Professional Documents
Culture Documents
net/publication/288701846
Uji Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol Tali Putri (Cassytha filiformis L.)
Terhadap Fungsi Ginjal Tikus
Article · November 2015
DOI: 10.29208/jsfk.2015.2.1.47
CITATIONS READS
0 2,506
4 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Yori Yuliandra on 30 December 2015.
JurnalSainsFarmasi&Klinis
(p- ISSN: 2407-7062 | e-ISSN: 2442-5435)
Kata kunci: ABSTRAK: Pengujian toksisitas subkronis ekstrak etanol tali putri (Cassytha filiformis
cassytha filiformis; L.) terhadap fungsi ginjal tikus telah dilakukan. Sebanyak 16 ekor tikus jantan berusia
tali putri; toksisitas 2-3 bulan dengan berat badan ±250 gram digunakan sebagai hewan uji. Hewan dibagi
subkronis; fungsi menjadi 4 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan yang diberi
ginjal; bersihan ekstrak etanol tali putri dengan dosis 1,25; 2,5; dan 5 mg/kg sekali sehari secara
kreatinin. intraperitoneal selama 14 hari. Data bersihan kreatinin, persentase fungsi ginjal, dan
rasio organ ginjal dianalisis dengan ANOVA dua arah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bersihan kreatinin dan persentase fungsi ginjal rata-rata tikus mengalami
penurunan secara bermakna selama perlakuan (p<0,05). Rasio berat organ ginjal
kelompok ekstrak, terutama pada dosis besar mengalami peningkatan dengan sangat
bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,01). Ini menunjukkan bahwa
ekstrak etanol tali putri dengan dosis 1,25-5 mg/kg dapat menyebabkan penurunan
fungsi ginjal, tetapi masih relatif aman bila digunakan selama 14 hari.
54
Uji Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol Tali Putri (Cassytha... | Yuliandra, dkk.
memilih swamedikasi dengan obat yang berasal kerusakan pada sistem ekskresi akibat penggunaan
dari alam ini untuk mengatasi berbagai penyakit, suatu produk herbal pernah terjadi di Belgia, dimana
mulai dari penyakit yang ringan hingga penyakit lebih dari 100 orang pasien dilaporkan menderita
yang terjadi dalam waktu yang lama [3]. nefropati, karsinoma saluran kemih, hingga gagal
Salah satu bahan alam yang sering ginjal tahap lanjut [19,20]. Hal ini semakin
dimanfaatkan masyarakat sebagai obat tradisional mempertegas bahwa pengujian toksisitas dan
adalah tumbuhan tali putri (Cassytha filiformis L.). keamanan terhadap produk herbal dan bahan alam
Tumbuhan tali putri merupakan herba yang merupakan hal yang penting untuk dilakukan.
bersifat parasit, termasuk ke dalam famili Bahkan WHO menempatkan perihal keamanan obat
Cassithaceae yang mengandung alkaloid, saponin, tradisional menjadi salah satu langkah penting di
fenol, dan flavonoid [4,5,6]. Penelitian sebelumnya dalam strategi pengembangan obat tradisional
menunjukkan bahwa tumbuhan ini dapat periode 2014-2023 [21].
memperpanjang waktu pendarahan [7], memiliki Pengujian toksisitas pada tumbuhan tali putri
efek vasorelaksan terhadap pembuluh darah [8], yang sudah dilakukan berhasil mengungkap bahwa
dapat menurunkan kadar glukosa darah [9], ekstrak tersebut tidak menimbulkan efek toksik
memiliki efek antipiretik dan analgesik [10], serta pada organ hati, limfa, testis, dan ginjal [22].
memiliki efek antihipertensi [11,12]. Meskipun demikian belum ditemukan informasi
Meskipun herbal medicine merupakan obat yang tentang jenis toksisitas lainnya dari tumbuhan ini,
berasal dari alam, anggapan bahwa ia aman khususnya toksisitas subkronis terhadap fungsi
digunakan dan terhindar dari efek yang merugikan ginjal.
adalah sepenuhnya salah [13]. Pemanfaatan bahan
alam tersebut harus mempertimbangkan banyak hal, METODE PENELITIAN
beberapa di antaranya adalah: ketepatan dosis,
ketepatan waktu dan cara penggunaan, dan yang Penyiapan Ekstrak dan Hewan
tidak kalah penting adalah ketepatan telaah informasi Ekstrak disiapkan dari herba tali putri (Cassytha
[14]. Meskipun bahan alam seperti jamu adalah filiformis L.) menurut cara yang sudah digunakan
relatif lebih aman, penggunaan dalam jangka waktu pada penelitian sebelumnya [11]. Sebelum diujikan,
yang lama tetap mempunyai risiko untuk sejumlah 16 ekor tikus putih jantan galur Sprague-
memberikan efek yang tidak diinginkan [15]. Dawley yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan
Penggunaan bahan alam yang tidak tepat sangat ±250 gram diaklimatisasi untuk membiasakan hewan
berpotensi menyebabkan berbagai gejala yang tidak pada kondisi pengujian. Selamat proses aklimatisasi
diinginkan. Tidak hanya obat, bahan alam juga yang dilakukan satu minggu sebelum pengujian,
mempunyai resiko yang cukup besar dalam hewan diberikan makanan standar dan air minum ad
menyebabkan kerusakan organ [16]. libitum.
Ginjal merupakan organ yang sering
menerima dampak tidak dinginkan akibat Uji Toksisitas Subkronis
penggunaan obat, khususnya toksisitas terhadap Tikus dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu 1
nefron [17]. Resiko tersebut tidak hanya terdapat kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan yang
pada penggunaan obat konvensional, akan tetapi diberikan ekstrak 1,25; 2,5; dan 5 mg/kg sekali
juga ada pada pemanfaatan obat tradisional [18]. sehari selama 14 hari berturut-turut secara
Hal ini terbukti dengan adanya beberapa kasus intraperitoneal. Berat badan, volume konsumsi air
minum 24 jam, dan volume urine 24 jam diukur ekstrak dan lama pemakaian terhadap persentase
setiap hari. Darah diambil pada hari ke-0, ke-3, ke-7, fungsi ginjal (p>0,1). Penurunan persentase fungsi
dan ke-14 untuk pengukuran kadar kreatinin serum. ginjal yang terjadi masih dalam rentang normal.
Kadar kreatinin urine juga dihitung dengan Persentase fungsi ginjal hewan yang diberi ekstrak,
spektrofotometer pada panjang gelombang 492 nm. terutama pada dosis besar mengalami penurunan
Kedua data tersebut dihitung untuk penentuan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
persentase fungsi ginjal. Rasio berat organ ginjal Persentase fungsi ginjal hewan yang diberi ekstrak
dihitung dengan membandingkan berat organ ginjal menurun pada hari ke-3 dan akan meningkat bila
tikus terhadap berat badan tikus. Data dianalisis waktu pemberian diperpanjang (Lihat Tabel II dan
dengan menggunakan ANOVA dua arah dan Gambar 2).
dilanjutkan dengan Duncan’s post hoc test.
Rasio berat ginjal
HASIL DAN DISKUSI Rasio organ ginjal hewan uji yang diberi
ekstrak meningkat dengan sangat bermakna
Hasil (p<0,01) dibandingkan dengan kelompok kontrol,
Bersihan kreatinin terutama pada hewan uji dengan dosis besar.
Bersihan kreatinin hewan uji mengalami
penurunan dipengaruhi oleh lama pemakaian dan Diskusi
dosis ekstrak secara bermakna (p<0,05), tetapi tidak Penggunaan tradisional yang luas dan bukti
dipengaruhi oleh interaksi antara dosis ekstrak dan adanya hasiat yang sangat banyak dari tumbuhan
lama pemakaian (p>0,1). Bersihan kreatinin hewan tali putri (Cassytha filiformis L.) menunjukkan
yang diberi ekstrak menurun dibandingkan dengan bahwa herba ini mempunyai manfaat yang sangat
kelompok kontrol. Bersihan kreatinin menurun pada besar dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai
hari ke-3, meningkat pada hari ke-7, dan kembali obat [23]. Meskipun demikian, untuk mengetahui
menurun pada hari ke-14. keamanan obat, perlu dilakukan uji toksisitas
sehingga tumbuhan tali putri ini layak dijadikan
Persentase fungsi ginjal sediaan obat yang lebih baik dan layak digunakan,
Persentase fungsi ginjal hewan uji mengalami misalnya sebagai suatu fitofarmaka [24].
penurunan dipengaruhi oleh dosis ekstrak dan Ginjal merupakan organ vital yang menjaga
lama pemakaian secara bermakna (p<0,05), namun homeostatik tubuh dengan cara mengatur
tidak terdapat pengaruh interaksi antara dosis keseimbangan air dan elektrolit, mengatur
Tabel 1. Pengaruh dosis dan lama pemberian ekstrak etanol tali putri terhadap nilai bersihan kreatinin
Tabel 2. Pengaruh dosis dan lama pemberian ekstrak etanol tali putri terhadap persentase fungsi ginjal
Fungsi ginjal rata-rata (%) pada hari
ke- Fungsi ginjal
Dosis
0 3 7 14 rata-rata (%)
Kontrol 100 100 100 100 100p
1,25 mg/kg 100 58 80 99 84p
2,5 mg/kg 100 80 80 70 82p
5 mg/kg 100 58 58 68 71p
Rata-rata 100b 74a 79a 84a
Keterangan: data dengan superscript yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)
keseimbangan asam basa, dan mengatur osmolaritas nilai bersihan kreatinin hewan yang diberi ekstrak
cairan tubuh dan elektrolit. Ginjal mengekskresikan menunjukkan penurunan yang bermakna
zat terlarut dan air secara selektif dan membuang sisa dibandingkan dengan kontrol. Bersihan kreatinin
hasil metabolisme. Kerusakan ginjal dapat menurun pada hari ke-3, meningkat pada hari ke-7,
disebabkan oleh racun maupun pengobatan yang dan kembali menurun pada hari ke-14. Penurunan
merusak sel-sel epitel nefron [25]. Apabila terjadi bersihan kreatinin kemungkinan terjadi karna adanya
kerusakan pada sel-sel ginjal, maka fungsi ginjal efek antiadrenergik dari ekstrak etanol tali putri yang
akan terganggu, seperti fungsi homeostatik, fungsi diberikan. Efek antiadrenergik menyebabkan
endokrin, dan fungsi ekskresi [26,27]. Persentase terjadinya vasodilatasi dari pembuluh darah, sehingga
fungsi ginjal hewan uji yang diberi ekstrak pada tekanan darah menurun dan mengakibatkan aliran
penelitian ini mengalami penurunan dibandingkan darah ke ginjal juga menurun. Dengan menurunnya
dengan hewan uji kontrol, terutama pada hewan uji aliran darah ke ginjal, mengakibatkan laju filtrasi
dengan dosis besar. Namun, penurunan yang terjadi glomerulus menurun, maka dengan begitu nilai
masih berada dalam rentang normal 70-130% [28]. bersihan kreatinin juga akan menurun. Menurunnya
Persentase fungsi ginjal mengalami penurunan pada nilai bersihan kreatinin merupakan salah satu
hari ke-3 dan akan meningkat bila waktu pemberian indikator penurunan fungsi ginjal pada hewan uji
diperpanjang. [29,30].
Bersihan kreatinin merupakan metoda spesifik Rasio organ ginjal juga diamati sebagai
dan sensitif untuk mengetahui fungsi ginjal [29]. parameter uji toksisitas subkronis pada penelitian ini
Pada penelitian ini diketahui bahwa karena organ ginjal merupakan organ yang sensitif
terhadap paparan toksikan. Rasio organ ginjal hewan
uji yang diberi ekstrak meningkat dibandingkan
dengan hewan uji kontrol, terutama pada hewan uji
dengan dosis besar. Hal ini kemungkinan dapat
disebabkan karena berat badan hewan uji mengalami
penurunan selama perlakuan. Tidak hanya itu, ada
kemungkinan terjadi peradangan pada ginjal,
sehingga ukurannya membesar dan menyebabkan
rasio organ ginjal meningkat. Hal ini kemungkinan
terjadi karena adanya efek antihipertensi dari ekstrak
Gambar 1. Pengaruh dosis dan lama pemberian ekstrak etanol
tali putri terhadap bersihan kreatinin. etanol tali
Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 02 No. 01 | November 2015 57
Uji Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol Tali Putri (Cassytha... | Yuliandra, dkk.
KESIMPULAN
dilakukan pengukuran tekanan darah hewan uji topoisomerases. Planta Medica, 70(5), 407-413.
6. Kumar, V., Gogoi, B., Meghvansi, M., Singh, L., Srivastava,
selama perlakuan, sehingga penyebab terjadinya
R. & Deka, D. (2009) Determining the antioxidant activity of
penurunan bersihan kreatinin dan persentase fungsi certain medicinal plants of Sonitpur, (Assam), India using DPPH
ginjal, serta peningkatan rasio organ ginjal tidak assay. Journal of Phytology, 1(1), 49-56.
7. Armenia. 2007. Efek Ekstrak Butanol Tali putri 22. Babayi, H. M., Joseph, J. I., Abalaka, J. A., Okogun, J. I., Salawu, O. A., Akumka,
Sebagai Antikoagulan Pada Mencit Putih Jantan. Padang: Universitas D. D., ... & Inyang, U. S. (2007). Effect of oral administration of aqueous whole extract
Andalas. (Unpublished). of Cassytha filiformis on haematograms and plasma biochemical parameters in rats.
8. Tsai, T. H., Wang, G. J., & Lin, L. C. (2008). Journal of Medical Toxicology, 3(4), 146-151.
Vasorelaxing alkaloids and flavonoids from Cassytha filiformis. Journal of 23. Mythili, S., Sathiavelu, A., & Sridharan, T. B. (2011). Evaluation of
Natural Products, 71(2), 289-291. antioxidant activity of Cassytha filiformis. International Journal of
9. Permana, Y. A. 2011. Pengaruh Ekstrak Etanol Applied Biology and Pharmaceutical Technology, 2(2), 380-385.
Herba Tali Putri (Cassytha filiformis L.) Terhadap Kadar Glukosa Darah 24. Depkes RI. (2005). Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat
Mencit Diabetes. Skripsi. Padang: Fakultas Farmasi Universitas Tradisional, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka. Jakarta: Depkes
Andalas. RI.
10. Sahu, R. K., Roy, A., Maurya, A. K., & Kumar, R. (2012). 25. Sherwood, L. (2015). Human physiology: from cells to systems.
Screening of Antipyretic and Analgesic Potential of Ethanol Extract of Cassytha Cengage learning.
filiformis Leaves. Research Journal of Science and Technology, 4(3), 129-131. 26. Lu, F. C. (1985). Basic toxicology. Fundamentals, target organs,
11. Yuliandra, Y., Armenia, & Arifin H. (2013, October). Studi and risk assessment. Hemisphere Publishing, New York, NY(USA).
Efek Antihipertensi Tumbuhan Tali Putri (Cassytha filiformis L.) Pada Tikus 27. Chandrasoma, P. & Taylor, C. R. (1995). Cell Degenartion & Necrosis in
Hipertensi yang Diinduksi Prednison dan Garam. Prosiding Seminar Nasional Concise Pathology. 3rd Ed. McGraw-Hill.
Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III. 28. Kaplan, A. & Szabo, L. L. (1979). The Kidney Of Test Renal
12. Armenia, Yuliandra Y., & Sattar M. Z. A. (2014). Comparative Function. Clinical chemistry: Interpretation and techniques.
effectiveness of defatted hypotensive crude extract, ethyl acetate and butanolic Philadelphia: Lea and Febiger.
fractions of Cassytha filiformis L. on different models of hypertensive rats. World 29. Shargel, L., Wu-Pong, S., & Andrew B. C. Yu. (2004). Applied Biopharmaceutics
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 3(12), 200-208. & Pharmacokinetics. McGraw-Hill's.
13. Ernst, E. (1998). Harmless herbs? A review of the recent 30. Van Lente, F., & Suit, P. (1989). Assessment of renal function by
literature. The American Journal of Medicine, 104(2), 170-178. serum creatinine and creatinine clearance: glomerular filtration rate
14. Sari, L. O. R. K. (2006). Pemanfaatan obat tradisional estimated by four procedures. Clinical Chemistry, 35(12), 2326-2330.
dengan pertimbangan manfaat dan keamanannya. Majalah Ilmu 31. Flores, J., DiBona, D. R., Beck, C. H., & Leaf, A. (1972). The role of cell swelling in
Kefarmasian, 3(1), 01-07. ischemic renal damage and the protective effect of hypertonic solute. Journal of Clinical
15. Winarno, M., Widowati, L., & Sundari, D. (2015). Studi Investigation, 51(1), 118.
Keamanan Ramuan Jamu untuk Hiperurisemia dan Hipertensi. Buletin 32. Maxwell, P. (2003). HIF-1: an oxygen response system with special
Penelitian Kesehatan, 43(3), 137-146. relevance to the kidney. Journal of the American Society of Nephrology,
16. Bent, S. (2008). Herbal medicine in the United 14(11), 2712-2722.
States: review of efficacy, safety, and regulation. Journal of General
Internal Medicine, 23(6), 854-859.
17. Bagnis, C. I., Deray, G., Baumelou, A., Le Quintrec, M.,
& Vanherweghem, J. L. (2004). Herbs and the kidney. American Journal of
Kidney Diseases, 44(1), 1-11.
18. Sohn, S. H., Lee, H., Nam, J. Y., Kim, S. H., Jung, H. J., Kim,
Y., ... & Bae, H. (2009). Screening of herbal medicines for the recovery of cisplatin-
induced nephrotoxicity. Environmental Toxicology and Pharmacology, 28(2), 206-212.
19. Vanherweghem, J. L. (1998). Misuse of herbal remedies:
the case of an outbreak of terminal renal failure in Belgium (Chinese herbs
nephropathy). The Journal of Alternative and Complementary Medicine, 4(1), 9-
13.
20. Nortier, J. L., Martinez, M. C. M., Schmeiser, H. H., Arlt,
V. M., Bieler, C. A., Petein, M., ... & Vanherweghem, J. L. (2000). Urothelial
carcinoma associated with the use of a Chinese herb (Aristolochia fangchi).
New England Journal of Medicine, 342(23), 1686-1692.
21. WHO Traditional Medicine Strategy 2014-2023.
(2013). Geneva, World Health Organization.