You are on page 1of 12

Current Biochemistry

Volume 3 (3): 116 - 127, 2016

CURRENT BIOCHEMISTRY
ISSN: 2355-7877
Homepage: http://biokimia.ipb.ac.id
E-mail: current.biochemistry@gmail.com

Effect of Boiled Cassava Leaves (Manihot esculenta Crantz) on Total Phenolic,


Flavonoid and its Antioxidant Activity
(Pengaruh Perebusan Daun Singkong (Manihot esculenta crantz) terhadap Kadar Total Fenol,
­Flavonoid dan Aktivitas Antioksidannya)
Hasim1*, Syamsul Falah1, Lia Kusuma Dewi1

Department of Biochemistry, Bogor Agricultural University, Bogor, 16680, Indonesia


1

Corresponding author: Dr. Hasim, DEA; Departemen Biokimia, Jl. Agatis Gd. Fapet Lt. 5, Wing 5, Bogor 16680; Telp/
Fax. +62251-8423267; E-mail: hasimdea@yahoo.com

ABSTRACT

Cassava leaves (Manihot esculenta Crantz) widely used as vegetables in many regions. Cas-
sava leaves contain many minerals such as Fe, Zn, Mn, Cu, Mg, Ca, P, K, S, contain crude protein,
β-carotene and have an active compound of flavonoids, phenolic, and contain chlorophyll which is a
natural antioxidant. The aims of this study were to analyze the effect of boiled cassava leaves on total
phenolics, flavonoids, and its antioxidant activity. Cassava leaves extraction was done by macera-
tion method to obtain the methanol extract and infundation method to get the water extract. Based on
phytochemical test, cassava leaves contained alkaloids, flavonoids, phenolic, tannins, and saponins.
The highest levels of total phenolics and flavonoids contained in the methanol extract of simplicia,
30.57 mg GAE/g and 881.33 mg RE/g, respectively. Cassava leaves extract had potential as an anti-
oxidant with the highest inhibition of DPPH radicals produced by the methanol extract of simplicia
with IC50 values of 92.10 mg/L and followed by methanol extract of boiled leaves, water extract of
simplicia, and water extract of boiled leaves with IC50 144.28, 155.76 dan 170.71 mg/L , respectively.
In conclusion, the process of boiling cassava leaves could reduce total phenolic, total flavonoids and
antioxidant activcity.

Keywords: antioxidant, cassava leaves, DPPH, flavonoids, phenolics, Manihot esculenta Crantz

ABSTRAK

Daun singkong (Manihot esculenta Crantz) banyak dipakai sebagai sayuran di berbagai dae-
rah. Daun singkong diketahui mengandung senyawa kelompok fenolik khususnya flavonoid yang
merupakan salah satu antioksidan alami. Tujuan penelitian ini adalah pengaruh perebusan daun
singkong terhadap kadar total fenolik, flavonoid, dan aktivitas antioksidannya. Ekstraksi daun sing-

116
Hasim - Total Fenol, Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan Daun Singkong Rebus

kong dilakukan dengan metode maserasi untuk memperoleh ekstrak metanol dan metode infundasi
untuk memperoleh ekstrak air. Berdasarkan uji fitokimia, daun singkong mengandung senyawa al-
kaloid, flavonoid, fenolik, tannin, dan saponin. Kadar fenolik dan flavonoid total tertinggi terdapat
pada ekstrak metanol simplisia daun singkong yaitu sebesar 30.57 mg GAE/g dan 881.33 mg RE/g.
Ekstrak daun singkong berpotensi sebagai antioksidan dengan penghambatan DPPH tertinggi di-
hasilkan oleh ekstrak metanol simplisia daun singkong yang memiliki nilai IC50 sebesar 92.10 mg/L
dan diikuti ekstrak metanol daun rebus, ekstrak air simplisia, dan ekstrak air daun rebus dengan nilai
IC50 berturut-turut sebesar 144.28, 155.76 dan 170.71 mg/L. Proses perebusan daun singkong dapat
menurunkan total fenolik,flavonoid dan aktivitas antioksidan bila dibandingkan dengan simplisia
daun singkong.

Kata kunci: antioksidan, daun singkong, DPPH, flavonoid, fenolik, Manihot esculenta Crantz

1. PENDAHULUAN sianida yang bersifat racun. Kandungan asam


Singkong (Manihot esculenta Crantz) sianida dalam daun singkong dapat dikurangi
merupakan anggota famili Euphorbiaceae melalui proses pengeringan, perendaman dalam
dijumpai banyak di daerah Asia, termasuk air, dan perebusan. Penambahan unsur S dan
Indonesia. Bagian singkong yang umum vitamin B 12 juga dapat menurunkan pengaruh
dimanfaatkan oleh masyarakat adalah bagian racun asam sianida (Askar 1996). Namun
umbi sementara pemanfaatan bagian daun masih sampai saat ini belum diteliti pengaruh proses
terbatas sebagai sayuran terutama bagian pucuk, perebusan daun singkong terhadap kadar fenolik,
sedangkan daun bagian bawah sebagai pakan flavonoid dan aktivitas antioksidannya. Oleh
ternak. Daun singkong telah banyak digunakan karena itu perlu dikaji efektifitas penggunaan
masyarakat untuk mengobati diare dan sakit air untuk mengekstrak senyawa-senyawa
kepala (Sastroamidjojo 2001). Daun singkong yang berpotensi sebagai antioksidan dalam
diketahui memiliki kandungan senyawa aktif daun singkong dibandingkan dengan pelarut
flavonoid dan fenolik (Faezah et al. 2013). metanol. Penggunaan metanol ini didasarkan
Flavonoid dan fenolik merupakan salah satu pada hasil penelitian Yuslinda et al. (2012) yang
senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan menunjukan ekstrak metanol daun singkong
oleh tanaman dan memiliki banyak fungsi, memiliki daya inhibisi terhadap radikal bebas
salah satunya sebagai antioksidan. Senyawa DPPH paling tinggi dibandingkan ekstrak etanol
antioksidan menghambat aktivitas radikal bebas (semipolar) dan ekstrak n-heksan (nonpolar).
dalam tubuh dengan cara memberikan elektron Penelitian Sukrasno et al. (2005)
pada molekul radikal bebas sehingga molekul menunjukkan ekstrak metanol:air beberapa
tersebut menjadi stabil. sayuran mengandung flavonoid melalui
Daun singkong umumnya diolah dengan identifikasi dengan HPLC. Sementara itu,
cara direbus menggunakan air, pelarut yang penelitian Raghavendra (2013), menunjukan
umum digunakan untuk mengolah bahan pangan. ekstrak metanol Mentha arvensis dan Spinacia
Perebusan dapat mengurangi kandungan asam oleracea positif mengandung flavonoid.

117
Curr. Biochem. 2016. 3 (3): 116 - 127

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diketahui dalam gelas piala ditambahkan air 500 mL (1:10),
bahwa pelarut metanol dan air dapat mengekstrak kemudian dipanaskan dengan penangas air pada
kandungan senyawa flavonoid di dalam suatu suhu 90 ºC selama 15 menit (terhitung sejak
tanaman. suhu mencapai 90 ºC) sambil diaduk dengan
Penelitian ini bertujuan menentukan batang pengaduk. Hasil ekstraksi yang diperoleh
pengaruh proses perebusan daun singkong kemudian disaring dengan kertas saring. Filtrat
terhadap kadar fenolik total, flavonoid, dan daun singkong hasil penyaringan merupakan
aktivitas antioksidannya. ekstrak air yang selanjutnya dipekatkan sampai
membentuk pasta dan dianalisis.
2. METODOLOGI Pembuatan ekstrak metanol daun
singkong pada penelitian ini menggunakan
Daun singkong (Manihot esculenta
metode maserasi, yaitu dilakukan dengan
Crantz) yang digunakan diperoleh dari kebun
memasukan 150 gram sampel ke dalam
tanaman obat, Balai Penelitian Tanaman Obat dan
gelas erlenmeyer dan ditambahkan 750 mL
Aromatik (Balitro) Balai Penelitian Pertanian,
pelarut (1:5). Sampel dimaserasi selama 48
Kementerian Pertanian, Bogor. Sampel daun
jam dengan menggunakan shaker pada suhu
singkong yang digunakan yaitu daun yang
kamar. Sampel disaring menggunakan kertas
terletak pada posisi ke 4 - 7 dari pucuk tanaman
saring sehingga diperoleh filtrat sampel sebagai
yang berumur 6 bulan dan diambil pada bulan
ekstrak metanol. Ekstrak air dan metanol
Januari 2014.
yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan
Ekstraksi daun singkong (Manihot vacuum rotary evaporator pada suhu 50-60 ºC
esculenta Crantz) dilakukan dengan metode hingga diperoleh ekstrak kasar berupa pasta.
maserasi dan infundasi sesuai dengan metode Selanjutnya rendemen masing-masing ekstrak
BPOM (2010). Sebelum proses ekstraksi dihitung dengan membagi bobot ekstrak hasil
dilakukan, sampel diberikan 2 perlakuan yang ekstraksi dengan bobot sampel awal.
berbeda. Pembuatan simplisia dilakukan dengan
cara, pertama sampel segar dicuci bersih dengan Analisis Fitokimia Ekstrak Daun Singkong
air mengalir lalu dikeringkan dengan oven pada (Harbone 1984)
suhu 50 °C. Selanjutnya daun dihancurkan Analisis fitokimia ekstrak daun singkong
hingga menjadi serbuk (simplisia) dan diayak dilakukan adalah uji alkaloid, flavonoid,
dengan ukuran 100 mesh. Perlakuan kedua, triterpenoid dan steroid, tanin, saponin serta
sampel dicuci dengan air mengalir kemudian fenolik.
direbus selama 3 menit pada suhu 100 ºC Uji alkaloid menggunakan pereaksi Me­
kemudian dirajang halus. yer, pereaksi Wagner, dan pereaksi Dragendorf
Pembuatan ekstrak air pada penelitian dan uji flavonoid dengan menggunakan metanol
ini menggunakan metode infundasi. Sampel dan asam sulfat. Asam asetat anhidrat dan asam
daun singkong dari dua perlakuan yang berbeda sulfat pekat diperlukan untuk uji triterpenoid dan
ditimbang sebanyak 50 gram, lalu dimasukkan steroid. Uji tannin menggunakan larutan FeCl3
ke dalam gelas piala 1000 mL. Selanjutnya ke 1 % sedangkan uji saponin melalui pengocokan

118
Hasim - Total Fenol, Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan Daun Singkong Rebus

untuk melihat terbentuknya busa. Uji fenolik dengan variasi konsentrasi 100, 140, 180, 220,
dilihat dari terbentuknya warna kuning hasil dan 260 µg/mL. Selanjutnya masing-masing
pemanasan sampel yang sudah ditambahkan standar diberi perlakuan yang sama dengan
metanol kemudian ditetesi NaOH. sampel ekstrak daun.

Penentuan Kadar Total Fenolik (Singleton et Pengujian Antioksidan dengan Metode ­


al. 1999) DPPH (Molyneux 2004)
Metode yang digunakan untuk Aktivitas antioksidan ditentukan dengan
mengukur kadar fenolik total yaitu metode metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil).
Folin Ciocalteu dengan mengacu pada metode Masing-masing sampel dilarutkan dalam
penelitian Singleton et al. (1999). Ekstrak daun metanol dan dibuat dalam konsentrasi 50, 100,
singkong sebanyak 0.5 mL dicampurkan dengan 150, 200, dan 250 mg/L. Selanjutnya sampel
2.5 mL reagen Folin Ciocalteu 10 % (yang dipipet 1 mL dengan pipet mikro, kemudian
telah dilarutkan dalam akuades) dan 2.5 mL ditambahkan 1 ml larutan DPPH 0.1 mM dalam
NaHCO3 7.5 %. Campuran tersebut selanjutnya metanol. Campuran larutan ini dihomogenkan
diinkubasi selama 45 menit pada suhu 45 °C. dan serapan diukur dengan spektrofotometer
Absorban diukur pada panjang gelombang UV-Vis pada panjang gelombang maksimum
765 nm masing-masing tiga kali ulangan. DPPH yaitu 517 nm (Molyneux 2004).
Standar yang digunakan untuk membuat kurva Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali untuk
kalibrasi adalah standar asam galat dengan masing-masing konsentrasi larutan sampel.
variasi konsentrasi 15, 20, 25, 30, dan 35 mg/ Larutan yang digunakan sebagai pembanding
L. Selanjutnya masing-masing standar diberi adalah asam askorbat dengan konsentrasi 2, 4,
perlakuan yang sama dengan sampel ekstrak 6, 8, dan 10 μg/mL.
daun. Aktivitas antioksidan ditentukan oleh
besarnya hambatan serapan radikal DPPH
Penentuan Kadar Flavonoid Total (Chang et melalui perhitungan persentase inhibisi serapan
al. 2002) DPPH, yaitu dengan rumus:
Metode yang digunakan untuk penentuan
absorban blanko-absorban sampel
kadar flavonoid total yaitu metode AlCl3 dengan % inhibisi= x 100%
absorban blanko
merujuk pada metode Chang et al. (2002).
Sebanyak 0.5 mL ekstrak dicampur dengan 1.5 Nilai IC50 selanjutnya dihitung berdasarkan
mL metanol, 0.1 mL AlCl3 10 %, 0.1 mL kalium konsentrasi dan persentase inhibisi menggunakan
asetat 1M dan 2.8 mL air destilata. Campuran persamaan regresi linier yang diperoleh.
selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang selama
30 menit, Absorban sampel diukur pada Analisis Statistik
panjang gelombang 415 nm masing-masing tiga Data penelitian dianalisis secara
kali ulangan. Standar yang digunakan untuk statistik menggunakan metode Rancangan Acak
membuat kurva kalibrasi adalah standar rutin Lengkap. Jika terdapat perbedaan yang nyata

119
Curr. Biochem. 2016. 3 (3): 116 - 127

6 5.56b ±1.11 memperoleh ekstrak metanol dan infundasi


5 untuk memperoleh ekstrak air. Pemilihan kedua
Rendemen (%)

3.73b ±0.88
4 metode ekstraksi ini didasarkan pada prosesnya
3
yang sederhana dan memerlukan peralatan
2
1.03a ±0.38
1
0.89a ±0.03 yang tidak terlalu banyak. Kedua metode ini
0 menghasilkan rendemen yang berbeda (Gambar
Air Metanol
Ekstrak 1). Rendemen ekstrak metanol lebih tinggi
(1.03 % dan 5.56 %) dibanding ekstrak air (0.89
, menunjukan korelasi berbeda atau tidak berbeda nyata
a b

antar data % dan 3.73 %). Hal ini menunjukkan bahwa


Gambar 1 Rendemen ekstrak daun singkong daun senyawa-senyawa aktif dalam daun singkong
rebus (hitam) dan simplisia (bergaris) lebih banyak terekstrak oleh metanol dibanding
air.
antara perlakuan yang diberikan, maka analisis
Komponen Fitokimia Ekstrak Daun
dilanjutkan dengan uji Duncan mengunakan
Singkong
software SPSS 17.
Hasil analisis komponen fitokimia
ekstrak daun singkong terdapat pada Tabel 1.
3. Hasil
Senyawa fitokimia yang terdeteksi pada semua
Rendemen Ekstrak Daun Singkong ekstrak yaitu alkaloid, tanin, saponin, flavonoid,
Kadar air simplisia daun singkong diukur dan fenolik. Hasil positif ini didasarkan pada
menggunakan metode gravimetri dengan tiga terbentuknya endapan atau perubahan warna
ulangan dengan hasil rata-rata 3.12 %. Ekstraksi yang terjadi. Senyawa triterpenoid dan steroid
bahan dilakukan dengan dua cara, yaitu maserasi tidak terdeteksi baik pada ekstrak air maupun
dan infundasi. Maserasi dilakukan untuk ekstrak metanol.

Tabel 1 Komponen fitokimia ekstrak daun singkong


Ekstrak Air Ekstrak Metanol
Analisis
Simplisia Daun Rebus Simplisia Daun Rebus
Alkaloid + + + +
• Meyer + + + +
• Wagner + + + +
• Dragendorf + + + +
Tanin + + + +
Saponin + + + +
Triterpenoid - - - -
Steroid - - - -
Flavonoid + + + +
Fenolik + + + +
Keterangan :
+ : terbentuk warna/endapan
- : tidak terbentuk warna/endapan

120
Hasim - Total Fenol, Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan Daun Singkong Rebus

Kadar Total Senyawa Fenolik dibanding daun singkong yang telah direbus,
Kadar fenolik total hasil pengukuran baik pada ekstrak air maupun ekstrak metanol
menunjukan simplisia daun singkong (Tabel 2). Jika dikaji dari jenis pelarut, ekstrak
mengandung fenolik yang lebih banyak metanol mengandung flavonoid total yang lebih
dibanding daun singkong yang telah direbus, tinggi dibanding ekstrak air, yaitu sebesar 304.17
baik pada ekstrak air maupun ekstrak metanol mg RE/g dan 881.33 mg RE/g.
(Gambar 2).
Pada penelitian ini kadar total fenolik Aktivitas Antioksidan
ditentukan dengan menggunakan asam galat Aktivitas antioksidan ekstrak daun
sebagi standar sehingga konsentrasinya dinya­ singkong dinyatakan dalam IC50 (Tabel 3), Dari
takan dalam GAE (Galat Acid Equivalent). Hasil Tabel tersebut dapat dilihat ekstrak metanol
penelitian menunjukan ekstrak simplisia daun simplisia daun singkong memiliki aktivitas
singkong mengandung fenolik sebesar 30.70 antioksidan tertinggi dengan nilai IC50 sebesar
mg GAE/g pada ekstrak metanol dan 24.38 mg 92.10 mg/L. Sementara itu, ekstrak air daun
GAE/g pada ekstrak air, lebih banyak dibanding singkong rebus memiliki aktivitas antioksidan
ekstrak daun singkong rebus. Ditinjau dari jenis terendah dengan nilai IC50, sebesar 170.77 mg/
pelarut, ekstrak metanol mengandung fenolik L.
total yang lebih tinggi dibanding ekstrak air,
yaitu 17.70 mg GAE/g dan 30.57 mg GAE/g. 4. PEMBAHASAN
Adapun kadar fenolik ekstrak air yaitu 15.98 mg Rendemen Ekstrak Daun Singkong
GAE/g – 24.38 mg GAE/g. Kadar air simplisia daun singkong
diukur menggunakan metode gravimetri dengan
Kadar Total Flavonoid tiga ulangan dengan hasil rata-rata 3.12 %. Hasil
Hasil pengukuran kadar flavonoid ini sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
total menunjukan simplisia daun singkong Farmakope Herbal Indonesia (Depkes, 2008)
mengandung flavonoid yang lebih banyak yaitu di bawah 10 %. Hasil penelitian Bustan

Tabel 2 Kadar flavonoid total ekstrak air dan


35
Fenolik Total (mg GAE/g)

30.57c
30 ekstrak metanol daun singkong
24.38b
25 Kadar flavonoid
20 17.70a Sampel
15.98a total (mg RE/g)
15 Ekstrak air daun singkong rebus 5.27a
10 Ekstrak air simplisia daun
5 7.23a
­singkong
0 Ekstrak metanol daun singkong
Air Metanol 304.17b
rebus
Ekstrak Ekstrak metanol simplisia daun 881.33c
singkong
menunjukan korelasi berbeda atau tidak berbeda nyata
a,b

antardata menunjukan korelasi berbeda atau tidak berbeda


a,b,c

Gambar 2 Kadar fenolik total ekstrak daun singkong. nyata antardata


(hitam) daun rebus simplisia (bergaris) Keterangan : RE = Rutin Equivalent

121
Curr. Biochem. 2016. 3 (3): 116 - 127

Tabel 3 Aktivitas antioksidan ekstrak air dan terhadap kandungan senyawa antraquinon
ekstrak metanol daun singkong
dan flobatinnin pada penelitian ini. Adapun
Sampel IC50 (mg/L) perbedaan kandungan senyawa metabolit
Asam askorbat 69.13a
sekunder suatu tanaman dapat disebabkan oleh
Ekstrak air daun singkong rebus 170.77b
berbedanya kondisi tempat tanaman tersebut
Ekstrak air simplisia daun 155.76b
­singkong tumbuh, seperti perbedaan suhu, pH, kondisi
Ekstrak metanol daun singkong lahan, kelembaban tanah, ketersediaan air dan
14428b
rebus
Ekstrak metanol simplisia daun intensitas cahaya (Vinolina 2014).
92.10a
singkong
menunjukan korelasi berbeda atau tidak berbeda
a,b
Kadar Total Senyawa Fenolik
nyata antardata
Penentuan kadar fenolik total bertujuan
mengetahui jumlah keseluruhan senyawa
et al. (2008), menunjukan jumlah rendemen golongan fenolik dalam sampel. Asam galat
ekstrak dipengaruhi oleh waktu ekstraksi, jenis merupakan turunan asam hidroksibenzoat dan
pelarut, perbandingan jumlah pelarut dengan termasuk golongan asam fenolat sederhana
bahan, suhu ekstraksi, dan ukuran partikel yang sering digunakan sebagai standar karena
sampel. memiliki substansi yang stabil dan murni serta
lebih murah dibanding senyawa standar lainnya
Komponen Fitokimia Ekstrak Daun Sing­ (Rahmawati, 2009).
kong Hasil penelitian menunjukan ekstrak
Analisis fitokimia dimaksudkan untuk simplisia daun singkong mengandung fenolik
mengidentifikasi kandungan kimia dalam sebesar 30.70 mg GAE/g pada ekstrak metanol
ekstrak tumbuhan sebagai langkah awal untuk dan 24.38 mg GAE/g pada ekstrak air, lebih
mengetahui jenis komponen bioaktif yang banyak dibanding ekstrak daun singkong
terkandung sehingga dapat dimanfaatkan lebih rebus. Hal ini menunjukkan bahwa perebusan
lanjut. Tumbuhan menghasilkan senyawa menurunkan kandungan senyawa fenolik
metabolit sekunder yang berfungsi untuk me­ sebanyak 32 % pada daun singkong, namun
lin­dungi tumbuhan dari mikroba (fungi dan berdasarkan uji statistik tidak berbeda nyata.
bakteri) dan infeksi virus, radiasi sinar UV, serta Penurunan ini terjadi karena umumnya panas
melindungi tumbuhan dari serangan serangga memberikan efek destruktif pada senyawa
(Aharoni dan Galili, 2010). fenolik yang bersifat sangat tidak stabil,
Berdasarkan Tabel 1, senyawa fitokimia sehingga senyawa tersebut mudah terlarut dalam
yang terdeteksi pada semua ekstrak yaitu alka­­­ air rebusan (Saika dan Mahanta 2013; Sun et
loid, tannin, saponin, flavonoid, dan fenolik. al. 2012). Namun efek ini tidak berlaku untuk
Hasil penelitian Ebuehi et al. (2005) menunjuk­ semua bahan pangan, karena pada beberapa
kan ekstrak air daun singkong mengandung penelitian justru terdapat kenaikan kadar total
alka­loid, flavonoid, tanin, antraquinon, fenolik setelah perebusan dikarenakan panas
flobatinnin, dan saponin. Perbedaan hasil ini hasil perebusan dapat memecah matriks sel tana­
dikarenakan tidak dilakukannya pengujian man dan membebaskan senyawa fenolik terikat

122
Hasim - Total Fenol, Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan Daun Singkong Rebus

di dalamnya, sehingga jumlah senyawa fenolik golongan flavonol.). Sesuai dengan kandungan
terukur meningkat (Chumyam et al. 2013; senyawa flavonoid di dalam daun singkong,
Hidayat 2015). Selain itu, proses perebusan juga rutin digunakan sebagai standar untuk membuat
dapat menginaktivasi enzim polifenol oksidase kurva kalibrasi. Kadar total flavonoid total hasil
selama pemanasan, yang kemudian mencegah penelitian dinyatakan dalam mg rutin/g ekstrak
terjadinya penuruan jumlah polifenol (Chuah et (mg RE/g ekstrak).
al. 2008). Hasil penelitian menunjukkan ekstrak
Kadar fenolik ekstrak metanol hasil simplisia daun singkong mengandung flavonoid
penelitian ini lebih rendah dibanding kadar fe­no­ yang lebih banyak dibanding ekstrak daun
lik yang diperoleh Suresh et al. (2011) yaitu 64 singkong yang telah direbus, baik pada ekstrak
mg/g. Kadar fenolik ekstrak air hasil penelitian metanol maupun ekstrak air. Ekstrak air daun
ini yaitu 15.98 mg GAE/g – 24.38 mg GAE/ singkong yang telah direbus dan simplisia
g le­­­bih tinggi dibanding kadar fenolik yang tidak menunjukan adanya pengaruh yang nyata
diper­­o­­­­leh Faezah et al. (2013) yang berkisar terhadap kadar flavonoid dalam daun singkong.
10.53 – 10.67 mg GAE/g sampel. Perbedaan Sama halnya dengan senyawa fenolik, kadar
kadar fenolik ­ini dipengaruhi oleh faktor biotik flavonoid akan berkurang ketika proses perebu­
dan abiotik yang akan menentukan proporsi san sehingga ekstrak dari daun yang telah dire­
kandungan senyawa kimia dalam tumbuhan. bus mengandung flavonoid lebih rendah. Hasil
Kandungan senyawa metabolit sekunder ini didukung oleh hasil penelitian Sukrasno et
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat al. (2005) yang menunjukan perebusan melepas­
singkong tumbuh. Satu jenis tanaman yang kan kira-kira 50 % kandungan flavonoid daun
sama bila ditanam di tempat yang berlainan singkong dalam air rebusan. Sementara menurut
akan memiliki kandungan metabolit sekunder Fidrianny et al. (2007), flavonoid daun singkong
yang berbeda (Yenni 2012). terdistribusi dengan proporsi 65 % tertahan
da­­lam ampas dan 35 % dalam air rebusannya
Kadar Total Flavonoid Adapun untuk mempertahankan jumlah fla­
Penentuan kadar flavonoid total pada vonoid yang tertahan dalam ampas tetap tinggi,
penelitian ini menggunakan metode kolorimetri volume air yang digunakan untuk merebus 1
dengan pereaksi AlCl3. Prinsip dari metode ini bagian (berat) daun singkong sebaiknya tidak
adalah AlCl3 membentuk kompleks asam yang lebih dari 10 bagian.
stabil dengan C-4 gugus keto, lalu dengan Berdasarkan pelarutnya, ekstrak meta­
C-3 atau C-5 gugus hidroksil dari flavon nol mengandung flavonoid total yang lebih
dan flavonol. Selain itu AlCl3 juga akan tinggi dibanding ekstrak air, yaitu sebesar
membentuk kom­­pleks asam yang labil dengan 304.17 mg RE/g dan 881.33 mg RE/g. Hal ini
gugus ortodihidroksil pada cincin A atau B disebabkan oleh banyaknya gugus hidroksil
dari flavonoid (Chang et al. 2002). Penelitian pada senyawa flavonoid yang cenderung lebih
Tsumbu et al. (2011) berhasil mengidentifikasi mudah berikatan dengan metanol yang juga
senyawa rutin (kuersetin-3-rutinosida) dalam memiliki gugus hidroksil. Menurut Oktiani et
daun singkong, yaitu senyawa flavonoid al. (2009), dan Tsumbu et al. (2011), senyawa

123
Curr. Biochem. 2016. 3 (3): 116 - 127

flavonoid yang terkandung dalam daun sing­ banyak digunakan dalam analisis antioksidan
kong yaitu rutin, flavonoid jenis flavonol yang seperti pada penelitian Anwariyah (2011), yang
mengandung satu glikosida (monoglikosida). mengaji aktivitas antioksidan lamun Cymodocea
Monoglikosida ini menyebabkan kelarutan rotundata dengan metode DPPH.
senyawa rutin dalam air rendah dan lebih larut Berdasarkan nilai IC50 yang diperoleh,
dalam metanol. Banyaknya gugus glikosida ekstrak metanol simplisia daun singkong memi­
akan meningkatkan kelarutan suatu senyawa liki aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai
dalam air dan mengurangi kelarutannya dalam IC50 sebesar 92.10 mg /Ldan tergolong antiok­sidan
pelarut organik (Anwariyah, 2011). kuat. Berdasarkan uji statistik, ekstrak metanol
Kadar flavonoid ekstrak metanol dan simplisia daun singkong dan asam askorbat
ekstrak air hasil penelitian relatif lebih tinggi tidak menunjukan adanya pengaruh yang nyata
dibanding hasil penelitian Suresh et al. (2011) terhadap penghambatan aktivitas radikal bebas
dan Faezah et al. (2013), yaitu 304.17 mg RE/ DPPH. Hal ini ditunjukkan oleh nilai IC50 yang
g – 881.33 mg RE/g dan 5.27 mg RE/g – 7.23 tidak terlalu berbeda antara ekstrak metanol
mg RE/g. Kadar flavonoid ekstrak metanol
simplisia daun singkong dan asam askorbat,
daun singkong yang diperoleh yaitu 124 mg
yaitu 92.10 mg/L dan 69.13 mg/L. Sementara
QE/g. Sama halnya dengan kadar fenolik total,
itu, aktivitas antioksidan ekstrak metanol daun
perbedaan kadar flavonoid total ini dipengaruhi
rebus dan ekstrak air masing-masing tergolong
oleh faktor biotik dan abiotik yang akan menen­
sedang dan lemah dengan hasil analisis statistik
tukan proporsi kandungan senyawa ki­­mia dalam
tidak menunjukan perbedaan daya inhibisi yang
tumbuhan (Yenni 2012). Perbedaan ka­dar
nyata antara ketiga ekstrak tersebut. Menurut
flavonoid kemungkinan disebabkan oleh jenis
Widyawati et al. (2010), perbedaan aktivitas
standar yang digunakan berbeda. Penelitian ini
antioksidan dapat disebabkan oleh beberapa
menggunakan standar rutin dalam pembuatan
faktor, seperti perbedaan kemampuan dalam
kurva kalibrasi sehingga kadar flavonoid total
mentransfer atom hidrogen ke radikal bebas,
dinyatakan dalam mg rutin/g ekstrak (mg RE/g).
struktur kimia se­nya­wa antioksidan, dan pH
Adapun penelitian lain menggunakan standar
campuran reaksi. Aktivitas antioksidan juga
kuersetin dan katekin sehingga kadar flavonoid
dipengaruhi oleh jumlah serta posisi gugus
total masing-masing dinyatakan dalam mg
kuersetin/g ekstrak (mg QE/g) dan mg katekin/g hidroksil dan metil pada cincin. Molekul yang
ekstrak (mg CE/g). lebih banyak memiliki gugus hidroksil akan
semakin kuat dalam menangkap radikal bebas
Aktivitas Antioksidan karena kemampuannya dalam mendonorkan
Uji aktivitas antioksidan dilakukan atom hidrogen semakin besar. Hal ini sesuai
untuk mengetahui kapasitas senyawa aktif dengan Andayani et al. (2008), yang menya­ta­
dalam ekstrak untuk menangkal radikal bebas. kan senyawa-senyawa yang memiliki aktivi­tas
Aktivitas antioksidan ekstrak daun singkong antioksidan umumnya memiliki gugus hidroksil
diukur menggunakan metode DPPH (1,1- yang tersubstitusi pada posisi ortho dan para
difenil-2-pikrilhidrazil). Metode DPPH telah terhadap gugus –OH dan –OR.

124
Hasim - Total Fenol, Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan Daun Singkong Rebus

Gambar 3 Reaksi oksidasi senyawa rutin (Dos Santos, 2008)

Aktivitas antioksidan ekstrak daun korelasi positif antara total fenolik, flavonoid,
singkong ini disebabkan karena kandungan dan aktivitas antioksidan. Tsumbu et al. (2011),
senyawa fenolik dan flavonoid di dalamnya. Hal berhasil mengidentifikasi senyawa rutin dalam
tersebut dikuatkan oleh hasil analisis komponen daun singkong yang diperkirakan merupakan
fitokimia yang menunjukan ekstrak air dan eks­ senyawa yang berperan dalam penghambatan
trak metanol daun singkong positif mengan­dung aktivitas radikal bebas. Hal ini didukung oleh
senyawa flavonoid dan fenolik. Berdasarkan hasil penelitian Zielin´ska et al. (2010), yang
hasil penelitian, aktivitas antioksidan dan menunjukan senyawa rutin memiliki kontribusi
kadar fenolik serta flavonoid total menunjukan yang besar terhadap aktivitas antioksidan
korelasi positif, semakin tinggi kadar fenolik dan kecambah gandum.
flavonoid maka aktivitas antioksidan semakin Rutin merupakan senyawa flavonoid
tinggi. Hasil ini sesuai dengan penelitian glikosida golongan flavonol dan memiliki
Faezah et al. (2013), yang menunjukan adanya gugus gula yang berikatan dengan satu gugus

NO2 NO2

H
O2N N N +A H O2N N N +A

NO2 NO2

Gambar 4 Reaksi reduksi DPPH oleh donor atom hidrogen seperti senyawa flavonoid menjadi
DPP Hidrazin (Molyneux, 2004)

125
Curr. Biochem. 2016. 3 (3): 116 - 127

hidroksil. Senyawa rutin dalam daun singkong Bustan MD, Febriyani R, Pakpahan H. 2008.
akan mengalami oksidasi (Gambar 3) dan Pengaruh waktu ekstraksi dan ukuran
partikel terhadap berat oleoresin jahe yang
mentransfer atom hidrogen kepada DPPH yang diperoleh dalam berbagai jumlah pelarut. J
memiliki elektron tidak berpasangan pada Tek Kim.15:16-26.
satu atom nitrogen. Elektron bebas pada atom Chang CC, Yang MH, Wen HM, Chern JC. 2002.
nitrogen ini selanjutnya direduksi oleh atom Estimation of total flavonoid content in
hidrogen dari senyawa rutin sehingga terbentuk propolis by two complementary colorimetric
methods. J Food Drug Anal. 10(2):178-182.
molekul diamagnetik berwarna kuning yang
Chuah MA, Lee Y, Yamaguchi T, Takamura H, Yin
stabil yaitu 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazine atau
L, Matoba T. 2008. Effect of cooking on the
DPP Hidrazin seperti yang tertera pada Gambar antioxidant properties of coloured peppers.
4 (Irianti et al. 2011). Food Chem. 111(1):20-28.
Analisis komponen fitokimia ekstrak Chumyam A, Wangchai K, Jungklang J, Faiyue B,
daun singkong (Manihot esculenta Crantz) Saengnil K. 2013. Effects of heat treatment
menunjukkan ekstrak air dan ekstrak metanol on antioxidant capacity and total phenolic
content of four cultivars of puple skin
daun singkong mengandung senyawa alkaloid, eggplant. Sci. Asia. 39:246-251.
flavonoid, tannin, fenolik, dan saponin. Kadar
Depkes RI (Departemen Kesehatan RI). 2008.
total senyawa fenolik dan flavonoid tertinggi Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I.
terdapat pada ekstrak metanol simplisia daun Jakarta (ID): Depkes RI.
singkong yaitu sebesar 30.57 mg GAE/g dan Ebuehi OAT, Babalola O, Ahmed, Z. 2005.
881.33 mg RE/g. Persen penghambatan radikal Phytochemical, nutritive and anti-nutritive
composition of cassava (Manihot esculenta
bebas DPPH tertinggi dihasilkan oleh ekstrak
L) tubers and leaves. Nigerian Food J.
metanol simplisia daun singkong dengan 23:40-46.
nilai IC50 sebesar 92.10 mg/L yang tergolong
Faezah N, Aishah SH, Kalsom UY. 2013.
antioksidan kuat. Comparative evaluation of organic and
inorganic fertilizers on total phenolic,
5. DAFTAR PUSTAKA total flavonoid, antioxidant activity and
cyanogenic glycosides in cassava (Manihot
Aharoni A, Galili G. 2010. Metabolic Engineering esculenta). Afric J Biotech. 12(18):2414-
of The Plant Primary-Secondary Metabolism 2421.
Interface. Current Opinion Biotech. 22: 1-6.
Fidrianny I, Sukrasno, Wirasutisna KR. 2007.
Anwariyah S. 2011. Kandungan fenol, komponen Pengaruh perebusan terhadap kandungan
fitokimia dan aktivitas antioksidan lamun flavonoid dalam daun singkong. J Obat
Cymodocea rotundata. [skripsi]. Bogor Bahan Alam. 6(2):55-59.
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Harborne JB. 1984. Phytochemical Methods, 2nd ed.
BPOM. 2010. Acuan Sediaan Herbal Volume New York (US): Chapman and Hall.
Kelima Edisi Pertama. Jakarta (ID): Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Hidayat, GF. 2015. Pengaruh perebusan terhadap
Indonesia. aktivitas biologis dan kandungan fenolik
buah takokak (Solanum torvum Swartz).
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.

126
Hasim - Total Fenol, Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan Daun Singkong Rebus

Irianti T, Puspitasari A, Suryani E. 2011. Aktivitas Suresh R, Saravanakumar M, Suganyadevi P. 2011.


penangkapan radikal 2,2-difenil-1- Anthocyanins from indian cassava (Manihot
pikrilhidrazil oleh ekstrak etanolik batang esculenta Crantz) and its antioxidant
brotowali (Tinospora crispa (L.) Miers) dan properties. Intern Pharm Sci Res. 2(7):1819-
fraksi-fraksinya. Majalah Obat Tradisional. 1828.
16(3):138-144.
Tsumbu CN, Dupont GD, Tits M, Angenot L,
Molyneux P. 2004. The use of the stable free radical Franck T, Serteyn D, Mickalad AM. 2011.
(DPPH) for estimating antioxidant activity. Antioksidant dan antiradical activities of
Songklanakarin J Sci Tech. 26: 211-219. Manihot esculenta Crantz (Euphorbiaceae)
leaves and other selected tropical green
Oktiani R, Aldi Y, Bakhtiar A. 2009. Uji aktivitas
vegetables investigated on lipoperoxidation
bioflavonoid rutin dari daun singkong
and phorbol-12-myristate-13-acetate (PMA)
(Manihot uttilissima Pohl) terhadap waktu
activated monocytes. Nutrients. 3:818-838.
pembekuan darah dan jumlah sel trombosit.
Artikel Hibah Strategis Nasional. Vinolina NS. 2014. Peningkatan produksi centellosida
pada pegagan (Centella asiatica) melalui
Raghavendra M, Reddy AM, Yadav PR, Raju AS,
pemberian fosfor dan metil jasmonat dengan
Kumar LS. 2013. Comparative studies on the
umur panen yang berbeda. [Disertasi].
in vitro antioxidant properties of methanolic
Sumatera Utara (ID): Universitas Sumatera
leafy extracts from six edible leafy vegetables
Utara.
of India. Asian J Pharm Clinic Res. 6 (3):96-
99. WHO. 1998. Quality Control Method for Medicinal
Plant Material. Geneva: World Health
Rahmawati A. 2009. Kandungan fenol total ekstrak
Organization.
buah mengkudu (Morinda citrifolia).
[Skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Widyawati PS, Wijaya CH, Harjosworo PS, Sajuthi
Indonesia. D. 2010. Pengaruh ekstraksi dan fraksinasi
terhadap kemampuan menangkap radikal
Saika S, Mahanta CL. 2013. Effect of steaming,
bebas DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)
boiling, and microwave cooking on the
ekstrak dan fraksi daun beluntas (Pluchea
total phenolics, flavonoids, and antioxidant
indica Less.). Seminar Rekayasa Kimia dan
properties of different vegetables of Assam,
Proses.ISSN:1411-4216.
India. IJFANS 2(3):47-53.
Yenni. 2012. Ameliorasi tanah sulfat masam
Sastroamidjojo S. 2001. Obat Asli Indonesia. Jakarta
potensial untuk budidaya tanaman bawang
(ID): Dian Rakyat.
merah (Allium ascalonicum L.). J Lahan
Singleton V., Orthofer R, Lamuela-Raventos RM. Suboptimal. 1(1): 40-49.
1999. Analysis of total phenols and other
Yuslinda E, Mukhtar H, Khairunnisa. 2012. Penen­
oxidation substrates and antioxidants by
tuan aktivitas antioksidan dari beberapa
means of folin-ciocalteu reagent. Methods
ekstrak sayur-sayuran segar dan dikukus
Enzymol. 299:152-178.
dengan metode DPPH. Scientia. 2(1): 1-5.
Sukrasno, Durin SM, Fidrianny I. 2005. Kandungan
Zielin´ska D, Szawara-Nowak D, Zielin´ski H. 2010.
flavonoid dalam sayuran segar dan hasil
Determination of the antioxidant activity of
olahannya. [Skripsi]. Bandung (ID): Institut
rutin and its contribution to the antioxidant
Teknologi Bandung.
capacity of diversified buckwheat origin
Sun L, Bai X, Zhuang Y. 2012. Effect of different material by updated analytical strategies.
cooking methods on total phenolic contents Polish J Food Nutr Sci. 60(4):315-321.
and antioxidant activities of four Boletus
mushrooms. J Food Sci Tech, 51(11):3362-
3368.

127

You might also like