You are on page 1of 15

Jurnal Pendidikan Vokasi – 117

PENGARUH COOPERATIVE PROJECT-BASED LEARNING


TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PRAKTIK
“PERBAIKAN MOTOR OTOMOTIF” DI SMKN 1 SEYEGAN
Tafakur
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
tafakur_oto@yahoo.com
Wardan Suyanto
Universitas Negeri Yogyakarta
wardansuyanto@uny.ac.id.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan cooperative project-based learning
terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada praktik”Menentukan dan memperbaiki gangguan
pada sistem kerja mesin”. Penelitian ini menggunakan pendekatan quasi-experiment dengan
desain non equivalent control group. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII Teknik
Kendaraan Ringan SMKN 1 Seyegan Tahun 2013/2014. Sampel penelitian dipilih melalui intact
group, terdiri atas kelas XII TKR3 yang diberi perlakuan cooperative project-based learning sebagai
kelas eksperimen dan kelas XII TKR2 yang diterapkan pembelajaran langsung sebagai kelas
kontrol. Data dikumpulkan menggunakan angket, observasi, tes praktik, dan dokumentasi, kemudian
dianalisis menggunakan uji t sampel bebas dan analisis kovarian (ANAKOVA). Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa motivasi maupun hasil belajar siswa yang mengikuti cooperative project-
based learning lebih baik dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran langsung seperti yang
dilaksanakan selama ini.
Kata kunci: cooperative project-based learning, motivasi belajar, hasil belajar

THE EFFECTS OF COOPERATIVE PROJECT-BASED LEARNING


ON LEARNING MOTIVATION AND ACHIEVEMENT IN PRACTICE
”AUTOMOTIVE MOTOR ” IN SMKN 1 SEYEGAN
Abstract
This study aims to investigate the effect of cooperative project-based learning implementation on
student`s learning motivation and achievement in practice ”Determining and solving problems of
engine working systems”. This research using a quasi-experiment method with equivalent control
group design. The population of this research consists of year XII students of TKR major in SMK N 1
Seyegan in the 2013/2014 academic year. A sample was established using intact group which consists
of XII TKR 2 class were taught using cooperative project-based learning strategy as experimental
group and XII TKR 3 class were taught using direct instruction strategy as control group. The data
were collected through questionnaire, observation, performance test and documentation then were
analyzed using the independent sample t test and analysis of covariance (ANCOVA). This study
concluded that students who follow the cooperative project-based learning are more motivated and
achieve better learning outcomes than the other class who follow the direct instruction strategy.
Keywords: cooperative project-based learning, student`s learning motivation, student`s achievement.

Pengaruh Cooperative Project-Based Learning


118 – Jurnal Pendidikan Vokasi

PENDAHULUAN dan memperbaiki gangguan pada sistem kerja


Persaingan kerja di dunia global bukan mesin” menuntut kemampuan mengidentifikasi,
merupakan bahan pembicaraan yang jarang pengukuran dan pemeriksaan, menyimpulkan
didengar di dunia kejuruan. Tuntutan persaingan kerusakan, serta memperbaiki mesin. Siswa
merupakan konsekuensi bagi setiap angkatan dituntut mengkonstruksikan skill dasar dan
kerja khususnya lulusan Sekolah Menengah pengetahuannya pada praktik.
Kejuruan (SMK). Fakta ini menunjuk pada Kondisi yang berlangsung selama ini,
kebutuhan perkembangan dunia kerja di pencapaian kompetensi siswa belum sesuai
abad 21 yang menuntut keterampilan dalam yang diharapkan. Hasil tes praktik tahun 2012
belajar dan berinovasi, keterampilan dalam menunjukkan bahwa siswa belum memiliki
mengakses informasi, media, dan teknologi, kemampuan menyimpulkan kerusakan dan
serta keterampilan hidup dan karier bagi siapa perbaikan mesin secara tuntas. Lebih dari
saja yang ingin menjaga eksistensinya di 40% siswa belum mampu mencapai Kriteria
dunia kerja (The Partnership for 21st Century Ketuntasan Mimimm (KKM) yang ditetapkan.
Skills, 2008, pp.1-9). Oleh karena itu, bukan Secara detail, 31% siswa belum mampu pada
hal yang asing bahwa kemampuan berfikir bagian sistem pendingin, serta 41% siswa
kritis, memecahkan masalah, berkolaborasi, belum berhasil pada sistem pengapian. Tentu
kepemimpinan, ketangkasan, beradaptasi, saja, kondisi ini mengindikasikan bahwa
inisiatif, berkomunikasi lisan dan tulisan, terdapat masalah pada pembelajarannya.
mengakses informasi, keingintahuan maupun Proses pembelajaran jelas berpengaruh
berimajinasi merupakan kebutuhan utama. langsung pada hasil belajar di atas. Faktanya,
Sebagai jalur pendidikan pencetak tenaga siswa cenderung tergantung pada guru, serta
kerja, SMK memiliki tujuan khusus. Sesuai kerusakan dapat diidentifikasi namun tidak
dengan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan berdasarkan data. Hasilnya, perbaikan yang
Nasional Nomor 23 Tahun 2006, “Pendidikan dilakukan tidak tuntas. Kondisi lainnya ketika
menengah kejuruan terdiri atas SMK (Sekolah pembelajaran berlangsung, siswa banyak
Menengah Kejuruan) dan MAK (Madrasah melakukan kegiatan di luar pembelajaran,
Aliyah Kejuruan) yang bertujuan meningkatkan seperti bermain dongkrak, HP, bermalas-
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak malasan, serta bersenda gurau di ruang kerja.
Tentu saja hal ini sangat menghambat proses
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
pembelajaran. Oleh karena itu, perlu perbaikan
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai
agar pembelajaran mampu membangkitkan
dengan kejuruannya”. Dengan demikian, SMK
motivasi belajar, serta mendukung tercapainya
diharapkan menghasilkan lulusan kompetitif
pembelajaran sesuai karakteristik materi di
untuk bekerja maupun melanjutkan pendidikan.
atas.
Salah satu bidang yang berkembang pesat
Selama ini, guru mengelola pembelajaran
sebagai lahan kerja di Indonesia adalah bidang
dengan tahap persiapan, memperagakan atau
otomotif. Tercermin dari hasil penjualan mobil
demonstrasi, kemudian siswa menirukan saat
di Indonesia tahun 2012 telah meningkat
praktik, serta siswa melakukan praktik mandiri.
menjadi 816.322 unit atau meningkat 23,7
Guru menerapkan pembelajaran langsung
% dibanding tahun 2011 dan diprediksi akan
seperti mengajar siswa kelas XI. Namun,
terus meningkat (http://otomotif.kompas. menurut Muijs & Reynolds (2011, p.50) strategi
com). Tantangan ini harus segera diantisipasi tersebut cenderung: (1) kurang efektif untuk
dalam pembelajaran di SMK, sehingga target pembelajaran yang komplek,(2) hanya
mampu mencetak lulusan yang tidak hanya cocok untuk siswa berlatar belakang rendah,
ikut bersaing, namun mampu memenangkan (3) membuat siswa tergantung pada guru dan
persaingan tenaga kerja. pasif, (4) cenderung sesuai untuk kelas awal,
Tuntutan kompetensi harus selalu menjadi (5) interaksi siswa cenderung rendah, dan (6)
orientasi pembelajaran di SMK. Setiap beberapa tujuan pembelajaran sulit dicapai.
kompetensi terkadang memiliki karakteristik Hasilnya, guru kesulitan pada pembelajaran
berbeda. Standar kompetensi “Menentukan praktik selama ini. Dengan demikian, praktik

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 5, Nomor 1, Februari 2015


Jurnal Pendidikan Vokasi – 119

“Menentukan dan memperbaiki gangguan pada grasikan pembelajaran berbasis proyek yang
sistem kerja mesin” yang menuntut gabungan dilaksanakan dengan strategi pembelajaran
skill dasar, menyimpulkan kerusakan dan kooperatif (Lazinica dan Calafate, 2009,
perbaikan yang dilandasi pemecahan masalah p.395). Pembelajaran ini dilakukan dengan
perlu diterapkan strategi pembelajaran yang fase pembelajaran berbasis proyek dengan
sesuai dengan karakteristik kompetensi dan bentuk kerja sama kelompok melalui
siswa yang diajar. pendekatan kooperatif. Bender (2012, p.148)
Strategi pembelajaran perlu dipilih yang mengatakan bahwa ketika guru menggunakan
paling sesuai dengan tuntutan kompetensi pembelajaran berbasis proyek dengan cara
serta karakteristik siswa yang diajar. Salah yang berdiri sendiri, siswa kurang memiliki
satu pendekatannya adalah konstruktivistik. kemampuan untuk berkooperatif sehingga
Pembelajaran konstruktivistik dimulai dari pembelajaran kooperatif diperlukan pula
adanya kasus, pertanyaan, atau permasalahan dalam melaksanakan tugas pada pembelajaran
(Cooperstein dan Weidinger, 2004, pp.141- berbasis proyek. Dalam pelaksanaannya,
148). Strategi pembelajaran konstruktivistik penugasan pada pembelajaran kooperatif dapat
yang mengkonstruksikan skill dasar serta diimplementasikan sebagai pembelajaran yang
berorientasi pada proses dan hasil adalah kecil dalam proyek di pembelajaran berbasis
pembelajaran berbasis proyek (project- proyek, dengan berdurasi lama maupun
based learning). Borich (2007, p.359) diselesaikan dalam satu waktu pertemuan.
mengatakan bahwa pembelajaran ini memiliki Dengan demikian, pembelajaran kooperatif
karakteristik: (1) Berdurasi yang cukup lama, dapat diintegrasikan dengan pembelajaran
(2) menghubungkan beberapa disiplin ilmu, berbasis proyek.
(3) berfokus pada proses dan hasil, serta (4) Selain itu, Bender (2012, p.147) mengatakan
melibatkan guru sebagai pelatih dan kolaborasi. pula bahwa pembelajaran kooperatif dapat
Di samping itu, pembelajaran ini memiliki menumbuhkan siswa untuk bekerjasama
keuntungan dapat mendorong motivasi membangun setiap pemahamannya dengan
selama memecahkan masalah, merencana, dan siswa lain. Menurutnya, “Teacher moving
mengarahkan proyeknya (Tippelt & Amoros, toward PBL instruction should understand that
2003, p. 19). Pembelajaran berbasis proyek student will need cooperative learning skills
memungkinkan siswa mengkonstruksikan for the PBL instruction to be effective”. Oleh
pengetahuan dan keterampilan sehingga cocok karena itu, integrasi ini memberi keuntungan
untuk praktik “Menentukan dan memperbaiki jika dibanding proyek yang dikerjakan secara
gangguan pada sistem kerja mesin”. Diperlukan individu atau kelompok tanpa strukturisasi
pula kerjasama sehingga pembelajaran dapat yang mendukung.
dilaksanakan dengan kegiatan kerja kelompok Pembelajaran cooperative (cooperative
secara terstruktur. learning) sendiri adalah strategi pembelajaran
Pembelajaran berbasis proyek yang tidak langsung (indirect instruction) yang
dilaksanakan secara kooperatif diharapkan menekankan pada kerja kelompok untuk
sesuai diterapkan pada karakteristik materi mencapai tujuan pembelajaran dengan saling
kompleks dan gabungan dari skill dasar, membantu dan mendukung satu dengan yang
berorientasi pada proses dan hasil serta mampu lain (Rüütmann & Kipper, 2011, p.110).
mengembangkan kerjasama dan kolaborasi. Pembelajaran kooperatif mampu mendukung
Pembelajaran ini diharapkan mendorong keaktifan siswa, kerjasama dan pemberian
motivasi belajar siswa serta membantu siswa umpan baik antar siswa untuk saling mendorong
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dalam pembelajaran. Hal ini didukung oleh
pada standar kompetensi di atas. Wlodkowsky (2008, p.7) bahwa: “motivated
learner care more and concentrate better
Cooperative Project-Based Learning while they expend effort, and they are more
Cooperative project-based learning cooperative”. Dengan demikian, pembelajaran
merupakan pembelajaran yang menginte- kooperatif mendorong motivasi maupun usaha

Pengaruh Cooperative Project-Based Learning


120 – Jurnal Pendidikan Vokasi

siswa untuk belajar, sehingga mencapai hasil sama dan kolaborasi dalam kegiatan kelompok.
belajar seperti yang diharapkan. Pembelajaran kooperatif untuk melaksanakan
Seperti pembelajaran kooperatif, pem- kerja kelompoknya dapat dipilih pendekatan
belajaran berbasis proyek juga merupakan yang sesuai seperti group investigation.
kategori strategi pembelajaran tidak Pendekatan kelompok ini memiliki
langsung (Rüütmann & Kipper, 2011, p.110). langkah-langkah: (1) pengelompokan, (2)
Pembelajaran berbasis proyek memberikan perencanaan tugas belajar, (3) pelaksanaan
tugas yang berasal dari masalah. Siswa dituntut kegiatan penelitian sampai diskusi kelompok
melakukan pemecahan permasalahan autentik dan menyimpulkan hasil investigasi, (4)
serta mengembangkan keterampilan dan mengorganisasi hasil akhir, (5) presentasi
pengetahuan secara mandiri. Pembelajaran ini penelitian, dan (6) evaluasi. (Arends & Kilcher,
berorientasi pada hasil. Borich (2007, p.365) 2010, p.318)
dalam bukunya menyatakan bahwa: ”Project-
Pembelajaran langsung (direct instruction)
based learning is an approach to learning that
promotes intrinsic motivation by organizing Pembelajaran langsung (direct instruction)
instruction around tasks most likely to induce merupakan strategi yang juga diketahui sebagai
and support learner interest, effort, and “active teaching” atau “whole class teaching”
persistence”. Oleh karena itu pembelajaran yang berarti gaya mengajar di mana guru
berbasis proyek dapat mendukung motivasi aktif mengajak dalam membawakan materi
maupun usaha siswa dalam belajar dengan pelajaran kepada siswa dengan mengajar
berorientasi pada proses dan hasil akhir. keseluruhan kelas secara langsung (Mujs &
Reynolds, 2011, p.35). kegiatan pembelajaran
Tippelt & Amoros (2003, p.11),
ini dipusatkan pada aktivitas guru. Hal ini
mengemukakan bahwa fase pembelajaran
juga disampaikan Killen (2009, p.118) bahwa
berbasis proyek, meliputi: menginformasikan
pembelajaran langsung dapat diartikan sebagai
(informing), merencana (planning), memutus-
teknik mengajar secara ekspositori, sehingga
kan (deciding), menerapkan (implementing),
dipandang efektif dalam membelajarkan
mengontrol (controlling), dan mengevaluasi
praktik kejuruan untuk melatih keterampilan
(evaluating). Oleh karena itu, dalam
dasar.
pembelajaran praktik “Menentukan dan
memperbaiki sistem kerja mesin” pada Sebaliknya, pembelajaran langsung
tahap penginformasian siswa diinformasikan memiliki beberapa kelemahan. Muijs &
mengenai masalah pada mesin. Pada tahap Reynolds (2011, p.50) menyebutkannya antara
perencanaan guru merumuskan tujuan, lain: (1) struktur pembelajaran langsung
strategi, lembar kerja (job sheet), merancang kurang efektif ketika target pembelajarannya
kebutuhan sumber belajar, dan merancang lebih komplek atau “open-ended”. (2)
alat evaluasi. Pada tahap menentukan, guru pembelajaran ini lebih cocok hanya untuk
membantu mengidentifikasi masalah mesin siswa yang berlatarbelakang lemah dan prestasi
serta menyusun rencana kerja yang akan rendah, (3) aturannya membuat siswa terlalu
dilakukan siswa. Pada tahap menerapkan, siswa pasif, ketergantungan pada guru, dan tidak
melaksanakan tugas proyek yang telah disusun. berkembangnya kemampuan belajar bebasnya,
Pada tahap pengontrolan, guru dan siswa (4) condong mengarah pada siswa kelas
mengontrol perkembangan proyek. Pada tahap awal, (5) interaksi dengan siswa cenderung
evaluasi, guru melaksanakan evaluasi praktik rendah, dan (6) pembelajaran langsung secara
kompetensi “Menentukan dan memperbaiki tradisional tidak pas untuk beberapa tujuan
gangguan pada sistem kerja mesin”. pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran
langsung masih sulit diterapkan pada praktik
Pembelajaran berbasis proyek meng-
“Menentukan dan memperbaiki gangguan
arahkan pembelajaran sehingga memperoleh
pada sistem kerja mesin”.
hasil yang nyata secara individu atau
kelompok, sedangkan pembelajaran kooperatif Pembelajaran langsung memiliki
memberi kesempatan siswa untuk bekerja beberapa langkah. Arends & Killcher

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 5, Nomor 1, Februari 2015


Jurnal Pendidikan Vokasi – 121

(2010, p.195) mengatakan bahwa langkah Hasil Belajar Praktik


pembelajaran langsung yaitu: (1) menarik Uno (2008, p.16) mengemukakan
perhatian dan menjelaskan tujuan pelajaran, bahwa hasil belajar merupakan bentuk
(2) mendemonstrasikan keterampilan, (3) penguasaan kemampuan atau keterampilan
menyediakan kesempatan kepada siswa untuk sebagai perubahan kapabilitas (kemampuan
mengikuti praktik (praktik terbimbing), (4) tertentu) sebagai akibat setelah siswa
mengecek pemahaman dan memberi umpan mengikuti serangkaian kegiatan belajar. Hasil
balik, (5) siswa melakukan praktik secara belajar merupakan perubahan perilaku yang
bebas, dan (6) menutup pelajaran. diharapkan dalam bentuk kemampuan dan
penguasaan tujuan instruksional oleh siswa
Motivasi Belajar
setelah melakukan aktivitas belajar. Krathwohl,
Sardiman (2011, p.73) menjelaskan Bloom & Masia (1965, p.7) membagi hasil
bahwa “motivasi dapat diartikan sebagai daya belajar menjadi 3 ranah, yaitu ranah kognitif,
penggerak yang telah menjadi aktif”. Motivasi afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif
membawa siswa ke arah tujuan, sehingga berkaitan dengan pengetahuan, afektif
siswa yang memiliki motivasi yang tinggi berkaitan dengan sikap, dan psikomotorik
akan cenderung memiliki keinginan untuk berkaitan dengan keterampilan.
mencapai prestasi. Demikian pula disampaikan
Wlodkowsky (2008, p.2) menyebutkan Hasil belajar merupakan kemampuan
bahwa: “motivation binds emotion to action”, yang diharapkan pada kompetensi tertentu
sehingga motivasi secara emosional akan setelah siswa mengikuti pembelajaran. Standar
membawa siswa untuk melaksanakan kegiatan kompetensi “Menentukan dan memperbaiki
tertentu. Schunk, Pintrich, & Meece (2010, gangguan pada sistem kerja mesin” menuntut
p.11) mengemukakan bahwa motivasi dapat kemampuan mengidentifikasi komponen yang
ditunjukkan oleh 4 indikator, yaitu ketertarikan rusak melalui pemeriksaan dan pengukuran,
terhadap suatu tugas, usaha, ketekunan dan mengakses spesifikasi ukuran, menyimpulkan
pencapaian prestasi. Motivasi merupakan hal kerusakan, serta melakukan perbaikan
yang sangat esensial dalam pembelajaran. secara tuntas pada mesin. Dengan demikian,
Dengan demikian, dalam pembelajaran hasil belajar pada praktik tersebut berupa
praktik, siswa yang memiliki motivasi belajar kemampuan kinerja praktik oleh siswa sesuai
dapat dilihat dari: (1) ketertarikan untuk standar yang ditentukan. Penguasaan skill pada
belajar dan mengikuti pembelajaran praktik pembelajaran praktik tersebut dapat dilihat dari
secara mandiri, (2) ketekunan dan usaha untuk ketercapaian penguasaan siswa terhadap skill-
belajar walau menghadapi kesulitan atau skill sesuai indikator ketercapaian kompetensi,
kebosanan, dan (3) keinginan untuk mencapai meliputi penguasaan dan kesesuaian prosedur
dan mempertahankan prestasi. menentukan kerusakan, pencapaian langkah
Motivasi belajar siswa tidak semata- kerja pemeriksaan dan perbaikan, penguasaan
mata dimiliki dari tubuhnya sendiri. Namun, prosedur perbaikan dengan mengakses
tumbuhnya motivasi belajar siswa dipengaruhi spesifikasi, kualitas hasil akhir dengan waktu
oleh berbagai macam faktor, yaitu faktor yang telah ditentukan untuk menyelesaikan
personal dan sosiokultural, faktor lingkungan tugas praktik dari tahap persiapan, tahap proses,
belajar, serta faktor persepsi dan keyakinan dan tahap akhir. Adapun tahap yang dinilai
siswa terhadap pembelajaran, keluarga, maupun meliputi langkah persiapan, pemeriksaan atau
dari diri siswa. Dalam pembelajaran praktik, pengukuran komponen, mengakses spesifikasi
lingkungan belajar di sekolah memiliki peran ukuran, menyimpulkan kerusakan komponen,
yang kuat terhadap motivasi belajar siswa. hingga melakukan perbaikan secara tuntas.
Strategi pembelajaran, hubungan pertemanan, Hasil praktik dalam bentuk performa
hubungan dengan guru, maupun kondisi kelas kerja merupakan sasaran pembelajaran yang
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi harus dilakukan penilaian untuk mengetahui
motivasi belajar siswa. ketercapaiannya. Terdapat beberapa tahapan

Pengaruh Cooperative Project-Based Learning


122 – Jurnal Pendidikan Vokasi

dalam penilaian ini menurut Kubiszin dan Prosedur Penelitian


Borich (2003, p.158) yaitu menentukan Gambaran desain penelitian yang
apa yang akan diuji, merancang suasana digunakan adalah sebagai berikut:
penilaian, menentukan rubrik penilaian,
serta menentukan batasan penilaian.
Seperti halnya motivasi belajar, hasil
belajar praktik dipengaruhi berbagai faktor. Keterangan:
Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh input
siswa, instrumental input, lingkungan, serta O1 : Pretest motivasi belajar dan tes praktik
proses yang dilaksanakan (Purwanto, 2003, sebelum penerapan cooperative project-
p.107). Oleh karena itu, strategi pembelajaran based learning (CPjBL).
yang diterapkan oleh guru dalam praktik O2 : Pemberian posttest setelah penerapan
akan berpengaruh secara langsung terhadap cooperative project-based learning.
hasil belajar yang dicapai siswa. Selain hal O3 : Pretest motivasi belajar dan tes praktik
tersebut, pembelajaran praktik secara langsung sebelum penerapan pembelajaran langsung.
didukung oleh pembelajaran teori. Dengan O4 : Posttest setelah pembelajaran langsung.
demikian, hasil belajar teori “Menentukan
dan memperbaiki gangguan pada sistem X1 : Perlakuan pada kelas eksperimen, berupa
kerja mesin” yang mendukung pembelajaran penerapan cooperative project-based
praktik, diduga berhubungan dengan hasil learning.
belajar praktiknya. X2 : Perlakuan yang diberikan kepada kelas
kontrol, berupa pembelajaran langsung.

METODE PENELITIAN Langkah-langkah penelitian yang dilak-


sanakan meliputi: (1) Menyiapkan skenario
Jenis Penelitian pembelajaran meliputi Rencana Pelaksanaan
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif Pembelajaran praktik (RPP), job sheet, lembar
dengan pendekatan quasi experiment. Desain observasi tes praktik, menyusun instrumen non
yang digunakan adalah Pretest-Posttest Non tes yang berupa angket motivasi belajar, serta
Equivalent Control Group Design. lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran,
dan materi pembelajaran; (2) melakukan
Waktu dan Tempat Penelitian validasi instrumen; (3) melaksanakan pretest
Penelitian ini dilaksanakan di SMK praktik pretest motivasi belajar sebelum
Negeri 1 Seyegan kompetensi keahlian Teknik diberikan perlakuan; (4) proses pemberian
Kendaraan Ringan Kelas XII. Penelitian perlakuan selama 2 kali pertemuan masing-
dilaksanakan di bengkel otomotif ruang kerja masing 8 x 45 menit; (5) pemberian posttest;
motor otomotif semester genap tahun pelajaran (6) analisis data dan interpretasi hasilnya
2013/2014 pada bulan Januari-Februari 2014.
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan
Populasi dan Sampel Penelitian Data
Populasi dalam penelitian ini meliputi Data yang diambil meliputi motivasi
siswa kelas XII kompetensi keahlian Teknik belajar siswa sebelum dan setelah perlakuan,
Kendaraan Ringan meliputi 3 kelas yaitu kelas keterlaksanaan perlakuan, hasil belajar praktik
XII TKR 1 dengan jumlah 33 siswa, kelas XII siswa sebelum dan setelah perlakuan, dan hasil
TKR 2 dengan jumlah 35 siswa, serta kelas belajar teori siswa sebagai data kovariabel.
XIITKR 3 dengan jumlah 31 siswa. Sampel Oleh karena itu, teknik pengumpulan data yang
ditentukan dengan intact group. Penentuan digunakan adalah angket, observasi, tes praktik
kelas sampelnya adalah 1 kelas untuk kelas dan dokumentasi. Instrumennya meliputi
eksperimen, 1 kelas kontrol, serta 1 kelas untuk angket, lembar observasi keterlaksanaan pem-
ujicoba instrumen. belajaran, lembar observasi unjuk kerja praktik
dan dokumen.

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 5, Nomor 1, Februari 2015


Jurnal Pendidikan Vokasi – 123

Teknik Analisis Data Tabel 1. Statistik Kondisi Motivasi Awal


Analisis data dalam penelitian ini meliputi Siswa
analisis deskriptif, uji prasyarat analisis, Statistik K. eksperimen K. kontrol
uji terhadap hasil pretest, dan uji hipotesis.
Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui Nilai terendah 30 33
nilai terendah, nilai tertinggi, rerata, median, Nilai tertinggi 48 54
modus, variansi, maupun simpangan baku Rata-rata 40,032 41,457
pada setiap data kuantitatif yang terkumpul. Median 40 41
Uji prasyarat analisis terdiri dari uji normalitas,
Modus 38 37
uji homogenitas serta uji linearitas. Uji
normalitas menggunakan uji Kolmogorov- Variansi 15,966 22,844
smirnov, uji homogenitas dilakukan dengan Simpangan baku 3,9957 4,7795
uji levene, serta uji linearitas dilakukan antara
Dilihat dari skor minimal dan mak-
nilai kovariabel dengan variabel terikat. Uji
simumnya, motivasi belajar siswa awal kelas
terhadap hasil pretest menggunakan uji t
kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen.
dengan membandingkan rata-rata data pretest
sehingga diketahui kondisi awal dari kelompok Ditinjau dari median dan skor rata-ratanya,
sampel antara kelas kontrol maupun kelas kelas eksperimen cenderung lebih tinggi.
eksperimen. Uji hipotesis dilakukan pada Berikutnya, Statistik deskriptif hasil pretest
hipotesis 1 dan hipotesis 2. Uji hipotesis 1 praktik siswa ditunjukkan pada tabel 2.
dilakukan dengan membandingkan motivasi
Tabel 2. Statistik Deskriptif Hasil Pretest
belajar siswa yang menerapkan cooperative
Praktik Siswa
project-based learning dengan yang mengikuti
pembelajaran langsung. Teknik analisis data Statistik K. eksperimen K. kontrol
yang digunakan adalah uji t dengan alpha (α):
Nilai terendah 47,5 42,5
0,05.Uji hipotesis 2 dilakukan dengan menguji
bahwa hasil belajar siswa yang menerapkan Nilai tertinggi 75 77,5
cooperative project-based learning akan Rata-rata 59,68 58,64
berbeda dibanding dengan yang menerapkan Median 57,5 57,5
pembelajaran langsung pada pembelajaran Modus 57,5 55
praktik “Menentukan dan memperbaiki
Variansi 54,89 64,46
gangguan pada sistem kerja mesin” meskipun
mempertimbangkan hasil belajar teorinya Simpangan baku 7,41 8,03
menggunakan analisis kovarian (ANCOVA) Sesuai tabel di atas, dapat dilihat bahwa
dengan nilai alpha (α): 0,05. skor pretest kelas kontrol memiliki pencapaian
nilai tertinggi 77,5. Skor ini lebih tinggi
HASIL PENELITIAN DAN daripada kelas eksperimen yaitu 75. Namun
PEMBAHASAN rata-rata kelompoknya lebih rendah dibanding
kelas eksperimen yaitu 58,64<59,68 dengan
Hasil Penelitian selisih keduanya tidak terpaut jauh.
Penelitian dilaksanakan pada dua Sebagai kovariabel, analisis deskriptif
kelompok sampel, yaitu kelompok eksperimen hasil belajar teori siswa dapat dilihat pada tabel 3.
dan kelompok kontrol dengan non equivalen
control group design. Data yang diperoleh Tabel 3. Statistik Deskriptif Hasil Belajar
meliputi data pretest serta posttest baik Teori Siswa
motivasi maupun hasil belajarnya, serta hasil
belajar teori sebagai kovariabel. Statistik K. eksperimen K. kontrol
Deskripsi Data Awal sebelum Perlakuan Nilai terendah 72 72
Kondisi motivasi belajar awal dapat dilihat Nilai tertinggi 82 82
pada tabel 1. Rata-rata 77,61 77,03

Pengaruh Cooperative Project-Based Learning


124 – Jurnal Pendidikan Vokasi

Lanjutan tabel 3. praktik. Statistik deskriptif motivasi belajar


siswa akhir dapat dilihat pada tabel 4.
Median 78 77
Modus 78 78 Tabel 4. Deskripsi Motivasi Belajar Siswa
Variansi 5,25 4,50 setelah Perlakuan
Simpangan baku 2,29 2,12
Statistik K. eksperimen K. kontrol
Sesuai tabel 3, hasil belajar teori siswa
untuk kelas eksperimen cenderung lebih tinggi Nilai terendah 36 35
daripada kelas kontrol. Hal tersebut dapat Nilai tertinggi 51 52
dilihat dari rata-rata skornya lebih tinggi, yaitu Rata-rata 44,94 43,00
77,61. Skor rata-rata ini lebih tinggi daripada Median 45 42
kelas kontrol yaitu 77,03.
Modus 46 42
Deskripsi Pelaksanaan Perlakuan Variansi 11,06 17,59
Pembelajaran dilakukan sebanyak 4 kali Simpangan baku 3,33 4,19
pertemuan, 2 kali pretest dan posttest dan Sesuai tabel di atas, motivasi belajar
2 kali untuk perlakuan. Setiap kelas diberi siswa setelah perlakuan pada kelas eksperimen
materi, media, jam praktik, suasana dan
cenderung lebih tinggi daripada kelas kontrol,
kondisi yang sama namun menggunakan
yaitu dengan rata-rata skor 44,94. Dengan
strategi pembelajaran yang berbeda sesuai
demikian, motivasi belajar siswa yang
rancangan penelitian. Materi yang dipelajari
mengikuti pembelajaran praktik cooperative
meliputi sistem pendinginan dan sistem
project-based learning cenderung lebih tinggi
pengapian. Pembelajaran pada kelas
daripada siswa yang mengikuti pembelajaran
eksperimen menerapkan cooperative project-
langsung.
based learning, sedangkan kelas kontrol
menggunakan pembelajaran langsung. Masing- Selain motivasi, hasil posttest secara
masing pertemuan berdurasi 8 x 45 menit. deskriptif setelah diberikan perlakuan dapat
dilihat pada tabel 5.
Hasil observasi oleh dua orang observer
menyatakan bahwa pembelajaran dapat Tabel 5. Statistik deskriptif hasil posttest
terlaksana sesuai dengan yang direncanakan, siswa setelah perlakuan
meskipun terdapat kendala pada perlakuan
1 untuk kelas eksperimen, yaitu terdapat Statistik K. eksperimen K. kontrol
sebagian siswa belum memberi umpan balik Nilai terendah 67,5 62,5
pada akhir pembelajaran karena keterbatasan Nilai tertinggi 100 95
waktu. Namun, kendala ini dapat teratasi
Rata-rata 81,13 76,64
pada perlakuan 2 dengan membatasi waktu
menjawab bagi siswa sehingga pastisipasi Median 80 77,5
siswa meningkat. Dilihat dari pelaksanaan Modus 80 72.5
pembelajaran pada kelas kontrol, RPP yang Variansi 58,27 52,92
direncanakan dapat berjalan dengan baik. Simpangan baku 7,63 7,27
Selain itu, dilihat dari keseriusan guru saat
mengajar, observer menyatakan bahwa guru Sesuai dengan tabel di atas, kondisi hasil
cukup serius mengajar baik mengajar di kelas belajar praktik siswa kelas eksperimen dapat
eksperimen maupun kelas kontrol. Guru dikatakan lebih baik setelah perlakuan. Ini
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan terlihat dari nilai rata-rata siswa yang lebih
RPP serta melaksanakan tahapan pembelajaran tinggi, yaitu 81,13 untuk kelas eksperimen,
termasuk mengontrol waktu setiap tahapannya. sedangkan 76,64 untuk kelas kontrolnya.
Ditinjau dari nilai maksimalnya, pada kelas
Deskripsi Data Akhir Setelah Perlakuan eksperimen terdapat siswa yang memperoleh
Setelah diberikan perlakuan, dilakukan nilai maksimal 100, sedangkan untuk kelas
pengambilan data motivasi belajar maupun tes kontrolnya hanya 95.

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 5, Nomor 1, Februari 2015


Jurnal Pendidikan Vokasi – 125

Tabel 6. Hasil Pengujian Normalitas Data


Data Strategi p (Sig.) Ket.
CPjBL 0,200 Normal
Motivasi awal
Direct Instruction 0,086 Normal
CPjBL 0,183 Normal
Pretest praktik
Direct Instruction 0,200 Normal
CPjBL 0,200 Normal
Motivasi akhir
Direct Instruction 0,094 Normal
CPjBL 0,129 Normal
Posttest praktik
Direct Instruction 0,064 Normal
CPjBL 0,083 Normal
Nilai teori
Direct Instruction 0,116 Normal

Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Varians


Data Strategi p (Sig.) Keputusan
CPjBL
Motivasi awal 0,250 Homogen
Direct Instruction
CPjBL
Pretest praktik 0,704 Homogen
Direct Instruction
CPjBL
Motivasi akhir 0,177 Homogen
Direct Instruction
CPjBL
Posttest praktik 0,938 Homogen
Direct Instruction
CPjBL
Nilai teori 0,720 Homogen
Direct Instruction

Hasil Uji Hipotesis bantuan program SPSS 21. Hasil pengujian


Uji hipotesis dilakukan untuk homogenitas dapat dilihat pada tabel 7.
membuktikan hipotesis yang diajukan. Sesuai hasil uji di atas, dapat dilihat bahwa
Sebelum pengujian hipotesis, dilakukan peng- data yang dibandingkan memiliki variansi yang
ujian prasyarat meliputi uji normalitas data, homogen, sehingga memenuhi satu prasyarat
homogenitas, serta uji linearitas. Hasil uji uji menggunakan statistik yang direncanakan.
normalitas masing-masing kelompok data dapat Pengujian prasyarat berikutnya adalah uji
dilihat pada tabel 6. linearitas untuk mengetahui bahwa kondisi
Berdasarkan hasil uji normalitas kedua data memiliki hubungan yang linier yaitu
menggunakan program SPSS 21 di atas, dapat hasil belajar teori dengan posttest hasil belajar
dilihat bahwa semua kelompok data memiliki praktik. Pengujian dilakukan dengan dengan
distribusi yang normal, sehingga memenuhi statistik uji F. Hasil pengujian linearitas dapat
salah satu prasyarat uji hipotesis menggunakan dilihat pada tabel 8 dan tabel 9.
statistik yang direncanakan. Sesuai hasil pengujian di atas, dapat dilihat
Pengujian prasyarat berikutnya adalah uji bahwa untuk kelas eksperimen maupun kelas
homogenitas untuk mengetahui bahwa data kontrol pada deviasi linearitasnya memiliki
pada kelompok yang dibandingkan bersifat nilai sig. lebih besar dari alpha yang ditetapkan
homogen atau tidak. Pengujian homogenitas yaitu 0,484 > 0,05 dan 0,899 > 0,05. Dengan
dilakukan menggunakan uji Levene dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terdapat

Pengaruh Cooperative Project-Based Learning


126 – Jurnal Pendidikan Vokasi

Tabel 8. Hasil Uji Linearitas Data untuk Kelas Eksperimen


Source F Sig.
Between Groups (Combined) 2,786 0,027
Linearity 15,578 0,001
Deviation from Linearity 0,958 0,484

Tabel 9. Hasil Uji Linearitas Data untuk Kelas Kontrol


Source F Sig.
Between Groups (Combined) 3,743 0,005
Linearity 27,207 0,000
Deviation from Linearity 0,391 0,899

Tabel 10. Hasil Uji Pretest


Data uji p (Sig.) α Keputusan
Motivasi awal kelas eks-kontrol 0,197 0,05 Tidak berbeda signifikan
Pretest kelas eks-kontrol 0,590 0,05 Tidak berbeda signifikan

Tabel 11. Hasil Uji t Motivasi Belajar Akhir


Data uji p (Sig.) α Keputusan
Motivasi belajar akhir kelas eks-kontrol 64 0,05 Ho ditolak

hubungan yang linier antara hasil belajar teori menggunakan uji t komparatif dua sampel
dengan hasil belajar praktik. independen menggunakan bantuan program
Pengujian berikutnya adalah uji hasil SPSS 21. Hasilnya disajikan pada tabel 11.
pretest untuk mengetahui keseimbangan Sesuai hasil perhitungan dengan uji
kondisi awal siswa menggunakan uji t. Data t di atas, dapat dilihat bahwa nilai p < α,
hasil pengujian terhadap pretest dapat dilihat yaitu 0,044 < 0,05. Dengan demikian dapat
pada tabel 10. diputuskan bahwa Ho ditolak yang berarti
Sesuai hasil uji t di atas, dapat dilihat terdapat perbedaan motivasi belajar siswa yang
bahwa kondisi motivasi dan kemampuan mengikuti cooperative project-based learning
praktik siswa sebelum perlakuan tidak berbeda dengan pembelajaran langsung pada standar
secara signifikan. kompetensi “Menentukan dan memperbaiki
gangguan pada sistem kerja mesin”.
Uji berikutnya adalah menguji hipotesis
yang diajukan melalui statistik yang sesuai Berbeda dengan hipotesis pertama,
pada hipotesis pertama dan hipotesis kedua. Uji hipotesis kedua diuji dengan perhitungan
hipotesis pertama menggunakan teknik statistik statistik analisis kovarian, sebab melibatkan
uji t untuk mengetahui adanya perbedaan atau kovariabel hasil belajar teori. Pengujian
tidak terhadap rata-rata motivasi kelompok hipotesis kedua memperlihatkan adanya
sampel yang mengikuti pembelajaran perbedaan hasil belajar atau tidak pada siswa
cooperative project-based learning dengan yang mengikuti pembelajaran praktik dengan
pembelajaran yang dilaksanakan seperti strategi cooperative project-based learning
biasanya, yaitu strategi pembelajaran dibanding pembelajaran yang diterapkan
langsung. Uji hipotesisnya 1 dilakukan untuk selama ini yaitu pembelajaran langsung yang
menguji apakah Ho dapat ditolak atau tidak mempertimbangkan hasil belajar teori..

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 5, Nomor 1, Februari 2015


Jurnal Pendidikan Vokasi – 127

Tabel 12. Hasil Analisis Kovarian Hasil Belajar Praktik


Data uji p (Sig.) α Keputusan
Motivasi belajar akhir kelas eks-kontrol 0,028 0,05 Ho ditolak

Gambar 1. Perbedaan rata-rata motivasi belajar

Uji hipotesis yang dilakukan untuk Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
menguji apakah Ho dapat ditolak atau tidak motivasi belajar siswa setelah mengikuti
menggunakan analisis kovarian. Berdasarkan cooperative project-based learning berbeda
perhitungan yang dilakukan dengan program secara signifikan dengan motivasi belajar
SPSS 21, diperoleh hasil pada tabel 12. siswa yang mengikuti pembelajaran langsung.
Sesuai hasil analisis kovarian di atas, dapat Keputusan ini didasarkan pada hasil uji
dilihat bahwa nilai nilai p < α yang ditetapkan, hipotesis menggunakan statistik uji t untuk
yaitu 0,028 < 0,05. Dengan demikian diputuskan membandingkan rata-rata motivasi belajar
bahwa Ho ditolak dan diartikan terdapat siswa pada kedua kelompok sampel, di mana
perbedaan hasil belajar praktik siswa yang nilai p hasil pengujian lebih kecil dari taraf
mengikuti pembelajaran cooperative project- signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,044<0,05.
based learning dengan pembelajaran langsung Ditinjau dari skor rata-rata motivsi belajar
pada praktik “Menentukan dan memperbaiki yang dimiliki siswa, siswa yang mengikuti
gangguan pada sistem kerja mesin” dengan cooperative project-based learning cenderung
mempertimbangkan kemampuan teori siswanya. lebih tinggi daripada yang mengikuti
pembelajaran langsung, yaitu 44,94>43,00.
Pembahasan Perbedaan motivasi siswa baik sebelum
Motivasi belajar akan mendukung perlakuan maupun setelah perlakuan dapat
siswa tergerak untuk belajar dan mencapai dilihat pada gambar 1 diagram.
prestasinya. Oleh karena itu, timbulnya Terlihat dari diagram di atas, motivasi
motivasi belajar merupakan pekerjaan yang belajar awal kelompok eksperimen lebih rendah
tidak boleh dikesampingkan oleh seorang daripada kelompok kontrol. Namun, kondisi
guru. Guru dapat mendorong motivasi belajar ini berkebalikan pada saat akhir perlakuan.
dengan berbagai cara, salah satunya adalah Motivasi belajar siswa dalam praktik ketika
menerapkan strategi pembelajaran yang cocok, akhir pembelajaran lebih tinggi untuk kelas
sebab strategi pembelajaran merupakan salah yang menerapkan cooperative project-based
satu komponen pembelajaran yang secara learning. Motivasi belajar yang berbeda ini
langsung berpengaruh terhadap motivasi bukan karena sejak awal sudah berbeda. Hal
belajar dan hasil belajar. ini dapat dilihat dari hasil uji terhadap skor

Pengaruh Cooperative Project-Based Learning


128 – Jurnal Pendidikan Vokasi

Kelas
eksperimen; Kelas kontrol;
Kelas Posttest; 81.13 Posttest; 76.64
90
eksperimen; Kelas kontrol;
80
Pretest; 59.68 Pretest; 58.64
70
60
50
40
30
20
10
0
Pretest Posttest

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Gambar 2. Perbedaan rata-rata hasil belajar siswa

pretestnya tidak memiliki perbedaan yang ini dapat terjadi karena kekurangsesuaiannya
signifikan antar kedua kelas tersebut. Berbeda strategi ini jika diterapkan pada pembelajaran
dengan hasil terhadap pretestnya, dari hasil dengan tuntutan kompetensi pada praktik
posttest untuk kedua kelas yang menerapkan “Menentukan dan memperbaiki gangguan
strategi pembelajaran tersebut berbeda secara pada sistem kerja mesin”.
signifikan. Dengan demikian, dapat dimaknai Selain pentingnya motivasi belajar,
bahwa strategi pembelajaran cooperative orientasi pencapaian kompetensi dengan
project-based learning terbukti lebih mampu istilah hasil belajar merupakan hal yang
membangun motivasi belajar siswa. paling pokok merupakan indikasi suksesnya
Cooperative project-based learning pembelajaran. Hasil belajar praktik merupakan
mampu membangkitkan motivasi belajar siswa bentuk penguasaan materi praktik setelah
pada praktik “Menentukan dan memperbaiki mengikuti pembelajaran yang diukur melalui
gangguan pada sistem kerja mesin”. Strategi ini tes praktik. Untuk mencapainya, siswa
mampu mendukung berbagai keuntungan yang harus menguasai berbagai macam indikator
didapat melalui pembelajaran berbasis proyek pencapaian kompetensi sesuai standarnya.
dan pembelajaran kooperatif. Oleh karena itu, Pencapaian hasil belajar ini tidak lepas dengan
strategi ini menekankan ketuntasan perbaikan peran strategi pembelajaran, sebab strategi
yang dilakukan siswa pada praktik melalui pembelajaran merupakan faktor yang secara
kerjasama kelompok, pemberian penghargaan, langsung mendukung pencapaian hasil belajar.
maupun peran kolaboratif guru. Strategi pembelajaran cooperative project-
Pembelajaran cooperative project- based learning diyakini lebih sesuai untuk
based learning mampu membawa siswa aktif diterapkan pada praktik standar kompetensi
dan merasa memiliki tantangan intelektual “Menentukan dan memperbaiki gangguan
yang lebih. Strategi ini mendorong siswa pada sistem kerja mesin” dibandingkan
bekerjasama dalam kelompok, bertukar dengan strategi yang diterapkan selama ini,
pikiran untuk menyelesaikan masalah, yaitu pembelajaran langsung. Alasannya.
meningkatkan kepercayaan diri, serta melatih cooperative project-based learning memiliki
siswa menghargai perbedaan dan kekurangan karakteristik yang sesuai untuk membelajarkan
siswa lain, sehingga peran teman sebaya praktik tersebut. Sesuai hasil analisis data,
dalam kelompok akan mendorong semangat dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar,serta mengurangi dominasi individu. belajar praktik antara siswa yang mengikuti
Sebaliknya, pembelajaran langsung cooperative project-based learning dengan
yang diterapkan selama ini belum mampu siswa yang mengikuti pembelajaran langsung
mendorong motivasi belajar secara optimal. Hal meskipun hasil belajar teori disertakan. Hasil

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 5, Nomor 1, Februari 2015


Jurnal Pendidikan Vokasi – 129

Gambar 3. Ketercapaian KKM siswa

perhitungan analisis kovarian menunjukkan dapat dilihat dari ketercapaian KKM antara
bahwa nilai p (sig.) lebih kecil dari yang kelas yang menerapkan kedua strategi di
ditetapkan, yaitu 0,028<0,05. Oleh karena atas. Diagram ketercapaian hasil belajar baik
itu, terdapat perbedaan yang signifikan pada untuk kelas yang menerapkan cooperative
pencapaian hasil belajar praktik siswa yang project-based learning maupun kelas yang
mengikuti cooperative project-based learning menggunakan strategi pembelajaran langsung
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran ditinjau dari ketercapaian KKMnya dapat
langsung. Penerapan cooperative project- dilihat pada gambar 3.
based learning dapat mempengaruhi Pada gambar 3 menunjukkan bahwa
hasil belajar praktik “Menentukan dan terdapat 4 siswa (13%) yang belum mencapai
memperbaiki gangguan pada sistem kerja KKM pada kelas yang menerapkan strategi
mesin”. Hasil tersebut juga didukung dari cooperative project-based learning. Sedang-
rata-rata ketercapaian hasil belajar siswa yang kan jumlah siswa yang belum mencapai KKM
mengikuti cooperative project-based learning untuk pembelajaran langsung adalah 15 siswa
lebih tinggi dibanding siswa yang mengikuti (43%). Dengan demikian terlihat bahwa
pembelajaran langsung yaitu 81,13>76,64. pembelajaran yang menerapkan cooperative
Perbandingan rata-rata hasil belajar tersebut project-based learning mampu lebih banyak
dapat dilihat pada gambar 2. siswa yang mencapai KKM, meskipun terdapat
Rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi siswa yang masih belum mencapai KKM. Oleh
menandakan bahwa praktik “Menentukan karena itu, terbukti bahwa hasil belajar praktik
dan memperbaiki gangguan pada sistem siswa yang mengikuti cooperative project-
kerja mesin” lebih cocok jika menerapkan based learning lebih baik daripada siswa yang
cooperative project-based learning. Strategi mengikuti pembelajaran langsung pada standar
ini menuntut orientasi pembelajaran pada kompetensi “Menentukan dan memperbaiki
pemecahan masalah, mendorong ide gangguan pada sistem kerja mesin”.
siswa, mengembangkan pemahaman, serta
mengurangi kebingungan saat menemui
SIMPULAN DAN SARAN
masalah mesin. Di samping itu, siswa secara
bebas dapat mengemukakan pendapatnya,
Simpulan
serta menuntut tanggung jawab individu siswa.
Dengan menuntut tanggungjawab pada setiap Berdasarkan hasil penelitian dan
individunya, strategi ini cocok diterapkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
untuk siswa kelas XII. (1)Terdapat pengaruh penerapan cooperative
project-based learning pada motivasi belajar
Kesesuaian strategi pembelajaran
pembelajaran praktik “Menentukan dan
cooperative project-based learning juga

Pengaruh Cooperative Project-Based Learning


130 – Jurnal Pendidikan Vokasi

memperbaiki gangguan pada sistem kerja DAFTAR PUSTAKA


mesin” dibandingkan dengan pembelajaran
langsung yang diterapkan selama ini pada Anonim. (September 2012). P21 Framework
kompetensi keahlian TKR di SMKN 1 Definitions, Artikel. Diambil pada
Seyegan. Penerapan cooperative project-based tanggal 18 Mei 2013, dari http://
learning lebih mendorong motivasi belajar www.21stcenturyskills.org.
siswa dibanding yang mengikuti pembelajaran Arends, R. I & Kilcher, A. (2010). Teaching for
langsung pada standar kompetensi tersebut, student learning. New York: Routledge.
(2)Terdapat pengaruh penerapan cooperative
project-based learning terhadap hasil belajar Bender, W.N. (2012). Project-based learning:
siswa pada pembelajaran praktik “Menentukan differentiating instruction for the 21st
dan memperbaiki gangguan pada sistem kerja century. Thousand Oaks: Corwin.
mesin” dibandingkan dengan pembelajaran
Borich, G. D. (2007). Effective teaching
langsung yang diterapkan selama ini pada
methods; research-based practice (6th
kompetensi keahlian TKR di SMKN 1
ed.). Columbus: Pearson.
Seyegan. Siswa yang mengikuti pembelajaran
cooperative project-based learning mampu Cooperstein, S. E. & Weidinger, E. K. (2004).
mencapai hasil belajar yang lebih baik Beyond active learning: a constructivist
dibanding yang mengikuti pembelajaran approach to learning. Emerald Journal,
langsung pada standar kompetensi tersebut. 32, pp.141-148.

Saran Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri


Berdasarkan simpulan di atas, beberapa Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
hal yang dapat disarankan, yaitu: (1) guru 2006, tentang Standar Kompetensi
dapat menerapkan strategi pembelajaran Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar
cooperative project-based learning untuk dan Menengah.
membangkitkan motivasi dan hasil belajar Gaikindo. (2012). Penjualan mobil di Indonesia
siswa khususnya pada praktik “Menentukan sudah mencapai 816.322 unit. http://
dan memperbaiki gangguan pada sistem kerja otomotif.kompas.com diakses tanggal 6
mesin”, karena terbukti lebih baik dibanding Juli 2013.
pembelajaran langsung, (2) Apabila guru akan
menerapkan strategi cooperative project- Killen, R. (2009). Effective teaching strategies:
based learning, hendaknya menyesuaikan lesson from research and practice. South
kondisi siswa yang diajar, materi ajarnya, Melbourne: Thomson/Social Press.
serta melakukan perencanaan, penyiapan dan
Krathwohl, D. R., Bloom, B. S., & Masia,
mengikuti panduan pelaksanaan pembelajaran
B. B. (1956). Taxonomi of education
dengan cermat, (3)Sekolah perlu mendukung
objective. London: Longman Group Ltd.
secara material maupun moral kepada guru
dalam melaksanakan cooperative project- Kubiszin, T dan Borich, G., (2003). Educational
based learning untuk standar kompetensi testing and measurement. Hoboken:
yang lain dengan mempertimbangkan John Wiley & sons, inc.
materi maupun kebutuhan siswa, (4)Bagi
peneliti lain, diharapkan dapat melaksanakan Lazinica, A & Calafate, C. (2009). Technology
penelitian yang lebih baik, dengan melakukan Education and Development. Vukovar:
pengontrolan variabel-variabel bebas lainnya In-Teh.
yang masih dapat berpengaruh, sehingga
Muijs, D. & Reynolds, D. (2011). Effective
validitas internal dan eksternal dapat dikontrol
teaching (3rd ed.). London: SAGE
dengan lebih baik.
Publications.

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 5, Nomor 1, Februari 2015


Jurnal Pendidikan Vokasi – 131

Purwanto, M. N. (2003). Psikologi pendidikan. Schunk, D. H., Pintrich P. R., & Meece J. L.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. (2010). Motivation in education.  Upper
Saddle River: Pearson.
Rüütmann, T & Kipper, H. (2011). Teaching
Strategies for Direct and Indirect Tippelt, R. & Amoros, A. (2003). The project
Instruction in Teaching Engineering. method in vocational training. Munich:
Proceedings of 14th International InWEnt.
Conference on Interactive Collaborative
Learning, Estonia, 107-114. Uno, H. B. (2008). Teori motivasi &
pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Sardiman. (2011). Interaksi & motivasi belajar
mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Wlodkowsky, R. J. (2008). Enhancing adult
Persada. motivation to learn. San Francisco:
Jossey-Bass.

Pengaruh Cooperative Project-Based Learning

You might also like