You are on page 1of 10

JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, Vol. 8, No. 2, Oktober 2014 doi: 10.9744/pemasaran.8.2.

70-8
ISSN 1907-235X

PENGARUH EXPERIENCE QUALITY TERHADAP CUSTOMER LOYALTY


DENGAN PERCEIVED VALUE DAN BRAND IMAGE SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING DI DE SOEMATRA 1910 SURABAYA

Meyer Fossetta Hansory1; Diah Dharmayanti1*


Program Manajemen Pemasaran, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail: m36411030@john.petra.ac.id; diah_dharmayanti@yahoo.com
*Korespondensi penulis

Abstrak: Pertumbuhan masyarakat kelas atas di Indonesia meningkat, khususnya kota metropolitan terbesar kedua yaitu
Surabaya. Di Surabaya, terdapat satu function house yang membidik masyarakat kelas atas dimana harus mengerti
pandangan berpikir konsumennya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh dari Experience Quality
(accessibility, competence, customer recognition, helpfulness, personalization, problem solving, promise fullfilment, value for
time) terhadap Customer Loyalty dengan mempertimbangkan faktor Perceived Value (instrumental value, expressive value,
hedonistic value, sacrifice value) dan Brand Image (mystery, sensuality, intimacy). Penelitian ini akan dilaksanakan dengan
menyebarkan kuesioner kepada 120 responden konsumen De Soematra 1910. Teknik analisa yang digunakan adalah teknik
analisis kuantitatif dengan metode path analysis

Kata kunci: Experience Quality, Customer Loyalty, Perceived and Brand Image

Abstract: The growth of the upper class society in Indonesia has increased, especially in the second largest metropolitan city
of Surabaya. In Surabaya, there is a function house where to understand the way of thinking of its customer and the target
are the upper class society in Surabaya. This research aims to analyze the influence of Experience Quality (accessibility,
competence, customer recognition, helpfulness, personalization, problem solving, promise fullfilment, value for time) on
Customer Loyalty by considering the factors of Perceived Value (instrumental value, the expressive value, hedonistic values,
sacrifice value) and Brand Image (mystery, sensuality, intimacy). This study conducted by distributing questionnaires to 120
respondents who are the consumers of De Soematra 1910. Analysis technique used is of quantitative analysis with path
analysis method

Key words: Experience Quality, Customer Loyalty, Perceived and Brand Image

PENDAHULUAN di Surabaya sebanyak 20% (www.centroone.com,


24/09/2012). Meningkatnya pertumbuhan restoran di
Seiring berkembangnya jaman, pertumbuhan Surabaya untuk kalangan menengah keatas belum
masyarakat dengan pendapatan tinggi di Asia Teng- mampu benar-benar menjawab kebutuhan dari
gara meningkat (bisniskeuangan.kompas.com, 14/10/ kalangan atas. Pentingnya suatu tempat yang benar-
2013), meningkatnya jumlah masyarakat kaya di Asia benar dapat menunjukkan status dari sebuah kalangan
Tenggara diperkirakan karena kuatnya konsumsi (Schiffman, Kanuk, & Wisenbilt 2009).
domestik dan pertumbuhan kelas menengah. Terdapat segelintir tempat saja yang benar-benar
Salah satu negara yang sedang melesat di Asia dapat mempresentatifkan kalangan atas di Surabaya,
Tenggara adalah Indonesia. Pertumbuhan tersebut salah satunya yaitu De Soematra 1910 yang merupa-
dapat dilihat pula dari terus meningkatnya jumlah kan high class multi-function venue.
nasabah perbankan yang memiliki dana simpanan di De Soematra 1910 memiliki pangsa pasar yang
atas Rp 5 miliar rupiah (www.tribunnews.com, 22/03/ merupakan kalangan kelas atas. Maka dari itu,
2014). Hingga 31 Desember 2013 jumlah rekening restoran ini akan sulit untuk mendapatkan loyalitas
yang memiliki jumlah dana di atas Rp 5 miliar ber- pelanggan dikarenakan karakter dari kalangan atas
tambah hampir tiga ribu orang dalam sebulan. yang dinamis, memiliki ekspektasi makin tinggi, dan
Di Indonesia sendiri memiliki beberapa kota demanding. Hal ini dikarenakan kalangan atas me-
metropolitan, salah satunya adalah Surabaya. Dapat miliki kemampuan beli yang tinggi (Schiffman,
dilihat perubahan lifestyle masyarakat Surabaya yang Kanuk & Wisenbilt 2009). Sehingga ia akan dengan
cenderung suka pergi makan atau sekedar berkumpul mudah berpindah ke tempat lain yang berada dimana
bersama teman, kerabat, ataupun rekan. Hal ini dapat saja, termasuk luar negri. Maka De Soematra 1910
dilihat dari peningkatan jumlah restoran maupun kafe perlu untuk memberikan kualitas pengalaman (expe-

70
Hansory: Pengaruh Experience Quality Terhadap Customer Loyalty 71

rience quality) pada tingkat tertentu agar mendorong 3. Apakah perceived value berpengaruh terhadap
pangsa pasar tersebut loyal terhadap De Soematra brand image di De Soematra 1910?
1910. 4. Apakah brand image berpengaruh terhadap
Dalam pengalaman berbelanja, experience lebih customer loyalty di De Soematra 1910?
dari sekedar mendapatkan produk apa yang diingin- 5. Apakah experience quality berpengaruh terhadap
kan oleh konsumen, tetapi juga pada semua event dan customer loyalty di De Soematra 1910?
aktivitas yang merupakan bagian dari proses ber- 6. Apakah perceived value berpengaruh terhadap
belanja, seperti desain lingkungan/kawasan belanja, customer loyalty di De Soematra 1910?
pelayanan staf, bagaimana sambutan karyawan, dan
apa yang dirasakan konsumen ketika berbelanja. URAIAN PENELITIAN
Melihat keseluruhan experience quality yang
dirasakan oleh konsumen De Soematra 1910, Experience Quality
membentuk sebuah perceived value. Evaluasi konsu-
men atas segala manfaat yang ia terima dan harga Lemke (2010) mendefinisikan kualitas peng-
yang ia harus bayarkan dapat disebut dengan alaman sebagai penilaian yang dirasakan tentang
perceived value (Kotler & Keller 2012). Jadi ketika keunggulan atau superioritas dari pengalaman pelang-
experience quality dipersepsikan tinggi oleh konsu- gan.
men De Soematra 1910, maka ia akan merasa men- Tentunya terdapat beberapa faktor dalam mem-
dapatkan manfaat yang besar atau sesuai dari biaya perngaruhi pengalaman yang dirasakan oleh konsu-
yang harus ia bayarkan sehingga persepsi nilai juga men. Lemke, Clark, & Wilson (2006) menemukan
akan dinilai tinggi. delapan faktor yang mempengaruhi customer expe-
Peran perceived value penting bagi sebagian rience, yaitu:
konsumen yang akan menimbang-nimbang untuk a) Accessibility
memiliki hubungan jangka panjang dengan suatu Kemudahan konsumen dalam berinteraksi dan
merek dimana ia akan melakukan proses evaluasi mengakses produk.
terlebih dahulu atas manfaat dan pengorbanan untuk b) Competence
mencapai loyalitas. Kompetensi yang dimiliki oleh penyedia produk.
Experience quality maupun perceived value c) Customer Recognition
yang tinggi akan membentuk brand image dari De Perasaan konsumen bahwa kehadirannya dike-
Soematra 1910 yang positif dan kuat. Peran brand tahui dan dikenali oleh penyedia produk.
image penting khususnya di De Soematra 1910 d) Helpfulness
karena ia membidik kalangan atas, dimana tentu Perasaan konsumen tentang kemudahan baginya
membutuhkan tempat yang memiliki image positif, dalam meminta bantuan.
diantaranya eksklusif, berkelas, dan lainnya dimana e) Personalization
dapat merepresentatifkan kalangannya (Schiffman, Perasaan konsumen bahwa dirinya menerima
Kanuk, & Wisenbilt 2009). perlakuan/ fasilitas yang membuat dirinya nyaman
Brand image sendiri merupakan penafsiran sebagai individu.
konsumen atas segala indikasi dari produk, jasa, dan f) Problem Solving
komunikasi merek (Hubanic, Arijana & Hubanic, Perasaan konsumen bahwa permasalahannya di-
Vedrana 2009). Perusahaan yang memiliki brand selesaikan oleh penyedia produk.
image positif dan kuat akan membangun customer g) Promise Fulfillment
loyalty di diri konsumen. Customer loyalty diartikan Pemenuhan janji oleh penyedia produk.
sebagai komitmen yang mendalam dari konsumen h) Value for Time
untuk membeli kembali atau berlangganan atas Perasaan konsumen bahwa waktu yang dimiliki-
produk/jasa yang disukai secara konsisten di masa nya dihargai oleh penyedia produk.
depan, sehingga menyebabkan pembelian merek
yang sama, meskipun ada pengaruh situasional dan Perceived Value
upaya pemasaran yang menyebabkan potensi untuk
beralih (Oliver 1999). Perceived Value merupakan evaluasi konsumen
Berdasarkan fenomena diatas dapat disimpulkan atas segala manfaat yang ia terima dan harga yang ia
beberapa masalah penelitian sebagai berikut: harus bayarkan disebut dengan perceived value
1. Apakah experience quality berpengaruh terhadap (Kotler & Keller 2012)
brand image di De Soematra 1910? Sesuai dengan pengertian yang telah diambil,
2. Apakah experience quality berpengaruh terhadap Smith dan Colgate (2007) menyatakan 4 dimensi dari
perceived value di De Soematra 1910? nilai yang dirasakan konsumen:
72 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, Vol. 8, No. 2, Oktober 2014: 70-79

a) Instrumental value, mencerminkan seberapa ber- a) Cognitive Loyalty


guna suatu produk, dimana sesuai dengan karakter Komitmen tahap ini hanya berkisar mengenai
dan fungsi yang diharapkan. manfaat dan pengorbanan, bukan loyal terhadap
b) Expressive value, menggambarkan derajat dimana suatu produk atau jasa yang ditawarkan.
konsumen memberikan makna psikologis pada b) Affective Loyalty
produk yang diberikan. Loyalitas pada tahap ini diarahkan pada tingkat
c) Hedonistic value, dikaitkan dengan sejauh mana terpengaruh pada merk.
produk membangkitkan beberapa emosi tertentu, c) Conative Loyalty
perasaan dan pengalaman bagi pelanggan. Pada tahap ini, konsumen memiliki behavioral
d) Sacrifice value, adalah beban dan pengorbanan intention untuk terus membeli produk dan jasa
lainnya yang berhubungan dengan konsumen saat yang ditawarkan.
membeli ataupun menggunakan produk tersebut. d) Action Loyalty
Pada action loyalty merupakan tahap dimana
Brand Image behavioral intention konsumen berubah menjadi
tindakan.
Brand image diartikan oleh Roberts (2004)
sebagai persepsi dan perasaan konsumen terhadap Kerangka Konseptual
sebuah merek. Roberts (2004) menjelaskan teorinya
yang bernama lovemark theory, dimana Roberts
Experience
menjelaskan bahwa brand image memiliki tiga Quality
dimensi sebagai bahan pengukuran dimana mem-
bentuk persepsi rasional dan emosional konsumen Brand Customer
atas merek tertentu. Image Loyalty
a) Mystery
Perceived
Terbentuk melalui pengalaman merek yang me- Value
mungkinkan untuk menciptakan mitos meng-
untungkan dan karakter tertentu dimana merang-
Gambar 1. Kerangka Konseptual
sang perasaan positif serta persepsi dalam benak
konsumen. Hipotesis
b) Sensuality
Terbentuk dari vision, smell, sound, touch, dan H1: Experience Quality berpengaruh positif ter-
taste yang mengangkat pengalaman emosional hadap Brand Image.
konsumen. H2: Experience Quality berpengaruh positif ter-
c) Intimacy hadap Perceived Value.
Aspek emosional brand image yang mengakibat- H3: Perceived Value berpengaruh positif terhadap
kan perasaan konsumen berinteraksi dengan Brand Image.
merek. H4: Brand Image berpengaruh positif terhadap Cus-
tomer Loyalty.
Customer Loyalty H5: Experience Quality berpengaruh positif terhadap
Customer Loyalty.
Oliver (1999) mengartikan customer loyalty H6: Perceived Value berpengaruh positif terhadap
sebagai komitmen yang mendalam dari konsumen Customer Loyalty.
untuk membeli kembali atau berlangganan atas
produk/jasa yang disukai secara konsisten di masa METODE PENELITIAN
depan, sehingga menyebabkan pembelian merek
yang sama, meskipun ada pengaruh situasional dan Jenis Penelitian
upaya pemasaran yang menyebabkan potensi untuk
beralih. Jenis penelitian yang digunakan untuk menun-
Oliver (1999) menjelaskan 4 tahap dari loyalty jukkan adanya hubungan antara experience quality,
yaitu terdiri dari cognitive loyalty, affective loyalty, perceived value, brand image, dan customer loyalty
conative loyalty, dan action loyalty. Berikut merupa- adalah penelitian kausal.
kan penjelasan lebih detail mengenai tahap-tahap Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan
tersebut: metode kuantitatif dengan kuesioner terstruktur yang
Hansory: Pengaruh Experience Quality Terhadap Customer Loyalty 73

diberikan kepada sampel dari sebuah populasi dan - Customer Recognition, yaitu perasaan konsumen
didesain untuk memperoleh informasi yang spesifik bahwa kehadirannya diketahui dan dikenali oleh
dari responden (Malhotra 2004). penyedia produk.
- Helpfulness, yaitu perasaan konsumen tentang
Populasi dan Sampel kemudahan baginya dalam meminta bantuan.
- Personalization, yaitu perasaan konsumen bahwa
Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat dirinya menerima perlakuan/fasilitas yang mem-
yang pernah menggunakan produk dan jasa yang buat dirinya nyaman sebagai individu.
diberikan oleh De Soematra 1910. Dengan meneliti - Problem solving, yaitu perasaan konsumen bahwa
sebagian dari populasi diharapkan bahwa hasil yang permasalahannya berusaha diselesaikan oleh
didapat mampu menggambarkan populasi yang penyedia produk.
bersangkutan. Sampel yang diteliti oleh peneliti - Promise fulfillment, yaitu pemenuhan janji oleh
adalah 120 responden. penyedia produk.
- Value for Time, yaitu perasaan konsumen bahwa
Teknik Pengambilan Sampel waktu yang dimilikinya dihargai oleh penyedia
produk.
Pelanggan yang menjadi sampel sebagai respon-
den dalam penelitian ini adalah pelanggan yang Perceived Value (y1)
pernah menggunakan produk dan jasa dari De
Perceived value adalah persepsi konsumen atas
Soematra 1910 setidaknya satu kali. Selain itu, jangka
nilai dari sebuah perusahaan atau merek dimana nilai
waktu penggunaan produk dan jasa dari De Soematra tersebut merupakan hasil perbandingan dari manfaat
1910 setidaknya dalam 3 bulan terakhir pada saat dan pengorbanan. Dimensi dari perceived value
pengisian kuesioner. Lalu, merupakan responden adalah:
yang membayar tagihan pada saat berkunjung ke De - Instrumental value, mencerminkan seberapa ber-
Soematra 1910. guna suatu produk, dimana sesuai dengan karakter
Dalam menentukan jumlah minimum sampel, dan fungsi yang diharapkan.
penulis menggunakan rumusan teori yang dinyatakan - Expressive value, menggambarkan derajat dimana
oleh Sarwono (2011), bahwa untuk memperoleh hasil konsumen memberikan makna psikologis pada
path analysis yang maksimal, sebaiknya digunakan produk yang diberikan.
sampel di atas 100. Sedangkan menurut Roscoe - Hedonistic value, dikaitkan dengan sejauh mana
(1975), ukuran sampel sebaiknya berkisar antara 5 produk membangkitkan beberapa emosi tertentu,
sampai 10 kali dari jumlah jalur penelitian. perasaan dan pengalaman bagi pelanggan.
Apabila penelitian ini menggunakan 16 jalur - Sacrifice value, adalah beban dan pengorbanan
penelitian, maka jumlah sampel pada penelitian ini lainnya yang berhubungan dengan konsumen saat
adalah antara 80 sampai 160 orang. Menurut per- membeli ataupun menggunakan produk tersebut
nyataan ini, maka ditetapkan jumlah sampel yang
pada penelitian ini sebanyak 120 responden. Brand Image (y2)

Definisi Operasional Variabel Brand image adalah persepsi yang ada di benak
konsumen terhadap suatu merek atau perusahaan.
Definisi operasional yang digunakan dalam Dimensi dari brand image adalah:
- Mystery, merupakan karakter tertentu dimana
penelitian ini terdiri dari 4 variabel, yaitu:
merangsang perasaan positif dan persepsi dalam
benak konsumen.
Experience Quality (x1)
- Sensuality merupakan image yang terbentuk dari
vision, smell, sound, touch, dan taste.
Experience quality didefinisikan sebagai penilai-
- Intimacy merupakan aspek emosional brand
an konsumen atas keseluruhan pengalaman yang
image yang mengakibatkan perasaan konsumen
dirasakan pada saat mengkonsumsi produk dan jasa berinteraksi dengan merek.
yang ditawarkan. Dimensi dari experience quality
adalah sebagai berikut: Customer loyalty (z1)
- Accessibility, yaitu kemudahan konsumen dalam
berinteraksi dan mengakses produk. Customer loyalty adalah komitmen yang men-
- Competence, yaitu kompetensi yang dimiliki oleh dalam dari konsumen untuk memiliki hubungan
penyedia produk. jangka panjang dengan merek atau perusahaan.
74 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, Vol. 8, No. 2, Oktober 2014: 70-79

Customer loyalty dapat diukur dalam indikator Angka yang bercetak tebal di tabel 3 didapatkan
sebagai berikut. dari hasil akar pangkat dua nilai AVE pada latent
variable, kemudian hasilnya dibandingkan dengan
Teknik Analisa Data angka pada setiap latent variable lain yang ber-
hubungan. Melalui tabel ini dapat dijelaskan bahwa
Peneliti menggunakan analisis PLS-SEM yang akar AVE experience quality (0,829622) lebih besar
diterapkan didalam penelitian ini, yang tahap-tahap- dari korelasi experience quality dengan perceived
nya adalah: value (0,763566), brand image (0,778387), dan
1. Dilakukan tahap evaluasi reliability yang terbagi customer loyalty (0,735035). Sehingga variabel expe-
menjadi dua tahap, yaitu evaluasi indicator reliabi- rience quality dapat dikatakan valid.
lity, dan evaluasi internal consistency reliability. Akar AVE variabel perceived value (0,912254)
2. Kemudian dilakukan evaluasi validitas data juga lebih besar dari korelasi perceived value dengan
dengan menggunakan convergent validity dan experience quality (0,763566), brand image
discriminant validity. (0,880663), dan customer loyalty (0,858279). Maka
3. Dilakukan uji path coefficient dan coefficient of variabel perceived value dapat dikatakan valid.
determination. Akar AVE variabel brand image (0,915485)
juga lebih besar dari korelasi brand image dengan
ANALISA DAN PEMBAHASAN experience quality (0,778387), perceived value
(0,880663), dan customer loyalty (0,875374). Maka
Outer Model variabel brand image dapat dikatakan valid.
Kemudian, akar AVE variabel customer loyalty
Convergent Validity (0,864307) juga lebih besar dari korelasi customer
loyalty dengan experience quality (0,735035), per-
Tabel 1. Uji Convergent Validity ceived value (0,858279), dan brand image
Variabel AVE Keterangan (0,875374). Dengan demikian, variabel customer
Experience Quality 0,688273 Valid loyalty dapat dikatakan valid.
Perceived Value 0,832208 Valid
Brand Image 0,838113 Valid Composite Reliability
Customer Loyalty 0,747026 Valid
Tabel 3. Uji Internal Consistency Reliable
Untuk memeriksa nilai convergent validity, di-
Variabel Composite Reliability Keterangan
perlukan evaluasi Average Variance Extracted (AVE) Experience Quality 0,981457 Reliable
setiap variabel laten. Nilai AVE harus lebih besar dari Perceived Value 0,983459 Reliable
angka 0,5 untuk dapat memastikan bahwa tiap Brand Image 0,982736 Reliable
variabel memiliki parameter convergent validity yang Customer Loyalty 0,921931 Reliable
layak digunakan. Tabel 2 mendemonstrasikan bahwa
keseluruhan variabel yang digunakan pada penelitian Pengukuran internal consistency reliability
ini memiliki convergent validity yang layak. untuk mengukur seberapa konsisten 74ndicator tiap-
tiap variabel yang ada. Hasil penelitian Bagozzi & Yi
Discriminant Validity (1988) menyarankan penggunaan Composite Relia-
bility untuk mengukur internal consistency reliability
Tabel 2. Uji Discriminant Validity
sebagai pengganti Cronbach’s Alpha pada penelitian
Experience Perceived Brand Customer modern. Nilai composite reliability harus lebih dari
Quality Value Image Loyalty 0,6 agar sebuah variabel dapat dikatakan reliable.
Experience
0,829622
Quality Path Coefficient dan R-Square
Perceived
0,763566 0,912254
Value Evaluasi path coefficient digunakan untuk me-
Brand Image 0,778387 0,880663 0,915485
Customer
nunjukkan seberapa kuat efek atau pengaruh variabel
0,735035 0,858279 0,875374 0,864307 independen kepada variabel dependen. Sedangkan
Loyalty
coefficient determination digunakan untuk mengukur
Fornell dan Larcker (1981) menyarankan bahwa seberapa banyak variabel endogen dipengaruhi oleh
akar pangkat dua nilai AVE setiap latent variable variabel lainnya. Didalam marketing research, nilai
harus lebih besar dari nilai korelasi terhadap variabel R2 diatas 0,75 keatas dikategorikan substansial, 0,50
lainnya untuk memastikan discriminant validity. – 0,75 artinya sedang, dan 0,25 – 0,50 artinya lemah.
Hansory: Pengaruh Experience Quality Terhadap Customer Loyalty 75

dari 0,254. Sehingga dari hal tersebut menjadi bukti


bahwa perceived value sebagai variabel intervening
memperkuat hubungan yang sudah ada.
Selain itu, dapat dilihat pula bahwa keseluruhan
variabel dalam model ini memiliki path coefficient
dengan angka yang positif. Artinya, jika semakin
besar nilai path coefficient pada satu variabel inde-
penden terhadap variabel dependen, maka semakin
kuat juga pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen tersebut.
Sementara itu, nilai coefficient of determination
(R2) yang pada gambar ditunjukkan pada angka di
dalam lingkaran variabel perceived value, brand
Gambar 2. Path Coefficient dan R-Square image, dan customer loyalty, membuktikan bahwa
variabel perceived value dipengaruhi oleh variabel
Dari gambar 2 dapat dijelaskan bahwa nilai path experience quality dengan nilai varian sebesar 0,583.
coefficient terbesar ditunjukkan dari pengaruh expe- Artinya, sebanyak 41,7% lainnya dipengaruhi oleh
rience quality terhadap perceived value sebesar 0,764. variabel lain diluar penelitian. Lalu variabel brand
Hubungan menuju customer loyalty terkuat juga image dipengaruhi oleh experience quality dan
didapat ketika experience quality melewati perceived perceived value dengan nilai varian sebesar 0,802.
value dan brand image menuju customer loyalty. Artinya pengaruh experience quality dan perceived
Pada hubungan experience quality terhadap cus- value terhadap brand image sebesar 80,2%, sedang-
tomer loyalty secara langsung memiliki path coeffi- kan 19,8% lainnya dijelaskan oleh variabel lain diluar
cient bernilai 0,063. Lalu ketika hubungan tersebut penelitian. Sedangkan variabel customer loyalty di-
melalui variabel brand image terlebih dahulu, yaitu pengaruhi oleh variabel experience quality, perceived
experience quality – brand image – customer loyalty, value, dan brand image dengan nilai varian 0,802.
maka nilai dari path coefficient meningkat menjadi Maka dari itu diketahui bahwa didalam penelitian ini
0,128 (= 0,254 x 0,503). Sehingga hal ini merupakan customer loyalty dipengaruhi sebesar 80,2% dimana
bukti bahwa brand image sebagai variabel interven- 19,8% terbentuknya customer loyalty dijelaskan oleh
ing memperkuat hubungan antara experience quality variabel-variabel lain diluar penelitian.
dengan customer loyalty.
Perceived value juga memiliki peranan sebagai T-Statistics dan Uji Hipotesis
variabel intervening dimana memperkuat hubungan
antara experience quality dengan customer loyalty Nilai T-statistics diperoleh dari prosedur boot-
maupun dengan brand image. Diketahui bahwa nilai strapping, dimana nilai ini digunakan untuk menarik
path coefficient dari hubungan experience quality kesimpulan pada uji hipotesis. Nilai T-statistics
dengan customer loyalty sebesar 0,063. Lalu ketika dengan level signifikansi 5% menjelaskan bahwa
hubungan tersebut melalui variabel perceived value inner model akan signifikan jika nilai T-statistics lebih
menjadi experience quality – perceived value – custo- besar dari 1,96.
mer loyalty, maka nilai tersebut meningkat menjadi Dengan melihat Tabel 4 dapat diartikan bahwa
0,28 (=0,764 x 0,367). Begitu pula dengan hubungan nilai original sample (O) adalah nilai path coefficient
experience quality dengan brand image, nilai path yang menunjukkan kekuatan pengaruh dari satu latent
coefficient meningkat menjadi 0,545 (=0,764 x 0,687) variable ke satu latent variable lainnya. Sedangkan

Tabel 4. T-Statistics
Standard
Original Sample Standard Error T Statistics
Deviation
Sample (O) Mean (M) (STERR) (|O/STERR|)
(STDEV)
Experience Quality → Brand Image 0,254078 0,250714 0,083914 0,083914 3,027845
Experience Quality → Perceived Value 0,763566 0,764849 0,047665 0,047665 16,019524
Perceived Value → Brand Image 0,686658 0,690926 0,090941 0,090941 7,550591
Brand Image → Customer Loyalty 0,502616 0,492437 0,149699 0,149699 3,357513
Experience Quality → Customer Loyalty 0,063399 0,058295 0,087598 0,087598 0,723748
Perceived Value → Customer Loyalty 0,367232 0,382498 0,167927 0,167927 2,186858
76 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, Vol. 8, No. 2, Oktober 2014: 70-79

nilai pada kolom sample mean (M) menunjukkan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap brand
nilai tengah dari path coefficient. Sedangkan standard image pelanggan dengan nilai uji T-statistics > 1,96
deviation (STDEV) dan standard error (STDERR), yaitu sebesar 3,027845.
menunjukkan nilai simpang dan error pada sampel Para pelanggan dari De Soematra 1910 tentu
mean. Nilai T statistics untuk melihat nilai T hitung memiliki penilaian atas keseluruhan pengalaman yang
yang akan digunakan untuk pengujian hipotesis. ia rasakan saat mengkonsumsi produk dan jasa dari
T-statistics pada pengaruh experience quality De Soematra 1910. Penilaian tersebut terbentuk lebih
terhadap brand image menunjukkan angka 3,027845, dari sekedar atas mendapatkan produk yang didapat
artinya experience quality berpengaruh signifikan oleh konsumen, tetapi juga pada aktivitas yang me-
terhadap brand image. T-statistics pada pengaruh rupakan bagian dari proses, seperti desain lingkungan
experience quality terhadap perceived value menun- dan perasaan yang timbul di diri konsumen ketika
jukkan angka 16,019524, artinya experience quality berbelanja.
berpengaruh signifikan terhadap perceived value. T- Maka dari itu penilaian yang timbul berupa
statistics pada pengaruh perceived value terhadap kualitas pengalaman yang dirasakan oleh setiap tamu
brand image menunjukkan 7,550591, artinya per- akan membentuk image dari De Soematra 1910 di
ceived value berpengaruh signifikan terhadap brand benak konsumen. Sebagai contoh, ketika seorang
image. T-statistics pada pengaruh brand image pelanggan merasa pelayanan yang diberikan kom-
terhadap customer loyalty menunjukkan 3,357513, peten, serta suasana di restoran tersebut berkelas,
artinya brand image berpengaruh signifikan terhadap
maka pelanggan tersebut juga akan melabeli De
customer loyalty. T-statistics pada pengaruh expe-
rience quality terhadap customer loyalty menunjuk- Soematra 1910 sebagai restoran berkelas dengan
kan 0,723748, artinya experience quality tidak pelayanan yang profesional. Jadi brand image itu
berpengaruh signifikan terhadap customer loyalty. T- timbul dengan sendirinya seiring dengan kualitas
statistics pada pengaruh perceived value terhadap pengalaman yang dirasakan oleh pelanggan.
customer loyalty menunjukkan 2,186858, artinya Experience quality sendiri memiliki nilai path
perceived value berpengaruh signifikan terhadap coefficient sebesar 0,254. Oleh karena itu efek yang
customer loyalty. dihasilkan melalui experience quality (kualitas penga-
Berikut adalah hasil penarikan kesimpulan dari uji laman) mempengerahui image suatu perusahaan di-
hipotesis. benak seseorang. Dapat dikatakan bahwa dalam kasus
pelanggan De Soematra 1910, kualitas pengalaman
Tabel 5. Uji Hipotesis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap brand
Hipotesis Keterangan T-statistics image dari De Soematra 1910.
H1 Terdapat pengaruh signifikan dari 3,027845
Experience Quality terhadap Experience Quality terhadap Perceived Value
Brand Image
H2 Terdapat pengaruh signifikan dari 16,019524 Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
Experience Quality terhadap experience quality berpengaruh signifikan terhadap
Perceived Value perceived value. Hal ini sesuai dengan yang dike-
H3 Terdapat pengaruh signifikan dari 7,550591
Perceived Value terhadap Brand
mukakan oleh Kiefer & Kelly (1995) dimana kualitas
Image pengalaman yang dinilai oleh pelanggan sangat mem-
H4 Terdapat pengaruh signifikan dari 3,357513 pengaruhi persepsi mereka atas nilai yang didapat.
Brand Image terhadap Customer Ketika konsumen menilai kualitas pengalaman yang
Loyalty dirasakan tinggi, maka ia akan mempersepsikan nilai
H5 Tidak terdapat pengaruh signifikan 0,723748 yang didapat tinggi pula. Hal ini berarti konsumen
dari Experience Quality terhadap tersebut merasa mendapatkan banyak manfaat dari-
Customer Loyalty pada pengorbanan yang ia keluarkan. Contoh dari
H6 Terdapat pengaruh signifikan dari 2,186858
Perceived Value terhadap manfaat tersebut di De Soematra 1910 yaitu pelang-
Customer Loyalty gan merasa mendapatkan produk dan jasa yang sesuai
harapannya, pelanggan menikmati suasana di De
Pembahasan Soematra 1910, De Soematra 1910 dapat memberi-
kan pengalaman yang tidak terlupakan, dan lain-lain.
Experience Quality terhadap Brand Image Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa penga-
ruh secara signifikan tersebut merupakan hasil uji T-
Pada hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa statistics dengan nilai 16,019524, yaitu diatas 1,96.
experience quality dari konsumen De Soematra 1910 Sehingga diketahui bahwa kualitas pengalaman yang
Hansory: Pengaruh Experience Quality Terhadap Customer Loyalty 77

dirasakan pelanggan De Soematra 1910 mempe- tersebut mau untuk memiliki hubungan jangka
ngaruhi persepsi nilai yang didapat. panjang dengan De Soematra 1910 karena ia sudah
Selain itu apabila dilihat dari nilai path coeffi- yakin bahwa restoran tersebut baik. Brand image
cient, hubungan dari kualitas pengalaman menuju yang kuat juga membuat pelanggan dapat membeda-
persepsi nilai sebesar 0,764, dimana merupakan kan De Soematra 1910 dari pesaingnya sehingga
hubungan yang paling kuat. Hal ini menunjukkan membuat pelanggan tersebut memiliki komitmen
bahwa experience quality memiliki peranan yang yang mendalam dimana ia tidak ingin berpindah ke
sangat besar kepada persepsi pelanggan De Soematra penawaran lainnya. Contohnya ketika De Soematra
1910 apakah ia rugi/tidak rugi untuk makan di 1910 memiliki image berkelas, unik, dan terbaik di
restoran tersebut. benak pelanggan, maka pelanggan tersebut akan
memilih De Soematra 1910 sebagai pilihan utama
Perceived Value terhadap Brand Image ketika ingin makan di restoran yang high end, apalagi
untuk menjamu keluarga/tamunya.
Dari hasil analisa penelitian ini juga dapat di- Hal diatas juga membuktikan perkataan Porter
buktikan bahwa perceived value memiliki pengaruh & Claycomb (1997) bahwa Brand image yang positif
yang signifikan terhadap brand image. Pada hubung- tidak hanya meningkatkan kemampuan bersaing
an ini, citra merek atau brand image muncul tetapi juga mendorong konsumen untuk membeli
disebabkan hasil persepsi konsumen terhadap nilai kembali.
yang didapat dengan membandingkan seluruh man- Selain itu, brand image memiliki nilai path
faat dengan seluruh pengorbanan yang dirasakan oleh coefficient sebesar 0,503. Nilai pengaruh brand
konsumen. image terhadap customer loyalty lebih besar daripada
Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa penga- pengaruh langsung dari experience quality dan
ruh secara signifikan tersebut merupakan hasil uji T- perceived value. Maka dapat disimpulkan bahwa
statistics dengan nilai 7,550591, yaitu diatas 1,96. sangat besar dampak pelanggan De Soematra 1910
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perceived value dapat loyal dikarenakan oleh image yang telah
mempengaruhi brand image dibenak pelanggan De terbangun, dimana pelanggan merasa restoran ini
Soematra 1910. unik, berkelas, mengedepankan privasi tamu, serta
Selain itu apabila dilihat dari nilai path coeffi- memiliki empati terhadap para pelanggannya.
cient, hubungan dari perceived value menuju brand
image sebesar 0,687, dimana merupakan hubungan Experience Quality terhadap Customer Loyalty
yang cukup kuat. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
persepsi nilai pelanggan memiliki peranan yang Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa expe-
cukup besar kepada brand image De Soematra 1910. rience quality berpengaruh terhadap customer loyalty
Ketika persepsi nilai tinggi, maka pelanggan tersebut namun tidak signifikan. Berdasarkan dari hasil uji T-
akan memiliki image yang baik terhadap De Soe- statistics bernilai 0,723748, yaitu dibawah 1,96.
matra 1910, contohnya ia merasa De Soematra 1910 Sehingga diketahui bahwa kualitas pengalaman yang
merupakan restoran yang berkualitas. Hal ini terjadi dirasakan pelanggan De Soematra 1910 tidak mem-
karena perusahaan dapat memberikan manfaat yang pengaruhi keloyalan dari konsumen secara signifikan.
lebih besar kepadanya daripada pengorbanan yang Lalu apabila dilihat dari nilai path coefficient,
telah ia keluarkan, seperti uang, tenaga, serta waktu hubungan dari kualitas pengalaman menuju persepsi
yang ia miliki. nilai sebesar 0,063. Terdapat pengaruh yang terjadi
namun experience quality memiliki peranan yang
Brand Image terhadap Customer Loyalty tidak terlalu besar dalam terbentuknya loyalitas kon-
sumen De Soematra 1910. Jadi untuk kasus De
Pada hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa Soematra 1910, para pelanggannya loyal tidak
brand image yang ada dibenak konsumen De Soe- semata-mata karena kualitas pengalaman yang dinilai
matra 1910 mempunyai pengaruh yang signifikan tinggi.
terhadap customer loyalty dengan nilai uji T-statistics
> 1,96 yaitu sebesar 3,357513. Perceived Value terhadap Customer Loyalty
Hal ini membuktikan kalimat yang dikemuka-
kan oleh Selnes (1993) bahwa brand image dari Dari hasil analisa penelitian ini juga dapat di-
perusahaan mempengaruhi loyalitas dari konsumen. buktikan bahwa perceived value memiliki pengaruh
Ketika brand image yang ada dibenak pelanggan De yang signifikan terhadap customer loyalty. Pada
Soematra 1910 baik, maka akan membuat pelanggan hubungan ini, loyalitas konsumen atau customer
78 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, Vol. 8, No. 2, Oktober 2014: 70-79

loyalty timbul disebabkan hasil persepsi konsumen Brand Image juga secara statistik mempenga-
terhadap nilai yang didapat dengan membandingkan ruhi Customer Loyalty. Pada saat seorang konsumen
seluruh manfaat dengan seluruh pengorbanan yang memiliki brand image yang positif terhadap akan
dirasakan oleh konsumen. Jadi konsumen akan tetap menciptakan konsumen yang loyal.
mengkonsumsi produk dan jasa yang ditawarkan oleh Experience Quality juga secara statistik mempe-
De Soematra 1910 selama ia merasa mendapatkan ngaruhi Customer Loyalty secara langsung namun
banyak manfaat. tidak signifikan sehingga perlu memperhatikan varia-
Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa bel lainnya untuk mempengaruhi Customer Loyalty.
pengaruh secara signifikan tersebut merupakan hasil Perceived Value juga secara statistik mempe-
uji T-statistics dengan nilai 2,186858, yaitu diatas ngaruhi Customer Loyalty secara langsung. Maka
1,96. Sehingga diketahui bahwa perceived value pada saat Perceived Value positif maka akan mem-
mempengaruhi loyalitas dari pelanggan De Soematra buat konsumen loyal.
1910. Jadi berdasarkan pembahasan yang telah diulas,
Selain itu apabila dilihat dari nilai path coeffi- maka dapat ditarik kesimpulan bahwa experience
cient, hubungan dari perceived value menuju custo- quality merupakan sebuah prediktor penting yang
mer loyalty sebesar 0,367. Pengaruh perceived value secara statistik berpengaruh signifikan terhadap per-
kepada customer loyalty lebih besar daripada expe- ceived value, brand image, dan customer loyalty. Hal
rience quality secara langsung. Konsumen De Soe- ini ditunjukkan oleh sebagian besar konsumen yang
matra 1910 lebih cenderung membangun hubungan setuju bahwa ia mendapat kualitas pengalaman yang
jangka panjang karena ia telah membandingkan positif pada saat makan di De Soematra 1910.
manfaat dan pengorbanan. Manfaat yang didapat bisa
dari segi produk maupun non-produk. Contoh dari Saran
non-produk yaitu De Soematra 1910 dapat membuat
pelanggan bangga, senang, atau lainnya. Namun, Meningkatkan Experience Quality dari De
Soematra 1910 karena Experience Quality berpe-
walaupun perceived value memiliki pengaruh yang
ngaruh terhadap Perceived Value. Implementasi yang
lebih besar dibandingkan experience quality, brand
bisa dilakukan oleh perusahaan adalah dengan me-
image yang baik dan kuatlah yang sangat
lakukan training khusus kepada setiap karyawan,
mempengaruhi loyalitas konsumen De Soematra
terutama karyawan yang memiliki kontak langsung
1910.
terhadap konsumen. Selain itu juga dengan mening-
katkan variasi makanan yang ditawarkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Meningkatkan Perceived Value dari De Soe-
matra 1910 karena Perceived Value berpengaruh dan
Kesimpulan
memperkuat hubungan terhadap Brand Image, dan
Customer Loyalty dengan meningkatkan indikator-
Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisa
indikator dari Perceived Value. Implementasi yang
pengaruh experience quality terhadap customer
bisa dilakukan perusahaan adalah dengan meningkat-
loyalty dengan perceived value dan brand image kan kualitas makanan dan layanan yang diberikan
sebagai variabel intervening di De Soematra 1910, melebihi dari harapan konsumen.
maka diperoleh hasil yang dirangkum sebagai berikut. Meningkatkan Brand Image dari De Soematra
Experience Quality secara statistik memiliki 1910 karena Brand Image berpengaruh dan mem-
pengaruh terhadap Brand Image, yang artinya ketika perkuat hubungan terhadap Customer Loyalty dengan
Experience Quality tinggi maka Brand Image akan meningkatkan indikator-indikator yang ada pada
tinggi pula. Brand Image. Implementasi yang bisa dilakukan
Experience Quality juga secara statistik mem- perusahaan untuk memperkuat Brand Image yaitu
pengaruhi Perceived Value, yang artinya ketika kua- mengikuti atau berkolaborasi dengan berbagai event
litas pengalaman yang dinilai konsumen tinggi maka bergengsi yang ada di Surabaya.
ia akan memiliki persepsi Perceived Value yang Dapat menambahkan variabel bebas (X) diluar
tinggi pula. variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini.
Perceived Value juga secara statistik mempe- Hal ini karena dimungkinkan ada variabel lain selain
ngaruhi Brand Image. Pada saat konsumen memiliki Experience Quality yang mungkin berpengaruh
persepsi nilai yang tinggi maka akan terbentuk brand terhadap Perceived Value, Brand Image, dan Custo-
image yang positif dibenak konsumen. mer Loyalty di restoran fine dining.
Hansory: Pengaruh Experience Quality Terhadap Customer Loyalty 79

DAFTAR PUSTAKA Oliver, R.L. (1999). Whence Consumer Loyalty?.


Journal of Marketing (Special Issue). 63, pp. 33-
Bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/09/14/19112 44.
31/Orang.Super-kaya.Indonesia. Bertambah. Porter, S.S., & Claycomb, C. (1997). The influence of
Banyak brand recognition on retail store image. The
Fornell, C. & Larcker, D.F. (1981). Evaluating struc- Journal of Product and Brand Management. 6,
tural equation models with unobservable varia- pp. 373–384.
bles and measurement error. Journal of Mar- Roberts, K. (2004). Lovemarks: The future beyond
keting Research, 18(1), pp. 39-50. brands (1st ed.). New York: Powerhouse Books.
Hubanic, A., & Hubanic, V. (2009). Brand Identity Roscoe, J.T. (1975). Fundamental Research Statistics
and Brand Image. for the Behavioural Sciences, 2nd edition. New
Kiefer, N.M., & John, K.T. (1995). Price recollection York: Holt Rinehart & Winston.
and Perceived Value in Restaurants. Sarwono, J. (2011). Mixed Methods: Cara Meng-
Kotler, P., & Keller, K.L. (2012). Marketing Mana- gabung Riset Kuantitatif Secara Benar.
gement. Harlow, Boston MA: Pearson Educa- Schiffman, L.G., Kanuk, L.L., & Wisenbilt, J. (2009).
tion. Consumer Behavior (10th ed.).
Lemke, F., Clark, M., & Wilson, H. (2006). What Selnes, F. (1993). An examination of the effect of
Makes a Great Customer Experience. Cranfield product performance on brand reputation,
Customer Management Foru satisfaction and loyalty. European Journal of
Lemke, F., Clark, M., & Wilson, H. (2010). Customer Marketing.
Experience Quality: An Exploration in Business Smith, J.B., & Colgate, M. (2007). Customer value
and Consumer Contexts Using Repertory Grid creation: a practical framework. The journal of
Technique. Journal of the Academy of Market- marketing theory and practice, 15(1), 7-23
ing Science. www.centroone.com/news/2012/09/4r/pengusaha-
Malhotra, N.K. (2004). Marketing Research: An resto-jatim-giat-ekspansi/www.tribunnews.
Applied Orientation. New Jersey: Pearson Edu- com/bisnis/2014/03/22/jumlah-orang-kaya-di-
cation Inc. indonesia-terus-bertambah

You might also like