You are on page 1of 14

JURANAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 2 Nomor 2, Desember 2016 | 41

PENGARUH KEADILAN DISTRIBUTIF DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP


KECENDERUNGAN PEGAWAI UNTUK BERBUAT CURANG (FRAUD) DENGAN KETAATAN
ATURAN AKUNTANSI SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

THE EFFECT OF DISTRIBUTIVE JUSTICE AND PROCEDURAL JUSTICE ON TRENDS OF EMPLOYEES


FOR CHEATING (FRAUD) WITH THE OBEDIENCE OF ACCOUNTING RULES AS MEDIATION
VARIABLE

DIDI
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Djuanda Bogor
Jl. Tol Ciawi No.1, Kotak Pos 35, Kode Pos 16720, Telp./Fax: 0251(8245155)
e-mail: didi.juniardy@yahoo.co.id

ABSTRACT
The purpose of this study was to examine the effect of distributive justice and procedural justice on
fraudulent tendencies with compliance with accounting rules as a mediating variable. Independent and
dependent variables were developed based on Donald Cressey's Fraud Triangle Theory (1953), while
obedience as a mediating variable was developed from Taylor's (2006) Social Psychology Theory. The
population in this study were all Civil Servants in the Regional Government of the City of Bogor. The
determination of this study sample used themethod quota sampling with the criteria of employees
responsible for financial management at 34 SKPD in the city of Bogor. The data in this study were
obtained by distributing questionnaires to 143 respondents in 34 SKPD. Of the 143 questionnaires
distributed to respondents, 131 questionnaires returned and were completely filled, thus the response
rate in this study was 91.61%. Whereas for testing hypotheses and research instruments using the
approach component based SEM (Structural Equation Modeling) using SmartPLS 3.0 software. The
results of this study prove that: distributive justice and procedural justice do not have a direct effect on
fraudulent tendencies, but indirect effects after being mediated by compliance with accounting rules.
Keywords: Remuneration; Obedience; and Fraud

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh keadilan distributif dan keadilan prosedural
terhadap kecenderungan kecurangan dengan ketaatan aturan akuntansi sebagai variabel mediasi.
Variabel independen dan dependen dikembangkan berdasarkan teori fraud triangle Donald Cressey
(1953), sementara ketaatan sebagai variabel mediasi dikembangkan dari teori psikologi sosial
Taylor (2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Pemerintahan Daerah Kota Bogor. Penentuan sampel penelitian ini menggunakan metode quota
sampling dengan kriteria pegawai yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan pada 34
SKPD yang ada di Kota Bogor. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara menyebarkan
kuesioner kepada 143 responden di 34 SKPD. Dari 143 kuesioner yang didistribusikan kepada
responden, kuesioner yang kembali dan terisi sempurna sebanyak 131, dengan demikian response
rate dalam penelitian ini sebesar 91,61%. Sedangkan untuk pengujian hipotesis dan instrumen
penelitian menggunakan pendekatan component based SEM (Structural Equation Modeling) dengan
menggunakan software SmartPLS 3.0. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa: keadilan distributif
maupun keadilan prosedural tidak berpengaruh langsung terhadap kecenderungan kecurangan,
melainkan berpengaruh tidak langsung setelah dimediasi oleh ketaatan aturan akuntansi.
Kata Kunci: Remunerasi; Ketaatan; dan Kecurangan.
42 | Didi Pengaruh Keadilan Distributif dan …

PENDAHULUAN Kesbangpol) berupa penyalahgunaan peri-


Fraud merupakan konsep kejahatan yang jinan (Antara Bogor, 2014).
memiliki cakupan luas. Fraud dalam literatur Motivasi seseorang dalam melakukan
akuntansi dan fraud auditing diartikan fraud relatif bermacam-macam. Salah satu
sebagai penipuan atau kecurangan di bidang teori yang menjelaskan tentang motivasi
keuangan. IAI (2001) menjelaskan kecu- pegawai untuk melakukan fraud adalah fraud
rangan sebagai salah saji yang timbul dari triangle theory yang dikemukakan oleh
kecurangan dalam pelaporan keuangan dan Donald Cressey (1953). Menurutnya faktor
salah saji yang timbul dari perlakuan tidak pemicu pertama seorang pegawai melakukan
semestinya terhadap aktiva. Standar the fraud disebabkan oleh adanya tekanan
Institute of Internal Auditors mendefenisikan keuangan (financial pressure). Jansen dan
fraud sebagai segala perbuatan yang dicirikan Meckling (1976) menjelaskan bahwa peluang
dengan pengelabuan atau pelanggaran pegawai untuk melakukan fraud dimulai
kepercayaan untuk mendapatkan uang, aset, ketika seorang pegawai mulai bersikap
jasa atau mencegah pembayaran atas oportunistik. Sikap oportunistik pegawai
kerugian atau untuk menjamin keuntung- dimungkinkan ketika adanya agency problem.
an/manfaat pribadi dan bisnis (Priantara, D. Agency problems merupakan konflik antara
2013). Sebagai konsep kejahatan yang pegawai sebagai agen dengan prinsipal atau
bersifat askriptis, fraud dapat terjadi di pemilik. Menurut Moe, T.M. (1984) imple-
berbagai sektor baik sektor publik, sosial, mentasi teori keagenan pada sektor publik
maupun korporasi. terlihat pada pimpinan dan pengguna
Berdasarkan indeks yang dipublikasikan anggaran. Dimana pimpinan bertindak
oleh TI (Tranparency International) sebagai prinsipal dan pengguna anggaran
menunjukan bahwa Indonesia masih digo- sebagai agen. Untuk mengurangi dampak
longkan sebagai negara dengan tingkat buruk tersebut, menurut agency theory,
korupsi yang cukup tinggi di dunia. CPI pimpinan instansi pemerintahan harus
(Corruption Perseption Index) Indonesia dari memberikan kebijakan kompensasi (compen-
2010-2014 berkisar 2,8 sampai 3,4 (0 diper- sation polices) yang sesuai untuk mencegah
sepsikan sangat korup dan 10 dipersepsikan agar pegawai maupun pengguna anggaran
sangat bersih). bersikap oportunistik (Fahmi, I., 2013).
Sejak diberlakukannya UU No.32 tahun Sebenarnya, solusi yang ditawarkan oleh
2004 jo UU No.23 tahun 2014 tentang agency theory telah diimplementasikan peme-
Otonomi Daerah, 291 dari 524 kepala daerah rintah melalui kebijakan remunerasi gaji PNS.
terlibat masalah korupsi (Indo Pos, 2014). Hal Dalam kurun waktu sembilan tahun (2006-
ini menunjukan bahwa korupsi tersebar 2014) pemerintah telah menaikan gaji PNS
secara vertikal dari pusat ke daerah. Menurut setiap tahunnya melalui kebijakan remu-
data KPK yang mengelompokan korupsi nerasi, seperti telihat pada Tabel 1.
menurut demografi wilayah, selama sepuluh Tabel 1
Daftar Remunerasi Tahun 2005-2014
tahun terakhir (2004-2010), terdapat tiga Tahun Nomor Kena-
daerah yang dikategorikan sering terjadi Anggaran Peraturan Pemerintah ikan
kasus korupsi, yaitu: Jawa Barat 44 kasus, DKI 2006 PP No.66 tahun 2005 15%
2007 PP No.07 tahun 2007 15%
Jakarta 28 kasus, dan Riau dan Kepri 26 kasus 2008 PP No.14 tahun 2008 20%
(ACCH KPK, 2015). Provinsi Jawa Barat yang 2009 PP No.08 tahun 2009 15%
2010 PP No.25 tahun 2010 5%
terdiri 18 kabupaten dan 9 kota berpotensi 2011 PP No.11 tahun 2011 10%
besar terjadinya korupsi. Diantaranya kasus- 2012 PP No.15 tahun 2012 10%
kasus korupsi yang terjadi pada Pemkab dan 2013 PP No.23 tahun 2013 7%
2014 PP No.34 tahun 2014 6%
Pemkot Bogor, seperti kasus mark up dana
Sumber: Kementerian Hukum & HAM RI (2014)
seragam Linmas di Kantor Kesbang Kota Pegawai negeri sebagai aparatur
Bogor (Info Korupsi, 2004), korupsi dana pemerintan, pengangkatan, penilaian, dan
penunjang kegiatan anggota DPRD Kota Bogor pemberhentiannya diatur oleh undang-
(Info Korupsi, 2010), kasus gratifikasi yang undang serta memiliki prosedur baku dalam
melibatkan Bupati Bogor periode 2013-2018 menetapkan besaran kompensasi yang
(Kompas.Com, 2014) dan kasus korupsi yang diberikan. Berkaitan dengan hal itu, menurut
melibatkan tiga SKPD (Bapeda, BPLH, dan
JURANAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 2 Nomor 2, Desember 2016 | 43

Moorhead, G. & Griffin, R.W. (2013) bungkan ketaatan terhadap kecenderungan


berkenaan dengan kompensasi, organisasi berbuat curang, peneliti menggunakan
harus memperhatikan dua aspek yaitu: pendapat Wolk, H.I., & Tearney, M.G. (1997)
keadilan distributif dan keadilan prosedural. yang berpendapat kegagalan dalam penyu-
Keadilan distributif merujuk pada kesesuaian sunan laporan keuangan banyak disebabkan
kompensasi yang akan didistribusikan kepada karena ketidaktaatan akuntan pada aturan
pegawai. Sedangkan keadilan prosedural akuntansi, yang pada akhirnya akan
merujuk pada cara-cara yang dilakukan oleh menimbulkan kecurangan yang tidak dapat
organisasi untuk menentukan besaran terdeteksi oleh auditor.
kompensasi yang akan didistribusikan.
Walaupun demikian, efektivitas keadilan TELAAH LITERATUR DAN
distributif maupun keadilan prosedural dalam PENGEMBANGAN HIIPOTESIS
menekan kecenderungan untuk berbuat Fraud Triangle Theory
curang yang dilakukan pegawai masih diper- Fraud triangle theory (teori setiga kecu-
debatkan hingga saat ini. rangan) pertama kali dikemukakan oleh
Penelitian yang dilakukan Pramudita, A. Donald Cressey (1953). Dalam hasil riset para
(2013), Najahningrum, A.F. (2013), dan narapidana di AS, Cressey menyimpulkan
Zulkarnain, R.M. (2013) menemukan bahwa terdapat tiga faktor generik yang
keadilan distributif terbukti efektif menurun- menyebabkan seseorang melakukan fraud,
kan kencenderungan pegawai untuk berbuat yaitu: faktor tekanan (pressure) yang merupa-
curang. Sementara itu, penelitian yang dilaku- kan perceived non shareable financial need,
kan oleh Wilopo (2006), Pristiyanti, I.R. faktor peluang (opportunity), dan faktor
(2012), dan Faisal, M. (2012) menemukan hal rasionalisasi (rationalization). Pressure atau
yang sebaliknya. tekanan keuangan merupakan faktor pertama
Sama halnya dengan keadilan distributif, pemicu terjadinya fraud (Tuanakotta, T.,
efektivitas kedilan prosedural dalam rangka 2007)
menurunkan kecenderungan untuk berbuat
curang oleh pegawai masih diperdebatkan. Agency Theory
Penelitian Najahningrum, A.F. (2013) mene- Agency theory (teori keagenan) pertama
mukan bahwa implementasi keadilan kali dikemukakan oleh Jansen & Meckling
prosedural pada pegawai Dinas Provinsi D.I. (1976). Agency theory merupakan suatu teori
Yogyakarta dapat menurunkan kecen- yang menggambarkan hubungan antara
derungan kecurangan yang dilakukan oleh agen/manajemen dan owner/prinsipal. Teori
pegawai negeri. Hasil sebaliknya ditemukan keagenan lebih banyak menyoroti kemung-
oleh penelitian yang dilakukan oleh kinan terjadinya konflik antara agen dengan
Pristiyanti, I.R. (2012). prinsipal yang sering disebut masalah
Berdasarkan research gap dari penelitian- keagenan (agency problems), beserta solusi
penelitian sebelumnya itu, maka pada peneli- yang ditawarkannya. Konflik dimulai ketika
tian ini peneliti mencoba memediasi dua pihak memiliki kepentingan yang
efektivitas implementasi keadialan distributif berbeda, dimana agen meginginkan kompen-
dan keadilan procedural untuk menurunkan sasi yang maksimal dengan kerja yang
kecenderungan berbuat curang dengan minimal, sebaliknya prinsipal menginginkan
ketaatan terhadap aturan akuntansi. Diguna- profit yang maksimal dengan kompensasi
kannya ketaatan aturan akuntansi yang pada yang minimal.
dasarnya merupakan ketaatan pegawai di Ketika konflik terjadi, hal ini memicu
bagian keuangan didasarkan atas teori social masing-masing pihak menggunakan keung-
psychology Taylor, S.E. (2006). Menurutnya, gulan yang dimilikinya. Prinsipal yang
terdapat enam faktor yang mempengaruhi memiliki kekuasan mengintervensi agen,
ketaatan pegawai terhadap otoritas, sedangkan sebaliknya agen menggunakan
diantranya diantaranya imbalan dan paksaan. keunggulan informasi yang dimilikinya untuk
Pegawai yang mempersepsikan keadilan mengelabui principal. Jika konflik ini terjadi,
distributif/prosedural telah sesuai akan agen akan bersikap oportunistik yang pada
secara sukarela menaati peraturan yang akhirnya akan merugikan prinsipal. Untuk
ditetapkan oleh ototarian. Untuk menghu- mengatasi solusi ini, teori keagenan
44 | Didi Pengaruh Keadilan Distributif dan …

menawarkan agar prinsipal memberikan maka perlu dikaji faktor-faktor apa saja yang
kompensasi yang sesuai untuk mencegah menyebabkan seorang pegawai menjadi tidak
agen bertindak oportunis. Biaya yang dikel- taat. Taylor, S.E. (2006) berpendapat terdapat
uarkan mengakibatkan menurunkan profit enam faktor yang menyebabkan seseorang
yang seharusnya diterima prinsipal dan biaya tidak taat, yaitu: distribusi informasi, imbalan
tersebut sering disebut biaya keagenan atau kompensasi, keahlian atau pengetahuan,
(agency cost). kekuasaan, otoritas, dan paksaan.
Sebagai konsep yang bersifat universal, Berdasarkan pendapat tersebut jelaslah,
agency theory dapat diaplikasikan pada jika dikaitan dengan kesuaian kompensasi
berbagai sektor tidak terbatas pada sektor yang dapat dispesifikasi kembali atas:
korporasi yang berorientasi profit. Menurut keadilan distributif dan keadilan prosedural
Moe T.M. (1984) pada sistem negara maka, imbalan merupakan faktor penyebab
demokrasi modern implementasi teori berkurangnya ketaatan seorang pegawai.
keagenan sering dijumpai pada hubungan Pegawai yang merasa diperlakukan tidak adil,
antara pemilih dengan legsltatif, legislatif baik dari segi distribusi maupun prosedural,
dengan eksekutif, pimpnan dengan pengguna akan cenderung berperilaku yang dapat
anggaran, perdana menteri dengan birokrat, merugikan instansi dalam bentuk kecu-
dan pejabat dengan pemberi layanan. Pada rangan.
pemerintahan daerah hubungan keagenan
terlihat pada aparatur pemerintah daerah Pengembangan Hipotesis
sebagai pengguna APBD dengan gubernur, Pengaruh Langsung Keadilan Prosedural
bupati/walikota sebagai pihak yang dipilih terhadap Kecenderungan untuk Berbuat
secara langsung untuk mewakili kepentingan Curang (Fraud)
publik. Jansen dan Meckling (1976) menawarkan
solusi untuk menyelesaikan agency problems
Social Psychology Theory dimana kemungkinan agen (SKPD) menggu-
Psikologi sosial merupakan cabang ilmu nakan keunggulan informasi yang dimilikinya
psikologi yang meneliti dampak atau dengan tidak memberikan informasi yang
pengaruh sosial terhadap perilaku individu tidak sebenarnya berkaitan penggunaan
(Kulsum, U., & Jauhar, M., 2014). Pada riset anggaran kepada pimpinannya. Untuk menga-
akuntansi keperilakuan yang melibatkan para tasi hal itu kepala daerah melalui Badan
akuntan/auditor, teori-teori ini banyak Kepegawaian Daerah harus menjamin
digunakan karena yang menjadi obyek adalah prosedur untuk membuat keputusan yang
akuntan/auditor sebagai individu maupun berkaitan dengan penentuan distribusi
kumpulan individu (organisasi). Hal itu juga berbagai hasil (gaji, tunjangan dsb.) telah
yang digunakan pada penelitian ini, yang dilakukan sesuai dengan peraturan perun-
menggunakan sampel bagian keuangan SKPD dang-undangan yang berlaku, seperti UU
yang notabene bertanggung jawab terhadap No.46 tahun 2011 tentang Penilaian Kinerja
laporan keuangan instansinya masing- Pegawai Negeri Sipil. Karena hal itu
masing. merupakan undang-undang, maka pelaksa-
Menurut teori psikologi sosial apa yang naannya bersifat memaksa.
diterima oleh individu turut mempengaruhi Solusi yang ditawarkan oleh Jansen dan
perilaku individu yang bersangkutan. Meckling (1976) didukung dengan hasil
Pentingnya “keadilan” sebagai sebuah penelitian yang dilakukan oleh Najahnin-
penghargaan akan turut mempengaruhi grum, A.F. (2013) yang menemukan jika
perilaku individu tersebut dalam organisasi, instansi telah mengimplementasikan keadilan
baik pada hal-hal yang menguntungkan prosedural dengan baik, maka peluang pega-
maupun merugikan. Wolk, H.I. & Tearney, wai untuk melakukan kecurangan akan
M.G. (1997) berpendapat kegagalan penyu- semakin rendah.
sunan laporan keuangan yang disebabkan Berdasarkan uraian di atas dapat disim-
oleh ketidaktaatan pada aturan-aturan pulkan semakin tinggi pegawai mempersep-
akuntansi, akan menimbulkan kecurangan sikan keadilan prosedural, maka semakin
perusahaan yang tidak terdeteksi oleh para rendah kecenderungan pegawai untuk
auditor. Untuk menyelesaikan masalah ini,
JURANAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 2 Nomor 2, Desember 2016 | 45

berbuat curang, sehingga dapat diajukan persepsi seseorang atau pegawai mengenai
hipotesis sebagai berikut: bagaimana penghargaan dan hasil-hasilnya
H1: Diduga keadilan prosedural berpengaruh (imbalan) didistribusikan dalam organisasi.
negatif terhadap kecenderungan untuk Penelitian yang dilakukan oleh Pramudita,
berbuat curang A. (2013), Najahningrum, A.F. (2013), dan
Zulkarnain, R.M. (2013) menemukan bahwa
Pengaruh Tidak Langsung Keadilan Prosedural keadilan distributif yang diimplementasikan
terhadap Kecenderungan untuk Berbuat instansi dapat menurunkan perilaku pegawai
Curang (Fraud) melalui Ketaatan Aturan untuk berbuat curang. Walaupun demikian,
Akuntansi hasil penelitian itu juga bertolak belakang dari
Keadilan prosedural merupakan persepsi hasil penelitian yang dilakukan Dallas, L.L
individu pegawai mengenai keadilan untuk (2002), Pritchard, A.C. (1999), Ribstein, L.E.
menentukan berbagai hasil (Moorhead, G. & (2002), Chtourou et al., (2001), Apostolou et
Grifin, R.W. 2013). Dalam perspektif sektor al., (2001), Chruch et al., (2001), Wilopo
publik, keadilan prosedural telah diatur (2006), Pristiyanti, I.R. (2012), dan Faisal, M.
dengan UU No.46 tahun 2011 tentang (2012).
Penilaian Prestasi Kinerja PNS, sehingga Berdasarkan uraian di atas dapat
pengim-plementasian undang-undang disimpulkan, semakin tinggi pegawai
tersebut bersifat “memaksa” yang merupakan mempersepsikan keadilan distributif, maka
suatu sifat dari hukum itu sendiri. Berkaitan semakin rendah kecenderungan pegawai
dengan itu, Taylor, S.E. (2006), berpendapat untuk berbuat curang, sehingga dapat
bahwa faktor paksaan merupakan salah satu diajukan hipotesis sebagai berikut:
faktor yang dapat mempengaruhi ketaatan H3: Diduga keadilan distributif berpengaruh
seorang pegawai. Dalam hal ini keadilan negatif terhadap kecenderungan pegawai
prosedural merupakan salah faktor yang untuk berbuat curang.
mendorong seorang pegawai untuk bersikap
taat. Selanjutnya, Wolk, H.I. & Tearney,M.G. Pengaruh Tidak Langsung Keadilan Distributif
(1997) menjelaskan sebagian besar terhadap Kecenderungan untuk Berbuat
kecurangan muncul karena adanya Curang (Fraud) melalui Ketaatan Aturan
ketidaktaatan terha-dap standar akuntansi Akuntansi
yang dilakukan oleh para akuntan. Keadilan distributif merupakan gambaran
Berdasarkan uraian di atas dapat persepsi pegawai terhadap keadilan
disimpulkan, implementasi keadilan prose- mengenai bagaimana penghargaan dan hasil
dural yang didukung dengan ketaatan yang bernilai didistribusikan dalam
terhadap aturan akuntansi, maka dapat organisasi (Moorhead, G. & Grifin, R.W., 2013).
mempengaruhi kecenderungan untuk Berkaitan dengan hal itu, Taylor, S.E. (2006)
berbuat curang, sehingga dapat dirumuskan menjelaskan bahwa imbalan merupakan
hipotesis sebagai berikut: salah satu unsur terpenting yang mem-
H2: Diduga keadilan prosedural berpengaruh pengaruhi ketaatan, atau imbalan akan
tidak langsung terhadap kecenderungan membentuk sikap pegawai untuk berbuat
untuk berbuat curang melalui ketaatan taat. Dalam hal ini keadilan distributif
aturan akuntansi. merupakan salah satu faktor yang dapat
mendorong seorang pegawai untuk bersikap
Pengaruh Langsung Keadilan Distributif taat. Selanjutnya, Wolk, H.I., & Tearney, M.G.,
terhadap Kecenderungan untuk Berbuat (1997) menjelaskan bahwa timbulnya
Curang (Fraud) kecurangan lebih disebabkan dari ketidak-
Timbulnya kecenderungan untuk berbuat taatan para akuntan terhadap standar
curang yang dilakukan oleh pegawai, akuntansi pada saat membuat laporan
disebabkan dari adanya ketidakseimbangan keuangan.
informasi (asimetric information) antara agen Berdasarkan uraian di atas dapat
dengan prinsipal. Jansen dan Meckling (1976) disimpulkan, implementasi keadilan distri-
menawarkan solusi untuk mengatasinya butif yang didukung dengan ketaatan
dengan memberikan imbalan yang sesuai terhadap aturan akuntansi, maka dapat
untuk agen. Keadilan distributif merupakan mempengaruhi kecenderungan untuk
46 | Didi Pengaruh Keadilan Distributif dan …

berbuat curang, sehingga dapat dirumuskan “sangat tidak setuju”, “2” untuk “tidak setuju”,
hipotesis sebagai berikut: “3” untuk “netral”, “4” untuk “setuju”, dan “5”
H4: Diduga keadilan distributif berpengaruh untuk “sangat setuju”.
terhadap kecenderungan untuk berbuat
curang melalui ketaatan aturan Populasi dan Sampel Penelitian
akuntansi. Populasi penelitian ini adalah Pegawai
Negeri Sipil yang ada di 34 SKPD
METODE PENELITIAN Pemerintahan Daerah Kota Bogor. Teknik
Defenisi Operasional Variabel dan pengambilan sampel menggunakan purposive
Pengukuran Variabel sampling yang merupakan metode sampel
Berdasarkan tinjauan pustaka seperti yang yang didasarkan atas kriteria tertentu
telah diuraikan pada bagian terdahulu, (Sugiyono, 2011), yaitu: Pegawai Neger Sipil
defenisi operasional variabel yang digunakan yang bertanggung jawab pada bagian
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel keuangan SKPD.
2. Defenisi opersional variabel ini mengacu
pada beberapa referensi asing (keadilan Prosedur Pengumpulan Data
distributif, dan kecenderungan untuk berbuat Penelitian ini menggunakan data primer.
curang), referensi IAI (ketaatan aturan Unit analisis dari penelitian ini adalah
akuntansi), dan UU No.46 tahun 2011 tentang Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di
Penilaian Prestasi Pegawai Negeri Sipil lingkungan Pemerintahan Daerah Kota Bogor.
(keadilan prosedural).
Tabel 2
Defenisi Operasional Variabel
No. Variabel Uraian
1. Kecenderungan Didefeniskan sebagai segala tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri sipil, serta pihak
berbuat curang lain yang terlibat masalah itu dan secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik
(KBC) yang dikuasi mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak (ACFE, dalam Priantara, D. 2013 &
Fitrawansyah, 2014).
Kecenderungan untuk berbuat curang diukur dengan tiga indikator yang dikembangkan dari tiga tipe
kecurangan menurut ACFE, yaitu: asset misappropriation, fraudulent statement dan corruption. Masing-
masing indikator diukur dengan tiga item pernyataan sehingga item pernyataan yang digunakan mengukur
variabel kecenderungan kecurangan berjumlah sembilan item pernyataan.
2. Ketaatan Didefensikan sebagai tindakan atau perbuatan yang dilakukan berdasarkan keinginan orang lain atau
Aturan melakukan apa-apa yang diminta orang lain, kepatuhan mengacu pada perilaku yang terjadi sebagai respon
Akuntan (KAA) terhadap permintaan langsung dan berasal dari orang lain (Taylor.S.E, 2006).
Ketaatan aturan akuntansi diukur dengan tujuh indikator yang dikembangkan dari Kode Etik Akuntan IAI
(1998), yaitu: kepentingan publik, integritas, obyektivitas, kehati-hatian, kerahasiaan, konsistensi, dan
standar teknis. Masing-masing indikator diukur dengan satu item pernyataan, sehingga jumlah item
pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel ketaatan aturan akuntansi berjumlah tujuh iitem
pernyataan.
3. Keadilan Didefensikan sebagai cara-cara yang ditempuh atau diambil pejabat penilai prestasi pegawai sebagai dasar
Prosedural penentuan besaran kompensasi seperti: gaji, tunjangan dsb.(UU No.46 tahun 2011 tentang Penilaian
(KP) Prestasi Pegawai Negeri Sipil).
Keadilan prosedural diukur dengan lima indikator penilain PNS menurut UU No.46 tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kinerja Pegawai Negeri Sipil, yang terdiri atas: objektif, terukur, akuntabel, partisipatif,
dan transparan. Masing-masing indikator diukur dengan satu item pernyataan, kecuali untuk indikator
pertama diukur dengan dua item pernyataan, sehingga item pernyataan yang digunakan untuk mengukur
varibel keadilan prosedural berjumlah tujuh item pernyataan.
4. Keadilan Didefensikan sebagai bagaimana penghargaan dan sesuatu yang berharga itu didistribusikan kepada
Distributif (KD) masing-masing anggota/pegawai (Colquitt, J. et al. 2001).
Keadilan distributif diukur dengan empat indikator yang dikembangkan menurut Colquitt (2001), yaitu:
outcome harus sesuai dengan effort, outcome harus sesuai dengan jenis pekerjaan, outcome harus sesuai
dengan kontribusi pegawai, dan outcome harus mencerminkan kinerja. Masing-masing indikator diukur
dengan satu item pernyataan, sehingga jumlah item pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel
keadilan distributif berjumlah empat.

Masing-masing pertanyaan dalam Sumber data dalam penelitian adalah skor


kuesioner dalam penelitian ini diukur dengan masing-masing indikator yang diperoleh dari
menggunakan skala Likert berdimensi lima. hasil pendistribusian kuesioner yang telah
Jawaban dari responden yang pada dasar- dibagikan kepada responden yang dijadikan
nya jawaban yang kualitatif tersebut sampel. Data jumlah sampel diperoleh dari
kemudian dikuantitatifkan (di-
skoring)dengan memberikan skor “1” untuk
JURANAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 2 Nomor 2, Desember 2016 | 47

Tabel 3
Hasil Pengumpulan Data
Keterangan Jumlah Prosentase
Kuesioner yang disebarkan 143 100
Kuesioner yang tidak kembali 12 8,39
Kuesioner yang kembali 131 91,61
Kuesioner tidak memenuhi syarat 0 0
Kuesioner yang memenuhi syarat 131 91,61
Sumber: Data Primer Diolah (2015)
Badan Kepegawaian Daerah Kota Bogor. latennya (konstruk). Pengukuran outer model
Pengumpulan data dilakukan dengan metode terdiri atas: convergent validity dan composite
survei melalui kuesioner yang sampaikan reliability. Sedangkan, pengukuran inner
langsung oleh peneliti maupun tidak langsung model bertujuan untuk menggambarkan
melalui koordinator SKPD pada instansi hubungan antara variabel laten (konstruk)
masing-masing. berdasarkan pada tingkat substantif teori
yang dikaji. Pengukuran inner model teridiri
Teknis Analisis Data atas: koefisien jalur, R2, f2, Q2, dan GoF.
Teknik analisis data dengan menggunakan
pendekatan Structural Equation Modeling HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Based Component (CBSEM) dengan SmartPLS Statistik Deskriptif Sampel
3.0 terdiri atas dua, yaitu: pengujian outer Penelitian ini menggunakan data primer
model dan inner model (Ghojali, I., 2006). yang diperoleh melalui kuesioner. Dari 143
Analisis outer model bertujuan untuk kuesioner yang disampaikan baik secara
menggambarkan hubungan setiap blok langsung maupun tidak lansung kepada
indikator berhubungan dengan variabel responden, jumlah kuesioner yang kembali

Tabel 4
Data Demografi Responden
Responden
Keterangan
Jumlah Prosen
SKPD Badan 22 16.8
Dinas 59 45.0
Kantor 17 13.0
Kecamatan 23 17.6
Lembaga Lain 10 7.6
Total : 131 100%
Masa Kerja 21 s/d 30 tahun 13 9.9
31 s/d 40 tahun 53 40.5
41 s/d 50 tahun 38 29.0
Lebih 50 tahun 27 20.6
Total : 131 100%
Jenis Kelamin Laki-Laki 55 52
Perempuan 76 58
Total : 131 100%
Jabatan Kepala 8 6.1
Sekretaris 5 3.8
Kabag/Kasubag 30 22.9
Staff Keuangan 88 62.7
Total : 131 100%
Pangkat/Golongan IA - ID 0 0
IIA - IID 40 30.5
IIIA - IIID 70 53.4
IVA - IVD 21 16.1
Total : 131 100%
Masa Kerja 01 s/d 10 tahun 42 31.1
11 s/d 20 tahun 44 33.6
21 s/d 30 tahun 31 23.7
Lebih 30 tahun 14 10.7
Total : 131 100
Pendidikan SMU/Sederajat 30 22.9
Terakhir D3 19 14.5
S1 55 42.0
S2 27 20.6
Total : 131 100%
Sumber: Data Primer Diolah (2015)
48 | Didi Pengaruh Keadilan Distributif dan …

Tabel 5
Statistik Jawaban Responden Per Variabel
Std.
Variabel Laten Min Max Mean
Deviation
Keadilan Distributif 1.50 5.00 3.69 0.57
Keadilan Prosedural 1.67 5.00 3.45 0.83
Ketaatan Aturan Akuntan 3.00 5.00 3.92 0.45
Kecenderungan Berbuat Curang 1.00 3.00 2.11 0.52
Sumber: Data Primer Diolah (2015)

dan memenuhi syarat untuk digunakan akuntan memiliki mean berkisar antara 3.45
adalah sebanyak 131 kuesioner seperti yang sampai 3.69 berada di atas nilai rata-rata 3
dapat dilihat pada Tabel 3, sehingga dapat yang berada jawaban responden cenderung
disimpulkan response rate dalam penelitian setuju. Dan untuk variabel kecenderungan
ini 91.61%. untuk berbuat curang memiliki nilai mean
Tabel 4 menunjukan sebagian besar 2.11 di bawah 3 yang berada jawaban
responden berasal dari SKPD atau unit responden cenderung tidak setuju.
organisasi dinas sebanyak 59 (45%), sebagian
besar responden berumur antara 31-40 tahun Model Pengukuran
sebanyak 53 (40.5%), sebagian besar Outer Model
responden berjenis kelamin perempuan Sebelum dilakukan pengujian hipotesis
sebanyak 76 (58%) sedangkan berjenis untuk memprediksi hubungan antara variabel
kelamin laki-laki sebanyak 55 (52%), laten dalam model struktural, terlebih dahulu
sebagian besar responden menduduki jabatan dilakukan evaluasi model pengukuran untuk
sebagi staf keuangan sebanyak 88 (62.7%), memverifikasi indikator sehingga variabel
sebagian besar responden berasal dari laten dapat diuji ke berikutnya.
golongan IIIA-IIID sebanyak 70 (53.4%), Convergent validity menjelaskan sejauh
sebagian besar responden memiliki masa mana hubungan antara variabel laten
kerja 11-20 tahun sebanyak 44 (33.6%), dan (konstruk) dengan indikator yang berusaha
pendidikan terakhir responden sebagian untuk dijelaskannya (Ghojali, I., 2006). Suatu
besar Sarjana (S-1) sebanyak 55 (42.0%). indikator dikatakan memenuhi convergent
Sedangkan, berdasarkan data statistik per validity jika antara variabel laten dengan
variabel laten seperti dapat dilihat pada Tabel indikatornya memiliki nilai kolerasi (loading
5 tersebut yang menunjukan standar deviasi factor yang sering dinotasikan λ) di atas 0.70.
dan nilai rata-rata jawaban responden per Walaupun demikian dalam riset-riset pada
variabel laten. Pada tabel tersebut terlihat tahap pengembangan nilai kolerasi antara
bahwa untuk variabel keadilan distributif, 0.50 sampai 0.60 masih dapat diterima (Chin,
keadilan prosedural, dan ketaatan aturan 1998 dalam Ghojali, I. 2006).

Gambar 1
Diagram Jalur Sebelum Dua Indikator Dieliminasi Disertai dengan Nilai Loading Factor
JURANAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 2 Nomor 2, Desember 2016 | 49

Gambar 2
Diagram Jalur Setelah Dua Indikator Dieliminasi Disertai dengan Nilai Loading Factor

Berdasarkan Gambar 1, maka indikator dan convergent validity (AVE) yang disajikan
IKAA1 dan IKP6 harus dielimasi karena pada Tabel 6. Berdasarkan nilai composite
memiliki nilai loading factor di bawah 0.5. realibility pada Tabel 6, menunjukan bahwa
Dari hasil eliminasi (drop) kedua indikator keempat variabel laten memiliki nilai
tersebut dihasilkan diagram yang baru seperti composite realibility di atas 0.7, artinya
terlihat pada Gambar 2. indikator yang telah ditetapkan telah mampu
Gambar 2 menjelaskan juga lebih dari 86% mengukur setiap variabel laten (konstruk)
dari varian masing-masing pada keempat dengan baik atau dapat dikatakan keempat
indikator, yaitu: IKD1, IKD2, IKD3, dan IKD4 variabel model pengukuran telah relibel.
dapat dijelaskan oleh variabel laten keadilan Di samping pengujian dengan composite
distributif. Variabel laten keadilan prosedural realibility, uji reliabilitas konstruk juga
dapat menjelaskan varian dari indikator IKP1, dilakukan dengan melihat nilai cronbach’s
IKP2, IKP3, IKP4, dan IKP5 masing-masing di alpha. Konstruk dikatanan relibel jika
atas dari 65%. Varian dari IKAA2, IKAA3, memiliki nilai cronbach’s alpha di atas 0.7.
IKAA4, IKAA5, IKAA6, dan IKAA7 dapat Dari Tabel 6, diketahui nilai cronbach’s alpha
dijelaskan oleh variabel laten ketaatan aturan untuk keempat variabel laten berkisar antara
akuntan di atas 70%. Sedangkan variabel 0.8 sampai 0.9 sehingga dapat disimpulkan
laten kencenderungan untuk berbuat curang keempat model pengukuran telah relibel.
mampu menjelaskan indikator IKB1, IKB2, Kriteria berikutnya adalah discriminat
dan IKB3 masing-masing di atas 84%. validity yang diperoleh dengan memban-
Sehingga secara keseluruhan masing-masing dingkan korelasi antar konstruk dengan akar
variabel laten telah mampu menjelaskan AVE (Average Variance Exstract) yang
varian dari setiap indikator-indikator yang disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8.
mengukurnya di atas dari 65%. Selanjutnya nilai kolerasi pada Tabel 7
Pengukuran outer model selanjutnya dibandingkan dengan nilai akar AVE pada
adalah composite realibility, cronbach’s alpha Tabel 8 untuk pengambilan keputusan apakah
Tabel 6
Nilai Composite Realibility dan AVE Model Pengukuran
Composite Cronbach’s
Variabel Laten
Realibility Alpha
Keadilan Distributif 0.940 0.916
Keadilan Prosedural 0.902 0.877
Keataatan Aturan Akuntan 0.894 0.859
Kecenderungan Berbuat Curang 0.923 0.906
Sumber: Data Primer Diolah (2015)
50 | Didi Pengaruh Keadilan Distributif dan …

Tabel 7
Kolerasi antar Variabel Laten
Kecenderungan Ketaatan
Keadilan Keadilan
Variabel Laten Berbuat Aturan
Distributif Prosedural
Curang Akuntansi
Keadilan Disributif 1.000 0.383 -0.282 0.307
Keadilan Prosedural 0.383 1.000 -0.352 0.329
Kencendurangan Berbuat Curang -0.282 -0.352 1.000 -0.682
Ketaatan Aturan Akuntansi 0.307 0.329 -0.682 1.000
Sumber: Data Primer Diolah (2015)

variabel memenuhi discriminant validity atau Setelah dilakukan evaluasi pengukuran


tidak. Berdasarkan perbandingkan nilai model, maka akan dihasilkan beberapa
kolerasi dan akar AVE diketahui, keempat persamaan sebagai berikut:
variabel laten memiliki akar AVE yang lebih IKAA2=0.740 KAA + δ2; IKAA3=0.754 KAA +
besar dari kolerasinya, dengan demikian δ3; IKAA4=0.812 KAA + δ4; IKAA5=0.707 KAA
Tabel 8
Nilai Akar AVE dan NIlai Discriminant Validity Setiap Variabel Laten
Discriminant
Variabel Laten AVE Akar AVE
Validity
Kedilan Distibutif 0.796 0.892 Memenuhi
Keadilan Prosedural 0.578 0.760 Memenuhi
Kecenderungan Berbuat Curang 0.574 0.758 Memenuhi
Ketaatan Aturan Akuntansi 0.555 0.745 Memenuhi
Sumber: Data Primer Diolah (2015)

disimpulkan semua variabel laten memiliki + δ5; IKAA6=0.870 KAA + δ6; IKAA7=0.849
discriminant validity yang baik. KAA + δ7; IKBC1=0.840 KBC + δ1;
Selain keempat kriteria seperti yang telah IKBC2=0.911 KBC + δ2; IKBC3=0.861 KBC + δ3;
diuraikan di atas, kelayakan suatu model juga IKD1=0.868 KD + δ1; IKD2=0.914 KD + δ2;
dapat dilihat dari nilai t statistik hasil loading, IKD3=0.902 KD + δ3; IKD4=0.884 KD + δ4;
dengan syarat t statistik harus lebih besar dari t IKP1=0.848 KP + δ1 ; IKP2=0.882 KP + δ2;
kritis 1,96 (2-tailed) pada taraf signifikansi 5%. IKP3=0.790 KP + δ3; IKP4=0.831 KP + δ4;
Hasil loading beserta nilai t statistik yang IKP5=0.651 KP + δ5;
didapatkan dari proses bootstrapping dengan persamaan-persamaan di atas, maka
menggunakan sampel sebesar 131 dan diketahui kontribusi terkecil yaitu:
pengulangan sebanyak 500 iterasi disajikan transparansi (IKP5) dan terbesar kesesuain
pada Tabel 9. outcome dengan jenis pekerjaan (IKD2).

Tabel 9
Nilai Akar AVE dan NIlai Discriminant Validity Setiap Variabel Laten
Original Standard
Keterangan t statistik P Value
Sample Error
Ketaatan Aturan Akuntan
IKAA2 0.740 0.043 17.318 0.000*
IKAA3 0.754 0.061 12.463 0.000*
IKAA4 0.812 0.038 21.643 0.000*
IKAA5 0.707 0.059 11.896 0.000*
IKAA6 0.870 0.027 32.009 0.000*
IKAA7 0.849 0.025 34.308 0.000*
Kecenderungan Berbuat Curang
IKBC1 0.840 0.040 20.815 0.000*
IKBC2 0.911 0.018 51.349 0.000*
IKBC3 0.861 0.043 20.135 0.000*
Keadilan Distributif
IKD1 0.868 0.040 21.654 0.000*
IKD2 0.914 0.020 45.920 0.000*
IKD3 0.902 0.021 42.091 0.000*
IKD4 0.884 0.032 27.544 0.000*
Keadilan Prosedural
IKP1 0.848 0.039 21.704 0.000*
IKP2 0.882 0.031 28.923 0.000*
IKP3 0.790 0.049 16.080 0.000*
IKP4 0.831 0.054 15.361 0.000*
IKP5 0.651 0.105 6.204 0.000*
Sumber: Data Primer Diolah (2015)
JURANAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 2 Nomor 2, Desember 2016 | 51

Inner Model dapat dikatakan model yang dibentuk adalah


Hasil koefisien jalur dan nilai t statistik yang valid. Nilai Q2 untuk model utama
didapatkan melalui proses bootsrapping kecenderungan untuk berbuat curang sebesar
dengan jumlah sampel 131 dan pengulangan 0.336 (di atas 0) dan sub model ketaatan
sebanyak 500 kali iterasi ditunjukan pada aturan akuntan sebesar 0.072 (di atas 0),
Tabel 10. sehingga model yang dibentuk mememiliki
Tabel 10
Nilai Koefisien Jalul Model Struktural
Original Standard
Keterangan t statistik P-Value
Sample Error
Langsung (Direct Effect):
Keadilan_Distributif_(KD) -> Kecenderungan_Berbuat_Curang_(KBC) -0.050 0.068 0.725 0.469
Keadilan_Distributif_(KD) -> Ketaatan_Aturan_Akuntan_(KAA) 0.204 0.085 2.391 0.017*
Keadilan_Prosedural_(KP) -> Kecenderungan_Berbuat_Curang_(KBC) -0.145 0.072 1.998 0.046*
Keadilan_Prosedural_(KP) -> Ketaatan_Aturan_Akuntan_(KAA) 0.240 0.095 2.539 0.011*
Ketaatan_Aturan_Akuntan_(KAA) ->
-0.615 0.067 9.181 0.000*
Kecenderungan_Berbuat_Curang_(KBC)
Tidak Langsung (Indirect Effect):
Keadilan_Distributif_(KD) -> Ketaatan_Aturan_Akuntan_(KAA) ->
-0.125 0.053 2.380 0.018*
Kecenderungan_Berbuat_Curang_(KBC)
Keadilan_Prosedural_(KP) -> Ketaatan_Aturan_Akuntan_(KAA) ->
-0.148 0.060 2.464 0.014*
Kecenderungan_Berbuat_Curang_(KBC)
Sumber: Data Primer Diolah (2015)
*) Signifikan pada taraf 5%

Selanjutnya adalah uji kelayakan model prediksi relevansi (predictive relevance) yang
menggunakan nilai R2. Nilai R2 untuk derajat tinggi. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut,
kecenderungan untuk berbuat curang sebesar maka barulah dapat disusun dua persamaan
0.482. Angka tersebut menjelaskan yaitu persamaan model utama dan sub model
variabilitas variabel endogen yang dapat mediasi yang masing-masing dapat
dijelaskan oleh variabilitas variabel eksogen dinotasikan sebagai berikut:
sebesar 48.2%, sisanya 51.8% dijelaskan oleh Model utama:
variabilitas variabel-variabel eksogen yang Kecenderungan untuk berbuat curang = –
tidak dimasukan dalam model penelitian. 0.050 Keadilan Distibutif – 0.145 Keadilan
Sedangkan nilai R2 untuk variabel endogen Prosedural – 0.615 Ketaatan Aturan Akuntan
tingkat ketaatan aturan akuntan yang dapat Sub model mediasi:
dijelaskan oleh variabilitas variabel eksogen Ketaatan Aturan Akuntan = 0.204 Keadilan
sebesar 0.136. Angka tersebut menjelaskan Distributif + 0.240 Keadilan Prosedural
variabilitas variabel endogen yang dapat
dijelaskan oleh variabilitas variabel eksogen Pengujian Hipotesis
sebesar 13.6%, sisanya 86.4% dijelaskan oleh Pengaruh Langsung Keadilan Prosedural
variabilitas variabel-variabel eksogen yang terhadap Kecenderungan untuk Berbuat
tidak dimasukan dalam model. Nilai Curang
variabilitas variabel endogen ketaatan aturan Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis
akuntansi yang rendah disebabkan karena yang menyatakan bahwa keadilan prosedural
pada penelitian ini, variabel endogen tersebut berpengaruh negatif terhadap kecenderungan
dijadikan mediasi antara variabel eksogen berbuat curang. Pegawai Negeri Sipil Pemda
keadilan distributif dan keadilan prosedural Kota Bogor sebagai aparatur pemerintahan
terhadap kecurangan. Selain memeriksa R2, keberadaannya tidak bisa dilepaskan dari
juga dilakukan pemeriksaan terkait pengaruh peraturan perundang-undangan. Begitu juga
variabel endogen terhadap variabel eksogen cara-cara penilaian kinerja pegawai yang
yang dapat diketahui berdasarkan nilai effect merupakan represent-tasi dari keadilan
size atau f2 yang dapat dilihat pada Tabel 11. prosedural telah diatur dengan UU No. 46
Nilai GoF yang didapatkan sebesar 0.881 tahuan 2011 tentang Penilaian Prestasi
(large) yang artinya model memiliki Kinerja PNS. Sebagai produk hukum yang
kemampuan yang tinggi dalam menjelaskan dapat berkonsekuensi hukum bagi yang tidak
data empiris, sehingga secara keseluruhan menjalankannya, tentunya tidak ada keraguan
52 | Didi Pengaruh Keadilan Distributif dan …

bagi PNS dalam proses kecenderungan berbuat curang menggunakan


pengimplementasiannya. ketaatan aturan akuntansi.
Temuan penelitian ini mendukung hasil .
penelitian yang dilakukan oleh Najahningrum, Pengaruh Langsung Keadilan Distributif
A.F. (2013) namun bertolak belakang dengan terhadap Kecenderungan untuk Berbuat
temuan hasil penelitian yang dilakukan oleh Curang
Pristiyanti, I.R. (2012). Namun demikian, Hasil penelitian ini tidak mendukung
peneliti menduga bahwa keadilan prosedural hipotesis yang menyatakan keadilan
bukan bagian dari the monitoring expenditures distributif berpengaruh negatif terhadap
by the principle yang dimaksud dalam agency kecenderungan untuk berbuat curang. Hasil
theory yang dikemukakan oleh Jansen dan penelitian ini tidak mendukung agency theory
Meckling (1976). Bagaimanapun keadilan dan bertolak belakang dengan hasil penelitian
prosedural bukan sesuatu yang dapat yang dilakukan oleh Dallas, L.L (2002),
digolongkan “imbalan finansial” seperti yang Pritchard, A.C. (1999), Ribstein, L.E. (2002),
dijelaskan dalam fraud triangle theory. Chtourou et al., (2001), Apostolou et al.,
(2001), Chruch et al., (2001), Wilopo (2006),
Pengaruh Tidak Langsung Keadilan Pristiyanti, I.R. (2012), Faisal, M. (2012),
Prosedural terhadap Kecenderungan untuk Pramudita, A. (2013), Najahningrum, A.F.
Berbuat Curang melalui Ketaatan Aturan (2013), dan Zulkarnain, R.M.
Akuntansi Pada pemerintahan daerah besaran
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis kompensasi pegawai telah diatur oleh
yang menyatakan bahwa keadilan prosedural undang-undang yang tentunya dalam
berpengaruh tidak langsung terhadap penentuan besaran kompensasi itu,
kecenderungan untuk berbuat curang melalui pemerintah telah memperhitungkan segala
ketaatan aturan akuntansi. Disamping itu, aspek sebagai parameter kebutuhan hidup
penelitian ini juga menemukan bahwa layak. Walaupun pegawai telah menerima
keadilan prosedural yang didukung dengan kompen-sasi yang sesuai tetapi pegawai akan
ketaatan aturan akuntansi berpengaruh merasa “kurang” sehingga memicu terjadinya
negatif terhadap kecenderungan untuk perbuatan curang. Dalam hal ini terjadi
berbuat curang. Sesuai dengan sampel yang pergeseran (shifting) dari need ke greed.
digunakan dalam penelitian ini, sebagian Temuan penelitian ini memperkuat pendapat
besar merupakan PNS yang berada di bagian Bologna (1993) seperti yang dikutip oleh
keuangan SKPD, tentunya ketaatan dan Pristiyanti, I.R. (2012) yang berpendapat
pengetahuannya tentang aturan akuntansi adanya faktor keserakahan atau greed
menjadi salah satu indikator teknis dalam menyebabkan seorang pegawai tetap
penilaiannya. Hasil penelitian ini mendukung melakukan kecurangan meskipun pegawai
pendapat Taylor, S.E. (2006) yang tersebut telah menerima kompensasi yang
berpendapat penegakan hukum merupakan besar.
salah satu faktor yang mendapat
menimbulkan ketaatan. Pengaruh Tidak Langsung Keadilan
Dalam pemerintahan daerah, keadilan Distributif terhadap Kecenderungan untuk
prosedural merupakan implementasi dari UU berbuat Curang melaui Ketaatan Aturan
No.46 tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Akuntansi
Kinerja PNS yang pada dasarnya merupakan Hasil penelitian ini sesuai dengan
penegakan hukum yang memerlukan hipotesis yang menyatakan bahwa keadilan
ketaatan. Hasil penelitian ini juga mendukung distributif berpengaruh tidak langsung
pendapat Wolk, H.I. & Tearney, M.G. (1997) terhadap kecenderungan untuk berbuat
yang menyatakan bahwa ketaatan merupakan curang melalui ketaatan akuntansi.
faktor kunci untuk menekan terjadinya fraud. Disamping itu, penelitian ini juga menemukan
Tidak ada penelitian yang mendukung bahwa keadilan distributif yang didukung
ataupun bertolak belakang dengan temuan dengan ketaatan aturan akuntansi dapat
ini, karena sepanjang pengetahuan peneliti menurunkan kecenderungan pegawai untuk
belum ada penelitian yang memediasi berbuat curang.
hubungan antara keadilan prosedural dengan
JURANAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 2 Nomor 2, Desember 2016 | 53

Hasil penelitian ini mendukung pendapat Implikasi Pemerintahan Daerah Kota


Taylor,S.E. (2006) yang menyatakan bahwa Bogor, hasil penelitian membuktikan bahwa
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi remunerasi ataupun kenaikan kompensasi
ketaatan adalah imbalan atau kompensasi tidak dapat menurunkan kecenderungan
yang diterima oleh pegawai. Sementara itu, pegawai untuk berbuat curang, karena adanya
dengan konsep yang dilanjutkan, Wolk, H.I. & “shifting from need to greed”. Untuk
Tearney, M.G. (1997) yang menyatakan meminimalisir dampak tersebut, Pemerintah
bahwa ketaatan merupakan faktor kunci Daerah Kota Bogor harus mendorong agar
untuk menekan terjadinya fraud. Keadilan pegawai memiliki kesadaran untuk menaati
distributif yang ditunjang dengan ketaatan aturan akuntansi khususnya bagi pegawai
dapat menurunkan kecenderungan pegawai yang berada pada bagian keuangan.
untuk melakukan kecurangan. Tidak ada
penelitian yang mendukung ataupun bertolak DAFTAR PUSTAKA
belakang dengan hasil penelitian ini, karena Antara Bogor.Com. 2014. Kejari Tahan Tiga
sepanjang pengetahuan peneliti belum ada Tersangka Korupsi Ijin Hotel. Diakses
penelitian yang memediasi hubungan antara tanggal 20 Nopember 2014, http://
keadilan distributif dengan kecenderungan bogor.antaranews.com/berita/10288/
berbuat curang menggunakan ketaatan kejari-tahan-tiga-tersangka-korupsi-
aturan akuntansi. berdasar kan-tahun.
Apostolou, B.A, et al. 2001. The Relative
SIMPULAN Importance of Management Fraud Risk
Hasil penelitian membuktikan bahwa Factors. Behavoiur Research in
ketaatan aturan akuntansi memediasi Accounting, Vol.3, 1-12.
sempurna (pure mediation) antara keadilan Anti Coruption Clearing House KPK. 2014.
distributif dengan kecenderungan untuk Rekapituasi Penindakan Pidana Korupsi.
berbuat curang, sementara itu yang menarik Diakses tanggal 4 September 2014,
dari hasil penelitian ini yaitu: ada atau http://acch.kpk.go.id/statistik-
tidaknya ketaatan terhadap aturan akuntansi, penangana nan-tindak-pidana-korupsi-
persepsi pegawai terhadap keadilan berdasarkan-tahun.
prosedural dapat menurunkan Colquitt,J., et al. 2001. On the Dimensionality
kecenderungan pegawai untuk berbuat of Organizational Justice: A Construct
curang. Dalam hal ini ketaatan aturan Validation of a Measure. Journal of
akuntansi hanya mampu memediasi secara Applied Psychology, JAP (86) 3, 386-400.
parsial (quasi mediation). Chruch, B.K., et al. 2001. Factors Affecting
Penelitian ini memiliki bebrapa Internal Auditors Consideration of
keterbatasan yang antara lain: peneitian Fradulent Financial Reporting during
hanya dilakukan di lingkungan Pemerinahan Analitycal Procedures. Auditing Journal
Daerah Kota Bogor sehingga hasil peneitian of Practice & Theory, Vol.2 (1), 65-80.
tidak dapat digeneralisasikan bagi Dallas, L.L 2002. A Priliminary Inquiry into the
pemerintahan daerah yang lain, UU No.46 Responcibility of Corporations and Their
tahun 2011 tentang Penilain Prestasi Kinerja Directors and Officers for Coorporate
Pegawai Negeri Sipil pada prinsipnya Climate: The Psichology of Enron’s
merupakan prosedur yang telah jelas Climate. Working Paper diunduh dari
sehingga hal tersebut tidak dapat Social Science Research Network
memberikan kepastian apakah ketaatan tanggal 14 September 2014.
aturan akuntansi dapat memediasi secara Faisal, M. 2013. Analisis Fraud di Sektor
sempurna terhadap kecenderungan untuk Pemerintahan Kabupaten Kudus. Ac-
berbuat curang pada sektor private/ counting Analysis Journal, AAJ 2 (1), 67-
korporasi. Perlu diuji apakah ketaatan aturan 73.
akuntansi dapat memediasi secara sempurna Fahmi, I., 2013. Etika Bisnis: Teori, Kasus, dan
(pure mediation) keadilan prosedural Solusi. Bandung: Aplfabeta.
terhadap kecenderungan untuk berbuat Fitrawansyah. 2014. Fraud Auditing. Jakarta:
curang pada sektor swasta atau non Mitra Wacana Media.
pemerintahan.
54 | Didi Pengaruh Keadilan Distributif dan …

Ghozali, I. 2006. Structural Equation Modeling, Najahningrum, A. F. 2013. Faktor-Faktor yang


Metode Riset Alternatif dengan Partial Mempengaruhi Fraud: Persepsi
Least Square (PLS). Semarang: Badan Pegawai Dinas Provinsi DIY. Accounting
Penerbit Universitas Diponegoro. Analyisis Journal, AAJ 2 (3), 259-267.
Moorhead, G. & Griffin, R.W. 2013. Pramudita, A. 2013. Analisis Fraud di Sektor
Organizational Behavior Managing Pemerintahan Kota Salatiga. Accounting
Human Resources and Organizations, 9th Analysis Journal, AAJ 2 (1), 37-43.
edition, ditejemahkan oleh Diana Priantara, D. 2013. Fraud Auditing &
Angelica, Perilaku Organisasi Investigation. Mitra Wacana Media,
Manajemen Sumber Daya Manusia dan Jakarta.
Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. Pristiyanti, I.R. 2012. Persepsi Pegawai
Indo Pos. 2014. 318 Kepala Daerah Terlibat Instansi Pemerintahan Mengenai
Kasus Korupsi. Diakses tanggal 17 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
September 2014, Fraud di Sektor Pemerintahan.
http://www.jpnn.com/read/2014/ Accounting Analysis Journal, AAJ 1 (1),
02/15/216728/318-Kepala-Daerah- 1-13.
Terjerat-Korupsi-#. Pritchard, A.C. 1999. Markets as Monitors: A
Info Korupsi. 2004. Kepala Kantor Kesbang Proposal to Replace Class Actions with
Kota Bogor Ditahan. Diakses tanggal 17 Exchange as Securities Fraud Enforces.
September 2014, http://infoko Working Papers diunduh di SSRN.COM
rupsi.com/id/korupsi.php?ac=982&l=k tanggal 14 September 2014.
epala-kantor-kes-kota-bogor-ditahan. Ribstein, L.E. 2002. Market vs Regulatory
Info Korupsi. 2010. Korupsi APBD 32 Eks Responses to Corporate Fraud: A
Anggota DPRD Kota Bogor Divonis Satu Critique of the Sarbanse Oxleys Act of
Tahun. Diakses tanggal 17 September 2002. Working Paper diunduh dari
2014, Social Science Research Network
http://infokorupsi.com/id/korupsi. tanggal 14 September 2014.
php?a c=6822&l=korupsi-dana-apbd- Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi
32eksangg ota-dprd-kota-bogor- (Mixed Methods). Bandung: Alpebeta.
divonis-setahun. Taylor, S.E. (2006). Psikologi Sosial. Jakarta:
Ikatan Akuntan Indonesia. 1998. Kode Etik Salemba Empat.
Akuntan Indonesia. Jakarta: Divisi Tuanakotta, T. 2007. Akuntansi Forensik &
Penerbitan IAI. Audit Investigatif. Jakarta: Lembaga
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Penerbit FEUI.
Republik Indonesia. 2014. Berbagai Undang-Undang Nomor 14 tahun 2011
Peraturan Pemerintah tentang tentang Penilaian Prestasi Pegawai
Remunerasi Pegawai Negeri Sipil dari Negersi Sipil.
tahun 2006 sampai 2014. Dunduh Wilopo.2006. Analisis Faktor-Faktor yang
tanggal 14 September 2014, Berpengaruh Terhadap Kecenderungan
peraturan.go.id Kecurangan Akuntansi: Studi Pada
Kompas Com. 2014. Bupati Bogor Minta Perusahaan Publik dan Badan Usaha
KPKTetapkan Petinggi PT. BJA Jadi Milik Negara di Indonesia. Paper
Tersangka. Diakses tanggal 17 dipresentasikan pada acara Simposium
September 2014, http://nasional. Nasional Akuntansi IX, Padang.
kompas.com/read/ Wolk, H.I., & Tearney, M.G. 1997. Accounting
2014/08/08/21034631/Bupati.Bogor. Theory: A Conceptual and Institusional
Minta.KPK.Tetapkan.Petinggi.PT.BJA.Ja Approach 4 th ed. Ohio: Sout Western
di.Tersangka. College Publishing.
Kulsum, U. & Jauhar, M. 2014. Pengantar Zulkarnain, R. M. 2013. Analisis Faktor yang
Psikologi Sosial. Jakarta: Prestasi Mempengaruhi Terjadinya Fraud pada
Pustaka. Dinas Kota Surakarta. Accounting
Moe, T.M. 1984. The New Economics of Analysis Journal, AAJ 2 (2), 125-131.
Organization. American Journal of
Political Science, 739-777.

You might also like