You are on page 1of 11

KOMUNIKASI PARTISIPATORIS DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN SAMPAH

MELALUI MODEL COORDINATED MANAGEMENT OF MEANING (CMM)


(Participation Action Research pada Masyarakat di Lingkungan RW 03 dan RW 06 Kelurahan Sunter
Agung, Jakarta Utara)

Billyandri Herfiantara Firsa


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
Malang
E-mail: billyfirsa@gmail.com

ABSTRACT

This research is motivated by a waste issues in RW 03 and RW 06 Sunter Agung, North Jakarta. There are
different views of the community in looking at the waste issues they experienced. This study aims to encourage
community participation in development programs by departing from participatory communication studies.
Researchers initiate it by creating a dialogue between community groups and stakeholders to facilitate them
in coordination by using coordinated management of meaning (CMM) model. Researchers use qualitative
methods, type of participatory action research (research action research), with group data collection
techniques, in-depth interviews, observation, and literature study. The results showed that the community in
RW 03 and RW 06 Sunter Agung had increased the level of participation from before the implementation of
the dialogue until the implementation of a dialogue between community groups and stakeholders. In the
dialogue, community groups and stakeholders undertake a process of coordinating, especially in the process
of meaning related to the view of waste issues.

Keywords: community participation, participatory communication, coordinated management of meaning


model, dialogue, participation action research, waste issues

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah permasalahan sampah yang ada di lingkungan RW 03 dan RW 06
Sunter Agung, Jakarta Utara. Terdapat perbedaan pandangan masyarakat dalam melihat permasalahan sampah
yang mereka alami. Penelitian ini bertujuan untuk mendorong partisipasi masyarakat pada program
pembangunan dengan berangkat dari kajian komunikasi partisipatoris. Peneliti menginisiasikannya dengan
membuat dialog antara kelompok masyarakat dan pemangku kepentingan agar memudahkan mereka dalam
hal koordinasi dengan menggunakan model coordinated management of meaning (CMM). Peneliti
menggunakan metode kualitatif, jenis penelitian tindakan partisipatori (participation action research), dengan
teknik pengumpulan data diskusi kelompok, wawancara mendalam, observasi, dan studi pustaka. Hasil
penelitian menunjukan bahwa masyarakat di lingkungan RW 03 dan RW 06 Sunter Agung mengalami
peningkatan level partisipasi dari sebelum terlaksananya dialog sampai terlaksananya sebuah dialog antara
kelompok masyarakat dan pemangku kepentingan. Dalam dialog tersebut kelompok masyarakat dan
pemangku kepentingan melakukan proses koordinasi, khususnya pada proses pemaknaan pesan yang
berkaitan dengan pandangan mengenai persoalan sampah.

Kata Kunci: partisipasi masyarakat, komunikasi partisipatoris, model coordinated management of


meaning (CMM), dialog, participation action research, persoalan sampah
A. PENDAHULUAN
Sampah merupakan masalah klasik yang Pada akhirnya, Peneliti melakukan survey
dihadapi oleh negara-negara maju maupun lapangan dalam bentuk kegiatan Focus Group
berkembang dan hingga saat ini penanganan serta Discussion (FGD) dengan warga RW 03 dan RW
pengelolaan sampah masih terus dikembangkan. 06 Sunter Agung untuk mengidentifikasi
Permasalahan sampah bukan lagi sekedar masalah permasalahan sampah yang dialami oleh warga
kebersihan dan lingkungan saja, tetapi sudah RW 03 dan RW 06 Sunter Agung. Kedua RW
menjadi masalah sosial yang berpotensi tersebut khususnya RW 03 lokasinya dekat dengan
menimbulkan konflik. Permasalahan sampah di kali atau saluran pembuangan sehingga dapat
Indonesia khususnya di Ibukota dari masa ke masa dikatakan bahwa RW 03 darurat akan sampah.
memang menjadi permasalahan yang tidak Dalam kondisi seperti ini, masyarakat miskinlah
kunjung selesai. Dikutip dari okezone.com (2017), yang kemudian berada dalam kondisi terpaksa
Jakarta sebagai ibukota menghasilkan sampah tinggal di lingkungan yang penuh dengan sampah,
kurang lebih 2,2 juta ton/tahun dan diprediksi akan seperti di bantaran sungai, karena tidak mampu
terus meningkat setiap tahunnya. Salah satu membeli tempat tinggal di suatu komplek
kawasan yang identik dengan permasalahan perumahan yang nyamah dan bersih (Lubis, 2006).
sampah dan banjir adalah kawasan Sunter Agung, Merujuk pada FGD yang telah dilakukan,
yang terletak di Jakarta Utara. Menurut data dari masih banyak masyarakat Sunter Agung
profil wilayah Sunter Agung pada tahun 2016, khususnya warga RW 03 dan RW 06 yang belum
sampah yang diproduksi oleh warga per harinya mengetahui dan merasakan program-program yang
sekitar 49,9 m3. Artinya, wilayah Sunter Agung dijalankan oleh Pemerintah terkait penanggulangan
memproduksi sampah yang cukup banyak per sampah. Pemerintah terkesan masih menggunakan
harinya, sehingga perlu adanya penanganan khusus model pembangunan dengan konsep modernisme.
terkait sampah di masing-masing wilayah atau Dalam hal ini, Peneliti selaku fasilitator melakukan
masing-masing RW di Sunter Agung. participation action research untuk menyadarkan
Mengamati isu lingkungan mengenai masyarakat dengan melibatkan mereka dalam
permasalahan sampah, hal tersebut dapat dikaitkan mendefinisikan persoalan yang dialami. Peneliti
dengan kajian komunikasi lingkungan yang berinisasi untuk memfasilitasi dan menjembatani
merupakan cabang dari komunikasi pembangunan setiap elemen masyarakat Sunter Agung dan
yang memiliki sifat untuk memunculkan kesadaran Pemerintah dengan berdialog untuk mencari dan
masyarakat dalam berperan aktif pada pengelolaan memetakan persoalan bersama sehingga pada
lingkungan (Herutomo, 2013). Dahlan (1986) juga akhirnya setiap elemen dapat berkoordinasi dengan
mengatakan bahwa lingkup komunikasi lebih baik lagi.
pembangunan harus termasuk juga pengembangan Merujuk pada permasalahan tersebut,
lingkungan, misalnya program untuk Peneliti akhirnya mengaplikasikan model dari
meningkatkan lingkungan, rehabilitasi daerah CMM, yang nanti outputnya adalah program yang
aliran sungai, reboisasi, dan lain-lain. Senada direalisasikan bersama. Konsep pokok CMM yang
dengan Dahlan, Cox (2010) mengatakan bahwa di dalamnya terdapat koordinasi dan hubungan
gerakan sosial untuk pelestarian lingkungan hidup antar kelompok masyarakat agar konvergen dan
sangat terkait dengan environmental divergen yang memerlukan durasi interkasi yang
communication, yang berfokus pada komunikasi berlangsung panjang tentunya berkaitan dengan
dan hubungan manusia dengan lingkungan. penelitian ini. Peneliti memilih participation action
Isu-isu sosial yang berkaitan dengan masalah research sebagai metode penelitian
kemasyarakatan pada penelitian yang dilakukan dikarenanakkan metode PAR ini adalah metode
oleh Peneliti dalam hal ini sejalan dengan spirit yang memiliki keterkaitan dengan konsep dari
dari chicago school (Mazhab Chicago) dengan pembangunan masyarakat dan komunikasi
filsafat pragmatisnya, yang mana ilmu pembangunan khususnya paradigma partispatori
pengetahuan mengambil bagian dalam (Mikkelsen, 2011, h. 276)
menyelesaikan persoalan sosial. Hal ini juga
berdekatan dengan wacana transdisipliner yang
mendekatkan filsafat atau ilmu pengetahuan B. TINJAUAN PUSTAKA
dengan masyarakat dalam rangka untuk mengenali 1. Dialog Antara Paradigma Modernisme hingga
dan mengatasi persoalan dari masyarakat (Thomas Empowerment (Partisipatoris) dalam
& Van de Fliert, 2015) Memandang Pembangunan
Perkembangan pembangunan mengalami Model komunikasi pembangunan ini mulai
pergeseran paradigma yang berimplikasi dikenal di awal tahun 1990 ketika dikembangkan
terhadap penerapan model komunikasi. Nair & oleh akademisi seperti Servaes, Modi, White,
White (2004) merumuskan pergeseran Sadanandan, Ascroft, dan Servaes (Mefalopulos,
paradigma pembangunan dan komunikasi 2003, h. 70). Rogers sendiri akhirnya secara bijak
berdasarkan kajian teori dan kurun waktu. melakukan revisi atas pandangan sebelumnya
Berdasarkan pendapat Nair & White tersebut, tentang kajian komunikasi pembangunan ketika
penerapan komunikasi untuk pembangunan dan salah seorang muridnya yang berasal dari Amerika
perubahan sosial terjadi pergeseran pendekatan Latin mengajukan pendekatan-pendekatan yang
komunikasi pembangunan, dari difusi inovasi lebih critical partisipatoris, yang kemudian
(1940-1960) ke social marketing (1960-1980) diadopsi sendiri oleh Rogers (Adhikarya, 2004).
hingga pendekatan partisipatori (1980-2000). Kerangka dasar pemikiran komunikasi
Servaes (dalam Mefalopulos, 2003) memetakan partisipatoris berawal dari gagasan Paulo Freire,
paradigma pembangunan atas modernisasi seorang pengajar dan filsuf Brazil yang
(dominan), ketergantungan (dependecy)/Teori menekankan pentingnya pembangunan dan
Sistem Dunia dan Partisipatori (partisipatori pengembangan masyarakat sebagai sebuah gerakan
disejajarkan dengan istilah yang people-centric (Chitnis, 2005, h. 82).
keanekaragaman/Multiciplity dalam satu dunia Komunikasi partisipatoris dalam pembangunan
dan multidimensional) atau paradigma mengasumsikan adanya proses humanis dengan
alternatif. menempatkan individu sebagai aktor aktif dalam
Paradigma modernisasi dikritik sebagai merespon setiap stimulus yang muncul dalam
sangat etnosentris dan mengacu pada cara-cara lingkungan yang menjadi medan kehidupannya
Barat (westerncentric), melalui imperialisme (Hamijoyo, 2005, h. 6). Hamijoyo juga
budaya atau imperialisme media, yaitu menjelaskan bahwa komunikasi partisipatoris lebih
pandangan bahwa media dapat membantu menitikberatkan pada proses komunikasi dua arah
modernisasi dengan memperkenalkan nilai-nilai yang mencari keterlibatan dan peran serta para
Barat dilakukan dengan mengorbankan nilai- pemangku kepentingan dalam rangka menuju
nilai tradisional dan hilangnya keaslian budaya perubahan sosial.
lokal (McQuail, 1996). Pendekatan difusi Hamijoyo (2005) juga membedakan
inovasi memperkenalkan nilai-nilai kapitalisme komunikasi partisipatoris menjadi dua jenis, yaitu
dan karenanya prosesnya imperialistis partisipatoris semu dan partisipatoris murni.
dilakukan secara sistematis yang menempatkan Hamijoyo berpendapat bahwa partisipatoris semu
negara berkembang dan lebih kecil di bawah adalah partisipasi yang digunakan orang luar atau
kepentingan kekuasaan kapitalis (Rogers, kelompok elite untuk maksud dan tujuan sendiri,
2003). Kelemahan ini mendorong kepentingan dan masyarakat hanya dijadikan objek. Seringkali
perubahan dari bawah “bottom up” dan dalam implementasinya partisipatoris semu berupa
pengembangan komunitas lokal (Servaes, mobilisasi masyarakat dengan tujuan untuk
1996). memanipulasi seolah-olah masyarakat telah ikut
Berdasarkan review terhadap pergeseran berpartisipasi dengan tujuan agar program yang
paradigma pembangunan, dapat ditarik telah dirumuskan oleh pengambil kebijakan
kesimpulan bahwa perubahan model mendapat legitimasi. Model pendekatan yang
komunikasi sejalan dengan perubahan pola-pola sering dilakukan adalah dengan pendekatan kepada
kekuasaan dalam pembangunan, yaitu dari tokoh-tokoh masyarakat untuk terlibat dalam
komunikasi top down kepada bottom up berbasis perencanaan agar dapat menentramkan
pada partisipasi masyarakat dalam bentuk masyarakat, tetapi keputusannya tetap berada di
paradigma partisipatoris untuk bersuara dan tangan pemerintah.
bertindak dalam proses pembangunan. Berbeda dengan partisipatoris semu,
Kesimpulannya, makna komunikasi Hamijoyo menjelaskan bahwa partisipatoris murni
pembangunan bergantung pada modal atau adalah jenis partisipatoris yang paling ideal.
paradigma pembangunan yang dipilih oleh Partisipatoris murni merujuk pada kebersamaan
suatu negara (Rogers, 2003). masyarakat dalam hal persepsi, solusi persoalan,
pelaksanaan, dan evaluasi program. Dalam hal ini,
2. Komunikasi Partisipatoris dalam masyarakat memiliki keterlibatan secara aktif
Pembangunan sebagai Reaksi dari Paradigma dalam satu rangkaian program, dan juga adanya
Modernisme keterlibatan lanjutan. Jenis partisipatoris murni ini
sangat cocok diterapkan di Indonesia dengan Berbagai kajian dalam rumpun ilmu
masyarakatnya yang erat dengan budaya gotong komunikasi menempatkan PAR sebagai metode
royong (Hamijoyo, 2005). yang memiliki keterkaitan dengan konsep dari
pembangunan masyarakat dan komunikasi
3. Komunikasi Pembangunan untuk Perubahan pembangunan khususnya paradigma partispatori
Sosial (Mikkelsen, 2011, h. 276). Pada dasarnya, PAR
Rogers dan Shoemaker (dalam Nasution, merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif
2009, h. 28) mengatakan bahwa pembangunan semua pihak-pihak yang relevan, baik pemangku
merupakan suatu jenis perubahan sosial dimana kepentingan maupun masyarakat dalam mengkaji
ide-ide baru diperkenalkan kepada suatu sistem tindakan yang sedang berlangsung dalam rangka
sosial untuk menghasilkan pendapatan perkapita melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang
dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui lebih baik. Penggunaan PAR dalam riset
metode produksi yang lebih modern dan organisasi komunikasi pembangunan digunakan oleh para
sosial yang lebih baik. Jika komunikasi dipahami peneliti untuk memfasilitasi dialog masyarakat dan
sebagai proses perubahan dalam rangka membantu analisa pengembangan reflektif diantara
pembangunan, sejatinya perubahan tersebut harus para partisipan.
berorientasi kepada khalayak (Thomas & Van de PAR dalam riset komunikasi pembangunan
Fliert, 2015). khususnya paradigma partisipatori melibatkan
Keberhasilan suatu program komunkasi masyarakat secara aktif mulai dari proses
pembangunan adalah menjalin hubungan kerja perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
sama dengan stakeholder terkait yang memiliki pembangunan. Dalam metode PAR pada riset
tujuan sama untuk memaksimalkan perubahan kombangpar, mengharuskan Peneliti sebagai
sosial. Schramm (dalam Harun & Ardianto, 2011, fasilitator untuk memberikan ruang bagi
h. 169) menjelaskan dalam suatu proses masyarakat untuk beraspirasi, berdialog, dan
pembangunan terdapat kesempatan dimana bermusyawarah dengan pemerintah dalam
msyarakat mengambil bagian secara aktif dalam merencanakan dan melaksanakan program
proses pengambilan keputusan, serta memperluas pembangunan. Mikkelsen (2011, h. 276)
dialog agar melibatkan semua pihak yang akan menjelaskan bahwa penelitian komunikasi
membuat keputusan mengenai perubahan. Pada pembangunan menggunakan PAR bertujuan
konteks ini diperlukan sebuah perspektif memecahkan masalah khusus dalam suatu
komunikasi pembangunan untuk dapat memahami program, organisasi, atau masyarakat. Mikkelsen
perubahan yang dimaksud, dan disinilah letak juga menambahkan bahwa PAR dalam
hubungan komunikasi pembangunan dan kombangpar menjadi bagian dari proses perubahan
perubahan sosial. dengan mengikutsertakan orang-orang dalam
Peran komunikasi pembangunan dalam program atau organisasi untuk mempelajari
perubahan sosial adalah sebagai penggugah, masalah mereka sendiri untuk kemudian
pengarah, dan pengendali perubahan agar memecahkannya.
perubahan tersebut tetap bermanfaat dan PAR menjembatani komunikasi
berlangsung secara teratur (Thomas & Van de pembangunan partisipatoris yang selama ini
Fliert, 2015). Selain itu, Harun & Ardianto (2011) bergerak di ranah kemasyarakatan, menjadi ilmu
juga menambahkan bahwa komunikasi aplikatif untuk perubahan sosial. PAR sering juga
pembangunan sebagai instrumen, alat atau disebut sebagai a methodology of the margins,
pendekatan dalam menganalisis setiap gejala karena tujuan akhirnya untuk perubahan dan
perubahan sosial yang muncul. Komunikasi melawan ketertindasan masyarakat yang
pembangunan dipandang sebagai proses termarjinalkan, termasuk masyarakat miskin
psikologis, proses sebagai tindakan komunikasi perkotaan (Mikkelsen, 2011). Berdasarkan definisi
yang berkesinambungan, terarah, dan bertujuan. tersebut, maka kerja PAR merupakan salah satu
Proses ini berhubungan dengan aspek pengetahuan, kerja komunikasi pembangunan yang aplikatif
keterampilan, dan sikap mental, dalam melakukan untuk pemberdayaan masyarakat.
perubahan.
5. Aplikasi Model Coordinated Management of
4. PAR (Participation Action Research) Meaning dalam Kelompok
sebagai Strategi Riset Komunikasi Teori CMM ini diciptakan oleh Barnett Pearce
Pembangunan (The Fielding Graduate Institute) dan Vernon
Cronen (University of Massachusetts) (West &
Turner, 2008). Dasar pemikiran yang membawa penjelasan suatu rumusan dari peneliti yang tidak
mereka kepada teori ini adalah mereka percaya terlibat adalah tidak mencukupi.
bahwa kualitas kehidupan personal kita dan
kualitas dunia sosial kita terhubung secara 2. Tahapan Proses Penelitian Tindakan
langsung dengan kualitas komunikasi dimana kita Partisipatoris
terlibat. Model penelitian yang mengarah pada tindak
Mengaplikasikan model CMM juga dilakukan partisipatoris dirancang oleh Stringer (1996) dalam
oleh Narula dan Pearce (1986) di India yang penelitian yang berbasis komunitas. Model
membahas tentang perbedaan pandangan dan Stringer ini memperlihatkan model spiral interaktif
komunikasi yang belum berjalan dengan baik yang merupakan kombinasi dari proses look, think,
antara pemerintah melalui kebijakan- dan act. Proses ini merupakan proses yang
kebijakannya dengan kelompok-kelompok berlangsung secara terus menerus sampai
masyarakat yang ada di India. Melalui pendekatan ditemukan pencapaian hasil yang diinginkan
CMM, Narula dan Pearce mencoba untuk (Yaumi & Damopolii, 2014) Langkah pertama look
menganalisis timbulnya aspek divergen pada (melihat) dijelaskan bahwa hal ini mencangkup
pemerintah dengan masyarakat agar mereka saling kegiatan pengumpulan informasi secara relevan
berkoordinasi satu sama lain. serta pendeskripsian keadaan. Langkah kedua,
Selain penelitian yang dilakukan oleh Narula Think (berpikir) yang merupakan kegiatan dalam
dan Pearce di India, penelitian yang dilakukan meneliti dan menganalisis sesuatu yang terjadi,
Adams, dkk (2004) juga berdekatan dengan untuk diinterpretasikan dan dijelaskan. Terakhir
penelitian ini. Adams, dkk (2004) dalam yaitu Act (bertindak) merupakan kegiatan dalam
penelitiannya membahas pendekatan CMM yang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
digunakan oleh lembaga Non-Government untuk
membangun koalisi dengan pemerintah dan 3. Penentuan Partisipan Penelitian
masyarakat dalam membuat kebijakan-kebijakan Peneliti memiliki beberapa kriteria terkait
pembangunan. Lembaga N-GO ini membuat penentuan patisipan, antara lain:
dialog publik untuk mengadvokasi pemerintah dan 1. Warga yang pernah menjalani program
masyarakat agar saling mengutarakan pengelolaan sampah terpadu
pendapatnya masing-masing. 2. Warga yang sadar dengan
Kedua penelitian tersebut membuktikan permasalahan sampah dan
bahwa pendekatan CMM dapat digunakan dalam menginginkan adanya perubahan ke
kajian pemberdayaan masyarakat dan kajian yang arah lebih baik
berbasis gerakan sosial. Pearce (1988) dalam 3. Warga yang memiliki pengaruh yang
bukunya menjelaskan bahwa mendesain dialog cukup besar di dalam wilayah tersebut
publik dan menggunakan kepraktisan teori seperti
CMM merupakan hal yang sangat penting. 4. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat dua jenis data yang digunakan
C. METODE PENELITIAN dalam penelitian ini, yaitu data primer yang
1. Jenis Penelitian diperoleh langsung dari lapangan, dan data
Peneliti menggunakan jenis penelitian sekunder yang berasal dari bahan bacaan
kualitatif dengan grounded research, dikarenakan (Nasution, 2006). Tentunya data sekunder Peneliti
penelitian ini tidak bergantung pada asumsi adalah segala hal yang berhubungan dengan
apapun. Sedangkan jenis penelitian berdasarkan permasalahan sampah yang ada di Sunter Agung,
manfaat penelitian, penelitian ini termasuk ke termasuk di dalamnya berita-berita yang berisikan
dalam kelompok penelitian yang bersifat lebih situasi dan kondisi lapangan yang ada disana.
pragmatis serta berorientasi pada perubahan, atau Selain itu, data-data sekunder yang lain ada data
disebut sebagai penelitian terapan. Penelitian profil wilayah Sunter Agung yang peneliti
terapan mencoba untuk menyelesaikan masalah dapatkan dari Kelurahan Sunter Agung. Data
tertentu secara spesifik. Menurut macamnya, Primer Peneliti adalah observasi, wawancara
Stringer (2007, h. 7) mengemukakan bahwa mendalam, dan diskusi kelompok
penelitian terapan ini merupakan action research
atau penelitian tindakan, yang pada dasarnya 5. Teknik Analisis Data
penelitian tindakan berasal dari asumsi bahwa Pada penelitian ini untuk menganalisis data
mencatat suatu kejadian dengan biasa dan menggunakan model analisis data Miles dan
Huberman, dikarenakan model ini sudah cukup
mendukung dalam menggali data yang didapatkan
oleh peneliti. Data yang nantinya diperoleh akan tersebut beragama Islam, maka kelembagaan sosial
dijelaskan dalam bentuk deskriptif. Miles dan paling utama yang terdapat di RW 03 dan RW
Huberman menjelaskan dalam model ini terdapat Sunter Agung adalah pengajian ibu-ibu dan
empat tahapan, yaitu pengumpulan data, reduksi pengajian bapak-bapak. Kelembagaan informal
data, display data, dan penarikan kesimpulan lainnya adalah kegiatan arisan dan pertemuan tidak
diakhir penelitian (dalam Herdiansyah, 2010). resmi yang biasanya diadakan sebulan sekali.

6. Goodness Criteria 2. Potret Sunter Agung dengan Persoalan


Peneliti menggunakan goodness criteria Sampah
dalam meningkatkan kualitas penelitian. Neuman Secara kelembagaan, pengelolaan sampah di
(2017) menyatakan bahwa goodness criteria Sunter Agung khususnya untuk RW 03 dan RW 06
merupakan teknik dari pemeriksaan suatu hanya dilakukan di bawah koordinasi lembaga RT,
keabsahan data yang terdiri dari: Credibility yang dapat disebut sebagai jalur konvensional.
(Kepercayaan), Transferbility (Keteralihan), Pada jalur ini, terdapat petugas kebersihan yang
Dependability (Konsistensi), Confirmability bertugas mengumpulkan sampah rumah tangga di
(Kepastian) tiap RT untuk diangkat ke TPS resmi. Pengelolaan
sampah rumah tangga di RW 03 dan RW 06 Sunter
D. HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI Agung hanya dilakukan oleh petugas kebersihan.
HASIL PENELITIAN Warga membuang begitu saja seluruh sampah yang
Pada bagian ini, Peneliti akan memaparkan hasil dihasilkannya tanpa melakukan pemilahan terlebih
yang sudah Peneliti peroleh di lapangan. Jika dahulu. Sampah organik, non-organik, dan sampah
bertolak pada tahapan participation action spesifik dicampur menjadi satu. Petugas
research yang terdiri dari rangkaian siklus (loop) kebersihan yang mengangkut seluruh sampah
berkesinambungan dan tiga tahap (look, think, warga ke TPS terdekat juga tidak melakukan
act), Peneliti hingga saat ini sudah sampai pada pemilahan secara menyeluruh.
siklus yang ketiga. Selain itu mengacu pada hasil FGD yang
1. Gambaran Umum Sunter Agung Peneliti selenggarakan, warga RW 03 dan RW 06
Berdasarkan profil wilayah Sunter Agung Sunter Agung juga belum terlalu mengetahui
yang Peneliti dapatkan dari pihak Kelurahan, perbedaan dari sampah organik dan non-organik,
Sunter Agung adalah wilayah yang memiliki luas sehingga warga dalam penangannya terkesan
425 Ha. Batas wilayah Sunter Agung bagian Utara hanya terima beres. Hal ini yang membuat sebagian
adalah Jl. Raya RE Martadinata, Timur adalah Jl. warga kurang peduli terhadap sampah. Walaupun
Sunter Permai, Selatan adalah Jl. Danau Sunter sebagian masyarakat peduli tetapi hanya sebatas
Selatan, dan Barat adalah Kali Sentiong. Kondisi mampu menjaga kebersihan dengan membuang
geografi wilayah Sunter Agung di bawah sampah pada tempatnya saja tetapi tidak
permukaan air laut ± 1-2 meter, sehingga dipisahkan antara sampah organik dan non-
menyebabkan kawasan Sunter Agung yang rawan organik. Artinya, masyarakat membutuhkan
dengan banjir. sosialisasi langsung terkait sampah dan
Jumlah penduduk wilayah Sunter Agung penangannya dalam rumah tangga sehingga
sampai bulan Desember 2016 adalah 85.516 jiwa, mereka lebih paham dan berpengaruh terhadap
dengan jumlah Rukun Warga sebanyak 20 RW dan proses implementasinya.
Rukun Tetangga sebanyak 280 RT. Penduduk Pentingnya pengelolaan sampah rumah
wilayah Sunter Agung bersifat heterogen, yang tangga menjadi prioritas kegiatan yang nantinya
meliputi berbagai etnis, yang sebagian besar akan dijalankan oleh komunitas warga yang
berasal dari pendatang dari suku Tionghoa. dibentuk oleh kelompok masyarakat bersama
Di wilayah penelitian (RW 03 dan RW 06 Peneliti. Penanggulangan sampah oleh petugas
Sunter Agung) dapat ditemukan berbagai bentuk kebersihan bukanlah menjadi jaminan lingkungan
organisasi, baik formal maupun informal yang yang bersih. Sebagian besar warga mengusulkan
tumbuh dan terpelihara dengan baik. Dalam bentuk program daur ulang dan pengomposan sebagai
organisasi formal sebagai contoh dapat ditemukan upaya pemecahan masalah sampah di wilayah
adanya lembaga RW, RT, LMK, FKDM, PKK, Sunter Agung. Pengadaan alat seperti gerobak
Jumantik, dan Karang Taruna. Sedangkan di luar pengangkut sampah bukanlah menjadi pemecahan
lembaga formal terdapat beberapa lembaga sosial persoalan secara menyeluruh. Jika sampah
informal yang menjadi sarana komunikasi rakyat. ditangani dengan baik di tingkat hulu (rumah
Mengingat sebagian besar warga kedua RW tangga), persoalan di hilir dapat terkurangi.
Persoalan sampah yang ada di Sunter Agung sampah, pihak pemangku kepentingan
meliputi berbagai aspek. Dari mulai perbedaan berpandangan bahwa mereka sudah bekerja secara
pandangan antara kelompok masyarakat satu optimal dan sudah bekerja sama dengan
dengan yang lainnya dalam melihat permasalahan masyarakat dalam menangani persoalan sampah.
sampah sampai masyarakat yang terkesan belum Dari persoalan ini tampak bahwa level partisipasi
mandiri karena masih bergantung pada masyarakat dalam pembangunan sangat rendah,
infrastruktur dan pemerintah dalam menyelesaikan karena mereka menganggap persoalan sampah ini
persoalan sampah. Hal ini disebabkan karena harus diselesaikan oleh pemerintah.
mayoritas warga RW 03 dan RW 06 Sunter Agung
belum mengetahui bagaimana cara mengelola 4. Inisiasi Pembentukan Komunitas Peduli
sampah rumah tangga dengan baik dan benar, Sampah
sehingga melemparkan tanggung jawabnya kepada Berkaitan dengan penjelasan sebelumnya,
petugas kebersihan dan hanya bergantung pada dalam menggabungkan kelompok masyarakat yang
infrastruktur. Penyelesaian masalah sampah oleh ada, peneliti membentuk komunitas untuk saling
petugas kebersihan tidak menjadi jaminan untuk bekerjasama dalam hal pengelolaan dan
menjadikan lingkungan bebas dari sampah, pengembangan sampah lebih lanjut. Dalam
sehingga kesadaran masyarakat terhadap pembentukkan komunitas, diadakannya dialog
permasalah sampah juga harus lebih ditingkatkan. yang dilaksanakan peneliti untuk merumuskan
Pengadaan alat-alat dan infrastruktur yang datang program. Dialog dilaksanakan pada tanggal 31 Mei
dari Dinas Lingkungan Hidup bukanlah jalan 2018 di Sekretariat RW 06 Sunter Agung yang
keluar yang tepat dalam mengatasi persoalan dihadiri oleh perwakilan dari masing-masing
sampah secara menyeluruh. kelompok masyarakat, antara lain Pak Kasiman
selaku Ketua FKDM, Pak Iwan selaku Ketua LMK
3. Perbedaan Pandangan antara Kelompok RW 06, Pak Adha selaku Ketua LMK RW 03,
Masyarakat dan Pemangku Kepentingan perwakilan ibu-ibu PKK RW 03 yang diwakilkan
Dari kegiatan Focus Group Discussion (FGD) oleh Bu Yayat dan Bu Irma, dan perwakilan ibu-
antar warga RW 03 dan RW 06 Sunter Agung ibu PKK RW 06 yang diwakilkan Bu Daroyah, Bu
dengan Kelurahan dan Dinas Lingkungan Hidup Susi, dan Bu Veronika. Terkait dengan
selaku pemangku kepentingan, Peneliti pembentukan komunitas peduli sampah, Pak
menemukan permasalahan yakni perbedaan Kasiman selaku Ketua FKDM dipilih untuk
pandangan antara kelompok masyarakat dan menjadi koordinator dikarenakan pengalaman
pemangku kepentingan dalam melihat beliau mengenai sampah, khususnya kompos.
permasalahan sampah, sehingga proses Kemudian peneliti mengadakan dialog
komunikasi dialogis antara kelompok masyarakat bersama membahas mengenai perbedaan
dan pemangku kepentingan tidak berjalan dengan pandangan dari pihak pemangku kepentingan dan
baik. masyarakat untuk dapat ditindaklanjuti dengan
Ada kelompok masyarakat yang melihat merencanakan program. Melalui dialog tersebut,
permasalahan sampah akibat minimnya pengadaan peneliti menemukan bahwa keinginan masyarakat
infastruktur, fasilitas, dan petugas kebersihan yang untuk mengolah sampahnya secara mandiri.
kurang optimal. Sementara ada juga kelompok Kemudian, Ketua FKDM menyarankan adanya
masyarakat yang melihat permasalahan sampah pelatihan edukasi terkait sampah dan
bukan sekedar persoalan infrastruktur dan petugas pengomposan, seluruh anggota kelompok setuju
kebersihan yang kurang memadai, tetapi akibat dengan keputusan tersebut karena dapat menambah
budaya (mindset) masyarakat yang belum berubah. ilmu dan juga bermanfaat. Peneliti selaku
Di sisi lain, ada juga kelompok masyarakat yang pendamping menyarankan untuk melibatkan
melihat permasalahan sampah karena kurangnya komunitas luar yang sudah expert dalam bidang
optimalisasi pengelolaan sampah rumah tangga lingkungan, khususnya sampah untuk menjadi
berbentuk pemilahan sampah organik. Pendapat ini pemateri dan memberikan pelatihan pada program
juga dibantah oleh kelompok masyarakat lain yang selanjutnya. Seluruh anggota yang hadir saat itu
melihat pengelolaan sampah organik dan non- sepakat dengan saran peneliti untuk menghadirkan
organik sudah sering dilakukan di masing-masing komunitas luar.
wilayah, tetapi implementasi dari warganya yang
sangat sulit.
Sementara itu dari berbagai pandangan
kelompok masyarakat yang melihat permasalahan
PEMBAHASAN proses penyampaian pesan dan pemaknaan pesan
1. Model CMM dalam Komunikasi Dialogis dalam suatu hubungan antar warga dan pemangku
antara Kelompok Masyarakat dan kepentingan. Model ini menekankan pada suatu
Pemangku Kepentingan untuk koordinasi makna dan hubungan yang dibutuhkan
Pengkoordinasian Makna antar warga dan pemangku kepentingan terkait
Salah satu upaya untuk mengkoordinasikan permasalahan sampah di Sunter Agung.
makna terkait persoalan sampah adalah dengan Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah
membangun hubungan dan komunikasi yang baik Peneliti bahas sebelumnya, menunjukan bahwa
antara kelompok masyarakat dan pemerintah kelompok masyarakat dan pemangku kepentingan
selaku pemangku kepentingan. Membangun melakukan proses koordinasi makna, khususnya
hubungan dan komunikasi yang baik ini dapat pada proses pemaknaan pesan (substansi isi pesan)
melalui pertemuan dan dialog yang melibatkan melalui pertemuan dan dialog yang berkaitan
seluruh pihak. Kegiatan dialog ini sebagai sarana dengan pandangan mengenai persoalan sampah.
kelompok masyarakat untuk membangun koneksi Koordinasi makna masih terjalin ketika
yang lebih baik lagi dengan kelompok masyarakat peserta dialog yang sudah tergabung dalam
lain dan juga dengan pemerintah terkait Komunitas Peduli Sampah Sunter melakukan
permasalahan sampah. proses komunikasi dialogis dalam grup whatsapp.
Pada dasarnya, poros dari model CMM Dalam menjalani aktivitas komunikasinya dalam
dalam penelitian tindakan partisipatori ini adalah grup whatsapp, anggota Komunitas Peduli Sampah
makna dan tindakan, fasilitasi interaksi, dan Sunter masih melakukan interaksi dan masih
menggali cerita (pengkisahan). Peneliti berjanjian untuk melakukan pertemuan, atau hanya
memberikan ruang dan memfasilitasi kelompok berkomunikasi untuk sekedar mengakrabkan diri
masyarakat dan pemangku kepentingan untuk dan sharing informasi.
saling menceritakan pandangan mereka dalam
melihat permasalahan sampah di Sunter Agung 2. Perubahan Level Partisipasi Masyarakat
dengan forum dialog, agar setiap pihak saling Melalui PAR
terkoordinasikan makna dan tindakannya. Hal Berdasarkan hasil penelitian yang telah
tersebut dilakukan agar kelompok masyarakat dan dikemukakan sebelumnya, masyarakat memiliki
pemangku kepentingan saling mengetahui berbagai keterlibatan dalam satu rangkaian program, yakni
sudut pandang terkait permasalahan sampah dan dari mulai tahap FGD sampai tahap pelaksanaan
mencoba untuk saling memahami satu sama lain. dialog. Keterlibatan masyarakat dalam satu
Selain itu, masing-masing kelompok masyarakat rangkaian program ini memungkinkan masyarakat
juga dapat mengetahui pandangan terkait untuk terlibat dalam pengambilan keputusan
permasalahan sampah yang belum pernah mereka terhadap program pembangunan. Dengan
dengar sebelumnya, sehingga dapat muncul diberinya kesempatan masyarakat untuk
konteks yang baru. Pada akhirnya, dialog yang berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, maka
berjalan adalah dialog yang sifatnya untuk saling partisipasi masyarakat akan mengalami
membangun satu sama lain. peningkatan (Yadav dalam Mardikanto, 2015).
Dialog yang dimaksudkan untuk Sebelum dilaksanakanya tahap act dalam
memfasilitasi kelompok masyarakat dan pemangku PAR partisipasi masyarakat di lingkungan RW 03
kepentingan ini Peneliti adaptasi dari model CMM dan RW 06 Sunter Agung berada pada level
(Coordinated Management Of Menaning). Pearce partisipasi rendah. Hal tersebut dibuktikan dari
(dalam Littlejohn & Foss, 2009, h. 262) ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah
mengatakan bahwa karya dari para ahli teori CMM selaku pemangku kepentingan untuk
dalam komunitas dialog dengan isu-isu publik yang menyelesaikan persoalan sampah yang dialami.
runyam adalah sebuah contoh yang bagus pada Aliran komunikasi antara masyarakat dan
perluasan teori ini. Pearce juga menambahkan pemangku kepentingan juga bersifat satu arah,
bahwa CMM telah ditemukan dan berguna untuk karena masyarakat hanya merasa sebagai objek
mediator, manajer, konsultan, terapis, pekerja pembangunan semata, bukan sebagai entitas sosial
sosial, guru, peneliti, fasilitator, dan lainnya yang yang diakui keberadaannya.
menggunakannya untuk mengerti, mengevaluasi, Melalui Participation Action Research
serta memutuskan bagaimana bertindak dengan (PAR) yang Peneliti lakukan, dalam tataran dialog
tujuan menciptakan dunia sosial yang lebih baik. antara kelompok masyarakat dan pemangku
Dalam penelitian ini, model CMM kepentingan, level partisipasi masyarakat
memberikan gagasan yang berkaitan dengan suatu mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dari
serangkaian dialog yang pengambilan F. PENUTUP
keputusannya dilakukan oleh masyarakat melalui 1. Kesimpulan
Komunitas Peduli Sampah Sunter, yang di a. Kelompok masyarakat yang tergabung
dalamnya juga terdapat perwakilan dari pemangku dalam Komunitas Peduli Sampah Sunter
kepentingan (Pak Kasiman). Pengambilan melakukan proses koordinasi, khususnya
keputusan ini dalam bentuk pendampingan, pada proses pemaknaan pesan (substansi isi
konsultasi, mediasi, dan advokasi masyarakat pesan) melalui pertemuan dan dialog yang
sekitar melalui Komunitas Peduli Sampah Sunter. berkaitan dengan pandangan mengenai
Selain itu, aliran komunikasi antara persoalan sampah yang Peneliti adaptasi
kelompok masyarakat dan pemangku kepentingan dari model CMM. Hal ini sengaja
juga bersifat dua arah (horizontal). Kelompok dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
masyarakat melalui PKK dan pemangku yaitu keselarasan pandangan dan saling
kepentingan melalui FKDM duduk bersama menghargai pandangan satu sama lain.
membahas permasalahan yang ada, sehingga Proses koordinasi makna dalam dialog ini
mereka dapat saling memberi dan menerima merupakan tahapan yang dilakukan
pendapat yang diutarakan masing-masing. Jika berulang kali untuk mencapai hasil yang
ditinjau dari komunikasi partisipatoris, tindakan diinginkan.
partisipasi dalam implementasi program telah b. Melalui Participation Action Research
mencangkup pada dua perspektif, yang pertama (PAR) yang Peneliti lakukan, dalam level
yaitu melibatkan masyarakat dari tahap partisipasi masyarakat mengalami
perencanaan hingga keseluruhan, kedua dengan perubahan. Hal ini dibuktikan bahwa
adanya feedback masyarakat secara langsung masyarakat yang pada awalnya tidak peduli
(Mikkelsen, 2011). dan tidak dilibatkan dalam perencanaan
Akan tetapi pasca diadakannya dialog, program, bahkan tidak mengetahui
Peneliti belum dapat mengidentifikasi sejauh mana program-program pembangunan menjadi
level partisipasi masyarakat RW 03 dan RW 06 peduli dan terlibat secara aktif melalui
Sunter Agung. Peneliti belum mengetahui lebih dialog yang difasilitasi oleh Peneliti, serta
lanjut implementasi dari Komunitas yang sudah mencoba untuk mengidentifikasi dan
terbentuk, karena Peneliti belum melakukan menyelesaikan persoalan sampah yang
pengecekan secara langsung terkait aktivitas dialami secara bersama
komunitas dalam pembangunan setelah
dilaksanakannya dialog antara kelompok 2. Saran
masyarakat dan pemangku kepentingan, meskipun a. Untuk penelitian selanjutnya dapat lebih
Peneliti juga sudah masuk pada grup Whatsapp mengembangkan pendekatan CMM yang
Komunitas Peduli Sampah Sunter digunakan dalam tataran dialog program
Sisi perubahan partisipasi masyarakat yang pembangunan, khususnya di Indonesia
terlihat dari PAR yang dilakukan oleh Peneliti b. Untuk penelitian selanjutnya dapat lebih
adalah perubahan perilaku, yang pada awalnya mengembangkan kajian komunikasi
masyarakat tidak peduli dan tidak dilibatkan dalam pembangunan dalam penelitian tindakan
perencanaan program, bahkan tidak mengetahui partisipatori (participation action
program-program pembangunan menjadi peduli research), dari fenomena-fenomena lain
dan terlibat secara aktif melalui dialog lewat yang ada di Indonesia dan pembuatan
Komunitas Peduli Sampah Sunter yang difasilitasi program yang lebih inovatif
oleh Peneliti, serta mencoba untuk c. Mengingat potensi daur ulang sampah pada
mengidentifikasi dan menyelesaikan persoalan masyarakat di lingkungan RW 03 dan RW
sampah yang dialami secara bersama-sama. Dalam Sunter Agung, dapat lebih dikembangkan
dialog yang diinisiasi oleh Peneliti, persoalan lagi sebagai cendera mata yang dapat
perbedaan pandangan dapat teratasi dengan saling diperjualbelikan sehingga dapat
memahami dan menghargai pandangan satu sama meningkatkan taraf hidup masyarakat
lain, sehingga program dapat direncanakan secara disana
bersama. d. Mengingat peran Komunitas Peduli
Sampah Sunter yang sangat penting dalam
memberdayakan kelompok masyarakat
RW 03 dan RW 06 Sunter Agung,
diharapkan dapat menjalankan peran dan
fungsinya dengan maksimal. Oleh karena Cox, R. (2010). Environmental communication and
itu hendaknya masing-masing anggota the public sphere. Thousand Oaks, California:
komunitas tetap menjaga komunikasi dan SAGE Publications Ltd.
kekompakannya Chitnis, K. (2005). Communication for
empowerment and participatory development:
3. Proposisi Penelitian A social media of health in Jamkhed, India.
1. Fasilitasi dialog sangat penting untuk Dissertation. The College of Communication
dilakukan oleh fasilitator kepada of Ohio University, Ohio.
masyarakat, karena dengan dialog Dahlan, M.A. (1986). Environmental
masyarakat dapat saling menghargai Communication: Communicating the
perbedaan pandangan dan dapat timbul Dilemma of Development. Singapore: Asian
pandangan baru yang lebih ideal karena Mass Communication Research & Information
menggabungkan masing-masing Centre.
pandangan Hamijoyo, S.S. (2005). Komunikasi partisipatoris:
2. Konsep komunikasi pembangunan Pemikiran dan implementasi komunikasi
partisipatif yang identik dengan pedesaan dalam pengembangan masyarakat. Bandung:
ternyata juga dapat diadaptasi di Humaniora.
lingkungan perkotaan yang masyarakatnya Harun, R. & Ardianto, E. (2011). Komunikasi
memiliki latar belakang berbeda-beda pembangunan & perubahan sosial: Perspektif
3. Pendekatan CMM juga dapat digunakan dominan, kaji ulang, dan teori kritis. Jakarta:
dalam kajian pemberdayaan masyarakat PT Raja Grafindo Persada.
dan konteks dialog publik Herdiansyah, H. (2010). Metodologi penelitian
kualitatif untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta:
4. Limitasi Penelitian Salemba Humanika.
1. Peneliti hanya dapat melakukan 3 kali Herutomo, Ch. (2013). Komunikasi lingkungan
siklus tahapan Participation Action dalam mengembangkan hutan berkelanjutan.
Research (PAR), sehingga Peneliti tidak Purwokerto: Acta Diurna. FISIP Universitas
dapat mengukur level partisipasi Jendral Soedirman.
masyarakat lebih jauh lagi dan hanyai Littlejohn, S.W. & Foss, K. A. (2009). Teori
sampai pada tataran membangun kesadaran komunikasi (9th ed.). (M. Hamdan,
masyarakat Terjemahan). Jakarta: Salemba Humanika.
2. Peneliti belum dapat mengidentifikasi Lubis, R.F. (2006). Relasi geometri dan
sejauh mana level partisipasi masyarakat hidrodinamika air sungai – air tanah: Studi
RW 03 dan RW 06 Sunter Agung, karena kasus sungai Cikapundung Bandung. Thesis
Peneliti belum mengetahui lebih lanjut Magister Program Studi Teknik Geologi.
implementasi dari Komunitas yang sudah Bandung: Institut Teknologi Bandung.
terbentuk Mardikanto, T. (2015). Pemberdayaan
3. Keterbatasan waktu yang dimiliki Peneliti masyarakat. Bandung: ALFABETA.
sehingga Peneliti tidak dapat meng-explore McQuail, D. (1996). Teori komunikasi massa suatu
lebih jauh lagi pengantar. Jakarta: Erlangga.
Mefalopulos, P. (2003). Theory and practice of
participatory communication: The case of the
DAFTAR PUSTAKA FAO Project “Communication for
Adams, C., Berquist, C., Dillon, R., & Galanes, G. Development in Southern Africa”.
(2004). CMM and public dialogue: Practical Dissertation. Texas: Presented to the Faculty
theory in a community-wide communication of the Graduate School, The University of
project. Human Systems: The Journal of Texas at Austin.
Systemic Consultation & Management. Vol. Mikkelsen, B. (2011). Metode penelitian
15, No. 2, pp. 115-126. partisipatoris dan upaya pemberdayaan.
Adhikarya, R. (2004). Participatory rural Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
community appraisal: Starting with the Nair, K.S. & White, S.A. (2004). Participatory
people. A Handbook Second Edition. Rome: communication: Working for change and
FAO. development. New Delhi: Sage Publications.
Narula, U. & Pearce, W.B. (1986). Development as
communication: A perspective on India.
Carbondale: Southern Illinois University
Press.
Nasution, S. (2006). Metodologi research. Jakarta:
Bumi Aksara.
Nasution, Z. (2009). Komunikasi pembangunan
pengenalan teori dan penerapanya (edisi
Revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Neuman, W.L. (2017). Metodologi penelitian
sosial: Pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Jakarta: PT. Indeks.
Okezone, (2017, Desember 27). Jakarta hasilkan
2,2 juta ton sampah sepanjang 2017. Diakses
pada 27 Februari 2018, dari
https://news.okezone.com/read/2017/12/27/33
8/1836525/jakarta-hasilkan-2-2-juta-ton-
sampah-sepanjang-2017
Pearce, W.B. (1988). Coordinated management of
meaning: A critical theory, in theories in
intercultural communication. Newburry Park,
CA: Sage Publications.
Rogers, E.M. (2003). Diffusion of innovation (5th
ed.). New York: Free Press.
Servaes, J. (1996). Participatory communication
research with new social movements: A
realistic utopia. In J. Servaes, T.L. Jacobson,
and S.A. White (eds.), Participatory
communication for social change (pp. 82-
109). New Delhi: Sage Publications.
Stringer, E.T. (1996). Action research: A handbook
for practicioners. London: Sage Publications,
Inc.
Stringer, E.T. (2007). Action research (3rd ed.).
London: Sage Publications Inc.
Thomas, P.N. & Van de Fliert, E. (2015).
Interrogating the theory and practice of
communication for Social Change: The basis
for a renewal. Basingstoke, United Kingdom:
Palgrave Macmillan.
West, R. & Turner, L.H. (2008). Pengantar teori
komunikasi: Analisis dan aplikasi. Jakarta:
Salemba Humanika.
Yaumi, M. & Damopolii, M. (2014). Action
research: Teori, model, dan aplikasi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

You might also like