You are on page 1of 8

Jurnal Hutan Tropis Volume 9 No.

3 November 2021 ISSN 2337-7771 (Cetak)


ISSN 2337-7992 (Daring)

TINGKAT KESEHATAN HUTAN MANGROVE DALAM


HUBUNGANNYA DENGAN PERUBAHAN IKLIM
(Studi Kasus Mangrove Pesisir Timur Kabupaten Lampung Timur)
The level of Mangrove Forest Health in relation to Climate Change
(Case Study East Coast Mangrove Lampung, East Lampung Regency)
Rahmat Safe’i
Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
ABSTRACT. The condition of mangrove forests on the east coast of East Lampung Regency is
currently experiencing degradation and has suffered a lot of damage due to various causes and
problems it faces. This condition causes the role and benefits and functions of mangrove forests
to decrease, especially in climate change. Therefore, to determine the condition of the mangrove
forest, periodic monitoring and assessment of mangrove forest health is required. The purpose of
this study was to determine the importance of mangrove forest health in climate change. To
achieve this, the stages include: determining the number of plot clusters to be made, making
cluster plots, measuring the health of mangrove forests based on ecological indicators of
mangrove forest health, processing and analyzing mangrove forest health data using SIPUT
(Assessment Information System) software. Forest Health), and categorization and health
assessment of mangrove forests. The results of this study indicate that the condition of mangrove
forests on the East coast of East Lampung Regency in general has a forest health condition in
the medium category. So, knowing the health condition of mangrove forests will affect climate
change. Forest health makes mangrove plants grow with good physiological processes so that
they can absorb carbon dioxide in the atmosphere optimally. These conditions will make the
environment better.
Keywords: Climate change, coast east, forest health, mangrove forest, monitoring
ABSTRAK. Kondisi hutan mangrove di pesisir timur Kabupaten Lampung Timur saat ini telah
mengalami degradasi dan sudah banyak mengalami kerusakan karena berbagai sebab dan
permasalahan yang dihadapinya. Kondisi tersebut mengakibatkan peranan dan manfaat serta
fungsi dari hutan mengrove semakin berkurang, khususnya dalam perubahan iklim. Diperlukan
pemantauan dan penilaian kesehatan hutan mangrove secara periodik untuk mengetahui kondisi
hutan mangrove tersebut Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pentingnya kesehatan hutan
mangrove dalam perubahan iklim. Tahapan penelitian antara lain: penetapan jumlah klaster plot
yang akan dibuat, pembuatan klaster plot, pengukuran kesehatan hutan mangrove berdasarkan
indikator ekologis kesehatan hutan mangrove, pengolahan dan analisis data kesehatan hutan
mangrove dengan menggunakan software SIPUT (Sistem Informasi Penilaian Kesehatan Hutan),
dan pengkategorian dan penilaian kesehatan hutan mangrove. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa kondisi hutan mangrove di pesisir Timur Kabupaten Lampung Timur rata-
rata secara umum memiliki kondisi kesehatan hutan pada kategori sedang. Sehingga, dengan
mengetahui kondisi kesehatan hutan mangrove akan berpengaruh terhadap perubahan iklim.
Kesehatan hutan membuat tanaman mangrove tumbuh dengan proses fisiologis yang baik
sehingga dapat menyerap karbon dioksida di atmosfer dengan optimal. Kondisi tersebut akan
membuat lingkungan menjadi lebih baik.
Kata kunci: Kesehatan hutan, mangrove, pantai timur, pemantauan, perubahan iklim
Penulis untuk korespondensi, surel: rahmat.safei@fp.unila.ac.id

PENDAHULUAN kegunaan. Salah satunya dapat menjadi


pilihan mitigasi kebencanaan akibat
perubahan iklim secar alami. Sebagai
Ekosistem hutan mangrove adalah ekosistem yang berada di daerah peralihan
ekosistem yang berada di daerah tepi pantai antara laut dan darat, mangrove akan
yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut merupakan tipe ekosistem yang pertama
(Senoaji dan Hidayat, 2016). Ekosistem ini terkena pengaruh berbagai dampak yang
merupakan salah satu sumberdaya hutan akan terjadi akibat perubahan iklim global ini
yang mempunyai keanekaragaman (Kusmana 2010). Hutan mangrove memiliki

325
Rahmat Safe’I : Tingkat Kesehatan Hutan Mangrove ……. (9): 325-332

manfaat dan peranan yang penting, baik dari secara periodik. Selama kondisi hutan
segi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya mangrove baik, maka perubahan iklim tidak
(Aflaha, 2014). Manfaat ekosistem mangrove akan berdampak buruk terhadap lingkungan
antara lain: mitigasi bencana seperti sekitar (Senoaji dan Hidayat, 2016).
peredam gelombang dan angin badai bagi Perubahan iklim memang telah menjadi
daerah yang ada di belakangnya, pelindung salah satu masalah lingkungan hidup dunia
pantai dari abrasi, gelombang air pasang dan mengancam kelanjutan sistem
(rob), tsunami, penahan lumpur dan penyangga kehidupan di bumi. Dampak
perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran perubahan iklim bagi manusia bersifat negatif
air permukaan (Lasibani dan Eni, 2009). sehingga sangat berpotensi menurunkan
Peran mangrove dalam perubahan iklim yaitu kualitas hidup manusia (Suyamto, 2017).
menyerap polutan yang ada di atmosfer Perubahan iklim adalah perubahan
(Heriyanto and Subiandono 2016). substansial iklim bumi yang berlangsung
Perubahan iklim yang menjadi perhatian untuk jangka waktu tertentu. Sementara
dunia internasional telah banyak pemanasan global mengacu pada
memberikan dampak negatif pada berbagai perubahan iklim yang menyebabkan
aktivitas kehidupan di bumi, termasuk sektor peningkatan suhu rata-rata atmosfer bumi.
kehutanan di wilayah pesisir (Sakuntaladewi,
Menurut Safe’i (2015) pemantauan
2014).
kesehatan hutan mangrove dimaksudkan
Luasan hutan mangrove Indonesia untuk mengetahui kondisi hutan pada saat ini
(3.489.140 ha atau 23% dari total hutan (status), perubahan (change), dan
mangrove dunia) tersebar di 257 kabupaten kecenderungan yang mungkin terjadi
dan kota (Djati, 2018) termasuk di Kabupaten (trends). Kondisi kesehatan hutan mangrove
Lampung Timur. Hutan mangrove Kabupaten dapat diketahui dengan menilai indikator
Lampung Timur berada di sisi timur, tepatnya kesehatan hutan (Sari dkk., 2019).
di pesisir timur Sumatera yang berhadapan Kesehatan hutan merupakan upaya untuk
langsung dengan Samudera Hindia; mengendalikan tingkat kerusakan hutan,
sehingga kondisi ombak dan angin di pesisir sehingga menjamin fungsi dan manfaat
timur Kabupaten Lampung Timur sangat hutan (Safe’i dan Tsani, 2017). Metode untuk
besar dengan ketinggian gelombang memantau kesehatan hutan yaitu Forest
mencapai 0,5-1 meter. Kawasan ini Health Monitoring (FHM) adalah metode
memanjang dari bagian selatan Muara pemantauan kondisi kesehatan hutan yang
Sekampung yang berbatasan dengan diintroduksikan oleh USDA Forest Service
Kabupaten Lampung Selatan, hingga bagian untuk memonitor Nation Forest Health yang
utara di Kawasan Taman Nasional Way dirancang untuk temperate region.
Kambas (TNWK) yang berbatasan dengan Pemantauan kesehatan hutan yang
Kabupaten Tulang Bawang. Namun, saat ini dilakukan secara periodik dapat mendukung
luas hutan mangrove di pesisir timur pencapaian pengelolaan hutan yang lestari
Kabupaten Lampung Timur telah mengalami sehingga menjamin kuantitas dan kualitas
degradasi karena berbagai sebab dan hutan (Safe’i dan Tsani, 2017).
permasalahan yang dihadapinya; dan sudah
Pengelolaan hutan lestari juga perlu
banyak mengalami kerusakan akibat dari
dukungan dari stakeholder terkait. Dapat
aktifitas manusia. Aktivitas manusia tersebut
terlihat kesadaran tentang pentingnya
dilakukan untuk kebutuhan ekonomi (Majid,
pematauan perubahan kesehatan hutan
2016). Kondisi tersebut mengakibatkan
mangrove sejauh ini masih kurang dan belum
manfaat dan peranan serta fungsi dari hutan
mendapat perhatian yang serius (Permadi
mangrove semakin berkurang. Dampak yang
dkk., 2012; Safe’i dkk., 2019). Padahal
sudah terlihat seperti meningkatnya suhu
pemantauan tersebut dapat membantu
udara, pencemaran udara (meningkatnya
mempertahankan kondisi ekosistem
kadar CO, ozon, karbon-dioksida, oksida
mangrove yang ada agar tetap
nitrogen dan belerang.
dipertahankan keberadaannya. Selain itu,
Salah satu contoh manfaat ekosistem hasil pemantauan dapat dijadikan bahan
mangrove yang berhubungan dengan fungsi perencanaan dalam upaya kesiapsiagaan
fisik yang semakin berkurang adalah untuk stakeholder terkait dalam mitigasi becana
mitigasi bencana akibat perubahan iklim. akibat perubahan iklim.
Oleh karena itu, untuk mengetahui
Tujuan penelitian ini adalah untuk
perubahan kondisi hutan mangrove tersebut
mengetahui pentingnya kesehatan hutan
diperlukan pemantauan kesehatan hutan
mangrove dalam perubahan iklim. Adapun

326
Jurnal Hutan Tropis Volume 9 No. 1, Edisi Maret 2021

urgensi penelitian ini adalah untuk purposive sampling. Purposive sampling


mendapatkan data dan informasi perubahan merupakan Teknik pengambilan sampel
kondisi kesehatan hutan mangrove untuk dengan menggunakan pertimbangan tertentu
keputusan manajemen stakeholder terkait (Sugiyono, 2010). Pertimbangan pembuatan
dalam keperluan kesiapsiagaan mitigasi klaster plot ini berdasarkan preskripsi
bencana akibat perubahan iklim. pengelolaan hutan. Preskripsi pengelolaan
hutan dalam pembangunan klaster plot
tersebut adalah jenis mangrove (Rhizopora
METODE PENELITIAN sp. dan Avicenia sp.) pada tiga lokasi (Taman
Nasional Way Kambas, Kecamatan Labuhan
Maringgai, dan Kecamatan Pasir Sakti)
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan sehingga didapat 6 klaster plot. Jumlah
Maret 2020 dengan jumlah 6 klaster plot masing-masing klaster plot untuk ketiga
pemantauan perubahan kesehatan hutan tempat yaitu 2 klaster plot.
dalam wilayah hutan mangrove di pesisir
timur Kabupaten Lampung Timur (wilayah Pembuatan Klaster Plot
pesisir Taman Nasional Way Kambas,
Kecamatan Labuhan Maringgai, dan Pembuatan klaster plot dilakukan
Kecamatan Pasir Sakti). untuk pengambilan beberapa objek untuk
dapat mewakili seluruh wilayah yang diamati.
Penetapan Jumlah Klaster Plot Desain klaster plot yang dibuat seperti pada
Gambar 2.
Penetapan plot ukur kesehatan hutan
mangrove dilakukan menggunakan teknik

Gambar 1. Desain Klaster Plot (Mangold, 1997; USDA-FS,1999)

Pengukuran Kesehatan Hutan Mangrove kesehatan hutan mangrove. Pengambilan


Berdasarkan Indikator Ekologis data indikator vitalitas dengan melakukan
Kesehatan Hutan Mangrove pengukuran kondisi kerusakan pohon (pada
akar, batang, cabang, tajuk, daun, pucuk,
Pengambilan data indikator parameter
dan tunas (Gambar 3)) dan kondisi tajuk rasio
kesehatan hutan yaitu indikator vitalitas dan
tajuk hidup (Live Crown Ratio/LCR),
kualitas tapak (Safe’i dkk., 2019). Tahap
kerapatan tajuk (Crown Density/Cden),
selanjutnya yaitu pemantauan perubahan
transparansi tajuk (Foliage

327
Rahmat Safe’I : Tingkat Kesehatan Hutan Mangrove ……. (9): 325-332

Transparancy/FT), diameter tajuk (Crown dengan pengambilan contoh tanah dari tiga
Diameter Width dan Crown Diameter at 900), buah titik berbentuk lingkaran yang terletak di
dan dieback (CDB) terhadap pohon-pohon antara dua subplot dengan masing-masing
yang berada didalam subplot. Sedangkan lingkaran berdiameter 15 cm.
pengambilan data kualitas tapak dilakukan

Gambar 2. Lokasi Kerusakan Pada Pohon Mangrove (Adopsi dari Mangold, 1997)

Pengolahan Dan Analisis Data Kesehatan Sedangkan nilai akhir kesehatan hutan
Hutan Mangrove Dengan Menggunakan mangrove didapat dari hasil penjumlah
Software SIPUT (Sistem Informasi perkalian antara nilai tertimbang dengan nilai
Penilaian Kesehatan Hutan) skor parameter dari masing-masing indikator
perubahan kesehatan hutan mangrove.
Setelah didapatkan data pengukuran
Rumus nilai akhir kesehatan hutan (Safe’i
dilapangan kemudian pengolahan dan
dkk., 2015) adalah:
analisis data. Pengolahan dan analisis data
dilakukan terhadap hasil pemantauan
perubahan kesehatan hutan mangrove
NKH = ∑ (NT x NS)
pesisir pantai Lampung Timur. Pengolahan
dan analisis data hasil pemantauan Keterangan:
perubahan kesehatan hutan mangrove ini NKH = nilai akhir kondisi kesehatan hutan
menggunakan software Sistem Informasi NT = nilai tertimbang parameter dari
Penilaian Kesehatan Hutan (SIPUT). masing-masing indikator kesehatan hutan
NS = nilai skor parameter dari masing-
Pengkategorian Dan Penilaian Kesehatan
masing indikator kesehatan hutan
Hutan Mangrove
Kategori perubahan kesehatan hutan
mangrove terdiri dari 3 (tiga) kelas, yaitu: HASIL DAN PEMBAHASAN
bagus, sedang, dan jelek. Kategori
perubahan kesehatan hutan mangrove
tersebut diperoleh dari nilai ambang batas Berdasarkan hasil pengukuran,
perubahan kesehatan hutan mangrove. Nilai diperoleh kondisi kesehatan hutan mangrove
ambang batas perubahan kesehatan hutan di pesisir timur Kabupaten Lampung Timur
mangrove diperoleh berdasarkan nilai (wilayah pesisir Taman Nasional Way
tertinggi dan terendah dari nilai akhir Kambas, Kecamatan Labuhan Maringgai,
perubahan kesehatan hutan mangrove pada dan Kecamatan Pasir Sakti) dapat dilihat
masing-masing klaster-plot hutan mangrove. pada Tabel 1.

328
Jurnal Hutan Tropis Volume 9 No. 1, Edisi Maret 2021

Tabel 1. Nilai dan Kategori Kesehatan Hutan Mangrove di Pesisir Timur Lampung
Lokasi
Hutan Mangrove Pesisir Timur Lampung
Klaster-
Plot TNWK Margasari Pasir Sakti
NKHM Status NKHM Status NKHM Status
CL1 5 Baik 8,23 Baik 3,43 Buruk

CL2 3,62 Buruk 8,11 Baik 3,56 Buruk

Keterangan:
TNWK = Taman Nasional Way Kambas
NKH = Nilai Kesehatan Hutan

Berdasarkan Tabel 1, kondisi Kondisi status kesehatan hutan yang baik


kesehatan hutan mangrove di TNWK, tersebut disebabkan oleh tingginya
Kecamatan Margasari dan Pasir Sakti kesuburan tanah (KTK) dan rendahnya nilai
memiliki kategori yang bervariasi. Terdapat kerusakan pohon (CLI) (Safe’i dkk., 2019).
tiga klaster plot dengan kategori baik dan 3 Kedua indikator tersebut saling berkaitan dan
klaster plot dengan kategori buruk. Kategori terikat. Pohon mangrove akan tumbuh
kesehatan hutan untuk dua klaster plot di dengan baik jika didukung oleh kualitas tapak
TNWK adalah baik dan buruk, Kecamatan atau tempat tumbuh yang dapat menyokong
Margasari keduanya memiliki kategori baik, pertumbuhan optimal (Safe’i dkk., 2013).
dan Pasir Sakti berkategori buruk untuk Nilai KTK yang tinggi di hutan mangrove ini
kedua klaster. Perbedaan kondisi tersebut karena ekosistem mangrove memiliki kondisi
bisa disebabkan karena perbedaan dalam tanah yang kaya akan bahan organik yang
pengelolaan hutan mangrove. Sehingga terlarut dalam endapan (Trisnawati dkk.,
dapat disimpulkan kondisi kesehatan hutan di 2017) Kapasitas tukar kation menunjukkan
pesisir timur Kabupaten Lampung Timur kemampuan potensial tanah untuk menahan
tersebut masuk dalam katergori sedang. nutrisi tanaman sehingga dapat
mencerminkan tingkat kesuburan tanah dan
Penilaian vitalitas menggambarkan
dapat dipergunakan untuk menilai kondisi
daya hidup suatu hutan, hal ini berkaitan
sifat fisik-kimia tanah dalam kondisi bagus,
dengan kondisi komponen utama suatu
sedang atau rendah (Apriliyani dkk., 2020).
hutan yaitu pohon. Vitalitas hutan dinilai
berdasarkan dua komponen yaitu kondisi Bagusnya kondisi tanah di hutan
kerusakan pohon dan kondisi tajuk. mangrove tersebut akan membuat tanaman
Berdasarkan dua komponen tersebut sehat serta tahan terhadap serangan
hasilnya akan menggambarkan bagaimana pengganggu tanaman. Kondisi tanah yang
kondisi hutan. Kondisi tajuk pohon dapat bagus dan kerusakan yang rendah dapat
menggambarkan kesehatan pohon secara meningkatkan kualitas kesehatan hutan
umum. Tajuk yang lebar dan lebat mangrove untuk menjalankan fungsinya.
menggambarkan laju pertumbuhan yang Fungsi utama hutan dapat berjalan secara
cepat. Tajuk yang kecil dan jarang optimal apabila pohon-pohon penyusunnya
menunjukkan kondisi tapak tumbuh yang dalam keadaan baik (Ardiansyah dkk., 2018).
tidak atau kurang mendukung pertumbuhan Pohon-pohon penyusun vegetasi di hutan
(seperti kompetisi dengan pohon lain atau mangrove tersebut nantinya akan berperan
kelembaban yang terlalu kurang atau dalam pembentukan iklim mikro, perbaikan
berlebih) atau pengaruh lainnya (seperti kualitas udara dan pengurangan
defoliasi akibat serangga, penyakit pada karbondioksida, serta perlindungan suplai air
dedaunan, atau badai angin) (Bashit, 2019). kota (Biao dkk., 2010). Menurut ilmu biologi
kenapa hutan bisa menyerap karbon karena
Penilaian kualitas tapak merupakan
hutan adalah tempat sekumpulan pohon
suatu cara untuk mengetahui tingkat
yang memiliki aktifitas biologisnya seperti
kesuburan tanah, selain itu penilaian kualitas
fotosintesis dan respirasi (Purnobasuki,
tapak juga dapat digunakan untuk
2006). Hutan mangrove dengan keadaan
mengetahui proses kimia tanah yang terjadi
melalui penilaian kapasitas tukar kation.

329
Rahmat Safe’I : Tingkat Kesehatan Hutan Mangrove ……. (9): 325-332

pohon yang baik tentu akan memiliki proses mangrove memiliki kerapatan empat kali
fisiologis yang baik dari setiap tanamannya. lebih besar dibandingkan hutan tropis pada
umumnya. Potensi penyimpanan karbon pun
Proses fotosintesis yang merupakan
berbanding jauh lebih besar. Dengan
bagian dari fisiologis tanaman akan
kemampuan mangrove dalam menyimpan
menyerap karbon anorganik (CO2) menjadi
karbon, maka peningkatan emisi karbon di
karbon organik dalam bentuk bahan
alam tentu dapat lebih dikurangi. Jadi dalam
vegetasi. Pada hutan mangrove, kandungan
hal ini habitat mangrove merupakan tempat
bahan organik yang ada tidak mengalami
pembenaman karbon (carbon sinks) yang
pembusukan. Karena itu, hutan mangrove
besar (Purnobasuki, 2006). Selain itu, melalui
berfungsi sebagai penyerap karbon
keberadaan banyaknya pohon di hutan
(Purnobasuki, 2012). Tumbuhan
mangrove telah memberikan banyak manfaat
memerlukan sinar matahari, gas asam arang
seperti dapat menyerap karbon dan
(CO2) yang diserap dari udara serta air dan
menyaring kotoran akibat polusi kendaraan,
hara yang diserap dari dalam tanah untuk
mengurangi zat pencemar udara dan
kelangsungan hidupnya (Rochmayanto
menjadikan lingkungan sekitar lebih teduh
2012). Tumbuhan yang memiliki banyak
(Prastyaningsih, 2014).
daun lebih berpotensi menyerap carbon lebih
banyak dari tumbuhan lain. Tetapi, Kesehatan hutan sangat berperan
penyerapan karbon juga bergantung dari penting dalam mengatasi perubahan iklim.
kondisi tumbuhan tersebut apakah tumbuhan Kesehatan hutan sebenarnya merupakan
tersebut tumbuh optimal pada tempat yang upaya untuk mengendalikan tingkat
sesuai dan tanahnya mengan dung nutrien kerusakan hutan supaya tetap di bawah
yang cukup untuk menghidupi pohon ambang ekonomi yang masih dapat diterima
tersebut (Purnobasuki, 2006). (Safe’i dkk., 2015). Pemantauan kesehatan
hutan penting dilakukan untuk mengetahui
Penyerapan gas karbon dioksida
kondisi hutan saat ini, perubahan yang terjadi
merupakan salah satu bentuk tanaman untuk
kedepannya dan kecenderungan yang
mengurangi emisi gas rumah kaca yang ada
mungkin dapat terjadi akibat kegiatan yang
di udara. Jumlah CO2 di udara harus
telah dilakukan pada hutan tersebut.
dikendalikan dengan jalan meningkatkan
Kesehatan hutan dapat dilakukan dengan
jumlah serapan CO2 oleh tanaman sebanyak
indikator ekologis kesehatan hutan yang
mungkin dan menekan pelepasan (emisi)
terdiri dari vitalitas, produktivitas,
CO2 ke udara serendah mungkin
biodiversitas dan kualitas tapak (Safe’i dkk.,
(Purnobasuki, 2006). Namun, jika tanaman
2015). Namun, pada penelitian ini
mengalami banyak kerusakan, kuantitas
menggunaan indikator vitalitas dan kualitas
dalam menyerap CO2 menjadi lebih sedikit
tapak dengan pengukuran parameter yang
sehingga proses fisiologis akan terganggu.
ada.
Apabila sampai pada batas tertentu dapat
mempengaruhi kesehatan hutan (Ardiansyah Rendahnya nilai kerusakan pohon
dkk., 2018). membuat hutan mangrove lebih optimal
dalam menangkap/menyerap CO2 di
Dalam konteks perubahan iklim, hutan
atmosfer yang merupakan penyebab
mangrove berfungsi sebagai sumber emisi
terjadinya perubahan iklim. Hutan mangrove
(source) dan juga sebagai penyerap karbon
yang sehat juga akan mempertahankan
(sink) (Ariwibowo dan Ruffi, 2008). Peranan
penutupan lahan dan potensinya untuk
hutan mangrove juga dapat dilihat dari
mencegah perubahan iklim (Butarbutar,
berbagai aspek manajemen yang terdiri dari
2009). Secara umum, kontribusi kesehatan
teknis kehutanan yang dapat digunakan
hutan terhadap perubahan iklim yaitu dengan
sebagai inovasi-inovasi untuk mengurangi
menambah jumlah karbon anorganik yang
dan mencegah dampak perubahan iklim
dapat diserap tanaman melalui keputusan
(Butarbutar, 2009). Salah satu inovasi yang
manajemen hutan mangrove berdasarkan
dapat diterapkan di hutan mangrove yaitu
hasil pemantauan kesehatan hutan.
pemantauan kesehatan hutan.
Data dan informasi hasil pemantauan
Tingginya tingkat kesehatan hutan
kesehatan hutan penting untuk diketahui
mangrove khususnya indikator vitalitas dan
sebagai bahan pertimbangan oleh
kualitas tapak akan berdampak kepada
pemerintah atau siapapun yang berwenang
perbaikan lingkungan. Alasan kesehatan
mengelola hutan mangrove dalam
hutan mangrove sangat penting dalam
pengambilan keputusan manajemen yang
perubahan iklim yaitu karena hutan
tepat (Safe’i dan Tsani, 2017). Dalam hal ini,

330
Jurnal Hutan Tropis Volume 9 No. 1, Edisi Maret 2021

keputusan tersebut digunakan untuk Parigi Mouting. E-Journal Geo-Tadulako


mengelola hutan agar dapat memperbaiki UNTAD. 1–16.
konidisi akibat perubahan iklim. Keputusan
Apriliyani, Y., Safe’i, R., Kaskoyo, H.,
yang dimaksud seperti perencanaan,
Wulandari, C. dam Febryano, G. 2020.
pengelolaan, dan teknik silvikultur yang tepat
Analisis Penilaian Kesehatan Hutan
serta tindakan yang perlu dilakukan pada
Mangrove Di Kabupaten Lampung Timur.
lahan garapan dengan indikator ekologis
Jurnal Hutan Tropis, 8(2): 123-130.
yang rendah. Diharapkan dari data dan
informasi yang ada pemanfaatan hutan dapat Ariwibowo dan Ruffi. 2009. Peran Sektor
maksimal sesuai dengan fungsinya untuk Kehutanan Di Indonesia Dalam
dapat mencapai sistem pengelolaan yang Perubahan Iklim. Tekno Hutan Tanaman,
berkelanjutan dan lestari (Safe’i dan Tsani, 1(1): 23-32.
2017).
Ardiansyah, F., Safe’i, R., Hilmanto, R. dan
Indriyanto. 2018. Analisis Kerusakan
SIMPULAN DAN SARAN Pohon Mangrove Menggunakan Teknik
Forest Health Monitoring (FHM).
Prosiding Seminar Nasional Bidang Ilmu-
Simpulan ilmu Pertanian. BKS-PTN Bagian Barat.
Serang, 4 Juli.
Kondisi kesehatan hutan mangrove di Butarbutar, T. 2009. Inovasi Manajemen
pesisir pantai Lampung Timur memiliki Kehutanan Untuk Solusi Perubahan Iklim
kategori yang sedang. Kondisi tersebut Di Indonesia. Jurnal Analisis Kebijakan
sangat berpengaruh terhadap perubahan Kehutanan, 6(2): 121-129.
iklim melalui penyimpanan karbon yang
sangat melimpah. Kesehatan hutan Djati W.H. 2018. Miliki 23% Ekosistem
membuat tanaman mangrove tumbuh Mangrove Dunia, Indonesia Tuan Rumah
dengan proses fisiologis yang baik sehingga Konferensi Internasional Mamngrove
dapat menyerap karbon dioksida di atmosfer 2017 [Internet]. Available from:
dengan optimal. Kondisi tersebut akan http://ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/brow
membuat lingkungan menjadi lebih baik. se/561
Heriyanto, N. M., and Subiandono, E. 2016.
Saran Peran Biomasa Mangrove Dalam
Menyimpan Karbon Di Kubu Raya,
Pemantauan kesehatan hutan di Kalimantan Barat. Jurnal Analisis
pesisir pantai Lampung Timur harus Kebijakan 13(1): 1–12.
dilakukan secara berkala agar dapat
diputuskan pengelolaan manajemen yang Kusmana, C. 2010. Respon Mangrove
baik untuk mengatasi perubahan iklim. terhadap Perubahan Iklim Global: Aspek
Biologi dan Ekologi Mangrove. in:
Lokakarya Nasional Peran Mangrove
UCAPAN TERIMA KASIH dalam Mitigasi Bencana dan Perubahan
Iklim 1–9.
Majid, I. Konservasi Hutan Mangrove Di
Terimakasih atas pendanaan Pesisir Pantai Kota Ternate Terintegrasi
Penelitian Tesis Magister dari Direktorat Dengan Kurikulum Sekolah. Jurnal
Riset dan Pengabdian Masyarakat Deputi BIOeduKASI, 4(2) :488-496.
Riset dan Pengembangan Kementerian
Riset, dan Teknologi/Badan Riset dan Permadi P., Lelana N.E., Anggraeni I.,
Inovasi Nasional sesuai dengan kontrak Darwiati W. 2012. Rumusan Seminar.
Penelitian Nomor : Didalam: Seminar Nasional Kesehatan
044/SP2H/LT/DRPM/2020. Hutan dan Kesehatan Pengusahaan
Hutan untuk Produktivitas Hutan; 14
Juni 2012; Bogor, Indonesia. Bogor:
DAFTAR PUSTAKA Pusat Litbang Peningkatan Produksi
Hutan. hlm 1-2.

Aflaha E. 2014. Manfaat Mangrove Sebagai Prastyaningsih, S.R. 2014. Pemantauan


Pelestarian Lingkungan Hidup Di Desa Kesehatan Hutan Kota Pekan Baru.
Olaya Kecamatan Parigi Kabupaten Jurnal Hutan Tropis, 2(3): 220–225.

331
Rahmat Safe’I : Tingkat Kesehatan Hutan Mangrove ……. (9): 325-332

Purnobasuki, H. 2006. Peranan Mangrove Trisnawati, Wardati dan Yulia, A.E. 2017.
Dalam Mitigasi Perubahan Iklim. Buletin Pertumbuhan Bibit Mangrove
PSL Universitas Surabaya, 18 : 9-10. (Rhizopora sp.) Pada Medium
Gidraquent yang Diberi Beberapa Dosis
Riwayati. 2014. Manfaat Dan Fungsi Hutan
NPK. Jom Faperta, 4(2): 1-10.
Mangrove Bagi Kehidupan. J Kel dan
Sejah, 12(24):17–23. Wahyuni Y, Kumala Putri EI, Simanjuntak
SMH. 2014. Valuasi Total Ekonomi
Rochmayanto, Y. 2012. Peran Hutan
Hutan Mangrove Di Kawasan Delta
Rakyat dalam Mitigasi Perubahan Iklim
Mahakam Kabupaten Kutai
Sektor Kehutanan. Pusat Penelitian dan
Kartanegara Kalimantan Timur. J
Pengembangan Perubahan Iklim dan
Penelit Kehutan Wallacea, 3(1):1–12.
Kebiijakan September. 26 September.
Safe’i R. 2015. Kajian Kesehatan Hutan
Dalam Pengelolaan Hutan Rakyat di
Provinsi Lampung. Disertasi Tidak
Diterbitkan. Bogor :Program
Pascasarjana Instutut Pertanian Bogor.
Safe’i R., dan Tsani M.K. 2017. Penyuluhan
Program Kesehatan Hutan Rakyat di
Desa Tanjung Kerta Kecamatan
Kedondong Kabupaten Pesawaran.
Sakai Sambayan J Pengabdian Kepada
Masyarakat, 1(1):35–7.
Safe’i R, Wulandari C, Kaskoyo H. 2019.
Penilaian Kesehatan Hutan pada
Berbagai Tipe Hutan di Provinsi
Lampung. J Sylva Lestari, 7(1):95.
Safe’i R, Hardjanto H, Supriyanto S,
Sundawati L. 2015. Pengembangan
Metode Penilaian Kesehatan Hutan
Rakyat Sengon (Miq.) Barneby & J.W.
Grimes). J Penelit Hutan Tanam,
12(3):175–87.
Safe’i R, Hardjanto, Supriyanto, Sundawati
L. 2014. Value of Vitality Status in
Monoculture and Agroforestry Planting
Systems of the Community Forests. Int
J Sci Appl Res, 18(1):340–53.
Sakuntaladewi, N. S. 2014. Kerentanan
dan Upaya Adaptasi Masyarakat
Pesisir terhadap Perubahan Iklim.
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan 11(4): 281–293.
Sari, R.N., Safe’i, R. dan Iswandaru, D.
2019. Biodiversitas Fauna Sebagai
Salah Satu Indikator Kesehatan Hutan
Mangrove. Jurnal Perennial, 15(2): 62-
66.
Senoaji, G. dan Hidayat, M.F. 2016.
Peranan Ekosistem Mangrove Di Pesisir
Kota Bengkulu Dalam Mitigasi
Pemanasan Global Melalui
Penyimpanan Karbon. J. Manusia dan
Lingkungan, 23(3) : 327-333.

332

You might also like