Professional Documents
Culture Documents
net/publication/348650974
CITATIONS READS
0 34
6 authors, including:
Rina Mogea
State University of Papua
11 PUBLICATIONS 6 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Rina Mogea on 21 January 2021.
ABSTRACT
Malaria contagious by mosquito Anopheles Betina bringing protozoa parasite in its body
(Plasmodium). Plasmodium there are four specieses that is Plasmodium vivax, Plasmodium ovale,
Plasmodium malariae and Plasmodium falciparum, but often becomes pathogen that is Plasmodium vivax
and Plasmodium falciparum. As for intention of this research is to identify Plasmodium which is
dominant at female Anopheles mosquito (Anopheles spp.) and knows distribution pattern of female
Anopheles mosquito (Anopheles spp.) in some places in Districts Manokwari Barat.
Based on research result done to four locations that is area Amban, Wosi, Sanggeng and Kota is
found [by] 1024 mosquito tails. From the amounts only 115 mosquito tails was mosquito Anopheles
Betina while the other is mosquito Anopheles male, mosquito Culex and Aedes. Mosquito Anopheles
Betina found consisted of 4 species that is Anopheles bancrofti, Anopheles kochi, Anopheles farauti and
Anopheles koliensis.
Mosquito Anopheles Betina which is dissected, obtained 2 the Plasmodium species in mosquito spit
gland is Plasmodium vivax and Plasmodium falciparum, and from calculation by index dominant can be
told that both types of this very dominant Plasmodium in Districts Manokwari Barat because its the
dominant index > 5%.
PENDAHULUAN
Nyamuk merupakan kelompok serangga falciparum (Pelczar dkk., 1986). Dari keempat
yang termasuk dalam famili Culicidae. Famili spesies Plasmodium ini, yang bersifat sebagai
ini adalah satu kelompok serangga yang penting, patogenik bagi manusia yaitu Plasmodium
banyak dan terkenal (Borror dkk, 1992). Spesies falciparum dan Plasmodium vivax (Pelczar dkk.,
nyamuk tersebar hampir di seluruh dunia dengan 1988).
jumlah paling sedikit 2000 spesies, diantaranya Manokwari merupakan daerah yang
adalah nyamuk dari genus Anopheles, Culex dan memiliki iklim tropis, sehingga sangat
Aedes. mendukung kelangsungan hidup dari spesies
Malaria disebarkan oleh nyamuk nyamuk terutama Anopheles. Nyamuk
Anopheles betina yang membawa parasit Anopheles tersebar di Manokwari dan
protozoa dalam tubuhnya. Protozoa yang menyebabkan penyakit malaria tersiana dan
menyebabkan parasit malaria tergolong ke malaria tropika dengan jumlah penderita yang
dalam kelompok sporozoa, genus Plasmodium cukup banyak. Adapun tujuan dilakukannya
yang menginfeksi hati dan sel-sel darah merah penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi
(Pelczar dkk, 1988). Plasmodium yang dominan pada nyamuk
Plasmodium yang menimbulkan berbagai bentuk Anopheles betina (Anopheles spp.) dan
malaria pada manusia terdiri dari 4 spesies yaitu mengetahui pola persebaran nyamuk Anopheles
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, betina (Anopheles spp.) di beberapa tempat di
Plasmodium malariae dan Plasmodium Distrik Manokwari Barat.
Natural, April 2018. Vol 14. No 1 ISSN:1412 – 1328 30
A. Man Biting Rate = Jumlah nyamuk yang menggigit per orang per jam.
B. MHD = Man Hour Density = Jumlah nyamuk hinggap yang tertangkap per orang per jam.
D. Sporozoit rate
Untuk mengetahui jumlah plasmodium yang (Anopheles spp.), menggunakan rumus Indeks
dominan dalam nyamuk Anopheles betina Dominansi (Heddy dan Kurniati, 1996) yaitu:
ni
Di = --------- x 100
N
Ket:
Di = Indeks Dominansi
ni = Jumlah individu dari variasi i (Plasmodium)
N = Jumlah total individu dalam habitat itu
Kriteria :
Dalam suatu habitat, suatu variasi i dikatakan dominan jika Di > 5%.
Manokwari Barat diperoleh nyamuk Anopheles Daerah Amban terdapat hutan yang
Betina sebanyak 4 jenis yaitu Anopheles banyak memiliki pohon-pohon dan dapat
bancrofti, Anopheles kochi, Anopheles farauti dijadikan tempat yang baik untuk kehidupan
dan Anopheles koliensis. nyamuk, sehingga pada daerah ini ditemukan 3
Daerah Amban, Sanggeng dan Kota ditemukan 3 jenis nyamuk Anopheles betina. Selain itu pada
jenis nyamuk Anopheles betina yang sama daerah ini juga terdapat saluran air seperti
yaituAn. bancrofti, An. kochi dan An. farauti. halnya parit yang tersumbat dan genangan-
Sedangkan untuk daerah Wosi ditemukan 4 jenis genangan air yang terlindung sehingga dapat
nyamuk Anopheles betina yaitu An. bancrofti, dijadikan tempat berkembangbiak dari nyamuk
An. kochi, An. farauti dan An. koliensis. Nyamuk tersebut.
Anopheles bancrofti ditemukan pada ke empat Daerah Wosi terdapat hutan yang
lokasi karena umumnya nyamuk ini dapat banyak memiliki pohon-pohon yang terlindung.
menyesuaikan diri dengan daerah yang panas Selain itu terdapat juga daerah yang berawa serta
maupun lembab. Nyamuk ini aktif pada pagi, saluran air seperti halnya kali yang terbendung
siang, sore dan malam hari sehingga pada saat ataupun mengalir sehingga banyak ditemukan
penangkapan lebih banyak menangkap nyamuk nyamuk Anopheles betina yang terdiri dari 4
jenis ini dari pada nyamuk Anopheles lainnya. jenis, salah satunya yaitu jenis An. koliensis
Kemampuan hidupnya sangat tinggi dari jenis yang merupakan nyamuk yang berada di daerah
nyamuk Anopheles betina lainnya. rawa-rawa.
Nyamuk Anopheles kochi yang ditemukan pada Daerah Sanggeng berada di dekat laut
keempat lokasi umumnya dalam jumlah sedikit sehingga untuk kelangsungan hidup nyamuk
bila di bandingkan dengan nyamuk An. bancrofti sangat sedikit dimana daerah pantai memiliki
dan An. farauti. Nyamuk An. kochi aktif pada suhu yang tinggi dan kecepatan anginnya juga
pagi dan sore hari sehingga tidak dapat kuat sehingga mengurangi nyamuk yang ada di
ditemukan setiap waktu. Nyamuk ini memiliki tempat tersebut. Namun tidak menutup
bentuk tubuh yang hampir sama dengan nyamuk kemungkinan di daerah ini dapat ditemukan
Aedes hanya saja pada bagian abdomennya nyamuk Anopheles betina karena daerah ini
berbeda. banyak terdapat saluran air yang tersumbat
Nyamuk Anopheles farauti yang ditemukan seperti halnya parit yang jarang dibersihkan.
jumlahnya sedikit bila di bandingkan dengan Daerah Kota terdapat hutan yang banyak
nyamuk An. bancrofti. Nyamuk ini aktif pada memiliki pepohonan dan saluran air yang
pagi, siang, sore dan malam hari. Walaupun mengalir ataupun terbendung. Hal ini
demikian, namun nyamuk ini jarang ditemukan menyebabkan nyamuk sangat senang berada di
pada pagi, siang dan sore. Hal ini disebabkan daerah ini dan penangkapan nyamuk pun banyak
karena pada saat itu, manusia banyak melakukan ditemukan nyamuk Anopheles maupun dari jenis
aktifitas sehingga paling banyak menggigit pada lain.
malam hari dimana saat orang sedang
beristirahat. Pengaruh Iklim
Nyamuk Anopheles koliensis yang ditemukan Suhu udara di Distrik Manokwari Barat
paling banyak berada di sekitar kandang hewan terutama 4 lokasi penelitian berkisar antara
ataupun ternak. Selain itu, nyamuk ini paling 24,3–34,5 0C yang masih merupakan suhu yang
senang menggigit hewan terutama sapi namun baik untuk pertumbuhan nyamuk. Nyamuk
tidak menutup kemungkinan untuk menggigit umumnya termasuk hewan berdarah dingin
manusia pada malam hari juga. Nyamuk ini maka proses metabolisme dan siklus
paling aktif pada malam hari dimana hewan dan kehidupannya tergantung pada suhu lingkungan
manusia sedang beristirahat. dan nyamuk pun tidak dapat mengatur suhu
tubuhnya sendiri. Suhu optimum untuk
Faktor-Faktor Ekologi yang Mempengaruhi pertumbuhan nyamuk adalah 25-27 0C.
Kelangsungan Hidup Nyamuk Pengaruh Pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali
Tempat bila suhu kurang dari 10 0C atau lebih dari 40 0C
(Depkes, 1987).
Natural, April 2018. Vol 14. No 1 ISSN:1412 – 1328 33
Kelembaban udara rata-rata di daerah nyamuk menjadi cepat lelah dan apabila
Manokwari berkisar antara 82-85,2 %, yang kelembaban rendah akan menyebabkan
mana merupakan kelembaban yang optimum terjadinya penguapan air dari dalam tubuh
untuk mendukung kelangsungan hidup nyamuk. nyamuk sehingga menyebabkan keringnya
Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan cairan tubuh nyamuk (Depkes, 1987).
Hujan mempengaruhi naiknya dibedah tersebut. Depkes (1987) menyatakan
kelembaban udara dan menambah jumlah tempat bahwa, semua nyamuk Anopheles betina dapat
perkembangbiakan. Hujan yang lebat dapat mengandung plasmodium dalam tubuhnya,
membersihkan tempat berkembangbiaknya namun kemungkinan plasmodium tersebut tidak
nyamuk karena larva akan hanyut dan mati. dapat mengalami pertumbuhan dengan baik
Namun, curah hujan yang sedang dan dalam dalam tubuh nyamuk karena dipengaruhi suhu
jangka waktu lama akan memperbesar dalam tubuh nyamuk itu sendiri.
kesempatan untuk berkembangbiak dengan Nyamuk Anopheles betina yang
subur. Selain hujan, angin juga berpengaruh ditemukan dan dibedah sebanyak 39 ekor yang
terhadap penerbangan nyamuk. Kecepatan angin terdiri dari An. bancrofti, An. kochi dan An.
rata-rata di Kabupaten Manokwari berkisar farauti yang setelah dibedah ternyata hanya 16
antara 7,4–8,6 meter per detik. Bila kecepatan ekor yang mengandung plasmodium dalam
angin 11 – 14 meter per detik atau 25-31 mil per kelenjar ludahnya. Daerah Wosi, nyamuk
jam maka akan menghambat penerbangan Anopheles betina yang ditemukan dan dibedah
nyamuk. Secara langsung angin akan sebanyak 44 ekor yang terdiri dari An. bancrofti,
mempengaruhi penguapan air dan suhu udara An. kochi, An. farauti dan An. koliensis yang
dalam tubuh nyamuk. (Depkes, 1987). setelah dibedah ternyata hanya 7 ekor yang
Hal lain yang ikut berpengaruh terhadap mengandung plasmodium. Daerah Sanggeng,
kelangsungan hidup nyamuk yaitu pengaruh nyamuk Anopheles betina yang ditemukan dan
ketinggian tempat. Dimana tempat pelaksanaan dibedah sebanyak 11 ekor yang terdiri dari An.
penelitian tidak mempunyai perbedaan bancrofti, An. kochi dan An. farauti yang setelah
ketinggian yang cukup besar, dalam hal ini dibedah ternyata hanya 2 ekor yang
pengaruh tempat antara daerah Amban, Wosi, mengandung plasmodium sedangkan untuk
Sanggeng dan Kota tidak jauh berbeda. Depkes daerah Kota, nyamuk Anopheles betina yang
(1987) menyatakan bahwa, perbedaan ditemukan dan dibedah sebanyak 21 ekor yang
ketinggian tempat hingga 100 meter akan terdiri dari An. bancrofti, An. kochi dan An.
menyebabkan selisih suhu udara dari tempat farauti yang setelah dibedah ternyata hanya 5
semula adalah 0,5 0C. Bila perbedaan tempat ekor yang mengandung plasmodium. Banyak
cukup tinggi, maka perbedaan suhu udara juga dan sedikitnya plasmodium yang ditemukan
akan berpengaruh cukup tinggi dan akan dalam nyamuk, dipengaruhi oleh lamanya
mempengaruhi faktor-faktor yang lain termasuk perkembangan masing-masing jenis plasmodium
penyebaran nyamuk, siklus pertumbuhan parasit dan jenis nyamuk, umur nyamuk serta faktor-
di dalam tubuh nyamuk dan musim penularan. faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban.
Dari ke empat lokasi penelitian, jumlah
Plasmodium yang Terdapat dalam Nyamuk sporozoit rate tertinggi dari jenis vivax dan
Anopheles Betina terendah pada jenis falciparum (Tabel 1).
Sedangkan untuk plasmodium yang dominan di
Hasil pembedahan terhadap nyamuk ke empat lokasi ini dapat dikatakan semuanya
Anopheles betina, dalam kelenjar ludahnya dominan dimana untuk Plasmodium vivax dan
ditemukan 2 jenis plasmodium yaitu Plasmodium falciparum semuanya memiliki
Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. indeks dominansi > 5 % sehingga kedua jenis ini
Namun tidak semua plasmodium ini ditemukan sangat dominan dan sering ditemukan di daerah
pada nyamuk Anopheles betina yang dibedah, Manokwari terutama di Distrik Manokwari
hanya sekitar 26,09 % dari jumlah nyamuk yang Barat.
Natural, April 2018. Vol 14. No 1 ISSN:1412 – 1328 34
1 2
Gambar 1 dan 2 Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum
( Perbesaran 10 x 80, Pewarnaan Giemsa)
Dinas Kesehatan Manokwari, 2008. Data Gandahusada S. Herry, H dan Pribadi, W. 1998.
Penyakit Malaria; Bidang Pencegahan dan Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbit,
Pemberantasan Penyakit. Manokwari. FKUI. Jakarta.
Heddy, S dan M. Kurniati. 1996. Prinsip- Soejoto, Soebari dan M. Salim. 1989. Penuntun
Prinsip Dasar Ekologi. PT Raja Grafindo Praktikum Parasitologi Medik untuk
Persada. Jakarta. sekolah menengah analisis kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik
Pelczar, M. J & Chan, E.C.S., 1988. Dasar- Indonesia, Sekolah Menengah Analisis
dasar Mikrobiologi, Jilid 2. Penerbit UI, Kesehatan. Surabaya.
Jakarta.