You are on page 1of 7

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN

APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 1 TAHUN 2020


DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA PASURUAN

Ade Lyta Rizky Amelya, Bambang Supriyono, Mardiyono


Program Studi Magister Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: adelytarizky@gmail.com

Abstract: Implementation of Minister of State Apparatus Empowerment and Bureaucratic Reform Regulation
Number 1 of 2020 concerning Guidelines for Job Analysis in the Pasuruan City Regional Civil Service Agency.
The government applies infrastructure resource management in regional staffing. However, in reality, the
condition of regional personnel, especially in the Pasuruan City Government, is still of low quality and it is
still found that officials are placed in certain inappropriate positions. Therefore, Minister of State Apparatus
and Bureaucratic Reform Regulation Number 1 of 2020 concerning Job Analysis Guidelines was issued.
However, at the implementation level, a number of problems arise, including policy standards and policy
assessment that are not yet focused, understanding of policy content and contents is still low, communication
and coordination between implementing organizations is low, the availability of human resources in
implementing policies needs to be improved and the commitment of implementers or implementor in carrying
out policy content so that the results of the job analysis carried out are not optimal. This research uses a
qualitative research method with a descriptive approach with the research objective being to determine the
extent to which the implementation of job analysis policies can influence employee placement.

Keywords: Policy Implementation; Policy Analysis of the Regional Staffing Agency of Pasuruan
City Year 2023

Abstrak: Implementasi Peraturan Menteri Pendayaguaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Pedoman Analisis Jabatan Di Badan Kepegawaian
Daerah Kota Pasuruan. Manajemen sumber daya apartur yang diaplikasikan pemerintah adalah
dalam penataan kepegawaian daerah. Namun kenyataannya, kondisi kepegawaian daerah khususnya
pada Pemerintah Kota Pasuruan masih dalam kualitas yang rendah dan masih ditemukan aparatur
yang ditempatkan pada jabatan tertentu yang kurang tepat. Oleh karenanya, dikeluarkanlah
Peraturan Menteri Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1 Tahun 2020 Tentang
Pedoman Analisis Jabatan. Namun dalam tataran implementasinya, sejumlah persoalan muncul
diantaranya standar kebijakan dan penilaian kebijakan yang belum terarah, pemahaman isi dan
muatan kebijakan yang masih rendah, komunikaisi dan koordinasi antar organisasi pelaksana yang
rendah, ketersediaan sumber daya manusia dalam menjalankan kebijakan yang perlu ditingkatkan
serta komitmen pelaksana atau implementor dalam menjalankan muatan kebijakan sehingga hasil
analisis jabatan yag dilaksankan terksesan tidak maksimal. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif dengan tujuan penelitian untuk mengetahui sejauh
mana implementasi kebijaan analisis jabatan dapat mempengaruhi penempatan pegawai secara
tepat.

Kata kunci: Implementasi Kebijakan; Analisis Kebijakan Badan Kepegawaian Daerah Kota
Pasuruan Tahun 2023

Pendahuluan penetapan formasi, pengadaan, pengangkatan,


Tantangan yang dihadapi oleh birokrasi pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun,
dalam era otonomi daerah sekarang ini dirasa gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan
cukup berat. Lahirnya Undang-Undang Nomor kewajiban, kedudukan hukum, pengembangan
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah yang potensi dan pengendalian jumlah Pegawai NegerI
kemudian diubah kedalam Undang-Undang Sipil. Sebagai negara yang memperjuangkan
Nomor 9 Tahun 2015 menjelaskan bahwa Kepala semangat reformasi birokrasi, hal yang perlu
Daerah memiliki peranan dalam melaksanakan dilakukan ialah aktualisasi konsep penempatan
manajemen kepegawaian daerah meliputi pegawai pada tempatnya dalam mewujudkan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 7, No. 1, Hal. 1-7 | 1


pemerintahan yang efektif. Seperti yang sebesar 60 % dari target 98% yang telah
tercantum dalam pasal 56 ayat (1) sampai dengan ditetapkan.
(3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2023 Mengingat permasalahan yang dihadapi
Tentang Aparatur Sipil Negara bahwa setiap seperti yang telah dipaparkan di atas, tema
instansi pemerintah wajib menyusun kebutuhan penelitian tentang implementasi kebijakan
jumlah dan jenis jabatan Aparatur Sipil Negara analisis jabatan menjadi permasalahan yang
berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban menarik untuk dikaji lebih dalam melalui teori
kerja. Hal ini menunjukan keseriusan pemerintah implementasi kebijakan yang disandingkan
dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan dengan realitas yang terjadi di lapangan, maka
yang baik melalui pelaksanaan manajemen penulis merumuskan masalah Bagaimanakah
Aparatur Sipil Negara guna mencetak aparatur Implementasi Kebijakan Analisis Jabatan di
birokrasi yang kompeten, handal, dan kompetitif Badan Kepegawaian daerah Kota Pasuruan?
melalui penataan aparat birokrasi sehingga Tujuan penelitian adalah untuk
penempatan pegawai benar-benar tepat sasaran mendiskripsikan dan menganalisis bagaimana
dan tepat guna. Implementasi Kebijakan Analisis Jabatan di BKD
Pemerintah Kota Pasuruan khususnya di Kota Pasuruan
Badan Kepegawaian Daerah Kota Pasuruan telah Manfaat penelitian sebagai sumbangan
melaksanaan kebijakan analisis jabatan masukan dan pemikiran bagi BKD Kota Pasuruan
sebagaimana amanat Peraturan Menteri dalam kinerjanya untuk menempatkan pegawai
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi sesuai dengan kemampuan dan kualifikasi
Birokrasi Nomor 1 Tahun 2020, namun dalam pendidikan agar meningkatkan performa pegawai
pelaksanaanya, masih ditemukan hambatan dan dalam melaksanakan pelayanan publik.
tantangan. Dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Tinjauan Pustaka
Birokrasi Nomor 1 Tahun 2020 belum 1. Implementasi Kebijakan
memaparkan terkait tolak ukur keberhasilan Implementasi kebijakan merupakan salah
pelaksanaan analisis jabatan yang dilkaukan oleh satu komponen dari keseluruhan proses kebijakan
pemerintah daerah, sebagai sarana penilaian publik yang terjadi. Menurut Mustopadidjaya
sejauh mana tingkat keberhasilan hasil analisis (2002, h.2-3) menyatakan bahwa kebijakan publik
jabatan yang telah dilaporkan kepada merupakan fenomena yang kompleks dan dinamis
Kementerian Dalam Negeri sehingga instansi yang dapat dikaji dari berbagai disiplin ilmu.
pemerintah daerah tidak bisa melakukan evaluasi Selanjutnya dikatakan bahwa proses kebijakan
yang obyektif terhadap hasil kerja dan capaian dapat dipandang merupakan rangkaian kegiatan
kinerja pegawai berdasarkan jabatan yang yang meliputi paling tidak tiga kelompok kegiatan
tersusun melalui analisis jabatan yang bermuara utama, yaitu: (1) formulasi kebijakan, (2)
pada penempatan pegawai yang tidak terstruktur pelaksanaan kebijakan, dan (3) evaluasi kinerja
hal ini dapat diketahui berdasarkan dokumen kebijakan, yang perlu dilakukan dalam rangka
laporan Hasil Evaluasi Sistem Akuntabilitas pemantauan, pengawasan, dan
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Badan pertanggungjawaban yang dikenal sebagai
Kepegawaian Daerah Kota Pasuruan Tahun “Policy Cycle”.
2021-2022. Menurut Mazmanian (1983, h.20-21)
pemahaman kelompok sasaran yang implementasi kebijakan dapat diartikan sebagai
menjadi target sasaran dan diharapkan akan pelaksanaan keputusan kebijakan dasar yang
menerima manfaat dari kebijakan tersebut juga biasanya dilakukan dalam bentuk undang-undang
sangat rendah, Bisa dilihat dengan belum atau perintah-perintah maupun keputusan-
terbentuknya tim pelaksana analisis jabatan keputusan eksekutif maupun badan peradilan.
sesuai dengan yang tertuang pada pasal (4) Biasanya keputusan tersebut mengidentifikasikan
sampai dengan pasal (5) Permenpan RB Nomor 1 masalah yang dihadapi, tujuan yang ingin dicapai,
Tahun 2020. Dalam dokumen laporan Hasil dan struktur dari proses implemenatsi. Proses ini
Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi normalnya melewati berbagai tahapan yaitu
Pemerintah (SAKIP) Badan Kepegawaian mengeluarkan peraturan dasarnya selanjutnya
Daerah Kota Pasuruan Tahun 2022 yang diikuti keputusan kebijakan dari agen pelaksana,
tercantum dalam Cascading Kinerja Pegawai dampak aktual, dan terakhir revisi terhadap aturan
menunjukan Presentase ASN yang ditempatkan dasarnya.
sesuai dengan formasi, dan kompetensi hasil Apabila proses implementasi telah berjalan,
pelaksanaan analisis jabatan sebesar 62% dari maka diharapkan akan muncul suatu keluaran
target 98% yang ditetapkan sebelumnya dengan yaitu hasil segera (effect) dan dampak akhir
hasil Penilaian Indikator Kinerja Individu (IKI) (impact). Hasil segera adalah pengaruh atau

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 7, No. 1, Hal. 1-7 | 2


akibat jangka pendek yang dihasilkan oleh suatu Menurut Mondy (2008, h.85) menyatakan
implementasi kebijakan, sedangkan dampak bahwa analisis jabatan adalah proses sistematis
kebijakan adalah sejumlah akibat yang dihasilkan untuk menentukan keterampilan-keterampilan,
oleh implementasi kebijakan melalui proses tugas-tugas dan pengetahuan yang dibutuhkan
jangka panjang. Hasil segera dan dampak yang dalam menjalankan suatu pekerjaan dalam
ditimbulkan kan sangat berguna untuk menilai sebuah organisasi. Analisis pekerjaan merupakan
implementasi dari suatu kebijakan. teknik sumberdaya manusia yang mendasar dan
menyeluruh serta meruakan titik awal bagi
2. Sumber Daya Aparatur aktivitas-aktivitas sumberdaya manusia lainnya.
Soewarno (1982, h. 154) mengatakan bahwa Menurut Moekijat (2012, h.25) menyatakan
Aparatur ialah aspek-aspek administrasi yang bahwa position atau jabatan adalah
diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan semua kewajiban dan tanggung jawab yang
atau Negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan melekat pada seorang pegawai.
organisasi. Aspek-aspek administrasi itu terutama Pengertian jabatan disini adalah pengertian
ialah kelembagaan atau organisasi dan teknis, nukan pengertian sehari-hari.
kepegawaian. Dalam pengertian sehari-hari yang dimaksud
Menurut Setyawan (2014, h.169) dengan jabatan adalah misalnya Kepala Biro,
mengatakan bahwa Aparatur Pemerintah adalah Kepala Bagian dan sebagainya. Dalam uraian
pekrja yang digaji pemerintah melaksanakan mengenai analisis jabatan ini Kepala Biro,
tugas-tugas teknis pemerintahan melakukan Kepala Bagoan dan sebagainya disebut
pelayanan kepada masyarakat berdasarkan pemegang jabatan (job holder) sedangkan yang
ketentuan yang berlaku. dimaksud jabatan adalah pekerjaan yang
Kinerja aparatur tidak lepas dari apa yang dilakukan bukan orangnya yang melaukukan
dinamakan dengan Sumber Daya Manusia. SDM pekerjaan tersebut.
merupakan salah satu faktor penunjang dalam Dari beberapa definisi di atas dapat
menjalankan tugas kepegawaian bagi aparatur. disimpulkan bahwa analisis jabatan merupakan
Setiap aparatur mempunyai tugas menjalankan suatu proses pengumpulan dan pencatatan
fungsi organisasi dan pemerintahan dengan baik informasi terpercaya dan sahih dengan suatu
dan terarah, berikut pengertian prosedur tertentu terhadap suatu jabatan tertentu
tentang sumberdaya aparatur. Sumber daya dan persyaratan-persyaratan uang harus dimiliki
apartur menurut Badudu (1996, h.1372) adalah oleh si pemegang jabatan. Termasuk disini
terdiri dari kata sumber yaitu, tempat asal dari adalah:
mana sesuatu datang, daya yaitu usaha untuk 1. Semua tugas, kegiatan dan tanggung
meningkatkan kemampuan, sedangkan aparatur jawab.
yaitu pegawai yang bekerja dipemerintahan. Jadi, 2. Pengetahuan, keterampilan, kemampuan,
sumber daya aparatur adalah kemampuan yang dan karakter-karakter lain yang
dimiliki oleh pegawai untuk melakukan sesuatu. dibutuhkan oleh sipemegang jabatan agar
Sedangkan menurut Payaman J. Simanjutak dapat bekerja dengan efektif.
(1985, h.87) mengemukakan bahwa: “Sumber 3. Alasan terhadap adanya suatu jabatan
Daya Manusia mengandung pengertian usaha tertentu dan apa yang membuatnya
kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses berbeda dari jabatan yang lain.
produksi. Dalam hal ini sumber daya 4. Standard kerja atau target yang dapat
manusia mencerminkan kualitas usaha yang dijadikan dasar untuk mengukur kinerja.
diberikan oleh seseorang dalam waktu 5. Satu konsep yang penting dalam analisis
tertentu untuk menghasilkan barang atau jasa”. jabatan adalah bahwa analisis dilakukan
terhadap jabatan (the job), bukan terhadap
3. Analisis Jabatan orang (person).
Menurut Robbins (2003, h.35) menyatakan Badan Kepegawiaan Daerah Kota Pasuruan
bahwa Analisis jabatan sebagai suatu bentuk Berdasarkan Peraturan Walikota Pasuruan
pengembangan uraian terperinci dari tugas-tugas Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Tugas Pokok dan
yang harus dilakukan dalam suatu jabatan, Fungsi Badan Kepegawaian Daerah, bahwa
penentuan hubungan dari suatu jabatan dengan Badan Kepegawaian Daerah mempunyai tugas
jabatan lain yang ada, dan penentuan tentang pokok melaksanakan fungsi penunjang
pengetahuan, letrampilan, dan kemampuan- kepegawaian, pendidikan, dan pelatihan. Untuk
kemampuan lain yang diperlukan karyawan melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
untuk melakukan pekerjaan secara efisien dan dalam Pasal 3 Peraturan Walikota Pasuruan
efektif. Nomor 28 Tahun 2022, Badan Kepegawaian
Daerah mempunyai fungsi :

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 7, No. 1, Hal. 1-7 | 3


a. Penyusun kebijakan teknis bidang manajemen cukup jelas. Namun terkait standar pelaksanaan
kepegawaian daerah; kebijakan belum terbentuk dengan optimal,
b. Penyusun perencanaan bidang manajemen sehingga muncul permasalahan-permasalahan
kepegawaian daerah; yang ada dilapangan, dimana standar pelaksanaan
c. Pelaksanaan tugas dukungan teknis bidang ini seharusnya terkandung dan dijelaskan lebih
kepegawaian daerah; konkret melalui Peraturan Menteri
b. Pembinaan, koordinasi, fasilitasi, dan Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
pelaksanaan urusan bidang kepegawaian Birokrasi Nomor 1 Tahun 2020 sehingga instansi
daerah pelaksana kebijakan khususnya instansi
c. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pemerintah daerah memiliki kesepahaman yang
pelaksaan urusan penunjang bidang konsisten terkait standar pelaksanaan kebijakan
kepegawaian daerah; yang harus dipenuhi, misalnya terkait standar
d. Pelaksanaan kegiatan penatausahaan Badan penilaian hasil kebijakan yang telah dilaksanakan
Kepegawaian Daerah dapat digunakan sebagai acuan umum oleh
pemerintah daerah dan instansi pelaksana
Metode Penelitian kebijakan dalam melaksanakan kebijakan analisis
Jenis penelitian yang dipakai di dalam jabatan yang lebih efektif. Karena tidak terdapat
penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif standar penilaian yang jelas, mengakibatkan
dengan pendekatan deskriptif. Menurut Sanapiah tahapan-tahapan pelaksanaan kebijakan
Faisal (1999, h.20) bahwa penelitian deskriptif cenderung diabaikan oleh instansi pelaksana
atau penelitian taksonomik atau penelitian kebijakan sehingga penempatan pegawai masih
ekplorasi dimaksudkan untuk eksplorasi dan belum sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam
klarifikasi mengenai fenomena atau kenyataan isi kebijakan, karena evaluasi hasil analisis
sosial, dengan jalan mendiskripsikan sejumlah kebijakan juga tidak pernah dilaksanakan oleh
variabel yang berkenaan dengan masalah atau pemerintah pusat. Hal ini dapat dilihat
objek yang diteliti tanpa mempermasalahkan berdasarkan data yang tersaji dalam Tabel berikut:
hubungan variabel yang ada. Karena itu pada
penelitian deskriptif tidak dilakukan pe-ngujian Tabel 1.1 Data Peta Jabatan
hipotesis untuk membangun dan mengem- No Nama Jabatan Butuh Terisi

bangkan perbendaharaan teori. 1 Arsiparis Pelaksana 0 1


Fokus dalam penelitian ini adalah
implementasi Kebijakan Analisis Jabatan yang 2 Pranata Komputer Pelaksana 2 3

didsarkan pada: (1) Tujuan dan Standar Kebijakan 3 Pengelola Keuangan 1 1


(2) (sumber Daya Kebijakan, (3) Komunikasi dan
Koordinasi Antar Organisasi Pelaksana. 4. Pengelola Pemanfaatan Barang
Milik Daerah
1 1

Lokasi penelitian di Kota Pasuruan dan situs


penelitian pada Badan Kepegawaian Daerah Kota 5. Pengadministrasi Kepegawaian 1 1

Pasuruan. Teknik pemilihan responden yang 6. Analis Sumber Daya Manusia 1 1


digunakan adalah teknik bola salju.Sumber data
diperoleh dari data primer dan data sekunder. 7. Pengelola Data 5 4

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, Sumber : BKD Kota Pasuruan Tahun 2023
observasi dan dokumentasi. Instrumen penelitian Tabel diatas dapat menunjukan bahwa
ada peneliti sendiri, pedoman wawancara dan jumlah pegawai yang menempati jabatan tertentu
catatan lapangan. Analisis data menggunakan tidaklah proporsional, peta jabatan yang terbentuk
Model Interaktif menurut Miles dan Hubberman justru terisi oleh jabatan yang seharusnya tidak
yang diterjemahkan dalam Salim (2006, h.20). dibutuhkan oleh instansi begitu juga sebaliknya,
Analisis model interaktif ini melalui 3 tahap yakni dimana jabatan yang dibutuhkan kemudian tidak
reduksi data, penyajian data, dan penarikan terisi secara maksimal.
kesimpulan. Sosialisasi pelaksanaan kebijakan analisis
jabatan juga belum optimal karena intensitasnya
Pembahasan hanya sebatas antara pemerintah provinsi dan
Implementasi Kebijakan Analisis Jabatan di pemerintah kota pasuruan dan beberapa
BKD Kota Pasuruan perwakilan satuan kerja perangkat daerah tidak
1. Tujuan dan Standar Kebijakan menyentuh seluruh pegawai yang ada pada sub-
Penyelenggaraan kebijakan analisis jabatan sub atau unit-unit instansi yang pada hakekatnya
di Badan Kepegawaian Daerah Kota Pasuruan mereka lah yang harus mengisi form data jabatan
memiliki tujuan serta sasaran kebijakan yang dan menjadi unit penting pelaksanaan kebijakan.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 7, No. 1, Hal. 1-7 | 4


2. Sumber Daya Kebijakan harus dilengkapi sebelum dilakukannya verifikasi
Kebijakan analisis jabatan yang ada di dokumen lebih lanjut.
tataran daerah dalam hal ini Badan Kepegawiaian Belum terbentuknya peraturan pelaksana di
Daerah Kota Pasuruan telah memiliki sumber daerah juga menimbulkan dampak pada
daya anggaran yang dibebankan pada Anggaran kelancaran koordinasi antar lembaga, dengan
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) melalui belum terbentuknya team analisis jabatan maka
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Badan pembagian tugas dan kewenangan antar
Kepegawaian Daerah Kota Pasuruan dengan organisasi yang bertanggung jawab dalam
jumlah anggaran sebesar Rp. 2.627.100 yang melaksanakan kebijakan ini menjadi tidak terarah,
dimasukan dalam kegiatan Pendataan dan sehingga kesan yang tercipta dalam melaksanakan
Pengolahan Administrasi Kepegawaian dengan kebijakan ini berjalan sendiri-sendiri sesuai
kode rekening 5.03.01.2.05.03. Berdasarkan hasil otoritas dinas yang ada di masing-masing instansi,
wawancara dengan informan diketahui bahwa setelah melakukan penyusunan maka akan
anggaran tersebut mencukupi kebutuhan dalam dikumpulkan ke bagian organisasi untuk di
pelaksanaan rangkaian kegiatan analisis jabatan verifikasi dan dikirimkan kepada Kementerian
yang telah dilaksanakan tiap tahunnya dengan Dalam Negeri. Hal ini tentu memicu interpretasi
capaian realisasi 100% terhadap anggaran yang informasi yang berbeda-beda tiap instansi dan
telah dianggarkan sebelumnya, begitu juga bahkan tiap sub unit-unit terkecil di instansi
dengan sarana dan prasarana pendukung seperti tersebut karena tidak adanya pola dan jalur
kelengkapan alat kerja, penyediaan barang koordinasi yang tepat, dapat dilihat melalui
cetakan dan penggandaan sudah memenuhi pelaksanaan isi kebijakan dimana pemahaman
kebutuhan pelaksanaan kebijakan analisis jabatan pelaksana kebijakan menjadi tidak sama dengan
secara keseluruhan. yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Namun dalam ketersediaan sumber daya Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi
manusia masih jauh dari kata optimal, karena Birokrasi Nomor 1 Tahun 2020 mulai dari
operator pelaksana berjumlah 1 (satu) orang untuk tahapan kegiatan yang tidak dilakukan dengan
melaksanakan analisis jabatan keseluruhan maksimal atau bahkan tidak dilaksnakan seperi
jumlah pegawai sebanyak 3 (tiga pulh satu) orang, wawancara dan observasi sampai dengan hasil
tentu ini adalah sebuah realitas yang timpang dokumen yang masih belum sesuai dengan isi
sehingga hasil analisis jabatan yang dilakukanpun ketentua yang berlaku menunjukan bahwa
tidak memperoleh hasil maksimal terkait penyampaian informasi dari atas ke bawah tidak
kurangnya sumber daya manusia dalam sinkron dan konsisten yang menjadikan
melaksanakan kebijakan. pelaksanaan kebijakan berbeda dengan yang
diharapkan.
3. Komunikasi dan Koordinasi Antar
Organisasi 4. Kecenderungan Para Pelaksana
Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan Badan Kepegawaian Daerah Kota Pasuruan
Kebijakan Analisis Jabatan di Badan sebagai salah satu instansi pelaksana telah
Kepegawaian Daerah Kota Pasuruan tidak melaksanakan proses analisis jabatan sesuai
terlepas dari kendala. Berdasarkan pengamatan dengan arahan pemerintah pusat sebagai bentuk
dan hasil wawancara yang diperoleh peneliti dukungan pelaksanaan kebijakan di tataran
menemukan bahwa, koordinasi terkait tahapan pemerintah daerah, namun melalui hasil
awal sampai terbentuknya dokumen analisis obeservasi dan wawancara yang dilakukan,
jabatan pada bagian organisasi cenderung sulit pemahaman terhadap tujuan dan sasaran
dilakukan, karena tidak adanya tim penyusun kebijakan masih belum tercapai secara maksimal,
analisis jabatan yang berada pada bagian begitu juga di tataran Bagian Organisasi sebagai
organisasi sehingga jalur koordinasi dengan team instansi pembina pelaksana kebijakan ini belum
akademisi atau tenaga ahli yang direkrut oleh menunjukan komitmen responsif terhadap
bagian organisasi menjadi tidak intensif terkait pemebentukan peraturan pelaksana dan
keberadaan mereka yag tidak selalu ada di pembentukan team pelaksana sebagai langkah
lingkungan pemerintah kota pasuruan, strategis dalam pelaksanakaan kebijakan.
Sehingga pelaksanaan konsultasi terkait Berdasarkan wawancara dan observasi yang
dokumen-dokumen pendukung dan tahapan telah dilakukan terdapat kecenderungan sikap
pelaksanaan kegiatan ketika terjadi hambatan pelaksana pada tataran bawah yang jauh lebih
hanya bisa dilakukan melalui alat telekomunikasi rendah, hal ini tentu berkaitan erat dengan
yang tersedia, sehingga memakan waktu yang pemahaman pelaksana terhadap isi dan sasaran
sedikit lebih lama untuk mendapatkan konfirmasi kebijakan. Dimana mereka sebagai pegawai tidak
terkait perbaikan atau tambahan dokumen yang memiliki kesadaran dalam melakukan pengisian

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 7, No. 1, Hal. 1-7 | 5


analisis jabatan secara mandiri per individu, isi kebijakan serta rendahnya komitmen dan sikap
karena stigma yang terbentuk adalah hal tersebut pelaksana kebijakan terhadap menyebabkan tidak
hanya dijadikan sebagai formalitas persyaratan optimalnya implementasi kebijakan analisis
administrasi dan tidak akan berdampak signifikan jabatan. (d) sumber daya kebijakan, tidak
terhadap pengembangan karier dan pendapatan memadainya ketersediaan sumber daya manusia
mereka, sehingga peningkatan pemahaman dalam menopang kebutuhan instansi untuk
terhadap isi kebijakan harus dapat dilakukan melaksanakan kebijakan analisis jabatan sehingga
secara optimal agar kesadaran pegawai dapat hasilnya tidak maksimal sesuai dengan yang
meningkat dengan berbagai alternatif kebijakan diharapkan.
strategis yang dapat ditempuh oleh instansi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, saran dan masukan yang dapat diberikan
peneliti agar implementasi kebijakan analisis jabatan di
Kesimpulan Badan Kepegawaian Daerah Kota Pasuruan lebih
Berdasarkan hasil penelitian yang optimal antara lain sebagai berikut:
ditemukan di lapangan melalui observasi, dan 1. Pentignya memperbaiki Komunikasi dan
wawancara, dapat disimpulkan bahwa Koordinasi dan memperkuat dasar hukum
implementasi kebijakan analisis jabatan yang dengan merumuskan Peraturan Pelaksana yang
dinilai berdasarkan hal sebagai berikut: (a) tujuan lebih teknis terkait kebijakan analisis jabatan
dan standar Kebijakan, dimana tujuan dan sasaran pada Pemerintah Kota Pasuruan yang mengatur
kebijakan telah jelas dipaparkan namun standar mengenai rincian tugas, mekanisme
pelaksanaan kegiatan, hak dan kewajiban
kebijakan masih bersifat umum sehingga belum pelaksana kebijakan serta hal-hal lainnya yang
spesifik mengatur teknis pelaksanan yang dapat dipandang perlu dengan memperhatikan tingkat
diukur dengan jelas, menyebabkan kesesuaian kesesuaian dan kebutuhan instansi sesuai
pelaksanaan kegiatan dengan ketentuan dalam dengan keadaan dan fakta yang ada d lapangan;
kebijakan yang tidak optimal, serta sosialisasi 2. Mengakomodir kebutuhan sumber daya
standar dan tujuan kebijakan yang juga tidak manusia yang akan melaksanakan kebijakan
maksimal dilaksanakan. (b) komunikasi dan analisis jabatan dengan mengusungkan
koordinasi antar Organisasi Pelaksana, pelatihan bagi tim pelaksana analisis jabatan,
kompleksitas karakteristik badan-badan dan sikap sehingga kemampuan yang dimiliki akan
berkembang;
pelaksana menjadi factor utama yang 3. Mengembangkan integrasi sistem teknologi
memengaruhi implementasi kebijakan analisis informasi dan komunikasi bersama dengan
jabatan di Badan Kepegawaian Daerah Kota instansi pembina pelaksana kebijakan analisis
Pasuruan dimana pola koordinasi dan komunikasi jabatan baik pada tingkat pemerintah kota
anatar organisasi pelaksana (mekanisme dan maupun pemerintah provinsi dan juga
intensitas koordinasi) yang masih rendah, serta kementerian yang tergabung dalam
kesesuaian arahan dan pembuat kebijakan kepada pelaksanaan kebijakan analisis jabatan.
pelaksana kebijakan yang belum terbentuk secara 4. Membentuk Tim Monitoring dan Evalsasi
optimal. (c) kecenderungan para pelaksana, dalam melakukan monitoring dan evaluasi
tingkat pemahaman pelaksana kebijakan terhadap secara berkala.

Daftar Pustaka

Agus, Slim. (2006). Teori dan Paradigma Penelitan Sosial. Yogyakarta. Tiarawacana.
AR, Mustopadidjaya. (2002). Manajemen Proses Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan
Evalusasi Kinerja. Jakarta, LAN.
Badudu J.S dan Zain, Sutan Mohammd. (1996). Kamus Umum Bahasa Cetakan VIII. CV. Haji
Masagung, Jakarta.
Faisal, Snapiah. (1990). Penelitian Kualitatif (Dasar-Dasar Aplikatif). Malang. Ya3 Malang.
Mazmanian, Daniel A, et.al. (1993). Implementation and Policy. USA: Scott, Foreman and
Company.
Moekijat. (2012). Manajemen Tenaga Kerja dan Hubungan Kerja, Edisi Revisi. Bandung: CV.
Pioner Jaya.
Mondy, R. Wayne. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Erlangga.
Peaturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1 Tahun 2020
Tentang Pedoman Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja. Jakarta. Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia.
Robbins, Stephen.P. (2003). Perilaku Organisasi. Jakarta. Gramedia.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 7, No. 1, Hal. 1-7 | 6


Setiawan, F., & Kartika Dewi, A. (2014). Pengaruh Kompensasi dan Lingkungan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Pada CV. Berkat Anugerah. E-Jurnal Manajemen Unud.
Vol 5, No.1 :470-499. ISSN 2302-8912.
Simanjuntak, Payaman J. (2005). Manajemen dan Evalusasi Kinerja. Jakarta. FE UI.
Soewarno, Handayaningrat. (1982). Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan Nasional.
Jakarta : Eka Prayangan.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pemerintah Daerah. Jakarta, Kemeterian Dalam
Negeri Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2023 Tentang Aparatur Sipil Negara. Jakarta, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 7, No. 1, Hal. 1-7 | 7

You might also like