Professional Documents
Culture Documents
1, Juli
Juli 2019
2019 p-ISSN 1693-8704
e-ISSN 2579-8553
HAM Akreditasi: Kep. Dirjen
No. 3/E/KPT/2019
3/E/KPT/2019
Dirjen Penguatan
Penguatan Risbang
Risbang Kemenristekdikti:
Kemenristkdikti:
Bobby Briando
Politeknik Imigrasi
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
Jl. Raya Gandul No.4, Cinere, Depok
bobby_briando@yahoo.com
ABSTRACT
By the issuance of the Regulation of the Minister of Law and Human Rights of the Republic of Indonesia No.
27 of 2018 regarding Compensation for Human Rights-Based Public Service, the immigration officials that
form a part of the public services must adapt all forms of its services to be Human Rights-based ones. The
purpose of this paper is to shape a new concept of the human rights-based immigration services in
accordance with Pancasila values. The research uses a descriptive qualitative approach method, further the
substance and context as well as the reflection of the Pancasila values are analyzed qualitatively. Pancasila
is the living philosophy of the nation and should serve as the only reference in internalizing the principles of
human rights, in particular in providing the services to the public. Conclusion shows that Pancasila values
must be put on top priority in providing Human Rights-based Immigration Services to the people. The author
suggests that the immigration public service must always put the Human Rights in top priority in accordance
with the philosophy of Pancasila and the self-identity of the Indonesians.
Keywords: public service; human rights; Pancasila.
ABSTRAK
Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2018 tentang Penghargaan Pelayanan Publik Berbasis Hak Asasi Manusia, jajaran keimigrasian yang
merupakan bagian dari pelayanan publik harus menyesuaikan segala bentuk pelayanan berbasis pada Hak Asasi
Manusia. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk membangun konsep baru pelayanan keimigrasian berbasis
Hak Asasi Manusia sesuai nilai-nilai Pancasila. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang
bersifat deskriptif, kemudian dilakukan analisis secara kualitatif terhadap substansi dan konteks serta refleksi
terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila merupakan falsafah kehidupan bangsa dan
harus menjadi satu-satunya rujukan dalam menginternalisasikan prinsip Hak Asasi Manusia khususnya dalam
memberikan pelayanan kepada publik. Kesimpulan menunjukkan bahwa Pelayanan Publik Keimigrasian
berbasis Hak Asasi Manusia berdasarkan nilai-nilai Pancasila harus menjadi prioritas utama dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Saran penulis adalah agar pelayanan publik keimigrasian selalu mengutamakan
Hak Asasi Manusia yang sesuai dengan falsafah Pancasila dan jati diri bangsa Indonesia.
Kata Kunci: pelayanan publik; hak asasi manusia; Pancasila.
1 Ari Kamayanti, “Akuntansiasi Atau Akuntansiana? 4 Yoyon Bahtiar Irianto, “Akuntabilitas Kinerja Manajemen
Memaknai Reformasi Akuntansi Sektor Publik Di Instansi Pemerintah,” in Seminar Peningkatan Pelayanan
Indonesia,” Jurnal Akuntansi Multiparadigma 2, no. 3 (2011): Publik Dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
531–540. 2008, 1–12.
2 Stephen Osborne, “The New Public Governance?,” Public 5 Ardiyan Saptawan, “Pengembangan Praktik Pelayanan
Management Review 8, no. 3 (2006): 337–387. Prima Dalam Kebijakan Pemerintah,” Jurnal Ilmu
3 Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik (Yogyakarta: Administrasi Negara 9, no. 2 (2009): 114–122, ejournal.unri.
UPP STIM YKPN, 2007). ac.id/index.php/JIANA/article/view/106.
dianggap mampu menjamin adanya pemerintah Konvenan Internasional Hak-hak Sipil dan
yang tanggap terhadap preferensi dan keinginan Politik yang ditetapkan oleh Resolusi Majelis
warganya. Menurut Matthew Andrews6 bahwa Umum PBB 2200 A (XXI) dalam Pasal 25
dalam sistem demokrasi paling tidak ditunjukkan menentukan bahwa:
oleh lima prinsip, yakni: Setiap warga Negara harus mempunyai hak dan
1. adanya prinsip hak yang tidak diperbedakan kesempatan, tanpa pembedaan apa pun
antara rakyat yang satu dengan lainnya; sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan
tanpa pembatasan yang tidak layak untuk:
2. adanya prinsip efektif yang menunjukkan
adanya proses dan kesempatan yang sama a. Ikut serta dalam pelaksanaan urusan
pemerintahan, baik secara langsung
bagi rakyat untuk mengekspresikan
ataupun melalui wakil-wakil yang dipilih
prefrensinya dalam keputusan-keputusan secara bebas;
yang diambil;
b. Memilih dan dipilih pada pemilihan umum
3. adanya pengertian yang menunjukkan berkala yang murni dan dengan hak pilih
bahwa rakyat mengerti dan paham terhadap yang universal dan sama, serta dilakukan
keputusan-keputusan yang diambil oleh melalui pemungutan suara secara rahasia;
pemerintah; c. Memperoleh akses pada pelayanan umum
4. adanya kontrol akhir yang diagendakan oleh (public) di negaranya atas dasar persamaan
rakyat, yang menunjukkan bahwa rakyat dalam arti umum.
mempunyai kesempatan istimewa untuk Ketentuan serupa juga terdapat dalam
membuat keputusan dan dilakukan melalui Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
proses politik yang dapat diterima dan Hak Asasi Manusia pada bagian kedelapan
memuaskan berbagai pihak; tentang Hak Turut Serta dalam Pemerintahan
Pasal 34. Ketentuan tersebut merupakan landasan
5. adanya inclusiveness yakni suatu pertanda
penting bagi warga masyarakat untuk
yang menunjukkan bahwa yang berdaulat
melaksanakan hak asasinya baik dalam partisipasi
penuh adalah rakyat. publik pada proses penyelenggaraan pemerintah
Prinsip-prinsip tersebut di atas diyakini maupun dalam rangka mendapatkan pelayanan
mampu menjamin keadilan demokrasi yaitu bahwa publik dari pemerintah. Namun dalam praktiknya
semua warga negara akan diperlakukan sama apakah pelayanan berbasis Hak Asasi Manusia
dalam sebuah penyelenggaraan negara. Persamaan (HAM) telah diimplementasikan oleh Direktorat
tersebut mengimplikasikan bahwa semua lapisan Jenderal (Ditjen) Imigrasi masih harus diteliti
masyarakat mempunyai hak untuk memiliki akses lebih lanjut.
dalam proses penyelenggaraan pemerintahan tanpa
ada perbedaan. Prinsip keadilan demokrasi dalam Menurut tinjauan dari beberapa Unit
penyelenggaraan pemerintahan merupakan hak Pelaksana Teknis Keimigrasian berdasarkan
asasi bagi warga negara yang mengimplikasikan laman ham.go.id. Pelayanan Keimigrasian masih
sebuah kewajiban bagi setiap warga negara untuk banyak yang belum berpedoman pada prinsip hak
memberikan jaminan keberlangsungannya. Hal asasi manusia. Hal ini tampak dari beberapa
ini pada prinsipnya sesuai dengan sila kelima dari counter pelayanan yang masih belum ramah
Pancasila yakni: “Keadilan sosial bagi seluruh terhadap penyandang disabilitas dan lanjut usia,
rakyat Indonesia”. sebagian besar masih menyamakan pelayanan
terhadap orang yang berkebutuhan khusus dengan
masyarakat normal pada umumnya. Oleh karena
itu, dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan publik di Lingkungan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, maka
dikeluarkanlah Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Nomor 27 Tahun 2018
tentang Penghargaan Pelayanan Publik Berbasis
6 Matthew Andrews and Anwar Shah, “Citizen-Centered
Hak Asasi Manusia. Hal ini dilakukan agar segala
Governance: A New Approach to Public Sector
Reform. Bringing Civility in Governance.,” in Handbook bentuk penyelenggaraan pelayanan berorientasi
of Public Sector Performance Reviews (Washington DC: pada HAM.
The World Bank, 2003), 1–36.
konteks ini terjadi perencanaan dan pengendalian dinamakan dengan Sistem Informasi Manajemen
terpusat. Hal itu juga mengharuskan adanya Keimigrasian (disebut SIMKIM), dan tersedianya
penyeragaman sistem organisasi pemerintah Standar Operating Procedure (SOP) pelayanan
daerah dan manajemen proyek yang dikembangkan keimigrasian yang berbasis teknologi informasi
daerah. dan komunikasi. Dalam menyikapi semakin
Pelayanan pada waktu itu masih menganut tingginya harapan masyarakat terhadap kualitas
model Old Public Administration (OPA) yang pelayanan publik, Ditjen Imigrasi telah melakukan
cenderung lamban dan berbelit-belit serta kental langkah-langkah strategis dalam melayani Warga
akan praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Negara Indonesia dan Orang Asing, seperti
Pelayanan selalu di elu-elukan sebagai bentuk menyederhanakan prosedur pemberian paspor
rela berkorban dan taat pada program-program dengan Sistem Pelayanan Paspor Terpadu di
pembangunan yang telah direncanakan oleh kantor imigrasi, misal dengan adanya Anjungan
pemerintah. Pada masa tersebut pembangunan Paspor Mandiri, penggelaran mesin elektronik
adalah kata ampuh yang harus disetujui oleh (autogate) dalam pemeriksaan keimigrasian di
semua orang tanpa terkecuali. Warga masyarakat Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI), pembentukan
harus berkorban demi pembangunan, tanpa Unit Layanan Paspor (ULP) di beberapa kantor
diperhitungkan apakah mereka yang berkorban Imigrasi yang volume pelayanannya tinggi dan
akan diuntungkan atau bahkan terpinggirkan. progam-program unggulan lainnya.
Menurut Hardiyansyah, pengorbanan warga Kedua, penegakan hukum. Pelaksanaan
masyarakat pada saat itu dikonsepsikan sebagai fungsi penegakan hukum keimigrasian dalam
bentuk partisipasi. Dalam hal ini dapat dikatakan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
bahwa terjadi distorsi dan pembiasan terhadap Keimigrasian, dilakukan melalui dua cara yaitu
makna partisipasi. Dengan demikian maka budaya penegakan hukum yang bersifat administratif dan
partisipasi yang berkembang adalah partisipasi proyustisia. Tindakan Administratif Keimigrasian
semu karena tidak boleh ada kritik atas program berupa pencantuman nama warga bermasalah
pembangunan pemerintah, tidak terbuka ruang dalam daftar pencegahan suatu penangkalan,
bagi masyarakat untuk mengajukan keberatan- pembatasan/perubahan atau pembatalan izin
keberatan atas sebuah kebijakan meskipun tinggal. Larangan untuk berada di suatu atau
kebijakan tersebut merugikan masyarakat itu beberapa tempat tertentu di wilayah Indonesia,
sendiri. Hal ini tentu saja bertolak belakang keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat
dengan paradigma customer driven (paradigma tertentu di wilayah Indonesia, pengenaan biaya
yang berorientasi kepentingan masyarakat)15. beban dan juga pendeportasian orang asing dari
Sesuai Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 wilayah Indonesia. Adapun penegakan hukum
tentang Keimigirasian, Ditjen Imigrasi merupakan dalam tindak pidana keimigrasian dilakukan
unsur pemerintah yang mempunyai tugas mengatur melalui serangkaian penyidikan oleh Penyidik
lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Keimigrasian
Indonesia serta pengawasannnya dalam rangka hingga penyerahan berkas perkara ke Penuntut
menjaga tegaknya kedaulatan Negara. Fungsi Umum.
yang diemban Ditjen Imigrasi meliputi pelayanan Ketiga, keamanan negara. Fungsi keamanan
keimigrasian, penegakan hukum keimigrasian, negara didukung dengan berbagai instrumen
keamanan Negara, dan fasilitator pembangunan antara lain pengenaan tindakan pencegahan
kesejahteraan masyarakat. Secara garis besar, ke luar negeri yang dilakukan oleh Menteri
pelaksanaan keempat fungsi tersebut dijabarkan Hukum dan HAM berdasarkan pada hasil
sebagai berikut: pengawasan keimigrasian, Keputusan Menteri
Pertama, pelayanan keimigrasian. Sebagai Keuangan dan Jaksa Agung, perintah Ketua
instansi yang melakukan pelayanan publik. Ditjen Komisi Pemberantasan Korupsi, permintaan
Imigrasi memiliki tolok ukur dalam menilai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia,
kinerja kualitas layanan. Pelayanan keimigrasian permintaan Kepala Badan Narkotika Nasional,
saat ini telah menerapkan manajemen sistem keputusan atau permintaan pimpinan kementerian/
teknologi informasi dan komunikasi yang lembaga lain yang berdasarkan undang-undang
memiliki kewenangan pencegahan, dan penerapan
15 Hardiyansyah, Kualitas Pelayanan Publik.
tindakan penangkalan yang kesemuanya dengan tahun 1945. Istilah HAM menggantikan istilah
alasan keimigrasian terhadap orang asing oleh Natural Right. Hal ini karena konsep hukum alam
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia atas yang berkaitan dengan hak-hak alam menjadi suatu
permintaan pejabat yang berwenang. Undang- kontroversial. Hak Asasi Manusia yang dipahami
Undang Nomor 6 Tahun 2011 juga mengatur sebagai natural rights merupakan suatu kebutuhan
mengenai pengawasan dan intelijen keimigrasian dari realitas sosial yang bersifat universal. Usaha
dengan prinsip penyelidikan, pengamanan, dan ini pada 10 Desember 1948 berhasil dengan
penggalangan terhadap orang asing yang masuk diterimanya Universal Declaration of Human
atau keluar wilayah Indonesia serta pengawasan Rights (Pernyataan Sedunia tentang Hak Asasi
atas keberadaan dan kegiatannya. Pengawasan Manusia) oleh Negara-negara yang tergabung
keimigrasian juga dilakukan terhadap Warga dalam PBB di Paris.
Negara Indonesia yang memohon dokumen Hak Asasi Manusia dalam pasal pertama
perjalanan, keluar atau masuk wilayah Indonesia peraturan dimaksud memiliki makna seperangkat
dan yang berada di luar wilayah Indonesia, serta hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
terhadap penjamin. Di samping itu juga dibentuk manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Satuan Kerja khusus lintas instansi yang dikenal Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dengan TIMPORA dalam mengawasi Orang dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
Asing. negara, hukum, pemerintahan dan setiap orang
Keempat, fasilitator pembangunan demi kehormatan serta perlindungan harkat
kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka dan martabat manusia. Untuk itulah kemudian
mendukung pembangunan nasional, Imigrasi dalam rangka meningkatkan kualitas layanan di
mengeluarkan berbagai kebijakan yang unit kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi
memberikan fasilitas keimigrasian bagi orang Manusia, penyelenggaraan pelayanan publik
asing di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), harus berorientasi pada keputusan dan kepuasan
kemudahan keimigrasian di bidang pariwisata penerima layanan. Pelayanan Publik berbasis
dan investasi yang sejalan dengan perkembangan HAM adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dan dinamika global berupa kebijakan Bebas dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
Visa Kunjungan (BVK), Visa Kunjungan Saat dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip
Kedatangan (VKSK) dan Visa Tinggal Terbatas HAM bagi setiap warga negara dan penduduk
saat kedatangan sebagai bentuk Visa on Arrival atas jasa dan/atau pelayanan administratif yang
(VoA) di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) disediakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) di
tertentu, pemberian fasilitas Immigration on lingkungan Kementerian Hukum dan HAM RI.
Shipping (IoS), kemudahan bagi wisatawan Kriteria Pelayanan Publik Berbasis HAM menurut
lanjut usia mancanegara untuk mendapatkan izin peraturan tersebut didasarkan pada: a. aksesibilitas
tinggal dan berdiam lebih lama di Indonesia, serta dan ketersediaan fasilitas; b. ketersediaan petugas
penyederhanaan prosedur dalam penerbitan izin yang siaga; dan c. kepatuhan pejabat, pegawai, dan
tinggal yang lebih aman, cepat dan mudah. pelaksana terhadap Standar Pelayanan masing-
masing bidang pelayanan.
B. Pelayanan Publik Berbasis HAM
Aksesibilitas dan Ketersediaan Fasilitas
Dalam rangka mengimplikasikan Hak Asasi untuk Kantor Imigrasi sendiri terdiri dari: (1)
Manusia dalam pelayanan publik, Kementerian maklumat pelayanan; (2) ruang/loket/kotak
Hukum dan HakAsasi Manusia Republik Indonesia pengaduan/Nomor Telpon Pengaduan; (3) toilet
telah mengeluarkan Peraturan Menteri Hukum dan khusus penyandang disabilitas; (4) lantai pemandu
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor (guiding block); (5) informasi pelayanan publik;
27 Tahun 2018 tentang Penghargaan Pelayanan (6) ruang laktasi/menyusui; (7) ruang bermain
Publik Berbasis Hak Asasi Manusia. Hal ini anak; (8) rambu-rambu kelompok rentan; (9)
didasarkan atas penyelenggaraan pelayanan alat bantu kelompok rentan; (10) jalan landai
publik di bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia (ramp); (11) loket/layanan khusus bagi lanjut
berpedoman pada prinsip Hak Asasi Manusia. usia, anak, ibu hamil dan penyandang disabilitas;
Hak Asasi Manusia (HAM) menjadi bahasan (12) tempat ibadah; dan (13) pusat informasi. Di
penting pasca Perang Dunia II dan pada waktu samping itu juga harus tersedia petugas yang siaga
pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
dalam melayani kelompok rentan dan disabilitas Zeithmal et al, Kualitas Pelayanan dapat diukur dari
serta kepatuhan pejabat, pegawai dan pelaksana 5 dimensi, yaitu: Tangibel (Berwujud) Reliability
terhadap SOP yang telah dibuat seperti antrian (Keandalan), Responsiviness (Ketanggapan),
pelayanan, proses penerbitan serta perpanjangan Assurance (Jaminan), dan Empathy (Empati).
paspor. Masing masing dimensi memiliki indikator-
indikator sebagai berikut:
C. Penerapan Pelayanan Keimigrasian
Untuk dimensi Tangibel (Berwujud), terdiri
Berbasis HAM sebagai Wujud Tata Nilai
atas indikator:
PASTI Kemenkumham
• Penampilanpetugas/aparatur dalammelayani
Untuk dapat merealisasikan pelayanan
pelanggan
publik keimigrasian berbasis HAM, maka Sumber
Daya Aparatur menjadi tolok ukur utama dalam • Kenyamanan tempat pelayanan
keberhasilan pengimplementasian dimaksud. Oleh • Kemudahan dalam proses pelayanan
karena itu maka, insan imigrasi haris memiliki • Kedisiplinan petugas/aparatur dalam mela-
core value yang dapat menyuntikkan spirit dalam kukan pelayanan
berkinerja. Kementerian Hukum dan HAM telah
memproklamirkan suatu gerakan revolusi • Kemudahan akses pelanggan dalam permo-
mental bertajuk “AYO KERJA, KAMI PASTI” honan pelayanan
yang diharapkan dapat menjadi “ruh” aparatur • Penggunaan alat bantu dalam pelayanan
dalam bertindak dan berkarya. Slogan PASTI Untuk dimensi Reliability (Kehandalan),
sendiri kemudian berkembang menjadi Tata Nilai terdiri atas indikator:
Kementerian Hukum dan HAM RI yang memandu
pencapaian visi dan misi serta mewujudkan tujuan • Kecermatan petugas/aparatur dalam
dan sasaran yang ingin dicapai serta sebagai melayani pelanggan
pedoman bagi seluruh insan Kementerian Hukum • Memiliki standar pelayanan yang jelas
dan Hak Asasi Manusia. Nilai tersebut yang
• Kemampuan dan keahlian petugas/aparatur
diharapkan dapat mendukung dan memandu tugas
dalam menggunakan alat bantu dalam proses
dan tanggung jawab aparatur16.
pelayanan
Membangun sebuah pelayanan yang
berkualitas serta berbasis HAM memang Untuk dimensi Responsiviness
bukanlah suatu perkara yang mudah, karena (Ketanggapan), terdiri atas indikator:
akan ditemui beberapa tantangan dan kendala • Merespon setiap pelanggan/pemohon yang
yang harus disikapi positif demi pengembangan ingin mendapatkan pelayanan
pelayanan selanjutnya. Tantangan dan kendala ini • Petugas/aparatur melakukan pelayanan
wajar terjadi mengingat banyaknya komponen- dengan cepat, tepat dan cermat
komponen penunjang pelayanan publik. Dalam
• Petugas/aparatur merespon semua keluhan
Buku Penyusunan Standar Pelayanan Publik
Lembaga Administrasi Negara, disebutkan bahwa dari pelanggan
tantangan dan kendala yang mendasar dalam Untuk dimensi Assurance (Jaminan), terdiri
pelayanan publik salah satunya adalah petugas atas indikator:
pelayanan. Petugas pelayanan merupakan ujung • Petugas /aparatur memberikan jaminan tepat
tombak terdepan yang berhadapan langsung waktu dalam pelayanan
dengan masyarakat. Itu sebabnya, sebagai
• Petugas memberikan kepastian biaya yang
petugas terdepan harus memiliki profesionalisme,
jelas dalam pelayanan
bagaimana cara memberikan pelayanan yang
sebaik-baiknya kepada masyarakat. • Petugas memberikan legalitas dalam
Petugas pelayanan menjadi salah satu tolok pelayanan
ukur sejauh mana mutu atau kualitas pelayanan Untuk dimensi Empathy (Empati), terdiri
publik yang diberikan pemerintah. Menurut atas indikator:
• Mendahulukan kepentingan pemohon/
16 Kemenkumham RI, “Rencana Strategis Kementerian pelanggan
Hukum Dan HAM 2015-2019,” 2015.
• Petugas melayani dengan ramah dan sikap Merujuk pada pidato tersebut jelaslah
santun bahwa nilai-nilai Pancasila sejatinya merupakan
• Petugas melayani dengan tidak diskriminatif nilai-nilai yang telah dianut bangsa Indonesia
sejak lama. Nilai-nilai ini dihayati, diyakini dan
• Petugas melayani dan menghargai setiap dijalankan sebagai nilai yang dianggap benar
pelanggan dan baik dalam tatanan sosial kemasyarakatan.
Indikator-indikator inilah yang pada akhirnya Dengan demikian, tidaklah mengherankan
dapat mencerminkan kualitas pelayanan yang pula jika para The Founding Father akhirnya
diberikan oleh aparatur dalam melaksanakan tugas menyepakati lima sila ini sebagai dasar negara
dan fungsinya. Hal ini sejalan dengan Konvenan tatkala pekik kemerdekaan dikumandangkan pada
Internasional Hak-hak Sipil dan Politik yang tanggal 17 Agustus 1945. Di samping itu, secara
ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum PBB formal sesungguhnya Pancasila termaktub dalam
sebagaimana yang telah dijelaskan di awal. Yang Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana alinea keempat yang ditetapkan pertama kali
membentuk karakter aparatur yang sesuai dengan pada 18 Agustus 1945. “Pancasila” memang tidak
falsafah dan ideologi bangsa serta sejalan dengan tercantum secara gamblang, namun formulasinya
Hak Asasi Manusia dalam memberikan pelayanan ada di dalamnya dan ditegaskan sebagai dasar
publik? tujuan bernegara. Berikut kutipan lengkapnya:
D. Konsep Pelayanan Keimigrasian Berbasis “Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
Hak Asasi Manusia berdasarkan nilai segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
Pancasila. darah Indonesia, dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
Lahirnya Pancasila secara konseptual bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
diungkapkan mulanya oleh Presiden RI pertama, yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
Soekarno. Pada pidatonya dalam sidang Badan abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan itu dalam suatu Undang-Undang
Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam
Indonesia (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945, Soekarno suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
secara tegas menggali lima prinsip (asas) yang berdasarkan kepadaKetuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
sebaik-baiknya sebagai Dasar Negara Indonesia, Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh
yakni: kebangsaan Indonesia, Internasionalisme hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
atau perikemanusiaan, mufakat atau demokrasi, /perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Kesejahteraan sosial dan Ketuhanan Yang Maha
Esa. Lima asas pokok ini lalu diistilahkan sendiri Pancasila sebagai ideologi bangsa
oleh Bung Karno sebagai Pancasila. Usulan merupakan suatu kesatuan yang bulat, jadi setiap
ini menurut beberapa literatur sesungguhnya sila merupakan unsur Pancasila. Bilamana
bukanlah nilai orisinil yang muncul dari pemikiran diuraikan secara filosofis bahwa Pancasila adalah
Soekarno. Soekarno, tegas Abdulgani17, hanyalah dasar filsafat negara, adapun negara merupakan
penggali dan perangkai dalam satu kesatuan utuh. suatu lembaga kemasyarakatan serta lembaga
Sejatinya, lima nilai itu merupakan rangkaian kemanusiaan, jadi negara memiliki subjek
jiwa dan nafas yang telah merasuk dalam hidup pendukung pokok yaitu manusia. Jika kita
dan kehidupan berbangsa sejak para leluhur analogikan disini adalah Aparatur Sipil Negara
bangsa menapakkan sejarahnya18. Dan ini juga (ASN) yang memberikan pelayanan publik19
beliau tegaskan dengan eksplisit dalam pidato maka dasar ontologi kelima sila Pancasila
monumentalnya sebagai berikut: adalah manusia atau aparatur itu sendiri, sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa (Sila I dan II).
“… Saya hanyalah sekadar perumus, penyambung
lidah dari keinginan-keinginan dari perasaan- Dalam pembentukan suatu Negara maka bangsa
perasaan yang sudah lama terpendam, bisu dalam Indonesia sebagai suatu bangsa memiliki suatu
jiwa dan kalbu rakyat Indonesia secara turun prinsip-prinsip yang sama, memiliki suatu asas
menurun dari para pendahulu bangsa….”
kerohanian yang sama sehingga merupakan suatu
17 Abdulgani, Op.cit, hlm 37. 19 Kaelan, Pancasila Sebagai Dasar Penjabaran Hak Asasi
18 Setiawan, Op.cit., hlm.11. Manusia (Yogyakarta, 1948).
kesatuan bangsa (Sila III). Untuk menjamin serta bisa dikomunikasikan dan disesuaikan dengan
menyalurkan hak-hak asasi para warganya maka situasi dan kondisi yang berkembang dinamis.
diperlukan suatu sistem demokrasi. Negara pada Kuncinya ada pada pemaknaan secara kontinuitas
hakekatnya demi kepentingan seluruh warganya, sehingga substansinya dapat terus relevan dan
oleh sebab itu segala kekuasaan adalah untuk komunikatif sepanjang zaman. Sebagaimana
rakyat. Dengan demikian kekuasaan tertinggi ungkapan terkenal Bung Karno: “ambil apinya,
adalah di tangan rakyat dengan suatu moral jangan abunya”, pemaknaan Pancasila sebagai
luhur demi kebersamaan yaitu di bawah hikmah ideologi terbuka akan menjadikan implementasi
kebijaksaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan internalisasi Pancasila menjadi ruh yang
(Sila IV). Negara pada hakikatnya bukanlah hidup. Interaksi dinamis dengan realita kehidupan
merupakan suatu tujuan, sebab negara adalah untuk yang menghadang akan menempatkan bangsa
kepentingan seluruh warganya. Tujuan negara Indonesia semakin yakin akan kebenaran dan
sudah barang tentu lebih daripada kepentingan- nilai-nilai luhur Pancasila sebagai nilai yang
kepentingan warganya secara perseorangan saja, dianggap benar dan baik.
namun dalam arti kepentingan kesejahteraan Tata Nilai PASTI yang telah menjadi core
individu maupun seluruh warga yaitu kepentingan value dalam diri insan Aparatur Sipil Negara
umum yang meliputi kesejahteraan lengkap lahir Kementerian Hukum dan HAM harus sejalan pula
dan batin, harkat serta martabat seluruh bangsa. dengannilai-nilaiyangterkandungdalamPancasila,
Unsur-unsur kesejahteraan umum itu di satu pihak sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa
ialah dijamin dan dihormatinya hak-hak orang nilai-nilai dalam Pancasila dapat menjadi dasar
orang sebagai warganya, serta di pihak lain harus penjabaran hak-hak asasi manusia. Hal ini mutlak,
terpenuhinya kewajiban. Oleh karena itu harus sebab akan berkaitan dengan falsafah, doktrin,
dijamin dan terciptanya suatu keadilan sosial dan wawasan kebangsaan Indonesia, baik secara
sebagai suatu dambaan seluruh warganya (Sila V) individual maupun kolektif kehidupan masyarakat
Pancasila. Demikianlah dalam kaitannya dengan yang berasaskan kekeluargaan, dengan tidak
pelayanan publik maka manifestasi penjabaran mengenal secara fragmentasi moralitas sipil,
hak-hak asasi manusia bukanlah bersifat parsial moralitas komunal, maupun moralitas institusional
namun bersifat menyeluruh, yaitu dalam konteks yang saling menunjang secara proporsional. Sikap
kewajibannya dalam suatu negara yang merupakan Profesional, Akuntabel, Sinergi, Transparan dan
lembaga yang berupaya menjamin hak-hak asasi Inovatif yang telah menjadi ruh akan semakin
tersebut. paripurna jika memiliki spirit Pancasila. Pada
Menurut Setyawan dan Kamayanti20 Pancasila akhirnya perubahan karakter aparatur dalam
yang lahir secara konsepsi kenegaraan pada tahun pola pikir (mind set) dan perilaku (culture set)
1945 dalam perkembangannya tetap menjadi satu- dapat terwujud sesuai dengan falsafah dan
satunya landasan hidup yang disepakati. Bahkan ideologi bangsa Indonesia. Ini kemudian yang
hingga saat ini relevansi nilai-nilai Pancasila masih melatarbelakangi penulis merekonstruksi Tata
sangat relevan dengan kehidupan berbangsa dan Nilai PASTI yang memiliki spirit Pancasila.
bernegara. Walaupun perkembangan teknologi Kelima nilai tersebut adalah PASTI Berketuhanan,
modern yang menjadikan dunia seakan tidak PASTI Berkemanusiaan, PASTI Bersatu, PASTI
terbatas lagi (borderless), Pancasila masih relevan Bermufakat dan PASTI Berkeadilan.
untuk dijadikan panduan menghadapi beragam
tantangan dan ancaman yang menghadang. Salah PASTI Berketuhanan
satu kunci untuk terus merevitalisasi Pancasila Penghambaan dan ketaatan yang mewujud
adalah dengan menjadikan Pancasila sebagai pada pertanggungjawaban aparatur yang utama
ideologi terbuka. Sitorus21, Setyawan22, dan (dan terutama) kepada Tuhan perlu dinyatakan
Ludigdo 23 menyatakan bahwa Pancasila akan secara eksplisit. Ini akan mendorong para aparatur
bisa terus dipakai karena nilai-nilainya selalu dalam setiap tindak tanduknya akan selalu berada
di jalan yang lurus, jalan yang diridhoi oleh Tuhan.
20 Setiawan and Kamayanti, Op.cit, hlm.12.
Efek dominonya, masyarakat sebagai stakeholder
21 Sitorus, Op.cit, hlm. 175.
22 Setiawan, Op.cit, hlm. 8.
akan melihat aparatur sebagai pelayan publik yang
23 Ludigdo, Memaknai Etika Profesi Akuntan Indonesia semakin dapat dipercaya. Dalam cara pandang
Dengan Pancasila, 2013, hlm.16.
24 Ibid.
informasi atau putusan yang disampaikan dapat kemudahan akses yang berkeadilan dengan cara
lebih transparan dan melibatkan seluruh unsur cukup datang dan melapor kepada petugas di loket
tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama dan customer care, setelah dilakukan verifikasi berkas
budaya. asli dan pemeriksaan kelengkapan dokumen
Gambar 4. Pusat Informasi Pelayanan persyaratan oleh petugas, yang bersangkutan
akan dibantu dan diarahkan langsung menuju
loket untuk proses wawancara dan foto. Secara
keseluruhan, pelayanan berbasis HAM merupakan
ikhtiar organisasi dalam pemenuhan kebutuhan
pelayanan yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan prinsip HAM bagi
setiap warga negara dan penduduk atas jasa dan/
atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
Unit Pelaksana Teknis Keimigrasian.
Hal ini akan membawa pribadi aparatur
PASTI Berkeadilan mencapai visi keadilan yang diwujudkan dalam
Keadilan dapat dipandang sebagai sebuah penyeimbangan antara pemenuhan kebutuhan
keseimbangan hubungan aktivitas antara manusia jasmani dan rohani, serta keseimbangan antara
dengan Tuhan dan sesama. Demikian pula peran manusia sebagai makhluk individu dan
dengan aparatur sebagai pelayan publik, dalam peran manusia sebagai makhluk sosial. Dengan
melaksanakan tugas dan fungsinya harus selalu dan demikian tata nilai PASTI yang telah menjadi core
mampu dalam menjaga keseimbangan tersebut. value aparatur Kementerian Hukum dan HAM RI
Peran aparatur dalam menyeimbangkan hubungan dapat terwujud secara menyeluruh.
manusia kepada Tuhan dan sesama pada dasarnya Dalam cara pandang Pancasila, perwujudan
ibarat dua sisi mata uang yang saling mendukung keadilan sosial ini sekaligus merupakan
satu sama lain. Melalui pertanggungjawaban aktualisasi nilai-nilai Ketuhanan dan nilai-nilai
manusia kepada Tuhan dalam setiap aktivitasnya, kemanusiaan, serta cita-cita kebangsaan yang
termasuk dalam memberikan pelayanan kepada menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Dalam
publik, manusia diajarkan untuk selalu bersyukur mewujudkan keadilan sosial, masing-masing
atas apa yang telah dianugerahkan padanya. pribadi diberi peran yang secara keseluruhan
Demikian pula melalui pertanggungjawaban mengembangkan semangat kekeluargaan, bukan
kepada sesama, manusia tidak hanya diajarkan semangat individual. Tentu saja ini berseberangan
untuk mengutamakan kepentingan dirinya dengan semangat kapitalisme dan liberalisme
semata, namun juga bertanggung jawab terhadap yang mana individualisme sebagai dasarnya.
kepentingan bersama. Bung Karno secara tegas mengatakan “Dengan
menyetujui kata keadilan sosial dalam preambule,
Gambar 5. Layanan Khusus bagi Lanjut Usia
berarti merupakan protes kita yang maha hebat
kepada dasar individualisme”31. Berangkat dari
pemahaman tersebut maka aparatur sebagai
pelayan publik harus mempunyai perhatian
yang besar untuk menyeimbangkan pemenuhan
kesejahteraan diri dan masyarakatnya. Aparatur
harus terlibat pada perwujudan keadilan sosial
melalui pelaksanaan pekerjaan profesionalnya.
Dengan demikian dalam menjalankan tugas
profesionalnya, aparatur tidak boleh hanya
mendasarkan pada dipenuhinya hak pribadi
dirinya, tetapi lebih mulia dari itu adalah
Konsep pelayanan berbasis HAM yang sesuai
dengan prinsip keadilan adalah layanan khusus 31 Y Latif, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, Dan
bagi lanjut usia. Bagi pemohon Lansia diberikan Aktualitas Pancasila, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2011, hlm. 56.
pemenuhan kewajiban kepada masyarakatnya berbasis HAM yang didasarkan pada Aksesibilitas
serta beribadah kepada Tuhannya32. dan ketersediaan fasilitas; ketersediaan petugas
yang siaga dan kepatuhan pejabat, pegawai, dan
KESIMPULAN pelaksana terhadap Standar Pelayanan masing-
masing bidang pelayanan akan dengan mudah
Pada dasarnya pelayanan keimigrasian tercapai.
berbasis Hak Asasi Manusia merupakan Sudah sepatutnya insan imigrasi dalam
perwujudan dari nilai-nilai yang terkandung memberikan pelayanan harus sesuai dengan
dalam sila-sila yang terdapat dalam Pancasila. Hal prinsip pelayanan berbasis HAM dan selaras
ini dapat dilihat dari makna Hak Asasi Manusia dengan falsafah Pancasila. Hal ini sebagai suatu
itu sendiri yang merupakan seperangkat hak yang ikhtiar dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia. sesuai dengan amanat UUD 1945, ketentuan
Dalam sila pertama yang berbunyi: “Ketuhanan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Yang Maha Esa”, ini merupakan sebuah pengakuan serta prinsip HAM bagi setiap warga negara dan
bahwasanya manusia itu adalah makhluk atau penduduk atas jasa/atau pelayanan yang diberikan
hamba yang mengakui bahwa Tuhan itu Esa. oleh pemerintah dalam hal ini Keimigrasian.
Inilah yang membedakan konsep HAM ala Barat
dan Konsep HAM berbasis Pancasila. HAM dalam SARAN
perspektif barat hanya melihat dari sudut pandang
manusia itu sendiri dengan menegasikan nilai- Penulisan artikel ini pada dasarnya
nilai Ketuhanan, sementara Pancasila mengakui merupakan suatu konsep awal yang ditawarkan
nilai-nilai HAM secara holistik dan universal. penulis agar pelayanan keimigrasian berbasis
Hak yang melekat dalam diri individu HAM dan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dapat
tersebut merupakan suatu penegasan bahwasanya dimplementasikan dalam memberikan pelayanan
manusia itu harus diperlakukan secara baik dan kepada publik. Konsep tersebut sejatinya harus
beradab serta wajib dihormati, sebagaimana bunyi dapat memberikan kontribusi secara positif
dari sila kedua yakni: “Kemanusiaan Yang Adil terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi. Untuk itu
dan Beradab”. Hak asasi merupakan manifestasi penulis menyarankan agar kedepannya prinsip
dari sila ketiga yakni: “Persatuan Indonesia”. Jika HAM yang diaplikasikan dalam memberikan
seluruh hak terpenuhi, maka secara timbal balik pelayanan kepada publik harus berdasarkan nilai-
persatuan dan kesatuan itu akan tercipta. Hak nilai yang terkandung dalam Pancasila, bukan
juga dilindungi dan dijunjung tinggi sebagaimana konsep atau prinsip HAM yang diadopsi oleh
merupakan kesepakatan dari sila keempat yang konsep Barat. Barometer dalam mengukur konsep
berbunyi: “Kerakyatan Yang Dipimpin oleh tersebut sebaiknya menjadi fokus oleh peneliti
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ selanjutnya dalam melakukan penelitian lanjutan.
Perwakilan”. HAM juga mengakui hak setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat UCAPAN TERIMA KASIH
dan martabat manusia, yang sesuai dengan sila
kelima yang berbunyi: “Keadilan Sosial Bagi Penulis mengucapkan terima kasih yang
Seluruh Rakyat Indonesia” sebesar-besarnya untuk civitas academica
Tata Nilai PASTI yang merupakan core value Politeknik Imigrasi, Jajaran Pimpinan pada
dariinsanKemenkumhamyangmerupakanakronim Direktorat Jenderal Imigrasi, Keluarga Besar
dari Profesional, Akuntabel, Sinergis, Transparan, BPSDM Hukum dan HAM serta seluruh pihak
dan Inovatif merupakan pengewajantahan dari yang telah memberikan kontribusi dan
kinerja aparatur keimigrasian dalam memberikan dukungannya terhadap artikel ini.
pelayanan berbasis HAM. Jika nilai tersebut dapat
selaras dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila maka kriteria penilaian pelayanan publik
HALAMAN KOSONG