Professional Documents
Culture Documents
Korespondensi : Nigustikadek@gmail.com
2Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
ABSTRAK
Buranga Village is one of the villages that has extensive mangrove forests, but has been damaged over
time. Therefore, it is necessary to conduct research on the Causes of Mangrove Forest Damage in
Buranga Village, Ampibabo District, Parigi Moutong Regency. This study aims to determine the factors
that cause damage to mangrove forests. The study was conducted in March - May 2017. This study
used the Snowball sampling method in which the sample determination technique was initially small in
number, then enlarged. Like a snowball that rolled a long time to become big. Samples taken amounted
to 20 respondents. Observation parameters are water pollution (pa), abrasion (a), environmental stress,
main livelihood, location of business land, utilization of firewood and perception of mangrove forest. The
results showed that the damage to mangrove forests that occurred was more dominant due to the
socio-economic factors of the local community compared to physical environmental factors can be seen
from the total score that was done. In the socioeconomic factor of the community the Total Scoring
Score is 230 and the Total Scoring Score on the physical environment factor was 100.
.
Kata Kunci : Damaged, Mangrove Forests, Socio Economic.
91
J. ForestSains 15 (2) : Juni 2018 (91 - 99) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562
penurunan fungsi, baik fungsi ekonomi, ekologi dalam penelitian ini yaitu : label (untuk
dan sosial. mencatat kode sampel), botol plastik (untuk
Untuk mengetahui penyebab kerusakan menyimpan sampel air. Botol yang digunakan
yang terdapat pada kawasan hutan mangrove adalah botol aqua) dan kuisioner (digunakan
maka diadakan penelitian. Berdasarkan latar sebagai panduan wawancara).
belakang diatas maka dilakukan penelitian Metode Penelitian
tentang ”Faktor Penyebab Kerusakan Hutan Penelitian ini menggunakan metode
Mangrove di Desa Buranga Kecamatan Snowball sampling (bola salju) dimana teknik
Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong”. penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya
Rumusan Masalah kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju
Kurangnya pemahaman masyarakat yang menggelinding yang lama-lama menjadi
tentang pentingnya menjaga kelestarian besar. Dalam penentuan sampel, pertama-
mangrove serta konversi hutan menjadi lahan tama dipilih satu atau dua orang sampel, tetapi
tambak menjadi salah satu penyebab karena dengan dua orang sampel ini belum
kerusakan mangrove. Berdasarkan latar merasa lengkap terhadap data yang diberikan,
belakang yang telah dikemukakan, maka maka peneliti mencari orang lain yang
dirumuskan pokok permasalahan yaitu : dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi
“Faktor apa yang menyebabkan kerusakan informasi yang diberikan oleh dua orang
hutan mangrove di Desa Buranga Kecamatan sampel sebelumnya hingga informasi seragam
Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong?” berhenti.
Tujuan dan Kegunaan Metode Pengumpulan Data
Tujuan penelitian adalah untuk Berdasarkan hasil-hasil kajian sebelumnya,
mengetahui faktor penyebab kerusakan hutan kerusakan ekosistem mangrove umumnya
mangrove yang ada di Desa Buranga disebabkan oleh faktor lingkungan fisik dan
Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi faktor sosial ekonomi masyarakat setempat.
Moutong. Untuk mengetahui faktor lingkungan fisik dan
Kegunaan penelitian ini adalah dapat juga faktor sosial ekonomi yang berpengaruh
memberikan informasi mengenai peranan terhadap terjadinya kerusakan hutan
penting mangrove sebagai penahan abrasi, mangrove,perlu dilakukan pengumpulan data
dan sebagai bahan referensi atau bahan primer dan sekunder.
bacaan pada penelitian berikutnya dengan 1. Pengumpulan Data Primer
pendekatan yang berbeda. Data primer yang akan di observasi di
lapangan meliputi pencemaran air (pa), abrasi
METODE PENELITIAN (a), stress lingkungan (sl), mata pencaharian
utama (mpu), lokasi lahan usaha (llu),
Waktu dan Tempat Penelitian
pemanfaatan kayu bakar (pkb) dan persepsi
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan,
terhadap hutan mangrove.
terhitung sejak bulan Maret 2017 sampai Mei
2. Pengumpulan Data Sekunder
2017 yang bertempat di kawasan hutan
Diperoleh dari instansi-instansi yang terkait
mangrove Desa Buranga Kecamatan
dalam pengelolaan hutan mangrove seperti
Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong.
Kantor Desa Buranga, literature sebagai data
Alat dan Bahan
penunjang dalam penelitian dan studi
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
kepustakaan.
yaitu : alat tulis (untuk menulis dan mencatat
Analisis Data
data yang diperoleh di lapangan), kamera
Penilaian faktor penyebab kerusakan hutan
(untuk dokumentasi), dan kalkulator (untuk
mangrove berdasarkan cara teristris (observasi
menghitung data). Bahan yang digunakan
lapangan) dapat dilakukan dengan system
92
J. ForestSains 15 (2) : Juni 2018 (91 - 99) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562
93
J. ForestSains 15 (2) : Juni 2018 (91 - 99) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562
2 Pemukiman 10 50 %
3 Persawaha 1 5%
n
4 Penambata 6 30 %
n Perahu
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2017 Total 20 100 %
Gambar 1 menunjukkan bahwa Total Nilai Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2017
Skoring (TNS) yang didapat untuk faktor Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 20
lingkungan fisik adalah sebesar 100 yang reponden untuk kerusakan hutan mangrove
dapat dilihat pada lampiran 2. Total Nilai yang disebabkan oleh aktivitas manusia
Skoring ini menunjukkan bahwa faktor seperti pembukaan lahan tambak sebesar 3
lingkungan fisik kurang berpengaruh terhadap responden (15%), pemukiman sebesar 10
kerusakan hutan mangrove. Sedangkan Total responden (50%), persawahan sebesar 1
Nilai Skoring (TNS) untuk faktor sosial responden (5%), dan penambatan perahu 6
ekonomi masyarakat adalah sebesar 230. responden (30%). Data diatas menunjukan
Maka dapat disimpulkan bahwa faktor sosial bahwa konversi hutan mangrove yang paling
ekonomi masyarakat yang lebih dominan besar pengaruhnya terhadap kerusakan hutan
mempengaruhi kerusakan hutan mangrove mangrove adalah pemukiman.
dibandingkan faktor lingkungan fisik. Faktor Lingkungan Fisik
Faktor sosial ekonomi masyarakat Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan,
menjadi faktor dominan yang menyebabkan Total Nilai Skoring (TNS) yang didapat untuk
kerusakan hutan mangrove. Kawasan hutan faktor lingkungan fisik adalah sebesar 100.
yang banyak mengalami tekanan dari aktivitas Total Nilai Skoring ini menunjukkan bahwa
manusia seperti konversi hutan menjadi lahan faktor lingkungan fisik kurang signifikan
tambak dan pemukiman. Disamping itu, jarak mempengaruhi kerusakan hutan mangrove.
hutan mangrove dengan lokasi lahan usaha Menurut kusmana (1997), kondisi fisik
dan mata pencaharian utama juga sangat yang jelas nampak didaerah mangrove adalah
dekat yaitu <0,5 km dari hutan mangrove gerakan air yang minim sehingga
menjadi penyebab kerusakan hutan mangrove. mengakibatkan partikel-partikel sedimen yang
Karena banyaknya alih fungsi hutan mangrove, halus sampai di daerah mangrove cenderung
terutama untuk perluasan tambak dan mengendap dan mengumpul di dasar berupa
pemukiman, telah mengakibatkan luas dan lumpur halus yang menjadi dasar (substrat)
penyebarannya semakin menyusut. Akibatnya hutan. Sirkulasi air dalam dasar (substrat)
banyak menimbulkan kerugian sosial dan yang sangat minimal, ditambah dengan
ekonomi masyarakatnya, hilangnya fungsi- banyaknya bahan organik dan bakteri
fungsi ekologi penting bagi perlindungan penyebab kandungan oksigen di dalam dasar
manusia dan pembangunan di wilayah pesisir. sangat minim, bahkan mungkin tidak terdapat
Kerusakan hutan mangrove yang disebabkan oksigen sama sekali di dalam substrat.
oleh manusia dapat dilihat pada tabel berikut : Berdasarkan parameter untuk faktor
Tabel 3 : Kerusakan hutan mangrove oleh lingkungan fisik penyebab kerusakan hutan
aktivitas manusia mangrove dapat dideskripsikan sebagai berikut
N Konversi Jumlah Persentas :
o Hutan Responde e (%) 1. Pencemaran Air (pa)
Mangrove n Data pencemaran air dilakukan melalui 2
1 Lahan 3 15 % cara yaitu analisis laboratorium dan juga
Tambak observasi lapangan. Berdasarkan observasi
95
J. ForestSains 15 (2) : Juni 2018 (91 - 99) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562
yang telah dilakukan didapatkan bahwa pada Berdasarkan pengamatan dan wawancara
kawasan mangrove telah mengalami pada faktor sosial ekonomi masyarakat,
pencemaran air, yaitu telah tercamar limbah aktivitas yang sangat mempengaruhi
padat hasil pembuangan sampah rumah kerusakan hutan mangrove adalah konversi
tangga serta pencemaran minyak yang lahan secara permanen untuk berbagai
disebabkan oleh kebocoran perahu nelayan. manfaat lainnya (deforestasi). Diantaranya
Berdasarkan hasil analisis laboratorium, pembukaan lahan tambak, pemukiman dan
kisaran pH pada setiap titik sampel yaitu persawahan. Meskipun areal sawah yang
antara 8,11 - 11,8. Hasil pengukuran kualitas dikelola tidak cukup luas sekitar ± 2 Ha,
air di lapangan masih sesuai dengan kisaran namun secara tidak langsung dapat
pH untuk hidup mangrove. Menurut Suwondo, menyebabkan kerusakan hutan mangrove
dkk (2006) yang menyatakan bahwa kisaran karena luas hutan yang semakin berkurang.
pH 6,5 – 9 masih mendukung kehidupan Hasil analisis yang telah dilakukan, Total
perairan hutan mangrove. Disamping itu, jenis Nilai Skoring (TNS) yang diperoleh adalah
dan ketebalan substrat yang lempung sebesar 230. Ini menunjukkan bahwa faktor
berlumpur, dan lumping sedikit berpasir sosial ekonomi sangat signifikan berpengaruh
dengan ketebalan antara 31 cm sampai terhadap kerusakan hutan mangrove, maka
dengan 55 cm. dapat disimpulkan bahwa faktor sosial dan
2. Abrasi (a) ekonomi masyarakat setempat yang lebih
Abrasi adalah proses pengikisan pantai dominan mempengaruhi kerusakan hutan
oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang mangrove dibandingkan dengan faktor
bersifat merusak. Dari hasil pengamatan lingkungan fisik.
dilapangan tingkat abrasi yang terjadi di Berdasarkan Salam dan Rachman (1994)
wilayah pesisir pantai hutan mangrove sebesar yang menyatakan bahwa daerah mangrove
0-3 meter /tahun. Tingkat abrasi yang tinggi berfungsi sebagai penyangga fisik yang kuat
menyebabkan instrusi air laut. Perubahan garis untuk melindungi dan mengurangi terpaan
pantai yang terjadi di pesisir dari tahun 2007 angin, gelombang dan mencegah terjadinya
sampai dengan tahun 2017 adalah sebesar 15 abrasi pantai. Kerusakan hutan mangrove
meter selama 10 tahun terakhir. Pengukuran yang disebabkan oleh faktor manusia seperti
tingkat abrasi dilakukan pada saat air laut surut mengkonversi hutan mangrove menjadi areal
agar memudahkan mengetahui seberapa tambak dan sawah adalah salah satu aktivitas
besar tingkat abrasi yang terjadi setiap masyarakat yang paling dominan dilakukan di
tahunnya. kawasan hutan mangrove.
3. Stres lingkungan (sl) Berdasarkan parameter sosial ekonomi
Berdasarkan hasil analisis laboratorium, masyarakat penyebab kerusakan hutan
diperoleh bahwa kadar salinitas untuk mangrove dapat dideskripsikan sebagai berikut
pengambilan sampel pasang dan surut relatif :
kecil yaitu 26,4 ppt dan 26,9 ppt. Menurut 1. Mata pencaharian utama
Setyawan (2002) yang menyatakan bahwa Berdasarkan informasi yang didapat
salinitas kawasan mangrove sangat bervariasi, bahwa penduduk yang berada disekitar
berkisar 0,5-45 ppt, dengan demikian bahwa kawasan mangrove berjumlah 35 KK. Setiap
kadar salinitas perairan hutan mangrove tahun, jumlah penduduk yang ada disekitar
berada dalam kondisi ideal, hal ini karena kawasan mangrove semakin bertambah.
adanya masukan air laut saat pasang dan air Selain itu, informasi yang terkait mengenai
tawar dari sungai. mata pencarian utama bahwa ada beberapa
Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat sekelompok orang yang mengambil hasil
96
J. ForestSains 15 (2) : Juni 2018 (91 - 99) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562
97
J. ForestSains 15 (2) : Juni 2018 (91 - 99) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562
masyarakat Desa Buranga menyatakan bahwa mangrove yaitu 3 responden (15%), dampak
pemerintah ataupun instansi – instansi yang kerusakan hutan mangrove yaitu 3 responden
terkait dalam penegelolaan hutan mangrove (15%) dan yang terakhir penyebab kerusakan
belum pernah mengadakan penyuluhan hutan mangrove yaitu 2 responden (10%).
mengenai pentingnya hutan mangrove. Berikut Data ini menunjukan bahwa persepsi
hasil wawancara mengenai persepsi masyarakat tentang manfaat hutan mangrove
masyarakat tentang hutan mangrove, dapat lebih tinggi dibandingkan persepsi yang lain.
dilihat pada tabel berikut : Kebutuhan yang semakin meningkat,
Tabel 6. Persepsi Masyarakat Tentang Hutan mendorong masyarakat untuk memanfaatkan
Mangrove hutan mangrove misalnya pengambilan kayu
N Uraian Jumlah Persetas bakar ataupun biota yang hidup dikawasan
o Responde e (%) hutan mangrove.
n
1 Pengetahua 4 20 % KESIMPULAN
n 1. Kerusakan pada hutan mangrove yang
Masyarakat terjadi di Desa Buranga Kecamatan
Tentang Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong lebih
Keberadaan dominan disebabkan oleh faktor sosial
Hutan ekonomi masyarakat setempat
Mangrove dibandingkan dengan faktor lingkungan
2 Manfaat 8 40 % fisik yang dapat dilihat dari total nilai
Hutan skoring yang telah dilakukan. Pada Total
Mangrove Nilai Skoring untuk faktor lingkungan fisik
3 Pentingnya 3 15 % sebesar 100, dan faktor sosial ekonomi
Menjaga masyarakat sebesar 230.
Kelestarian 2. Faktor sosial ekonomi masyarakat yang
Hutan sangat dominan mempengaruhi kerusakan
Mangrove hutan mangrove adalah Lokasi lahan
4 Dampak 3 15 % usaha (llu) dengan skor penilaian 90, dan
Kerusakan yang ke-2 adalah Mata pencaharian utama
Hutan (mpu) dengan skor penilaian 80.
Mangrove Banyaknya aktivitas masyarakat yang
5 Penyebab 2 10 % dapat menekan pertumbuhan hutan
Kerusakan mangrove, salah satunya adalah konversi
Hutan hutan mangrove menjadi pemukiman.
Mangrove
Total 20 100 % DAFTAR PUSTAKA
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2017
Tabel 6 menunjukan bahwa dari 20 Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi
responden menyatakan bahwa persepsi Lahan Departemen Kehutanan RI,
masyarakat terhadap hutan mangrove sangat 1997, Pedoman Penentuan Tingkat
minim, diantaranya pengetahuan masyarakat Kerusakan Kawasan Bakau Yang
tentang keberadaan hutan mangrove yaitu 4 Rusak, Jakarta : Departemen
responden (20%), kemudian manfaat hutan Kehutanan
mangrove yaitu 8 responden (40%), Kusmana, C.,1997. Metode Survei Vegetasi.
pentingnya menjaga kelestarian hutan Institut Pertanian Bogor. Bogor
98
J. ForestSains 15 (2) : Juni 2018 (91 - 99) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562
Salam dan Rachman. 1994. Peran Biologi Pulau Sipora Kabupaten Kepulauan
Umum Dalam Bidang Ilmu Kelautan Mentawai Sumatera Barat. Jurnal
Untuk Perguruan Tinggi Negeri Biogenisis. 2 (1): 25-29.
Kawasan Timur Indonesia. Makalah, Toknok, dkk. 2014. Nilai Manfaat Hutan
Tanggal 19 November – 2 Desember Mangrove Di Desa Sausu Peore
1994. UNHAS. Makassar. Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi
Setyawan, A.D. 2002. Ekosistem Mangrove Moutong. Jurnal. Jurusan Kehutanan
Sebagai Kawasan Peralihan Universitas Tadulako.
Ekosistem Perairan Tawar dan
Perairan Laut. Enviro 2 (1): 25-40.
Suwondo, dkk, 2006. Struktur Komunitas
Gastropoda Pada Hutan Mangrove Di
99