You are on page 1of 18

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK KELINCI DAN

NILAI TAMBAH OLAHAN DAGING KELINCI PADA


KOPERASI PETERNAK KELINCI BOGOR

Oleh :

Julia Rahmamita
Rita Nurmalina

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAGEMENT
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
1
ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK KELINCI DAN
NILAI TAMBAH OLAHAN DAGING KELINCI PADA
KOPERASI PETERNAK KELINCI BOGOR
Oleh :

Julia Rahmamita dan Rita Nurmalina


Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Management, Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT
This research are aimed to analyze feasiblity study of rabbitry and value added of rabbit
processed product in Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) Bogor. This research is using
snowball sampling method. The result of feasiblility study from non-finansial aspect shown
that rabbit fancy business and rabbit’s meat product business are feasible to run. Whereas,
financial aspects shown that both of rabbitry business are feasible to run. Rabbit fancy
business is better than rabbit’s meat product because it gives more benefits per cost and more
resist from increasing interest. Moreover, rabbit fancy business isn’t sensitives like a rabbit’s
meat product business. Break Even Point (BEP) for rabbit fancy business is 1.214 tails while
rabbit’s meat product business is 2.115 tails. The result of analysis value added by using
Hayami method shown that meatball processed product give more added value than nugget
product. Value added ratio of nugget and meatball are 15 percent and 22 percent. The
precentage of recompense toward production factors source that consist of direct wage,
endowment of other input, and profit of business owner. The value of each recompense: (1)
nugget product: 40 percent, 55 percent, and 6 percent; (2) meatball product: 40 percent, 34
percent, and 26 percent. Researcher give some suggestions among others (1) meat rabbit
production business is more beneficial than rabbit fancy business; (2) the concern of this
business should be in factors that influence the decrease of rabbit production because the
direct impact of business operation; (3) KOPNAKCI should produce rabbit feed, and (4)
Dapur Kebita should produce more rabbit meatball because it give higher added value.
Keywords: rabbit, KOPNAKCI, feasibility study, break even point, value added

ABSTRAK
Penelitan ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha ternak kelinci dan nilai tambah
dari produk olahan kelinci. Penentuan sampel menggunakan metode snowball. Hasil dari
analisis kelayakan menunjukan bahwa kedua usaha ternak kelinci layak untuk dijalankan.
Usaha ternak kelinci anakan lebih baik dijalankan dibandingkan usaha ternak kelinci anakan
karena memberikan manfaat per biaya yang lebih besar dan lebih tahan terhadap kenaikan
tingkat suku bunga. Selain itu, usaha ternak kelinci anakan lebih tidak sensitif terhadap kedua
perubahan pada bisnis. Nilai titik impas untuk usaha ternak kelinci anakan adalah sebannyak
1.214 ekor, sedangkan usaha ternak kelinci potong sebanyak 2.115 ekor. Hasil dari analisis
nilai tambah menggunakan metode Hayami menunjukan bahwa produk bakso memberikan
nilai tambah lebih besar dibandingkan nugget. Rasio nilai tambah masing-masing olahan
nugget dan bakso adalah 15 persen dan 22 persen. Presentase balas jasa terhadap pemilik
faktor-faktor produksi yang meliputi pemdapatan tenaga kerja langsung, sumbangan input
lain, dan keuntungan pemilik perusahaan berturut-turut pada olahan nugget sebesar 40
2
persen, 55 persen, dan 6 persen, sedangkan pada olahan bakso sebesar 40 persen, 34 persen,
dan 26 persen. Peneliti memberikan beberapa saran antara lain: 1) usaha ternak kelinci
potong lebih menguntungkan dibandingkan usaha ternak kelinci anakan, 2) peternak perlu
memperhatikan faktor penurunan produksi kelinci karena berpengaruh terhadap
kelangsungan bisnis. salah satu cara pencegahan yang dapat dilakukan oleh peternak adalah
dengan memperhatikan kebersihan kandang dan bangunan kelinci, 3) KOPNAKCI seharusnya
membuat pakan kelinci sendiri, dan 4)Dapur Kebita lebih banyak memproduksi bakso kelinci
karena memberikan nilai tambah lebih besar.
Kata Kunci: kelinci, KOPNAKCI, kelayakan bisnis, titik impas, nilai tambah

3
PENDAHULUAN Salah satu sumberdaya
peternakan lokal yang potensial
Latar Belakang
dijadikan subsitusi penghasil daging dan
Peternakan merupakan salah
tergolong dalam aneka ternak adalah
satu sub sektor pertanian yang
kelinci. Bogor sebagai salah satu sentra
berkontribusi terhadap perkembangan
budidaya kelinci di Indonesia
Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar
mendapatkan perhatian khusus dari
12 persen setiap tahunnya.1 Kontribusi
pemerintah pusat dan kabupaten.
subsektor peternakan dilihat dari nilai
yang dihasilkan dari beberapa produk Perumusan Masalah
unggulan, seperti daging, susu, dan telur. Perkembangan peternakan
Berdasarkan hasil Survei Sosial kelinci Indonesia cenderung lambat.
Ekonomi Nasional (SUSENAS), rata- Pertama, adanya anggapan bahwa
rata konsumsi daging pada tiga tahun kelinci sebagai hewan ternak marginal.
terakhir ini meningkat. Kedua, pembudidayaan kelinci masih
Daging sebagai salah satu berjalan sendiri-sendiri sehingga
produk unggulan dari subsektor bargaining position peternak rendah.
peternakan belum dapat dinikmati oleh Ketiga, harga pakan konsentrat yang
semua kalangan masyarakat. Hal ini mahal. Keempat, cuaca ekstrim di
dikarenakan supply daging lebih kecil Indonesia. Salah satu koperasi yang
dibandingkan permintaan. Produksi mengembangkan agribisnis kelinci
daging yang meningkat setiap tahunnya adalah Koperasi Peternak Kelinci Bogor.
ternyata belum mampu memenuhi Pola usaha ternak kelinci yang
permintaan dalam negeri. Total dilakukan oleh anggota KOPNAKCI
kebutuhan daging nasional pada tahun dibedakan menjadi dua, yaitu kelinci
2009 adalah sebesar 1.563.100 ton, anakan dan kelinci potong. Alasan
sedangkan supply yang mampu dipenuhi peternak yang menjual kelinci anakan
oleh peternak dalam negeri hanya adalah waktu penjualan yang relatif
sebesar 1.463.000 ton. Untuk memenuhi singkat sehingga perputaran uang lebih
gap tersebut, seharusnya pemerintah cepat dan risiko kematian kelinci yang
mengembangkan sumberdaya ternak lebih rendah. Peternak yang menjual
lokal guna mendukung program kelinci potong memiliki alasan tersendiri
ketahanan pangan dan swasembada yaitu pendapatan peternak menjadi lebih
daging. besar.
Hewan ternak lokal merupakan Salah satu unit usaha pada
sumberdaya hewani yang secara genetis KOPNAKCI adalah unit pengolahan
telah menyesuaikan lingkungan keadaan daging kelinci. Kelinci yang digunakan
sekitar. Pengembangan ternak lokal adalah kelinci afkir. Tidak adanya
memiliki berbagai manfaat, antara lain: standarisasi yang digunakan secara tidak
(1) sebagai penghasil bahan pangan; (2) langsung mempengaruhi efisiensi
sebagai tenaga kerja selain manusia; (3) produksi. Oleh sebab itu, KOPNAKCI
sebagai sumber pupuk organik; dan (4) berencana untuk membentuk kelompok
sebagai investasi. Pengembangan ternak peternak yang berorintasi kelinci potong.
berbasis sumber daya lokal merupakan Permasalahan yang dapat dikaji
sinergi visi dan misi yang pertama yang dalam penelitian ini adalah :
ingin dicapai oleh Direktorat Jenderal 1) Bagaimana kelayakan non-
Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam finansial usaha ternak kelinci
periode tahun 2010-2014. dilihat dari aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen dan
hukum, aspek sosial, ekonomi dan
budaya serta aspek lingkungan?
1
http://www.livestockreview.com/2012/01/k
ontribusi-peternakan-dalam-pdb-lebih-dari-
12/ [diakses tanggal 20 Maret 2012]

4
2) Bagaimana kelayakan finansial kebutuhan data yang diinginkan peneliti.
usaha ternak kelinci pada anggota Namun, pada saat turun lapang banyak
Koperasi Peternak Kelinci? responden yang sudah tidak melakukan
3) Seberapa besar nilai tambah dari usaha budidaya kelinci karena anomali
pengolahan daging kelinci musim dan tidak bersedia untuk
menjadi nugget dan bakso pada diwawancarai karena kesibukan masing-
unit usaha Dapur Kebita Koperasi masing. Oleh karena itu, metode
Peternak Kelinci? penentuan sampel dilakukan dengan
snowball sehingga jumlah peternak yang
Tujuan Penulisan menjadi responden sebanyak 15 orang.
Tujuan dari penelitian ini
Metode Pengolahan Data
adalah:
1) Analisis Kelayakan Non-Finansial
1) Menganalisis kelayakan non-
Analisis kelayakan non-finansial
finansial usaha ternak kelinci pada
mengkaji berbagai aspek yakni pasar,
anggota Koperasi Peternak Kelinci
teknis, manajemen dan hukum, sosial,
dilihat dari aspek pasar, aspek
ekonomi dan budaya, serta lingkungan.
teknis, aspek manajemen, aspek
Pada aspek pasar, yang perlu
hukum, aspek sosial, dan
diperhatikan adalah permintaan,
lingkungan.
penjualan, dan bauran pemasaran. Aspek
2) Menganalisis kelayakan finansial
teknis terdiri dari penentuan lokasi
usaha ternak dengan orientasi
usaha, luas produksi, penentuan layout,
kelinci anakan pada anggota
dan budidaya usaha.
Koperasi Peternak Kelinci, Bogor.
Aspek manajemen dan hukum
3) Menghitung nilai tambah nugget
mengkaji struktur organisasi dan badan
dan bakso yang diproduksi oleh
usaha beserta perizinan usaha. Aspek
unit usaha Koperasi Petenak
sosial, ekonomi, dan budaya
Kelinci, Bogor.
memperhatikan keberadaan bisnis
KERANGKA PEMIKIRAN terhadap ketiga aspek. Aspek
lingkungan memperhatikan dampak
Kerangka pemikiran operasioal lingkungan terhadap lingkungan sekitar
pada penelitian yang berjudul “Analisis pasca adanya usaha sehingga dampak
Kelayakan Usaha Ternak Kelinci dan negatif dapat diminimalisir.
Nilai Tambah pada Olahan Daging
Kelinci pada Koperasi Peternak Kelinci 2) Analisis Kelayakan Finansial
Bogor” dapat dilihat pada Lampiran 1. Analisis kelayakan finansial
didasarkan pada keempat kriteria
METODE PENELITIAN investasi, yakni Net Present Value, Net
Benefit Cost Ratio, Internal Rate of
Lokasi dan Waktu Penelitian Return, Disounted Payback Period, dan
Penelitian ini dilakukan di Break Even Point. Selain itu,
Koperasi Peternak Kelinci. Pemilihan menganalisis menganalisis perubahan
lokasi Penelitian ditenntukan secara usaha ternak kelinci menggunakan
sengaja (purposive) dengan metode switching value.
pertimbangan bahwa KOPNAKCI
merupakan koperasi pioneer yang
memiliki pengolahan kelinci. Waktu a) Net Present Value (NPV)
penelitian dilakukan pada bulan April
hingga Juni 2012.
Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel Keterangan:
dilakukan dengan metode purposive Bt = Manfaat pada tahun t
sampling dengan mempertimbangkan Ct = Biaya pada tahun t
t = Tahun kegiatan bisnis

5
i = Tingkat discount rate (%) P = Harga per unit
n = Umur bisnis
3) Analisis Nilai Tambah
b) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Prosedur Analisis Nilai Tambah
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Prosedur Analisis Nilai
Tambah Metode Hayami
Variabel Nilai
Keterangan: I. Output, Input, dan Harga
1. Output (Kg) (1)
Bt = Manfaat pada tahunt 2. Input (Kg) (2)
Ct = Biaya pada tahun t 3. Tenaga Kerja (HOK) (3)
4. Faktor Konversi (4)=(1)/(2)
t = Tahun kegiatan bisnis 5. Koefisien Tenaga (5)=(3)/(2)
i = Tingkat discount rate ( %) Kerja (HOK)
6. Harga Output (Rp/Kg) (6)
n = Umur bisnis 7. Upah Tenaga Kerja (7)
Langsung (Rp/HOK)
c) Internal Rate of Return (IRR) II. Penerimaan dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku (8)
(Rp/Kg)
9. Sumbangan Input Lain (9)
(Rp/Kg)
10. Nilai Output (Rp/Kg) (10)=(4)x(6)
Keterangan: 11. a.Nilai Tambah (11a)=(10)–(9)–(8)
i1 = DR yang menghasilkan NPV (Rp/Kg)
b.Rasio Nilai Tambah (11b) =(11a)/(10)x100%
positif (%)
i2 = DR yang menghasilkan NPV 12. a.Pendapatan Tenaga (12a)=(5)x(7)
Kerja Langsung
negatif (Rp/Kg)
NPV1 = NPV positif b.Pangsa Tenaga Kerja (12b)=(12a)/(11a)x100%
(%)
NPV2 = NPV negatif 13. a.Keuntungan (Rp/Kg) (13a) = (11a)–(12a)
b.Tingkat Keuntungan (13b)=(13a)/(11a)x100%
d) Disounted Payback Period (DPP) (%)
III. Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/Kg) (14)=(10)–(8)
a.Pendapatan Tenaga (14a)=(12a)/(14)x100%
Kerja Langsung (%)
b.Sumbangan Input (14b)=( 9)/(14)x100%
Keterangan: Lain (%)
c.Keuntungan Pemilik (14c)=(13a)/(14) x100%
I = Besarnya biaya Perusahaan (%)
investasi yang
diperlukan HASIL DAN PEMBAHASAN
Ab discounted = Manfaat bersih yang
Analisis Kelayakan Aspek Non-
dapat diperoleh pada
Finansial Usaha Ternak Kelinci
setiap tahunnya yang
dikalikan dengan DR. Aspek Pasar
Aspek pasar mengkaji potensi
e) Break Even Point (BEP)
pasar komoditi kelinci dari beberapa
segi, yakni permintaan, penawaran,
harga, serta bauran dan strategi
pemasaran.
1) Potensi Pasar
Kelinci yang dijual adalah
kelinci anakan dan kelinci potong.
Keterangan:
Kapasitas produksi kelinci anakan yang
BEP (Q) = Titik impas dalam unit
mampu dipenuhi oleh peternak berkisar
produksi
antara 10-100 ekor per minggu dengan
BEP (Rp) = Titik impas dalam rupiah
rata-rata penjualan sebesar 50 ekor per
TFC = Biaya tetap
minggu. Permintaan kelinci anakan rata-
AVC = Biaya tidak tetap per
rata sebanyak 100 ekor per minggu
satuan
sehingga kapasitas produksi oleh

6
peternak dan permintaan kelinci anakan Tabel 3. Harga Hasil Ternak Kelinci
terdapat gap (Tabel 2). Hal ini Uraian
Harga Rata-
menunjukan potensi bagi peternak untuk Rata(Rp)
memperluas skala usaha ternak kelinci Kelinci Anakan 12.000,00/ekor
anakan agar dapat memenuhi kebutuhan Lokal (NZW dan
konsumen. Lion Head)
Kelini Anakan 30.000,00/ekor
Tabel 2. Penawaran dan Permintaan Ras (Rex)
Kelinci Anakan Kelinci Anakan 100.000,00/ekor
KOPNAKCI per Minggu Ras (Angora)
Jumlah Rata-Rata Kelinci Anakan 50.000,00/ekor
Uraian Jenis Ras (ND)
(Ekor)
Penawaran Kelinci 50 Kelinci Potong 20.000,00/kg
Anakan (Hidup)
Permintaan Kelinci 100 Kelinci Potong 60.000,00/kg
Anakan (Karkas)
Promotion
Saat ini kapasitas dan Promosi yang dilakukan oleh
penawaran kelinci potong belum begitu peternak tergantung pada konsumen
besar. Hal ini dikarenakan adanya yang dituju. Peternak yang menjual
anggapan bahwa daging kelinci tidak kelinci anakan kepada pihak pengumpul
layak untuk dikonsumsi. Permintaan tingkat desa tidak memerlukan promosi
kelinci potong biasanya datang dari karena, sedangkan kepada hobbiest
rumah makan dan rumah sakit. Untuk melalui bantuan jejaring sosial seperti
konsumen rumah makan, rata-rata facebook, blog, dan twitter. Koperasi
permintaan kelinci potong per hari Peternak Kelinci juga mempromosikan
sebanyak lima ekor, sedangkan rumah usaha ternak kelinci anakan dan potong
sakit meminta kelinci potong dalam di situs resmi yakni
bentuk karkas sebanyak 100 ekor per http://kopnakci.blogspot.com/ dan
minggu. Pasokan kelinci potong http://www.facebook.com/kopnakcibogo
terkadang tidak mampu memenuhi r. Promosi lainnya adalah mengikuti
kebutuhan konsumen rumah makan. pameran dan bazaar.
Permintaan yang datang kepada 3) Segmentation, Targetting, dan
KOPNAKCI dapat dijadikan peluang Positioning
usaha untuk menjual kelinci potong. Usaha ternak kelinci anakan
2) Bauran Pemasaran tidak memiliki strategi pemasaran.
Product Segmentasi usaha ternak kelinci potong
Kelinci anakan dijual ketika didasarkan pada segmentasi demografi
ternak telah berumur satu bulan. Kelinci (demography segmentation) dan
anakan dibedakan menjadi dua jenis, segmentasi manfaat (benefit
yakni anakan jenis lokal dan anakan segmentation). Target yang ingin
jenis ras. Perbedaan diantara jenis digapai adalah masyarakat
tersebut terlihat pada bulu dan berpenghasilan menengah ke atas.
penampilan fisik kelinci. Kelinci potong Daging kelinci diposisiskan sebagai
biasanya dijual ketika berumur empat alternatif sumber protein hewani yang
bulan dengan rata-rata bobot kelinci rendah kolesterol sehingga dapat
adalah sebesar 2,5 kg. Kelinci potong dikatakan sebagai “daging sehat”.
dapat didistribusikan dalam bentuk 4) Hasil Analisis Aspek Pasar
kelinci hidup maupun karkas kelinci. Berdasarkan pembahasan pada
Price pada aspek pasar, peluang pasar
Harga anakan jenis lokal dan ras komiditi kelinci masih terbuka lebar.
serta kelinci potong dapat dilihat pada Hal ini dikarenakan permintaan masing-
Tabel 3. masing konsumen belum dapat

7
terpenuhi. Selain itu, peternak tidak ternak kelinci sangat ideal untuk
merasakan adanya kendala dalam hal dibudidayakan pada daerah yang
pasar dan pemasaran kelinci sehingga memiliki suhu berkisar antara 15-310 C
layak untuk dijalankan. dengan kelembapan rata-rata sebesar 70
persen. Kabupaten Bogor sendiri
Aspek Teknis
memiliki suhu dan kelembapan lokasi
Aspek teknis membahas
yang memenuhi syarat usaha ternak
kegiatan operasional usaha ternak
kelinci yakni masing-masing sebesar
kelinci orientasi penjualan anakan.
21,8-30,40 C dan 70 persen. Namun,
Komponen-komponen yan harus
Bogor memiliki curah hujan yang tinggi
diperhatikan pada aspek teknis, antara
sebesar 4.000 mm per tahun sehingga
lain lokasi usaha, luas produksi, proses
menjadi hambatan bagi peternak untuk
produksi, dan lay out.
berbudidaya kelinci.
1. Lokasi Usaha Ternak Kelinci Salah satu cara yang dapat
Lokasi usaha ternak kelinci
dilakukan oleh peternak untuk
terletak di daerah beriklim sejuk seperti
menghindari curah hujan yang tinggi
daerah tenjolaya, Cijeruk, dan
adalah dengan cara membangun
Cibungbulang. Penentuan lokasi lokasi
kandang kelinci yang dilengkapi dengan
usaha ternak didasarkan pada
tirai plastik. Tirai plastik berguna untuk
agroekosisitem yang sesuai dan adanya
mengatur kondisi dalam kandang
adat istiadat setempat (Tabel 4).
sehingga nyaman bagi kelinci. Langkah
Tabel 4. Agroekosistem Usaha seperti ini cukup efektif dilaksanakan
Ternak Kelinci untuk menghindari kematian kelinci.
Usaha Alasan lainnya adalah usaha ternak
Usaha
Ternak di kelinci sudah menjadi tradisi bagi
Uraian Ternak
Kab. masyarakat sekitar. Hampir setiap rumah
Kelinci Ideal
Bogor masyarakat ketiga desa dapat dijumpai
Suhu Lokasi kandang-kandang pembudidayaan
15-31 21,8-30,4
(0C)
kelinci baik untuk komersil maupun
Kelembapan
Lokasi (%)
65-80 70 untuk peliharaan pribadi.
Ketinggian 2. Luas Produksi Usaha Ternak
100- Kelinci
Lokasi (m 1.000-1.600
2.500 Usaha ternak kelinci yang
dpl)
Curah Hujan dilakukan oleh anggota KOPNAKCI
1.500 4.000
(mm/tahun) tergolong dalam skala usaha kecil
Kandang karena kepemilikian rata-rata indukan
berada di kelinci sebanyak 52 ekor.
belakang 3. Proses Produksi Usaha Ternak
atau di
Kelinci
samping
rumah
Hal-hal yang harus diperhatikan
Dekat dalam teknis usaha ternak kelinci, antara
yang
dengan lain:
Ketersediaan didukung
pemukiman a. Persiapan bangunan dan kandang
Lainnya dengan
warga, lahan
pengairan kelinci
hijau, dan air
dan Rata-rata bangunan kelinci yang
pasokan dipergunakan untuk usaha
pakan berukuran sekitar 112 m2 dengan
hijauan ukuran setiap kandang sebesar 60
berupa
cm x 50 cm x 70 cm. Tipe kandang
rumput.
yang dipergunakan adalah tipe
battery, baik yang tunggal maupun
Empat dari lima kriteria usaha
bertingkat.
ternak kelinci telah terpenuhi. Usaha

8
b. Persiapan perlengkapan lainnya Aspek Manajemen dan Hukum
Kandang kelinci dilengkapi dengan Struktur manajemen yang ada di
tempat makan, minum, dan sarang KOPNAKCI terdiri dari pengurus,
beranak Sarang beranak umumnya badan pengawas, badan penasihat, dan
berukuran 30 cm x 40 cm x 25 cm. anggota. Susunan badan pengurus
c. Pemilihan bibit (indukan betina dan meliputi ketua, wakil ketua, sekretaris,
jantan) wakil sekretaris, dan bendahara. Untuk
Bibit yang berkualitas memiliki memudahkan kontrol atas koperasi,
ciri-ciri fisik seperti mata yang terdapat pula manajer unit usaha dan
bening dan tidak ditemukan manajer program. KOPNAKCI juga
scabies. telah memiliki akta legalitas No. 3
d. Pakan Tanggal 12 Juli 2011 sehingga usaha
Pakan kelinci dibedakan atas dua ternak kelinci layak untuk dijalankan.
macam yaitu pakan hijauan dan
Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya
pakan konsentrat. Pakan hijauan
Jika ditelaah lebih dalam dari
berupa rumput yang dicampur
aspek sosial, keberadaan koperasi
dengan daun ubi, sedangkan pakan
memberikan kesempatan kepada
konsentrat berupa dedak, fur,atau
masyarakat untuk bergabung dalam
pelet. Takaran pakan hijauan yang
keanggotaan. Koperasi menyediakan
diberikan untuk indukan kelinci
informasi seputar kelinci dan membantu
adalah 1,5 kg per hari dan pakan
para anggota dalam hal usaha ternak
konsentrat sebanyak 100 gr dan 70
kelinci. Pengetahuan yang semakin
gr untuk kelinci penggemukkan.
banyak dimiliki oleh peternak akan
Pemberian pakan dilakukan pada
membantu pengembangan usaha
pagi hari yakni sekitar pukul 10.00
sehingga pengangguran dikalangan
WIB dan sore hari pukul 18.00
produktif menurun. Dari aspek ekonomi,
WIB.
KOPNAKCI belum memberikan
e. Perkembangbiakan
kontribusi nyata dalam menanggulangi
Rata-rata kelahiran anak kelinci
tingkat pengangguran secara nasional
adalah sebanyak 6-10 ekor dengan
Hal ini dikarenakan koperasi baru
tingkat kematian sebesar 15 persen.
berusia satu tahun dan masih pada tahap
Indukan betina akan dikawinkan
pengembangan. Usaha ternak kelinci
lagi setelah dua hari dari kelahiran
tidak mengalami kendala yang
sebelumnya.
bertentangan dengan adat istiadat.
Berdasarkan ketiga aspek kelayakan
f. Panen
non-finansial, usaha ternak kelinci layak
Kelinci anakan siap untuk dijual
untuk dijalankan.
kepada konsumen setelah mencapai
satu bulan, sedangkan kelinci Aspek Lingkungan
potong dijual ketika berumur empat Limbah kelinci berupa urin dan
bulan. feses tidak mengganggu lingkungan
4. Layout Usaha Ternak Kelinci sekitar. Tidak ditemukan komplen dari
Layout usaha ternak kelinci masyarakat sekitar usaha ternak kelinci.
mencakup bangunan dan kandang. Urin dan feses kelinci dapat diolah
5. Hasil Analisis Aspek Teknis menjadi pupuk organik yang baik untuk
Berdasarkan hasil analisis aspek tanaman jambu biji kristal sehingga
teknis, usaha ternak kelinci layak untuk beberapa peternak mengolah lebih lanjut
dijalankan karena didukung dengan limbah kelinci. Hal ini menunjukkan
agroekosistem yang sesuai dan adat usaha ternak kelinci layak untuk
istiadat setempat. dijalankan.

9
Analisis Kelayakan Aspek Finansial 92,72 persen. Penurunan produksi
sebesar 12,97 persen menunjukan bahwa
Analisis Kelayakan Finansial Usaha
peternak hanya mampu bertahan untuk
Ternak Kelinci Anakan (Skenario I)
usaha kelinci jika penurunan produksi
Berdasarkan hasil perhitungan
kelinci ≤ 12,97 persen. Jika penurunan
yang dilakukan pada usaha ternak
produksi melebihi batas maksimum,
kelinci anakan pada tingkat discount
maka usaha ternak akan mengalami
rate 5,75 %, diperoleh NPV sebesar Rp
kerugian. Kenaikan pakan sebesar 92,72
11.221.545,55. Besarnya NPV
persen menunjukan bahwa peternak
didapatkan dari selisih antara total
dapat terus memberikan pakan kepada
inflow dan total outflow yang dikalikan
ternak jika kenaikan harga pakan kelinci
dengan discount factor. NPV yang
≤ 92,72 persen.
bernilai positif menunjukan bahwa
usaha ternak dengan orientasi hasil akhir Analisis Kelayakan Finansial Usaha
berupa kelinci anakan layak untuk Ternak Kelinci Potong (Skenario II)
dijalankan karena nilai manfaat bersih Nilai NPV sebesar Rp
saat ini sebesar Rp 11.221.545,55 13.024.330,38 , nilai Net B/C sebesar
selama umur bisnis berlangsung yakni 1,19, IRR sebesar 19 persen, dan tingkat
tiga tahun. pengembalian investasi selama 2 tahun 6
Kriteria selanjutnya adalah bulan. NPV pada usaha ternak kelinci
penilaian Net B/C yang diperoleh dari potong menunjukan bahwa nilai manfaat
hasil perhitungan usaha ternak kelinci sekarang dari usaha ternak orientasi
anakan. Nilai Net B/C pada usaha ternak kelinci potong sebesar Rp 13.024.330,83
kelinci anakan adalah 1,81. Hal ini selama umur bisnis. Nilai DPP pada
menunjukan setiap satu rupiah yang usaha ternak kelinci potong adalah 2
dikeluarkan pada usaha ternak kelinci tahun 6 bulan. Investasi pada usaha
anakan akan menghasilkan manfaat ternak kelinci potong akan kembali pada
sebesar 1,81. Usaha yang memiliki nilai tahun ke-2 bulan ke-6. (Lampiran 3).
Net B/C lebih besar dari satu dapat Perubahan maksimum untuk
dikatakan layak untuk dijalankan. penurunan produksi kelinci potong
Nilai IRR pada usaha ternak sebesar 3,05 persen dan kenaikan harga
kelinci anakan adalah sebesar 58 pakan konsentrat adalah sebesar 11,90
persen. Hal ini menunjukan bahwa persen.
pengembalian investasi yang
Perbandingan Hasil Kelayakan
ditanamkan sebesar 5,75 persen akan
Finansial Kedua Skenario Usaha
menghasilkan NPV bernilai 0. IRR
Usaha ternak kelinci anakan
dapat dikatakan layak jika lebih besar
dapat dikatakan sebagai usaha ternak
daripada tingkat suku bunga (discount
yang lebih baik untuk dijalankan karena
rate).
manfaat yang didapatkan per biaya yang
Kriteria investasi lainnya adalah
dikeluarkan lebih besar yakni sebesar
Payback Period. Nilai PP pada usaha
1,81 dan lebih resisten terhadap
ternak kelinci anakan adalah 2 tahun 8
kenaikan tingkat suku bunga hingga 58
bulan. Investasi yang telah ditanamkan
persen (Tabel 5).
pada awal usaha akan kembali pada
tahun ke-2 bulan 8 sehingga usaha layak
untuk dijalankan (Lampiran 2).
Permasalahan yang terjadi pada
usaha ternak kelinci adalah penurunan
produksi kelinci dan kenaikan harga
pakan konsentrat. Perubahan maksimal
pada penurunan produksi kelinci adalah
sebesar 12,97 persen, sedangkan
kenaikan harga pakan konsentrat sebesar

10
Tabel 5. Hasil Kriteria Kelayakan aktual sama dengan penerimaan dan
Investasi Kedua Skenario volume penjualan pada saat titik impas.
Usaha
Kriteria Kelinci Kelinci Tabel 7. Break Even Point (BEP)
Investasi Anakan Potong Kedua Usaha Ternak Kelinci
NPV (Rp) 11.221.545,5 13.024.330 Uraian Skenario I Skenario II
5 ,83 TFC (Rp) 14.500.000 30.866.666,67
Net B/C 1,81 1,19 AVC 8.055,06 35.405,00
IRR (%) 58 19 (Rp/Ekr)
DPP 2 thn 8 bln 2 thn 6 bln P (Rp/Ekr) 20.000,00 50.000,00
BEP dalam 1.213,90 2.114,88
Unit (Ekor)
BEP dalam 24.278.069,2 105.743.976,26
Perbandingan Hasil Switching Value Rupiah
Kedua Skenario Usaha (Rp)
Kelinci potong lebih sensitif
terhadap penurunan produksi kelinci Usaha ternak kelinci potong
dibandingkan kelinci anakan. Hal ini pada skenario II mencapai titik impas
dikarenakan usaha ternak kelinci potong sebesar Rp 105.743.976,26 atau 2.115
membutuhkan lebih banyak biaya untuk ekor. Hal ini menunjukan bahwa usaha
investasi dan operasional. Oleh sebab ternak kelinci potong akan terus
itu, usaha ternak yang lebih baik untuk berproduksi jika volume produksi
dijalankan peternak adalah usaha ternak kelinci potong di atas 2.115 ekor. Ketika
kelinci potong (Tabel 6). volume produksi kelinci potong
sebanyak 2.115 ekor maka peneriman
Tabel 6. Hasil Switching Value yang diperoleh peternak adalah sebesar
Kedua Skenario Usaha Rp 105.743.976,26.
Kelinci Kelinci
Parameter
Anakan Potong ( Analisis Nilai Tambah Olahan Daging
Penurunan 12,97 3,05 Kelinci
Produksi Produk yang dihasilkan oleh
(%) unit bisnis Dapur Kebita adalah nugget
Kenaikan 92,72 11,90 dan bakso. Pemilihan kedua produk
Harga Pakan untuk dianalisis karena proporsi
Konsentrat penggunaan daging kelinci diatas 50
(%)
persen dari keseluruhan bahan.
Komposisi daging kelinci dengan bahan
Break Even Point (BEP) Kedua Usaha pendukung pada nugget sebesar 70:30,
Ternak Kelinci sedangkan bakso sebesar 65:35.
Berdasarkan perhitungan Bahan yang dipergunakan dalam
analisis titik impas (BEP) pada Tabel 7 , pembuatan nugget, antara lain fillet
usaha ternak kelinci anakan mencapai kelinci 5 kg, sagu 2,5 kg, bumbu, omega
titik impas sebesar Rp 24.278.069,20 3 0,25 kg, dan tepung roti 2 kg. Tidak
atau 1.214 ekor. Hal ini menunjukan berbeda jauh dengan nugget, bahan
bahwa usaha ternak kelinci anakan dapat pembuatan bakso kelinci hampir sama.
tetap berproduksi di atas titik impas, Bakso tidak memerlukan tepung roti
yaitu Rp 24.278.069,20 atau sebanyak sebagai bahan pelengkap. Komposisi
1.214 ekor kelinci. Jika penerimaan dan bahan yang dipergunakan, antara lain:
volume produksi kelinci anakan pada fillet kelinci 5 kg, sagu 3 kg, omega 3
skenario I di bawah titik impas maka 0,15 kg, dan bumbu Rp 30.000.
usaha ternak akan mengalami kerugian. Hasil (output) berupa olahan
Oleh karena itu perternak harus nugget sebanyak 7,5 kg dan bakso
memperhatikan produksi minimal pada sebanyak 8 kg dengan rasio penggunaan
saat penerimaan dan volume penjualan daging kelinci adalah sebanyak 5 kg.

11
Proses produksi membutuhkan 10 ekor Tabel 8. NilaiTambah Olahan Kelinci
kelinci. Harga satu kg nugget adalah Rp Nilai
80.000/kg dan bakso kelinci adalah Rp Variabel
Nugget Bakso
75.000.
Tenaga kerja yang dipekerjakan I. Output, Input, dan Harga
oleh unit bisnis Dapur Kebita berjumlah 1. Output 7,5 8
tiga orang. Masing-masing tenaga kerja
2. Input 5 5
memiliki tugas yang berbeda. Dua orang
bertugas untuk memotong sekaligus 3. Tenaga Kerja 3 3
memisahkan daging kelinci, sedangkan 4. Faktor
Konversi 1,5 1,6
satu orang lain bertugas untuk mengolah
5. Koefisien
daging dan mengemas. Upah yang
Tenaga Kerja 0,6 0,6
diberikan kepada bagian pemotongan
adalah Rp 5.000 per kelinci dan Rp 6. Harga Output 80.000 75.000
30.000 untuk bagian pengolahan daging 7. Upah Tenaga
Kerja Langsung 26666,67 26666,67
sehingga rata-rata upah pekerja adalah
sebesar Rp 26.666,67 (Lampiran 4). II. Penerimaan dan Keuntungan
Berdasarkan hasil perhitungan 8. Harga Bahan
Metode Hayami, nilai tambah olahan Baku 80.000 80.000
bakso sebesar Rp Rp 26.500 dengan 9. Sumbangan
Input Lain 21.800 13.500
rasio nilai tambah sebesar 15 persen dan
olahan nugget sebesar Rp 18.200 dengan 10. Nilai Ouput 120.000 120.000
rasio nilai tambah sebesar 22 persen. 11.a. Nilai
Presentase balas jasa pemiliki Tambah 18.200 26.500
faktor-faktor produksi meliputi b. Rasio Nilai
Tambah 0,15 0,22
pendapatan tenaga kerja langsung,
12.a. Pendapatn
sumbangan input lain, dan keuntungan
Tenaga Kerja
pemilik perusahaan berturut-turut pada Langsung 16.000 16.000
olahan nugget adalah sebesar 40 persen, b. Pangsa
55 persen, dan 6 persen (Tabel 8). Tenaga Kerja 0,88 0,60
13.a. Keuntungan 2.200 10.500
b. Tingkat
Keuntungan 0,12 0,40
III. Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor
Produksi
14. Marjin 40.000 40.000
a. Pendapatan
Tenaga Kerja
Langsung 0,40 0,40
b. Sumbangan
Input Lain 0,55 0,34
c. Keuntungan
Pemilik
Perusahaan 0,06 0,26

Produk olahan bako kelinci


memiliki presentase balas jasa terhadap
tenaga kerja langsung yang sama dengan
nugget yakni sebesar 40 persen.
Presentase balas jasa terhadap
sumbangan input lain dan keuntungan
pemilik perushaan untuk produk nugget
adalah sebesar 34 persen dan 26 persen.

12
Tabel 8 menampilkan perhitungan nilai dan rasio nilai tambah sebesar 15
tambah Metode Hayami. persen karena biaya-biaya
produksi yang dibutuhkan lebih
KESIMPULAN DAN SARAN besar dibandingkan bakso.
Kesimpulan Saran
Berdasarkan hasil penelitian 1) Bagi anggota koperasi, usaha
yang dilakukan di Koperasi Peternak ternak kelinci orientasi penjualan
Kelinci Bogor (KOPNAKCI), maka kelinci anakan umur satu bulan
dapat disimpulkan: lebih layak dilaksanakan karena
1) Berdasarkan analisis kelayakan lebih menguntungkan.
non-finansial meliputi aspek 2) Bagi peternak perlu
pasar, teknis, manajemen dan memperhatikan penurunan
hukum, ekonomi, sosial, dan produksi kelinci bagi usaha
budaya serta lingkungan dapat ternaknya karena perubahan ini
disimpulkan bahwa usaha ternak lebih sensitif dan berpengaruh
kelinci layak untu dijalankan. dibandingkan kenaikan harga
2) Berdasarkan analisis kelayakan pakan konsentrat. Langkah-
finansial pada kedua skenario langkah pencegahan yang dapat
usaha yaitu usaha ternak kelinci dilakukan untuk meminimalisir
anakan (skenario I) dan usaha penurunan tersebut adalah dengan
ternak kelinci potong (skenario II) memperhatikan kebersihan
layak untuk dijalankan. Usaha kandang kelinci karena udara
ternak kelinci anakan adalah disekitar yang kurang baik
skenario usaha yang lebih layak membawa pengaruh negatif bagi
untuk dijalankan karena kesehatan ternak.
keuntungan yang diterima lebih 3) Bagi Koperasi Peternak Kelinci
besar dan lebih resisten terhadap (KOPNAKCI) sebaiknya
kenaikan suku bunga. Selain itu, membuat pakan konsentrat sendiri
usaha ternak kelinci anakan juga untuk menekan biaya operasional
tidak begitu sensitif seperti usaha terutama untuk usaha ternak
ternak kelinci potong terhadap kelinci potong (skenario II).
penurunan produksi kelinci dan Kenaikan harga pakan konsentrat
kenaikan harga pakan konsentrat. pada kelinci potong (skenario II)
3) Berdasarkan analisis titik impas, lebih sensitif jika dibandingkan
usaha ternak kelinci anakan akan usaha ternak kelinci anakan
memperoleh keuntungan jika (skenario I) karena pakan
volume produksi kelinci sebanyak konsentrat mulai diberikan pada
1.214 ekor dengan penerimaan kelinci lepas sapih hingga
sebesar RP 24.278.069,20, pembesaran kelinci.
sedangkan usaha ternak kelinci 4) Unit usaha Dapur Kebita
potong sebanyak 2.115 ekor seharusnya lebih memfokuskan
dengan penerimaan sebesar Rp untuk memproduksi olahan bakso
105.743.976,26. kelinci karena memiliki nilai
4) Analisis nilai tambah yang tambah yang lebih besar sebesar
dilakukan pada unit usaha Dapur 22 persen dengan tingkat
Kebita menunjukan bahwa produk keuntungan bagi pemilik usaha
olahan bakso kelinci memberikan sebesar 26 persen.
nilai tambah yang besar sebesar
Rp 26.500 dengan rasio nilai DAFTAR PUSTAKA
tambah sebesar 22 persen. Produk
[DEPTAN] Departemen Pertanian.
olahan nugget kelinci memiliki
Statistik Peternakan. 2011.
nilai tambah sebesar Rp 18.200
Peternakan dan Kesehatan Hewan

13
2011. Jakarta: Departemen
Pertanian. . 2011. Populasi Ternak Nasional Tahun 20
[DISNAKKAN] Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor.
2011. Populasi Kelinci Kabupaten
Bogor Tahun 2008-2010. Bogor:
Dinasnakkan Kabupaten Bogor.
[DITJENNAK KESWAN] Direktorat
Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan. 2012.
Keterpaduan Program/Kegiatan
Pengembangan Sapi/Kerbau
Tahun 2013 di Tingkat
Kabupaten/Kota. Di Dala,
Musyawarah Rencana
Pengembangan Pertanian Tahun
2013.
Gittinger, J. Price. 1986. Analisa
Ekonomi Proyek-Proyek
Pertanian. Edisi Kedua. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Hayami, Y. et al. 1987. Agricultural
Marketing and Processing in
Upland Java. A Prespective From
a Sunda Village. Bogor: CGPRT
Centre.
Nurmalina R, Sarianti T, Uswandi AK.
2010. Studi Kelayakan Bisnis.
Bogor: Departemen Agribisnis
FEM-IPB.
Raharjo, Yono C. 2005. Prospek,
Peluang, dan Tantangan
Agribisnis Ternak Kelinci. Di
Dalam Lokakarya Nasional
Potensi dan Peluang
Pengembangan Usaha Kelinci
Puslitbang Peternakan.
Sarwono, B. 2009. Kelinci Potong dan
Hias. Jakarta: PT ArgoMedia
Pustaka.
Umar, Husein. 2003. Studi Kelayakan
Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

14
Lampiran 1. Kerangka Operasional

Isu Nasional:
1. Kurangnya pasokan daging Nasional
2. Pemenuhan kebutuhan gizi
3. Kelinci sebagai alternatif sumber protein hewani

Pengembangan Agribisnis Kelinci

Usaha Ternak Kelinci Unit Usaha: Pengolahan Daging Kelinci

Skenario I: Skenario II: Nugget Bakso


Kelinci Anakan Kelinci Potong

Kelayakan Usaha Nilai Tambah


Aspek Non-Finansial:
Pasar,Teknis, Manajemen dan Hukum,
Sosial Ekonomi dan Budaya, dan
Lingkungan
Aspek Finansial:
NPV. Net B.C, IRR, DPP, dan
Sensitivitas

Layak Tidak Layak

Pengembangan Evaluasi

15
Lampiran 2. Cashflow Usaha Ternak Kelinci Anakan
Tahun
No. Uraian Komponen
1 2 3
I. Inflow
1. Produk Utama
Kelinci Anakan 31.140.000,00 44.240.000,00 44.240.000,00
2. Nilai Sisa 2.835.000,00
Total Inflow 31.140.000,00 44.240.000,00 47.075.000,00
II. Outflow
Biaya Investasi
Indukan Betina 3.995.000,00
Indukan Jantan 600.000,00
Lahan 5.600.000,00
Bangunan 5.600.000,00
Kandang 3.380.000,00
Sarang Beranak 470.000,00 470.000,00
Tempat Makan 520.000,00 520.000,00 520.000,00
Tempat Minum 520.000,00 520.000,00 520.000,00
Total Biaya Investasi 20.685.000,00 1.040.000,00 1.510.000,00

Biaya Operasional
Biaya Tetap
Gaji Karyawan 6.000.000,00 6.000.000,00 6.000.000,00
Listrik 300.000,00 300.000,00 300.000,00
Perawatan Bangunan
dan Kandang 2.400.000,00 2.400.000,00 2.400.000,00
Total Biaya Tetap 8.700.000,00 8.700.000,00 8.700.000,00

Biaya Variabel
Pakan 5.148.000,00 5.616.000,00 5.616.000,00
Vitamin 114.400,00 124.800,00 124.800,00
Obat-Obatan 715.000,00 845.000,00 845.000,00
Upah Tenaga Kerja
Langsung 10.296.000,00 11.232.000,00 11.232.000,00
Total Biaya Variabel 16.273.400,00 17.817.800,00 17.817.800,00
Pajak (25%) 91.650,00 2.980.550,00 3.689.300,00
PBB 75.000,00 75.000,00 75.000,00
Total Outflow 45.825.050,00 30.613.350,00 31.792.100,00
III. Net Benefit (14.685.050,00) 13.626.650,00 15.282.900,00
DF 5,75 % 0,946 0,894 0,846
PV/Tahun (13.886.572,10) 12.185.079,00 12.923.038,65
NPV 11.221.545,55
IRR 58%
PV Positif 25.108.117,65
PV Negatif (13.886.572,10)
Net B/C 1,81
Payback Period 2 tahun 8 bulan

16
Lampiran 3. Cashflow Usaha Ternak Kelinci Potong
Tahun
No. Uraian Komponen
1 2 3
I. Inflow
1. Produk Utama
Kelinci Potong 120.000.000,00 240.000.000,00 240.000.000,00
2. Nilai Sisa 6.050.000,00
Total Inflow 120.000.000,00 240.000.000,00 246.050.000,00
II. Outflow
Biaya Investasi
Kelinci Indukan 27.500.000,00
Lahan 7.500.000,00
Bangunan 7.500.000,00
Kandang Battery 7.150.000,00
Kandang Koloni 6.500.000,00
Sarang Beranak 1.100.000,00 1.100.000,00
Tempat Makan 2.100.000,00 2.100.000,00 2.100.000,00
Tempat Minum 2.100.000,00 2.100.000,00 2.100.000,00
Total Biaya Investasi 61.450.000,00 4.200.000,00 5.300.000,00

Biaya Operasional
Biaya Tetap
Gaji Karyawan 6.000.000,00 6.000.000,00 6.000.000,00
Listrik 300.000,00 300.000,00 300.000,00
Perawatan Bangunan
dan Kandang 3.600.000,00 3.600.000,00 3.600.000,00
Total Biaya Tetap 9.900.000,00 9.900.000,00 9.900.000,00

Biaya Variabel
Pakan 39.690.000,00 55.080.000,00 55.080.000,00
Vitamin 2.162.000,00 3.144.000,00 3.144.000,00
Obat-Obatan 1.430.000,00 1.560.000,00 1.560.000,00
Upah Tenaga Kerja
Langsung 79.380.000,00 110.160.000,00 110.160.000,00
Total Biaya Variabel 122.662.000,00 169.944.000,00 169.944.000,00
Pajak (25%) 9.797.333,33 11.309.833,33
PBB 75.000,00 75.000,00 75.000,00
Total Outflow 194.087.000,00 193.916.333,33 196.528.833,33
III. Net Benefit (74.087.000,00) 46.083.666,67 49.521.166,67
DF 5,75 % 0,946 0,894 0,846
PV/Tahun (70.058.628,84) 41.208.449,53 41.874.510,13
NPV 13.024.330,83
IRR 19%
PV Positif 83.082.959,67
PV Negatif (70.058.628,84)
Net B/C 1,19
Payback Period 2 thn 6 bulan

17
Lampiran 4. Hasil Perhitungan Nilai Tambah Olahan Daging Kelinci
Lampiran 4.1. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung pada Unit Dapur Kebita
Jumlah Tenaga Total
Pekerjaan Upah (Rp)
Kerja (HOK) (Rp)
Pemotongan (fillet) 2 25.000,00 50.000,00
Pengolahan-Pengemasan 1 30.000,00 30.000,00
Rata-rata (Rp) 26.666,67

Lampiran 4.2. Sumbangan Input Lain pada Olahan Daging Kelinci


Harga
Komponen Jumlah (Unit) (Rp/Unit) Total (Rp)
Nugget Kelinci
Tepung Sagu 2,5 Kg 5.000,00 12.500,00
Bumbu 50.000,00
Tepung Roti 2 Kg 10.000,00 20.000,00
Omega 3 (Nabati Jagung) 0,25 Kg 70.000,00 17.500,00
Kemasan 30 Kemasan 300,00 9.000,00
Total (Rp) 109.000,00
Bakso Kelinci
Tepung Sagu 3 Kg 5.000,00 15.000,00
Bumbu 30.000,00
Omega 3 (Nabati Jagung) 0,15 Kg 70.000,00 10.500,00
Kemasan 40 Kemasan 300,00 12.000,00
Total (Rp) 67.500,00

18

You might also like