You are on page 1of 9

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Rentang

Gerak Sendi Aktif Post Operasi


Pada Pasien Fraktur Ekstremitas di Ruang Bedah Trauma Center
RSUP DR. M. Djamil Padang
Vivi Oktasaria, Atih Rahayuningsiha, Mira Susantib
a
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas bRSUP Dr. M. Djamil Padang
Korespodensi: Vivi Oktasari
E-mail: Oktasari.vivi@yahoo.com

Abstract: Mobilization is an important activity in the postoperative recovery to prevent complications, one of
which contractures. Mobilization especially Range of Motion exercises can improve blood circulation which
will speed healing and reduce pain. Immobilization in a long time because fracture will stimulate muscle
artrofi skletal especially extremity which causes decreased muscle strength up to 5.5% per day. To increase
knowledge the fracture patients about exercises must be do post operative is through health education
preoperative. The goal of this research was to know effect of health education to knowledge and
implementation ROM active post ORIF in patients with fractures of the extremity. Design of reseach is quasy
experiment with Post-test Only Control Group Design. Taking of sampling using accidental sampling
technique, 20 patients with fractures of extremity plan ORIF surgery divided 2 groups: 10 patients to be
experiment group and 10 patients to be control group. Analyzing the data is using independent t-test. The
result showed that there were significant differences in knowledge scores (p = 0.000), scores of
implementation (p = 0.000) among patients who received health education and patient are not given health
education. it is suggested that nurses as service providers can implement health education preoperative
especially range of motion exercises on the extremity fracture patients as a nursing intervention in a hospital
to improve patients knowledge about postoperative exercises and motivate the patient to do range of motion
exercises postoperative.

Key words: Health education, Knowledge, and Implementation ROM active

Abstrak: Mobilisasi merupakan kegiatan yang penting dalam pemulihan post operasi untuk mencegah
terjadinya komplikasi, salah satunya kontraktur. Mobilisasi khususnya latihan rentang gerak sendi akan
meningkatkan sirkulasi darah untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi nyeri. Immobilisasi yang
lama karena fraktur akan merangsang artrofi otot skletal terutama ekstremitas yang menyebabkan menurunnya
kekuatan otot sampai 5,5% perhari. Untuk meningkatkan pengetahuan pasien fraktur tentang latihan yang
harus dilakukan post operasi adalah melalui pendidikan kesehatan pre operasi. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatn terhadap pengetahuan dan pelaksanaan rentang gerak sendi
aktif post operasi ORIF pada pasien Fraktur Ekstremitas. Jenis penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen
dengan pendekatan Post-test Only Control Group Design. Pengambilan sampel menggunakan teknik
accidental sampling sebanyak 20 orang pasien fraktur ekstremitas dengan 10 orang pasien menjadi kelompok
eksperimen dan 10 pasien menjadi kelompok kontrol. Analisa data menggunakant independent t-test. Hasil
penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada skor pengetahuan (p=0,000), skor
pelaksanaan (p=0,000) antara pasien yang diberikan pendidikan kesehatan dan pasien yang tidak diberikan
pendidikan kesehatan. Disarankan perawat sebagai pemberi pelayanan dapat menerapkan pemberian
pendidikan kesehatan preoperasi khususnya tentang latihan rentang gerak sendi pada pasien fraktur
ekstremitas sebagai kegiatan intervensi keperawatan dirumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan pasien
dan memotivasi pasien dalam melakukan latihan rentang gerak sendi post operasi.

Kata kunci: Pendidikan kesehatan, Pengetahuan, Pelaksanaan rentang gerak sendi aktif

94
Oktasari, Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pelaksanaan rentang gerak sendi...

PENDAHULUAN operasi dengan pemasangan Open


Kecelakaan lalu lintas merupakan Reduction Internal Fixatie (ORIF) maupun
masalah kesehatan masyarakat diseluruh dengan pemasangan Open Reduction
dunia, khususnya di negara berkembang. External Fixatie (OREF). Prosedur
Menurut World Health Organization pembedahan yang sering dilakukan pada
(WHO), kecelakaan lalu lintas menelan pasien fraktur meliputi reduksi terbuka
korban jiwa sekitar 2,4 juta jiwa manusia dengan fiksasi interna (ORIF) (Smeltzer,
setiap tahunnya.Sementara di Indonesia, 2001). Keuntungan Fiksasi Interna ini
kecelakaan lalu lintas merupakan tercapainya reposisi yang sempurna dan
pembunuh nomor tiga setelah penyakit fiksasi yang kokoh dan mobilisasi dapat
jantung dan stroke. Berdasarkan data dari segera dilakukan ( Appley, 1995).
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Perawatan segera setelah operasi, harus
tahun 2008 jumlah korban meninggal akibat dilakukan mobilisasi agar fungsi
kecelakaan 20.188 jiwa dari 59.164 kasus kemandirian dapat dipertahankan. Manfaat
kecelakaan, tahun 2009 terdapat 19.979 dari mobilisasi yaitu untuk peningkatan
jiwa dari 62.960 kasus kecelakaan dan sirkulasi darah yang dapat menyebabkan
tahun 2010 terdapat 19.873 jiwa dari pengurangan rasa nyeri, mencegah
66.488 kasus kecelakaan (BPS RI, 2012). tromboflebitis, memberi nutrisi untuk
Adapun kerugian-kerugian dari penyembuhan pada daerah luka, dan
kecelakaan lalu lintas, selain kematian juga meningkatkan kelancaran fungsi ginjal
harta benda dan fisik. Kerusakan fisik yang (Long, 1988 dalam Ningsih 2011).
paling sering terjadi dalam sebuah Mobilisasi merupakan kegiatan yang
kecelakaan adalah fraktur. Fraktur adalah penting dalam pemulihan post operasi
terputusnya kontinuitas tulang dan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
ditentukan sesuai jenis dan luasnya Selama 24 sampai 48 jam pertama,
(Smeltzer, 2001). perhatian ditujukan pada pemberian
Hasil survey tim Depkes RI (2007), peredaan nyeri dan pencegahan komplikasi
dari 8 juta pasien fraktur didapatkan 25% pasca operasi fraktur (Smeltzer, 2001).
pasien mengalami kematian, 45% Aktivitas sehari-hari membutuhkan
mengalami kecacatan fisik, 15% mengalami kerja otot dan membantu mempertahankan
stres psikologis karena cemas dan bahkan tonus/kekuatan otot. Pada kondisi sakit
depresi, dan hanya 10% yang mengalami dimana seseorang tidak mampu melakukan
kesembuhan dengan baik. Berdasarkan data aktivitas karena keterbatasan gerak, maka
dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat kekuatan otot dapat dipertahankan melalui
tahun 2009 didapatkan sekitar 2.700 orang penggunaan otot yang terus-menerus, salah
mengalami insiden fraktur, 56% penderita satunya melalui mobilisasi persendian
mengalami kecacatan fisik, 24% mengalami dengan latihan rentang gerak sendi atau
kematian, 15% mengalami kesembuhan, Range Of Motion (ROM) (Potter & Perry,
dan 5% mengalami gangguan psikologis 2005).
atau depresi terhadap adanya kejadian Kemauan pasien dalam melaksanakan
fraktur (Dinkes Pemrov Sumbar, 2009). mobilisasi khususnya latihan rentang gerak
Prevalensi fraktur yang cukup tinggi yaitu sendi dipengaruhi oleh beberapafaktor,
insiden fraktur pada ekstremitas yakni antara lain seperti usia, status
sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang perkembangan, pengalaman yang lalu atau
terjadi (Depkes RI, 2009). riwayat pembedahan sebelumnya, gaya
Penanganan fraktur terbagi menjadi hidup, proses penyakit / injury, tingkat
dua jenis yaitu secara konservatif atau pendidikan dan pemberian informasi oleh
dilakukan tanpa pembedahan dan dilakukan petugas kesehatan (Kozier, 1995 dalam
dengan pembedahan. Penanganan fraktur Ningsih 2011). Pemberian informasi oleh
dengan metode operatif adalah suatu bentuk petugas kesehatan, khususnya perawat,

95
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 9, No 2, Oktober 2013 : 94-102

salah satunya melalui pendidikan Djamil Padang jumlah pasien fraktur pada
kesehatan. ekstremitas tahun 2011 ada sebanyak 380
Pendidikan kesehatan sebelum operasi orang, dan tahun 2012 terdapat 405 kasus.
tentang perilaku yang diharapkan dilakukan Tahun 2011 jumlah pasien fraktur pada
oleh klien pada pascaoperatif, yang ekstremitas yang menjalani operasi ORIF
diberikan melalui format yang sistematik adalah 165 pasien, dan tahun 2012 dari
dan terstruktur sesuai dengan prinsi-prinsip bulan Januari sampai September meningkat
belajar-mengajar, mempunyai pengaruh menjadi 178 pasien.
yang positif bagi pemulihan klien. Apabila Berdasarkan studi pendahuluan yang
klien memahami alasan pentingnya latihan dilakukan oleh peneliti di ruang Trauma
rentang gerak sendi untuk memulihkan Center RSUP Dr. M Djamil Padang pada
kondisi pada pasca operasi dan klien tanggal 1 September 2012, dari 4 orang
mengetahui cara melakukannya dengan pasien fraktur pada ekstremitas post operasi
benar, maka komplikasi pada tahap ORIF yang diwawancarai, 2 orang post
pemulihan akan berkurang (Potter & Perry, operasi hari kedua mengatakan nyeri
2005). sehingga pasien masih merasa takut untuk
Menurut penelitian yang dilakukan menggerakkan tungkainya,dan 2 orang
oleh Titi (2010) tentang pengaruh pasien post operasi hari ketigamengeluh
pendidikan kesehatan terhadap kaku dan bengkak disekitar area tungkai
pengetahuan, sikap, dan tindakan yang patah karena tidak ada ada dilatih
pencegahan penularan TB Paru pada untuk menggerakkan,dan mereka juga tidak
keluarga di Kecamatan Sitiung Kabupaten tahu bahwa latihan rentang gerak sendi
Dhamasraya, didapatkan bahwa penting untuk pemulihan post operasi.
pengetahuan responden tentang pencegahan Mereka mengatakan tidak ada diberi
penularan TB Paru sebelum diberikan penyuluhan tentang latihan gerak sendi oleh
pendidikan kesehatan berpengetahuan baik perawat, dan perawat hanya memberitahu
(25,9%), dan setelah diberi pendidikan tentang persiapan menjelang operasi tapi
kesehatan pengetahuan responden sehari setelah operasi pasien ada disuruh
meningkat menjadi (88,9%). Hasil gerak oleh perawat, tapi pasien tidak tahu
penelitian didapatkan bahwa ada pengaruh gerakan seperti apa yang akan dilakukan.
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan Pasien takut nanti patah pada tulangnya
pasien TB Paru. makin menjadi jika digerakkan, sehingga
Selain itu, menurut penelitian yang klien tidak ada melakukan gerakan pada
dilakukan oleh Okwerita (2010) di Ruang tungkainya yang patah setelah operasi dan
Kebidanan RSUD Sungai Dareh tentang hanya berbaring di tempat tidur.
“Pengaruh penyuluhan terhadap Sementara berdasarkan hasil wawancara
pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
paska bedah sesar” didapatkan bahwa latihan rentang gerak sendi tanggal 1
pasien yang mendapatkan penyuluhan pre September, dari 4 orang pasien post operasi,
operatif sebagian besar melaksanakan didapatkan 2 orang pasien tidak tahu tentang
mobilisasi dini dengan kategori baik (60%), pengertian, kapan dilakukan, tujuan, cara
dan pasien yang tidak mendapatkan gerakannnya latihan rentang gerak sendi,
penyuluhan preoperatif sebagian besar sementara 2 orang pasien tahu pengertian dan
melaksanakan mobilisasi dini dengan tujuannya, tapi tidak tahu kapan dilakukan,
kategori sedang (73,3%). dan cara gerakannya seperti apa.
Rumah sakit M. Djamil Padang Berdasarkan hasil observasi yang
merupakan rumah sakit rujukan, dan dilakukan penulis tanggal 15 September
banyak pasien yang menjalani pengobatan 2012 di ruangan Trauma Center RSUP Dr.
dengan kasus-kasus orthopedi. Berdasarkan M Djamil Padang, jika ada pasien rencana
data dari Rekam Medis di RSUP Dr. M. operasi, perawat tidak ada melakukan

96
Oktasari, Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pelaksanaan rentang gerak sendi...

penyuluhan tentang latihan rentang gerak Populasi dalam penelitian ini adalah
sendi yang perlu dilakukan pasca operasi, seluruh pasien fraktur ekstremitas yang
perawat hanya menjelaskan pada pasien akan melakukan operasi ORIF di Ruang
tentang persiapan operasi. Informasi yang Bedah Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil
didapat dari 2 orang perawat bahwa belum Padang dengan jumlah rata-rata perbulan
ada SOP (Standar Operasional Prosedur) sebanyak 20 orang. Teknik pengambilan
tentang latihan rentang gerak sendi di sampel yang digunakan dalam penelitian ini
ruangan. adalah dengan metode Accidental Sampling
(Notoadmodjo, 2010). Jumlah sampel pada
penelitian ini adalah 20 responden yang
METODE dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 10
Jenis penelitian adalah yang digunakan responden masuk kedalam kelompok
adalah Quasi Eksperimen dengan desain intervensi (diberi pendidikan kesehatan)
Post-test Only Control Group Design. dan 10 responden masuk ke kelompok
Penelitian ini dilakukan di Ruang Bedah kontrol (tidak diberi pendidikan kesehatan),
Trauma Center RSUP Dr. M Djamil Padang dengan kriteria antara lain: bersedia jadi
pada bulan Agustus 2012 sampai dengan responden, pasien fraktur ekstremitas yang
April 2013, sedangkan pengumpulan data rencana akan operasi ORIF dengan
dilakukan pada tanggal 4 Februari 2013 kesadaran penuh, mampu berkomunikasi
sampai dengan 28 Februari 2013. dengan baik, dan tidak mengalami
gangguan pendengaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Distribusi Pengetahuan Pasien Fraktur Ekstremitas Pre Operasi tentang Latihan
Rentang Gerak Sendi pada Kelompok yang Diberi Pendidikan Kesehatan dan
Kelompok yang Tidak Diberi Pendidikan Kesehatan di Ruang Bedah Trauma Center
RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013

Kelompok Mean Median SD Min Max 95% CI


Kelompok yang diberi
9,90 9,50 1,595 8 12 8,76-11,04
penkes (Intervensi)
Kelompok yang tidak
diberi penkes (Kontrol) 3,30 3,00 1,337 2 6 2,34-4,26

Tabel 2. Distribusi Pelaksanaan Rentang Gerak Sendi Aktif Post Operasi ORIF pada Pasien
Fraktur Ekstremitas pada Kelompok yang Diberi Pendidikan Kesehatan dan
Kelompok yang Tidak Diberi Pendidikan Kesehatan di Ruang Bedah Trauma Center
RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013

Kelompok Mean Median SD Min Max 95% CI


Kelompok yang diberi
28,40 28,50 2,914 23 32 26,32-30,48
penkes (Intervensi)
Kelompok yang tidak
3,30 3,00 2,669 0 7 1,39-5,21
diberi penkes (Kontrol)

97
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 9, No 2, Oktober 2013 : 94-102

Tabel 3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Pelaksanaan Rentang


Gerak Sendi Aktif Post Operasi ORIF Pada Pasien Fraktur Ekstremitas di Ruang
Bedah Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013

Kelompok Mean SD Min Max p N


Kelompok yang diberi 9,90 1,595 8 12
Skor penkes (Intervensi)
Pengetahuan Kelompok yang tidak 3,30 1,337 2 6 0,000 20
diberi penkes (Kontrol)
Skor Kelompok yang diberi 28,40 2,914 23 32
Pelaksanaan penkes (Intervensi)
rentang gerak Kelompok yang tidak 3,30 2,669 0 7 0,000 20
sendi aktif
diberi penkes (Kontrol)

1. Pengaruh Pendidikan Kesehatan bahwa sebelum diberi pendidikan


terhadap Pengetahuan Responden kesehatan (74%) responden
tentang Latihan Rentang Gerak Sendi berpengetahuan kurang baik, dan setelah
di Ruang Bedah Trauma Center RSUP diberi pendidikan kesehatan (88,9%)
Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013 memiliki pengetahuan baik tentang
pencegahan penularan TB Paru. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang penelitian yang diperoleh membuktikan
telah dilakukan didapatkan rata-rata skor bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan
pengetahuan responden tentang latihan terhadap pengetahuan pasien TB Paru.
rentang gerak sendi pada kelompok yang Pendidikan kesehatan pre operasi
diberi pendidikan kesehatan adalah 9,90 didefinisikan sebagai tindakan suportif dan
dengan standar deviasi 1,595, sedangkan pendidikan yang dilakukan perawat untuk
rata-rata skor pengetahuan responden pada membantu pasien bedah dalam
kelompok yang tidak diberikan pendidikan meningkatkan kesehatannya sendiri
kesehatan adalah 3,30 dengan standar sebelum dan sesudah pembedahan (Smith
deviasi 1,337. Berdasarkan hasil uji et al; Carpenito, 1995). Berbagai latihan
statistik dengan menggunakan uji sangat diperlukan pasien sebelum operasi,
independent t test didapatkan nilai p = hal ini sangat penting sebagai persiapan
0,000 (p < 0,05), ini artinya terdapat pasien dalam menghadapi kondisi pasca
pengaruh yang bermakna antara operasi. Dengan memberikan pendidikan
pendidikan kesehatan terhadap sebelum operasi tentang latihan rentang
pengetahuan responden tentang latihan gerak sendi, maka pasien akan tahu tentang
rentang gerak sendi pada pasien fraktur latihan untuk memulihkan kondisi post
ekstremitas. operasi ORIF, dan kemungkinan
Hal ini sesuai dengan penelitian yang komplikasi yang akan terjadi post operasi
dilakukan oleh Titi (2010) tentang bisa dihindari.
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap Pendidikan kesehatan sebelum operasi
pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang perilaku yang diharapkan
pencegahan penularan TB Paru pada dilakukan oleh klien pada pascaoperatif,
keluarga di Kecamatan Sitiung Kabupaten yang diberikan melalui format yang
Dhamasraya, dimana dari hasil penelitian sistematik dan terstruktur sesuai dengan
terhadap 27 responden TB Paru didapatkan prinsi-prinsip belajar-mengajar,

98
Oktasari, Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pelaksanaan rentang gerak sendi...

mempunyai pengaruh yang positif bagi disertai gambar tentang langkah-langkah


pemulihan klien. Apabila klien memahami gerakan rentang gerak sendi untuk
alasan pentingnya latihan rentang gerak responden yang bisa dibaca sebagai
sendi untuk memulihkan kondisi pada penambah wawasan. Sesuai dengan
pasca operasi dan klien mengetahui cara pendapat Notoadmodjo (2007) media
melakukannya dengan benar, maka edukasi kesehatan adalah alat-alat yang
komplikasi pada tahap pemulihan akan merupakan saluran (channel) untuk
berkurang (Potter & Perry, 2005). menyampaikan informasi kesehatan.
Salah satu faktor yang dapat Sehingga indra yang sering terlibat adalah
mempengaruhi pengetahuan seseorang pendengaran, penglihatan dan perabaan,
adalah pendidikan. Hasil penelitian diatas tetapi dari ketiganya indra penglihatan
juga didukung oleh tingkat pendidikan adalah yang paling dominan. Notoatmodjo
responden, dimana pada kelompok (2005) mengatakan media yang baik
intervensi 6 responden (60%) mempunyai berfungsi untuk membantu dalam proses
pendidikan menengah keatas, sedangkan 8 pendidikan suatu pengajaran sehingga
responden (80%) pada kelompok kontrol pesan kesehatan dapat disampaikan dengan
masih berpendidikan dasar. Hal ini sesuai jelas dan tepat.
dengan pendapat Maulana (2009) dalam Berdasarkan pendapat diatas, maka
Titi (2010) bahwa tingkat pengetahuan peneliti berasumsi bahwa pendidikan
seseorang dipengaruhi oleh pendidikan, kesehatan pre operasi merupakan salah
dimana semakin tinggi tingkat pendidikan satu cara yang efektif digunakan untuk
seseorang maka akan semakin tinggi meningkatkan pengetahuan pasien fraktur
pengetahuan yang dimiliki, karena ekstremitas tentang latihan yang harus
seseorang yang tingkat pendidikannya dilakukan post operasi ORIF. Seseorang
lebih tinggi akan lebih mudah menerima yang mendapatkan pendidikan kesehatan
dan memahami informasi yang diberikan. sebelum operasi, maka mereka akan
Faktor lain yang dapat mempengaruhi mendapatkan informasi yang akan
tingkat pengetahuan seseorang adalah usia. meningkatkan pengetahuan, sebaliknya
Dilihat dari karakteristik usia responden berbeda dengan orang yang tidak
pada kelompok eksperimen, lebih dari mendapatkan pendidikan kesehatan,
separuh responden (70%) berada pada dimana pengetahuan mereka cenderung
rentang usia dewasa, begitu juga dengan tidak bertambah karena tidak mendapat
kelompok kontrol hampir seluruh informasi.
responden (90%) berada pada rentang usia
dewasa. Singgih (1998) mengemukakan 2. Pengaruh Pendidikan Kesehatan
bahwa makin tua umur seseorang maka Terhadap Pelaksanaan Rentang Gerak
proses-proses perkembangan mentalnya Sendi Aktif Post Operasi ORIF di
bertambah baik, selain itu Ahmadi (2001) Ruang Bedah Trauma Center RSUP
juga mengemukakan bahwa memang daya Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013
ingat seseorang itu salah satunya
dipengaruhi oleh usia. Hasil penelitian yang telah dilakukan
Meningkatnya skor pengetahuan tentang pelaksanaan rentang gerak sendi
responden juga dipengaruhi oleh faktor- aktif post operasi ORIF didapatkan rata-
faktor media dari edukasi personal, dimana rata skor pelaksanaan pada kelompok yang
dalam memberikan pendidikan kesehatan diberikan pendidikan kesehatan adalah
secara individual peneliti menggunakan 28,40, sedangkan rata-rata pada kelompok
lembar balik yang dapat menarik perhatian kontrol yang tidak diberikan pendidikan
responden karena dapat menampilkan kesehatan adalah 3,30. Hasil uji statistik
warna beserta gambar. Dalam hal ini dengan menggunakan uji independent t-
peneliti juga memberikan leaflet yang test didapatkan nilai p=0,000 (p < 0,05),

99
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 9, No 2, Oktober 2013 : 94-102

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat keatas sehingga responden semakin mudah
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap memahami tentang pentingnya melakukan
pelaksanaan rentang gerak sendi aktif post latihan rentang gerak sendi post operasi.
operasi ORIF pada pasien fraktur Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat
ekstremitas. pendidikan mempengaruhi perilaku dan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menghasilkan banyak perubahan,
oleh Okwerita (2010) di Ruang Kebidanan khususnya pengetahuan dibidang
RSUD Sungai Dareh tentang “Pengaruh kesehatan. Semakin tinggi tingkat
penyuluhan terhadap pelaksanaan pendidikan formal akan semakin mudah
mobilisasi dini pada pasien paska bedah seseorang menyerap informasi dan
sesar ” didapatkan bahwa pasien yang semakin tinggi pula kesadaran untuk
mendapatkan penyuluhan preoperative berprilaku hidup sehat.
melaksanakan mobilisasi dini dengan Potter & Perry (2005) mengatakan
kategori baik (60%), dan pasien yang tidak bahwa latihan rentang gerak sendi
mendapatkan penyuluhan preoperatif merupakan hal yang sangat penting bagi
melaksanakan mobilisasi dini dengan pemulihan post operasi, khususnya pasien
kategori sedang (73,3%). Hasil penelitian fraktur yang akan mempercepat proses
didapatkan bahwa pendidikan kesehatan penyembuhan. Pendidikan preoperasi
berpengaruh terhadap pelaksanaan tentang latihan rentang gerak sendi dapat
mobilisasi dini paska bedah sesar. memberikan pemahaman yang baik pada
Wood (1926) dalam Mubarak (2006) pasien tentang latihan post operasi.
mengemukakan bahwa pendidikan Perilaku latihan post operasi yang baik
kesehatan adalah sebagai sekumpulan dapat terjadi karena suatu proses
pengalaman yang mendukung kebiasaan, pembelajaran melalui edukasi preoperasi,
sikap dan tindakan pengetahuan yang baik berupa penambahan pengetahuan dan
berhubungan dengan kesehatan juga penambahan keterampilan.
perorangan, masyarakat dan bangsa. Salah Pendidikan kesehatan adalah proses
satu upaya yang dilakukan untuk yang menjembatani kesenjangan antara
meningkatkan derajat kesehatan informasi kesehatan dan praktek kesehatan,
masyarakat adalah melalui pendidikan yang memotivasi seseorang untuk
kesehatan. memperoleh informasi dan berbuat sesuatu
Berdasarkan analisa peneliti, dari sehingga menjadi lebih sehat dan
hasil penelitian tampak bahwa pada membentuk kebiasaan yang
kelompok yang diberikan pendidikan menguntungkan kesehatan. Pengetahuan
kesehatan sebagian besar responden sudah sangat erat kaitannya dengan motivasi,
mengikuti pelaksanaan rentang gerak sendi dengan seseorang mengetahui tentang
aktif, dimana skor rata-rata adalah 28,40, sesuatu hal, maka ia akan termotivasi
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata untuk mencari tahu lebih rinci lagi tentang
kelompok yang tidak diberikan pendidikan hal tersebut yang akhirnya akan mengubah
kesehatan yaitu 3,30. Hal ini juga perilaku seseorang. Umumnya motivasi
diperkuat oleh rata-rata skor pengetahuan akan meningkat setelah mengenal
responden pada kelompok intervensi lebih kebutuhannya dan merasa yakin
tinggi dibandingkan kelompok kontrol, kebutuhan tersebut dapat terpenuhi (Suliha,
sehingga dengan tingginya pengetahuan 2002).
maka tingkat kesadaran responden untuk Berdasarkan pendapat diatas, maka
melaksanakan latihan rentang gerak sendi peneliti berasumsi bahwa pendidikan
juga lebih besar, selain itu juga dapat kesehatan pre operasi akan meningkatkan
dilihat dari pendidikan responden pada pengetahuan yang seseorang mengenai
kelompok intervensi lebih dari separuh latihan post operasi, dengan pengetahuan
(60%) responden berpendidikan menengah tersebut maka seseorang akan cendrung

100
Oktasari, Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pelaksanaan rentang gerak sendi...

untuk merubah perilaku demi dapat diterapkan menjadi salah satu


meningkatkan kesehatannya. Hal ini juga Standar Operasional Prosedur (SOP),
tampak dari hasil penelitian diatas dimana sehingga komplikasi post operasi dapat
kelompok responden yang diberi dihindari. Kemudian memberikan
pendidikan kesehatan sebelum operasi pelatihan dan pembinaan kepada perawat
rata-rata melaksanakan rentang gerak sendi agar pelaksanaan penyuluhan tentang
aktif post operasi, dan berbeda dengan latihan rentang gerak sendi pada pasien
kelompok yang tidak diberi pendidikan pasien fraktur ekstremitas dapat terlaksana
kesehatan, dimana karena dengan baik.
ketidaktahuannya mereka tidak melakukan
latihan gerak sendi post operasi. Hal ini DAFTAR PUSTAKA
membuktikan bahwa pendidikan kesehatan Apley. A & Solomon, L. (1995). Buku Ajar
mempunyai pengaruh terhadap Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley
pelaksanaan rentang gerak sendi aktif post (Edisi 7). Jakarta : Widya Medika.
operasi ORIF.
BPS RI. (2012). Jumlah kecelakaan, koban
KESIMPULAN DAN SARAN mati, luka berat, luka ringan, dan
Dari hasil penelitian yang telah kerugian materi yang diderita tahun
dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1992-2010.
1. Rata-rata skor pengetahuan pasien Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan
fraktur ekstremitas yang diberikan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
pendidikan kesehatan adalah 9,90 (SD
Rineka Cipta.
±1,595), sedangkan rata-rata skor
pengetahuan pasien yang tidak _____ . (2005). Promosi
diberikan pendidikan kesehatan adalah Kesehatan Teori dan Aplikasi.
3,30 (SD ±1,337). Jakarta : Rineka Cipta.
2. Rata-rata skor pelaksanaan rentang
gerak sendi aktif post operasi ORIF _____ . (2007). Promosi
pada pasien fraktur ekstremitas yang Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
diberikan pendidikan kesehatan adalah Jakarta : Rineka Cipta.
28,40 (SD ±2,914), sedangkan rata-rata
skor pelaksanaan rentang gerak sendi _____ . (2010). Metodologi
aktif pada pasien yang tidak diberikan Penelitian Kesehatan. Jakarta :
pendidikan kesehatan adalah 3,30 (SD Rineka Cipta.
±2,669). Ningsih, A.R. (2011). Faktor-faktor yang
3. Terdapat pengaruh pendidikan mempengaruhi perawat dalam
kesehatan terhadap pengetahuan pasien pelaksanaan pennyuluhan
fraktur ekstremitas tentang latihan mobilisasi dini pada pasien pre
rentang gerak sendi di Ruang Bedah operasi di Irna Bedah RSUP Dr. M
Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Djamil Padang.
Padang Tahun 2013 (p=0,000).
4. Terdapat pengaruh pendidikan Kozier. (1995). Fundamental Of Nursing
kesehatan terhadap pelaksanaan Concept, Process And Practice.
rentang gerak sendi aktif post operasi Jakarta : EGC.
ORIF pada pasien fraktur ekstremitas Okwerita. (2010). Pengaruh penyuluhan
di Ruang Bedah Trauma Center RSUP terhadap pelaksanaan mobilisasi
Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013 dini pada pasien paska bedah sesar
(p=0,000). di Ruang Kebidanan RSUD Sungai
Dareh.
Bagi pimpinan rumah sakit disarankan
agar pendidikan kesehatan preoperasi
101
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 9, No 2, Oktober 2013 : 94-102

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Suliha Uha. (2002). Pendidikan kesehatan
Fundamental Keperawatan : dalam keperawatan. Jakarta : EGC.
Konsep, Proses, dan Praktik (Edisi
4). Jakarta : EGC. Titi. (2010). Pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap pengetahuan,
Smeltzer, S &Brenda G. Bare. (2001). sikap, dan tindakan pencegahan
Buku Ajar Keperawatan Medikal penularan TB Paru pada keluarga
Bedah Brunner & Suddarth (Edisi di Kecamatan Sitiung Kabupaten
8). Jakarta : EGC. Dhamasraya.

102

You might also like