adanya
Dengan demikian perusahaan yang nilai kepemilikan institusional dalam perusahaan
profitabilitasnya tinggi, maka enggan untuk tersebut maka perusahaan akan melakukan
melakuan tax avoidance. Hal ini relevan jika manajemen pajak dengan lebih berhati hati dan
variabel profitabiltas berpengaruh negative meminimalisir tindakan tax avoidance agar sesuai
terhadap tax avoidance, artinya semakain profitnya dengan peraturan pajak yang berlaku dan tetap
besar, semakin kecil atau turun perusahaan mempertahankan reputasi perusahaan.
melakukan tax avoidance, dan sebaliknya jika Diantara tugas dan kewenangan
profitnya kecil atau minim, maka ada kepemilikan institusional adalah bagaimana
kemungkinan besar perusahaan melakuan tax memaksimumkan profit, perusahaan akan
avoidance. melakukan tax avoidance ataupun tidak, hal itu
Profitabilitas (ROA) merupakan indikator menjadi kewenangan manajemen perusahaan.
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, Apabila kegiatan ini dapat menguntungkan bagi
sehingga ROA merupakan faktor penting dalam kesejahteraan kepemilikan institusional maka akan
pengenaan pajak penghasilan (PPh) bagi mendukung setiap kebijakan yang dilakukan oleh
perusahaan. Ketika laba perusahaan yang perusahaan, bahkan pemilik institusional memiliki
diperoleh meningkat, maka jumlah pajak insentif untuk memastikan bahwa manajemen
penghasilanpun akan meningkat sesuai dengan membuat keputusan yang dapat memaksimumkan
peningkatan laba perusahaan. Perusahaan yang kesejahteraan pemegang saham institusional.
memiliki profitabilitas tinggi memiliki peluang Dengan demikian maka sangat relevan jika
untuk memposisikan diri dalam tax planning yang ukuran perusahaan tidak memperkuat hubungan
dapat menekan jumlah beban kewajiban antara kepemilikan institusional dengan tax
perpajakan (Chen et al, 210). Demikian avoidance.
perusahaan yang memiliki perencenaan pajak Apakah Ukuran Perusahaan dapat memoderasi
yang baik maka akan memperoleh pajak yang hubungan pengaruhnya antara Proporsi Dewan
optimal dan cenderung perusahaan untuk Komisaris Independen terhadap Penghindaran
melakukan tax avoidance akan menurun. Pajak (H5)
Hasil penelitian ini tidak selaras dengan Ukuran Perusahaan jika diinteraksi dengan
penelitian Siregar(2016) danFikriyah(2011)hasiluji Proporsi Dewan Komisaris Independen, dalam
menunjukkan regresi tidak berhasil menemukan penelitian ini menghasilkan nilai signifikansi
adanya hubungan yang signifikan antara 0,293> 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa
profitabilitasdengan penghindaran pajak ukuran perusahaan tidak memperkuat hubungan
perusahaan. Namun, penelitian ini konsisten pengaruhnya antara Proporsi Dewan Komisaris
dengan yang dilakukan oleh Amelia (2015) dan Independen dengan penghindaran pajak, dengan
Kurniasih dan Sari (2013) profitabilitas demikian H5 ditolak.
berpengaruh negatif terhadap tindakan Beberapa alasan mengapa ukuran
penghindaran pajak. perusahaan tidak bisa memperkuat hubungan
Apakah Ukuran Perusahaan dapat memoderasi antara Proporsi Dewan Komisaris terhadap
hubungan pengaruhnya antara Kepemilikan penghindaran pajak, antara lain; semakin ukuran
Instusional terhadap Penghindaran Pajak (H4) perusahaan besar, maka sebagai konsekuensinya
Ukuran Perusahaan jika diinteraksi dengan perusahaan akan mendapatkan pengawasan yang
Kepemilikan Institusional, dalam penelitian ini lebih ketat, baik dari internal maupun eksternal.
menghasilkan nilai signifikansi 0,343> 0,05. Maka Sedangkan Proporsi Dewan Komisaris
dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak Independen meskipun lebih dari 30%, hal ini
memperkuat hubungan pengaruhnya antara belum memperhatikan kompleksitas perusahaan
kepemilikan institusional dengan penghindaran secara detail, bisa juga masih kurangnya efektifitas
pajak, dengan demikian H4 ditolak. dalam pengawasannya dalam hal kebijakan
Ukuran perusahaan tidak dapat memoderasi perusahaan. Dengan demikian ada tidaknya
hubungan antara Kepemilikan Institusional komisaris independen belum tentu menghambat
terhadap tindakan tax avoidance. Analisa hal ini aktivitas tax avoidance dalam perusahaan.
adalah; konsekuensi ukuran perusahaan yang Disamping hal tersebut juga bisa juga
besar akan semakin banyak pihak yang melakukan dikarenakan terkadang di dalam perusahaan itu
memperhatikan dan lebih hati-hati terhadap Dewi, Kristiana Ni Nyoman dan Jati, Ketut. 2014.
tax planning dalam setiap periodenya; Pengaruh Karakter Eksekutif,
4. Variabel dalam penelitian ini masih sangat Karakteristik Perusahaan dan Dimensi
minim, dan nilai novelty-nya belum ada, Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada
atau masih kurang, hanya berusaha Tax Avoidance. E-Journal Akuntansi
membuat model dengan variabel Universitas Udayana, 6(2),h:249-260.
moderating. Disarankan bagi peneliti Dewi, K dan I. K Jati. (2014). Pengaruh Karakter
kedepan bisa menambahkan variabel- Eksekutif, Karateristik Perusahaan, dan
variabel yang relevan dalam analisanya lebih Corporate Governance pada Tax
tajam terkait dengan tax avoidance, serta Avoidance di Bursa Efek Indonesia. E-
model dan nilai-nilai novelty yang baik, Jurnal Akuntansi ISSN 2302-8556 6.2: 249-
sehingga aplikasi tax planning ataupun tax 260..
avoidance akan lebih memadai. Diantari, Putu Rista dan IGK Ulupui. 2016.
Pengaruh Komite Audit, Proporsi
REFERENSI Komisaris Independen, Proporsi
Agus, R Sartono.2010. Manajemen Keuangan Kepemilikan Institusional terhadap Tax
Teori dan Aplikasi Edisi Keempat . BPFE Avoidance. E-Journal Akuntansi Universitas
Yogyakarta Udayana, 16(1), h: 702-732.
Agusti, W. Y. (2014). Pengaruh Profitabilitas, Dryeng, Scott D., M. Hanlon, E.L. Maydew. 2008.
Leverage, Dan Corporate Governance Long-Run Corporate Tax Avoidance.
Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Dalam The AccountingReview, 83(1), pp: 61-
Pada Perusahaan Manufaktur yang 82.
Terdaftar di BEI tahun 2009-2012). Jurnal Dyreng, Scott D., Michelle Hanlon, Edward L.
Akuntansi, 2(3). Maydew. 2010. The Effect of Executives
Annisa, N. A., & Kurniasih, L. 2012. Pengaruh on Corporate Tax Avoidance. The
Corporate Governance terhadap Tax Accounting Review. Vol. 85, Juni 2010, pp
Avoidance. Jurnal Akuntansi & Auditing, 1163-1189.
Vol.8, 95 - 189. Fattah, A., Syairozi, M. I., & Rohimah, L. (2021).
Brigham, F. Eugene dan Joel Houston. 2006. “YOUTH CREATIVE ENTERPRENEUR
Fundamentals of Financial Management EMPOWERMENT (YOUTIVEE)”:
Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Solutions for Youth to Contribute to the
Salemba Empat. Economy and Reduce
Budiman, Judi dan Setiyono. 2012. Pengaruh Unemployment. International Journal of
Karakter Eksekutif terhadap Penghindaran Economics, Business and Accounting
Pajak (Tax Avoidance). Proceeding Research (IJEBAR), 5(3).Faizah Siti Nur &
Simposium Nasional Akuntansi XV. Adhivinna Vidya Vitta.
Banjarmasin 25-28 September 2012. (2017).PengaruhReturn On Asset,
Bujaki, M.L. dan A.J. Richardson. 1997. A Citation Leverage, Kepemilikan Institusional, dan
Trail Review of The Uses of Firm in Ukuran Perusahaan Terhadap Tax
Accounting Research. Journal of Accounting Avoidance. Yogyakarta: Jurnal Akuntansi
Literature. Vol. 16, pp 1-27. Vol. 5. No. 2 Desember 2017.
Cahyono, Dedy D., Rita A., Kharis Raharjo. 2016. Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis
Pengaruh Komite Audit, Kepemilikan Multivariate dengan Progam SPSS.
Institusional, Dewan Komisaris, Ukuran Semarang: Badan Penerbit Universitas
Perusahaan, Leverage, Profitabilitas Diponegoro.
terhadap Tindakan Penghindaran Pajak Gupta, S., Newberry, K. 1997. Determinants of
pada Perusahaan Perbankan yang Listing Variability in Corporate Effective Tax
BEI Periode 2011-2013. Journal Of Rates: Evidence from Longitudinal Data.
Accounting. Vol. 2 No.2 Journal of Accounting and Public Policy, 16
Chen, S., Chen, X., Cheng, Q., Shevlin, T. 2010. (1), 1-34.
Are Family Firms More Hanlon, M., and S. Heitzman. 2010. A Review of
TaxAggressiveThan Non-Family Firms? Tax Research. Journal of Accounting and
Journal of Financial Economics.95, 41-61. Economic (Forthcoming).