You are on page 1of 9

OPTIMALISASI DAN HAMBATAN DALAM PENEMPATAN PEGAWAI

DI KABUPATEN BANYUWANGI
(Studi pada Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Banyuwangi)

Fitria Dyah Apriliyanti, Siswidiyanto, Endah Setyowati


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: fitriadyah_april@yahoo.co.id

Abstract: The Optimization and Obstacles of Employees Placement in Banyuwangi. One of the
policies taken by the government as an attempt was made to Civil Servants structuring with the
enactment of the moratorium CPNS. However, with the enactment of the moratorium policy
employess, Banyuwangi experiencing short-staffed. It is based on the same time a wave of retiring
civil servants continue. So the need for optimizing employee in Banyuwangi. To know the
optimization and obstacles of employee placement the research conducted on the Staffing and
Training Agency Banyuwangi. The research method used is descriptive qualitative the research
data is divided into two kinds: primary data and secondary data. The results of this study indicate
that optimization of employee placement in Banyuwangi has done well, namely by determining job
analysis, workload analysis and determination of the qualifications position in accordance to the
PP 13 of 2002. Results of job analysis conducted to improve the productivity of employees. The
implementation of workload analysis, it is known that not all areas in the district of Banyuwangi get
briefed and benefits. Further qualifications of each employee is in conformity with the position
carried, but there needs to be increased in accordance. Factors that influence the course of the
placement of employees in Banyuwangi, namely situational factors, education and employee
competencies, and qualifications of job analysis team. So that the improvement of the need for re-
analysis or evaluation of the results of the job descriptions and workload analysis. Further, each
officer shall be selected on the basis of qualifications professionalism through competitive
examinations. Reduction of structural training accompanied by the implementation of the training
of skilled workers, as well as the need for transparency of qualifications job analysis and workload
analysis team.

Keywords: Optimization, Obstacles, Employees Placement

Abstrak: Optimalisasi dan Hambatan dalam Penempatan Pegawai di Kabupaten


Banyuwangi. Salah satu kebijakan yang diambil pemerintah sebagai upaya yang dilakukan untuk
penataan Pegawai Negeri Sipil yaitu dengan diberlakukannya kebijakan moratorium CPNS. Namun
dengan diberlakukannya kebijakan moratorium CPNS, Kabupaten Banyuwangi mengalami
kekurangan pegawai. Hal ini didasarkan pada saat yang bersamaan gelombang PNS yang pensiun di
Kabupaten Banyuwangi terus berlangsung. Sehingga perlu adanya pengoptimalan pegawai di
Kabupaten Banyuwangi. Untuk mengetahui optimalisasi dan hambatan dalam penempatan pegawai
maka penelitian dilakukan pada Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Banyuwangi. Metode
penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif, data penelitian terbagi menjadi dua macam
yaitu: data primer dan data sekunder. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa optimalisasi
penempatan pegawai di Kabupaten Banyuwangi sudah dilakukan dengan baik, yaitu dengan
menentukan analisis jabatan, analisis beban kerja dan penetapan kualifikasi jabatan sesuai dengan
PP Nomor 13 Tahun 2002. Hasil dari analisis jabatan yang dilakukan dapat meningkatkan
produktivitas pegawai. Dalam pelaksanaan analisis beban kerja, diketahui bahwa tidak semua
daerah yang ada di Kabupaten Banyuwangi mendapatkan pengarahan dan manfaatnya. Lebih jauh
lagi kualifikasi pegawai sudah sesuai dengan jabatan yang diemban, namun perlu adanya
peningkatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya penempatan pegawai di Kabupaten
Banyuwangi yaitu faktor situasional, pendidikan dan kompetensi pegawai, serta kualifikasi tim
analisis jabatan. Untuk itu perlu adanya analisis kembali atau evaluasi terhadap hasil dari analisis
jabatan dan beban kerja. Lebih lanjut lagi, setiap pejabat wajib diseleksi atas dasar kualifikasi
profesionalitasnya melalui ujian kompetitif. Pengurangan diklat struktural yang diiringi oleh
pelaksanaan diklat tenaga terampil, serta perlu adanya transparansi terhadap kualifikasi tim analisis
jabatan dan tim analisis beban kerja.

Kata Kunci: Optimalisasi, Hambatan, Penempatan Pegawai.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, Nomor 4, Hal. 58-66 | 58


Pendahuluan untuk mengatasi permasalahan pegawai di
Dalam Undang-Undang Nomor 43 Kabupaten Banyuwangi tersebut, penataan
Tahun 1999 yang merupakan perubahan atas PNS dengan cara pengoptimalan penempatan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 pegawai dalam organisasi pemerintahan perlu
tentang pokok-pokok kepegawaian, dijelaskan dilakukan. Penataan pegawai tersebut dapat
bahwa kedudukan dan peran Pegawai Negeri dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian dan
Sipil adalah sangat penting dan menentukan Diklat Kabupaten Banyuwangi, dikarenakan
karena mereka adalah sebagai aparatur negara badan ini bertugas menyelenggarakan
dan aparatur pemerintah dalam penye- manajemen PNS yang mencakup peren-
lenggaraan pemerintahan dan pembangunan canaan, pengembangan kualitas sumber daya
dalam usaha mewujudkan tujuan nasional. PNS dan administrasi kepegawaian, penga-
Untuk itu perlu adanya suatu proses yang wasan dan pengendalian, penyelenggaraan
sistematis dan berkelanjutan untuk dan pemeliharaan informasi kepegawaian,
memperoleh kuantitas, kualitas, komposisi mendukung perumusan kebijakan kesejah-
dan distribusi pegawai yang tepat sesuai teraan PNS, serta memberikan bimbingan
dengan kebutuhan organisasi, sehingga dapat teknis kepada unit organisasi yang menangani
mewujudkan visi dan misi organisasi menjadi kepegawaian daerah.
kinerja nyata.
Namun, dalam pelaksanaan penempatan Tinjauan pustaka
pegawai tidak terlepas dari adanya suatu 1. Kelembagaan Daerah
permasalahan. Permasalahan yang timbul a. Pengertian Kelembagaan
tidak hanya pada pemerintah pusat namun Lembaga diartikan sebagai suatu
juga pada pemerintah daerah, yaitu alokasi organisasi formal yang menghasilkan
dan distribusi PNS yang tidak proporsional perubahan yang melindungi perubahan, dan
antara jumlah PNS dengan tugas dan fungsi jaringan dukungan-dukungan yang dikem-
organisasi yang harus dilaksanakan, bangkan dalam lingkungan tidak diartikan
persentase antara jumlah belanja pegawai sebagai pola-pola kegiatan yang normatif atau
dengan belanja publik di dalam APBD yang sebagai suatu sektor masyarakat (Eaton, 1993,
tidak rasional, adanya penempatan pegawai h.23). Sedangkan menurut Horton dalam
yang tidak sesuai dengan kompetensi yang Nurcholis (2005, h.211) lembaga adalah suatu
dimiliki. sistem norma yang dipakai untuk mencapai
Salah satu kebijakan yang diambil tujuan atau aktivitas yang dirasa penting, atau
pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut kumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang
yaitu dengan diberlakukannya kebijakan terorganisir yang terpusat dalam kegiatan
moratorium CPNS. Kabupaten Banyuwangi utama manusia. Jadi, lembaga pemerintahan
merupakan salah satu daerah yang terkena daerah adalah sistem aturan atau proses yang
dampak dari adanya kebijakan moratorium. terstruktur, yang digunakan untuk menye-
Terjadi kekurangan pegawai akibat kebijakan lenggarakan pemerintah daerah.
moratorium yang di terima Kabupaten
Banyuwangi sebagai salah satu daerah yang b. Struktur Kelembagaan
belanja pegawainya di atas 50% yaitu Menurut Jones dalam Hessel (2006,
mencapai 57,7% pada tahun 2012. Sedangkan h.123), struktur organisasi adalah sistem
pada saat yang bersamaan, gelombang PNS formal dari aturan dan tugas serta hubungan
yang pensiun terus berlangsung. Pada tahun otoritas yang mengawasi bagaimana anggota
2012, ada sekitar 450 PNS yang memasuki organisasi bekerja sama dan menggunakan
usia pensiun dan pada tahun 2013 jumlah sumber daya untuk mencapai tujuan
PNS yang pensiun semakin meningkat organisasi.
sebanyak lebih dari 600 pegawai. c. Penataan Kelembagaan
Mengingat jumlah pegawai dan jumlah Upaya untuk melakukan penataan unit
organisasi yang tidak sesuai dapat kelembagaan dengan jumlah pegawai yang
mengakibatkan tidak efektifnya penyeleng- tepat untuk keperluan melaksanakan tugas
garaan administrasi pemerintahan, maka kewajiban lembaga/organisasi disebut

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, Nomor 4, Hal. 58-66 | 59


³rightsizing´ 8SD\D rightsizing dilakukan c. Dasar-dasar Bagi Penyelenggaraan
dalam beberapa tahapan, yaitu: Kepegawaian
a) Menentukan kebijakan strategis Dasar-dasar yang digunakan oleh
b) Organizing mode, menentukan jenis dan penyelenggaraan kepegawaian dalam
jumlah satuan organisasinya (pembagian penempatan Pegawai Negeri Sipil sebagai
satuan organisasi) berikut:
c) Memadukan orang-orang dalam orga- a) Perumusan tugas pokok dan fungsi setiap
nisasi organisasi
b) Penyusunan susunan organisasi
2. Administrasi Kepegawaian c) Perincian organisasi ke dalam jabatan-
a. Pengertian Administrasi Kepegawaian jabatan dan pekerjaan
Kepegawaian sebagai unsur administrasi d) Uraian syarat-syarat bagi masing-masing
berkaitan dengan proses yang berhubungan jabatan
dengan penggunaan tenaga kerja/pegawai e) Penentuan kebutuhan jumlah pegawai
(manusia) dalam usaha kerja sama. yang rasional berdasarkan jenis, sifat,
Kegiatannya berupa pencarian, pelamaran, dan beban kerja
pengujian, penerimaan, pengangkatan, f) Penggunaan sistem penilaian dan
penempatan, kepangkatan, pengembangan, pengawasan pegawai yang tegas dan
kesejahteraan, pemutasian sampai pada objektif
pemberhentian tenaga kerja dalam suatu g) Pengembangan sistem karier dalam
usaha kerja sama untuk mencapai tujuan kenaikan pangkat dan pengangkatan bagi
tertentu. sesuatu jabatan
h) Pendidikan dan latihan pegawai negeri
b. Unsur Administrasi Kepegawaian yang berencana, menyeluruh, dan
Menurut Sjamsiar (2006, h.29), praktek kontinu agar mutu pegawai negeri sesuai
dan kebijakan yang diperlukan dalam unsur dengan kebutuhan pelaksanaan tugasnya
kepegawaian dalam administrasi meliputi: sebagai petugas dan abdi masyarakat
a) Analisis jabatan, yaitu menetapkan sifat i) Penggajian dan pengupahan didasarkan
dari pekerjaan masing-masing pegawai/ pada prestasi kerja. (Cristine dan Kansil,
karyawan 2008, h.163-164)
b) Merencanakan kebutuhan pegawai/kar-
yawan dan merekrut pegawai/ karyawan d. Tahap-tahap Pokok Penyelenggaraan
c) Menyeleksi para calon pegawai/ Kepegawaian
karyawan Adapun tahap pokok yang digunakan
d) Melakukan orientasi dan pelatihan bagi dalam penyelenggaraan kepegawaian, yaitu
calon pegawai atau pegawai baru sebagai berikut:
e) Menata-olah upah dan gaji, yaitu cara a) Inventarisasi jabatan, pekerjaan, dan
mengompensasi karyawan kemampuan pegawai
f) Menyediakan insentif dan kesejahteraan b) Penentuan kebutuhan kuantitas dan
g) Menilai kinerja kualitas pegawai atas dasar jenis, sifat,
h) Mengomunikasikan (wawancara, penyu- dan beban kerja.
luh, pendisiplinan) c) Penerimaan dan penugasan pada jabatan-
i) Pelatihan dan pengembangan pegawai jabatan yang sesuai dengan pangkat, gaji,
j) Membangun komitmen pegawai/ dan fasilitas kerja yang sesuai
karyawan d) Pemberian bimbingan, pendidikan, dan
k) Peluang yang adil dan tindakan yang latihan untuk peningkatan daya kerja,
afirmatif daya guna, kenaikan tingkat dan pangkat
l) Kesehatan dan keselamatan karyawan/ maupun untuk penempatan.
pekerja e) Pengurusan gaji dan jaminan-jaminan
m) Keluhan dan hubungan (relasi) tenaga sosial
kerja f) Penilaian prestasi dan masa kerja
pegawai
g) Tata usaha kepegawaian

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, Nomor 4, Hal. 58-66 | 60


h) Pengawasan pelaksanaan peraturan- 4. Penempatan Pegawai Negeri Sipil
peraturan kepegawaian. (Cristine dan a. Pengertian Penempatan Pegawai
Kansil, 2008, h.164) Menurut Rivai (2011, h.198) penempatan
adalah penugasan atau penugasan kembali
3. Reformasi Birokrasi seorang karyawan kepada pekerjaan barunya.
Menurut Sedarmayanti (2010, h.71-72), Dalam alur ini, terdapat tiga jenis penting dari
reformasi birokrasi adalah upaya pemerintah penempatan, yaitu promosi, transfer, dan
meningkatkan kinerja melalui berbagai cara demosi.
dengan tujuan efektivitas, efisiensi dan
akuntabilitas yang berarti melalui: b. Pegawai Negeri Sipil
a) Perubahan cara berpikir (pola pikir, pola Menurut Pasal 1 (a) Undang-undang
sikap dan pola tindak) Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok
b) Perubahan penguasa menjadi pelayan kepegawaian, yang dimaksud dengan pegawai
c) Mendahulukan peranan dari wewenang negeri adalah mereka yang setelah memenuhi
d) Tidak berpikir hasil produksi tetapi hasil syarat yang ditentukan dalam peraturan
akhir perundang-undangan yang berlaku, diangkat
e) Perubahan manajemen kinerja oleh pejabat yang berwenang dan diserahi
f) Pantau percontohan reformasi birokrasi, tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi
mewujudkan pemerintahan yang baik tugas negara lainnya yang ditetapkan berda-
bersih, transparan dan profesional, bebas sarkan sesuatu peraturan perundang-undangan
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dan digaji menurut peraturan perundang-
melalui: undangan yang berlaku.
1) Penataan kelembagaan, struktur
organisasi ramping dan flat (tidak 5. Manajemen Sumber Daya Manusia
banyak jenjang hierarkis dan a. Pengertian Manajemen Sumber Daya
struktur organisasi lebih dominan Manusia
pemegang jabatan profesional/ Menurut Sofyandi (2003, h.6) mana-
fungsional dari pada jabatan jemen sumber daya manusia adalah suatu
struktural) strategi dalam menerapkan fungsi-fungsi
2) Penataan ketatalaksanaan, mekanis- manajemen yaitu planning, organizing,
me, sistem dan prosedur sederhana/ leading & controling, dalam setiap
ringkas, simpel, mudah dan akurat aktivitas/fungsi operasional SDM mulai dari
melalui optimalisasi penggunaan proses penarikan, seleksi, pelatihan dan
teknologi informasi dan komuni- pengembangan, penempatan yang meliputi
kasi, serta memiliki kantor, sarana promosi, demosi, & transfer, penilaian
dan prasarana kerja memadai. kinerja, pemberian kompensasi, hubungan
3) Penataan sumber daya manusia industrial, hingga pemutusan hubungan kerja,
aparatur, agar bersih sesuai kebun- yang ditujukan bagi peningkatan kontribusi
tuhan organisasi dari segi kuantitas produktif dari SDM organisasi terhadap
dan kualitas (profesional,kompeten, pencapaian tujuan organisasi secara lebih
beretika, berkinerja tinggi, dan efektif dan efisien.
sejahtera).
4) Akuntabilitas, kinerja berkualitas, b. Analisis Jabatan
efektif, efisien, dan kondusif. Menurut Sofyandi (2008, h.90), analisis
5) Pelayanan dan kualitas pelayanan, jabatan (job analysis) merupakan suatu proses
pelayanan prima (cepat, tepat, adil, yang sistematik untuk mengetahui mengenai
konsisten, transparan, dan lain-lain), isi dari suatu jabatan (job content) yang
memuaskan pelanggan dan mewu- meliputi tugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan,
judkan Good Governance. tanggung jawab, kewenangan, kondisi kerja,
dan syarat-syarat kualifikasi yang dibutuhkan
(job requirements) seperti pendidikan,
keahlian, kemampuan, pengalaman kerja, dan
lain-lain, agar seseorang dapat menjalankan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, Nomor 4, Hal. 58-66 | 61


tugas-tugas dalam suatu jabatan dengan baik. data yaitu dengan observasi, wawancara, dan
Dengan analisis jabatan maka diperoleh dokumentasi. Teknik pengumpulan data
informasi tentang segala sesuatu yang berupa observasi, wawancara, dokumentasi.
berkaitan dengan suatu jabatan, yaitu: uraian Analisis data sesuai dengan Miles dan
jabatan (job description) yang berkaitan Huberman dalam Sugiyono (2012, h.246-253)
dengan identifikasi jabatan; ringkasan yaitu reduksi data, penyajian data, dan
jabatan; hubungan, tanggung jawab dan menarik kesimpulan atau verifikasi.
kewajiban; wewenang dari pemegang jabatan;
standar kinerja; kondisi kerja. Pembahasan
1. Optimalisasi Penempatan Pegawai di
c. Analisis Beban Kerja Kabupaten Banyuwangi
Analisis beban kerja adalah frekuensi Sesuai dengan konsep rightsizing
rata-rata masing-masing jenis pekerjaan menurut Thoha (2010,h.97-98), dalam
dalam jangka waktu tertentu dari masing- penataan pegawai di Kabupaten Banyuwangi,
masing organisasi, misalnya berapa analisis jabatan, analisis beban kerja dan
banyaknya pekerjaan pengetikan surat atau peningkatan kualifikasi jabatan merupakan
naskah lainnya yang harus dibuat oleh suatu upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan
satuan organisasi dalam jangka waktu penempatan pegawai. Dalam pelaksanaan
tertentu. Teknik analisis beban kerja mutasi pejabat struktural Pemerintah
(workload analysis) memerlukan penggunaan Kabupaten Banyuwangi tahun 2012,
rasio-rasio atau pedoman-pedoman penyu- penempatan pegawai telah di laksanakan
sunan staf standar dalam upaya mengi- sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
dentifikasi kebutuhan-kebutuhan pegawai. Negeri Nomor 4 Tahun 2005 tentang
pedoman analisis jabatan di lingkungan
d. Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah
Dua hal penting yang harus diperhatikan Daerah, dengan terlebih dahulu
dalam penyusunan kebutuhan PNS adalah memperhitungkan kualifikasi pegawai dengan
formasi dan analisis jabatan. Pokok-pokok metode analisis jabatan.
dalam penyusunan formasi Pegawai Negeri Berdasarkan hasil penelitian, terdapat
Sipil ditentukan berdasarkan dasar persepsi dari responden bahwa analisis
penyusunan formasi, sistem penyusunan jabatan dapat meningkatkan tanggung jawab
formasi, kebutuhan pegawai dan anggaran para pemegang jabatan terhadap masing-
belanja Negara. masing pekerjaan yang diduduki. Responden
menilai bahwa dengan adanya analisis jabatan
Metode penelitian yang dilaksanakan dengan baik, dapat
Dalam penelitian ini menggunakan meningkatkan kinerja pegawai karena mereka
penelitian deskriptif dengan pendekatan dapat dengan mudah memahami tugas yang
kualitatif. Fokus dalam penelitian ini yaitu: ada pada masing-masing jabatan yang
1) Optimalisasi penempatan pegawai, yaitu: diduduki. Lebih jauh lagi dengan adanya
a) Analisis jabatan analisis jabatan ini, tumpang tindih tugas
b) Analisis beban kerja antara jabatan yang satu dengan jabatan yang
c) Kualifikasi jabatan/pekerjaan lain akan terminimalkan bahkan tidak ada
d) Pelaksanaan penempatan lagi. Hasil ini sesuai dengan pendapat
2) Hambatan penempatan pegawai Sofyandi (2008,h.90) yang menyatakan
a) Situasional bahwa analisis jabatan (job analysis)
b) Pendidikan dan kompetensi pegawai merupakan suatu proses yang sistematik
c) Kompetensi tim analisis jabatan untuk mengetahui mengenai isi dari suatu
Lokasi penelitian adalah Kabupaten jabatan (job content) yang meliputi tugas-
Banyuwangi, dengan situs Badan Kepega- tugas, pekerjaan-pekerjaan, tanggung jawab,
waian dan Diklat Kabupaten Banyuwangi di kewenangan, kondisi kerja, dan mengenai
Jln. KH Agus Salim 20 A Banyuwangi. syarat-syarat kualifikasi yang dibutuhkan (job
Sumber data diperoleh dari sumber data requirements) seperti pendidikan, keahlian,
primer dan sekunder. Teknik pengumpulan kemampuan, pengalaman kerja, dan lain-lain,

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, Nomor 4, Hal. 58-66 | 62


agar seseorang dapat menjalankan tugas-tugas untuk di mutasi, maka selanjutnya adalah
dalam suatu jabatan dengan baik. menempatkan pegawai tersebut dalam posisi
Berdasarkan hasil dari fokus yang jabatan tertentu. Prosedur penempatan
selanjutnya, yaitu analisis beban kerja pegawai pada Badan Kepegawaian dan Diklat
dilakukan untuk mengukur dan meningkatkan Kabupaten Banyuwangi tersebut sesuai
profesionalisme kinerja aparatur di dengan persyaratan yang tercantum pada
Pemerintahan Kabupaten Banyuwangi sesuai pasal 5 PP Nomor 13 tahun 2002 yang
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri merupakan turunan dari PP Nomor 100 tahun
Nomor 12 Tahun 2008. Adapun arah 2000 tentang pengangkatan Pegawai Negeri
reformasi kepegawaian tentang penataan Sipil dalam jabatan struktural.
pegawai di lingkup pemerintah daerah
Kabupaten Banyuwangi yaitu untuk memberi 2. Hambatan dalam Penempatan
penegasan tentang tanggung jawab dan uraian Pegawai di Kabupaten Banyuwangi
tugas jabatan, mendorong pencapaian kinerja Hambatan dalam melakukan penempatan
individual dan kolektif, memperbaiki pegawai dalam jabatan struktural selayaknya
distribusi dan komposisi PNS di setiap dihindari atau diminimalkan agar proses dari
instansi pemerintah, serta meningkatkan penempatan pegawai bisa lebih optimal atau
pendayagunaan PNS melalui kesesuaian sesuai dengan tujuan dilakukannya
jumlah dan kualitas pegawai yang ada atau penempatan pegawai. Mengingat dari tim
dibutuhkan oleh masing-masing instansi, yang melakukan penempatan pegawai juga
guna mendukung pelaksanaan tugas pokok manusia maka suatu kesalahan mungkin saja
dan fungsi organisasi serta tugas jabatan terjadi atau terdapat kendala dalam
secara efektif dan efisien. Namun, dari hasil melakukan penempatan pegawai. Kendala
yang didapat diketahui bahwa tidak semua tersebut bisa berasal dari internal ataupun
daerah yang ada di Kabupaten Banyuwangi eksternal Badan Kepegawaian dan Diklat
mendapatkan pengarahan dan manfaat dari Kabupaten Banyuwangi. Walaupun
adanya analisis beban kerja. Lebih jauh lagi sebenarnya pemerintah pusat telah membuat
meskipun hasil dari analisis beban kerja yang aturan yang jelas dan rinci terhadap
ada tersusun secara sistematis namun setelah pelaksanaan penempatan pegawai, namun
dilakukan penelaahan ulang terdapat beberapa bisa saja timbul permasalahan ataupun
data yang tidak sesuai antara form yang satu hambatan di luar perkiraan dari tim atau
dengan form yang selanjutnya. Sementara Badan Kepegawaian dan Diklat saat
menurut Sedarmayanti (2010, h.94), penataan dilakukannya penempatan pegawai.
kelembagaan tidak terlepas dari adanya Sama halnya dengan daerah-daerah
penataan sumber daya manusia/aparatur. kabupaten maupun kota lain, pelaksanaan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika hasil penempatan pegawai di Kabupaten
yang didapat dari analisis beban kerja belum Banyuwangi juga terdapat masalah yang
dilaksanakan dengan baik maka, akan harus dihadapi. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap penataan sumber daya mempengaruhi pelaksanaan penempatan
manusia/aparatur yang ada di Kabupaten pegawai di Kabupaten Banyuwangi yaitu
Banyuwangi. Lebih jauh lagi akan berdampak faktor situasional, pendidikan dan kompetensi
pada penurunan kinerja kelembagaan. pegawai, serta kompetensi tim analisis
Kualifikasi jabatan yang harus dimiliki jabatan. Faktor situasional yaitu berkaitan
oleh pegawai agar dapat menunaikan tugas dengan luas daerah di Kabupaten
sesuai dengan jabatan diketahui berdasarkan Banyuwangi yang tersebar di 24 kecamatan
uraian dari analisis jabatan. Menurut Weber dengan jarak rata-rata terpaut jauh antara satu
dalam Thoha (2011, h.18) setiap pejabat kecamatan dengan kecamatan yang lain. Jarak
diseleksi atas dasar kualifikasi profesio- inilah yang dijadikan dasar pegawai enggan di
nalitasnya, idealnya hal tersebut dilakukan tempatkan di daerah yang jauh dari tempat
melalui ujian yang kompetitif. Setelah Badan tinggalnya. Sehingga pemerintah memerlukan
Kepegawaian dan Diklat Kabupaten waktu dalam menentukan kebijakannya.
Banyuwangi melakukan serangkaian tahap Faktor pendidikan dan kompetensi pegawai
analisis dan mendapatkan sejumlah calon pun turut menjadi hambatan dalam

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, Nomor 4, Hal. 58-66 | 63


pelaksanaan penempatan pegawai. Masih Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun
adanya penempatan pegawai yang belum 2005. Upaya yang telah dilakukan di
berpegang kepada prinVLS ³The right man on antaranya telah adanya uraian jabatan
the right place and the right man on the right dan persyaratan jabatan. Namun,
job´ \DQJ DUWLQ\D SHQHPSDWDQ RUDQJ-orang penulisan hasil dari uraian jabatan sulit
yang tepat pada tempat dan untuk jabatan dipahami.
yang tepat. b) Analisis Beban Kerja
Secara teknis, kendala yang timbul dari Badan Kepegawaian dan Diklat
faktor internal maupun eksternal sebenarnya Kabupaten Banyuwangi menggunakan
hampir tidak ada. Tetapi hasilnya yang analisis beban kerja sebagai pedoman
menjadi sedikit kurang optimal. Pada dalam penempatan pegawai sesuai
dasarnya pegawai yang akan melakukan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
analisis jabatan sebelum bertugas telah Nomor 12 Tahun 2008. Analisis beban
mendapat pendidikan dan pelatihan dalam kerja dilakukan terhadap aspek-aspek,
melakukan analisis jabatan. Hal tersebut yaitu: norma waktu, volume kerja, dan
sebenarnya sudah sesuai dengan ketentuan jam kerja efektif. Sedangkan pelaksa-
atau pedoman analisis jabatan yang naannya, dilaksanakan secara sistematis
dikeluarkan oleh Kementrian Dalam Negeri. dengan tahapan pengumpulan data,
Mungkin karena waktu yang relatif singkat pengolahan data, penelaahan hasil olahan
maka kompetensi dari tim analisis jabatan data dan kemudian dilanjutkan dengan
sedikit terbatas. Tim analisis jabatan yang penetapan hasil analisis beban kerja.
bertugas melakukan analisis jabatan seperti Pelaksanaan analisis beban kerja di
hanya dipakai sementara waktu dan bertugas Kabupaten Banyuwangi dilaksanakan
saat akan dilakukan analisis jabatan sehingga dengan cukup baik, namun dari data
kemampuan mereka bisa dibilang masih yang didapat terdapat ketidaksesuaian
kurang karena mereka dibuat secara instan. antara form yang satu dengan form
Bahkan pegawai yang bertugas melakukan selanjutnya yang telah diisi oleh pegawai
analisis jabatan terkadang kurang begitu yang sama.
memahami tugas yang dilakukan karena latar c) Kualifikasi Jabatan/Pekerjaan
belakang keilmuan yang dipelajari Kualifikasi jabatan yang harus dimiliki
sebelumnya kurang tepat dengan tugas yang oleh pegawai agar dapat menunaikan
diberikan kepada mereka yaitu dalam tugas sesuai dengan jabatan, diketahui
melakukan analisis jabatan, hal inilah yang berdasarkan uraian dari analisis jabatan.
membuat hasil dari analisis jabatan di tingkat Badan Kepegawaian dan Diklat
kabupaten atau kota kurang begitu optimal Kabupaten Banyuwangi telah melak-
sehingga berpengaruh pada kurang sanakan penempatan pegawai sesuai
optimalnya penempatan pegawai. dengan persyaratan yang tercantum pada
pasal 5 PP Nomor 13 tahun 2002 yang
Kesimpulan merupakan turunan dari PP Nomor 100
Optimalisasi penempatan pegawai di tahun 2000 tentang pengangkatan
Kabupaten Banyuwangi sudah dilaksanakan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan
sesuai dengan pedoman yang berlaku. struktural.
Pengoptimalan penempatan pegawai ini Di samping persyaratan sebagaimana
dilaksanakan dengan terlebih dahulu dimaksud dalam pasal 5, pengangkatan
menentukan analisis jabatan, analisis beban pejabat pembina kepegawaian pusat dan
kerja, dan penentuan kualifikasi jabatan. daerah juga memperhatikan kualifikasi
Sementara optimalisasi penempatan pegawai lain yaitu faktor senioritas dalam
dilihat dari: kepangkatan, usia, pendidikan dan
a) Analisis Jabatan pelatihan jabatan, dan pengalaman yang
Dalam optimalisasi penempatan pegawai dimiliki. Selain faktor-faktor tersebut,
di Kabupaten Banyuwangi, analisis faktor kemanusiaan masih sering
jabatan sudah dilakukan dengan baik digunakan dalam penempatan pegawai di
sesuai prosedur yang ada pada Peraturan Kabupaten Banyuwangi.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, Nomor 4, Hal. 58-66 | 64


d) Pelaksanaan Penempatan Pemilihan tim analisis jabatan yang
Pelaksanaan penempatan pegawai sudah kurang mempertimbangkan kompetensi
dilaksanakan dengan baik namun masih dari tim analisis jabatan, sehingga
perlu diperhatikan persyaratan kese- kompetensi yang dimiliki sedikit
suaian antara minat, bakat, pengetahuan, terbatas.
keterampilan dan keahlian pegawai Dari kesimpulan akhir penelitian tentang
dengan jenis dan tingkat pekerjaan/ optimalisasi penempatan pegawai di
jabatan yang dipercayakan kepadanya. Kabupaten Banyuwangi, maka peneliti dapat
Dengan melakukan penempatan pegawai memberikan saran-saran yang mungkin dapat
yang sesuai dengan persyaratan tersebut bermanfaat bagi Pemerintah Daerah
diharapkan meningkatkan kinerja pega- Kabupaten Banyuwangi. Saran-saran peneliti
wai sehingga tujuan organisasi dapat adalah sebagai berikut:
tercapai. a) Pembenahan penulisan uraian jabatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu dengan memilah-milah antara
pelaksanaan penempatan pegawai di uraian jabatan mana saja yang masuk ke
Kabupaten Banyuwangi yaitu terkait dengan dalam deskripsi jabatan, spesifikasi
faktor situasional daerah, pendidikan dan jabatan, standar kinerja jabatan dan
kompetensi dari Pegawai Negeri Sipil yang kemudian di-cover dalam sebuah
ada, serta kualifikasi yang dimiliki oleh tim informasi uraian jabatan, sehingga
analisis jabatan maupun tim analisis beban terbentuklah informasi uraian jabatan
kerja. pegawai yang terstruktur dan lebih
a) Faktor situasional mudah dipahami oleh setiap pegawai.
Faktor situasional berkaitan dengan luas b) Perlu adanya analisis kembali atau
daerah di Kabupaten Banyuwangi yang evaluasi terhadap hasil dari analisis
tersebar di 24 kecamatan dengan jarak beban kerja yang telah dilaksanakan.
rata-rata terpaut jauh antara satu c) Dalam penempatan pegawai, setiap
kecamatan dengan kecamatan yang lain. pejabat wajib diseleksi atas dasar
Jarak inilah yang dijadikan dasar kualifikasi profesionalitasnya dengan
pegawai enggan di tempatkan di daerah melalui ujian yang kompetitif.
yang jauh dari tempat tinggalnya. d) Pengurangan diklat struktural yang
Sehingga pemerintah memerlukan waktu dinilai tidak mendorong ke arah prestasi
dalam menentukan kebijakannya. dan kompetensi pegawai melainkan
b) Pendidikan dan kompetensi pegawai didorong oleh keinginan untuk
Masih adanya penempatan pegawai yang menduduki jabatan atau status eselon.
EHOXP EHUSHJDQJ NHSDGD SULQVLS ³The Untuk itu perlu adanya diklat tenaga
right man on the right place and the terampil yang digunakan untuk
right man on the right job´ \DQJ DUWLQ\D mengatasi jumlah pegawai yang kurang
penempatan orang-orang yang tepat pada efektif bekerja.
tempat dan untuk jabatan yang tepat e) Transparansi terhadap kualifikasi tim
sehingga berpengaruh pada kompetensi analisis jabatan dan tim analisis beban
dimiliki Pegawai Negeri Sipil yang kerja, serta pelaksanaan diklat tenaga
menduduki jabatan. terampil yang dilaksanakan secara
c) Kualifikasi tim analisis jabatan berkala.

Daftar Pustaka

Christine & Kansil. (2008)Sistem Pemerintahan Indonesia Edisi Revisi±Cetakan 3. Jakarta, Bumi
Aksara.
Eaton, J.W. (1993) Pembangunan Lembaga dan Pembangunan Nasional dari Konsep ke Aplikasi.
Jakarta, Bina Aksara.
Hessel, Nogi S. Tangkilisan. (2005) Manajemen Publik. Jakarta,Grasindo.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, Nomor 4, Hal. 58-66 | 65


Nurcholis, H. (2005)Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta, Grasindo.
Rivai, Veitzhal. (2011) Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta, Raja Grafindo
Persada.
Sedarmayanti (2010) Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa
Depan. Bandung: Refika Aditama.
Sjamsuddin, Sjamsiar. (2006) Dasar-Dasar & Teori Administrasi Publik. Malang, Sofa Mandiri &
Indonesia Print Malang.
Sofyandi, H. (2008) Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta, Graha Ilmu.
Sugiyono (2012) Metode Penelitian Kualitatif dan R & D. Bandung, Alfabeta.
Thoha, Miftah. (2010) Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia. Jakarta, Kencana Prenada Media
Group.
Thoha, Miftah. (2011) Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi. Jakarta, Kencana.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, Nomor 4, Hal. 58-66 | 66

You might also like