Professional Documents
Culture Documents
Abstract. Teacher’s social emotional competence has a significant role for effective teaching.
Teachers faces challenges such as student’s negligent, student’s misbehaviour, and various
classroom dynamics make teachers often experience negative emotions, such as frustration
and anger. The challenge becomes greater for teachers who teach in inclusive classrooms.
Emotional intelligence training is one of way to improve this social emotional competence.
This study aimed to develop and test the validity of CARE module for primary school
teachers, especially in inclusive schools. Validation was done in two steps which are content
validity and empirical tests The content validity test used Aiken’s V for the data analysis. The
empirical test was conducted by using quasi-experimental with untreated control group
design with dependent pretest and posttest. Result showed that CARE module had good
content validity with Aiken’s V score varying from 0.75 to 0.96, but emotional intelligence had
not been significantly improved U (n=16) = 21, p > 0.05, in experimental group (M=12) than
control group (M=1.9).
Abstrak. Kompetensi sosial emosional guru memiliki peran siginifikan dalam efektivitas
mengajar. Guru menghadapi berbagai tantangan seperti kelalaian siswa, perilaku siswa yang
kurang baik, serta berbagai dinamika di kelas membuat guru seringkali mengalami emosi
negatif, seperti frustasi dan marah. Tantangan ini semakin besar ketika guru mengajar di kelas
inklusif. Pelatihan kecerdasan emosional merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
keterampilan sosial emosional. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menguji
validitas modul CARE pada guru, khususnya di sekolah inklusi. Validasi dilakukan dalam
dua tahap, yaitu uji validitas isi dan uji empiris. Analisis uji validitas isi menggunakan
Aiken’s V. Uji empiris dilakukan dengan menggunakan desain penelitian untreated control
group design with dependent pretest and posttest dengan analisis data yang menggunakan
pendekatan non parametrik. Hasil penelitian menunjukkan modul CARE memiliki validitas
isi yang baik dengan rentang Aiken’s V 0,75-0,96, namun belum mampu meningkatkan
kecerdasan emosional U (n=16) = 21, p > 0,05, pada kelompok eksperimen (M=12) dibanding
kelompok kontrol (M=1,9).
Profesi mengajar merupakan salah satu sional. Situasi yang dihadapi oleh guru saat
profesi yang sangat melibatkan aspek emo- mengajar sangat menantang kompetensi
sosial emosionalnya. Ketika guru
1Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat menjalankan tugasnya dalam mengajar,
dilakukan melalui: putiayusetiani@mail.ugm.ac.id
2 Atau melalui anikoentjoro@ugm.ac.id
guru mengalami baik emosi positif maupun
negatif (Sutton & Wheatley, 2003). Emosi Dalam prinsip ini, setiap sekolah harus
positif biasanya dirasakan oleh guru ketika memberikan kesempatan kepada semua
melihat keberhasilan siswanya. Akan tetapi, siswa tanpa terkecuali. Prinsip inklusi saat
guru sering mengalami emosi negatif ketika ini juga sudah mulai diterapkan di
mengajar (Emmer, dalam Emmer & Stough, Indonesia.
2001). Emosi negatif yang dialami oleh guru Kota Yogyakarta sudah mulai
terjadi lebih kuat ketika menghadapi menerapkan penyelenggaraan pendidikan
permasalahan perilaku siswa. Hal ini terjadi inklusi berdasarkan Peraturan Walikota
karena guru menghadapi perubahan serta No.47 tahun 2008. Selain Peraturan
ketidakpastian situasi yang terjadi di dalam Walikota, dasar pelaksanaan
kelas (Emmer, dalam Emmer & Stough, penyelenggaraan pendidikan inklusi di
2001). Yogyakarta juga dikuatkan oleh Peraturan
Tantangan yang dialami guru terus Menteri Pendidikan Nasional No. 70 tahun
meningkat seiring perkembangan zaman. 2009 tentang pendidikan inklusi bagi
Banyak penelitian yang telah menyebutkan peserta didik yang memiliki kelainan dan
beberapa hal yang menjadi tantangan bagi memiliki potensi kecerdasan dan/bakat
guru, diantaranya mengajar siswa yang istimewa. Implikasi dari peraturan tersebut
tidak memiliki motivasi, menghadapi diharapkan semua sekolah dasar di kota
perilaku siswa yang buruk, beban kerja Yogyakarta akan berubah menjadi sekolah
yang terus meningkat, permasalahan inklusi.
dengan rekan kerja, kekhawatiran Inklusi sendiri mengandung
menghadapi orang tua, pengelolaan kelas, pengertian memasukkan elemen menjadi
serta kualitas hubungan guru dan siswa satu kesatuan (Booth & Ainscow, 2011).
yang kurang baik (Kyriacou, 2001; Chan, Pendidikan inklusi adalah sebuah sistem
2006; Spilt, Koomen, & Thijs, 2011). Guru sekolah yang memberikan kesempatan bagi
akan mengalami emosi senang ketika siswa seluruh siswa, termasuk siswa berkebuhan
mengikuti arahannya, namun akan merasa khusus untuk berada dalam satu
frustasi ketika siswa tidak mampu lingkungan yang terintegrasi. Terdapat
menangkap konsep yang diajarkan olehnya, beberapa nilai yang diterapkan dalam
marah ketika terdapat siswa yang pelaksanaan pendidikan inklusi,
melakukan perilaku tidak baik, kecewa diantaranya adalah kesetaraan perlakuan
ketika siswa kurang berusaha, dan cemas (equality), pertimbangan terhadap hak-hak
ketika target mengajar tidak terpenuhi belajar individu (rights), pembangunan
(Kyriacou, 2001). Pengalaman emosional iklim untuk meningkatkan partisipasi aktif
tersebut sangat umum terjadi pada guru di seluruh siswa (participation), komunitas,
sekolah dasar reguler. dan pelaksanaan yang berkelanjutan
Perubahan kebijakan dalam (Ainscow, 1999). Pendidikan inklusi
pendidikan juga menjadi tantangan merupakan sistem pengajaran yang
tambahan dalam kondisi sosial emosional pelaksanaannya menggabungkan anak
guru. Perubahan yang terjadi setiap tahun berkebutuhan khusus dengan anak normal,
dalam kurikulum membuat guru harus dimana lingkungan sekolah memberi
mampu beradaptasi dengan tujuan kebebasan untuk mendukung anak
pembelajaran serta kondisi siswa. berkebutuhan khusus (Sadioglu, Batu,
Reformasi kebijakan pendidikan juga Bilgin, & Oksal, 2013).
dilakukan pada perubahan bentuk sekolah. Pada pelaksanaannya, penyelenggara-
Kebijakan yang saat ini tengah digaungkan an pendidikan inklusi masih terlihat belum
di seluruh dunia adalah prinsip inklusi. maksimal, khususnya untuk guru.
(Kotsou, Nelis, Gregoire & Mikolajczak, validitas tercapai, modul kemudian dapat
2011; McWilliams, Ma, & Hartel, 2005) dan dievaluasi efektivitasnya serta
dengan dipadukan melalui pemahaman generalisasinya untuk menentukan kualitas
teori (Weis & Arnesen, 2007). Burnard serta validitas eksternal dari modul
(1989) menjelaskan terdapat tiga aspek tersebut. Setelah didapatkan kualitas yang
penting yang harus ada di dalam experiential baik maka sebuah modul baru dapat
learning, yaitu pengalaman, refleksi, serta diimplementasikan secara luas (Noah &
transformasi pengetahuan dan makna. Kolb Ahmad, dalam Madihie & Noah, 2013).
(dalam Kolb & Kolb, 2008) dalam hal ini Hipotesis dalam penelitian ini adalah
juga membuat siklus experiential learning bahwa modul CARE memiliki validitas isi
yang terdiri dari empat tahap, yaitu dan empirik yang baik. Manfaat yang
mengalami (CE: Concrete Experience), diperoleh dari penelitian ini, yaitu terdapat
merefleksi (OR: Observation and Reflection), sebuah modul yang valid dan dapat
menggeneralisasi (AC: Abstract dijadikan acuan untuk dapat meningkatkan
conceptualisation), dan mempraktikkan (AE: kompetensi emosi guru ketika mengajar,
Active Experiment). khususnya di kelas inklusif. Dengan
Pada modul ini tahap CE dikembangkannya modul ini diharapkan
direpresentasikan melalui pengalaman guru dapat memiliki kecerdasan emosional
yang dialami langsung, yaitu lewat yang baik sehingga mampu mengelola kelas
permainan atau tantangan. Tahap OR dengan lebih efektif, memilki hubungan
direpresentasikan melalui observasi serta yang baik dengan siswa, rekan kerja dan
refleksi yang dilakukan terhadap juga orangtua siswa, serta sebagai sarana
pengalaman yang disajikan di tiap sesi. yang dapat diberikan kepada guru sebagai
Tahap AC direpresentasikan melalui tambahan bekal ketika menyelenggarakan
diskusi atau pembuatan kesimpulan yang pendidikan inklusif.
dilakukan oleh peserta baik secara individu
maupun kelompok di tiap sesi. Terakhir, Metode
tahap AE akan direpresentasikan melaui Variabel independen dalam penelitian ini
eksperimen langsung dalam situasi yang adalah modul CARE (Cerdas Memahami
dihadapi oleh peserta. Tahap AE akan dan Meregulasi Emosi) yang terdiri dari 5
dimulai dengan pembuatan rencana aksi sesi pelatihan, yaitu pengetahuan emosi,
dari peserta ketika menghadapi situasi identifikasi emosi, memahami emosi,
tersebut. menggunakan emosi, dan meregulasi
Dalam pembuatan sebuah modul, emosi. Variabel dependen dalam penelitian
setelah menentukan teori, tujuan, serta ini adalah kecerdasan emosional yang
media yang digunakan, Russel (dalam didefinisikan sebagai kemampuan dalam
Ahmad, 2009) serta Noah dan Ahmad mempersepsi emosi, memahami emosi,
(dalam Madihie & Noah, 2013) mengatakan menggunakan emosi dan meregulasi emosi.
diperlukan pengujian terbatas kepada Subjek penelitian adalah guru sekolah dasar
kelompok sasaran untuk mengevaluasi. Kota Yogyakarta yang memiliki
Pengujian terbatas dilakukan untuk pengalaman mengajar minimal setahun,
memperoleh validitas sebuah modul. Pada skor kecerdasan emosional sedang, dan
modul CARE, uji validitas dilakukan belum pernah mengikuti pelatihan
melalui uji validitas isi dan juga uji validitas kecerdasan emosional.
secara empiris sehingga akan diperoleh Kecerdasan emosional akan diukur
sebuah tahap yang disebut efficacy dari dengan modifikasi terhadap Emotional
sebuah modul (Liberman, 2007). Setelah Intelligence Scale (EIS) yang dikembangkan
5 5
0
0
TL SU AS WI MA KA LC TR MU Rerata Skor
ED PA PB AN PD EY SA Rerata Skor
Gambar 1. Skor tes pengetahuan kelompok eksperimen Gambar 2. Skor tes pengetahuan kelompok kontrol
140
118 118 120
dan dibagi ke dalam kelompok eksperiman 120
111
106
114 113 110 113
108 105
112 112
97
110,3
112,1
100
(n=9) dan kelompok kontrol (n=7). Rincian 80
40
0
orang laki-laki dan 5 orang perempuan, ED PA PB AN PD EY SA Rerata Skor
dari 2 orang laki-laki dan 5 orang Gambar 4. Skor Kecerdasan Emosional Kelompok Kontrol
pelatih yang berpengaruh meliputi situasi yang dapat berbeda antara satu
kecakapan atau pengetahuan terhadap dengan yang lain. Materi ini merupakan
materi pelatihan, pengalaman profesional, materi pada aspek memahami emosi
serta pengetahuan terhadap prinsip (understanding emotion). Sesi 4 pada
pembelajaran. Dalam hal ini, pelatih pelatihan CARE mempelajari aspek
pelatihan CARE mendapatkan penilaian mengenai expressing and using emotion. Pada
sebesar 86% untuk penguasaan materi dan pelatihan CARE peserta diajak untuk
kemampuan berkomunikasi membuat mempelajari bagaimana cara
peserta terlibat aktif. Untuk kemampuan mengekspresikan emosi dengan tepat dan
menangani pertanyaan, pelatih strategi mendengar aktif agar dapat
mendapatkan penilaian sebesar 84%. Secara berkomunikasi dan melihat sudut pandang
umum pelatih dapat dinilai memiliki orang lain dengan baik. Materi ini serupa
kecakapan dan penguasaan dalam dengan sesi expressing and understanding
menyampaikan materi. emotion pada pelatihan Nelis et al. (2009).
Faktor berikutnya yang Terakhir, pada sesi 5, pelatihan CARE
mempengaruhi keberhasilan transfer mengajarkan bagaimana cara meregulasi
pelatihan adalah desain/metode pelatihan. emosi dan relaksasi sederhana. Materi ini
Desain materi pelatihan CARE sudah sesuai serupa dengan semua pelatihan yang
dengan merujuk pada beberapa pelatihan menjadi rujukan dalam penelitian ini.
kecerdasan emosional, diantaranya Brackett Meskipun pelatihan CARE dan
dan Katulak (2006), Nelis, et al. (2009), dan pelatihan-pelatihan kecerdasan emosional
Kotsou et al. (2011) Pada sesi 1, materi yang disebutkan sebelumnya memiliki
modul CARE memfokuskan pada materi yang sama, namun terkait metode
pengetahuan mengenai emosi. penyampaian terdapat beberapa persamaan
Pengetahuan mengenai emosi disajikan dan juga perbedaan. Pelatihan-pelatihan
dalam bentuk pemaparan fungsi emosi dan kecerdasan emosional yang telah
peran emosi dalam kehidupan. Hal ini dikembangkan menekankan pada
serupa dengan sesi 1 pada pelatihan Nelis, pentingnya kegiatan refleksi di dalamnya.
et al. (2009) dan Kotsou et al. (2011). Pada Kegiatan refleksi ditekankan sebagai salah
sesi 2, materi yang diberikan seputar satu proses evaluasi penalaran terhadap
bagaimana cara mengidentifikasi emosi, suatu kejadian atau peristiwa emosional.
baik pada diri sendiri maupun orang lain. Hal ini akan mempengaruhi penilaian
Identifikasi emosi orang lain diajarkan individu terhadap suatu peristiwa. Proses
melalui berbagai macam gambaran penilaian ini kemudian yang akan
mengenai ekspresi emosi, sedangkan untuk mempengaruhi individu dalam
diri sendiri, identifikasi emosi diajarkan mempersepsi, memahami, menggunakan,
melalui refleksi terhadap emosi yang serta meregulasi emosinya. Dalam
dirasakan dalam situasi mengajar. pelatihan CARE, refleksi merupakan salah
Identifikasi emosi yang dilakukan dalam satu tahap kegiatan dalam tahapan
pelatihan CARE dengan menebak dan experiential learning, yang menitikberatkan
mempelajari gambar-gambar mengenai pembelajaran pada pengalaman dan juga
ekspresi emosi. Hal ini serupa dengan refleksi (Supratiknya, 2011; Kolb, dalam
materi sesi 2 Nelis et al. (2009) dan Kotsou et Kolb & Kolb, 2008). Akan tetapi, dalam
al. (2011) yang menggunakan METT (Micro penelitian-penelitian rujukan pelatihan
Expression Training Test by Paul Ekman). CARE, terdapat perbedaan mengenai
Sesi 3 pelatihan CARE mempelajari jumlah dan interval waktu dalam kegiatan
mengenai konsekuensi emosi dari suatu refleksi dan pemberian umpan balik.
Azwar, S. (2012). Validitas dan reliabilitas edisi Research in Economics & Social Sciences,
V. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2, 297–304.
Blume, B. D., Ford, J. K., Baldwin, T. T., & Clarke, N. (2010), Impact of a training
Huang, J. L. (2009). Transfer of program designed to target the
training: A meta-analytic review. emotional intelligence abilities of
Journal of Management, 36, 1065-1105. project managers, International Journal
doi: 10.1177/0149206309352880 of Project Management, 28(5), 461-8.
Booth, T. & Ainscow. M. (2011). Index for doi: 10.1016/j.ijproman.2009.08.004
inclusion. Developing learning and Cohen, J. (2006). Social, emotional, ethical,
participation in schools. Bristol: CSIE and academic education: Creating a
Brackett, M. A., & Katulak, N. A. (2006). climate for learning participation in
Emotional intelligence in the classroom: A democracy and well-being. Harvard
skill-based training for teachers and Education Review, 76(2), 201-237.
students. In J. Ciarrochi & J. D. Mayer Emmer, E. T., & Stough, L. M. (2001).
(Eds.), Improving emotional Classroom management: A critical
intelligence: A practitioner's guide part of educational psychology, with
(pp.1.27). New York: Psychology implication for teacher education.
Press. Educational psyhologist, 36(2), 103-112.
Brackett, M. A., Rivers, S. E., Shiffman, S., Ergur, D. O. (2009). How can education
Lerner, N., & Salovey, P. (2006). professinals become emotionally
Relating emotional abilities to social intelligence. Social and behavioral
functioning: A comparison of self- science, 1, 1023-1028. doi:
report and performance measures of 10.1016/j.sbspro.2009.01.183
emotional intelligence. Journal of Hen, M., & Sharabi-Nov, A. (2014).
Personality and Social Psychology, 91, Teaching the teachers: Emotional
780–795. Retrieved from: intelligence training for
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm teachers. Teaching Education, 25(4),
ed/17014299 375-390. doi: 10.1080/10476210.2014.
Burke, L. A. & Hutchins, H. M. (2008), A 908838
study of best practices in training Jennings, P. A., & Greenberg, M. T. (2009).
transfer and proposed model of The prosocial classroom: Teacher
transfer. Human Resource Development social and emotional competence in
Quarterly, 19, 107–128. doi: relation to student and classroom
10.1002/hrdq.1230 outcomes. Review of Educational
Burnard, P. (1989). Teaching interpersonal Research, 79(1), 491-525. doi:
skills. A handbook of experiential 10.3102/0034654308325693
learning for health professional. Bristol: Kelchtermans, G. (2005). Teachers’ emotions
Springer Science Buisness Media. in educational reforms: Self-
Chan, D. W. (2006). Emotional intelligence understanding, vulnerable
and components of burnout among commitment and micropolitical
Chinese secondary school teachers in literacy. Teaching and Teacher
Hong Kong. Teaching and Teacher Education, 21(8), 995-1006. doi:
Education, 22, 1042–1054. doi: 10.1016/j.tate.2005.06.009
10.1016/j.tate.2006.04.005 Kolb, A. Y., & Kolb, D. A. (2008).
Chechi, K. V. (2012). Emotional intelligence Experiential learning theory: A
and teaching. International Journal of dynamic, holistic approach to
management learning, education and
development in Armstrong, S. J. & McWilliams, J., Ma, R., & Hartel, C. (2005,
Fukami, C. (Eds.) Handbook of January). Can experiential learning
management learning, education and improve emotional intelligence and
development. London: Sage can that, in turn, improve the work
Publications. performance of middle managers?.
Kotsou, I., Nelis, D., Gregoire, J., & In ANZAM 2005: Engaging the multiple
Mikolajzak M. (2011). Emotional contexts of management: convergence and
plasticity: Conditions and effects of divergence of management theory and
improving emotional competence in practice: proceedings of the 19th ANZAM
adulthood. Journal of Applied conference (pp. 1-11). ANZAM.
Psychology, 827-839. doi: Nelis, D., Quoidbach, J., Mikolajcza, M., &
10.1037/a0023047 Hansenne, M. (2009). Increasing
Kremenitzer, J. P., & Miller, R. (2008). Are emosional intelligence: (How) is it
you a highly qualified, emotionally possible?. Personality and Individual
intelligent early childhood Differences, 47, 36-41. doi:
educator?. YC Young Children, 63(4), 10.1016/j.paid.2009.01.046
106. Sadioglu, O., Bilgin, A., Batu, S., & Oksal, A.
Kyriacou, C. (2001). Teacher stress and (2013). Problems, expectations, and
burnout: Future research. Educational suggestions of elementary teachers
Review, 53, 27-36. doi: regarding inclusion. Educational
10.1080/0013191012003362 Sciences: Theory and Practice, 13(3),
Lopes, Salovey, Cote, & Beers, (2006) An 1760-1765.
ability model of emotional intelligence: Salovey, P., & Mayer, J. D. (1990). Emotional
Implications for assessment and training intelligence. Imagination, Cognition and
in Druskat, V.U., Sala, F., & Mount, G. Personality, 9(3), 185-211.
(2006). Linking emotional intelligence Schutte, N. S., Malouff, J. M., Hall, L. E.,
and performance at work. New Jersey: Haggerty, D. J., Cooper, J. T., Golden,
Lawrence Erlbaum Associates, Inc. C. J., & Dornheim, L. (1998).
Liberman, R. P. (2007). Dissemination and Emotional intelligence scale [Database
adoption of social skills training: record]. Retrieved from PsycTESTS.
Social validation of an evidence-based doi: 10.1037/t06718-000
treatment for the mentally Spilt, J. L., Koomen, H. M. Y. & Thijs, J. T.
disabled. Journal of Mental (2011). Teacher wellbeing: The
Health, 16(5), 595-623. doi: importance of teacher-student
10.1080/09638230701494902 relationship. Educational Psychology
Madihie, A., & Noah, S. M. (2013). An Review, 23, 457-477. doi:
application of the Sidek Module 10.1007/s10648-011-9170-y
Development in REBT counseling Supratiknya, A. (2011). Merancang program
intervention module design for dan modul psikoedukasi. Yogyakarta:
orphans. Procedia-Social and Behavioral Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Sciences, 84, 1481-1491. doi: Sutton, R. E. & Wheatley, K. F. (2003).
10.1016/j.sbspro.2013.06.777 Teacher’s emotions and teaching: A
Mayer, J. D., Salovey, P., & Caruso, D. review of the literature and
(2000). Models of emotional directions for future research.
intelligence in R. Strenberg. Handbook Educational Psychology Review, 15:
of intelligence. UK: Cambridge 327-358. doi:
University Press. 10.1023/A:1026131715856
Weis, W. L., & Arnesen, D. W. (2007). Shadish, W. R., Cook, T. D., & Campbell, D.
Because EQ can't be told: Doing T. (2002). Experimental and quasi-
something about emotional experimental designs for generalized
intelligence. Journal of Organizational causal inference. Wadsworth Cengage
Culture, Communications and Conflict, learning.
11(2), 113–123. Yamnill, S. & McLean, G. N. (2001), Theories
supporting transfer of training.
Human Resource Development
Quarterly, 12, 195–208. doi:
10.1002/hrdq