You are on page 1of 12

Analisis faktor-faktor penghambat dalam pengadaan barang

milik daerah di Kota Bitung

STEADY BENT’ TAMPANATU1, HERMAN KARAMOY2, JESSY D. L WARONGAN3


123
Program Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi
email:steadytampanatu@gmail.com1, hkaramoy@yahoo.com2, jdimarcus@gmail.com3

Abstract. The development and tecnological progress in procurement of goods in the city of Bitung
make procurement official need to choose and observe about the providers of goods and services
quaity and can provide benefits as big as to the existing society based on presidential rules on the
procurementof goods and services. The study is a qualitative exploratory research. Respondents were
chosen by purposive sampling. Data were collected by interviews, observation and documentation.
Triangulation was conducted to validate data. This study concludes: (1) Procurement officers have not
been able to perform their role in determining quality goods and services providers because they are
still viewed as routines jobs; (2) Educational background and length of tenure as procurement officers
do not affect the quality of goods and services produced by city government of Bitung; (3) Training
and technical guidance are intended to improve the quality of human resources, however the results
of such activities are not optimal yet; (4) Communication is a supporting factor in the procurement
process between the commitment maker and the procurement officer; (5) Personal or group interests,
which always take precedence in the implementation of procurement of goods and services, have
closed the opportunity to the other providers to supply their goods and or services.

Keywords: Resources, Bureaucratic Structure, Communication and Disposition

Abstrak. Adanya perkembangan dan kemajuan teknologi dalam pengadaan barang dipemerintahan
Kota Bitung menjadikan pejabat pengadaan perlu memilih dan mencermati tentang penyedia barang
dan jasa yang berkualitas dan dapat memberikan manfaat yang sebesarnya kepada masyarakat yang
ada berdasarkan aturan presiden tentang pengadaan barang dan jasa.Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan eksploratif (exploratory approach).
Pemilihan responden mengunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data digunakan teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi. Dalam validitas data digunakan metode triangulasi.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Para pejabat
pengadaan barang dan jasa yang menjadi informan cenderung belum dapat melakukan perannya dalam
menentukan penyedia barang dan jasa yang berkualitas, karena masih dipandang pekerjaan tersebut
sebagai suatu pekerjaan rutinitas; (2) Latar belakang pendidikan dan lamanya masa jabatan sebagai
pejabat pengadan tidak mempengaruhi kualitas barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah Kota
Bitung; (3) Dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia pelatihan atau bimbingan teknis
menjadi salah satu sarana yang sering diikuti pejabat pengadaan tetapi hasilnya belum maksimal
terkesan hanya untuk realisasi penyerapan anggaran; (4) Komunikasi menjadi faktor pendukung
ditahapan proses pengadan antara pejabat pembuat komitmen dan pejabat pengadaan; (5) Kepentingan
pribadi atau kelompok, yang selalu didahulukan dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa tanpa
membuka ruang dan kesempatan yang sama kepada pihak penyedia yang lain.

Kata Kunci: Sumber daya, Struktur Birokrasi, Komunikasi dan Disposisi

159
Pendahuluan
Pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan seluruh proses belanja barang dan
atau jasa yang dilakukan oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah atau institusi
pembiayaannya melalui APBN/APBD, baik sebagian atau keseluruhan. Proses tersebut harus
mengacu kepada peraturan yang berlaku yaitu keputusan Presiden nomor 4 tahun 2015
tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah. Hal ini dilakukan agar proses pengadaan
barang dan jasa tersebut dapat dilaksanakan efektif dan efisien dengan prinsip persaingan
sehat, transparan, terbuka dan perlakuan yang adil bagi semua pihak, sehingga hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran
tugas pemerintah dalam pelayanannya kepada masyarakat.
Pada dasarnya pengadaan barang dan jasa yang ada dilingkungan pemerintah
mengalami berbagai dinamika aturan dan kebijakan, baik kualitasnya maupun kuantitasnya.
Dalam pengadaan barang dan jasa, aturan dan mekanisme pengadaan sudah sangat jelas lewat
regulasi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, akan tetapi persoalan pengadaan barang dan
jasa belum dapat menjawab akan harapan masyarakat yaitu barang yang berkualitas sehingga
menimbulkan berbagai pertanyaan di dalam masyarakat tersebut. Hal ini membuat kita
bertanya ada apa yang terjadi dengan proses pengadaan barang dan jasa pemerintah. Begitu
banyak permasalahan yang terjadi dalam pengadaan barang dan jasa yang ditemui, baik dari
segi proses perencanaannya, administrasinya dan pengadaannya itu terjadi berbagai persoalan.
Kemampuan dalam segi pengawasan oleh pihak penyelenggara seringkali tidak dapat di
andalkan karena dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya, faktor ketrampilan, pengetahuan
dan lain sebagainya yang menjadi tuntutan dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa
milik pemerintah.
Dalam berbagai hal pengadaan barang dan jasa mengalami perkembangan yang sangat
maju sehingga menuntut kemampuan yang dapat diandalkan baik secara perseorangan
maupun sebagai suatu institusi penyelenggara pengadaan barang dan jasa. Pada setiap seorang
pejabat pengadaan barang dan jasa harus dapat melaksanakan aturan dan kriteria pengadaan
barang dan jasa yang sudah diamanatkan dalam peraturan pemerintah yaitu peraturan presiden
no 4 tahun 2015 tentang pengadaan barang dan jasa, dengan menjamin proses pengadaan
barang dan jasa yang berkualitas. Kebutuhan akan barang dan jasa yang berkualitas baik dan
tepat serta sesuai kebutuhan, membutuhkan suatu kerja yang efektif dan efisien dimana
barang dan jasa tersebut dapat membawah manfaat kepada para penggunanya, bukan sekedar
untuk memenuhi target dan pemenuhan kebutuhan anggaran, yang seharusnya dilandasi akan
kualitas barang dan jasa yang baik.
Banyak para pegawai negeri sipil khususnya yang menjabat pejabat pengadaan barang
dan jasa belum dapat memahami sepenuhnya, yang dimaksudkan dengan pengadan barang
dan jasa yang menjadi tanggung jawab kerjanya, yaitu pengadaan barang dan jasa pemerintah,
dikarenakan para pejabat pengadaan barang dan jasa hanya sekedar melakukan pengadaan
barang dan jasa tampa mempedulikan aspek kualitas dalam pengadaan barang dan jasa
pemerintah, ini menjadi suatu gambaran yang sangat tidak baik untuk masa yang akan datang,
karena orientasi pekerjaan dari pejabat pengadaan akan menentukan keberadaan penyedia
barang dan jasa yang berkualitas baik, juga akan dirasakan baik oleh pemerintah maupun oleh
masyarakat pada umumnya.
Kebutuhan akan barang dan jasa dapat dipastikan setiap tahun akan terjadi, disetiap
satuan kerja pemerintah, itupun terjadi di pemerintah Kota Bitung, dimana setiap tahun
anggaran yang baru selalu diadakan pengadaan barang dan jasa secara langsung tidak melalui
suatu mekanisme tender atau dilakukan langsung oleh pejabat pengadaan, yaitu belanja
pengadaan barang dan jasa yang menyangkut operasional dan kebutuhan pegawai negeri sipil
di setiap satuan perangkat kerja daerah Kota Bitung, akan tetapi banyak kejadian yang terjadi
jumlah barang dan jasa yang ditetapkan dalam APBD lewat anggaran di satuan perangkat
daerah tidak dapat dilakukan dengan baik, berupa barang dan jasa yang diminta tidak sesuai

160
dari segi kualitas. Ini yang sering terjadi dalam pengadaan barang dan jasa, sebab praktek
yang dilakukan hanya untuk memenuhi aspek kebutuhan anggaran tersebut.
Dalam kondisi tersebut diatas tentu tidak sesuai dengan peraturan yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah dalam pengadaan barang dan jasa, sebagai pejabat pengadaan dan
yang melakukan pengadaan tentu kondisi tersebut sangat tidak baik dalam pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa, sehingga dapat merugikan keuangan pemerintah. Pada peraturan
pemerintah yaitu perpres nomor 54 tahun 2010 sebagaimana telah diubah terakhir kalinya
dengan peraturan Presiden nomor 4 tahun 2015 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah
yaitu pada: pasal 6 point a, pasala 12 ayat 1 dan pasal 89 ayat 2a.
Keberadaan pejabat pengadaan pengadaan dalam pengadaan barang dan jasa
pemerintah sangat penting sehingga pengambil keputusan untuk pengadaan barang dan jasa
selalu bekerjasama dengan pengguna anggaran disatuan perangkat kerja daerah atau kuasa
pengguna anggaran, karena tidak menutup kemungkinan anggaran yang disediakan belum
dapat mencukupi dari kebutuhan yang ada, sehingga yang terjadi pengadaan barang dan jasa
tidak dapat berjalanan sesuai dengan kebutuhan dan peruntukannya maka peneliti tertarik
untuk melakukan “Analisis Faktor-Faktor Penghambat Dalam Pengadaan Barang Milik
Daerah di Kota Bitung”

Model Analisis
Model analisis pada penelitian ini telaah pustaka, baik teoritis maupun fenomena yang terjadi
saat ini, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini mengenai adalah bagaimana faktor –
faktor yang mempengaruhi kualitas pengadan barang dan jasa yang didalamnya ada pejabat
pengadaan barang dan jasa, yang sangat berperan untuk melaksanakan system dan prosedur
pengadaan barang dan jasa pemerintaha daerah Kota Bitung.

Gambar 1. Model Analisis


PEJABAT PENGADAAN
BARANG DAN JASA
PERATURAN

TUNTUTAN PENGADAAN BARANG

TRANSPARANSI DAN DAN JASA

AKUNTABILITAS PEYEDIA BARANG DAN


JASA YANG
BERKUALITAS Peraturan Pemerintah
SYARAT,DAN
Tentang Pengelolaan
SPESIFIKASI BARANG
BARANG DAN JASA Keuangan Daerah
DAN JASA JELA
BERKUALITAS

Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah cara-cara berpikir, berbuat untuk dipersiapkan secara baik
untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam Penelitian ini, metode penelitian yang digunakan
oleh peneliti adalah metode eksploratori (exploratory approach) dengan pendekatan induktif,
yaitu suatu pendekatan dengan mengambil suatu kesimpulan secara umum dari fakta-fakta
nyata dilapangan. Pendekatan kualitatif menurut Sugiyono (2008: 14) adalah merupakan
metode análisis yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Metode
eksploratori menurut Arikunto (2010:32), adalah metode penelitian yang bertujuan untuk
menggali suatu informasi. Amirin (2009) mendefinisikan Penelitian eksploratif merupakan
salah satu pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti sesuatu (yang menarik
perhatian) yang belum diketahui, belum dipahami, belum dikenali, dengan baik. Menurut
161
Ibrahim (2015:60) pengertian penelitian eksploratif adalah cara kerja penelitian yang
dimaksud untuk menemukan lebih jauh dan mendalam terhadap kemungkinan-kemungkinan
lain dari masalah yang diteliti.
Pendekatan eksploratori dalam penelitian kualitatif adalah cara kerja penelitian yang
dimaksudkan untuk menemukan lebih jauh dan mendalam terhadap kemungkinan-
kemungkinan lain dari permasalahan yang diteliti. Dengan pendekatan eksploratori, penelitian
tidak lagi sekedar menggambarkan atau melukiskan atau menjelaskan seperti apa adanya
realitas yang dikaji sebagaimana pada metode deskriptif. Namun tidak melalui tahapan uji
coba sebagaimana pada metode eksperimen (Ibrahim, 2015:64). Menurut Creswell (2012:206)
tujuan penelitian kualitatif adalah tidak untuk menggeneralisasi ke populasi, tetapi untuk
mengembangkan eksplorasi mendalam terhadap inti fenomena.
Pendekatan eksploratori berupaya menemukan informasi secara lebih lengkap dan
mendetail mengenai sesuatu topik atau masalah yang belum dipahami sepenuhnya oleh
peneliti. Dengan kata lain, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran pejabat
pengadaan dalam kualitas pengadaan barang dan jasa di Pemerintah Kota Bitung dan
peraturan daerah yang mendasarinya.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode data eksplorasi yang dimaksudkan
untuk menemukan lebih jauh dan mendalam terhadap kemungkinan-kemungkinan lain dari
permasalahan yang diteliti. Dengan metode eksplorasi, peneliti tidak lagi sekedar
menggambarkan atau melukiskan atau menjelaskan seperti apa adanya realitas yang dikaji
sebagaimana pada metode deskriptif. Namun tidak juga melalui tahapan uji coba sebagaimana
pada metode eksperimen.

Analisis dan Pembahasan


Penelitian dilaksanakan di kantor pemerintah Kota Bitung dengan terlebih dahulu
menyampaikan surat izin penelitian kepada pimpinan daerah Kota Bitung melalui sekertaris
daerah Kota Bitung, untuk mendapatkan data primer maupun sekunder melalui kegiatan
wawancara, studi dokumentasi, dan observasi lansung dilapangan. Penelitian ini dilaksanakan
selama ± 5 (lima) bulan yakni antara bulan Nopember, desember tahun 2017 dan dilanjutkan
pada bulan Januari, pebruari sampai bulan maret tahun 2018. Dalam melakukan penelitian,
peneliti menggunakan instrumen-instrumen pendukung diataranya: buku catatan (notebook),
pedoman wawancara (lampiran 1), alat perekam berupa audio/video recorder (handycam)
untuk merekam pelaksanaan wawancara dengan informan yang hasilnya di transkrip menjadi
transkrip data (lampiran 3), kamera untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian dilapangan
(lampiran 4), laptop untuk menunjang penulisan hasil penelitian. Data hasil penelitian berupa
wawancara, kemudian dilakukan organisasi data. Peneliti mengetik hasil interview menjadi
interview transcription, kemudian melakukan content analysis untuk menganalisis interview
transcription. Dapat dijelaskan bahwa setelah melakukan wawancara, analisis data dimulai
dengan membuat transkrip hasil wawancara, dengan cara memutar kembali rekaman hasil
wawancara, mendengarkan dengan seksama, kemudian menuliskan kata – kata yang didengar
sesuai dengan apa yang ada direkaman tersebut kemudian melakukan kategorisasi/coding atau
penentuan tema untuk menjawab permasalahan: (1) bagaimana peran pejabat pengadaan
dalam proses pelaksanaan pengadaan barang dan jasa; (2) apa saja yang menjadi kendala-
kendala dalam proses pengadaan barang dan jasa (3) bagaimana upaya yang dilakukan untuk
mengatasi kendala pengadaan barang dan jasa serta teori agency, psychological theory, dan
teori implementasi kebijakan. Penelitian menemukan kategorisasi/coding atau tema yang
diorganisasikan Pejabat pengadaan barang dan jasa di berbagai intansi pemerintah baik pusat
maupun daerah adalah pejabat pengadaan yang dipilih dan diangkat oleh setiap satuan
perangkat kerja yang ada berdasarkan atas suatau keahlian yang dimiliki orang tersebut
dengan bukti adanya sertifikat pengadaan barang dan jasa. Dalam fungsinya sebagai pejabat
pengadaan melakukana kewajiban untuk dapat mengadakan pengadaan barang baik secara
penunjukan langsung atau bisa di lelangkan.
162
Pejabat pengadaan barang dan jasa di berbagai intansi pemerintah baik pusat
maupun daerah adalah pejabat pengadaan yang dipilih dan diangkat oleh setiap satuan
perangkat kerja yang ada berdasarkan atas suatau keahlian yang dimiliki orang tersebut
dengan bukti adanya sertifikat pengadaan barang dan jasa. Dalam fungsinya sebagai pejabat
pengadaan melakukana kewajiban untuk dapat mengadakan pengadaan barang baik secara
penunjukan langsung atau bisa di lelangkan. Pejabat pengadaan barang dan jasa yang ada di
setiap intansi pemerintah seluruh Indonesia mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
sangat penting, dikarenakan fungsi dimilikinya sangat strategis karena harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki integritas, disiplin, dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas;
b. Memahami pekerjaan yang akan diadakan;
c. Memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas ULP/Kelompok Kerja
ULP/Pejabat Pengadaan yang bersangkutan;
d. Memahami isi dokumen, metode dan prosedur pengadaan;
e. Memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa sesuai dengan kompetensi yang
dipersyaratkan; dan
f. Menandatangani Pakta Integritas.
Dalam kenyataannya pejabat pengadaan juga mempunyai tugas pokok sebagai pejabat
pengadaan yang dalam hai ini kewenangan yang dimilikinya untuk pengadaan barang dan jasa
karena itu dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Menyusun rencana pemilihan penyedia barang /jasa;
b. Menetapkan dokumen pengadaan;
c. Menetapkan besaran nominal jaminan penawaran;
d. Mengumunkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa di website
kementerian/lembaga/pemerintah daerah/ instansi masing-masing dan papan
penguman resmi untuk masyarakat serta menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan
dalam portal pengadaan Nasional;
e. Menilai kualifikasi penyedia barang/jasa melalui prakualifikasi atau pascakualifikasi;
f. Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang masuk
g. Khusus pejabat pengadaan yaitu menetapkan penyedia barang/jasa untuk pengadaan
langsung paket pengadaan barang/pekerjaan kontruksi/jasa lainnya yang bernilai
paling tinggi Rp. 200.000.000,00,- (dua ratus juta rupiah) dan/atau
h. Pengadaan langsung atau penunjukan langsung untuk paket pengadaan jasa konsultasi
yang berniali paling tinggi Rp 50.000.000,00,- (lima puluh juta rupiah);
i. Menyampaikan hasil pemilihan dan salinan pemilihan penyedia barang/jasa kepada
PPK
j. Menyerahkan dokumen asli pemilihan penyedia barang/jasa kepada PA/KPA, dan
k. Membuat laporan mengenai proses pengadaan kepada PA/KPA
l. Memberikan pertanggung jawaban atas pelaksanaan kegiatan pengadaan barang/jasa
kepada PA/KPA.
Pertanyaan tentang peran pejabat pengadaan terhadap kualitas pengadaan barang dan
jasa pemerintah Kota Bitung, disampaikan oleh informan mendapatkan informasi bagaimana
tahapan pelaksanaannya serta kendala atau masalah baik pada implementasi maupun pada
hasil laporan yang disampaikan. Selain itu juga apa pengaruh sosialisasi teknis atau
bimbingan teknis dalam mendukung pengetahuan dan pemahaman tentang kualitas barang
dan jasa yang di sediakan oleh para penyedia barang dan jasa di pemerintahan Kota Bitung.
Kegiatan pengadaan barang dan jasa dilakukan oleh pejabat pengadaan yang sudah tercantum
dalam SK kepala satuan perangkat kerja daerah (SKPD) yang dalam pengangkatannya
ditunjuk langsung oleh kepala Dinas atau Badan dengan hanya didasarkan pada kepemilikan
sertifikat pengadaan tanpa memperhatikan kualifikasi dari kompetensi pejabat itu sendiri. Hal
ini tentu saja akan mempengaruhi hasil akhir pengadaan, dimana output yang dihasilkan tidak
sesuai dengan yang diharapkan.
163
Selain itu, jabatan yang disandang oleh pejabat pengadaan tidak hanya berfokus pada
bidang pengadaan barang dan jasa pemerintah, melainkan pada tugas pokok dan
tanggungjawabnya sebagai pegawai negri sipil di instansi pemerintahan yang didudukinya.
Dengan kata lain, tugas pengadaan merupakan tugas tambahan, yang tentu saja porsi
pertanggungjawabnya tidak bisa dioptimalkan. Melihat pengadaan yang sumber anggarannya
berasal dari APBD/APBN yang tentu saja nilainya tidak sedikit jumlahnya, namun
perlakuannya tidak bisa dioptimalkan, maka jelas prinsip pengadaan yang dijadikan sebagai
pedoman pengadaan telah diabaikan.
Melihat kondisi yang juga merupakan gambaran pengadaan di Kota Bitung, maka
perlu perhatian kusus terkait peningkatan kompetensi pejabat pengadaan. Kompetensi
merupakan tolak ukur terpenting yang menjadikan pejabat bersikap professional. Dalam hal
ini pengatahuan dan peran pejabat pengadaan, peneliti mencoba untuk mengali informasi dari
informan yang peneliti tetapkan kriteria informannya. Tingkat pemahaman ekstrapolasi yang
dibutuh oleh pejabat pengadaan barang dan jasa dalam memahami peran pejabat pengadaan
terhadap kualitas barang dan jasa yang menjadi tuntut sekarang ini berdasarkan peraturan
presiden no 4 tahun 2015 tentang pengadaan barang dan jasa yaitu membutuhkan kemampuan
tertentu yang mengutamakan ketrampilan dalam suatu sisitem tata kelola yang telah dikenal
luas didunia usaha, untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan dan /atau
penyediaan barang dan jasa.selain dokumen pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan
yang sharus ditaati oleh para pihak dalam proses pengadaan barang dan jasa.
Sumber daya manusia adalah potensi yang menjadi motor penggerak organisasi, baik
organisasi swasta maupun organisasi publik. Pejabat Pengadaan pun adalah sumber daya
manusia yang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya perlu mempunyai kualitas.
Kualitas SDM harus selalu ditingkatkan dengan salah satu cara yaitu dengan mengikuti
pelatihan atau bimbingan teknis. Sumber daya manusia juga merupakan salah satu variabel
yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan implementasi. Implementasi sangat
tergantung pada sumber daya manusia (aparatur). Oleh karena itu sumber-sumber daya
manusia harus ada ketepatan dan kelayakan antara keahlian yang dimiliki sesuai dengan tugas
pekerjaan sebagai pejabat pengadaan barang dan jasa yang ditanganinya.
Dalam kinerja pejabat pengadaan dituntut untuk dapat konsisten dalam mengolah
tanggungjawabnya. Beban tugas, tanggungjawab publik serta tugas tambahan yang dipikulnya
menjadikan pejabat pengadaan harus lebih bekerja secara optimal. Untuk itu dibutuhkan
sumber daya manusia yang kompetan dalam mengolah pengadaan barang dan jasa
pemerintah. Sumber daya manusia yang disyaratkan dalam perpres 54 tahun 2010 pasal 17f
serta perubahan perpres 4 tahun 2015 adalah “setiap pejabat pengadaan haruslah memiliki
sertifikat keahlian pengadaan yang sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan”. Namun
demikian pernyataan ini menjadi melemah ketika ada pernyataan yang sifatnya bertentangan
dengan pernyataan diatas, yakni „jika dalam sebuah instansi/organisasi pemerintah tidak
memiliki pejabat yang memenuhi syarat menjadi pejabat pengadaan, maka boleh diambilkan
dari instansi lain”. Ketentuan ini merupakan kebijakan yang diambil dari perpres 54 tahun
2010 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah (PBJ) pasal 17(4).
Kedua pernyataan diatas bertolak belakang ketika sebuah pernyataan mengenai
pengangkatan pejabat pengadaan diambilkan dari instansi lain”, maka bisa diartikan beban
tugas yang dipikul pejabat pengadaan bukanlah berasal dari bidang yang ditekuni oleh pejabat
pengadaan itu sendiri. Hal ini juga terbukti dari gelar atau jabatan yang disandang oleh
pejabat pengadaan. Bermodalkan sertifikat tanpa melihat kualifikasi yang jelas mengenai latar
pendidikan atau kemampuan yang dimiliki oleh pejabat pengadaan kepala Dinas atau Badan
kemudian mengangkatnya menjadi pejabat pengadaan atau yang disebut dengan penunjukan
langsung. Hal ini menjadi berbeda dengan yang diharapkan dalam perpres tentang kompetensi
atau sumber daya manusia yang disyaratkan untuk menjadi pejabat pengadaan, untuk
menjawab pertanyaan pertanyaan diatas, maka peneliti melakukan dan menggali informasi
dari informan yang memiliki latar belakang yang berbeda tentang pemahamannya terhadap
164
kualitas sumber daya manusia dan implikasinya dalam menjalankan tugas dan
tanggungjawabnya sebagai pejabat pengadaan. Namun sebelum memasuki pertanyaan ini
yang kemudian merupakan penilaian terhadap sumberdaya manusia pejabat pengadaan,
peneliti terlebih dahulu memberikan pertanyaan pengantar seputar syarat dan tugas pejabat
pengadaan. Hal ini menjadi sangat penting ketika tugas dan tanggungjawab sudah pasti
dimengerti oleh setiap pejabat pengadaan.
Dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa peran pejabat pengadaan sangat
penting demi kelancaran pengadaan tersebut ketika dalam hal pemilihan penyedia, seorang
pejabat pengadaan mampu mengkomunikasikan apa yang menjadi tanggung jawab dan beban
kerja dari penyedia dalam pengadaan barang dan jasa. Di pemerintahan Kota Bitung pejabat
pengadaan yang ada terlihat tidak dapat memkomunikasikan dengan baik apa yang menjadi
tanggung jawab sebagai penyedia terbukti dengan diadakan wawancara kepada beberapa
pejabat pengadaan barang dan jasa dengan jawaban yang berbeda-beda dan pemahaman yang
begitu banyak serta beragam, selain itu juga komunikasi implementasi kebijakan oleh pejabat
pengadaan terdapat tujuan dan sasaran kebijakan yang harus disampaikan kepada kelompok
sasaran dalam hal ini penyedia barang dan jasa, hal ini untuk mengurangi kesalahan dalam
melaksanakan pengadaan barang dan jasa. Komunikasi dalam pengadaan barang dan jasa
memiliki beberapa kebijakan dimensi diantaranya: dimensi transformasi (transmission),
kejelasan (clarity) dan konsistensi (consistency).
Salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pengadaan barang dan jasa oleh
pejabat pengadaan adalah disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan tersebut. Disposisi
adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran
dan sifat demokrasi. Dalam pencapaian tujuan dari pengadaan barang dan jasa yang
berkualitas menjadi komitmen dari pemerintah Kota Bitung menjadi salah satu kendala seperti
pernyataan beberapa informan.

Kendala dalam pengadaan Barang dan Jasa


Instansi pemerintah, dalam setiap aktivitas pengadaan barang/jasa harus mengacu pada
peraturan presiden tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah yang berbeda dengan
sistem pembelian pada sebuah perusahaan. Perbedaan lainnya adalah bahwa pada aktivitas
pengadaan barang dan jasa pemerintah tidak setiap orang boleh melakukan dan terlibat dalam
proses pengadaan. Hanya personil yang telah memiliki sertifikat keahlian pengadaan dan
ditetapkan sebagai pejabat pengadaan yang berhak melakukan proses pengadaan, sebagimana
tercantum dalam perpres 54 tahun 2010.
Perpres nomor 4 tahun 2015 yang merupakan penyempurnaan perpres 54 tahun 2010
menyebutkan bahwa pejabat pengadaan adalah personil yang ditunjuk untuk melaksanakan
pengadaan langsung, penunjukan langsung dan E-purchasing. Pekerjaan kompleks dan
tambahan poin pekerjaan dibandingkan perpres sebelumnya yang harus dilaksankana dan
diemban oleh pejabat pengadaan ini mengindikasikan bahwa tidak mudah untuk menjadi
seorang pejabat pengadaan. Diperlukan suatu keahlian untuk dapat menguasai pekerjaan
tersebut dan diperlukan sebuah keahlian yang memadai sehingga pelaksanaannya sesuai
dengan peraturan perundangan-undangan. Diantara keahlian yang harus dimiliki sorang
pejabat pengadaan berkaitan dengan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa adalah
menguasai proses pengadaan mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan kontrak
pengadaan barang dan jasa.
Seorang pemimpin mempunyai peran yang sangat penting dalam mengatasi kendala
yang terjadi oleh pejabat pengadaan lewat pengawasan akan tugas yang akan dilakukannya.
Sehinnga tidak dapat dipungkiri kendala yang terjadi dalam pengadaan barang dan jasa itu
begitu kompleks, hal ini terjadi dalam ketika pengadaan barang dan jasa akan dilaksanakan
oleh pejabat pengadaan. Menurut Mardiasmo (2005:114), orientasi pembangunan sektor
publik adalah menciptakan good governance, dimana pengertian dasarnya adalah tata kelola

165
pemerintahan yang baik. Sehingga diharapkan pejabat pengadaan dapat mengatasi setiap
kendala yang dapat timbul dari adanya pengadaan barang dan jasa.
Berdasarkan teori keagenan memiliki prinsip utama berupa hubungan kerja antara dua
pihak yaitu pihak yang memberikan wewenang (principal) dengan pihak yang menerima
wewenang (agensi) dalam suatu bentuk kerja sama yang dinamakan dengan “nexus of
contract”. Agen berperan sebagai pihak yang memberikan kontrak oleh principal untuk
bekerja sesuai dengan kepentingan principal. Teori ini dapat diartikan adanya suatu hubungan
dua pihak yaitu principal dan agen yang diperintahkan untuk suatu pekerjaan atau jasa dalam
suatu kontrak yang mengatasnamakan principal dan memberikan kebebasan penuh untuk
agen dalam menentukan kebijakan yang bermanfaat.

Upaya untuk mengatasi kendala pengadaan barang dan jasa


Selama ini, masih banyak ditemukan aparat birokrasi yang kurang optimal dalam
melaksanakan tugas dan fungsi utamanya dalam melayani masyarakat, sehingga masyarakat
belum memiliki porsi yang seharusnya dalam ikut mengontrol kinerja pemerintah. Dalam
pengadaan barang dan jasa pejabat pengadaan sering mengalami berbagai macam tantangan
yang membutuhkan kemampuan baik secara individu mauapun organisasi dalam
melaksanakan tugas. Adapun upaya tersebut dilakukan dengan berbagai hal mulai dari
peningkatan sumber daya manusia, hubungan birokrasi, komunikasi yang baik dan disposisi
yang jelas akan pengadaan barang dan jasa pemerintah. Berangkat dari suatu pemikiran
tersebut maka upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pengadaan barang dan
jasa pemerintah, yaitu dengan peraturan presiden nomor 54 tahun 2010 tentang pengadaan
barang dan jasa pemerintah. Itupun terjadi perkembangan yang terus menerus dengan
perubahan peraturan presiden untuk pengadaan barang dan jasa, dalam menjawab tantangan
pengadaan barang dan jasa yang semakin kompleks. Dalam pengadaan barang dan jasa
pejabat pengadaan harus mampu mengatasi setiap kendala yang dihadapai karena dinamika
pengadaan barang dan jasa semakin banyak. Apalagi tugas yang dibebankan itu sangat besar
oleh organisasi pemerintahan yang mengharapkan adanya kemampuan yang baik dalam
menyelesaikan tugas, karena dapat memberikan solusi terhadap kendala-kendala dalam
pengadaan barang dan jasa yang terjadi. Dalam hal mengatasi sumber daya manusia yang
responsibilitas pengadaan barang oleh pejabat pengadaan di setiap satuan kerja perangkat
daerah yang ada di pemerintahan Kota Bitung. Dengan memberikan waktu dan kesempatan
dalam melakukan perbaikan terhadap kualitas pejabat pengadaan dengan memberikan
tambahan dan keluasaan kepada pejabat pengadaan dalam melaksanakan tugasnya. Mengatasi
kendala Struktur birokrasi itu dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan artinya setiap
aparatur Negara dalam hal ini pejabat pengadaan barang dan jasa terus melakukan inovasi dan
pembahuruan organisasi yang memungkinkan kemungkinan terjadinya intervensi baik dari
kuasa pengguna anggaran dan pejabat pembuat komitmen ketika mengadakan pemilihan
langsung pengadaan barang dan jasa dapat terhindarkan.
Memiliki pemahaman tingkat ekstrapolasi berarti seseorang mampu melihat dibalik
yang tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada pengertian dan kondisi yang
diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemampuan membuat kesimpulan yang
dihubungkan dengan implikasi dan konsekuensinya. Tingkat pemahaman ekstrapolasi yang
dibutuh oleh pejabat pengadaan barang dan jasa dalam memahami peran pejabat pengadaan
terhadap kualitas barang dan jasa yang menjadi tuntut sekarang ini berdasarkan peraturan
presiden No 4 tahun 2015 tentang pengadaan barang dan jasa yaitu membutuhkan
kemampuan tertentu yang mengutamakan ketrampilan dalam suatu sistem tata kelola yang
telah dikenal luas didunia usaha, untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan
dan /atau penyediaan barang dan jasa.selain dokumen pengadaan yang memuat informasi dan
ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam proses pengadaan barang dan jasa.
Dalam kinerja pejabat pengadaan dituntut untuk dapat konsisten dalam mengolah
tanggungjawabnya. Beban tugas, tanggungjawab publik serta tugas tambahan yang dipikulnya
166
menjadikan pejabat pengadaan harus lebih bekerja secara optimal, untuk itu dibutuhkan
sumber daya manusia yang kompeten dalam mengolah pengadaan barang dan jasa
pemerintah. Sumber daya manusia yang disyaratkan dalam perpres 54 tahun 2010 pasal 17f
serta perubahan perpres 4 tahun 2015 adalah “setiap pejabat pengadaan haruslah memiliki
sertifikat keahlian pengadaan yang sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan”. Namun
demikian pernyataan ini menjadi melemah ketika ada pernyataan yang sifatnya bertentangan
dengan pernyataan diatas, yakni “jika dalam sebuah instansi/organisasi pemerintah tidak
memiliki pejabat yang memenuhi syarat menjadi pejabat pengadaan, maka boleh diambilkan
dari instansi lain”. Ketentuan ini merupakan kebijakan yang diambil dari perpres 54 tahun
2010 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah (PBJ) pasal 17(4).

Penutup
Kesimpulan dalam penelitian ini tentang faktor-faktor penghambat pengadaan barang
dan jasa di Kota Bitung dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Para pejabat pengadaan barang dan jasa yang menjadi informan tersebut cenderung
belum dapat melakukan perannya dalam menentukan pengadaan barang yang berkualitas,
karena masih dipandang pekerjaan tersebut sebagai suatu pekerjaan rutinitas.
2. Latar belakang pendidikan dan lamanya masa jabatan sebagai pejabat pengadaan tidak
mempengaruhi kualitas barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah Kota Bitung.
3. Dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya peningkatan peran
pejabat pengadaan dan kualitas barang yang dihasilkan lewat pengadaan barang dan jasa
tersebut perlu ada pelatihan yang terus menerus dilakukan, atau bimbingan teknis
menjadi salah satu sarana yang sering diikuti oleh para pejabat pengadaan. Namun dalam
pelaksanaannya program peningkatan kemampuan pejabat pengadaan belum memberikan
dampak yang maksimal dan terkesan hanya untuk realisasi penyerapan anggaran program
kegiatan tersebut.
4. Komunikasi menjadi faktor pendukung dalam proses pengadaan barang dan jasa antara
Pejabat pembuat komitmen dan Pejabat pengadaan barang dan jasa.
5. Kepentingan pribadi atau kelompok, yang selalu didahulukan dalam pengadaan barang
dan jasa pemerintah Kota Bitung tanpa membuka ruang dan kesempatan yang sama
kepada pihak penyedia barang dan jasa yang lain dalam pengadaan barang dan jasa.
Saran yang diberikan oleh peneliti ini kepada pemerintah Kota Bitung dalam
melaksanakan peran pejabat pengadaan barang dan jasa sebagaimana diamanatkan undang-
undang ke depan antara lain:
1. Perlunya adanya ruang yang sama dan terus menerus dalam peningkatan kapasitas SDM
yang tepat bagi para pejabat pengadaan barang dan jasa melalui Bimtek/Diklat/Kursus
khususnya dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, sehingga para pejabat
pengadaan barang dan jasa bisa lebih berkualitas peran mereka dalam pengadaan barang
dan jasa sesuai teori sampai pada tahapan pelaksanaan sesuai regulasi bukan hanya
berdasarkan pengetahuan yang berasal dari pengalaman pelaksanaan tugas sehingga apa
yang telah dibahas dan diputuskan bersama dengan pejabat pembuat komitmen dalam
evaluasi pelaksanaannya dapat dipertanggung-jawabkan sesuai peraturan perundang-
undangan.
2. Struktur Birokrasi perlu diperbaiki karena pejabat pengadaan barang dan jasa perlu
berperan secara jelas apa yang dimaksud dengan ruang lingkup tugasnya sebagai pemilih
penyedia, sehingga sasaran yang diharapkan yaitu mendapatkan kualitas barang dan jasa
yang baik dapat terwujud.
3. Perlunya komunikasi dan kerja sama yang kuat antara pejabat pengadaan barang/jasa dan
pejabat pembuat komitmen dalam melaksanakan tugas untuk pengadaan barang dan jasa
karena komunikasi yang lancer serta kerja sama yang baik akan dapat tercapai bila
masing-masing melaksanakan sesuai perundangan yang ada sehingga pencapaian tujuan
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang berkualitas dapat terlaksana.
167
4. Dalam pelaksanaan tugas disposisi yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan akan
memudahkan dalam tugas pelaksanaan pengadaan barang dan jasa oleh pejabat
pengadaan.
5. Untuk penelitian selanjutnya, perlu adanya penelitian tentang penyebab pejabat
pengadaan tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik terkait pengaruh kepala dinas
atau kepala badan di pemerintahan.

Daftar Pustaka
Albrecht, C., Kranacher, M. J., & Albrecht, S. 2008. Asset misappropriation research white
paper for the Institute for Fraud Prevention. Institute for Fraud Prevention, Research
studies.
Adrian, Sutedi. 2012. “Good Corporate Governance”. Sinar Grafika. Jakarta.
Agustino, Leo. 2016. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Arens, Alvin A., & Loebecke, James K. 2000.“Auditing an Intergrated Approach”.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Amirin, T. M. 2009. Penelitian eksploratori (eksploratif). Diakses melalui tatangmanguny.
http://wordpress. com/.
Amirudin, dan Zainal Asikin. 2012. “Pengantar metode Peraturan hukum”, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Aswan, Aswan. 2013. Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, Rona Pancaran Ilmu:
Yogyakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia 2017. Laporan Hasil Pemeriksaan atas
kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Pemerintah Daerah
Kota Bitung.
Badzila Daroyani Novitatanigrum, 2014. Akuntabilitas dan Transparansi Pengadaan Barang
dan jasa Pemerintah Melalui Electronic Procurement Kota Surabaya. Program Studi
Ilmu Adminitrasi Negara, Fisip Universitas Airlangga, Vol. 2, Nomor 1, 2014.
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Penerbit Erlangga.
Bangun, Wilson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga.
Bungin, Burhan. 2015. Penelitian Kualitatif; Komuniikasi, Ekonomi, Kebijakan, Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya. Edisi Kedua Jakarta: Prenada Media Group.
Budisusilo, Suryanto, 2005. “Penilaian dan Pengelolaan Aset Daerah dalam Pembangunan
Daerah”. Seminar Nasional, MEP UGM, Yogyakarta, 4 Juni 2005.
Daft, Richard L. 2007. Manajemen. Edisi 6. Diterjemahkan oleh EdwardTanujaya dan Shirly
Tiolina. Salemba Empat: Jakarta.
Dwiyanto, Agus.2006. “Transparansi Pelayanan Publik”. Dalam Agus Dwiyanto, ed 2006.
“mewujudkan good governance melalui pelayanan publik”. Yogyakarta: Gadja Mada
University Press.
Eriyanto, 2011. Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan
Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.
Eisenhardt, Kathleen. M. 1989. Agency theory: An assessment and review. Academy of
management review, 14(1), 57-74.
Bodnar, George H. & Hopwood, William, S. 2003. Sistem Informasi Akuntansi, Terjemahan
Jusuf A. A, Edisi Keenam, Penerbit Salemba Empat Jakarta.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor. 31 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan
APBD Tahun Anggaran 2017.
168
Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa. Jakarta,
Pemerintah Republik Indonesia.
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012. (Perubahan Ke 2 atas Peraturan Presiden) Tentang
Pengadaan Barang/Jasa. Jakarta, Pemerintah Republik Indonesia.
Peraturan Presiden Nomor 4 tahun 2015 (Perubahan Ke 4 atas peraturan presiden) Tentang
Pengadaan Barang/Jasa, Jakarta, Pemerintah Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang dan Milik
Negara/Daerah.
Peraturan Menteri dalam Negeri nomor 2 Tahun 2013. Tentang Pedoman Pengembangan
Sistem Pendidikan dan Pelatihan Berbaisi Kompetensi di lingkungan Kementerian
dalam negeri dan pemerintah daerah. Jakarta.
Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 19 tahun 2016 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Barang Milik Daerah.
Peraturan LKPP nomor 5 tahun 2012. Tentang Unit Layanan Pengadaan barang/jasa, Jakarta.
Peraturan LKKP nomor 16 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Teknis Pengangkatan dalam jabat
fungsional pengelola pengadaan barang/jasa melalui mekanisme pengangkatan dari
jabatan lain, Jakarta
Halim, Abdul. 2012. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Hutapea, Parulian & Thoha, Nurianna. 2008. Kompetensi Plus. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Kotler, P. & Koller, K.L. 2012. “Manajemen Pemasaran. Edisi 12. Jakarta: Erlangga.
Krina, L.L 2003. Indikator dan alat ukur prinsip akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi.
Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Maharany Arsyad, La Ode Suriadi, & Syamsul Anam, 2016. Analisis Pengadaan Barang dan
Jasa secara elektronik (E-Procurement) pada LPSE Kota Jurnal Ekonomi
Kendari.Jurusan Ilmu Ekonomi. Universitas Halu Oleo, Kendari.Vol.1, No 1:01-11.
Martoyo, Susilo. 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, BPFE, Yogyakarta.
Mardiasmo. 2004, “Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah”. BPFE, Yogyakarta.
Moleong. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi PT. Remaja Rosdakarya:
Bandung.
Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Muhimatul Kibtiyah, 2016. Pengaruh Kompetensi, Budaya organisasi dan Gaya
Kepemimpinan pada efektivitas sisitem pengendalian inter pengadaan Barang/jasa
pemerintah. Pasca sarjana Universitas Udayana, 2016.
Notoatmojo, S. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Penerbit.Rineka Cipta:
Jakarta.
Nida Qoibi, Mohamad Djasuli. 2012. Pentingnya Kompetensi Pejabat Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (Kota Kabupaten Bangkalan dalam melaksanakan prosedur
pengadaan Barang/Jasa berdasarkan Perpres 54 tahun 2010). Universitas Trunojoyo
Madura.
Prawirosentono, Suyadi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE.
Rivanto, J. 1989. Kualitas dan produktivitas. Jakarta: Lembaga Saran Informasi Usaha dan
Produktivitas
Rinie Arifianti, Budi Santoso, & Lilik Handajani, 2015. Perpektif Triangle Fraud Theory
Dalam Pengadaan Barang/Jasa di Pemerintahan Nusatenggara Barat. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram Vol. 11 No 2; 195-213.

169
Rizal Wahyu Kusuma. 2015, Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Fasilitas dan Emosional
Terhadap Kepuasan Pelanggan, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Jurnal Ilmu
dan Riset Manajemen.Vol.4 No 12.
Sabarno, H. 2007. “Memandu otonomi daerah menjaga kesatuan bangsa“, Jakarta Sinar
Grafika
Satori, Djam‟an & Aan Komariah. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Alfabeta.
Siagian, Sondang P. 2003. Teori & Praktek Kepemimpinan. Rineka Cipta. Jakarta.
Siagian, Sondang P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.
Silalahi, Ulbert. 2003. Studi Tentang Ilmu Administrasi. Bandung: Sinar Baru Aglesindo.
Silalahi, Marto.2015. Kebijakan Publik, Cetakan ke-1. Bandung: Yuma Pustaka
Simamora, H. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia edisi pertama, STIE YPKN,
Yogyakarta.
Siregar, Doli.D. 2004. Manajemen Aset. Jakarta: Satyatama Graha Tara
Singleton, Hall. 2007. Information Technology Auditing and Assurance, Edisi Kedua,
Salemba Empat, Jakarta.
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi. Andi. Yogyakarta.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sunyoto, Danang. 2015. Penelitian Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, Center of
Academic Publishing Service (CAPS), Yogyakarta.
Suryanto.2015. Pengantar Ilmu Komunikasi Bandung: CV Pustaka Setia.
Widodo, Joko. 2007. Analisis Kebijakan Publik. Bayu Media Publishing. Malang.
Winarno, Budi. 2002. Kebijakan Publik: Teori dan proses. Media Presindo. Yogyakarta.
Widiyantoro, A.E. 2009. Implementasi Performance Budgeting: sebagai kajian
Fenomenologis (Studi kasus Pada Universitas Diponegoro).

170

You might also like