You are on page 1of 10

Indonesian Journal of Teacher Education, Vol. 1 No.

2, 2020: 61-70
Variations of Models and Learning Platforms for Prospective Teachers During
the COVID-19 Pandemic Period

Gunawan1*, Ni Made Yeni Suranti2, Fathoroni3


1
Physics Education Study Program, Universitas Mataram
2
Master of Science Education, Universitas Mataram
3
Indonesian Publication Center, Indonesia
Email: gunawan@unram.ac.id

Received: 13 April 2020; Accepted: 19 April 2020; Published: 25 April 2020


ABSTRACT
The application of social distancing by the government has a significant impact on learning
activities in tertiary institutions. Colleges divert class meetings with online meetings in
networking and home assignments. This study aims to describe the variation of models and
platforms used in online learning for prospective teachers during the social distancing period.
This research was conducted through a survey and focus group discussion (FGD) conducted
online to obtain information about the implementation of learning, applications used,
constraints during learning, how to deliver material, and the number of meetings held weekly.
Survey data and FGDs obtained were analyzed descriptively. The survey results show that all
lecturers carry out online learning during the COVID-19 prevention period. Most lecturers
organize learning and discussion through social media applications such as WhatsApp.
Submission of material is mostly done by sharing files through WhatsApp messages and other
social media. The most common obstacle that arises during the implementation of online
learning is the limited internet access by lecturers and student teacher candidates. Learning is
carried out in both categories with an average number of online meetings twice a week
according to the credits of each lecture.
Keywords: Learning Models, Learning Platforms, Prospective Teachers, COVID-19
Pandemic
ABSTRAK
Pemberlakuan social distancing oleh pemerintah memberikan dampak yang signifikan
terhadap aktivitas pembelajaran di perguruan tinggi. Perguruan tinggi mengalihkan pertemuan
kelas dengan pertemuan online dalam jaringan dan tugas rumah. Penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan variasi model dan platform yang digunakan dalam pembelajaran online bagi
calon guru selama masa social distancing berlangsung. Penelitian ini dilakukan melalui survei
dan focus group discussion (FGD) yang dilakukan secara online untuk memperoleh informasi
tentang keterlaksanaan pembelajaran, aplikasi yang digunakan, kendala selama pembelajaran,
cara penyampaian materi, dan jumlah pertemuan yang diadakan perminggu. Data hasil survei
dan FGD yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil survei menunjukkan bahwa semua
dosen melaksanakan pembelajaran secara online selama masa pencegahan COVID-19.
Sebagian besar dosen mengadakan pembelajaran dan diskusi melalui aplikasi social media
seperti whatsapp. Penyampaian materi paling banyak dilakukan dengan membagi file melalui
pesan whatsapp dan social media lainnya. Kendala yang paling sering muncul selama
pelaksanaan pembelajaran online yaitu keterbatasan akses internet oleh dosen dan mahasiswa
calon guru. Pembelajaran yang dilaksanakan dalam kategori baik dengan rata-rata jumlah
pertemuan online dua kali perminggu sesuai sks perkuliahan masing-masing.
Kata kunci: Model Pembelajaran, Platform Pembelajaran, Calon Guru, Pandemi COVID-19

61
PENDAHULUAN
Corona Virus Disease atau COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi pada 11 Maret 2020,
suatu penyakit yang mewabah pada hampir seluruh negara di dunia. Penyebaran virus ini
sangat cepat dan tercatat 185 negara di dunia terjangkit COVID-19 (CSSE, 2020). World
Health Organization merekomendasikan salah satu langkah penyebaran COVID-19 adalah
dengan menerapkan pembatasan perjalanan, karantina, pembatasan jam malam, pengendalian
bahaya di tempat kerja, dan penutupan fasilitas umum. Pandemi ini menyebabkan gangguan
yang parah pada berbagai bidang sosial mapun ekonomi. Bidang pendidikan pun mengalami
gangguan yang cukup signifikan. Sekolah dan universitas telah ditutup, baik secara nasional
atau skala lokal di beberapa negara terjangkit COVID-19.
Di Indonesia, kasus COVID-19 berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia tanggal 10 April 2020 melaporkan sudah ada 3512 kasus positif yang tersebar di 34
provinsi di Indonesia. Salah satu di antaranya NTB dengan jumlah kasus saat ini sudah
mencapai 41 jiwa (https://corona.ntbprov.go.id/). Kebijakan pemerintah daerah
memberlakukan pembatasan social, meliburkan sekolah maupun perkuliahan. Hal ini
dilakukan untuk mencegah penularan virus corona yang sangat cepat mewabah.
Social distancing yang dilakukan oleh pemerintah daerah sangat berdampak pada kondisi
pembelajaran di perguruan tinggi. Pembelajaran di perguruan tinggi harus tetap terlaksana guna
memenuhi kebutuhan mahasiswa. Solusi yang ditawarkan saat ini dengan melakukan
pembelajaran dalam jaringan (daring) atau online learning dari rumah masing-masing. Dosen
sebagai salah satu komponen pada pendidikan tinggi harus mampu memfasilitasi mahasiswa
untuk melanjutkan perkuliahan, penyampaian materi bahkan sistem penilaian.
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi, dimana
pelajar mencoba untuk mengatasi beberapa tugas dan pengambilan keputusan pada setiap
waktu. Salah satu tujuan pembelajaran online adalah untuk memaksimalkan keputusan yang
telah dibuat pelajar secara online dengan diberi pengetahuan tentang jawaban yang benar dan
informasi tambahan yang dapat diakses kapan saja (Hoi et al., 2018). Hal menguntungkan dari
peserta didik yang berinteraksi dalam program online, salah satunya dapat meningkatkan
kinerja peserta didik. Siswa dapat dengan mudah melakukan diskusi yang berfokus pada topik
pembelajaran seperti kelas tradisional (Davies & Graff, 2005). Karakteristik yang paling
menonjol dari pembelajaran online adalah memberikan kemudahan dan fleksibilitas bagi dosen
dan mahasiswa terutama untuk menentukan jadwal belajar online dengan tidak mementingkan
lokasi (Bower et al., 2015).
Pada proses pembelajaran online, berbagai platform dapat digunakan secara efektif baik
itu berupa aplikasi, website, jejaring social ataupun learning management system (LMS).
Berbagai platform yang tersedia digunakan untuk membantu memfasilitasi pembelajaran
seperti sebagai media penyampaian materi, asesmen, ataupun untuk sekedar mengumpulkan
tugas. Menurut beberapa ahli, penggunaan LMS efektif untuk mengelola pembelajaran karena
memiliki fitur yang sangat lengkap dan mudah untuk diakses. Gunawan et al (2019)
mengungkapkan bahwa LMS Moodle dapat digunakan untuk membagikan sumber belajar,
memberikan tugas, dan melakukan penilaian. Hal ini tentunya mendukung hasil belajar dan

62
mampu melatih kreativitas calon guru. Menurut Vieira et al. (2014), LMS juga mampu
menyediakan konten online yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja sehingga sangat
mendukung untuk pembelajaran jarak jauh.
Berdasarkan uraian diatas, maka pada penelitian ini telah dilakukan survei untuk evaluasi
pembelajaran online yang dilaksanakan pada salah satu LPTK di Mataram dan variasi platform
yang digunakan. Survei dilakukan untuk memperoleh informasi tentang penggunaan model
dan platform yang efektif digunakan dalam pembelajaran online selama masa social distancing
untuk pencegahan penyebaran COVID-19. Selain itu informasi yang diperoleh dari survei juga
meliputi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran, cara penyampaian materi dan jumlah
pertemuan online yang dilakukan setiap minggu.

METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei. Pengumpulan data dilakukan melalui
survei untuk memperoleh informasi berbentuk opini terkait pembelajaran daring yang
dilaksanakan. Beberapa informasi juga diperoleh melalui focus group discussion (FGD) yang
dilaksanakan dengan beberapa perwakilan dosen. Sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak
212 orang dosen pada LPTK di Mataram. Instrumen yang digunakan berupa angket survei yang
diisi secara online menggunakan aplikasi google form. Pertanyaan yang diajukan dalam survei
yaitu tantang keterlaksanaan pembelajaran online, platform yang digunakan, kendala yang
dihadapi dan jumlah pertemuan online yang dilaksanakan setiap minggu. Data tentang hasil
survei dianalisis dengan teknik analisis deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemberlakuan social distancing untuk pencegahan COVID-19 ini mendorong
penggunaan media informasi dan komunikasi untuk bekerja dan belajar secara online. Bekerja
ataupun belajar harus tetap berlangsung di dalam rumah. Bekerja dan belajar dari rumah dapat
dilaksanakan dengan menggunakan sejumlah variasi platform yang telah ada agar kegiatan
tetap terlaksana dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pembelajaran online
yang terlaksana di LPTK termasuk mengetahui variasi model dan platform yang digunakan.
100% 94%

80%

60% 55%

40% 34%
25%
16%
20% 8%
0%
Google WhatsApp Email Zoom Moodle Lainnya
Classroom

Gambar 1. Platform yang digunakan dalam Pembelajaran Daring


Dari hasil survei diperoleh data bahwa sebanyak semua dosen tetap melaksanakan
pembelajaran selama masa pencegahan COVID-19. Sebanyak 212 dosen LPTK menyatakan
bahwa pembelajaran tetap dilaksanakan secara daring dengan memanfaatkan beberapa aplikasi

63
pembelajaran online. Gambar 1 menunjukkan beberapa program dan aplikasi yang digunakan
untuk memfasilitasi pembelajaran online. Berdasarkan data pada Gambar 1, dapat diketahui
bahwa hampir semua dosen yaitu sekitar 94% aktif menggunakan aplikasi whatsapp untuk
melakukan pembelajaran online. Hal ini dikarenakan baik dosen ataupun mahasiswa calon guru
memiliki aplikasi tersebut dalam smartphone masing-masing. Aplikasi whatsapp dilengkapi
dengan fitur multichat atau whatsapp group (WAG), sehingga dosen dan mahasiswa dapat
tergabung dalam satu grup diskusi untuk membahas perkuliahan. Selain itu aplikasi ini juga
mengijinkan semua anggotanya untuk berbagi file dengan berbagi tipe. Hal ini dimanfaatkan
oleh dosen untuk membagikan materi pembelajaran dan tugas-tugas. Kemudian mahasiswa
mengumpulkan kembali tugas-tugas mereka ke dalam group whatsapp.
Tentunya platform ini menjadi salah satu yang efektif digunakan selama masa
pencegahan COVID-19. Dosen ataupun mahasiswa calon guru sudah terbiasa menggunakan
aplikasi tersebut. Beberapa penelitian tentang penggunaan jejaring social whatsapp
mengungkapkan hal yang positif. Pembelajaran berbasis mobile Jejaring sosial Whatsapp
memiliki dampak positif yang tinggi terhadap pencapaian siswa dalam mengikuti ujian. Siswa
lebih suka pembelajaran berbasis teknologi pendidikan inovatif dengan memanfaatkan
smartphone (Amry, 2014). Pada bidang pendidikan bahasa inggris, mahasiswa yang belajar
dengan memanfaatkan pesan suara pada WhattsApp secara signifikan lebih unggul pada
kemampuan komunikasi verbal daripada yang hanya melalui pesan teks di Whatsapp.
Karenanya, memanfaatkan pesan suara aktif pada Grup obrolan Whatsapp dapat
direkomendasikan sebagai teknik yang efisien dalam meningkatkan pembelajaran English as a
Foreign Language (Minalla, 2018). Beberapa mahasiswa beranggapan bahwa pembelajaran
menggunakan Whatsapp cukup menyenangkan. Mahasiswa suka kapan saja, di mana saja
belajar menggunakan Whatsapp dan hal itu membantu mereka menghilangkan keraguan akan
topik pembelajaran (Maske et al., 2018).
Selain whatsapp, platform yang paling banyak digunakan untuk pembelajaran online
selama masa pencegahan COVID-19 adalah e-mail. Sebanyak 55% pembelajaran online juga
memanfaatkan e-mail. E-mail atau surat elektonik biasanya digunakan mahasiswa calon guru
untuk mengumpulkan tugas-tugas kuliah. E-mail dapat mengirim data-data dalam jumlah
banyak sekaligus berupa program, grafik dan lainnya dengan lebih cepat. Selain itu, kita juga
bisa mengirim pesan ke beberapa orang sekaligus dalam waktu yang bersamaan.
Setiap orang memiliki e-mail sehingga lebih memungkinkan juga untuk bertukar pesan.
Email menawarkan sejumlah kemungkinan untuk studi lebih lanjut untuk meningkatkan
pembelajaran siswa, meningkatkan kemahiran berbahasa, meningkatkan sikap dan minat
positif siswa, dan meningkatkan kinerja siswa terutama dalam penulisan pada pembelajaran
English as a Second Language (Mansor, 2007). Penggunaan email dalam pembelajaran online
memiliki beberapa kelemahan, salah satunya yaitu pesan yang disampaikan melalui email
bersifat tidak real-time dibandingkan dengan social media lainnya. Selain itu e-mail tidak
menghadirkan status pakah pesan sudah terkirim atau belum. Hal ini menyebabkan diskusi
pembelajaran melalui e-mail kurang efektif. Beberapa pesan terkadang juga masuk menjadi
spam, sehingga tidak sampai secara tepat dan cepat ke penerima. Biasanya e-mail digunakan

64
dosen dan mahasiswa calon guru untuk mengirimkan sejumlah file agar dapat tersimpan
dengan rapi dan dapat diakses kapan saja.
Beberapa variasi platform lain yang digunakan dosen untuk melakukan pembelajaran
online yaitu dengan menggunakan LMS (Learning Management system) Moodle. Platform
LMS Moodle ada yang sudah dikembangkan oleh universitas. Beberapa dosen sudah
memanfaatkan fasilitas tersebut untuk melaksanakan pembelajaran. Terdapat 25% dosen
menyampaikan pembelajaran melalui system Moodle dalam daring universitas dan 8% lainnya
menggunakan berbagai platform seperti moodle di luar sistem, youtube, webbex, blog dan
google meeting. Dosen menggunakan LMS untuk mengembangkan catatan berupa materi, kuis
atau latihan soal forum berkomunikasi dengan mahasiswa dan untuk memantau dan menilai
kemajuan mahasiswanya. Mahasiswa menggunakan LMS Moodle untuk pembelajaran,
komunikasi, dan kolaborasi dengan guru ataupun teman sebaya (Despotović-Zrakić et al.,
2012). Pemanfaatan LMS Moodle untuk pembelajaran online sangat efektif diterapkan pada
perguruan tinggi (Herayanti et al., 2017). LMS Moodle biasanya digunakan sebagai media
pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa (Herayanti et al.,
2018a) dan pemahaman konsep (Herayanti et al., 2018b). Aspek LMS ini memungkinkan akses
sepanjang waktu terhadap konten pembelajaran yang disediakan bagi siswa dan memfasilitasi
pembelajaran jarak jauh (Machado & Tao, 2007). LMS Moodle termasuk sistem pembelajaran
yang ramah pengguna, ringkas, dan efisien (Kakasevki et al., 2008). Hal ini tentunya sangat
efektif diterapkan metika masa social distancing.
Selain penggunaan Moodle sebagai learning management system, beberapa dosen juga
memanfaatkan LMS Google Classroom (34%) dalam pembelajaran online di masa social
distancing. Serupa dengan LMS Moodle, Google Classroom juga dapat memudahkan dosen
mengelola pembelajaran online yang kreatif dan inovatif. Dosen dapat dengan mudah
menciptakan kelas kolaboratif untuk membangun interaksi dengan mahasiswanya. Google
Classroom juga dilengkapi dengan fitur single view untuk tugas siswa, penyusunan kelas,
decimal grading untuk penilaian, kuis yang diintegrasi dengan google form bahkan melakukan
video conference melalui aplikasi google meets. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa
penggunaan LMS Google Classroom memiliki dampak positif terhadap pembelajaran online.
Menurut Ventayen et al. (2018) bahwa LMS Google Classroom sangat direkomendasikan
untuk pembelajaran di pendidikan tinggi karena penggunaannya sangat mudah dan memiliki
fitur yang lengkap sesuai kebutuhan dosen dan mahasiswa. Al-Maroof & Al-Emran (2018)
mengungkapkan bahwa Google Classroom dapat bekerja dalam proses searah karena dapat
melayani semua kebutuhan dosen dan mahasiswa seperti pemahaman dan keterampilan di
dalam kelas. Salah satu hasil luar biasa yang dapat menjadi sangat penting bagi setiap
pengambil keputusan di pendidikan tinggi adalah kenyataan bahwa mahasiswa yang
menggunakan teknologi Google Classroom akan dapat menggunakannya sebagai salah satu
platform teknologi baru untuk meningkatkan sistem pendidikan mereka. Shaharanee et al.
(2016) juga mengemukaka bahwa Google Classroom menjadi salah satu rekomendasi
pembelajaran aktif yang dapat mengontrol pembelajaran student centered dengan baik, bahkan

65
cukup terbuka untuk proses penyelidikan, diskusi, dan pemikiran kreatif pada bagian peserta
didik sebagai peserta aktif.
Pembelajaran online juga dapat dilakukan dengan bentuk video conference. Sebesar 16%
dosen menggunakan platform zoom cloud meetings untuk melakukan video conference
bersama mahasiswa. Kelemahannya, penggunaan platform ini hanya efektif sekitar 40 menit
secara gratis, selebihnya pemilik akun harus menginstal aplikasi yang premium atau berbayar.
Zoom Cloud Meeting bukan hanya mampu melakukan panggilan video pada satu pengguna
saja, tetapi beranggotakan sampai 100 orang. Selain panggilan video, pengguna juga dapat
berkirim pesan teks, berbagi file, maupun berbagi layar sehingga dapat melakukan presentasi
secara langsung seperti perkuliahan tatap muka pada umumnya. Namun, Sharma (2020) dalam
artikelnya menyebutkan bahwa aplikasi zoom masih diragukan tingkat keamanannya di
beberapa negeri, bahkan pihak Google melarang pegawainya menggunakan aplikasi zoom
untuk melakukan rapat online.
Teknologi inovatif zoom cloud meetings ini memungkinkan semua peserta untuk melihat
dan mendengar setiap teman sekelas dan berdiskusi menggunakan perangkat apa pun, termasuk
iPhone, tablet, dan computer (T. J. Barbosa & M. J. Barbosa, 2019). Zoom terhubung dengan
mudah di seluruh sistem ruang, desktop, dan perangkat seluler untuk menyatukan berbagai
situs kampus dan peserta jarak jauh (Sutterlin, 2018). Selain itu video conferenece pada Zoom
memudahkan interaksi secara tertulis dan lisan antara dosen dengan mahasiswa ataupun sesame
mahasiswa (Dharma et al., 2017).
Beberapa variasi platform yang digunakan cukup efektif dilakukan selama masa social
distancing saat ini. Beberapa dosen juga melaksanakan pembelajaran dengan berbagai platform
lainnya seperti webbex, blog, discord, dan bahkan youtube. Pembelajaran daring yang telah
dilaksanakan memiliki beberapa kendala. Berikut adalah berbagai jenis kendala yang dihadapi
selama pembelajaran online berlangsung. Namun, tentu saja setiap dosen menggunakan lebih
dari satu media WA menjadi media paling sering digunakan oleh seluruh dosen dalam
pembelajaran daring dan tentu saja dikombinasikan dengan media lain yang terdata di dalam
survei.

Lainnya 4%
Kehadiran Mahasiswa yang Kurang 46%
Paket Internet yang Terbatas dan Mahal 78%
Mahasiswa Belum Terbiasa Pembelajaran Daring 40%
Akses Internet Kurang Memadai 53%
Dosen Kesulitan Mengoreksi Tugas Mahasiswa 24%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

Gambar 2. Beberapa Kendala yang Dihadapi Selama Pembelajaran Daring


Berdasarkan data pada Gambar 2, kendala yang paling banyak terjadi saat pembelajaran
online berlangsung yaitu paket internet yang terbatas pada mahasiswa. Sebagian besar dosen
yaitu 78% mengaku bahwa mahasiswa tidak mengikuti pembelajaran online pada waktu yang
telah dijadwalkan karena kehabisan paket internet. Semua variasi model dan platform yang
digunakan dalam pembelajaran online tentu membutuhkan paket internet yang cukup besar,
apalagi untuk mengikuti video conference. Hal ini mengakibatkan banyak mahasiswa yang

66
tidak bisa mendapat materi dan berinteraksi dengan dosen ataupun mahasiswa lainnya.
Keteribatan mahasiswa dalam pembelajaran online sangat mempengaruhi keterlaksanaan
pembelajaran. Ada sekitar 46% dosen mengeluhkan bahwa dalam kelasnya, ada beberapa
mahasiswa yang tidak megikuti kelas online. Kendala yang sama juga tidak jarang dialami oleh
dosen. Sebanyak 53% dosen mengalami kendala keterbatasan akses internet dalam
melaksanakan pembelajaran online. Masalah yang dihadap setiap dosen tidak hanya satu saja,
bahkan beberapa dosen mengeluhkan beberapa masalah sekaligus, hal ini yang menyebabkan
total presentasi masalah lebih dari 100%. Masa social distancing saat ini menyebabkan
Sebagian besar golongan masyarakat harus menerapkan work from home. Tentunya hal ini akan
sedikit mempengaruhi kecepatan akses internet yang ada.
Penerapan pembelajaran online yang baru-baru ini dilaksanakan menjadikan mahasiswa
belum terbiasa dengan hal tersebut. Sebesar 40% dosen mengemukakan bahwa mahasiswa
belum terbiasa dengan pembelajaran daring terutama menggunakan platform LMS Moodle,
Google Classroom, zoom meetings dan lainnya. Mahasiswa belum mengenal dengan baik fitur-
fitur yang ada pada system tersebut, sehingga hal ini cukup menjadi kendala keterlaksanaan
pembelajaran online. Untuk menyikapi permasalahan tersebut, beberapa dosen pada akhirnya
hanya memanfaatkan jejaring social Whatsapp agar pembelajaran tetap terlaksana. Kendala
lainnya yang dihadapi saat pembelajaran online yaitu kesulitan mengoreksi tugas mahasiswa
yaitu sebesar 24% dan alasan lainnya seperti penyesuaian waktu dengan mahasiswa yang
cukup sulit yaitu sebesar 4%. Hal ini menyebabkan bahwa pertemuan online yang dilaksanakan
dalam sepekan bervariasi pula. Pertemuan online yang dilakukan oleh dosen dalam masa
pencegahan Covid-19 ini cukup beragam. Jumlah pertemuan online yang dilakukan setiap
minggu yaitu paling banyak hanya 1-2 kali pertemuan saja. Berikut adalah jumlah pertemuan
online yang terlaksana setiap minggu.

Gambar 3. Jumlah Pertemuan Online yang Dilaksanakan tiap minggu


Berdasarkan gambar tersebut setidaknya sebesar 40,6% menjawab mengadakan
pertemuan secara online sebanyak 1-2 kali pertemuan yang disesuaikan dengan jumlah sks
setiap matakuliah. Hal ini juga menunjukkan bahwa, meskipun terdapat berbagai kendala
dalam pelaksanaan pembelajaran online tetapi dalam satu minggu pembelajaran tetap
berlangsung dan dilaksanakan untuk mencukupi kebutuhan mahasiswa.
Penyampaian materi selama pembelajaran online juga dilakukan dengan menggunakan
platform yang digunakan oleh masing-masing dosen. Berikut adalah data hasil survei tentang
cara penyampaian materi pada pembelajaran online.

67
Gambar 4. Beberapa Cara Penyampaian Materi oleh Dosen Ke Mahasiswa
Penyampaian materi juga merupakan topik yang penting untuk dibahas. Gambar 4
menunjukkan bahwa sebagian besar pembelajaran online yang terlaksana juga menyampaikan
materi untuk mahasiswa. Sesuai dengan penggunaan platform yang terbanyak yaitu
menggunakan jejaring social media seperti whatsapp (87%), Sebagian besar materi juga
disampaikan melalui WAG, telegram atau jejaring social media lainnya. Dosen yang
menggunakan system daring Moodle ataupun Google Classroom (56%) memberikan materi
langsung pada menu yang tersedia. Adapula yang dikirim melalui e-mail (25%) baik itu
pemberian materi ataupun pengumpulan tugasnya. Selain itu bagi penguna video conference
(13%), materi biasanya langsung diberikan dan ditanyakan langsung secara online sehingga
mahasiswa dapat langsung menyimak bahkan mengunduh materi yang disampaikan. Jumlah
tersebut lebih dari 100% dikarenakan Sebagian besar dosen menggunakan lebih dari satu media
dalam menyampaikan dan memberikan penugasan kepada mahasiswa. Misalnya beberapa
dosen menggunakan sistem yang telah disediakan daring, namun pengumpulan tugas tetap
menggunakan email dan WAG.
Pembelajaran online pada masa social distancing ini harus tetap dilaksanakan demi
memenuhi kebutuhan mahasiswa. Beberapa variasi model dan platform yang digunakan oleh
dosen di FKIP Universitas Mataram sudah cukup baik terlepas dari berbagai kendala yang ada.
Mahasiswa sebagai calon guru juga dituntut agar belajar melek terhadap teknologi dan nantinya
dapat mengembangkan pembelajaran online yang lebih baik. Selain karena pengaruh social
distancing, pada era revolusi indutri 4.0 ini sudah seharusnya mahasiswa mampu menggunakan
dan mengembangkan teknologi digital dalam pembelajaran. Menurut Panigrahi et al. (2018)
penting untuk mengembangkan pembelajaran berbasis teknologi seperti online karena mampu
memfasilitasi pembelajaran dan pelatihan yang lebih baik mendapatkan momentum di seluruh
dunia, mengurangi masalah yang terkait dengan pembelajaran tradisional. Selain itu Mällinen
(2018) juga mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran online guru harus mampu
berkomunikasi dengan baik dengan siswa, tidak hanya dalam memberikan tugas saja.
Pembelajaran online harus menawarkan siswa dan guru forum umum untuk mempresentasikan
materi dan untuk bekerja sama untuk menghasilkan dokumen. Siswa memproses informasi
baru dan membentuk makna dan struktur pengetahuan baru.

68
KESIMPULAN
Pemberlakuan social distancing untuk pencegahan COVID-19 mendorong aktivitas
pembelajaran dilaksanakan secara online. Semua dosen yang mengikuti survei
mengungkapkan bahwa telah melaksanakan pembelajaran secara online melalui beberapa
variasi model dan platform. Sebagian besar dosen mengadakan pembelajaran dan diskusi
melalui aplikasi social media seperti whatsapp. Beberapa ada yang memanfaatkan LMS
Moodle daring yang dikembangkan universitas atau secara mandiri maupun Google
Classroom. Sebagian pembelajaran online juga dilaksanakan melalui video conference dengan
memanfaatkan aplikasi Zoom Cloud meetings. Penyampaian materi paling banyak dilakukan
yaitu dengan membagi file melalui pesan whatsapp dan social media lainnya. Kendala yang
paling sering muncul selama pelaksanaan pembelajaran online yaitu paket internet yang tidak
dimiliki mahaisswa, keterbatasan akses internet oleh dosen dan mahasiswa, dan belum
terbiasanya dengan pembelajaran online. Pembelajaran yang dilaksanakan dalam kategori baik
dengan rata-rata jumlah pertemuan online yaitu 1-2 kali perminggu.

REFERENSI
Al-Maroof, R. A. S., & Al-Emran, M. (2018). Students acceptance of Google Classroom: An
exploratory study using PLS-SEM approach. International Journal of Emerging
Technologies in Learning (iJET), 13(06), 112-123.
Amry, A. B. (2014). The impact of Whatsapp mobile social learning on the achievement and
attitudes of female students compared with face to face learning in the classroom.
Barbosa, T. J., & Barbosa, M. J. (2019). Zoom: An Innovative Solution For The Live-Online
Virtual Classroom. HETS Online Journal, 9(2).
Bower, M., Dalgarno, B., Kennedy, G. E., Lee, M. J., & Kenney, J. (2015). Design and
implementation factors in blended synchronous learning environments: Outcomes from
a cross-case analysis. Computers & Education, 86, 1-17.
Center for Systems Science and Engineering (CSSE). (2020). COVID-19 Dashboard by the
Center for Systems Science and Engineering (CSSE) at Johns Hopkins University (JHU).
Dari https://coronavirus.jhu.edu/map.html diakses tanggal 4 april 2020.
Davies, J., & Graff, M. (2005). Performance in e‐learning: online participation and student
grades. British Journal of Educational Technology, 36(4), 657-663.
Despotović-Zrakić, M., Marković, A., Bogdanović, Z., Barać, D., & Krčo, S. (2012). Providing
adaptivity in Moodle LMS courses. Educational Technology & Society, 15(1), 326-338.
Dharma, H. R. C., Asmarani, D., & Dewi, U. P. (2017). Basic Japanese Grammar and
Conversation e-learning through Skype and Zoom Online Application. Procedia
computer science, 116, 267-273.
Gunawan, G., Sahidu, H., Susilawati, S., Harjono, A., & Herayanti, L. (2019, December).
Learning Management system with Moodle to Enhance Creativity of Candidate Physics
Teacher. In Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1417, No. 1, p. 012078). IOP
Publishing.
Herayanti, L., Fuaddunnazmi, M., & Habibi, H. 2017. Pengembangan Media Pembelajaran
Berbasis Moodle pada Mata Kuliah Fisika Dasar. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Teknologi, 1(3), 205-209.

69
Herayanti, L., Gummah, S., Sukroyanti, B. A., Ahzan, S., & Gunawan, G. 2018. Developing
Moodle in Problem-Based Learning to Improve Student Comprehension on the Concepts
of Wave. Advances in Intelligent Systems Research (AISR), 157(1), 134-137.
Herayanti, L., Gummah, S., Sukroyanti, B. A., Gunawan, G., & Makhrus, M. 2018.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah Meggunakan Media Moodle
Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Pada Materi
Gelombang. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, 4(2), 158-167.
Hoi, S. C., Sahoo, D., Lu, J., & Zhao, P. (2018). Online learning: A comprehensive
survey. arXiv preprint arXiv:1802.02871.
Kakasevski, G., Mihajlov, M., Arsenovski, S., & Chungurski, S. (2008, June). Evaluating
usability in learning management system Moodle. In Information Technology Interfaces,
2008. ITI 2008. 30th International Conference on (pp. 613-618). IEEE.
Machado, M., & Tao, E. (2007, October). Blackboard vs. Moodle: Comparing user experience
of learning management systems. In Frontiers In Education Conference-Global
Engineering: Knowledge Without Borders, Opportunities Without Passports, 2007.
FIE'07. 37th Annual (pp. S4J-7). IEEE.
Mällinen, S. (2018). Teacher effectiveness and online learning. In Teaching & Learning
Online (pp. 139-149). Routledge.
Mansor, N. (2007). Collaborative learning via email discussion: strategies for ESL writing
classroom. The Internet TESL Journal, 13(3).
Maske, S. S., Kamble, P. H., Kataria, S. K., Raichandani, L., & Dhankar, R. (2018). Feasibility,
effectiveness, and students’ attitude toward using Whatsapp in histology teaching and
learning. Journal of Education and Health Promotion, 7.
Minalla, A. A. (2018). The Effect of Whatsapp Chat Group in Enhancing EFL Learners' Verbal
Interaction outside Classroom Contexts. English Language Teaching, 11(3), 1-7.
Panigrahi, R., Srivastava, P. R., & Sharma, D. (2018). Online learning: Adoption, continuance,
and learning outcome—A review of literature. International Journal of Information
Management, 43, 1-14.
Pemerintah Provinsi NTB. (2020). DATA COVID-19 NTB. Dari https://corona.ntbprov.go.id/
diakses tanggal 2 April 2020.
Shaharanee, I. N. M., Jamil, J. M., & Rodzi, S. S. M. (2016, August). Google Classroom as a
tool for active learning. In AIP Conference Proceedings (Vol. 1761, No. 1, p. 020069).
AIP Publishing LLC.
Sharma, Adamnya. (2020). Is Zoom safe? Yet another country doesn’t seem to think so. Dari
https://www.androidauthority.com/zoom-india-unsafe-advisory-1108248/ diakses
tanggal 17 April 2020.
Sutterlin, J. (2018). Learning is Social with Zoom Video Conferencing in your
Classroom. eLearn, 2018(12), 5.
Ventayen, R. J. M., Estira, K. L. A., De Guzman, M. J., Cabaluna, C. M., & Espinosa, N. N.
(2018). Usability evaluation of Google Classroom: Basis for the adaptation of gsuite e-
learning platform. Asia Pacific Journal of Education, Arts and Sciences, 5(1), 47-51.
Vieira, I., Lopes, A. P., & Soares, F. (2014). The potential benefits of using videos in higher
education. In Proceedings of EDULEARN14 conference (pp. 0750-0756). IATED
Publications.

70

You might also like