Professional Documents
Culture Documents
Strategi Promosi Kesehatan Dalam Meningkatkan Kualitas Sanitasi Lingkungan
Strategi Promosi Kesehatan Dalam Meningkatkan Kualitas Sanitasi Lingkungan
2 Desember 2019
ISSN: 2086-6305 (print) ISSN: 2614-5863 (electronic)
DOI: https://doi.org/10.22212/aspirasi.v10i2.1391
link online: http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/index
Rahmi Yuningsih
rahmi.yuningsih@dpr.go.id
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI
Jl. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta
Naskah diterima: 24 September 2018 | Naskah direvisi: 15 September 2019 | Naskah diterbitkan: 29 Desember 2019
Abstract: Improvement of sanitation, environment and clean water, will substantially reduce the
level of pain and severity of various diseases that can improve the degree of public health. But
Indonesia still faces Open Defecation Free (ODF) which pollutes the environment. Indonesia
ranks second after India (626 million people) as the country with the most ODF, which were
63 million people. In Serang Municipality, Banten Province, there are still 27.2% of people
doing defecation in rivers, rice fields and others. The important factor causing it is the habit. The
purpose of this paper is to discuss health promotion strategies consisting of advocacy efforts,
social support and community empowerment in improving the quality of sanitation in Serang
Municipality. The data is the result of group research conducted by researchers at the Research
Center of the Expertise Agency of the DPR RI. The study was conducted in Serang Municipality
in March 2019. Apart from the habitual problem, there are still many people who defecate in
the absence of hygienic toilet facilities at home and ineffective communal toilet programs. The
difficulty of getting clean water in the Serang Municipality has caused people further reluctant
to make and use healthy latrines. The local government has implemented a health promotion
strategy which includes advocacy for DPR and DPRD members to prioritize sanitation issues in
Serang Municipality; increase social support from community leaders and conduct community
empowerment.
Keywords: health promotion, sanitation, ODF
Abstrak: Perbaikan terhadap sanitasi, lingkungan dan air bersih, secara substansial akan
mengurangi tingkat kesakitan dan tingkat keparahan berbagai penyakit sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Namun, Indonesia masih dihadapi masalah sanitasi
yaitu perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) yang mencemari lingkungan. Indonesia
berada di urutan kedua setelah India (626 juta orang) sebagai negara dengan perilaku BABS
terbanyak yaitu 63 juta orang. Begitu pun dengan Kota Serang, masih terdapat 27,2% masyarakat
melakukan BABS seperti di sungai, sawah dan lainnya. Penyebab utamanya adalah faktor
kebiasaan. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui strategi promosi kesehatan yang terdiri dari
upaya advokasi, dukungan sosial dan pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kualitas
sanitasi di Kota Serang. Data dalam tulisan ini merupakan hasil penelitian kelompok bersama
Tim Peneliti pada Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI. Penelitian kualitatif dilakukan di
Kota Serang pada bulan Maret 2019. Selain masalah kebiasaan, penyebab masih banyaknya
masyarakat BABS adalah tidak tersedianya sarana jamban sehat di rumah dan tidak efektifnya
program jamban komunal. Sulitnya mendapatkan air bersih di Kota Serang membuat masyarakat
lebih enggan membuat dan menggunakan jamban sehat. Oleh karena itu, pemerintah daerah
Rahmi Yuningsih Startegi Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan Kualitas Sanitasi Lingkungan 107
setempat melakukan strategi promosi kesehatan yang meliputi advokasi kepada anggota DPR
dan DPRD agar memprioritaskan masalah sanitasi lingkungan di Kota Serang; meningkatkan
dukungan sosial dari tokoh masyarakat serta melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat
untuk tidak BABS.
Kata kunci: promosi kesehatan, sanitasi, BABS
Rahmi Yuningsih Startegi Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan Kualitas Sanitasi Lingkungan 109
Kepala Dinas Kesehatan, Penanggung Jawab perguruan tinggi, organisasi profesi, organisasi
Program STBM, Staf Kesehatan Lingkungan, berbasis masyarakat atau agama, LSM dan tokoh
Staf BPS, dan masyarakat. yang berpengaruh. Advokasi kebijakan secara
khusus berhubungan dengan apa yang harus
Promosi Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah
Promosi kesehatan merupakan proses dengan menganjurkan kebijakan tertentu melalui
pemberdayaan masyarakat agar mampu diskusi, persuasi maupun aktivitas politik (Utami,
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. 2015: 110–111).
Proses pemberdayaan dapat dilakukan dengan Advokasi akan lebih efektif bila dilaksanakan
pembelajaran yakni upaya untuk meningkatkan dengan prinsip kemitraan atau mendapat dukungan
kesadaran, kemauan dan kemampuan dalam sosial yaitu dengan membentuk jejaring advokasi
bidang kesehatan (Agustini, 2014: 1). Penerapan atau forum kerja sama. Pengembangan kemitraan
promosi kesehatan dalam program kesehatan adalah upaya membangun hubungan para mitra
pada dasarnya merupakan bentuk penerapan kerja berdasarkan kesetaraan, keterbukaan
strategi global yang dijabarkan dalam berbagai dan saling memberi manfaat. Dukungan sosial
kegiatan. Karena sanitasi lebih cenderung ke melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat
arah perubahan perilaku sehingga upaya yang formal maupun informal setempat agar tokoh
dilakukan melalui pendekatan strategi promosi masyarakat mampu menyebarkan informasi
kesehatan. Menurut WHO, strategi global tentang program kesehatan dan membantu
tersebut yaitu advokasi, dukungan sosial dan melakukan penyuluhan kepada masyarakat.
pemberdayaan masyarakat. Tokoh masyarakat ini merupakan sasaran
Advokasi adalah upaya mendekati, sekunder dari promosi kesehatan (Utami, 2015:
mendampingi, dan memengaruhi para pembuat 110–111). Setyabudi dan Dewi (2017: 87–88)
kebijakan sehingga mereka sepakat untuk merangkum beberapa bentuk dukungan sosial,
memberi dukungan terhadap pembangunan antara lain:
kesehatan. Advokasi melakukan pendekatan 1) Bina suasana individu dilakukan oleh
atau lobi dengan para pembuat keputusan individu tokoh masyarakat sebagai panutan
setempat agar mereka menerima dan bersedia dalam mempraktikan program kesehatan.
mengeluarkan kebijakan dan keputusan di tingkat 2) Bina suasana kelompok dilakukan oleh para
pusat atau daerah sebagai sasaran tersier promosi kelompok ada di dalam masyarakat seperti
kesehatan. Sasaran advokasi lainnya adalah ketua RT, RW, karang taruna, dan lainnya.
para pengambil keputusan, penentu kebijakan di 3) Bina suasana publik dilakukan oleh
pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, mitra masyarakat umum melalui pemanfaatan
di kalangan pengusaha atau swasta, media massa, media komunikasi yang ada.
organisasi profesi, dan LSM yang memiliki Pemberdayaan masyarakat yaitu
pengaruh di masyarakat. Di tingkat daerah, tujuan memampukan masyarakat melalui kegiatan
advokasi agar program kesehatan memperoleh penyuluhan dan konseling sehingga pengetahuan
prioritas tinggi dalam pembangunan daerah yang dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dapat
bersangkutan. Selain itu, diperolehnya komitmen meningkat. Prinsip pemberdayaan masyarakat:
dan dukungan dalam upaya kesehatan atau sumber 1) Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.
daya kesehatan seperti kebijakan, tenaga, dana, Di dalam upaya pemeliharaan dan
sarana, kemudahan keikutsertaan dalam kegiatan peningkatan derajat kesehatan masyarakat
maupun berbagai bentuk lainnya seperti keadaan sebaiknya secara bertahap sedapat mungkin
dan usaha. Advokasi kesehatan dilakukan oleh menggunakan sumber daya yang dimiliki
siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan oleh masyarakat. Jika diperlukan bantuan
dan memandang perlu adanya mitra untuk dari luar, maka bentuknya hanya berupa
mendukung upaya tersebut. Pelaku advokasi perangsang atau pelengkap sehingga tidak
dapat berasal dari kalangan pemerintah, swasta, semata bertumpu pada bantuan tersebut.
Rahmi Yuningsih Startegi Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan Kualitas Sanitasi Lingkungan 111
Kebijakan Peningkatan Sanitasi Lingkungan lima pilar dalam STBM yaitu Stop BABS, cuci
Pemerintah Indonesia melakukan upaya tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan
peningkatan akses sanitasi sejak tahun 2006. makanan rumah tangga, pengamanan sampah
Salah satu upaya melalui Kementerian Kesehatan rumah tangga dan pengamanan limbah cair
adalah melakukan perubahan arah kebijakan dari rumah tangga.
yang sebelumnya memberikan subsidi perangkat Mulai tahun 2015 definisi rumah tangga yang
keras menjadi pemberdayaan masyarakat memiliki akses sanitasi layak adalah apabila
dengan fokus pada perubahan perilaku Stop fasilitas sanitasi yang digunakan memenuhi
BABS menggunakan metode Community Led syarat kesehatan, antara lain dilengkapi dengan
Total Sanitation (CLTS). Pendekatan CLTS jenis kloset leher angsa atau plengsengan dengan
dikembangkan dengan menambahkan empat tutup dan memiliki tempat pembuangan akhir
pilar perubahan perilaku lainnya yang dinamakan tinja tangki (septic tank) atau Sistem Pengolahan
STBM. Sehingga pada tahun 2008, pemerintah Air Limbah (SPAL), dan merupakan fasilitas
menetapkan STBM menjadi kebijakan nasional buang air besar yang digunakan sendiri atau
melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor bersama. Metode pembuangan tinja yang baik
852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi yaitu menggunakan jamban dengan syarat
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. sebagai berikut (Kementerian Kesehatan, 2018:
Saat ini Kepmenkes tersebut sudah diganti 242):
dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1) Tanah permukaan tidak boleh terjadi
3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis kontaminasi.
Masyarakat. Pendekatan STBM terbukti telah 2) Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air
mampu mempercepat akses sanitasi di Indonesia. tanah yang mungkin memasuki mata air atau
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun sumur.
2013, peningkatan rata-rata akses sanitasi 3) Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.
dari tahun 1993–2006 mencapai 0,78% per 4) Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan
tahun. Sejak penerapan CLTS pada tahun 2006 hewan lain.
yang kemudian menjadi kebijakan nasional 5) Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar,
STBM pada tahun 2008 rata-rata peningkatan atau bila memang benar-benar diperlukan,
akses sanitasi per tahun mencapai 3,53%, dan harus dibatasi seminimal mungkin.
berdasarkan penghitungan dari data BPS 2009– 6) Jamban harus bebas dari bau atau kondisi
2017 rata-rata peningkatan rumah tangga yang yang tidak sedap dipandang.
memiliki akses sanitasi layak adalah 2,23% per 7) Metode pembuatan dan pengoperasian harus
tahun (Kementerian Kesehatan, 2018: 242). sederhana dan tidak mahal.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Secara nasional, pada tahun 2017 terdapat
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total 67,89% rumah tangga yang memiliki akses
Berbasis Masyarakat, STBM merupakan terhadap sanitasi layak. Provinsi dengan
pendekatan untuk mengubah perilaku higienis persentase rumah tangga yang memiliki akses
dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat terhadap sanitasi layak tertinggi yaitu DKI Jakarta
dengan cara pemicuan. Pemicuan adalah cara (91,13%), Bali (90,51%), dan DI Yogyakarta
untuk mendorong perubahan perilaku higiene dan sebesar (89,40%). Sebaliknya, provinsi dengan
sanitasi individu atau masyarakat atas kesadaran persentase rumah tangga yang memiliki akses
sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir, terhadap sanitasi layak terendah adalah Papua
perilaku, dan kebiasaan individu atau masyarakat. (33,06%), Nusa Tenggara Timur (42,71%), dan
Perubahan perilaku dalam STBM dilakukan Bengkulu (45,31%). Adapun Provinsi Banten
melalui metode pemicuan yang mendorong memiliki persentase rumah tangga yang memiliki
perubahan perilaku masyarakat sasaran secara akses terhadap sanitasi layak sebesar 71,93%
kolektif dan mampu membangun sarana sanitasi (Kementerian Kesehatan, 2018: 242).
secara mandiri sesuai kemampuan. Terdapat
Rahmi Yuningsih Startegi Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan Kualitas Sanitasi Lingkungan 113
baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan Berdasarkan uraian di atas, jamban sehat dan
lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Berdasarkan gizi buruk merupakan masalah utama di Kota
data yang dikumpulkan dari masing-masing Serang. Kedua masalah tersebut saling berkaitan
Puskesmas laporan tahun 2014 dari 116.648 satu sama lain. Seperti yang diulas pada bagian
rumah yang ada, rumah yang memenuhi syarat pendahuluan bahwa dampak dari sanitasi yang
sebanyak 33.299 (28,55%), pada tahun 2015 dari tidak layak, dalam hal ini kurangnya kepemilikan
119.656 rumah yang ada, rumah yang memenuhi jamban sehat, maka dalam jangka panjang dapat
syarat sebanyak 16.742 (13,99%), pada Tahun memberikan dampak masalah gizi masyarakat.
2016 dari 121.696 rumah yang ada, rumah yang
memenuhi syarat sebanyak 38.998 (32%) dan Strategi Promosi Kesehatan terkait Sanitasi
pada Tahun 2017 dari 123.074 rumah yang ada, Selama bertahun-tahun, pemerintah dan
rumah yang memenuhi syarat sebanyak 44.155 lembaga bantuan kemanusiaan telah memberikan
rumah (35,9%). Di bawah ini merupakan grafik subsidi dalam pembangunan toilet dan saluran
kepemilikan rumah sehat di Kota Serang pada pembuangannya demi meningkatkan akses
tahun 2014 hingga 2017: masyarakat terhadap sanitasi yang layak.
40 Namun, program ini sangat lambat dalam
35,90 mencapai tujuan. Program tersebut tidak efektif
35 32,00 untuk menjangkau masyarakat miskin dan
30 28,55
hanya memberikan manfaat bagi masyarakat
25 yang lebih mengerti sistem dan subsidi. Selain
20 itu, adanya toilet dari pembangunan bersubsidi
15 13,99 tersebut belum sepenuhnya mengubah budaya
masyarakat untuk menggunakan toilet tersebut.
10
Di India, toilet yang dibangun melalui subsidi dari
5
pihak-pihak tertentu, digunakan sebagai tempat
0 berjualan ataupun kandang kambing. Penelitian
2014 2015 2016 2017
terbaru menunjukkan bahwa sekitar 50%
Grafik 1. Persentase Rumah Sehat di Kota
toilet yang dibangun oleh program pemerintah
Serang, Tahun 2014–2017
Sumber: Profil Kesehatan Kota Serang Tahun 2018 tidak digunakan sebagaimana peruntukannya
(Mara, 2010: 3). Kondisi ini terjadi pada saat
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian pembangunan toilet yang disubsidi oleh pihak
sebelumnya, bahwa sanitasi yang buruk tertentu, namun bagaimana dengan pembangunan
berdampak pada kesehatan masyarakat di toilet yang tidak disubsidi. Masyarakat terlihat
wilayah sekitar. Kasus kejadian penyakit diare di belum menjadikan pembangunan toilet
Kota Serang tahun 2013–2017 antara lain: sebagai suatu prioritas. Terlebih harga bahan
bangunan untuk membuat toilet dan saluran
25.000 25.051 pembangunannya relatif mahal.
Sebagai alternatif untuk mengurangi biaya
tersebut, dapat dibangun jamban komunal.
20.000 Namun, dalam pelaksanaannya, jamban
komunal terdapat banyak masalah. Menurut
Dinas Kesehatan Kota Serang, jamban komunal
15.000 13.765 13.431 merupakan milik bersama, namun masyarakat
saling lempar tanggung jawab atas kebersihan
13.095 13.461
dan pemeliharaan sarana tersebut. Sarana jamban
10.000 seperti mesin pompa air sering kali hilang. Selain
2013 2014 2015 2016 2017
Grafik 2. Kasus Diare di Kota Serang, itu, jamban komunal relatif jarang dipakai oleh
Tahun 2013–2017 masyarakat sekitar dan masyarakat pun belum
Sumber: Profil Kesehatan Kota Serang Tahun 2018 terbiasa menggunakan jamban komunal. Dengan
Rahmi Yuningsih Startegi Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan Kualitas Sanitasi Lingkungan 115
yang ada di Kota Serang, Kecamatan Kasemen juga bagian dari masyarakat setempat. Panutan
menjadi kecamatan dengan warga yang paling masyarakat ini tidak hanya sebagai sasaran
banyak melakukan BABS. Selain sanitasi yang sekunder, namun juga sebagai sasaran primer
buruk, Kecamatan tersebut juga penyumbang upaya promosi kesehatan.
angka gizi buruk dan stunting yang tinggi. Dalam tatanan rumah tangga, sasaran
Kondisi sanitasi yang buruk dengan kondisi primer promosi kesehatan adalah anggota rumah
gizi buruk dan stunting merupakan dua hal yang tangga yang memiliki masalah kesehatan seperti
saling terkait. ibu, bayi, balita, remaja dan lansia. Dengan
Perilaku BABS di Kota Serang disebabkan pemicuan kepada tokoh masyarakat, setidaknya
oleh faktor kebiasaan masyarakat setempat lingkungan keluarga tokoh masyarakat tersebut
untuk BABS di sungai, kebun dan lainnya. Oleh sudah terpapar tujuan promosi kesehatan.
karena itu, perlu disosialisasikan kebiasaan Dalam mengubah perilaku stop BABS perlu
hidup bersih dan sehat serta penyediaan sarana dikedepankan semua norma seperti budaya malu,
sanitasi yang layak baik di tingkat rumah tangga norma sosial, norma kesopanan, norma agama
maupun masyarakat sangat diperlukan. Dinas dan norma hukum selain dikedepankan urgensi
Kesehatan Kota Serang melakukan pemicuan dampak BABS terhadap kebersihan, keindahan,
Stop BABS dengan mengikutsertakan tokoh kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat.
masyarakat setempat. Walau belum ada Perda Pengenaan berbagai sanksi sosial, sanksi hukum
mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, dan denda sangat mungkin diperlukan untuk
upaya pemicuan ini juga melibatkan pihak memperkuat penegakan aturan stop BABS dan
perusahaan yaitu dengan memberikan kredit membuat efek jera kepada pelaku BABS.
kepada masyarakat untuk membangun jamban
sehat di rumah masing-masing. Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat
jamban sehat di rumah warga membutuhkan Selain pendekatan advokasi dan dukungan
biaya minimal dua juta rupiah yang dapat dicicil sosial, dalam mengatasi perilaku BABS perlu
selama enam bulan. Ini sudah terjadi di beberapa diperkuat aspek pemberdayaan masyarakat.
cakupan wilayah Puskesmas di Kota Serang. Petugas kesehatan perlu mengetahui potensi yang
Namun, permasalahannya adalah tidak semua ada di masyarakat yang dapat dikembangkan
warga mampu mencicil biaya tersebut. menjadi alternatif solusi. Potensi ini kemudian
dapat dijadikan bentuk partisipasi masyarakat
Dukungan Sosial dalam meningkatkan sanitasi lingkungannya.
Upaya advokasi akan lebih efektif jika Perilaku BABS merupakan masalah masyarakat
dilakukan dengan melibatkan tokoh masyarakat, sehingga upaya mengatasinya perlu melibatkan
tokoh agama, ketua RT, ketua RW, karang masyarakat mulai dari keterlibatan masyarakat
taruna, kader kesehatan dan ibu PKK setempat dalam pengambilan keputusan, pengerahan
untuk mendapatkan dukungan sosial. Peran sumber daya atau potensi yang ada di masyarakat,
tokoh masyarakat tersebut sangat krusial karena menggerakan masyarakat dan gotong royong
posisinya sebagai panutan masyarakat setempat. mengatasi masalah sanitasi.
Mereka dapat membantu upaya promosi kesehatan Pemberdayaan masyarakat di Kota Serang
yang dilakukan oleh petugas kesehatan, namun juga dilakukan oleh LSM seperti kegiatan yang
dengan terlebih dahulu dilakukan pemicuan dilakukan oleh Layanan Kesehatan Cuma-Cuma
kepada para tokoh masyarakat tersebut. Begitu (LKC) Banten. Melalui program kampung
pula dengan kader kesehatan yang posisinya sehat sanitasi, terdapat 27 kepala keluarga yang
sebagai penerus pesan dari petugas kesehatan berkomitmen membuat jamban di rumahnya
di Puskesmas atau Posyandu. Kehadiran kader melalui kegiatan gotong royong semua anggota
kesehatan dalam memberikan dukungan sosial keluarga (Taufan, Oktober 2019). Program
sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat tersebut mengarahkan kesadaran masyarakat
dapat dengan mudah percaya dan menerima pesan untuk menjalani pola sehat dan tidak BABS.
melalui kader kesehatan karena posisi kader yang
Rahmi Yuningsih Startegi Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan Kualitas Sanitasi Lingkungan 117
Profil Sanitasi Kota Serang. Retrieved from http:// Utami, T. N., et al. (2015). Perspektif Kesehatan
ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/ Masyarakat Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
sanitasi/pokja/bp/kota.serang/Bab%20III%20 Budi Utama.
Profil%20Sanitasi%20Kota%20Serang.docx, on
WHO. (2010). Water Sanitation Hygiene. Retrieved
22 Juli 2019.
from https://www.who.int/water_sanitation_
Setyabudi, R. G. & Dewi, M. (2017). Analisis Strategi health/monitoring/jmp2012/fast_facts/en/, on 22
Promosi Kesehatan dalam Rangka Meningkatkan Juli 2019.
Kesadaran Hidup Sehat oleh Rumah Sakit Jiwa
Widhana, D. H. (2017, April 13). Waspada, Tinja
Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa
Bisa Membunuhmu. Retrieved from https://tirto.
Tengah. Jurnal Komunikasi, 12(1), 81–100.
id/waspada-tinja-bisa-membunuhmu-cmCl, on
Simpson-Hebert, M. & Wood, Sa. (1998). Sanitation 22 Juli 2019.
Promotion. Geneva: WHO.
Winarti, A. & Nurmalasari, S. (2016). Hubungan
Soemirat. (2011). Kesehatan Lingkungan. Perilaku Buang Air Besar (BAB) dengan
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Kejadian Diare di Desa Krajan Kecamatan
Jatinom Kabupaten Klaten. Jurnal Involusi
Taufan. (2019, Oktober). Hadirkan Kampung Sehati
Kebidanan, 7(12), 13–25.
Di Kota Serang. Retrieved from https://www.
dompetdhuafa.org/post/detail/9743/hadirkan- Yusdiansyah, I. (2019, 9 Maret). BABS Masih
kampung-sehati-di-kota-serang, on 15 November Tinggi, Kelurahan Banjar Agung Lakukan
2019. Gerakan Gardu Jaga. Retrieved from https://
www.biem.co/read/2019/03/09/37133/babs-
Tim Pikiran Rakyat. (2019, Maret 21). 27,20
tinggi-kelurahan-banjar-agung-lakukan-gerakan-
Persen Warga Kota Serang Masih Dolbon.
gardu-jaga/, on 23 September 2019.
Retrieved from https://www.pikiran-rakyat.com/
nasional/2019/03/21/2720-persen-warga-kota- 38% Warga Kota Serang Masih BAB di Kebun.
serang-masih-dolbon, on 22 Juli 2019. Retrieved from https://www.alinea.id/
nasional/38-warga-kota-serang-masih-bab-di-
Tim Redaksi. (2017, Januari 6). 2016, Angka
kebun-b1XcR9ize, on 26 Juli 2019.
Kematian Ibu Hamil di Kota Serang Meningkat.
Retrieved from https://www.radarbanten.
co.id/2016-angka-kematian-ibu-hamil-di-kota-
serang-meningkat/, on 26 Juli 2019.