Professional Documents
Culture Documents
Ringkasan Skripsi Mahesa 2020
Ringkasan Skripsi Mahesa 2020
No 1– Oktober 2020
p-ISSN 2087-5312 (Print), e-ISSN 2721-7604
(Online)
Available Online at :
http://jurnal.stmik-denpasar.ac.id/index.php/mti
e-mail : mahesaagastya96@gmail.com1
Abstract
A teacher has a very important role in developing and encouraging the students to
enable them to have higher level thinking skill of HOTS. In the school curriculum, a
teacher is expected to be able to develop HOTS as one of the testing model, especially for
Mathematics study. Therefore, the teacher has to find the suitable model for virtual testing
which is HOTS based and applicable for Senior High School curriculum.
On development for Virtual Testing based on HOTS for Mathematics study of the
Senior High School, the writer stress to how the testing model can be accepted and
accessible easily by the students. For this purpose, the writer choose the moodle
application which is valid, reliable, has moderate difficulty grade and good distinction.
This virtual testing model is to analysis, increase and develop the potency of the students
to achieve a higher way of thinking for being a student who has faith, believe in God, good
morality, healthy, creative, democratic citizen and good responsibility. After testing
conducted then teachers can get information from students became faster, precisely and
accurately. Teachers would be to provide an evaluation and determine the level of teaching
more quickly especially Senior High School mathematics.
Abstrak
Peran seorang pendidik sangat penting untuk mengembangkan dan mendorong siswa
untuk berpikir tingkat tinggi serta memiliki keterampilan kemampuan HOTS. Dalam
kurikulum sekolah, diharapkan seorang pendidik bisa mengembangkan model pengujian
virtual yang berbasis HOTS terutama dalam pelajaran matematika. Model pengujian
virtual berbasis HOTS yang bagaimana yang cocok dipakai dan sesuai dengan kurikulum
sekolah SMA.
Dalam Pengembangan Model Pengujian Virtual Berbasis HOTS Mata Pelajaran
Matematika SMA, penulis menekankan untuk bagaimana model pengujian ini dapat
diterima dan diakses dengan mudah oleh siswa. Maka penulis memakai aplikasi moodle,
1
dimana aplikasi ini valid, reliabel, tingkat kesukaran sedang, dan daya pembeda baik.
Model pengujian virtual ini bertujuan untuk menganalisa dan meningkatkan, serta
mengembangkan potensi peserta didik dapat berpikir tingkat tinggi serta menjadi manusia
yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Setelah pengujian dilakukan maka guru bisa memperoleh informasi dari siswa
menjadi lebih cepat, tepat dan akurat. Guru bisa memberikan penilaian dan mengetahui
tingkat pembelajaran siswa dengan lebih cepat khususnya mata pelajaran Matematika
SMA.
2
melakukan Pengembangan Model memaham pelajaran yang sudah
Pengujian Virtual Berbasis HOTS Mata diberikan [2]. Virtual adalah suatu media
Pelajaran Matematika SMA. Dimana berbasis komputer berupa simulasi
penulis mengharapkan agar hasil keadaan dari kehidupan dunia nyata.
pengembangan model pengujian virtual MOODLE (singkatan dari Modular
berbasis HOTS untuk mata pelajaran Object-Oriented Dynamic Learning
matematika siswa SMA yang valid, Environment) adalah paket perangkat
reliabel, tingkat kesukaran sedang dan lunak yang diproduksi untuk kegiatan
daya pembedaan yang baik dan diterima. belajar berbasis internet dan situs web
yang menggunakan prinsip social
1.2. Tujuan Penelitian constructionist pedagogy. Moodle
Adapun tujuan dari penelitian yang merupakan salah satu aplikasi dari
berjudul pengembangan model pengujian konsep dan mekanisme belajar mengajar
virtual berbasis HOTS mata pelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi,
matematika SMA adalah membuat yang dikenal dengan konsep
aplikasi untuk mempermudah siswa pembelajaran elektronik atau e-learning,
dalam pengerjaan soal serta serta dapat digunakan secara bebas
mengoptimalkan teknologi dalam sebagai produk sumber terbuka (open
pembelajaran, dan merupakan model source) dibawah lisensi GNU yang dapat
pembelajaran inovatif yang diinstal di computer dan sistem operasi
memanfaatkan teknologi virtual serta apapun yang bias menjalankan PHP dan
menggunakan teknologi virtual dapat mendukung database SQL.
memberikan motivasi dan rasa tertarik
siswa untuk belajar matematika, dan juga 1.3.2. Higher Order Thinking Skills
dapat menunjang dan mempermudah (HOTS)
siswa dalam pembelajaran. Literasi Higher Order Thinking Skills
matematika diharapkan dapat merupakan suatu proses berpikir peserta
berkembang dengan berbasis teknologi didik dalam level kognitif yang lebih
virtual yang valid, reliabel, tingkat tinggi yang dikembangkan dari berbagai
kesukaran sedang dan daya pembedaan konsep dan metode kognitif dan
yang baik dan diterima. taksonomi pembelajaran seperti metode
problem solving, taksonomi bloom, dan
1.3. Landasan Teori taksonomi pembelajaran, pengajaran dan
1.3.1.Pengembangan Model Pengujian penilaian [3]. Higher order thinking skills
Virtual termasuk di dalamnya berpikir kritis,
Pengembangan model adalah suatu logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif,
proses atau langkah – langkah untuk dengan high order thinking peserta didik
mengembangkan suatu model baru atau akan dapat membedakan ide atau
menyempurnakan model yang telah ada gagasan secara jelas, berargumen dengan
yang dapat dipertanggungjawabkan. baik, mampu memecahkan masalah,
Maksudnya pengembangan model selalu mampu mengkonstruksi penjelasan,
berorientasi untuk mengembangkan atau mampu berhipotesis dan memahami hal –
menghasilkan model yang sesuai dengan hal kompleks menjadi lebih jelas [4].
kebutuhan aplikasi tersebut. Pengujian Higher order thinking skills akan terjadi
adalah suatu proses pelaksanaan suatu ketika seseorang mengaitkan informasi
program dengan tujuan menemukan baru dengan informasi yang sudah
suatu kesalahan dan kebenaran. tersimpan di dalam ingatannya dan
Pengujian bertujuan untuk mengetahui mengaitkannya dan/atau menata ulang
penguasaan materi peserta didik dalam serta mengembangkan informasi tersebut
3
untuk mencapai suatu tujuan atau menghasilkan file yang lebih kecil dari
menemukan suatu penyelesaian dari file mentah sebelumnya. Selanjutnya
suatu keadaan yang sulit dipecahkan [5]. bentuk object code akan berubah menjadi
Tujuan utama dari higher order sebuah program yang siap dijalankan
thinking skills adalah bagaimana tanpa adanya program bantu
meningkatkan kemampuan berpikir pembuatnya, sehingga hasil dari bahasa
peserta didik pada level yang lebih tinggi, pemrograman yang berbentuk compiler
terutama yang berkaitan dengan akan membentuk sebuah program yang
kemampuan untuk berpikir secara kritis berstatus sebagai program EXE yang
dalam menerima berbagai jenis dapat dieksekusi tanpa adanya bantuan
informasi, berpikir kreatif dalam program pembuatnya [8].
memecahkan suatu masalah
menggunakan pengetahuan yang dimiliki 1.3.5. Basis Data
serta membuat keputusan dalam situasi – Basis Data terdiri atas 2 kata, yaitu
situasi yang kompleks [3]. Basis dan Data. Basis kurang lebih dapat
diartikan sebagai markas atau gudang,
1.3.3. Literasi Matematika tempat bersarang / berkumpul.
Literasi merupakan jantung dari Sedangkan Data adalah representasi
pendidikan, membangun lingkungan fakta dunia nyata yang mewakili suatu
masyarakat sangatlah pentting untuk objek seperti manusia (pegawai, siswa,
mencapai tujuan untuk mengurangi pembeli, pelanggan), barang, hewan,
kemiskinan, mengurangi angka peristiwa, konsep, keadaan dan
kematian, membatasi pertumbuhan sebagainya yang diwujudkan dalam
penduduk, dan mencapai kesetaraan hak. bentuk angka, huruf, simbol, teks,
Oleh karena itu, komponen penting dari gambar, bunyi atau kombinasi [9].
percapaian tujuan tersebut adalah dengan
membangun pendidikan literasi [6]. 1.3.6. My Structure Query Language
Literasi matematika didefinisikan (MySQL)
sebagai kemampuan seseorang dalam MySQL adalah suatu RDBMS
merumuskan, menggunakan dan (Relational Database Management
menafsirkan matematika dalam berbagai System) yaitu aplikasi sistem yang
konteks [1]. Literasi matematika sebagai menjalankan fungsi pengolahan data dan
suatu pengetahuan untuk mengetahui dan salah satu aplikasi DBMS yang sudah
menerapkan dasar matematika dalam banyak dipakai para programmer web
kehidupan sehari – hari [7]. [10].
4
satu halaman web dengan halaman web b. Observasi / Pengamatan
yang lainnya disebut hyperlink, Observasi yang dilakukan
sedangkan teks yang dijadikan media meliputi observasi terhadap
penghubung disebut hypertext [12]. proses pembuatan model
pengujian virtual berbasis HOTS
1.3.8. Flowchart yang menggunakan aplikasi
Flowchart adalah bagan – bagan yang Moodle.
mempunyai arus yang menggambarkan
langkah – langkah penyelesaian suatu 2.2. Metode Pengembangan Aplikasi
masalah. Flowchart merupakan cara Metode pengembangan aplikasi yang
penyajian dari suatu algoritma [13]. digunakan dalam penyusunan ini adalah
Waterfall Model. Model waterfall adalah
1.3.9. Data Flow Diagram (DFD) model klasik yang bersifat sistematis,
Diagram Aliran Data merupakan berurutan dalam membangun software.
model dari sistem untuk Nama model ini sebenarnya adalah
menggambarkan pembagian sistem ke “Linear Sequential Model”. Model ini
modul yang lebih kecil [13]. sering disebut juga dengan “classic life
cycle” atau metode waterfall. Model ini
1.3.10. Entity Relationship Diagram termasuk ke dalam model generic pada
(ERD) rekayasa perangkat lunak dan pertama
Entity Relationship Diagram (ERD) kali diperkenalkan oleh Winston Royce
adalah suatu model jaringan yang sekitar tahun 1970 sehingga sering
menggunakan susunan data yang dianggap kuno, tetapi merupakan model
disimpan dalam sistem secara abstrak yang paling banyak dipakai dalam
[13]. Software Engineering (SE) [14].
5
Gambaran umum desain sistem dari
analisa diatas seperti dibawah ini.
6
dia akan diarahkan ke halaman guru.
Guru dapat membuat soal, kuis, tugas
serta kelas atau course.
Gambar 5: Flowchart tahapan rekap hasil ujian Gambar 7: Data Flow Diagram Level 0
[Sumber: Hasil Rancangan] [Sumber: Hasil Rancangan]
Guru pun bisa melihat nilai siswa di Keterangan:
menu Grades, kemudian mencetaknya 1. Level 0 proses 1, Login: User
dengan cara ekspor. Selain dengan melakukan proses login
flowchart, untuk mengetahui bagaimana dengan mencocokan
alur data input, proses serta output, maka username dan password di
tentu dengan flowchart belum cukup. table user.
Penulis menggunakan DFD untuk 2. Level 0 proses 2, User:
mengambarkan bagaimana alur data Operator memasukkan data
input, proses serta output dari sistem user dan hak akses user ke
yang dibuat. Berikut merupakan Diagram table user dan table akses
Korteks dan DFD level 0 dari DFD yang user. Operator dapat
dapat dilihat di gambar 6 dan gambar 7. memperoleh informasi dari
sistem mengenai user
tersebut.
3. Level 0 proses 3, Kelas:
Operator membuat kelas yang
akan disimpan oleh sistem di
table kelas. Guru pun
mengelola kelas tersebut
dengan menambah soal – soal
ujian yang akan disimpan di
table soal. Siswa menjawab
soal tersebut, dan mendapat
nilai yang akan disimpan di
tabel nilai.
Gambar 6: Diagram Korteks 4. Level 0 proses 4, Nilai: Siswa
[Sumber: Hasil Rancangan]
dan guru mendapat laporan
Dari Diagram Korteks di gambar 6,
nilai yang diproses dari tabel
operator memiliki hak akses tertinggi
nilai oleh sistem.
dalam sistem. Dibawahnya ada guru yang
Setelah mengetahui proses alur data,
memiliki hak akses untuk membuat soal,
maka diperlukan bagaimana keterkaitan
dan yang memiliki hak akses yang sedikit
antar tabel yang dibuat beserta rancangan
yaitu siswa. Siswa hanya bias menjawab
database. ERD dapat mengambarkan
soal yang ada dan melihat nilai dari guru.
bagaimana keterkaitan antar tabel, yang
dapat dilihat pada gambar 8.
7
Selanjutnya tabel akses user yang
berisi tentang tipe user untuk user dalam
mengakses sistem tersebut.
Tabel 2: Tabel Akses User
[Sumber: Hasil Rancangan]
Nama Tipe Panjan Keterang Ke
Field Data g an y
id_akses_us Varch 30 ID akses PK
er ar user
user_status Varch 10 Deskripsi
ar status
user
Tabel kelas merupakan tabel yang
berisi kelas yang dibuat operator,
dikelola oleh guru dan diikuti oleh siswa.
Gambar 8: Entity Relationship Diagram Tabel 3: Tabel Kelas
[Sumber: Hasil Rancangan] [Sumber: Hasil Rancangan]
Dari gambar 8, bisa dijelaskan bahwa Nama Tipe Panjan Keteranga Ke
Field Data g n y
setiap user di dalam tabel user memiliki id_kelas Varcha 30 ID kelas PK
1 hak akses di tabel akses user. r
Keterkaitan tabel user dengan tabel kelas nama_kel Varcha 10 Deskripsi
as r nama
yaitu many to many, artinya 1 kelas kelas
memiliki banyak user dan 1 user Tabel soal merupakan tabel yang
memiliki banyak kelas. Satu kelas di berisi soal beserta jawaban yang dibuat
tabel kelas memiliki banyak soal di tabel oleh guru atau operator.
soal, serta 1 soal memiliki banyak nilai Tabel 4: Tabel Soal
dari siswa di tabel nilai. Dengan [Sumber: Hasil Rancangan]
Nama Tipe Panjang Keterangan Key
mengetahui ERD, dapat dibuat Field Data
rancangan database dari tabel – tabel id_soal Varchar 30 ID soal PK
yang dibuat. Berikut adalah tabel user nama_soal Varchar 10 Deskripsi
yang berisi tentang identitas diri user nama soal
pertanyaan Varchar 200 Soal
yang didaftarkan ke aplikasi yang jawaban Varchar 200 Jawaban
ditunjukkan pada tabel 1. mapel Varchar 30 Mata
Tabel 1: Tabel User Pelajaran
[Sumber: Hasil Rancangan] Tabel nilai yang digunakan untuk
Nama Tipe Panjan Keterang Ke
Field Data g an y menyimpan nilai yang didapat dari soal.
id_user Varch 30 Usernam PK Tabel 5 : Tabel Nilai
ar e [Sumber : Hasil Rancangan]
nama_user Varch 100 Nama Nama Tipe Panjang Keterangan Key
ar user Field Data
password Varch 30 Password id_nilai Varchar 30 ID nilai PK
ar nilai Float 10 Nilai
alamat Varch 120 Alamat NIP Varchar 30 No. Guru FK
ar NIS Varchar 30 No. Siswa FK
telepon Varch 15 No. Perancangan antarmuka dilakukan
ar telepon sebelum implementasi sistem, yang
email Varch 30 Email
ar berisi rancangan mengenai antarmuka
jenis_kelam Char 1 Jenis yang ditampilkan ke user.
in kelamin
(L/P)
tgl_lahir Date 8 Tanggal
lahir
tempat_lahi Varch 100 Tempat
r ar lahir
8
didaftarkan di aplikasi sebelumnya. Jika
belum, harus membuat akun baru.
10
Gambar 16 merupakan tampilan awal
pada halaman depan ketika memasuki
aplikasi pertama kali.
4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka diperoleh
Gambar 23: Halaman Hasil Ujian Siswa kesimpulan yaitu Pengembangan Model
[Sumber: Hasil Rancangan]
Pengujian Virtual Berbasis HOTS Mata
Ketika siswa telah selesai menjawab
Pelajaran Matematika SMA memakai
soal ujian, nilai ujian yang didapat akan
aplikasi Moodle sebagai acuan
dimunculkan di halaman hasil ujian
pembuatan aplikasi soal ujian
siswa. Dengan mengetahui nilai ujian
matematika berbasis HOTS. Dalam
tersebut, maka siswa akan mengerti
pemakaian aplikasi ini terutama guru
sejauh mana tingkat kemampuan yang
dapat menilai kemampuan HOTS siswa
dimilikinya. Sehingga apabila hasilnya
dalam mata pelajaran matematika dengan
dirasa kurang memuaskan, siswa dapat
soal yang guru buat.
melakukan peningkatan diri dengan
belajar lebih giat lagi, terutama tentang
4.2. Saran
materi pelajaran yang belum dipahami
Sebagai pengembangan model
secara baik.
pengujian virtual berbasis HOTS
selanjutnya, maka terdapat beberapa
saran, yaitu:
1. Pelatihan aplikasi Moodle yang
singkat tidak memberikan hasil
yang maksimal bagi pengajar.
2. Bentuk soal latihan / ujian harus
berbasis HOTS yang
12
dikembangkan lebih bervariasi, [13] A. B. Ladjamudin, Analisis dan Sistem
tidak hanya pada bentuk pilihan Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013.
ganda. [14] R. S. Pressman, Rekayasa Perangkat
Lunak: Pendekatan Praktisi (Buku Dua),
DAFTAR PUSTAKA 7th ed. Yogyakarta: Penerbit Andi,
[1] N. Mansur, “Melatih Literasi 2012.
Matematika Siswa dengan Soal PISA,”
Prism. Pros. Semin. Nas. Mat., vol. 1,
no. 1, pp. 140–144, 2018.
[2] N. S. Sukmadinata, Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013.
[3] H. Saputra, Pengembangan Mutu
Pendidikan Menuju Era Global:
Penguatan Mutu Pembelajaran dengan
Penerapan HOTS (High Order Thinking
Skills). Bandung: Smile’s Publishing,
2016.
[4] T. Widodo and S. Kadarwati, “Higher
Order Thinking Berbasis Pemecahan
Masalah Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Berorientasi Pembentukan
Karakter Siswa,” Cakrawala Pendidik.
Univ. Negeri Yogyakarta, vol. 32, no. 1,
p. 11, 2013.
[5] D. Kurniati, R. Harimukti, and N. A.
Jamil, “Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Siswa SMP di Kabupaten Jember
Dalam Menyelesaikan Soal Berstandar
PISA,” J. Penelit. dan Eval. Pendidik.,
vol. 20, no. 2, p. 14, 2016.
[6] S. C. Henriette and R. Windiani,
“Pemberdayaan Literasi Media dan
Informasi (LMI) UNESCO Sebagai
Sarana Pencegahan Penyebarab Hoaks,”
J. Litbang Provinsi Jawa Teng., vol. 16,
no. 1, p. 8, 2018.
[7] H. N. Dinni, “HOTS ( High Order
Thinking Skills ) dan Kaitannya dengan
Kemampuan Literasi Matematika,”
Prism. Pros. Semin. Nas. Mat., vol. 1,
no. 1, pp. 170–176, 2018.
[8] B. S. Stendy, PHP 5 Pemrograman
Berorientasi Objek : Konsep Dan
Implementasi, 1st ed. Yogyakarta:
Penerbit Andi, 2011.
[9] Fathansyah, Basis Data, 3rd ed.
Bandung: Penerbit Informatika, 2018.
[10] A. F. K. Sibero, Kitab Suci Web
Programming. Yogyakarta: Mediakom,
2011.
[11] Y. M. K. Ardhana, PHP Menyelesaikan
Website 30 Juta. Jakarta: Jasakom, 2012.
[12] B. Kristianto and E. Muningsih,
“Rancang Bangun Aplikasi ‘Sipedi’
Pada UPTD Puskesmas Nanggulan
Kulon Progo,” IJSE – Indones. J. Softw.
Eng., vol. 5, no. 2, pp. 13–21, 2019.
13