You are on page 1of 12

Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial | Volume 10, No.

2 Desember 2019
ISSN: 2086-6305 (print) ISSN: 2614-5863 (electronic)
DOI: https://doi.org/10.22212/aspirasi.v10i2.1391
link online: http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/index

Strategi Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan


Kualitas Sanitasi Lingkungan

Health Promotion Strategies to Improve Environment Sanitation

Rahmi Yuningsih
rahmi.yuningsih@dpr.go.id
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI
Jl. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta

Naskah diterima: 24 September 2018 | Naskah direvisi: 15 September 2019 | Naskah diterbitkan: 29 Desember 2019

Abstract: Improvement of sanitation, environment and clean water, will substantially reduce the
level of pain and severity of various diseases that can improve the degree of public health. But
Indonesia still faces Open Defecation Free (ODF) which pollutes the environment. Indonesia
ranks second after India (626 million people) as the country with the most ODF, which were
63 million people. In Serang Municipality, Banten Province, there are still 27.2% of people
doing defecation in rivers, rice fields and others. The important factor causing it is the habit. The
purpose of this paper is to discuss health promotion strategies consisting of advocacy efforts,
social support and community empowerment in improving the quality of sanitation in Serang
Municipality. The data is the result of group research conducted by researchers at the Research
Center of the Expertise Agency of the DPR RI. The study was conducted in Serang Municipality
in March 2019. Apart from the habitual problem, there are still many people who defecate in
the absence of hygienic toilet facilities at home and ineffective communal toilet programs. The
difficulty of getting clean water in the Serang Municipality has caused people further reluctant
to make and use healthy latrines. The local government has implemented a health promotion
strategy which includes advocacy for DPR and DPRD members to prioritize sanitation issues in
Serang Municipality; increase social support from community leaders and conduct community
empowerment.
Keywords: health promotion, sanitation, ODF

Abstrak: Perbaikan terhadap sanitasi, lingkungan dan air bersih, secara substansial akan
mengurangi tingkat kesakitan dan tingkat keparahan berbagai penyakit sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Namun, Indonesia masih dihadapi masalah sanitasi
yaitu perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) yang mencemari lingkungan. Indonesia
berada di urutan kedua setelah India (626 juta orang) sebagai negara dengan perilaku BABS
terbanyak yaitu 63 juta orang. Begitu pun dengan Kota Serang, masih terdapat 27,2% masyarakat
melakukan BABS seperti di sungai, sawah dan lainnya. Penyebab utamanya adalah faktor
kebiasaan. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui strategi promosi kesehatan yang terdiri dari
upaya advokasi, dukungan sosial dan pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kualitas
sanitasi di Kota Serang. Data dalam tulisan ini merupakan hasil penelitian kelompok bersama
Tim Peneliti pada Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI. Penelitian kualitatif dilakukan di
Kota Serang pada bulan Maret 2019. Selain masalah kebiasaan, penyebab masih banyaknya
masyarakat BABS adalah tidak tersedianya sarana jamban sehat di rumah dan tidak efektifnya
program jamban komunal. Sulitnya mendapatkan air bersih di Kota Serang membuat masyarakat
lebih enggan membuat dan menggunakan jamban sehat. Oleh karena itu, pemerintah daerah

Rahmi Yuningsih Startegi Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan Kualitas Sanitasi Lingkungan 107
setempat melakukan strategi promosi kesehatan yang meliputi advokasi kepada anggota DPR
dan DPRD agar memprioritaskan masalah sanitasi lingkungan di Kota Serang; meningkatkan
dukungan sosial dari tokoh masyarakat serta melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat
untuk tidak BABS.
Kata kunci: promosi kesehatan, sanitasi, BABS

Pendahuluan untuk menggerakkan pembangunan lintas


Sanitasi bersamaan dengan kondisi lingkungan sektor berwawasan kesehatan (Kementerian
dan ketersediaan air bersih merupakan salah satu Kesehatan, 2018: 241). Komitmen di SDGs
hal penting dalam mewujudkan derajat kesehatan maupun di RPJMN membuktikan bahwa
masyarakat yang berdampak pada pembangunan sanitasi dan kesehatan lingkungan merupakan
sosial dan ekonomi. Perbaikan terhadap sanitasi, masalah kesehatan masyarakat yang perlu segera
lingkungan dan air bersih, secara substansial diselesaikan.
akan mengurangi tingkat kesakitan (morbiditas) Lingkungan fisik dan biologi yang memenuhi
dan tingkat keparahan (severity) berbagai persyaratan kesehatan diukur dari ketersediaan
penyakit sehingga dapat meningkatkan kualitas air bersih, ketersediaan jamban, ketersediaan
hidup masyarakat terutama anak-anak di negara saluran pembuangan air limbah, kondisi rumah
berkembang (Mara, 2010). Perbaikan pada tiga dan perilaku penghuni rumah (Abeng, 2014:
komponen tersebut berdampak pada penurunan 161). Dalam hal ini Kementerian Kesehatan
tingkat kematian (mortalitas) akibat penyakit telah mempunyai program Sanitasi Total
terutama penyakit menular yang disebabkan oleh Berbasis Masyarakat (STBM) sebanyak lima
faktor lingkungan. pilar. Salah satu pilarnya adalah stop Buang Air
Menurut Blum, lingkungan merupakan Besar Sembarangan (BABS). Hasil penelitian
faktor yang paling berpengaruh terhadap derajat terkait perilaku BABS di sekitar Sungai Karang
kesehatan masyarakat. Faktor perilaku, akses Mumus, Samarinda menunjukkan bahwa
terhadap pelayanan kesehatan dan genetik sebagian besar masyarakat menggunakan
merupakan faktor lain yang memengaruhi derajat jamban yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2007: 107). kesehatan. Masyarakat masih menggunakan
Faktor tersebut tidak dapat berdiri sendiri dalam jamban terapung di atas sungai. Selain itu,
menciptakan kondisi yang sehat melainkan saling masih ada masyarakat yang memiliki jamban
berkaitan satu sama lain. di rumahnya, namun saluran pembuangannya
Bahkan dalam Sustainable Development tetap ke sungai (Widhana, 2017). Dari hasil
Goals (SDGs), masalah lingkungan juga penelitian ini, masyarakat belum mengetahui
menjadi target dalam kesepakatan tersebut. dan belum menyadari perilaku sanitasi yang
Beberapa target SDGs yang terkait dengan layak dalam kehidupan sehari-hari. Padahal
masalah lingkungan di antaranya tujuan 6 yaitu sanitasi yang buruk dapat menimbulkan
menjamin ketersediaan dan manajemen air berbagai macam penyakit menular.
dan sanitasi secara berkelanjutan serta tujuan Penyakit-penyakit yang berhubungan
13 yaitu mengambil tindakan segera untuk langsung dengan kondisi sanitasi yang buruk
memerangi perubahan iklim dan dampaknya. antara lain penyakit yang disebabkan melalui
Selain itu, di dalam Rencana Pembangunan jalur penularan feco-oral seperti penyakit diare,
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ditekankan penyakit yang disebabkan oleh cacing seperti
strategi peningkatan mutu kesehatan lingkungan Schistosomiasis, Helminthiasis, Trachoma dan
serta akses terhadap air minum dan sanitasi yang lainnya. Penyakit yang disebabkan oleh cacing,
layak serta perilaku hidup bersih dan sehat untuk walaupun menyebabkan sedikit kematian,
mewujudkan kebijakan peningkatan pengendalian namun dapat menambah jumlah tahun yang
penyakit dan penyehatan lingkungan. Program hilang karena kematian atau kecacatan (Mara,
lingkungan sehat bertujuan untuk mewujudkan 2010). Hal ini dikarenakan timbulnya berbagai
mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui komplikasi penyakit berat akibat penyakit yang
pengembangan sistem kesehatan kewilayahan disebabkan oleh cacing.

108 Aspirasi Vol 10 No 2, Desember 2019


Diare termasuk ke dalam penyakit yang yang lainnya (Mara, 2010: 3).
sering terjadi di wilayah Indonesia dan salah Data WHO menunjukkan bahwa 63% dari
satu penyakit yang sering ditetapkan dengan total populasi dunia menggunakan toilet dan
status Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah. sebanyak 67% dari total populasi dunia memiliki
Hal ini dikarenakan proses penularan penyakit akses ke fasilitas sanitasi yang lebih baik. Namun,
diare yang cepat, mengakibatkan komplikasi masih ada 1,1 miliar orang (15% populasi dunia)
penyakit lain, dan dapat mengakibatkan yang melakukan BABS. Indonesia berada di
kematian. Menurut data Kementerian Kesehatan urutan kedua setelah India (626 juta orang)
RI tahun 2018, pada tahun 2017 telah terjadi sebagai negara dengan perilaku BABS terbanyak
21 kali KLB Diare yang tersebar di 12 provinsi yaitu 63 juta orang (WHO, 2010).
dan 17 kabupaten/kota. Di Kabupaten Polewali Di Indonesia, data mengenai perilaku BABS
Mandar, Pohuwato, Lampung Tengah dan mencakup persentase desa atau kelurahan yang
Merauke terjadi dua kali KLB diare selama sudah terverifikasi secara akumulatif bebas
tahun 2017. Jumlah penderita diare sebanyak perilaku BABS yaitu mencapai 14.020 desa atau
1.725 orang dan jumlah kematian sebanyak 34 kelurahan atau baru mencapai 35,39% dari total
orang atau Case Fatality Rate (CFR) sebesar desa/kelurahan dengan STBM (Kementerian
1,97%. CFR saat KLB Diare ditargetkan sebesar Kesehatan, 2018: 244). Dengan kata lain
1% (Kementerian Kesehatan, 2018: 177). mayoritas desa atau kelurahan di Indonesia
Kejadian diare juga terjadi pada kelompok belum terbebas dari masalah BABS maupun
risiko tinggi seperti kelompok anak-anak. Anak belum terverifikasi bebas BABS.
dari keluarga yang memiliki sanitasi lingkungan Begitu pun dengan Kota Serang, sebesar
yang tidak memenuhi syarat berpotensi 72,8% masyarakat Kota Serang memiliki jamban
menderita diare sebesar sembilan kali lebih besar di rumahnya, namun sisanya masih melakukan
dibandingkan anak dari keluarga yang sanitasi BABS seperti di sungai, sawah dan lainnya.
lingkungannya memenuhi persyaratan (Abeng, Sebagai ibukota dari provinsi yang berbatasan
2014: 163). Penyakit diare disebabkan oleh langsung dengan ibukota negara atau wilayah sub-
feses manusia yang tercemar mikroorganisme urban Jakarta, tidak menyebabkan Kota Serang
patogen penyakit diare. Feses tersebut apabila bebas dari perilaku BABS. Penyebab utama
tidak dibuang dengan layak akan masuk ke masih banyaknya masyarakat yang BABS bukan
dalam tanah dan mencemari air tanah. Namun, dikarenakan faktor ekonomi dan ketidakmampuan
ada pula feses yang terpapar dengan udara bebas membangun jamban melainkan rendahnya
sehingga sering kali dihinggapi serangga seperti kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang
lalat. Binatang ini kemudian membawa patogen sehat (Tim Pikiran Rakyat, 2019). Mengubah
dan hinggap di makanan atau minuman yang kesadaran masyarakat merupakan hal yang
apabila dikonsumsi manusia akan menyebabkan tidak mudah dan memerlukan waktu yang tidak
penyakit diare. singkat. Pendekatan promosi kesehatan dapat
Selain penyakit cacing dan diare, kondisi digunakan untuk memicu kesadaran masyarakat
sanitasi yang tidak layak juga memperparah agar hidup bersih dan sehat.
kondisi anak dengan status gizi buruk. Hal Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan strategi promosi kesehatan yang terdiri dari
oleh Abeng et al. bahwa sanitasi lingkungan advokasi, dukungan sosial dan pemberdayaan
berhubungan dengan kejadian penyakit infeksi masyarakat dalam meningkatkan sanitasi di Kota
pada balita dan dengan adanya penyakit infeksi Serang. Data dalam tulisan ini merupakan hasil
tersebut akan berpengaruh pada status gizi balita penelitian kelompok yang dilakukan oleh Tim
(Abeng, 2014: 167). Sanitasi, kebersihan dan air Peneliti pada Pusat Penelitian Badan Keahlian
yang buruk berdampak pada 50% berat badan DPR RI. Penelitian dilakukan di Kota Serang
di bawah rata-rata pada anak dan ibu hamil. pada bulan Maret 2019. Data ini dikumpulkan
Terlebih akibat keterpaparan dengan penyakit melalui wawancara mendalam terhadap
diare dan gizi kurang meningkatkan kerentanan pemangku kepentingan di Kota Serang seperti

Rahmi Yuningsih Startegi Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan Kualitas Sanitasi Lingkungan 109
Kepala Dinas Kesehatan, Penanggung Jawab perguruan tinggi, organisasi profesi, organisasi
Program STBM, Staf Kesehatan Lingkungan, berbasis masyarakat atau agama, LSM dan tokoh
Staf BPS, dan masyarakat. yang berpengaruh. Advokasi kebijakan secara
khusus berhubungan dengan apa yang harus
Promosi Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah
Promosi kesehatan merupakan proses dengan menganjurkan kebijakan tertentu melalui
pemberdayaan masyarakat agar mampu diskusi, persuasi maupun aktivitas politik (Utami,
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. 2015: 110–111).
Proses pemberdayaan dapat dilakukan dengan Advokasi akan lebih efektif bila dilaksanakan
pembelajaran yakni upaya untuk meningkatkan dengan prinsip kemitraan atau mendapat dukungan
kesadaran, kemauan dan kemampuan dalam sosial yaitu dengan membentuk jejaring advokasi
bidang kesehatan (Agustini, 2014: 1). Penerapan atau forum kerja sama. Pengembangan kemitraan
promosi kesehatan dalam program kesehatan adalah upaya membangun hubungan para mitra
pada dasarnya merupakan bentuk penerapan kerja berdasarkan kesetaraan, keterbukaan
strategi global yang dijabarkan dalam berbagai dan saling memberi manfaat. Dukungan sosial
kegiatan. Karena sanitasi lebih cenderung ke melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat
arah perubahan perilaku sehingga upaya yang formal maupun informal setempat agar tokoh
dilakukan melalui pendekatan strategi promosi masyarakat mampu menyebarkan informasi
kesehatan. Menurut WHO, strategi global tentang program kesehatan dan membantu
tersebut yaitu advokasi, dukungan sosial dan melakukan penyuluhan kepada masyarakat.
pemberdayaan masyarakat. Tokoh masyarakat ini merupakan sasaran
Advokasi adalah upaya mendekati, sekunder dari promosi kesehatan (Utami, 2015:
mendampingi, dan memengaruhi para pembuat 110–111). Setyabudi dan Dewi (2017: 87–88)
kebijakan sehingga mereka sepakat untuk merangkum beberapa bentuk dukungan sosial,
memberi dukungan terhadap pembangunan antara lain:
kesehatan. Advokasi melakukan pendekatan 1) Bina suasana individu dilakukan oleh
atau lobi dengan para pembuat keputusan individu tokoh masyarakat sebagai panutan
setempat agar mereka menerima dan bersedia dalam mempraktikan program kesehatan.
mengeluarkan kebijakan dan keputusan di tingkat 2) Bina suasana kelompok dilakukan oleh para
pusat atau daerah sebagai sasaran tersier promosi kelompok ada di dalam masyarakat seperti
kesehatan. Sasaran advokasi lainnya adalah ketua RT, RW, karang taruna, dan lainnya.
para pengambil keputusan, penentu kebijakan di 3) Bina suasana publik dilakukan oleh
pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, mitra masyarakat umum melalui pemanfaatan
di kalangan pengusaha atau swasta, media massa, media komunikasi yang ada.
organisasi profesi, dan LSM yang memiliki Pemberdayaan masyarakat yaitu
pengaruh di masyarakat. Di tingkat daerah, tujuan memampukan masyarakat melalui kegiatan
advokasi agar program kesehatan memperoleh penyuluhan dan konseling sehingga pengetahuan
prioritas tinggi dalam pembangunan daerah yang dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dapat
bersangkutan. Selain itu, diperolehnya komitmen meningkat. Prinsip pemberdayaan masyarakat:
dan dukungan dalam upaya kesehatan atau sumber 1) Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.
daya kesehatan seperti kebijakan, tenaga, dana, Di dalam upaya pemeliharaan dan
sarana, kemudahan keikutsertaan dalam kegiatan peningkatan derajat kesehatan masyarakat
maupun berbagai bentuk lainnya seperti keadaan sebaiknya secara bertahap sedapat mungkin
dan usaha. Advokasi kesehatan dilakukan oleh menggunakan sumber daya yang dimiliki
siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan oleh masyarakat. Jika diperlukan bantuan
dan memandang perlu adanya mitra untuk dari luar, maka bentuknya hanya berupa
mendukung upaya tersebut. Pelaku advokasi perangsang atau pelengkap sehingga tidak
dapat berasal dari kalangan pemerintah, swasta, semata bertumpu pada bantuan tersebut.

110 Aspirasi Vol 10 No 2, Desember 2019


2) Menumbuhkan dan mengembangkan peran memanfaatkan potensi setempat.
serta masyarakat dalam pembangunan 8) Upaya dilakukan secara kemitraan dengan
kesehatan. berbagai pihak (Utami, 2015: 111–125).
Peran serta masyarakat di dalam pembangunan
Dalam tatanan rumah tangga, sasaran
kesehatan dapat diukur dengan semakin
primer promosi kesehatan adalah anggota rumah
banyaknya jumlah anggota masyarakat yang
tangga yang memiliki masalah kesehatan seperti
mau memanfaatkan pelayanan kesehatan
ibu, bayi dan balita. Sasaran sekunder adalah
seperti memanfaatkan Puskesmas, Pustu,
kepala keluarga, orang tua, kader masyarakat,
dan Polindes; mau hadir ketika ada kegiatan
tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, petugas
penyuluhan kesehatan; mau menjadi kader
kesehatan. Sementara, sasaran tersier adalah ketua
kesehatan; mau menjadi peserta tabulin
RT, RW, kepala desa dan lainnya (Maulana, 2007:
(tabungan ibu bersalin); jaminan kesehatan;
22). Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor
dan lainnya.
yang bersifat lintas sektor. Masalah kesehatan
3) Mengembangkan semangat kegiatan gotong-
sering kali kalah prioritas dibandingkan masalah
royong dalam pembangunan kesehatan
ekonomi dan kebutuhan fisik lainnya. Oleh
seperti meningkatkan sanitasi lingkungan.
karena itu, upaya mengenalkan kesehatan kepada
4) Bekerja bersama dengan masyarakat.
berbagai pihak perlu dipacu agar memperoleh
Pemerintah atau petugas kesehatan dapat
dukungan dan kepedulian semua pihak. Untuk
menggunakan prinsip bekerja untuk dan
mencapai hal ini, perlu dilakukan pendekatan
bersama masyarakat. Sehingga akan
persuasif, cara-cara yang komunikatif dan
meningkatkan motivasi dan kemampuan
inovatif yang memperhatikan setiap segmen
masyarakat karena adanya bimbingan,
sasaran untuk meningkatkan kesadaran terhadap
dorongan serta alih pengetahuan dan
kesehatan (Maulana, 2007: 74).
keterampilan dari tenaga kesehatan kepada
Sanitasi adalah intervensi yang dilakukan
masyarakat.
untuk mengurangi keterpaparan masyarakat
5) Penyerahan pengambilan keputusan kepada
terhadap penyakit dengan mengusahakan
masyarakat.
lingkungan yang bersih, guna memutuskan
Semua bentuk upaya pemberdayaan
mata rantai penularan penyakit. Termasuk juga
masyarakat termasuk di bidang kesehatan
tindakan manajemen pembuangan kotoran
apabila ingin berhasil dan berkesinambungan
hewan, kotoran manusia dan air limbah rumah
hendaknya bertumpu pada budaya dan adat
tangga. Sanitasi terdiri dari perilaku dan
setempat. Untuk itu, pengambilan keputusan
fasilitas yang secara bersama-sama menciptakan
khususnya yang menyangkut tata cara
lingkungan yang bersih (Simpson-Hebert, 1998:
pelaksanaan kegiatan guna pemecahan
5). Sanitasi merupakan salah satu komponen
masalah kesehatan yang ada di masyarakat
dari kesehatan lingkungan, yaitu perilaku yang
hendaknya diserahkan kepada masyarakat.
disengaja untuk membudayakan hidup bersih
Adapun pemerintah atau tenaga kesehatan
untuk mencegah manusia bersentuhan langsung
hanya bertindak sebagai fasilitator dan
dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya
dinamisator. Dengan demikian, masyarakat
lainnya, dengan harapan masyarakat dapat
merasa lebih memiliki tanggung jawab
menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
untuk melaksanakannya. Pada hakikatnya
Kesehatan lingkungan sangat berpengaruh
masyarakat adalah subjek dalam
terhadap kesehatan masyarakat. Oleh karenanya,
pembangunan kesehatan.
untuk dapat mengelola kualitas lingkungan
6) Menggalang kemitraan dengan LSM dan
maupun kesehatan masyarakat perlu dihayati
organisasi kemasyarakatan yang ada di
hubungan dengan manusia, yaitu ekologi manusia
masyarakat.
(Soemirat, 2011).
7) Promosi, pendidikan dan pelatihan dengan
sebanyak mungkin menggunakan dan

Rahmi Yuningsih Startegi Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan Kualitas Sanitasi Lingkungan 111
Kebijakan Peningkatan Sanitasi Lingkungan lima pilar dalam STBM yaitu Stop BABS, cuci
Pemerintah Indonesia melakukan upaya tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan
peningkatan akses sanitasi sejak tahun 2006. makanan rumah tangga, pengamanan sampah
Salah satu upaya melalui Kementerian Kesehatan rumah tangga dan pengamanan limbah cair
adalah melakukan perubahan arah kebijakan dari rumah tangga.
yang sebelumnya memberikan subsidi perangkat Mulai tahun 2015 definisi rumah tangga yang
keras menjadi pemberdayaan masyarakat memiliki akses sanitasi layak adalah apabila
dengan fokus pada perubahan perilaku Stop fasilitas sanitasi yang digunakan memenuhi
BABS menggunakan metode Community Led syarat kesehatan, antara lain dilengkapi dengan
Total Sanitation (CLTS). Pendekatan CLTS jenis kloset leher angsa atau plengsengan dengan
dikembangkan dengan menambahkan empat tutup dan memiliki tempat pembuangan akhir
pilar perubahan perilaku lainnya yang dinamakan tinja tangki (septic tank) atau Sistem Pengolahan
STBM. Sehingga pada tahun 2008, pemerintah Air Limbah (SPAL), dan merupakan fasilitas
menetapkan STBM menjadi kebijakan nasional buang air besar yang digunakan sendiri atau
melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor bersama. Metode pembuangan tinja yang baik
852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi yaitu menggunakan jamban dengan syarat
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. sebagai berikut (Kementerian Kesehatan, 2018:
Saat ini Kepmenkes tersebut sudah diganti 242):
dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1) Tanah permukaan tidak boleh terjadi
3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis kontaminasi.
Masyarakat. Pendekatan STBM terbukti telah 2) Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air
mampu mempercepat akses sanitasi di Indonesia. tanah yang mungkin memasuki mata air atau
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun sumur.
2013, peningkatan rata-rata akses sanitasi 3) Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.
dari tahun 1993–2006 mencapai 0,78% per 4) Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan
tahun. Sejak penerapan CLTS pada tahun 2006 hewan lain.
yang kemudian menjadi kebijakan nasional 5) Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar,
STBM pada tahun 2008 rata-rata peningkatan atau bila memang benar-benar diperlukan,
akses sanitasi per tahun mencapai 3,53%, dan harus dibatasi seminimal mungkin.
berdasarkan penghitungan dari data BPS 2009– 6) Jamban harus bebas dari bau atau kondisi
2017 rata-rata peningkatan rumah tangga yang yang tidak sedap dipandang.
memiliki akses sanitasi layak adalah 2,23% per 7) Metode pembuatan dan pengoperasian harus
tahun (Kementerian Kesehatan, 2018: 242). sederhana dan tidak mahal.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Secara nasional, pada tahun 2017 terdapat
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total 67,89% rumah tangga yang memiliki akses
Berbasis Masyarakat, STBM merupakan terhadap sanitasi layak. Provinsi dengan
pendekatan untuk mengubah perilaku higienis persentase rumah tangga yang memiliki akses
dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat terhadap sanitasi layak tertinggi yaitu DKI Jakarta
dengan cara pemicuan. Pemicuan adalah cara (91,13%), Bali (90,51%), dan DI Yogyakarta
untuk mendorong perubahan perilaku higiene dan sebesar (89,40%). Sebaliknya, provinsi dengan
sanitasi individu atau masyarakat atas kesadaran persentase rumah tangga yang memiliki akses
sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir, terhadap sanitasi layak terendah adalah Papua
perilaku, dan kebiasaan individu atau masyarakat. (33,06%), Nusa Tenggara Timur (42,71%), dan
Perubahan perilaku dalam STBM dilakukan Bengkulu (45,31%). Adapun Provinsi Banten
melalui metode pemicuan yang mendorong memiliki persentase rumah tangga yang memiliki
perubahan perilaku masyarakat sasaran secara akses terhadap sanitasi layak sebesar 71,93%
kolektif dan mampu membangun sarana sanitasi (Kementerian Kesehatan, 2018: 242).
secara mandiri sesuai kemampuan. Terdapat

112 Aspirasi Vol 10 No 2, Desember 2019


Sanitasi Kota Serang 62 balita dengan status gizi buruk. Tahun 2017
Kota Serang yang merupakan ibukota terdapat sebanyak 80 anak dengan status gizi
Provinsi Banten terdiri dari enam kecamatan buruk. Jumlah ini menurun dari tahun sebelumnya
dan 66 kelurahan. Kecamatan tersebut adalah yang mencapai 86 orang. Tahun 2015 gizi buruk
Cipocok Jaya, Curug, Kasemen, Serang, sebanyak 56 orang anak. Untuk stunting atau
Taktakan, dan Walantaka. Jumlah penduduk tubuh pendek, di Kota Serang terdapat 2.543
Kota Serang pada Tahun 2017 sebanyak 635.632 anak dengan kondisi stunting. Selain itu, akses
orang. Penduduk Kota Serang mayoritas berada terhadap air bersih masih menjadi masalah di
di Kecamatan Serang sebanyak 220.608 orang. Kota Serang. Pada tahun 2016, hanya 53,2%
Rata-rata lama pendidikan di Kota Serang belum penduduk Kota Serang yang memiliki akses
mencapai wajib belajar 9 tahun. Sebanyak 29% terhadap air bersih yang layak. Sebagaimana
penduduk menempuh pendidikan SMA/SMK, dengan kematian ibu dan bayi serta status gizi,
25% menempuh pendidikan SD, 21% menempuh akses terhadap air bersih juga menjadi masalah
pendidikan SMP, 9% pendidikan tinggi dan krusial di Kota Serang.
16% lainnya. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Secara umum, kualitas sanitasi di Kota
penduduk usia 7–12 tahun sebesar 99,39%, usia Serang masih rendah dan tingkat pelayanan
13–15 tahun sebesar 95,79% dan usia 16–18 sanitasi juga rendah. Hal ini disebabkan antara
tahun sebesar 68,35%. 2,38% masyarakat Kota lain (Profil Sanitasi Kota Serang, tt):
Serang masih buta huruf. Tingkat pendidikan 1) Masih rendahnya kesadaran dan keterlibatan
penduduk berpengaruh pada status kesehatan masyarakat dalam pengelolaan sanitasi,
masyarakat. Status kesehatan yang buruk lebih utamanya pada tahap pemanfaatan dan
berisiko terjadi pada golongan penduduk dengan pemeliharaan sarana dan prasarana sanitasi
tingkat pendidikan rendah, tinggal di pedesaan, di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri.
perokok dan tinggal tidak di lingkungan yang 2) Masih kurangnya koordinasi antar pihak-
sehat (Hapsari, 2009: 9). Selain itu, tingkat pihak yang berkepentingan, baik di tingkat
pendidikan juga memengaruhi kualitas sanitasi pusat maupun daerah. Selain itu, kurang
lingkungan (Daud, 2000). Tingkat pendidikan terpadu dan komprehensifnya perencanaan
yang lebih tinggi akan lebih dapat memelihara dan program pembangunan juga merupakan
status kesehatan dibandingkan dengan tingkat permasalahan yang menyebabkan kurang
pendidikan di bawahnya. Hal ini dikarenakan efisien dan efektifnya pembangunan sanitasi
tingkat pendidikan dapat meningkatkan permukiman.
pengetahuan terhadap kesehatan yang nantinya 3) Masih kurangnya minat dunia usaha untuk
akan diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang berinvestasi di sektor sanitasi. Alasan yang
mendukung hidup sehat. umum dikemukakan adalah pertimbangan
Secara umum, derajat kesehatan masyarakat ekonomis dan keuangan, peraturan dan
terlihat dari data kematian ibu, kematian bayi, perundangan yang belum mendukung, dan
status gizi, akses terhadap air bersih, dan lainnya. lain-lain.
Kematian ibu di Kota Serang berjumlah 13 Dari data terkini STBM, jumlah kepemilikan
orang pada tahun 2017 dan 10 orang pada tahun jamban sehat permanen sebanyak 89.599 Kepala
2016, sedangkan kematian bayi pada tahun 2016 Keluarga (KK), jamban sehat semi permanen
sebanyak 25 orang. Jumlah ini menurun dari tahun sebanyak 12.795 KK, jamban komunal (sharing)
sebelumnya yang berjumlah 27 orang. Penyebab sebanyak 11.771 KK, BABS sebanyak 33.279
kematian ibu dan bayi di Kota Serang pada KK. 72,98% KK sudah memiliki akses jamban
umumnya dikarenakan rendahnya kesadaran ibu sehat (Kementerian Kesehatan RI, 2019).
hamil untuk memeriksakan kehamilan ke dokter Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal
atau bidan di fasilitas pelayanan kesehatan (Tim yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah
Redaksi, 2017). yang memiliki jamban yang sehat, sarana air
Gizi buruk masih menjadi masalah krusial bersih, tempat pembuangan sampah, sarana
di Kota Serang. Tahun 2018 terdapat sebanyak pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang

Rahmi Yuningsih Startegi Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan Kualitas Sanitasi Lingkungan 113
baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan Berdasarkan uraian di atas, jamban sehat dan
lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Berdasarkan gizi buruk merupakan masalah utama di Kota
data yang dikumpulkan dari masing-masing Serang. Kedua masalah tersebut saling berkaitan
Puskesmas laporan tahun 2014 dari 116.648 satu sama lain. Seperti yang diulas pada bagian
rumah yang ada, rumah yang memenuhi syarat pendahuluan bahwa dampak dari sanitasi yang
sebanyak 33.299 (28,55%), pada tahun 2015 dari tidak layak, dalam hal ini kurangnya kepemilikan
119.656 rumah yang ada, rumah yang memenuhi jamban sehat, maka dalam jangka panjang dapat
syarat sebanyak 16.742 (13,99%), pada Tahun memberikan dampak masalah gizi masyarakat.
2016 dari 121.696 rumah yang ada, rumah yang
memenuhi syarat sebanyak 38.998 (32%) dan Strategi Promosi Kesehatan terkait Sanitasi
pada Tahun 2017 dari 123.074 rumah yang ada, Selama bertahun-tahun, pemerintah dan
rumah yang memenuhi syarat sebanyak 44.155 lembaga bantuan kemanusiaan telah memberikan
rumah (35,9%). Di bawah ini merupakan grafik subsidi dalam pembangunan toilet dan saluran
kepemilikan rumah sehat di Kota Serang pada pembuangannya demi meningkatkan akses
tahun 2014 hingga 2017: masyarakat terhadap sanitasi yang layak.
40 Namun, program ini sangat lambat dalam
35,90 mencapai tujuan. Program tersebut tidak efektif
35 32,00 untuk menjangkau masyarakat miskin dan
30 28,55
hanya memberikan manfaat bagi masyarakat
25 yang lebih mengerti sistem dan subsidi. Selain
20 itu, adanya toilet dari pembangunan bersubsidi
15 13,99 tersebut belum sepenuhnya mengubah budaya
masyarakat untuk menggunakan toilet tersebut.
10
Di India, toilet yang dibangun melalui subsidi dari
5
pihak-pihak tertentu, digunakan sebagai tempat
0 berjualan ataupun kandang kambing. Penelitian
2014 2015 2016 2017
terbaru menunjukkan bahwa sekitar 50%
Grafik 1. Persentase Rumah Sehat di Kota
toilet yang dibangun oleh program pemerintah
Serang, Tahun 2014–2017
Sumber: Profil Kesehatan Kota Serang Tahun 2018 tidak digunakan sebagaimana peruntukannya
(Mara, 2010: 3). Kondisi ini terjadi pada saat
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian pembangunan toilet yang disubsidi oleh pihak
sebelumnya, bahwa sanitasi yang buruk tertentu, namun bagaimana dengan pembangunan
berdampak pada kesehatan masyarakat di toilet yang tidak disubsidi. Masyarakat terlihat
wilayah sekitar. Kasus kejadian penyakit diare di belum menjadikan pembangunan toilet
Kota Serang tahun 2013–2017 antara lain: sebagai suatu prioritas. Terlebih harga bahan
bangunan untuk membuat toilet dan saluran
25.000 25.051 pembangunannya relatif mahal.
Sebagai alternatif untuk mengurangi biaya
tersebut, dapat dibangun jamban komunal.
20.000 Namun, dalam pelaksanaannya, jamban
komunal terdapat banyak masalah. Menurut
Dinas Kesehatan Kota Serang, jamban komunal
15.000 13.765 13.431 merupakan milik bersama, namun masyarakat
saling lempar tanggung jawab atas kebersihan
13.095 13.461
dan pemeliharaan sarana tersebut. Sarana jamban
10.000 seperti mesin pompa air sering kali hilang. Selain
2013 2014 2015 2016 2017
Grafik 2. Kasus Diare di Kota Serang, itu, jamban komunal relatif jarang dipakai oleh
Tahun 2013–2017 masyarakat sekitar dan masyarakat pun belum
Sumber: Profil Kesehatan Kota Serang Tahun 2018 terbiasa menggunakan jamban komunal. Dengan

114 Aspirasi Vol 10 No 2, Desember 2019


begitu, program jamban komunal dinilai tidak Di samping faktor keterbatasan sarana sanitasi
efektif dalam mengatasi masalah BABS. yang layak dan minimnya ketersediaan air bersih,
Menurut informan dari Dinas Kesehatan, perilaku BABS mencerminkan adanya budaya
untuk mengatasi jamban komunal yang tidak masa bodoh masyarakat yang dapat diartikan
efektif, Puskesmas di Kota Serang membuat sebagai sikap tidak peduli terhadap apapun
inovasi “Gardu Jaga” atau “Gerakan Dua Ribu dan tidak ikut memikirkan perkara orang lain.
untuk Jamban Keluarga”. Program ini diluncurkan Dalam hal ini masyarakat tidak memperdulikan
pada awal tahun 2019 oleh Wakil Walikota Serang efek yang merugikan akibat BABS terhadap
di Kelurahan Banjar Agung, Kecamatan Cipocok diri sendiri dan orang lain (Pusat Bahasa dalam
Jaya. Melalui program tersebut, masyarakat Winarti, 2016: 19). Tingginya BABS di Kota
mendapat hibah pembangunan jamban keluarga. Serang dikarenakan minimnya pemahaman
Ada sebanyak 97 rumah di Kelurahan Banjar masyarakat tentang pola hidup sehat. Oleh karena
Agung yang ditargetkan mendapatkan hibah itu, pengetahuan dan kesadaran masyarakat perlu
tersebut, sedangkan di Kecamatan Cipocok diubah melalui serangkaian strategi promosi
Jaya terdapat tiga ribu lebih rumah yang belum kesehatan yang meliputi advokasi, dukungan
memiliki jamban (Yusdiansyah, 2019). Upaya sosial dan pemberdayaan masyarakat.
yang dilakukan pemerintah daerah adalah
dengan mengubah program MCK komunal Advokasi
dengan jamban keluarga. Adapun anggaran Advokasi merupakan upaya memengaruhi
yang dikeluarkan adalah sebanyak 370 juta para pembuat kebijakan setempat agar
yang berasal dari dana alokasi umum tambahan memberikan dukungan terhadap suatu masalah
sehingga pihak kelurahan dapat diarahkan untuk dan memberikan solusi dalam mengatasinya.
memprioritaskan masyarakat yang kurang mampu Dinas Kesehatan Kota Serang telah melakukan
dan belum mempunyai jamban (Tim Pikiran advokasi kepada para pemangku kepentingan
Rakyat, 2019). Inovasi dan pengucuran dana terkait agar memprioritaskan masalah sanitasi
tersebut telah meningkatkan tingkat kepemilikan lingkungan Kota Serang. Advokasi ditujukan
jamban di Kota Serang. kepada kepala daerah setempat, anggota
Kondisi minimnya fasilitas sanitasi DPR RI dengan daerah pemilihan Provinsi
yang layak juga diperparah dengan sulitnya Banten, anggota DPRD setempat, dan instansi
mendapatkan air bersih di Kota Serang. lainnya. Hal ini dilakukan karena terbatasnya
Masyarakat cenderung memilih menggunakan tugas dan wewenang Dinas Kesehatan dalam
air sungai yang mudah didapat untuk kegiatan meningkatkan sanitasi lingkungan yaitu hanya
mandi, cuci, dan kakus sehari-hari. Masyarakat sebatas pada upaya pemberdayaan masyarakat
juga cenderung memilih untuk tidak membuat melalui pemicuan kebiasaan hidup bersih dan
jamban di rumahnya karena harus menambah sehat. Adapun menyediakan sarana jamban
biaya yang dikeluarkan untuk menggali sumur sehat untuk masyarakat termasuk ke dalam
guna mendapatkan air bersih. Terlebih menurut bantuan sosial yang menjadi tugas Dinas Sosial
informan dari Dinas Kesehatan, kandungan air Kota Serang. Dinas Pekerjaan Umum, Penataan
tanah di Kota Serang rata-rata berupa air asin Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman
sehingga perlu menggali lebih dari 80 meter tidak terlibat dalam penyediaan jamban sehat,
untuk mendapatkan air yang tidak asin walaupun melainkan hanya fokus kepada penyediaan
belum tentu layak digunakan. Sementara itu, air jalan raya. Oleh karena itu, guna meningkatkan
bersih milik PDAM belum dapat menjangkau sinergitas diperlukan advokasi dan koordinasi
rumah masyarakat dengan alasan jaringannya lintas sektoral secara rutin.
belum terpasang dan biaya pemasangan jaringan Selain itu, melalui program STBM, kepala
relatif mahal. Tidak mengherankan jika terdapat daerah setempat menyelenggarakan kegiatan
rumah masyarakat atau rumah tokoh masyarakat advokasi STBM di Kota Serang. Titik fokus
berbentuk bagus, namun kegiatan mandi, cuci wilayah peningkatan sanitasi ini adalah
dan kakus masih di sungai. Kecamatan Kasemen. Dari enam kecamatan

Rahmi Yuningsih Startegi Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan Kualitas Sanitasi Lingkungan 115
yang ada di Kota Serang, Kecamatan Kasemen juga bagian dari masyarakat setempat. Panutan
menjadi kecamatan dengan warga yang paling masyarakat ini tidak hanya sebagai sasaran
banyak melakukan BABS. Selain sanitasi yang sekunder, namun juga sebagai sasaran primer
buruk, Kecamatan tersebut juga penyumbang upaya promosi kesehatan.
angka gizi buruk dan stunting yang tinggi. Dalam tatanan rumah tangga, sasaran
Kondisi sanitasi yang buruk dengan kondisi primer promosi kesehatan adalah anggota rumah
gizi buruk dan stunting merupakan dua hal yang tangga yang memiliki masalah kesehatan seperti
saling terkait. ibu, bayi, balita, remaja dan lansia. Dengan
Perilaku BABS di Kota Serang disebabkan pemicuan kepada tokoh masyarakat, setidaknya
oleh faktor kebiasaan masyarakat setempat lingkungan keluarga tokoh masyarakat tersebut
untuk BABS di sungai, kebun dan lainnya. Oleh sudah terpapar tujuan promosi kesehatan.
karena itu, perlu disosialisasikan kebiasaan Dalam mengubah perilaku stop BABS perlu
hidup bersih dan sehat serta penyediaan sarana dikedepankan semua norma seperti budaya malu,
sanitasi yang layak baik di tingkat rumah tangga norma sosial, norma kesopanan, norma agama
maupun masyarakat sangat diperlukan. Dinas dan norma hukum selain dikedepankan urgensi
Kesehatan Kota Serang melakukan pemicuan dampak BABS terhadap kebersihan, keindahan,
Stop BABS dengan mengikutsertakan tokoh kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat.
masyarakat setempat. Walau belum ada Perda Pengenaan berbagai sanksi sosial, sanksi hukum
mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, dan denda sangat mungkin diperlukan untuk
upaya pemicuan ini juga melibatkan pihak memperkuat penegakan aturan stop BABS dan
perusahaan yaitu dengan memberikan kredit membuat efek jera kepada pelaku BABS.
kepada masyarakat untuk membangun jamban
sehat di rumah masing-masing. Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat
jamban sehat di rumah warga membutuhkan Selain pendekatan advokasi dan dukungan
biaya minimal dua juta rupiah yang dapat dicicil sosial, dalam mengatasi perilaku BABS perlu
selama enam bulan. Ini sudah terjadi di beberapa diperkuat aspek pemberdayaan masyarakat.
cakupan wilayah Puskesmas di Kota Serang. Petugas kesehatan perlu mengetahui potensi yang
Namun, permasalahannya adalah tidak semua ada di masyarakat yang dapat dikembangkan
warga mampu mencicil biaya tersebut. menjadi alternatif solusi. Potensi ini kemudian
dapat dijadikan bentuk partisipasi masyarakat
Dukungan Sosial dalam meningkatkan sanitasi lingkungannya.
Upaya advokasi akan lebih efektif jika Perilaku BABS merupakan masalah masyarakat
dilakukan dengan melibatkan tokoh masyarakat, sehingga upaya mengatasinya perlu melibatkan
tokoh agama, ketua RT, ketua RW, karang masyarakat mulai dari keterlibatan masyarakat
taruna, kader kesehatan dan ibu PKK setempat dalam pengambilan keputusan, pengerahan
untuk mendapatkan dukungan sosial. Peran sumber daya atau potensi yang ada di masyarakat,
tokoh masyarakat tersebut sangat krusial karena menggerakan masyarakat dan gotong royong
posisinya sebagai panutan masyarakat setempat. mengatasi masalah sanitasi.
Mereka dapat membantu upaya promosi kesehatan Pemberdayaan masyarakat di Kota Serang
yang dilakukan oleh petugas kesehatan, namun juga dilakukan oleh LSM seperti kegiatan yang
dengan terlebih dahulu dilakukan pemicuan dilakukan oleh Layanan Kesehatan Cuma-Cuma
kepada para tokoh masyarakat tersebut. Begitu (LKC) Banten. Melalui program kampung
pula dengan kader kesehatan yang posisinya sehat sanitasi, terdapat 27 kepala keluarga yang
sebagai penerus pesan dari petugas kesehatan berkomitmen membuat jamban di rumahnya
di Puskesmas atau Posyandu. Kehadiran kader melalui kegiatan gotong royong semua anggota
kesehatan dalam memberikan dukungan sosial keluarga (Taufan, Oktober 2019). Program
sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat tersebut mengarahkan kesadaran masyarakat
dapat dengan mudah percaya dan menerima pesan untuk menjalani pola sehat dan tidak BABS.
melalui kader kesehatan karena posisi kader yang

116 Aspirasi Vol 10 No 2, Desember 2019


Penutup pembuat dan pelaksana kebijakan. Perubahan
Lingkungan merupakan faktor yang perilaku harus diakui memerlukan waktu yang
paling berpengaruh terhadap derajat kesehatan cukup panjang. Dinas Kesehatan selaku pihak
masyarakat di samping faktor perilaku, genetik yang berwenang terhadap peningkatan derajat
dan akses pelayanan kesehatan. Namun, perilaku kesehatan masyarakat setempat, perlu konsisten
yang tidak mendukung hidup bersih dan sehat melakukan advokasi, memperkuat dukungan
dapat mencemari lingkungan seperti kebiasaan sosial dan memberdayakan masyarakat setempat.
BABS. Di Indonesia terdapat 63 juta penduduk Masalah kesehatan masyarakat melibatkan
yang masih melakukan BABS. Di Kota semua pihak termasuk pemerintah, pihak swasta,
Serang, masih terdapat 27,2% masyarakat yang masyarakat, dan akademisi.
BABS. Beberapa penyebabnya adalah masalah
kebiasaan, minimnya ketersediaan jamban sehat
baik di rumah maupun di masyarakat, sulitnya Daftar Pustaka
akses air bersih dan lainnya. Beberapa program
yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Serang
untuk membangun kesadaran kebersihan antara Abeng, A. T., Ismail, D., & Huriyati, E. (2014).
Sanitasi, Infeksi, dan Status Gizi Anak Balita
lain membangun sarana kebersihan (subsidi
di Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai
pembangunan toilet dan saluran pembuangan; Kartanegara. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 10(3),
jamban komunal; dan Gardu Jaga (Gerakan Dua 159–168.
Ribu untuk Jamban Keluarga) oleh puskesmas).
Agustini, A. (2014). Promosi Kesehatan. Yogyakarta:
Namun, belum efektif karena minimnya
Penerbit Deepublish.
pemahaman masyarakat tentang pola hidup sehat.
Sesuai dengan arahan WHO, ada tiga Daud, R. A. K. (2000). Hubungan antara Tingkat
strategi global promosi kesehatan yang Pendidikan, Pendapatan dan Perilaku Masyarakat
dengan Kualitas Sanitasi Lingkungan Pesisir
diimplementasikan di Kota Serang, yaitu (1)
Pantai Desa Huangobotu Kecamatan Kabila
Advokasi oleh Dinas Kesehatan Kota Serang Kabupaten Gorontalo (Tesis). Universitas Gadjah
kepada kepala daerah setempat, anggota DPR Mada, Yogyakarta.
RI dengan daerah pemilihan Provinsi Banten,
Dinas Kesehatan Kota Serang. (2018). Profil
anggota DPRD setempat, dan pemangku
Kesehatan Kota Serang Tahun 2017. Serang:
kepentingan lainnya untuk memprioritaskan Dinas Kesehatan Kota Serang.
masalah sanitasi lingkungan Kota Serang.
(2) Dukungan masyarakat dilakukan dengan Hapsari, D., Sari, P., & Pradono, J. (2009). Pengaruh
Lingkungan Sehat, dan Perilaku Hidup Sehat
mendayagunakan (a) tokoh masyarakat, tokoh
terhadap Status Kesehatan. Buletin Penelitian
agama, ketua RT, ketua RW, karang taruna, dan Kesehatan, 40–49.
ibu PKK setempat; dan (b) kader masyarakat
dibutuhkan untuk meningkatkan efektivitas Kementerian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Kementerian
upaya advokasi. (3) Pemberdayaan masyarakat
Kesehatan RI.
oleh LSM di kota Serang melalui program
kampung sehat sanitasi untuk mendorong 27 Kementerian Kesehatan RI. (2019). Monitoring
kepala keluarga yang berkomitmen membuat Data STBM. Retrieved from http://monev.stbm.
kemkes.go.id/index.php/pilar_1, on 22 Juli 2019.
jamban di rumahnya melalui kegiatan gotong
royong. Mara, D., Lane, J., Scott, B., & Trouba, D. (2010).
Dalam mengatasi permasalahan BABS, Sanitation and Health. Jurnal PLoS Medicine,
diperlukan komitmen dari stakeholders terkait 7(11), 1–7.
agar selalu memprioritaskan sanitasi melalui Maulana, H. D. J. (2007). Promosi Kesehatan.
program-program inovatif. Mengubah perilaku Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
masyarakat yang mendukung hidup bersih Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat:
dan sehat membutuhkan komitmen dari para Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Rahmi Yuningsih Startegi Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan Kualitas Sanitasi Lingkungan 117
Profil Sanitasi Kota Serang. Retrieved from http:// Utami, T. N., et al. (2015). Perspektif Kesehatan
ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/ Masyarakat Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
sanitasi/pokja/bp/kota.serang/Bab%20III%20 Budi Utama.
Profil%20Sanitasi%20Kota%20Serang.docx, on
WHO. (2010). Water Sanitation Hygiene. Retrieved
22 Juli 2019.
from https://www.who.int/water_sanitation_
Setyabudi, R. G. & Dewi, M. (2017). Analisis Strategi health/monitoring/jmp2012/fast_facts/en/, on 22
Promosi Kesehatan dalam Rangka Meningkatkan Juli 2019.
Kesadaran Hidup Sehat oleh Rumah Sakit Jiwa
Widhana, D. H. (2017, April 13). Waspada, Tinja
Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa
Bisa Membunuhmu. Retrieved from https://tirto.
Tengah. Jurnal Komunikasi, 12(1), 81–100.
id/waspada-tinja-bisa-membunuhmu-cmCl, on
Simpson-Hebert, M. & Wood, Sa. (1998). Sanitation 22 Juli 2019.
Promotion. Geneva: WHO.
Winarti, A. & Nurmalasari, S. (2016). Hubungan
Soemirat. (2011). Kesehatan Lingkungan. Perilaku Buang Air Besar (BAB) dengan
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Kejadian Diare di Desa Krajan Kecamatan
Jatinom Kabupaten Klaten. Jurnal Involusi
Taufan. (2019, Oktober). Hadirkan Kampung Sehati
Kebidanan, 7(12), 13–25.
Di Kota Serang. Retrieved from https://www.
dompetdhuafa.org/post/detail/9743/hadirkan- Yusdiansyah, I. (2019, 9 Maret). BABS Masih
kampung-sehati-di-kota-serang, on 15 November Tinggi, Kelurahan Banjar Agung Lakukan
2019. Gerakan Gardu Jaga. Retrieved from https://
www.biem.co/read/2019/03/09/37133/babs-
Tim Pikiran Rakyat. (2019, Maret 21). 27,20
tinggi-kelurahan-banjar-agung-lakukan-gerakan-
Persen Warga Kota Serang Masih Dolbon.
gardu-jaga/, on 23 September 2019.
Retrieved from https://www.pikiran-rakyat.com/
nasional/2019/03/21/2720-persen-warga-kota- 38% Warga Kota Serang Masih BAB di Kebun.
serang-masih-dolbon, on 22 Juli 2019. Retrieved from https://www.alinea.id/
nasional/38-warga-kota-serang-masih-bab-di-
Tim Redaksi. (2017, Januari 6). 2016, Angka
kebun-b1XcR9ize, on 26 Juli 2019.
Kematian Ibu Hamil di Kota Serang Meningkat.
Retrieved from https://www.radarbanten.
co.id/2016-angka-kematian-ibu-hamil-di-kota-
serang-meningkat/, on 26 Juli 2019.

118 Aspirasi Vol 10 No 2, Desember 2019

You might also like