You are on page 1of 11

Biocelebes, 2020, Vol. 14. No. 2. Doi: 10.22487/bioceb.v14i2.

15272

PENGAMATAN PERTUMBUHAN TANAMAN BAYAM (Amaranthus tricolor


L.) PASCA APLIKASI BIOFERTILIZER (BAHAN AKTIF Aspergillus sp.)
SEDIAAN CAIR

Observation Of Spinach (Amaranthus tricolor L.) Growth After The Addition Of


Liquid Biofertilizer (Active Ingredient Aspergillus sp.)
1 1* 2
Yulia Astutui , Umrah dan Abdul Rahim Thaha
1
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako Tondo Palu,
Sulawesi Tengah 94118
2
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Tondo Palu, Sulawesi Tengah 94118

ABSTRACT
The study about the observation of spinach (Amaranthus tricolor L.) growth after the
Keywords: addition of liquid biofertilizer (active ingredient Aspergillussp.) had been conducted in
Biofertilizer,
Aspergillus sp,
Taman Pangan Gizi Langaleso Village, Dolo Subdistrict, Sigi District, Central Sulawesi,
Fermented and Laboratory of Biotechnology, Biology Department, Faculty of Mathematics and
Soybean Liquid Natural Sciences, Tadulako University, Palu, from March to November 2018. The aim of
Waste, Coconut the study was to observe the growth of spinach after the addition liquid biofertilizer
Water
(active ingredient Aspergillus sp.) along with the fermented soybean liquid waste and
coconut water waste as the main media. This study was designed using the Completely
Randomized Design which consisted of 7 treatments with 5 repetitions. The treatments
were arranged as follows: P0 (without the addition ofbiofertilizer, as the negative
control), P1 (2.5%biofertilizer addition), P2 (5%biofertilizer addition), P3
(7.5%biofertilizer addition), P4 (10%biofertilizer addition), P5 (12.5%biofertilizer
addition), P6 (NPK addition, without the addition of biofertilizer, acting as the positive
control). The results showed that treatment P4 was indicated as the best growth among
any other treatments as well as the control, based on the parameters of the height of
the plants (10 cm), the number of leaves (8.35 leaf blades), the dry weight of biomass
(1.95 g), the fresh weight of canopy (4.94), the fresh weight of leaves (2.07 g), the dry
weight of leaves (0.22 g), the fresh weight of roots (2.11 g), the dry weight of roots (0.24
g) and the length of the roots (12.2 cm).
ABSTRAK
Penelitian tentang pengamatan pertumbuhan tanaman bayam (Amaranthus tricolor L.)
Kata Kunci: pasca aplikasi biofertilizer (bahan Aktif Aspergillus sp.) sediaan cair telah di laksanakan
Biofertilizer,
Aspergillus sp, Di Taman Pangan Gizi Desa Langaleso, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi
Limbah cair Tengah dan Laboratorium Bioteknologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
tempe, Air Pengetahuan Alam Universitas Tadulako Palu, pada bulan Maret sampai November
kelapa 2018. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati pertumbuhan tanaman bayam
pasca aplikasi biofertilizer (bahan Aktif Aspergillus sp.) sediaan cair, dengan medium
pembawa limbah cair tempe dan limbah air kelapa. Penelitian ini didesain dalam
Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari tujuh perlakuan dan lima kali ulangan,
Susunan perlakuan sebagai berikut; P0 (tanpa aplikasi biofertilizer, sebagai kontrol
negatif), P1(aplikasi biofertilzer 2,5%), P2 (aplikasi biofertilzer 5%), P3 (aplikasi
biofertilzer 7,5%), P4 (aplikasi biofertilzer 10%), P5 (aplikasi biofertilzer 12,5%), P6
(aplikasi NPK, tanpa aplikasi biofertilizer sebagai kontrol positif). Hasil pengamatan
menunjukkan perlakuan P4 terlihat pertumbuhan yang terbaik dibandingkan perlakuan
yang lain dan kontrol, berdasarkan parameter rata-rata tinggi tanaman (10 cm), jumlah
daun (8,35 helaian), berat kering biomassa (1,95 g), berat segar tajuk (4,94 g), berat
segar daun (2,07 g), berat kering daun (0,22 g), berat segar akar (2,11 g), berat kering
akar (0,24 g) dan panjang akar (12,2 cm).
*
Corresponding Author : umrah.mangonrang62@gmail.com

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 199


Astuti, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 199–209

PENDAHULUAN pupuk kimiawi sekaligus mengatasi


Tanaman bayam (Amaranthus tricolor L.) masalah ketersediaan nitrogen bagi
merupakan tanaman sayuran yangbanyak tanaman adalah dengan menggunakan
digemari oleh kalangan masyarakat karena bioferlizer. Penggunaan biofertilizer lebih
memiliki gizi yang tinggi meliputi kandungan ramah lingkungan sebab tidak merusak
kalsium dan vitamin A. Bayam termasuk struktur akar maupun tanah (Amir dkk.,
sayuran yang dapat hidup baik pada 2012).
dataran tinggi, maupun di dataran rendah. Biofertilizer mulai banyak digunakan, karena
Di Indonesia dikenal dua jenis bayam yang memiliki berbagai macam kelebihan di
banyak di budidaya, yaitu A. tricolor dan A. banding pupuk organik padat. Biofertilizer
hybridus. Pertumbuhan vegetatif (batang lebih mudah tersedia, tidak merusak tanah
dan daun) tanaman bayam membutuhkan dan tanaman, dan mempunyai larutan
nitrogen lebih tinggi. Nitrogen di dalam pengikat sehingga jika diaplikasikan dapat
tanah tidak selalu dapat mencukupi langsung digunakan oleh tanaman, dapat
kebutuhan bayam, sehingga untuk diberikan melalui akar maupun daun
mengatasi kekurangan tersebut perlu sehingga mudah diserap karena unsur
dibantu dengan penggunaan pupuk (Amir haranya telah terurai (Duaja, 2012). Kualitas
dkk., 2012). hasil biofertilizer pada prinsipnya ditentukan
Tingginya penggunaan pupuk oleh bahan baku, proses pembuatan,
menyebabkan perubahan dalam sistem produk akhir, pengemasan dan
pertanian untuk mendapatkan hasil yang mikroorganisme pengurai.
maksimal bagi tanaman (Kuhn, 2007). Jamur saprofit yang banyak terdapat di
Penerapan system pertanian saat ini, alam salah satunya yaitu Aspergillus sp. Di
cenderung masih menggunakan pupuk daerah tropik, dengan kelembaban yang
anorganik atau pupuk kimiawi untuk tinggi jamur tersebut mampu hidup di
memenuhi kebutuhan nitrogen pada semua bahan yang ditumbuhi oleh jamur
tanaman. Penggunaan pupuk anorganik (Jawetz dkk., 1996). Spesies dari genus
dalam jumlah yang cukup banyak dapat Aspergillus sp. terdistribusi secara luas
menyebabkan pencemaran lingkungan dan diseluruh dunia dan memiliki kapasitas
degrades tanah. Pupuk anorganik jika berkembang diberbagai macam substrat.
digunakan dalam jangka waktu yang lama Aspergillus sp. banyak digunakan dalam
dapat menghasilkan residu (Biswas,1985). industri fermentasi untuk menghasilkan
Alternatif yang dapat ditempuh oleh petani asam organik serta enzim amilase (Silva et
untuk mengatasi dampak dari penggunaan al., 2011).

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 200


Astuti, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 199–209

Ciri khas dari Aspergillus sp. memiliki para petani untuk mengoptimalkan produksi
benang-benang tunggal yang disebut hifa jagung. Hasil analisis menunjukkan limbah
atau berupa kumpulan benang-benang cair tempe mengandung Karbon sebesar
padat menjadi satu dan bersifat aerobik 7,1 % dan kandungan Nitrogen sebesar
(Smith dan Patteman, 1977), namun ada 3,3% yang dapat memenuhi kebutuhan
beberapa spesies Aspergillus sp. yang sulit nutrisi untuk meningkatkan pertumbuhan
untuk diidentifikasi (Varga et al., 2019). mikroba (Hapiza dkk., 2014).
Aspergillus sp. berperan penting dalam Air kelapa adalah salah satu bahan alami, di
dekomposisi, bioremediasi dan sebagai dalamnya terkandung hormon seperti
biokontrol. Spesies Aspergillus sp. sitokinin 5,8 m/l, auksin 0,07ml/l dan
digunakan untuk menghasilkan asam giberelin serta senyawa lain yang dapat
organik, enzim dan metabolit sekunder menstimulasi perkecambahan dan
(Kagot e al., 2019). petumbuhan. Peranan sitokinin dalam
Limbah cair tempe dapat dimanfaatkan pembelahan sel tergantung pada adanya
sebagai biofertilizer. Limbah cair tempe fitohormon lain terutama auksin (Rahayu
memiliki kandungan yang dapat dan Martono, 2015).
dimanfaatkan sebagai pupuk organik oleh
BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan pada penelitian ini
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu limbah cair tempe dan air kelapa,
yaitu alat tulis menulis, pH meter, kamera, plastik tahan panas, alkohol, kultur jamur
wadah, aerator, selang aerator, gelas ukur Aspergillus sp. dalam bentuk granul yang
100 ml, autoclave, mistar, timbangan, diperoleh dari Laboratorium Bioteknologi
neraca analitik, oven, pollybag ukuran Jurusan Biologi FMIPA Universitas
25x30 cm, saringan dan erlenmeyer. Tadulako.

Rancangan Penelitian 10%), P5 (aplikasi biofertilzer 12,5%), P6


Penelitian ini didesain dalam Rancangan (aplikasi NPK, tanpa aplikasi biofertilizer
acak lengkap (RAL), yang terdiri dari tujuh sebagai kontrol positif).
perlakuan dan lima kali ulangan. Susunan Keterangan :
perlakuan sebagai berikut; P0 (tanpa Biofertlizer : berbahan aktif Aspergillus sp.
aplikasi biofertilizer, sebagai kontrol Bentuk sediaan cair, formula media
negatif), P1(aplikasi biofertilzer 2,5%), P2 pembawa terdiri dari limbah cair industri
(aplikasi biofertilzer 5%), P3 (aplikasi tempe dan air kelapa.
biofertilzer 7,5%), P4 (aplikasi biofertilzer Pelaksanaan Penelitian

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 201


Astuti, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 199–209

1. Penyediaan Jamur Aspergillus sp. tanam sebanyak 500 mL dengan cara


Jamur Aspergillus sp. Dalam bentuk menyiramkan langsung ketanaman
sediaan granul sebanyak 50 g yang bayam, sesuai perlakuan dalam
berasal dari koleksi laboratorium Jurusan racangan penelitian.
Biologi Laboratorium Bioteknologi FMIPA 6. Pemeliharaan
UNTAD. Penyiraman dilakukan secara rutin sekali
2. Pembuatan Media Formula dalam sehari yaitu pada sore hari dan
Formula media terdiri dari limbah cair penyiangan gulma dilakukan untuk
tempe 2,5 L dan air kelapa 2,5 L. Kedua mencegah terjadinya kompetisi unsur
bahan tersebut dicampur kemudian hara antara tanaman dengan gulma
disterilkan dengan menggunakan (Sidemen dkk., 2017).
autoclave, suhu 121℃ selama 15 menit. 7. Pemanenan
Aspergillus sp. sediaan granul sebanyak Pemanenan bayam dilakukan saat umur
50 g diinokulasikan ke dalam medium tanaman bayam 20 hari setelah tanam,
formula, selanjutnya ditutup dalam dengan cara menyiram akar tanaman
kondisi terhubung dengan aerator untuk hingga terlepas dari tanah.
mendapatkan eaerasi. 8. Pengamatan Penelitian
3. Tahap Penyiapan Media Tanam a. Tinggi Tanaman (cm)
Media yang akan digunakan untuk Pengukuran dimulai saat tanaman
menanam bayam adalah tanah dengan berumur 5 hari sampai berumur 20
campuran sekam padi dan abu yang hari setelah tanam. Pengukuran
dimasukkan kedalam pollybag berukuran dilakukan dari batas akar sampai
25x30 cm. bagian tanaman tertinggi.
4. Penanaman b. Jumlah Daun (helai)
Benih bayam yang akan ditanam Penghitungan terhadap jumlah daun
direndam terlebih dahulu selama 2 jam dilakukan setiap 5 hari sekali. Daun
guna mempercepat pemecahan yang dihitung adalah daun yang telah
dormansi benih (Sidemen dkk., 2017). terbentuk sempurna.
Benih yang ditanam sebanyak 3 biji
perpot,. c. Biomassa (g)
5. Aplikasi Pupuk Biofertilizer Pengamatan biomassa tanaman
Biofertilizer sediaan cair diaplikasikan dilakukan setelah selesai panen
sebanyak 2 kali yaitu pada minggu dengan cara menimbang seluruh
pertama dan minggu ketiga setelah bagian tanaman.

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 202


Astuti, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 199–209

d. Berat Segar Tajuk (g) akar dilakukan dengan cara terlebih


Pengamatan berat segar tajuk dahulu mengeringkan akar dalam
dilakukan setelah selesai panen oven suhu 80℃ selama 48 jam,
dengan cara menimbang tanaman kemudian ditimbang..
bagian tajuk tanpa akar. g. Panjang Akar (cm)
e. Berat Segar dan Kering Daun (g) Akar diukur dengan cara
Pengamatan berat segar daun membentangkan mulai pangkal
dilakukan dengan cara menimbang sampai ujung, kemudian diukur
daun yang masih segar. Berat kering panjangnya.
daun dilakukan dengan cara terlebih Analisis Data
dahulu mengeringkan daun dalam Data-data yang diperoleh dari hasil
oven suhu 80℃ selama 48 jam, pengamatan dilakukan analisis sidik ragam
kemudian ditimbang. “one way anova”. Bilamana terjadi
f. Berat Segar dan Kering Akar perbedaan terhadap masing-masing
Pengamatan berat segar akar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan pada
dilakukan dengan cara menimbang taraf 5%.
akar yang masih segar. Berat kering
Pengamatan tinggi tanaman bertujuan
untuk melihat adanya pertambahan
HASIL DAN PEMBAHASAN ukuran tinggi pada tanaman. Hasil
1. Tinggi Tanaman (cm) pengamatan yang dilakukan bahwa
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian biofertilizer berbahan dasar
pemberian biofertilizer berpengaruh limbah cair tempe dan air kelapa dengan
nyata terhadap tinggi tanaman bayam pemberian mikroorganisme (Aspergillus
merah (A. tricolor L.). Data rata-rata sp.) sangat berpengaruh terhadap
tinggi tanaman dengan perlakuan yang pertambahan tinggi tanaman. Nilai rata-
berbeda dapat dilihat pada Gambar 1. rata tanaman bayam tertinggi yaitu pada
Nilai rata-rata tinggi tanaman bayam perlakuan P4 (10 cm) dan terendah pada
merah (A. tricolor L.) tertinggi pada perlakuan P6 (5,92 cm). Jamur
perlakuan P4 (10 cm), disusul P1 (9,05 Aspergillus sp. berpotensi sangat baik
cm), P0 (8,82 cm), P2 (7,97 cm), P5 dalam mendukung pertumbuhan tinggi
(7,02 cm), P3 (6,80 cm) dan terendah tanaman. Menurut penelitian Sihite
pada perlakuan P6 (5,92 cm). (2011), jamur Aspergillus sp.
berkemampuan tinggi dalam melarutkan

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 203


Astuti, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 199–209

unsur fosfor, sehingga tanaman dapat Nilai rata-rata jumlah daun tanaman
menyerap ion fosfat dalam bentuk ion bayam merah (A. tricolor L.) tertinggi
H2PO4. Unsur fosfor tersebut dibutuhkan pada perlakuan P4 (8,35 helai) disusul
tanaman sebagai proses metabolisme perlakuan P5 (7,55 helai), P1 (7,30
untuk merangsang pertumbuhan helai), P2 (6,80 helai), P6 (6,70 helai), P3
tanaman, perkembangan akar, (6,55 helai) dan terendah pada
pertumbuhan buah, mendukung perlakuan P0 (5,50 helai).
pembelahan sel dan memperkuat Pengamatan terhadap jumlah daun
batang. menunjukkan bahwa pengaplikasian
biofertilizer dengan bahan dasar limbah
cair tempe dan air kelapa dan tambahan
Tinggi tanaman (cm)

mikroorganisme berupa jamur


Aspergillus sp. dapat meningkatkan
jumlah daun. Jumlah daun tertinggi
berada pada perlakuan P4 (8,35 helai)
dan rata-rata nilai terendah pada
Gambar 1 Rata-rata tinggi tanaman (cm) perlakuan P0 (5,50 helai). Unsur N
sangat penting untuk proses fotosintesis,
2. Jumlah Daun (helai) apabila penyerapan N terhambat, maka
Hasil pengamatan dan analisis ragam akan berpengaruh terhadap kerja
menunjukkan bahwa pemberian fotosintesis sehingga berpengaruh
biofertilizer berpengaruh nyata pada terhadap jumlah daun, tanaman
jumlah daun bayam merah (A. tricolor mempunyai batas zona kecukupan
L.). Data rata-rata jumlah daun dengan penyerapan unsur hara, apabila
perlakuan yang berbeda dapat dilihat berlebihan maka akan menyebabkan
pada Gambar 2. keracunan bagi tanaman (Wakerkwa
dkk, 2017).
3. Biomassa (g)
Jumlah daun (helai)

Hasil pengamatan berat biomassa


tanaman bayam merah (A. tricolor L.)
berbeda nyata pada setiap perlakuan,
nilai rata-rata tertinggi pada perlakuan P4
(1,95 g), disusul perlakuan P1 (0,92 g),
P0 (0,80 g), P5 (0,70 g), P6 (0,50 g), P2
Gambar 2 Rata-rata jumlah daun (helai)

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 204


Astuti, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 199–209

(0,40 g), dan nilai rata-rata terendah kemudian terakumulasi menjadi berat
pada perlakuan P3 (0,30 g). kering tanaman bayam tersebut.
Pertumbuhan daun yang semakin baik
maka semakin besar pula berat kering
tanaman tersebut. Bila tanaman
Biomassa (g)

mendapatkan unsur N yang cukup maka


daun akan tumbuh besar dan
memperluas permukaannya. Permukaan
daun yang luas tersebut dapat
memungkinkan cahaya matahari diserap
Gambar 3 Biomassa (g) lebih banyak sehingga proses
fotosintesis berlangsung lebih cepat
Pengamatan terhadap biomassa sehingga fotosintat yang terbentuk akan
tanaman bayam (A. tricolor L.) terakumulasi pada bobot kering tanaman
menunjukkan bahwa pengaplikasian (Amir dkk., 2012).
biofertilizer memberikan pengaruh nyata 4. Berat Segar Tajuk (g)
terhadap pertumbuhan tanaman bayam. Hasil pengamatan berat segar tajuk
Nilai rata-rata tertinggi pada perlakuan tanaman bayam merah (A. tricolor L.)
P4 (1,95 g). Biofertilizer diaplikasikan berbeda nyata pada setiap perlakuan,
melalui daun yang mengandung unsur nilai rata-rata tertinggi pada perlakuan P4
hara makro dan mikroesensial (N, P, K, (4,94 g) disusul perlakuan P5 (2,85 g),
S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan P1 (2,83 g), P0 (2,70 g), P3 (2,67 g), P2
bahan organik). Manfaat biofertilizer (2,42 g) dan nilai rata-rata terendah pada
diantaranya dapat mendorong dan perlakuan P6 (2,37 g).
meningkatkan pembentukan klorofil daun
dan pembentukan bintil akar pada
Berat tajuk segar (g)

tanaman sehingga meningkatkan


kemampuan fotosintesis tanaman dan
penyerapan nitrogen dari udara (Rizqiani
dkk., 2007).
Biomassa tanaman sangat erat
kaitannya dengan organ yang ada pada
Gambar 4 Berat Segar Tajuk (g)
tanaman yaitu daun, pada daun terjadi
proses fotosintesis, hasil fotosintesis

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 205


Astuti, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 199–209

Pengamatan terhadap berat segar tajuk


tanaman bayam (A. tricolor L.) dengan

Berat daun (g)


pengaplikasian biofertilizer memberikan
pengaruh nyata bagi tanaman. Semakin
tinggi konsentrasi biofertilizer yang
diberikan maka semakin banyak unsur N
yang diserap oleh tanaman bayam untuk
pertumbuhan. Nilai rata-rata tertinggi Gambar 5 Berat segar dan kering daun
pada perlakuan P4 (4,94 g). (g)
Bobot segar tanaman sangat
dipengaruhi oleh tersedianya unsur hara Hasil pengamatan berat kering daun
dalam tanah dan keseimbangan hara bayam (A. tricolor L.) berbeda nyata
tanah dapat mempengaruhi hasil. pada setiap perlakuan, nilai rata-rata
Pemberian bahan organik yang tertinggi pada perlakuan P4 (0,22 g)
mengandung nitrogen akan disusul perlakuan P5 (0,19 g), P1 (0,09
meningkatkan bobot segar tanaman g), P0 (0,08 g), P3 (0,05 g) rata-rata nilai
sayuran. Hubungan yang sangat nyata terendah pada perlakuan P2 (0,04 g) dan
antara tinggi tanaman, jumlah daun dan P6 (0,04 g) dapat dilihat pada Gambar 5.
luas daun, dengan demikian maka Pengamatan terhadap berat segar dan
peningkatan komponen-komponen kering daun tanaman bayam (A. tricolor
tersebut akan meningkatkan berat segar L.) dengan pengaplikasian biofertilizer
tajuk tanaman (Lehar, 2010). memberikan pengaruh nyata bagi
tanaman, nilai rata-rata tertinggi berat
5. Berat Segar dan Kering Daun (g) segar daun pada perlakuan P4 (2,07 g)
Hasil pengamatan berat segar daun dan berat kering daun pada perlakuan
bayam merah (A. tricolor L.) berbeda P4 (0,22 g). Besarnya berat basah dan
nyata pada setiap perlakuan, nilai rata- berat kering daun tanaman bayam pada
rata tertinggi pada perlakuan P4 (2,07 g) perlakuan P4 berhubungan dengan
disusul perlakuan P5 (1,08 g), P2 (1,06 penyerapan unsur hara makro N, P dan
g), P6 (1,06 g), P3 (1,04 g), P1 (1,03 g) K seperti yang diketahui bahwa unsur N
dan rata-rata nilai terendah pada berperan penting dalam pembentukan
perlakuan P0 (1,02 g) dapat dilihat pada klorofil sehingga proses fotosintesis
Gambar 5. tanaman semakin baik.
Semakin baiknya proses fotosintesis

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 206


Astuti, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 199–209

maka akan mendukung pertumbuhan perlakuan P2 (0,01 g) dapat dilihat pada


vegetatif tanaman semakin baik pula. Gambar 6.
Semakin meningkatnya laju fotosintesis Pengamatan terhadap berat segar dan
dan penumpukan asimilat akan semakin kering akar tanaman bayam (A. tricolor
meningkatnya berat kering tanaman L.) dengan pengaplikasian biofertilizer
yang hampir 90% berat kering berbahan dasar limbah cair tempe dan
merupakan hasil fotosintesis air kelapa dengan tambahan
(Nirmalayanti dkk., 2017). mikroorganisme (Aspergillus sp.)
6. Berat Segar dan Kering Akar (g) memberikan pengaruh nyata bagi
Hasil pengamatan berat segar akar tanaman, nilai rata-rata tertinggi berat
bayam (A. tricolor L.) berbeda nyata segar akar pada perlakuan P4 (2,11 g)
pada setiap perlakuan, nilai rata-rata dan berat kering akar pada perlakuan P4
tertinggi pada perlakuan P4 (2,11 g) (0,24 g). Hal ini menunjukkan peran
disusul perlakuan P0 (1,09 g), P6 (1,09 limbah cair industri tempe memiliki
g), P5 (1,08 g), P2 (1,08 g), P1 (1,06 g) pengaruh yang sangat besar terhadap
dan nilai rata-rata terendah pada berat kering akar. Pada limbah cair
perlakuan P3 (1,04 g) dapat dilihat pada industri tempe, unsur hara N cukup untuk
Gambar 6. proses pembelahan dan pemanjangan
akar. Nitrogen yang cukup pada tanaman
akan mempercepat laju pembelahan dan
pemanjangan akar, batang dan daun.
Berat akar (g)

Unsur hara yang telah diserap akar


memberi kontribusi terhadap
penambahan berat kering tanaman
(Hapiza dkk., 2014).
Gambar 6 Berat segar dan kering akar Proses pembuatan tempe termasuk
(g)
dalam limbah bahan buangan yang
dapat dihancurkan oleh mikroorganisme.
Hasil pengamatan berat kering akar
Dari senyawa amonium dan nitrat yang
bayam (A. tricolor L.) berbeda nyata
dihasilkan dari limbah cair industri tempe,
pada setiap perlakuan, nilai rata-rata
dapat dimanfaatkan akar tanaman
tertinggi pada perlakuan P4 (0,24 g)
sebagai nutrisi untuk pertumbuhan
disusul perlakuan P1 (0,18 g), P6 (0,13
tanaman (Hapiza dkk., 2014).
g) P5 (0,07 g) P3 (0,03 g), P0 (0,02 g)
dan rata-rata nilai terendah pada

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 207


Astuti, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 199–209

7. Panjang Akar (cm) tanaman (Wakerkwa dkk., 2017).


Hasil pengamatan panjang akar bayam
(A. tricolor L.) berbeda nyata pada setiap SIMPULAN
perlakuan, nilai rata-rata tertinggi pada Biofertilizer (Bahan aktif Aspergillus sp.)
perlakuan P4 (12,2 cm) disusul berbahan dasar limbah cair tempe dan air
perlakuan P5 (10,9 cm), P1 (10,6 cm), kelapa dapat diterapkan pada pertumbuhan
P3 (9,1 cm), P2 (9 cm), P6 (8,9 cm) dan tanaman bayam (A. tricolor L.). Pada
rata-rata nilai terendah pada perlakuan perlakuan P4 (aplikasi biofertilizer 10%)
P0 (6,8 cm). menunjukkan pertumbuhan yang baik bagi
tanaman bayam (A. tricolor L.) untuk tinggi
tanaman (10 cm), jumlah daun (8,35
Panjang akar (cm)

helaian), berat biomassa (1,95 g), berat


tajuk segar (4,94 g), berat segar daun (2,07
g), berat kering daun (0,22 g), berat segar
akar (2,11 g), berat kering akar (0,24 g) dan
Gambar 7 Panjang akar (cm) panjang akar (12,2 cm).

Pengamatan terhadap panjang akar DAFTAR PUSTAKA


tanaman bayam (A. tricolor L.) dengan
pengaplikasian biofertilizer memberikan Amir, L., Sari, A. P., Hiola, S. F., dan
Jumadi, O. 2012. Ketersediaan
pengaruh nyata bagi tanaman, unsur N
nitrogen tanah dan pertumbuhan
berfungsi dalam membantu pertumbuhan tanaman bayam (Amaranthus tricolor
L.) yang diperlakukan dengan
akar (Wakerkwa dkk., 2017). Nilai rata-
pemberian pupuk kompos azolla.
rata tertinggi pada perlakuan P4 (12,2 Sainsmart, I(2), 167–180.
cm). Nilai rata-rata terendah pada
Biswas B.C. Yadav D.S. and Satish
perlakuan P0 (6,8 cm). Kekurangan N Maheshwari. 1985. Biofertilizers in
dapat mempengaruhi pertumbuhan akar. Indian Agriculture. Ferttilizer News 30
(10); 20-28.
Tingkat konsentrasi hara yang rendah,
perakaran mengalami defisiensi unsur Duaja, W. 2012. Pengaruh Pupuk Urea,
Pupuk Organik Padat dan Cair Kotoran
hara tertentu dan penghambatan Ayam Terhadap Sifat Tanah,
distribusi hara. Hal inilah yang Pertumbuhan dan Hasil Selada
Keriting di Tanah Inceptisol, 1(4), 236–
mengakibatkan kurangnya pertumbuhan 246.
akar. Jumlah oksigen terlarut dalam air
Hapiza, M. R., Sabrina, T., dan Marbun, P.
juga mempengaruhi pertumbuhan 2014. PengaruhPemberian Limbah

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 208


Astuti, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 199–209

Cair Industri Tempe dan Mikoriza Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)


Terhadap Ketersediaan Hara N dan P Dengan Substrat Campuran Air Kelapa
Serta Produksi Jagung (Zea mays L.) Dan Air Leri. Jurnal Agritek, 16(2), 47–
Pada Tanah Inceptisol. Online 60.
Agroekologi, 2(2337), 1098–1106.

Jawetz, E., Melnick and Adelberg, 1996, Rizqiani, N. F., Ambarwati, E., dan Yuwono,
Mikrobiologi kedokteran, edisi 20, N. W. 2007. The Effect of Dosage and
Halaman 631-632, EGC, Jakarta Frequence of Liquid Organic Fertilizer
on Growth and Yield of Lowland Beans
Kagot, V., Okoth, S., Boevre, M. De, and (Phaseolus Vulgaris L.). Jurnal Ilmu
Saeger, S. De. (2019). Biocontrol of Tanah Dan Lingkungan, 7(1), 43–53.
Aspergillus and Fusarium mycotoxins
in Africa : benefits and limitations. Sidemen, I. N., Raka, I. D. N., dan Udiyana,
Journal Of Toxins, 109(11), 1–9. P. B. 2017. Pengaruh Jenis Pupuk
Organik Terhadap Pertumbuhan
Kuhn, O.J. 2007. Induction of resistance in Tanaman Bayam (Amaranthus sp.)
common bean (Phaseolus vulgaris) by Pada Tanah Tegalan Daerah Kubu,
Acbenzolars-methyl and Bacillus Karangasem. Jurnal Agrimeta, 7(13),
cereus: physiological and biochemical 31–40.
aspects and parameters of growth and
production. PhD. Thesis, Higher Silva, D. M., Batista, L. R., Rezende, E. F.,
School of Agriculture Luiz de Queiroz. Fungaro, M. H. P., Sartori, D., and
Universidade de Sao Paulo, Brazil. Alves, E. 2011. Identification of fungi of
the genus Aspergillus section Nigri
Lehar, L. 2010. Pertumbuhan dan hasil using polyphasic taxonomy. Brazilian
bayam (Amaranthus cruentus L.) Journal Of Microbiology, 42, 761–773.
akibat pemanfaatan bahan organik cair
hasil fermentasi isi rumen. Penelitian Varga, J., Kocsube, S., Toth, B., Frisvad, J.
Pertanian Terapan, 10(3), 164–170. C., Perrone, G., Susca, A., Samson, R.
A. 2019. Aspergillus brasiliensis sp.
Nirmalayanti, K. A., Subadiyasa, I. N. N., nov., a biseriate black Aspergillus
dan Arthagama, I. D. M. 2017. species with world-wide distribution.
Peningkatan produksi dan mutu International Journal Of Systematic
tanaman bayam merah (Amaranthus and Evolutionary Microbiology, (2007),
amoena Voss.) melalui beberapa jenis
pupuk pada tanah inceptisols, Desa Wakerkwa, R., Tilaar, W., dan Polii-
Pegok, Denpasar. E-Jurnal Mandang, J. S. 2017. Aplikasi Pupuk
Agroteknologi Tropika, 6(1), 1–10. Cair Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Bayam Merah
Rahayu, S., dan Martono, D. S. 2015. Uji (Amaranthus sp). Agri-SosioEkonomi
Perkembangbiakan Miselia Bibit Jamur Unsrat, 13(November), 283–294.

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 209

You might also like