Professional Documents
Culture Documents
Artikel Menulis
Artikel Menulis
1 Mei 2018
Oleh: Agriyati
SMA Negeri 7 Yogyakarta
ABSTRACT: This study describes a learning innovations that generally aims to optimize the
student skill in writing or producing text of the pantun. Specifically, the aims of this study were (1) to
find an interesting appraisal model by applying quiz game, (2) to find the latest assessment model
that was not boring, as well as able to made the student more active, enthusiastic, happy and vibrant,
(3) to emerge the student’s interest in writing the pantun, which recently miswriting and contravene
the requirement of the pantun writing. As writing is considered as one of four most difficult language
skills both by students and teachers, this learning innovation is needed to create a learning system or
model, as well as an attractive assessment model that promotes student activity. Therefore, "BBM"
(Bermain dengan Bintang dan Meteor) quiz becomes a priority to overcome the low ability of writing
/ producing texts of the pantun among student of class XI SMA Negeri 7 Yogyakarta. This "BBM"
quiz was a form of game that offers star and meteor for student (participants/groups) for each time
they answering questions. The correct answer gets a star. On the contrary, the false answer gets a
meteor. The star score was ten (10) and the meteor score was zero (0). The star or meteor is mounted
on the panel board. Stars that form vertical, horizontal, and diagonal patterns on the panel board
will get a bonus of 100 perfect values. The star cannot be removed, but the meteor can be removed.
Result of this study shows that this learning innovation was able to create a fun and varied learning,
the student were more motivated, enthusiastic, and more active in attending the learning. This result
is expected to optimize the student’s writing ability, especially in writing of the pantun.
Keywords: writing or producing text of the pantun, "BBM" quiz
-9-
JURNAL IDEGURU Vol.3, No.1 Mei 2018
Berkenan atau tidak dalam masalah ini memiliki komitmen tinggi terhadap profesinya
guru tetap dituntut berperan aktif dan tersebut, sudah pasti akan selalu
profesional dalam menghadapi berbagai memberdayakan dirinya seoptimal mungkin.
perubahan. Oleh karena itu, para guru juga Ini sejalan dengan pendapat Ismail, bahwa
diharapkan dapat menemukan kiat-kiat khusus guru yang profesional adalah mereka yang
dan menyiapkan strategi yang jitu agar dapat setiap saat memperbarui metode mengajarnya,
melaksanakan pembelajaran dengan sebaik- menambah wawasan ilmu pengetahuannya,
baiknya, untuk meningkatkan kualitas dan menyadari profesi sebagai agen perubahan
pendidikan di Indonesia secara maksimal. dan ujung tombak penyebarluasan ilmu
Seperti yang telah dikemukakan oleh Emil pengetahuan (2005: 37).
Salim dalam Konvensi Pendidikan Persatuan Berbicara mengenai peran guru dalam
Guru Republik Indonesia (PGRI) bahwa” lingkup yang lebih luas tentu akan berbeda
Kunci untuk meningkatkan kualitas dengan peran guru dalam lingkup yang lebih
pendidikan ada pada guru. Guru yang harus sempit yaitu peran guru dalam kegiatan
lebih dulu ditingkatkan kualitasnya. (Kompas, pembelajaran di kelas. Peran guru sesuai
2014: 12) dengan situasi dan kondisi sekarang ini, perlu
Setiap bersinggungan dengan masalah mendapatkan perhatian semaksimal mungkin.
peningkatan kualitas pendidikan ini tentu tidak Jangan sampai slogan lama yang hanya selalu
lepas dari keberadaan seorang guru. Dalam hal berkumandang di telinga kita bahwa guru
ini guru sangat dielu-elukan. Hampir setiap adalah sosok “yang digugu dan ditiru”. Seperti
media cetak dan elektronik mengupas tuntas dalam filosofis Jawa. Peran guru sekarang
guru dengan berbagai problematika. Salah satu lebih dari itu antara lain: (1) guru sebagai
permasalahan yang muncul terkait dengan fasilitator yakni memberi kemudahan-
beban yang tidak ringan yang harus diemban kemudahan bagi peserta didik selama kegiatan
seorang guru dalam memperbaiki dan pembelajaran berlangsung, (2) guru sebagai
meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini komunikator yakni sewaktu-waktu menjadi
pernah ditegaskan oleh Ketua Umum PGRI partisipan bebas dalam kegiatan komunikasi
Sulistyo melalui Ekawati dkk. bahwa, seorang yang dilakukan peserta didik, (3) guru sebagai
guru harus independen dan profesional dengan organisator yakni sebagai pengatur dan
segala tugas-tugas yang diembannya. Untuk penyusun serta sebagai sumber belajar peserta
mengajar para peserta didik, guru harus fokus didik, (4) guru sebagai motivator yakni dapat
dan proporsional (KR, 2011: 15) membangkitkan semangat belajar peerta didik,
Memang sebenarnya, guru merupakan (5) guru sebagai konselor yakni dapat
salah satu faktor yang paling urgen dan membimbing dan menasihati peserta didik, (6)
strategis bahkan dapat dikatakan sebagai guru sebagai mediator yakni sebagai
ujung tombak dalam mendidik anak bangsa penghubung atau perantara peserta didik
agar menjadi bangsa yang berakhlak mulia, dalam kesulitan pembelajaran yang dialami
cerdas, dan mandiri. Berapa pun besarnya (7) guru sebagai analisator yakni menganalisis
investasi yang telah ditanamkan guru dalam kebutuhan belajar peserta didik, dan (8) guru
meningkatkan kualitas pendidikan. Tanpa sebagai evaluator yakni memberikan penilaian
kehadiran guru yang berkompeten, hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
profesional, bermartabat dan sejahtera dapat Berbagai peran guru yang telah
dipastikan tidak akan mencapai tujuan yang diuraikan di atas, memang tugas guru tidaklah
diharapkan. mudah. Guru yang profesional dituntut dapat
Mengingat posisi guru yang sangat mengembangkan sistem pembelajaran yang
strategis itu, maka guru sebagai tenaga aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
profesional di bidang pendidikan yang menyenangkan, serta memberi rasa aman yang
- 10 -
JURNAL IDEGURU Vol.3, No.1 Mei 2018
- 11 -
JURNAL IDEGURU Vol.3, No.1 Mei 2018
baik dan benar akan terlewatkan begitu saja lisan maupun tulis, serta menumbuhkan
(ST Kartono, 2007: 6). apresiasi terbadap hasil karya kesastraan
Sehubungan berbagai permasalahan manusia Indonesia. Jadi, pembelajaran sastra
yang demkian kompleks, oleh karena itu, perlu merupakan upaya untuk mengembangkan
dilakukan suatu inovasi dalam pembelajaran pemahaman, penghayatan, dan sikap positif
kemampuan menulis. Apalagi telah ditegaskan terhadap karya sastra Indonesia sebagai
dalam Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 khasanah kekayaan budaya bangsa.
bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia lebih Menggarisbawahi uraian di atas maka
menekankan pada pengembangan kemampuan pembelajaran kemampuan bersastra tidak
berbahasa, termasuk menulis seperti yang dapat dipisahkan dengan kemampuan
telah dikemukakan di atas. Di samping itu, berbahasa. Kemampuan bersastra yang
guru telah diberikan kebebasan untuk dimiliki peerta didik akan mendukung
mengeksplor segala kemampuannya untuk kemampuan berbahasa begitu juga sebaliknya.
dapat menciptakan sistem pembelajaran, Sebagai contoh kemampuan berpikir,
terutama sistem penilaian yang menarik. Maka berapresiasi, berekspresi, berkreasi, dan
Kuis “BBM” (Bermain dengan Bintang dan berimajinasi yang tumbuh melalui kegiatan
Meteor) inilah yang merupakan bentuk tes bersastra akan mendukung kemampuan untuk
yang menjadi alternatif atau pilihan penulis. mengekspresikan pikiran, gagasan, pendapat,
“BBM” tersebut di atas akan digunakan dan perasaanya melalui bahasa. Kemampuan
untuk mengukur pembelajaran menulis bersastra juga dapat mengasah kemampuan
kemampuan bersastra. Mengapa demikian? untuk memahami pikiran, perasaan, dan
Sastra dalam kehidupan tidak dapat pendapat yang disampaikan orang lain melalui
dipandang sebelah mata. Sastra akan memberi bahasa. Hal itu terjadi dalam kegiatan menulis
warna dalam kehidupan manusia, karena puisi dalam hal ini menulis pantun, yang
dengan bersastra manusia dapat melakukan merupakan pembelajaran sastra yang
kegiatan olah pikir, olah rasa, olah cipta, olah menggunakan keterampilan menulis sebagai
karya, dan olah karsa. Dengan demikian, akan salah satu aspek kemampuan berbahasa.
membantu keselarasan kehidupan manusia Salah satu sasaran pembelajaran
agar menjadi manusia yang simpatik, pemikir, bersastra adalah agar peserta didik mempunyai
berkepribadian, dan berbudaya. Lebih dari itu pengalaman berekspresi. Pengalaman
sastra juga dapat memperluas dimensi berekspresi sastra ini dilakukan sebagai
kehidupan dengan pengalaman-pengalaman kegiatan pengembangan daya cipta dan
baru yang dapat memperkaya wawasan pengekspresian diri dalam wujud bahasa.
kehidupan sehingga akan menjadikan manusia Pengalaman ekspresi sastra tersebut akan lebih
dari bagian peradaban modern yang bermakna apabila diintegrasikan dengan
berwawasan luas. memproduksi sebuah karya sastra, satu di
Mengingat begitu berharganya peranan antaranya adalah menulis pantun. Oleh karena
sastra sebagai penyeimbang unsur hakiki itu, fokus kegiatan pembelajaran sastra bagi
manusia, hal itu menjadikan sastra penting peserta didik jenjang SMA tentunya adalah
diberikan sebagai bahan pembelajaran di kegiatan menulis pantun seperti yang
sekolah yang tentunya ada dalam mata dijelaskan di atas.
pelajaran Bahasa Indonesia. Seperti yang Namun ironisnya, pembelajaran
ditegaskan Depdiknas (2006: 1) bahwa, menulis pantun kurang diminati, kurang
pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan disenangi, bahkan sebagian ada yang
untuk meningkatkan kemampuan peserta mengatakan tidak penting dan kuno atau
didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa klasik. Padahal, dulu dalam kehidupan
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara masyarakat lama, pantun dapat digunakan
- 12 -
JURNAL IDEGURU Vol.3, No.1 Mei 2018
sebagai ukuran kepandaian seseorang. keterampilan ini guru juga dituntut untuk
Seseorang yang cakap berpantun dianggap mampu menciptakan. (KR, 2014: 7)
orang yang pandai. Sekarang pun banyak syair Dengan melihat permasalan tersebut,
lagu yang menggunakan bentuk pantun. dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut.
Demikian juga berbagai acara hiburan di Bagaimanakah Kuis “BBM” dalam
televisi banyak menggunakan pantun sebagai pembelajaran Bahasa Indonesia yang
media komunikasi yang sangat tren, Ini diterapkan pada pembelajaran kemampuan
menunjukkan bahwa pantun sampai sekarang menulis pantun pada Kurikulum 2006 di Kelas
masih hidup, dan berkembang serta, digemari X dan memproduksi teks pantun untuk peserta
oleh masyarakat Indonesia. Pantun sebagai didik kelas XI SMA Negeri 7 Yogyakarta?
salah satu warisan budaya bangsa Indonesia Sedangkan tujuan inovasi pembelajaran ini
yang pantas dijaga kelestariannya. adalah untuk: (1) Menemukan model
Fenomena ini sudah tampak jelas pembelajaran menulis pantun yang dapat
kemampuan peserta didik dalam pembelajaran mengoptimalkan kemampuan bersastra pada
bersastra terutama kemampuan menulis peserta didik. (2) Menemukan sistem penilaian
pantun dalam Kurikulum 2006 di Kelas X dan yang jarang dilakukan oleh guru yaitu berupa
memproduksi teks pantun dalam Kurikulum permaianan kuis (3) Menumbuhkan minat dan
2013 di kelas XI SMA melalui permainan gemar menulis di kalangan peserta didik. (4)
Kuis “BBM” yang merupakan skala prioritas Menunjukkan adanya bukti empiris yang
dalam pemilihan model pembelajaran dan membuktikan bahwa pembelajaran menulis
sekaligus model penilaian yang diharapkan dengan menggunakan Kuis “BBM” dapat
dapat mengubah paradigma lama yang bersifat mengoptimalkan kemampuan peserta didik
monoton dan membosankan menjadi dalam bersastra khususnya menulis atau
pembelajaran yang dianggap menarik, efektif, memproduksi teks pantun. Adapun manfaat
inovatif, baik, dan tepat untuk meningkatkan inovasi pembelajaran ini diarahkan pada
kemampuan menulis pantun pada peserta pengoptimalan kemampuan menulis pantun
didik kelas X dan XI di SMA Negeri 7 dengan menggunakan model pembelajaran
Yogyakarta. dan model penlaian dalam pembelajaran
Hal ini sesuai Kurikulum 2013 yang bahasa Indonesia agar terbentuk komunikasi
telah didesain agar mampu menghasilkan yang humanis.
insan Indonesia yang produktif, kreatif, Di dalam masyarakat modern seperti
inovatif, afektif melalui penguatan sikap, sekarang ini dikenal dua macam cara
keterampilan, dan pengetahuan yang berkomunikasi, yaitu komunikasi secara
terintegrasi. Untuk dapat demikian, para guru langsung dan komunikasi tidak langsung.
nantinya harus membentuk sikap, Kegiatan mendengar dan berbicara
keterampilan, dan pengetahuan pada diri (menyimak) merupakan komunikasi secara
peserta didik melalui aktivitas proses langsung, sedangkan komunikasi tidak
pembelajaran seperti: menerima; merespons; langsung berupa kegiatan membaca dan
menilai; mengorganisasikan; dan menulis. Menulis adalah menurunkan atau
karakterisasi. Dalam aspek keterampilan juga melukiskan lambang-lambang grafis yang
harus memiliki kompetensi dalam membentuk menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
keterampilan pada diri peserta didik melalui oleh orang lain sehingga orang lain dapat
proses pembelajaran yang memiliki indikator membaca lambang-lambang grafis tersebut
aktivitas seperti: mengamati; bertanya; kalau mereka memahami bahasa dan lambang
menguji-coba; menghubungkan; grafis tersebut (Tarigan, 1993: 21). Artinya,
mengomunikasikan dan pada akhirnya dari bahwa menulis adalah suatu kegiatan yang
tidak sekedar menggambarkan simbol-simbol
- 13 -
JURNAL IDEGURU Vol.3, No.1 Mei 2018
grafis secara konkret, tetapi juga menuangkan metode dan teknik yang benar-benar dapat
buah pikiran, ide atau gagasan ke dalam mengubah paradigma bahwa menulis adalah
bahasa tulis yang berupa rangkaian kalimat hal yang sulit dan beban bagi peserta didik.
yang utuh, lengkap dan dapat di Pembelajaran menulis masih menekankan
komunikasikan kepada orang lain. Intinya, pada produk atau hasil. Sementara itu, proses
menulis merupakan keterampilan belum dikelola dan diperhatikan secara baik
berkomunikasi antarkomunikan dalam usaha oleh guru. akibatnya, peserta didik melakukan
menyampaikan informasi dengan media kegiatan menulis sebagai sebuah pekerjaan
bahasa tulis. yang tidak menyenangkan.
Menulis merupakan salah satu dari Pembelajaran menulis hendaknya
empat keterampilan berbahasa. Sebagai suatu dilakukan dengan pendekatan, metode, dan
keterampilan berbahasa, menulis merupakan teknik yang sesuai. Paradigma kebosanan dan
kegiatan yang kompleks. Soeparno (2002: kurangnya motivasi penulisan pada peserta
126) mengatakan bahwa dalam kegiatan didik dapat teratasi apabila guru mengolah
menulis, penulis di tuntut untuk dapat pembelajaran menulis menjadi
menyusun dan mengorganisasikan isi menyenangkan. Hal tersebut dapat dicapai
tulisanya serta menuangkannya dalam apabila model pembelajaran dan model
formulasi ragam bahasa tulis dan konvensi penilaian yang digunakan guru dalam
penulisan. Oleh karena itu, di dalam kegiatan mengajar menulis tepat sesuai tujuannya.
menulis ada dua hal yang dijadikan perhatian,
yaitu menulis sebagai sebuah proses dan Materi Kemampuan Menulis
menulis untuk menghasilkan suatu hasil atau
produk. Di dalam kegiatan pembelajaran ini 1. Berdasarkan Kurikulum 2006
terjadi proses belajar peserta didik dan guru Materi kemampuan menulis sebagai
mengajar. Untuk itu, pembelajaran Bahasa bagian kegiatan pembelajaran adalah
Indonesia diarahkan agar peserta didik menjadi bagian teknik pembelajaran yang
terampil berkomunikasi baik secara lisan dilakukan, misalnya berupa latihan-latihan
maupun tertulis. Dalam pembelajaran Bahasa melakukan aktivitas tertentu. Berdasarkan
Indonesia tersebut peserta didik dilatih lebih Permen Nomor 22 Tahun 2006 pada
banyak menggunakan bahasa untuk Standar Isi mata pelajaran Bahasa
berkomunikasi, bukan dituntut untuk Indonesia untuk kelas X semester satu,
menguasai atau menghafalkan pengetahuan Materi kemampuan menulis sesuai
tentang bahasa. Ini terlihat pada materi yang Kompetensi Dasarnya itu dapat berupa: (1)
tercakup Silabus mata pelajaran tersebut. Menulis gagasan dengan menggunakan
Kita tahu bahwa pembelajaran pola urutan waktu dan tempat dalam
kemampuan atau keterampilan menulis bentuk paragraf, (2) Menulis hasil
diajarkan dalam semua jenjang pendidikan, observasi dalam bentuk paragraf deskriptif,
mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi. (3) Menulis gagasan secara logis dan
Peserta didik telah diarahkan untuk menguasai sistematis dalam bentuk ragam paragraf
keterampilan menulis. Karena memang yang ekspositif, (4) Menulis puisi lama
terpenting dalam pembelajaran bahasa adalah (pantun) dengan memperhatikan bait,
membaca dan menulis, sedangkan aspek irama, dan rima, (5) Menulis puisi baru
linguistik dapat dilihat melalui karya tulis dengan memperhatikan bait, irama, dan
mereka. Namun demikan, menurut beberapa rima.
studi ternyata kemampuan menulis masih Sedangkan materi untuk. semester
perlu mendapat perhatian khusus dan dua berupa: (1) Menulis gagasan untuk
ditingkatkan. Guru belum dapat menemukan mendukung suatu pendapat dalam bentuk
- 14 -
JURNAL IDEGURU Vol.3, No.1 Mei 2018
- 15 -
JURNAL IDEGURU Vol.3, No.1 Mei 2018
Baris 1/-a/
Sampiran
Stuktur Baris 2/-b/
Teks
Pantun Isi Baris 3/-a/
Baris 4/-b/
singkat, (2) acara hiburan dalam radio atau menulis pantun ini, Standar Kompetensinya
televisi yang berupa perlombaan adu cepat adalah: (8) Mengungkapkan pikiran dan
menjawab pertanyaan; cepat tepat; cerdas perasaan melalui kegiatan menulis puisi.
cermat, (3) daftar pertanyaan yang berhadiah Sedangkan Kompetensi Dasarnya adalah:
biasanya dalam majalah dan (kadang-kadang (8.1) Menulis puisi lama (pantun) dengan
mengandung promosi dagang). memperhatikan bait, irama, dan rima. Oleh
Dari beberapa arti kata kuis di atas karena itu, tujuan pembelajarannya dapat
penulis menyimpulkan dan mengartikan dirumuskan sebagai berikut. (1) Peserta didik
bahwa kuis itu adalah salah satu bentuk tes dapat menulis puisi lama (pantun). (2) Peserta
baik lisan maupun tertulis yang pertanyaannya didik dapat menulis bermacam-macam pantun
cukup singkat, mengandung permainan atau berdasarkan bentuknya. (3) Pesera didik dapat
bersifat menghibur penonton atau audiance menulis bermacam-macam pantun
dan dapat digunakan sebagai perlombaan adu berdasarkan isinya. (4) Peserta didik dapat
cepat untuk menjawab sederetan pertanyaan mengidentifikasi puisi lama (pantun)
(dalam hal ini dibatasi dengan waktu) serta berdasarkan bait, irama, dan rima. (5) Peserta
biasanya diberikan hadiah sebagai kompensasi didik dapat menyunting puisi lama (pantun)
atas pertanyaan yang telah dijawabnya. yang dibuat teman.
Sedangkan “BBM” merupakan Sedangkan dalam Kurikulum 2013,
akronim dari Bermain dengan Bintang dan materi yang tercantum dalam kompetensi
Meteor yang maksunya adalah dalam proses dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia sesuai
pembelajaran berlangsung peserta didik diajak dengan lampiran Peraturan Mendikbud
bermain kuis dengan cara menjawab setiap Nomor 59 Tahun 2014, untuk kelas XI adalah
pertanyaan. Apabila jawaban benar akan sebagai berikut. (4.2) Memproduksi teks
mendapatkan tanda bintang, sedangkan cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi
jawaban yang salah akan mendapatkan tanda kompleks, dan film/drama yang koheren
meteor. Untuk penyekoran setiap satu tanda sesuai dengan karakteristik teks yang akan
bintang dihargai dengan skor 10 (sepuluh), dibuat baik secara lisan mupun tulisan.
dan tanda meteor skornya 0 (nol). Sehingga tujuan pembelajarannya dapat
Keistimewaan tanda bintang apabila peserta dirumuskan sebagai berikut. (1) Peserta didik
kuis mendapatkan beberapa tanda bintang, dan dapat menentukan maksud isi pantun. (2)
tanda bintang tersebut dapat membentuk arah Peserta didik dapat menentukan jenis pantun
vertikal, horizontal, dan diagonal, maka akan berdasarkan bentuknya. (3) Peserta didik dapat
mendapat bonus atau skor yang diperoleh menentukan jenis pantun berdasarkan isinya.
benar-benar sempurna, yaitu 100. Satu lagi (4) Menyusun/memproduksi pantun sesuai
yang penting adalah tanda bintang tidak dapat dengan bentuk dan jenisnya.
dilepas dari papan panel, sedangkan tanda
meteor dapat dilepaskan dari papan panel. Media Pembelajaran Kemampuan
Menulis/Memproduksi Teks Pantun
PEMBAHASAN dengan Menggunakan Model
Pembelajaran dan Penilaian Kuis ”BBM”
Tujuan Pembelajaran Kemampuan Media yang digunakan dalam
Menulis/Memproduksi Teks Pantun pembelajaran kemampuan menulis/menulis
Berdasarkan Permen No. 22 Tahun pantun dengan menggunakan model
2006 dalam Standar Isi mata pelajaran Bahasa pembelajaran dan penilaian ”BBM” antara
Indonesia untuk kelas X semester satu (gasal), lain:
tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan
- 17 -
JURNAL IDEGURU Vol.3, No.1 Mei 2018
3. Papan Kelompok
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
KELOMPOK 3
KELOMPOK 4 KELOMPOK 5
- 18 -
JURNAL IDEGURU Vol.3, No.1 Mei 2018
- 19 -
JURNAL IDEGURU Vol.3, No.1 Mei 2018
- 20 -