You are on page 1of 9

19 Hubungan Pola Asuh Orang Tua…… (Ariska Putri Hidayathillah, Eni Mulyana)

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI


PADA BALITA USIA 1 – 5 TAHUN DI DESA SELOKGONDANG
KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN LUMAJANG

1Ariska Putri Hidayathillah, S.Kep., Ns., M.Epid, 2Eni Mulyana


Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Surabaya
Email : ariska217@gmail.com

ABSTRACT

The ages of 1-5 years (toddlers) is the period in which the child is in need of food and nutrition
in sufficient amount and adequate. Nutritional deficiencies during this time can cause interference
to grow flowers. At this time also, the child is still totally dependent on the care and upbringing by
his mother.
Research objectives: knowing parents parenting relationship with nutritional status on toddlers
in the village of Selokgondang Sub Lumajang Sukodono in 2017.
The type of research that is used is a type of analytic survey research (kolerasi) by using the Cross-
Sectional design. The sample in this research are all parents and toddlers in the village of
Selokgodang Sub Lumajang Sukodono as much as 62 respondents.
Most toddlers have a good nutritional status IE as much as 69.4%, parenting parents with
democratic 88.7% category. After the performed statistical tests using Sperman Rank then acquired
the results of statistical tests where SIGs 0.0002 GIS < α (0.05), which means there is a connection
between parenting parents with nutritional status on toddlers in the village of Selokgondang Sub
Lumajang Sukodono. Obtained most of the parenting parents is democratic and most experienced
good nutritional status. Health care personnel should enhance public awareness by providing
counseling on the importance of parenting parents the nutritional needs on toddlers, thus reducing
the problem of nutritional status

Keywords: Parenting Parents, Toddler, Nutrition Status

Pendahuluan
Gizi adalah suatu proses organisme untuk berbagai fungsi biologis
menggunakan makanan yang dikonsumsi (pertumbuhan fisik, perkembangan,
secara normal melalui proses pencernaan, aktifitas, pemeliharaan kesehatan dan
absorbsi, transportasi, penyimpanan, lainnya (Suyanto, 2012).
metabolism dan pengeluaran zat-zat yang Jumlah balita gizi kurang berdasarkan
tidak diperlukan untuk mempertahankan indikator BB/U di Kabupaten Lumajang
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal Tahun 2014 sebanyak 440 atau sebesar
dari organ-organ, serta 0,61% sedangkan ambang yang telah
menghasilkan energi (Supariasa, dkk, ditetapkan dalam RPJMD (Rencana
2012). Status gizi merupakan keadaan yang Pembangunan Jangka Menengah Daerah)
diakibatkan oleh status keseimbangan sebesar 0,5%. Capaian tahun 2014 tersebut
antara jumlah asupan (intake) dan jumlah jika dibandingkan dengan tahun 2013
yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh terdapat penurunan persentase balita gizi
20 Hubungan Pola Asuh Orang Tua…… (Ariska Putri Hidayathillah, Eni Mulyana)

kurang, sedangkan di Desa Selokgondang memiliki status gizi buruk dan 2,88% anak
persentase gizi kurang 68,71%, 47,21%% mengalami status gizi lebih. (Dinkes
anak memiliki status gizi baik, 0,79% anak Lumajang, 2013)

100
90
80
70
60
50
40
30 Gizi Kurang
20
10
0

Kecamatan

Gambar 1.1 Persentase Gizi Kurang Tingkat Kecamatan Di Kabupaten Lumajang


Berdasarkan Dinkes Tahun 2013

80
60
40
20
0 Kurang Gizi

Desa

Gambar 1.2 Persentase Gizi Kurang Berdasarkan Data Puskesmas Sukodono


Lumajang Tahun 2013

World Health Organization Indonesia yaitu BB/U 4,9% dan gizi kurang
(WHO) menyatakan pada tahun 2010, 23% 13%. PSG (Pemantauan Status Gizi) di
balita didunia mengalami gizi kurang Jawa Timur pada tahun 2012 didapatkan
(BB/U < 2 SD) dan 10% gizi buruk (BB/U gizi kurang sebanyak 10,26%, gizi lebih
< 3 SD). Berdasarkan Riskesdas (2010) 2,90% dan gizi buruk 2,35%. Hasil ini
prevalensi gizi buruk yang terjadi di merupakan status gizi balita
21 Hubungan Pola Asuh Orang Tua…… (Ariska Putri Hidayathillah, Eni Mulyana)

berdasarkan BB/U (Dinkes Jawa Timur, dan praktek kesehatan dengan status gizi.
2012), sedangkan cakupan data Dinas Sedangkan rangsangan psikososial dengan
Kesahatan wilayah Kabupaten Lumajang status gizi tidak berhubungan.
pada tahun 2013 sebanyak 462 atau sebesar UNICEF (2012) dalam Irianti (2016),
86% menderita gizi kurang sedangkan faktor - faktor yang mempengaruhi status
target yang telah ditetapkan RPJMD sebesar gizi anak balita dan penyebab kurang gizi
62%. Capaian tahun 2013 tersebut jika pada balita di masyarakat yaitu: penyebab
dibandingkan tahun 2012 terdapat kenaikan langsung dan tidak langsung. Makanan dan
persentase balita gizi kurang (Dinkes penyakit dapat secara langsung
Lumajang, 2013). menyebabkan gizi kurang. Penyebab tidak
Studi pendahuluan yang dilakukan di langsung ada tiga yaitu: a) ketahanan
Posyandu Desa Selokgondang Kecamatan pangan, b) pola pengasuhan anak, c)
Sukodono Kabupaten Lumajang 22 April pelayanan kesehatan dan lingkungan. Pola
2017, dari 10 orang tua sebanyak 6 orang pengasuhan yang berupa sikap dan perilaku
mengatakan bahwa pola asuh yang ibu sangat pening terhadap tumbuh
digunakan adalah demokratis 68,71% balita kembang anak. Cara pemberian makan
yang mengalami gizi baik, 3 orang tua maupun pengetahuan tentang jenis makanan
mengatakan pola asuh yang digunakan yang harus diberikan sesuai umur dan
adalah otoriter 47,21% balita mengalami kebutuhan serta memberikan kasih sayang
status gizi kurang dan 1 orang tua dan sebagainya merupakan komponen yang
mengatakan pola asuh yang digunakan perlu diketahui dari masing-masing orang
adalah permisif 2,88% balita mengalami tua (Supariasa 2011).
gizi kurang. Pola asuh yang baik dari ibu akan
Penelitian yang dilakukan oleh Ritayani memberikan kontribusi yang besar pada
(2013) dengan judul Hubungan Pola Asuh pertumbuhan dan perkembangan balita
Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita sehingga akan menurunkan angka kejadian
Diwilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin gangguan gizi. Ibu harus memahami cara
Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten memberikan perawatan dan perlindungan
Langkat, hasil penelitian menunjukkan terhadap anaknya agar anak menjadi
sebagian besar anak balita mempunyai nyaman, meningkat nafsu makananya,
status gizi normal yaitu 77,0%, pola asuh terhindar dari cedera dan penyakit yang
berdasarkan praktek pemberian makan akan menghambat pertumbuhan. Apabila
terbanyak pada kategori baik yaitu 96%, pengasuhan anak baik maka status gizi anak
rangsangan psikososial pada kategori baik juga akanbaik. Peran ibu dalam merawat
sebanyak 94%, dan berdasarkan perawatan sehari-hari mempunyai kontribusi yang
kesehatan pada kategori baik sebanyak besar dalam pertumbuhan anak karena pola
94%. Status gizi normal pada umur 25-36 asuh yang baik anak akan terawatt dengan
bulan sebanyak 31,2%, pola asuh baik dan gizi terpenuhi. Oleh karena itu,
berdasarkan praktek pemberian makan pada agar anak tidak mengalami kurang gizi
kategori baik terbanyak pada umur 25-36 memberikan makanan tambahan sebagai
bulan 30,9%, rangsangan psikososial pada pendamping ASI sangat penting, misalnya
kategori baik umur 25-36 bulan 33,3%, dan berilah anak bubur susu yang lunak atau
perawatan kesehatan pada kategori baik buah manis seperti pisang yang dihaluskan.
umur 25-36 bulan 30,9%. Terdapat
hubungan yang signifikan antara praktek
pemberian makan
22 Hubungan Pola Asuh Orang Tua…… (Ariska Putri Hidayathillah, Eni Mulyana)

Metodologi Variabel independen ini merupakan


variabel yang menjadi sebab perubahan atau
Jenis penelitian yang digunakan timbulnya variabel dependen (Hidayat,
adalah jenis penelitian survey analitik 2013). Variabel terikat dalam penelitian ini
(kolerasi), dengan desain Cross-Sectional yaitu pola asuh orang tua. Variabel
yaitu jenis penelitian yang menekankan dependen ini merupakan variabel yang
waktu pengukuran/observasi data variabel dipengaruhi atau menjadi akibat karena
independen dan dependen hanya satu kali variabel bebas (Hidayat, 2013). Variabel
pada saat itu juga. Penelitian dilakukan di bebas dalam penelitian ini yaitu status gizi
Desa Selokgondang Kecamatan Sukodono pada balita di Desa Selokgondang
Kabupaten Lumajang tahun 2017. Populasi Kecamatan Sukodono Kabupaten
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lumajang Tahun 2017.
semua orang tua dan balita di Desa Data yang sudah terkumpul, diolah
Selokgondang Kecamatan Sukodono dan kemudian dianalisis secara deskriptif.
Kabupaten Lumajang sebanyak 163 balita Sedangkan untuk menguji hipotesis,
tahun 2017. Sampel dalam penelitian ini variabel penelitian dianalisis dengan
adalah semua orang tua dan balita di Desa menggunakan uji Sperman Rank pada taraf
Selokgondang Kecamatan Sukodono nyata 90% (α=0,1) dengan bantuan
Kabupaten Lumajang tahun 2017 sejumlah computer program SPSS. Apabila
62 orang. Teknik pengambilan sampling probabilitas (p) lebih kecil daripada α
pada penelitian ini menggunakan teknik (p<0,1) maka hipotesi Ho ditolak berarti ada
Purposive Sampling adalah pengambilan hubungan yang signifikan antara variabel-
sampel yang berdasarkan atas suatu variabel penelitian dengan status gizi balita.
pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat Jika sebaliknya hipotesis H0 diterima maka
populasi ataupun cirri-ciri yang sudah tidak ada hubungan yang signifikan.
diketahui sebelumnya (sesuai dengan
kriteria inkluasi) (Notoatmodjo, 2012).

Hasil dan Pembahasan


Hasil
Hasil pengumpulan data untuk mengukur pola asuh orang tua yang diukur dengan
lembar observasi tertera pada tabel dibawah ini:

Karakteristik Pola Asuh Orang Tua


Distribusi Responden Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua Pada Balita Umur 1 – 5 Tahun di
Desa Selokgondang Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang 2017

No Polaasuh orang tua Jumlah


n Persentase %
1 Otoriter 6 9,7
2 Demokratis 55 88,7
3 Permisif 1 1,6
Jumlah 62 100
Sumber : Data Primer 2017
23 Hubungan Pola Asuh Orang Tua…… (Ariska Putri Hidayathillah, Eni Mulyana)

Berdasarkan tabel di atas diperoleh data pola asuh orang tua terhadap balita dengan
kategori otoriter sebanyak 6 orang (9,7 %), kategori demokratis sebanyak 55 orang (88,7 %),
sedangkan kategori permisif sebanyak 1 orang (1,6 %).

Karakteristik Balita Berdasarkan Status Gizi


Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Balita Di Desa Selokgondang Kecamatan
Sukonodo Kabupaten Lumajang 2017

Jumlah
No Status GiziBalita
n Persentase %
1 Lebih 1 1,6
2 Baik 43 69,4
3 Kurang 18 29,0
Jumlah 62 100
Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan tabel di atas diperoleh sebanyak 43 anak (69,4 %), sedangkan balita
balita dengan status gizi lebih sebanyak 1 dengan status gizi kurang sebanyak 18 anak
anak (1,6 %), balita dengan status gizi baik (29,0%).

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Status Gizi Pada Balita
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Status Gizi Pada Balita Umur 1 – 5 Tahun Di Desa
Selokgondang Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang 2017
Status Gizi BB/U
PolaAsuh Orang Jumlah P-value
Lebih Baik Kurang
Tua
n % n % n % n %
Otoriter 0 0 0 0 6 100 6 100
0.0002
Demokratis 1 1,8 43 78,2 11 20,0 55 100
Permisif 0 0 0 0 1 100 1 100
Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan tabel di atas Berdasarkan hasil pengihitungan


menunjukkan bahwa pola asuh orang tua SPSS versi 16.0 dengan tingkat kemaknaan
dengan kategori otoriter pada status gizi 𝛼 = 0,05. Didapatkan hasil uji statistik uji
lebih dan baik tidak terdapat reponden (0%), Sperman Rank diperoleh hasil yang
status gizi kurang sebanyak 6 orang (100%), signifikan dari kedua variable tersebut
pola asuh orang tua dengan kategori diperoleh p= 0,0002<𝛼 = 0,05. Dengan hasil
demokratis pada status gizi lebih sebanyak 1 demikian H1 diterimadan H0 ditolak yang
orang (1,8%), status gizi baik 43 orang artinya terdapat hubungan yang signifikan
78,2%), status gizi kurang 11 orang (20,0%), antara pola asuh orang tua dengan status gizi
sedangkan pada pola asuh orang tua dengan pada balita di Desa Selokgondang
kategori permisif pada status gizi lebih dan Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang
baik tidak terdapat responden (0%), status Tahun 2017.
gizi kurang sebanyak 1 orang (100%).
24 Hubungan Pola Asuh Orang Tua…… (Ariska Putri Hidayathillah, Eni Mulyana)

Pembahasan
Pola Asuh Orang Tua ialah pendapatan, pekerjaan, pekerjaan,
Hasil penelitian pada tabel 5.6 budaya, usia, kondisi, infeksi dan pola asuh
menunjukkan bahwa sebagian besar pola orang tua. Data usia orang tua menunjukkan
asuh orang tua adalah demokratis yaitu 55 bahwa hampir seluruhnya responden
orang (88,7%), pola asuh otoriter sebanyak berusia antara 20-40 tahun. Seorang ibu
6 orang (9,7%) sedangkan pola asuh orang dalam rentang usia ini dinilai sudah
tua permisif sebanyak 1 orang (1,6%). memiliki kedewasaan yang cukup dan
Donna L. Wong (2008) mengatakan bahwa emosi yang stabil. Ibu akan berpikir lebih
pola asuh demokratis adalah gaya orang tua matang dalam bertindak dan mengambil
dalam mengarahkan perilaku dan sikap keputusan serta lebih memikirkan
anak dengan menekankan alasan peraturan kemungkinan efek samping yang akan
dan secara negatif menguatkan timbul. Sehingga usia dapat mempengaruhi
penyimpangan. Orang tua yang selalu cara berpikir orang tua dalam
memberikan penjelasan tentang berbagai perkembangan balita. Menurut Nursalam
hal, tetap mengawasi dan memberikan (2013), semakin bertambah umur seseorang
respon yang baik, maka orang tua telah maka pengetahuan mereka bertambah
menerapkan pola asuh yang baik pada karena pengalaman mereka dalam
anaknya. Tanpa melalui aturan dan sikap menghadapi realita kehidupan yang menuju
yang keras, diharapkan anak lebih kematangan pemikiran.
memahami kemauan orang tua. Berdasarkan data pekerjaan orang tua
Dalam pola asuh demokratis bahwa sebagian besar responden adalah Ibu
kedudukan orang tua dan anak sejajar, suatu Rumah Tangga (IRT). Orang tua yang
keputusan diputuskan bersama dengan kesehariannya hanya sebagai ibu rumah
mempertimbangkan pendapat anak. Anak tangga maka akan lebih fokus pada
diberi kebebasan dan tanggung jawab, pengasuhan anak. Sehingga ibu dapat lebih
artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap menyediakan waktu untuk mengasuh,
berada dibawah pengawasan orang tua dan memperhatikan pendidikan anak,
dapat dipertanggung jawabkan. Dampak mengamati segala masalah yang terjadi
positif dari pola asuh demokratis adalah pada anak dan menilai perkembangan anak.
anak mudah bergaul dengan orang lain, Sebagaimana Sulistyorini (2013)
ramah, percaya diri, bertanggung jawab, mengemukakan bahwa kegiatan ekonomi
dan mandiri. ibu akan berdampak negatif terhadap
perawatan anak hanya jika kegiatan itu tidak
Status Gizi Balita dapat dijalankan selaras dan bersama- sama
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan dengan pengasuhan yang baik. Anak yang
sebagian besar balita yang mengalami status sehat tidak terletak pada kuantitas waktu
gizi baik adalah 43 anak (69,4%), balita yang diberikan oleh ibu tetapi pada kualitas
dengan gizi lebih sebanyak 1 anak (1,6%) pengasuhan yang mereka terima.
sedangkan balita dengan gizi kurang Status gizi pada balita merupakan hal
sebanyak 18 anak (29,0%). Faktor yang yang penting untuk diketahui oleh setiap
dapat mempengaruhi status gizi balita orang tua, baik dalam pola pengasuhan
25 Hubungan Pola Asuh Orang Tua…… (Ariska Putri Hidayathillah, Eni Mulyana)

atau hal lain yang dapat menyebabkan tua demokratis juga memberikan
menurunnya gizi pada balita. Oleh karena kesempatan agar anak ikut terlibat dalam
itu setiap orang tua hendaknya pengambilan keputusan serta memberikan
memperhatikan asupan gizi yang diberikan kebebasan dengan kontrol seimbang.
kepada balita, supaya balita tidak Menurut Ambar (2012) pola asuh
mengalami gizi kurang/buruk. demokratis menunjang keterbukaan
pengakuan terhadap pendapat anak dan
Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan kerjasama, anak diberikan kebebasan tetapi
Status Gizi Pada Balita di Desa kebebasan yang dapat
Selokgondang Kecamatan Sukodono dipertanggungjawabkan. Orang tua yang
Kabupaten Lumajang Tahun 2017 menerapkan pola asuh otoriter memiliki
Berdasarkan hasil pengujian uji beberapa kekurangan yaitu anak akan
statistik uji Sperman Rank di dapatkan hasil merasa takut pada sosok orangtua.
yang signifikan, dengan hasil yang Kekesalannya bisa saja dilampiaskan ke
menunjukkan ada hubungan antara pola lingkup lain selain keluarga. Misalnya :
asuh orang tua dengan status gizi pada balita dengan teman atau terperosok pada jeratan
usia 1 – 5 tahun di Desa Selokgondang narkoba sebagai pelarian dan bentuk protes
Kecamatan Sukodono Kabupaten terselubung. Anak-anak dengan pola asuh
Lumajang Tahun 2017. ini akan tumbuh menjadi pribadi yang rigrid
Hasil penelitian didapatkan pada dan kaku.Menurut pendapat Santrock
tabel 5.8 menunjukkan bahwa pola asuh (2007) anak dari orang tua yang otoriter
orang tua dengan kategori otoriter pada sering kali tidak bahagia, ketakutan, minder
status gizi lebih dan baik tidak terdapat ketika membandingkan diri dengan orang
reponden (0%), status gizi kurang sebanyak lain, tidak mampu memulai aktivitas, dan
6 orang (100%), pola asuh orang tua dengan memiliki kemampuan komunikasi yang
kategori demokratis pada status gizi lebih lemah. Orang tua yang menerapkan pola
sebanyak 1 orang (1,8%), status gizi baik 43 asuh otoriter memiliki beberapa kekurangan
orang 78,2%), status gizi kurang 11 orang yaitu Anak akan kurang menghargai banyak
(20,0%), sedangkan pada pola asuh orang hal dan cenderung manja. Pola asuh ini,
tua dengan kategori permisif pada status membuat anak kurang patuh dan kurang
gizi lebih dan baik tidak terdapat responden ajar. Lalu tumbuh menjadi anak- anak yang
(0%), status gizi kurang sebanyak 1 orang egois dan egosentris. Hal ini sesuai dengan
(100%). Orang tua yang menggunakan pola pernyataan Donna L. Wong (2008) pola
asuh demokratis balita mengalami status asuh ini memberikan kesempatan pada
gizi lebih, status gizi baik dan status gizi anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa
kurang, orang tua yang menggunakan pola pengawasan yang cukup dari orangtua.
asuh otoriter balita seluruhnya mengalami Mereka cenderung tidak menegur/
status gizi kurang, sedangkan pola asuh memperingatkan anak apabila anak sedang
orang tua permisif balita seluruhnya dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan
mengalami status gizi kurang. yang diberikan oleh mereka, sehingga
Pola asuh demokratis memberikan seringkali disukai oleh anak. Anak dari
kesempatan kepada anak untuk bebas orang tua yang permisif memiliki
berekspresi sehingga anak tidak merasa pengendalian diri yang buruk, tidak
terkekang dan baik untuk perkembangan mandiri, tidak dewasa, manja, memiliki
anak yaitu terhadap status gizi anak. Orang harga diri yang rendah (Santrock, 2007).
26 Hubungan Pola Asuh Orang Tua…… (Ariska Putri Hidayathillah, Eni Mulyana)

Hasil penelitian ini sesuai dengan lain yang dapat dilakukan ialah preventif
penelitian Firdaus (2016) didapatkan hasil yaitu meliputi penimbangan BB, TB, LILA,
pola asuh orang tua demokratis, sebanyak pemberian obat-obatan dan lain- lain.
52,23% balita mengalami gizi baik dan gizi
kurang, pola asuh orang tua permisif, Kesimpulan
sebanyak 22,72% balita mengalami gizi Pola asuh orang tua terhadap balita di
kurang sedangkan pola asuh orang tua Desa Selokgondang Kecamatan Sukodono
otoriter, sebanyak 30,90% balita mengalami Kabupaten Lumajang didapatkan sebagian
gizi kurang. besar mempunyai pola asuh demokratis.
Sebagai petugas kesehatan, kita Status gizi anak balita berdasarkan indeks
mempunyai peranan penting dalam upaya BB/U di Desa Selokgondang Kecamatan
pencegahan kasus gizi kurang melalui Sukodono Kabupaten Lumajang didapatkan
beberapa upaya, misalnya promotif yaitu sebagian besar mempunyai status gizi baik.
meliputi pertemuan rutin tingkat Adanya hubungan pola asuh orang tua
desa/kelurahan yang diadakan sesuai dengan status gizi pada balita di Desa
jadwal, penyuluhan kepada orang tua Selokgondang Kecamatan Sukodono
khususnya ibu balita yang diadakan sebulan Kabupaten Lumajang Tahun 2017.
sekali saat posyandu, penyuluhan kader-
kader posyandu, media KIE seperti leaflet,
lembar balik dan lain-lain. Upaya
27 Hubungan Pola Asuh Orang Tua…… (Ariska Putri Hidayathillah, Eni Mulyana)

Daftar Pustaka Dasar. Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI.
Ambar, 2012. Buku Manajemen Sumber
Daya Manusia. Edisi Pertama Cetakan Santrock, J.W. 2007. Life-Span
Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu Development: Buku Perkembangan
Masa Hidup (edisi kelima). (Penerj.
Dona, L. Wong. (2008). Buku Ajar Achmad Chusairi, Juda Damanik; Ed.
Keperawatan Pediatrik Wong. Alih Herman Sinaga, Yati Sumiharti).
bahasa : Agus Sutarna, Neti. Juniarti, Jakarta: Erlangga.
H.Y. Kuncoro. Editor edisi bahasa
Indonesia : Egi Komara Yudha ... [et Ritayani. 2013. Hubungan Pola Asuh Ibu
al.]. Edisi 6. Jakarta : EGC. Dengan Status Gizi Anak Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin
Dinkes Jatim., 2012. Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten
http://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/d Langkat. Universitas Sumatera Utara
okumen/p p i d d i n k e s p r o v jatim
waspada gizi buruk.pdf.waspada Balita Sulystyorini (2013). Pola Asuh pada Anak
Gizi Buruk Di Jawa Timur. Balita. http://repository.usu.ac.id diakses
Juli 2016
Dinkes Lumajang. 2013. Laporan
Tahunan Dinas Kesehatan Supariasa. 2012. Pendidikan Dan Konsultasi
Gizi. Jakarta : EGC
Kabupaten Lumajang. Lumajang:
Dinkes Lumajang
Suyanto., 2012. Buku Riset Kebidanan:
Metodologi Dan Aplikasi. Yogjakarta:
Hidayat., 2013. Buku Metode Penelitian
Mitra Cendika press.
Kebidanan Teknis Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
World Health Organization. World Health
Statistics. Geneva: WHO Press; 2010
Irianti, B. 2016. Faktor- Faktor Yang
Menyebabkan Status Gizi Kurang Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sail
Pekanbaru. Midwifery Jounal. Vol. 03.
No. 01

Notoadmojdo., 2012. Buku Metodologi


Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.

Nursalam., 2013. Buku Manajement


Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktek
Keperawatan Profesional. Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.

Nusalam., 2013. Konsep & Penerapan


Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis,
dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Jakarta. Salemba Medika

Riskesdas., 2010. Riset Kesehatan

You might also like