You are on page 1of 7

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI

TUBERKULOSIS PARU DENGAN MODALITAS INFRARED


DAN ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE (ACBT)
DI BBKPM SURAKARTA

Ade Rachma Safira dan Ade Irma Nahdliyyah


Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan
Email : derasafira10@gmail.com, nahdliyyah.ft@gmail.com

ABSTRACT

Tuberculosis is an infectious disease and transmitted directly or indirectly caused by


Mycobacterium tuberculosa transmitted through the air when a tuberculosis patient coughs and
spray saliva containing the bacteria are inhaled by another person while breathing and through the
saliva of using camp today eat / drink The same as the sufferer. This bacteria is an aerobic bacteria
capable of diprik living that has high oxygen partial pressure. Problems that occur in patients with
pulmonary tuberculosis yaituseperti cough with phlegm, wheezing, shortness of breath, breathing,
decreased thorkas cage and decreased functional activity.Management of physiotherapy in the
condition of pulmonary tuberculosis can be administered by using the modality infrared and active
breathing techniques active (ACBT). The research method used by the writer is using case study.
After treatment was 5 times the results (1) decrease the breath of T1: 3 to T5: 0, (2) decrease in
sputum of T1: ++ (ronkhi loud voice) into T5: + (sound ronkhi downhill), (3 ) decrease in muscle
spasm of T1 results: 1 (no spasm) into T5: 0 (no spasm), (4) an increase in the expansion of the
thoracic cage, (5) an increased functional activity.From the results already obtained, it can be
concluded that physiotherapy treatment on the condition of pulmonary tuberculosis by using
infrared modalities and active cycle of breathing techniques (ACBT) can help reduce problems
arising on the condition of pulmonary tuberculosis.

Keywords: Pulmonary Tuberculosis, Infrared, Active Cycle of Breathing Technique

PENDAHULUAN peralatan makan/minum yang sama


Tuberkulosis merupakan suatu dengan penderita (Mardiono,2013).
penyakit infeksi dan menular secara Menurut World Health
langsung ataupun tidak langsung Organization (2014) benua Asia
yang disebabkan oleh menyumbang 56% jumlah penderita
Mycobacterium tuberculosa yang paru didunia pada tahun 2013, Afrika
ditularkan melalui udara saat seorang 29%, Eropa 4% dan yang paling
pasien tuberculosis batuk dan kecil beban penderita TB adalah
percikan ludah yang mengandung wilayah Amerika 3% dari jumlah
bakteri tersebut terhirup oleh orang total penderita TB paru didunia.
lain saat bernapas serta melalui Penderita TB paru terbanyak pada
cairan dengan terkena ludah dari lima Negara di dunia yaitu India,
penderita ketika menggunakan

37
China, Afrika Selatan, Indonesia dan Infrared atau IR yang menjadi
Nigeria. salah satu modalitas yang digunakan
Di Indonesia penyakit TB dalam penanganan kasus TB paru ini
mencapai 25% diseluruh kematian memberikan efek pemanasan dari
yang sebenarnya dapat dicegah dan panjang gelombang lebih panjang
75% penderita TB adalah kelompok dari cahaya tampak, tetapi lebih
usia produktif yaitu berkisar dari pendek dari radiasi gelombang radio.
umur 15-50 tahun. Sejak tahun 2000, Metode terapi menggunakan
Indonesia telah berhasil mencapai inframerah bertujuan untuk
dan mempertahankan angka melancarkan sirkulasi pernafasan
kesembuhan sesuai dengan target menjadi lebih baik, mengurangi
global yaitu minimal 85% penemuan spasme otot pernafasan karena
kasus TB di Indonesia pada tahun adanya vasodilatasi pada jaringan
2006 adalah 76% (Pranowo, 2014). yang terkena sinar inframerah.
Problematika yang timbul pada Active cyrcle of breathing
penderita tuberkulosis paru berupa technique (ACBT) merupakan suatu
batuk berdahak selama 2-3 minggu siklus gabungan dari deep breathing
yang diikuti dengan gejala tambahan exercise, Huffing, dan breathing
yaitu dahak bercampur darah, batuk control. Penggabungan latihan
darah, sesak nafas,nafsu makan dan tersebut pada penderita TB paru
berat badan menurun, malaise, dapat mengurangi sputum,
berkeringat malam hari tanpa mengurangi sesak nafas,
kegiatan fisik, demam meriang lebih meningkatkan ekspansi sangkar
dari satu bulan. thoraks dan meningkatkan aktivitas
Fisioterapi berperan dalam fungsional.
penyembuhan kasus ini karena Dari penelitian studi yang
fisioterapi salah satu bentuk dilakukan oleh Mckoy yang telah
pelayanan kesehatan yang ditujukan diidentifikasi dimana berkisar antara
untuk individu dan atau kelompok 7 sampai 65 peserta lebih efektif
dalam upaya mengembangkan, menggunakan active cycle breathing
memelihara, dan memulihkan gerak technique karena memiliki teknik
dan fungsi sepanjang daur kehidupan yang lebih nyaman dalam
menggunakan modalitas, mekanis, melakukannya gunauntuk
gerak dan komunikasi. Modalitas membersihkan mucus dibandingkan
yang dapat digunakan dalam dengan menggunakan chest
menyelesaikan problematika pada fisioterapi dan positive expiratory
penderita tuberkulosis diantaranya pressure. Pemberian active cycle
menggunakan Infrared dan Active breathing technique menunjukkan
Cycle Of Breathing Technique adanya peningkatan sputum yang
(ACBT) telah dikeluarkan dari tubuh hingga

38
1 jam pasca diberikan ACBT Gambaran desain penelitian
sehingga sputum dalam tubuh sebagai berikut :
berkurang (Mckoy,2012).
Penelitian ini bertujuan untuk :
1) Mengidentifikasi pemberian X Y
Active Cycle of Breathing
Technique (ACBT) dapat
Z
mengurangi sputum dan
mengurangi sesak nafas pada
kondisi Tuberkulosis Paru, Keterangan:
2) Mengidentifikasi pemberian X : Keadaan pasien sebelum
Infrareddapat menurunkan diberikan program fisioterapi
spasme otot bantu pernafasan Y : Keadaan pasien setelah
pada kondisi Tuberkulosis Paru. diberikan program fisioterapi
3) Mengidentifikasi pemberian Z : Program fisioterapi
Infrared dan Active Cycle of
Breathing Technique Problematika yang muncul pada
(ACBT)dapat meningkatkan kasus ini meliputi adanya sputum,
ekspansi thoraks pada penderita sesak nafas, spasme otot bantu
Tuberkulosis Paru pernafasan, penurunan ekspansi
4) Mengidentifikasi pemberian sangkar thorak dan aktivitas
Infrared dan Active Cycle of fungsional. sebelumnya pasien
Breathing Technique (ACBT) dilakukan pemeriksaan fisioterapi
dapat meningkatkan aktivitas berupa pemeriksaan sputum dengan
fungsional pada penderita auskultasi, sesak nafas dengan skala
Tuberkulosis Paru. MRC (Medical Research Council),
ekspansi sangkar thora dengan
METODOLOGI PENELITIAN Midline, dan aktivitas fungsional
Penelitian ini menggunakan dengan The London Chest Activity Of
metode deskriptif analitik untuk Daily Living Scale.
mengetahui assesmen dan perubahan
yang dapat diketahui. Rancangan Instrumen Penelitian
penelitian yang digunakan adalah 1. Sputum dengan Auskultasi
rancangan studi kasus. Auskultasi paru dilaksa-
Pada seorang pasien secara nakan secara indirect yaitu
langsung yang dilakukan di poli TB dengan memakai stetoskop yang
BBKPM Surakarta. bertujuan untuk mengetahui letak
dari sputum dan banyak tidaknya
sputum yang ada.

39
2. Sesak Nafas dengan skala MRC 5. Aktivitas Fungsional dengan The
(Medical Research Council) London Chest Activity Of Daily
Dengan skala penilaian Living Scale.
yaitu : 0 = Tidak ada sesak Untuk mengetahui adanya
kecuali dengan aktivitas berat, 1= permasalahan pada aktivitas
Sesak mulai timbul bila berjalan fungsional dapat dilakukan
cepat atau naik tangga 1 tingkat, pemeriksaan dengan skala
2 = Berjalan lebih lambat karena LCADL.
merasa sesak, 3 = Sesak timbul
bila berjalan 100 m atau setelah Prosedur Pengambilan Data
beberapa menit, 4 = Sesak bila 1. Data Primer
mandi atau berpakaian. a. Pemeriksaan Fisik
3. Spasme Otot dengan Palpasi Bertujuan untuk mengetahui
Mengukur Spasme otot keadaan fisik pasien, keadaan
pernafasan dapat dilakukan fisik terdiri dari vital sign,
dengan cara palpasi yaitu : inspeksi, palpasi, perkusi dan
dengan jalan menekan dan auskultasi.
memegang bagian tubuh pasien b. Interview
untuk mengetahui kelenturan Metode ini digunakan untuk
otot, misal terasa kaku, tegang mengumpulkan data dengan
atau lunak. Kreteria peniliannya : cara tanya jawab antara terapis
Nilai 0 adalah tidak ada dengan sumber data / pasien,
spasme,nilai 1 adalah ada yaitu dengan auto anamnesis.
spasme. c. Observasi
4. Ekspansi Sangkar Thoraks Dilakukan untuk mengamati
dengan Midline perkembangan pasien sebelum
Pemeriksaan mobilisasi terapi, selama terapi dan
sangkar thorak pada kondisi sesudah diberikan terapi
kasus respirasi bertujuan untuk 2. Data Sekunder
mengetahui seberapa besar a. Studi Dokumentasi
kemampuan paru-paru dapat Penulis mengamati dan
mengembang pada fase inspirasi mempelajari data-data medis
dan ekspirasi, dimana dan fisioterapi dari awal
pemeriksaan ini bertujuan untuk sampai akhir.
mengetahui selisih antara fase b. Studi Pustaka
inspirasi dan ekspirasi dengan Sumber-sumber diambil dari
pengukuran menggunakan buku, jurnal/internet, yang
midline. berkaitan dengan kondisi
penyakit Tuberkulosis Paru.

40
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pertemuan terapi 1 dan 2
Evaluasi Sputum maupun didapatkan hasil skala sesak dengan
Pengeluaran Sputum nilai 3, kemudian pada terapi ke 3
Evaluasi pemeriksaan sputum didapatkan penurunan nilai skala
menggunakan auskultasi dari mulai sesak yaitu 2, terapi ke 4 kembali
terapi ke satu sampai ke lima. adanya penurunan nilai skala sesak
yaitu 1, selanjutnya pada terapi ke 5
2 didapatkan penurunan lagi pada nilai
skala sesak yaitu 0.
1
Evaluasi Sesak nafas dapat berkurang
Sputum
0 dengan diberikannya ACBT, dimana
dengan latihan ACBT dapat
meminimalkan kelelahan ketika
Pada terapi 1 hasil yang bernafas dan menjadikan pola nafas
diperoleh yaitu (++) atau nilai 2 menjadi tenang sehingga pasien
yaitu suara ronchi keras, pada terapi terbiasa dengan pernafasan teratur
ke-2 dan ke-3 belum terdengar ketika serangan sesak nafas
adanya perubahan, pada terapi ke-4
dan ke-5 hasil yang diperoleh yaitu Evaluasi Spasme Otot dengan
(+) atau dinai 1 dimana suara ronchi Palpasi
menurun. Pemeriksaan spasme dilakukan
Dalam hal ini ACBT dapat dengan penilaian 0 = tidak ada
berperan dalam mengurangi sputum spasme dan 1 = ada spasme. Dari
dimana dengan latihan huffing dapat terapi 1 sampai terapi 5 pemeriksaan
meningkatkan tidal volume dan spasme didapatkan hasil adanya
membuka system collateral saluran penurunan spasme pada otot m.
nafas sehingga sputum mudah sternokleidomastoideus dan m.
dikeluarkan. pectoralis mayor pada terapi ke 4.

Evaluasi Sesak Nafas dengan skala 1


M.
MRC Sternokleidom
0,5
astoideus
5 0 M. Pectoralis
Terapi 1
Terapi 2
Terapi 3

Mayor
Terapi 4
Terapi 5

Evaluasi Sesak
0 Nafas dengan
Skala MRC
Pemberian infrared dapat
menurunkan tingkat spasme karena
efek termal yang ditimbulkan akan
membantu proses rileksasi otot dan

41
menimbulkan vasodilatasi pada otot bantu pernafasan, hal ini efektif
jaringan sehingga oksigen dan nutrisi untuk meningkatkan ekspansi
berjalan dengan baik dan spasme sangkar thoraks.
dapat berkurang.
Evaluasi Aktivitas Fungsional
Perubahan Nilai Ekspansi Sangkar dengan skala LCADL
Thoraks
Pemeriksaan sangkar thoraks
adalah untuk mengetahui
kemampuan inspirasi dan ekspirasi
maksimal pasien saat bernafas.
Dengan pengukuran menggunakan
midline.
90
80
70 Inspirasi Upper
60
Ekspirasi Upper
50
40 Inspirasi Middle
30 Ekspirasi Middle
20
Inspirasi Lower
10
0 Ekspirasi Lower

Dalam hal ini infrared dan


ACBT dapat berperan dalam
meningkatkan ekspansi sangkar Pemeriksaan Aktivitas
thoraks. Dengan pemberian infrared Fungsional dengan menggunakan
efek yang ditimbulkan akan skala LCADL dapat dilihat dari 4
membantu proses rileksasi dan item dimana item 1 terdiri dari 4 sub
meningkatkan konraksi otot, dengan item, item 2 terdiri dari 6 sub item,
adanya hal tersebut memberikan item ke-3 terdiri dari 2 sub item dan
dampak pada kenyamanan pasien item ke-4 terdiri dari 3 sub item.
dalam bernafas sehingga ekspansi Aktivitas fungsional dapat
thoraks meningkat. Pada pemberian ditingkatkan dengan dibantu oleh
ACBT yang terdiri atas breathing peran dari modalitas infrared dan
control, deep breathing exc dan ACBT
huffing akan meningkatkan fungsi
paru dan menambah jumlah udara
yang dapat dipompakan oleh paru
sehingga dapat menjaga kinerja otot-

42
SIMPULAN Palembang Tahun 2013”.
Pada penatalaksanaan Jurnal HArapan BAngsa Vol.
fisioterapi yang diberikan pada kasus 1 No.2 Desember 2013
tuberkulosis paru dengan mengguna- Mckoy NA, Saldanha IJ, Odelola
kan modalitas infrared dan active OA, Robinson KA (2012) A
cycle of breathing technique dapat comparison of active cycle of
disimpulkan sebagai berikut : breathing technique (ACBT) to
1) Pemberian active cycle of other methods of airway
breathing technique dapat clearance therapies in patients
with cystic fibrosis. Available
mengurangi sputum dan
at :
mengurangi sesak nafas http://onlinelibrary.wiley.com
2) Pemberian infrared dapat (Acessed: 07/10/2015)
menurunkan spasme
3) Pemberian infrared dan active Meidania, Monalisa. 2015.
cycle of breathing technique dapat “Penatalaksanaan Fisioterapi
Pada Tuberculosis Paru di
meningkatkan ekspansi sangkar
Rumah Sakit Paru Ario
thoraks Wirawan Salatiga”. Karya
4) Pemberian infrareddan active Tulis Ilmiah. Universitas
cycle of breathing technique dapat Muhammadiyah Surakarta.
meningkatkan aktivitas fungsional
pada penderita Tuberculosis Paru Pranowo, Chrisantus. 2014.
“Efektifitas Batuk Efektif
Dalam Pengeluaran Sputum
DAFTAR PUSTAKA Untuk Penemuan BTA Pada
PAsien TB Paru Di Ruang
Djojodibroto, D., 2009. Respirologi
Rawat Inap RS Mardi Rahayu
(Respiratory Medicine).
Kudus”. Universitas
Jakarta: EGC.
Diponegoro.
Mardino.Sasono. 2013. “Pengaruh eprints.undip.ac.id/10476/1/art
Latihan Batuk Efektif ikel.pdf, 21 September 2014.
Terhadap Frekuensi Pernafasan
Wold Health Organization (WHO).
Pasien TB Paru di Instalasi
Global Tuberculosis Report
Rawat Inap Penyakit Dalam
2014. Switzerland.
Rumah Sakit Pelabuhan

43

You might also like