You are on page 1of 15

Jurnal Borneo Akcaya ISSN: 2356-136X(print)

Vol. 5, No 2, Desember 2019, hal 95-109 ISSN: 2685-5100 (online)

KEMAMPUAN EKSTRAK KULIT KAYU DUA SPESIES MACARANGA


DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI
ENTEROCOCCUS FAECALIS

THE ABILITY OF TWO SPECIES OF MACARANGA WOOD BARK


EXTRACTS TO INHIBIT THE GROWTH OF BACTERIA
ENTEROCOCCUS FAECALIS

Beri Hidayat1)*, Fathul Yusro2), Yeni Mariani3)


1,2,3Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124
*Email: beri66000@gmail.com

ABSTRACT
Infection in the oral cavity, especially in the teeth root canals are often faced by Indonesian people,
and one of the causes was bacterium Enterococcus faecalis. The potential plants as an antibacterial
are two species of Macaranga, namely Merkubung (Macaranga gigantea) and Mangpurang
(Macaranga triloba). This study aimed to analyze the presence of secondary metabolites content of
those two bark extracts and their ability to inhibit the growth of E. faecalis. The research methods
carried out were powder prepared, moisture content measurement, extracts yield determination,
phytochemical assays, and antibacterial assay. The yield of ethanol extracts of M. gigantea bark was
9.18% (moisture content 9.15%), and M. triloba was 9.70% (moisture content 8.56%). These two
extracts positively contain phenolic, tannin, saponin, terpenoids, flavonoids, and alkaloids. The
concentration level of 100 mg/mL is the best concentration of two extracts to inhibit the growth of E.
faecalis, and the M. gigantea is the best extract in inhibiting the growth of E. faecalis.

Keywords: Phytochemical screening, antibacterial activity, Macaranga gigantea, Macaranga triloba,


Enterococcus faecalis

ABSTRAK
Infeksi pada rongga mulut terutama di saluran akar gigi sering dialami oleh orang Indonesia dan salah
satu penyebabnya adalah bakteri Enterococcus faecalis. Tanaman yang potensial sebagai antibakteri
adalah dua species Macaranga yaitu merkubung (Macaranga gigantea) dan mangpurang (Macaranga
triloba). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan metabolit sekunder ekstrak kulit kayu
dari dua species Macaranga dan kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan bakteri E.
faecalis. Metode penelitian yang dilakukan adalah pembuatan serbuk, pengukuran kadar air serbuk,
penghitungan rendemen ekstrak, uji fitokimia dan pengujian aktivitas antibakteri E. faecalis.
Rendemen ekstrak etanol kulit kayu M. gigantea adalah 9,18% (KA 9,15%) dan M. triloba sebesar
9,70% (KA 8,56%). Ekstrak positif mengandung fenolik, tanin, saponin, terpenoid, flavonoid dan
alkaloid. Level konsentrasi 100 mg/mL merupakan konsentrasi terbaik dari kedua jenis ekstrak untuk
menghambat pertumbuhan bakteri E. faecalis, namun diantara kedua jenis ekstrak tersebut yang
terbaik dalam menghambat pertumbuhan E. faecalis adalah M. gigantea.

Kata kunci: Fitokimia, antibakteri, Macaranga gigantea, Macaranga triloba, Enterococcus faecalis

95
Jurnal Borneo Akcaya, 05(2): 95-109, Desember 2019

PENDAHULUAN Banyak penyakit yang


Kondisi masyarakat yang disebabkan oleh bakteri. Salah
sejahtera merupakan salah satu satunya adalah infeksi pada saluran
tujuan pembangunan nasional. akar gigi yang utamanya
Salah satu kesejahteraan disebabkan oleh bakteri
masyarakat menurut United Nations Enterococcus faecalis. Menurut
Development Program (UNDP) Ramadhinta et al., (2016), bakteri
adalah kesejahteraan di bidang yang paling sering ditemukan
kesehatan (Sulaeman et al., 2012). menyerang rongga mulut (20 dari 30
Pemerintah Indonesia menuangkan kasus) khususnya dalam proses
faktor kesejahteraan masyarakat perawatan saluran akar adalah
dalam bidang kesehatan ini sebagai bakteri gram positif E. faecalis.
salah satu dimensi dalam Indeks Senada dengan itu, Pasril dan
Desa Membangun (IDM) (Hamidi et Yuliasanti (2014) juga
al., 2015). Kemandirian masyarakat mengemukakan bahwa bakteri E.
di bidang kesehatan dapat faecalis memiliki peran mencapai
diwujudkan dengan memanfaatkan 80%–90% dalam menyebabkan
potensi sumberdaya alam dan infeksi saluran akar. Berdasarkan
pengetahuan lokal masyarakat hal tersebut, perlu adanya
terkait tumbuhan obat untuk penanganan penyakit yang
mengobati penyakit yang sering disebabkan oleh infeksi bakteri E.
dialami oleh masyarakat. Salah satu faecalis.
tumbuhan obat yang dimanfaatkan Penggunaan obat sintetis
oleh masyarakat untuk mengobati dalam mengobati infeksi pada
penyakit adalah dari genus saluran akar sudah sangat umum di
Macaranga. kalangan masyarakat. Namun, obat
Genus Macaranga memiliki sintetis mulai dikhawatirkan efek
banyak spesies; dua diantaranya samping yang akan muncul jika
adalah M. gigantea dan M. triloba. mengonsumsi secara terus-
Masyarakat di Kalimantan Barat menerus. Banyak masyarakat yang
khususnya di Kabupaten Kapuas memilih untuk kembali
Hulu mengenal M. gigantea dengan menggunakan obat tradisional
nama merkubung, sedangkan M. dengan alasan seperti mempunyai
triloba dengan nama mangpurang. tingkat resiko yang jauh lebih
Kedua spesies ini digunakan oleh rendah dibandingkan obat sintesis
masyarakat secara tradisional jika digunakan secara tepat, mudah
sebagai obat untuk mengatasi ditemukan, ketersediaannya yang
sariawan dengan bagian yang cukup melimpah dan harganya yang
digunakan adalah getahnya. relatif lebih terjangkau (Wasito,
Menurut Apriani et al., (2014) 2011; Wila et al., 2018). Obat
ekstrak daun M. gigantea efektif tradisional dari tanaman M. gigantea
dalam menghambat pertumbuhan dan M. triloba khususnya dari
bakteri E. coli. Amirta et al. (2017) ekstrak kulit kayu sangat potensial,
menyatakan bahwa masyarakat namun belum ada pengujian
Sabah dan Serawak memanfaatkan aktivitas antibakteri pada bagian
daun M. gigantea sebagai anti kulit batang dari genus Macaranga
infeksi bakteri dan M. triloba khususnya merkubung (M.
sebagai obat diare. Berdasarkan hal gigantea) dan mangpurang (M.
tersebut maka dua spesies tersebut triloba) terhadap E. faecalis.
sangat memungkinkan sebagai
agen antibakteri.

96 Jurnal Borneo Akcaya


Jurnal Borneo Akcaya, 05(2): 95-109, Desember 2019

Penelitian ini bertujuan untuk Persiapan sampel


menganalisis kandungan metabolit Langkah awal dimulai dengan
sekunder ekstrak kulit kayu dari dua pengambilan kulit batang M. gigantea
species Macaranga dan atau M. triloba dengan cara menguliti
kemampuannya dalam menghambat bagian kulit batang pada posisi tinggi
pertumbuhan bakteri E. faecalis. ±50 cm dari permukaan tanah
menggunakan pisau. Bagian yang
METODE PENELITIAN diambil adalah kulit bagian dalam dan
Penelitian dilaksanakan di tidak melukai bagian kambium.
beberapa tempat antara lain Wood Selanjutnya, kulit batang dibersihkan
Workshop dan Lab. Teknologi Kayu menggunakan kuas untuk mem-
Kayu (Fakultas Kehutanan), Lab. bersihkan kotoran yang menempel
Kimia (Fakultas MIPA) Universitas pada kulit batang. Setelah itu, kulit
Tanjungpura dan Unit Lab. Kesehatan batang dipotong dalam ukuran kecil ±2
Provinsi Kalimantan Barat dengan cm yang dilanjutkan proses
waktu pelaksanaan penelitian selama pengeringan dengan cara dijemur
±3 bulan yang dimulai dari penyiapan sampai kering. Kulit batang yang
bahan hingga pengolahan data. sudah kering digiling menggunakan
Beberapa alat dan bahan yang hammer mill guna mendapatkan
digunakan antara lain hammer mill, serbuk yang nantinya akan diayak
mesh screen, timbangan analitik, menggunakan saringan berukuran
desikator, botol reagen, shaker, lolos 40 mesh tertahan 60 mesh.
erlenmeyer, kertas saring meteran,
aluminium foil waterbath, gelas ukur, Pengukuran Kadar Air
batang pengaduk, pisau stainless, Dua alumunium foil yang sudah
kuas, jarum ose, autoclave, laminar air diketahui beratnya, masing-masing
flow, oven, incubator, cawan petri, dimasukkan serbuk kulit batang M.
mikroskop binokuler digital, mikropipet, gigantea (2 g) atau M. triloba (2 g) dan
kertas cakram whatman No 4. Pinset, dilakukan pengovenan (suhu 103±2oC;
hot plate, cotton swab steril, pipet 24 jam). Setelah itu, sampel
tetes, pipet ukur, vortex dan botol vial. dikeluarkan dari dalam oven dan
Bahan yang digunakan adalah kulit dimasukkan kedalam desikator dan
batang merkubung (M. gigantea) dan dibiarkan selama 15 menit, dan
mangpurang (M. triloba) yang diambil ditimbang kembali sampel tersebut.
dari salah satu kebun warga desa Perlakuan tersebut dilakukan berulang
yang berada di Kabupaten Kapuas sampai diperoleh berat serbuk yang
Hulu Kalimantan Barat, bakteri E. konstan. Persentase kadar air dihitung
faecalis ATCC 29212, etanol 96%, berdasarkan persamaan (Manuhuwa,
metanol, BaCl2 1,175%, dietil eter, 2007) yang tertera di bawah ini:
H2SO4, H2SO4 1%, larutan
Liebermann-Buchard, NaOH 10%, KA =
FeCl3 1%, serbuk Magnesium, larutan
buffer (NaCl), HCL pekat, pereaksi Dimana:
Meyer, MHA (Mueller Hinton Agar) KA adalah kadar air
Dragendorff, Wagner, aquades, dan BA adalah berat/bobot serbuk mula-
antibiotik tetracycline 30 µg/mL. mula (g)
BKO adalah berat/bobot serbuk akhir
(g)

Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat 97


Jurnal Borneo Akcaya, 05(2): 95-109, Desember 2019

Pengukuran rendemen ekstrak pada suhu 60oC hingga didapatkan


Pelarut etanol 96% sebanyak 20 ekstrak kristal.
mL dimasukkan kedalam erlenmeyer
yang sudah berisi 1 g serbuk kulit Skrining Fitokimia
batang M. gigantea atau M. triloba, di Pelarut metanol sebanyak 10 mL
shaker selama 24 jam dan ekstrak dituangkan pada wadah (tabung
yang diperoleh dipisahkan dari serbuk reaksi) yang didalamnya telah terdapat
menggunakan kertas saring. 1 g ekstrak etanol kulit batang M.
Perlakuan tersebut diulang hingga gigantea atau M. triloba (Mailuhu et al.,
tidak ada lagi ekstrak yang terlarut 2017). Selanjutnya, dilakukan uji
dalam pelarut etanol. Ekstrak cair yang skrining fitokimia mengikuti prosedur
dihasilkan selanjutnya dimasukkan ke Harbone (1996) yang telah mengalami
wadah (cawan porselin) yang beratnya sedikit perubahan/modifikasi.
sudah diketahui, diletakkan diatas
waterbath (suhu 55oC) selama 24 jam Alkaloid
agar pelarut yang digunakan teruap, Pereaksi H2SO4 2N sebanyak 10 tetes
dan dilakukan pengovenan selama 15 dituangkan pada 3 wadah (tabung
menit pada suhu 60oC untuk reaksi) yang didalamnya telah terdapat
menguapkan pelarut yang tersisa pada 1 mL ekstrak kulit batang M. gigantea
cawan porselin. Kemudian dilakukan atau M. triloba. Adanya alkaloid pada
penstabilan suhu dengan dimasukkan ekstrak akan terdeteksi jika pada
kedalam desikator. Setelah itu, wadah pertama ditambahkan pereaksi
ditimbang dan dihitung rendemennya Dragendorff dan terbentuk endapan
menggunakan persamaan (Rahmah et warna merah jingga. Pada wadah
al., 2014). kedua akan terbentuk endapan
berwarna coklat jika ditambahkan
Rendemen ekstrak (RE) = x 100% pereaksi Wagner, serta endapan
berwarna putih jika ditambahkan
Dimana: pereaksi Meyer.
a adalah berat/bobot ekstrak (g)
b adalah berat/bobot serbuk (g) Flavonoid
x adalah kadar air (%) a. Uji flavonoid menggunakan logam
magnesium dan HCl pekat
Penyiapan ekstrak untuk sampel Serbuk magnesium (Mg) dan 2
pengujian tetes HCl pekat dituangkan pada
Pelarut etanol 96% sebanyak 1000 mL wadah (tabung reaksi) yang
dimasukkan kedalam botol reagen didalamnya telah terdapat 1 mL
yang sudah berisi 200 g serbuk kulit ekstrak kulit batang M. gigantea
batang M. gigantea atau M. triloba, atau M. triloba. Pengocokan dengan
dishaker selama 24 jam agar homogen kuat dilakukan pada tabung reaksi
dan ekstrak yang diperoleh dipisahkan tersebut dan jika terjadi perubahan
dari serbuk menggunakan kertas warna pada larutan uji menjadi
saring. Perlakuan tersebut diulangi jingga dengan disertakan adanya
sebanyak 4 kali sampai diperoleh filtrat buih dalam intensitas yang banyak,
agak bening. Filtrat yang dihasilkan hal tersebut membuktikan adanya
dimasukkan kedalam cawan kaca, flavonoid.
selanjutnya dioven dengan suhu 40-
55oC hingga didapatkan ekstrak b. Uji flavonoid menggunakan H2SO4
kental, dan selanjutnya di waterbath Pereaksi H2SO4 2N sebanyak 2
tetes dituangkan pada wadah

98 Jurnal Borneo Akcaya


Jurnal Borneo Akcaya, 05(2): 95-109, Desember 2019

(tabung reaksi) yang didalamnya menjadi hijau kehitaman, hal tersebut


telah terdapat 1 mL ekstrak kulit membuktikan adanya tannin.
batang M. gigantea atau M. triloba.
Pengocokan dengan kuat dilakukan Saponin
pada tabung reaksi tersebut dan Air panas sebanyak 5 mL dituangkan
akan terdeteksi adanya flavonoid pada wadah (tabung reaksi) yang
apabila mengalami perubahan didalamnya telah terdapat 1 mL
warna menjadi coklat, kuning atau ekstrak kulit batang M. gigantea atau
merah; hal tersebut membuktikan M. triloba. Pengocokan dengan kuat
adanya flavonoid. dilakukan pada tabung reaksi tersebut
dan selanjutnya ditambahkan larutan
Terpenoid dan steroid HCl 2N sebanyak 2 tetes. Apabila
Pereaksi asam sulfat (H2SO4) dan terdapat buih pada larutan uji dalam
asam asetat anhidrat (CH3CO)2O jumlah yang banyak dan bertahan
masing-masing sebanyak 1 tetes serta dalam waktu yang relatif lama (10
2 tetes dietil eter diteteskan pada menit), hal tersebut membuktikan
bagian plat tetes yang sudah berisi terdeteksinya saponin.
larutan kering ekstrak kulit batang M.
gigantea atau M. triloba. Kemudian, Pembuatan media MHA (Mueller-
penetesan dilakukan di setiap titik, Hinton Agar)
dimana terdapat tiga titik dalam Aquadest sebanyak 1000 mL
pengujian ini. Kontrol pada titik dituangkan pada wadah (erlenmeyer)
pertama, uji terpenoid pada titik kedua yang didalamnya telah terdapat serbuk
dan pengujian steroid pada titik ketiga MHA (38 g). Kemudian diletakkan
diplat tetes. Apabila terdapat diatas penangas untuk proses
perubahan warna pada larutan uji pemanasan, dan peng-homogenan
menjadi coklat, biru, merah atau ungu, menggunakan bantuan magnetic
membuktikan terdeteksinya terpenoid. stirrer. Selanjutnya dilakukan
Untuk senyawa steroid warna larutan pensterilisasian media menggunakan
berubah menjadi biru atau hijau. autoclave (suhu 121oC) yang
bertekanan 1 atmosfer dengan waktu
Fenolik selama 15 menit.
Pereaksi besi (III) klorida (FeCI3) 1%
sebanyak 2-3 tetes dituangkan pada Pembuatan larutan Mc. Farland 1
wadah (tabung reaksi) yang Larutan BaCl2 1,175% sebanyak 0,1
didalamnya telah terdapat 1 mL mL dituangkan pada wadah
larutan ekstrak kulit batang M. (erlenmeyer) yang didalamnya telah
gigantea atau M. triloba. Senyawa terdapat asam sulfat 1% sebanyak 9,9
fenolik terdeteksi apabila larutan mL. Kemudian dilakukan pengocokan
berubah warna menjadi biru hingga terbentuk dan terlihat menjadi
kehitaman. keruh. Standar kekeruhan larutan yang
dibuat harus setara dengan standar
Tanin Mc. Farland 1 dengan konsentrasi
Perekasi FeCl3 1% sebanyak 10 tetes bakteri 300x106 CFU/mL (Dasopang,
dituangkan pada wadah (tabung 2017).
reaksi) yang didalamnya telah terdapat
1 mL ekstrak kulit batang M. gigantea Pembuatan biakan
atau M. triloba. Apabila terdapat Larutan MHA steril dituangkan pada
perubahan warna pada larutan uji wadah (cawan petri) sebanyak 6 mL,
kemudian didiamkan beberapa menit

Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat 99


Jurnal Borneo Akcaya, 05(2): 95-109, Desember 2019

sehingga memadat. Selanjutnya, dijabarkan secara statistik dengan


pembuatan suspensi menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
isolat bakteri yang diambil dengan alat Faktorial (Gaspersz, 2006).
(jarum ose) steril, kemudian Selanjutnya analisis data dilakukan
dituangkan pada wadah (tabung menggunakan SPSS 24. Nilai
reaksi) yang didalamnya telah terdapat hambatan pertumbuhan bakteri
larutan buffer sebanyak 3 mL. selanjutnya dibandingkan dengan
Kemudian, dilakukan pengocokan kategori penghambatan pertumbuhan
hingga homogen dan setarakan bakteri (Tabel 1).
kekeruhannya dengan larutan Mc.
Farland 1 yang telah dibuat. Langkah HASIL DAN PEMBAHASAN
berikutnya dilakukan pen-swab-an Rendemen Ekstrak Etanol Kulit
suspensi bakteri pada media MHA Batang M. gigantea dan M. triloba
menggunakan Cotton Swab steril. Hasil ekstraksi pada penelitian ini
(Gambar 1) memperoleh rendemen
Uji daya hambat pertumbuhan ekstrak etanol kulit batang merkubung
antibakteri (M. gigantea) sebesar 9,18% (kadar
Kertas cakram berdiameter 6 mm air serbuk 9,15%) dan mangpurang
ditetaskan dengan larutan ekstrak (M. triloba) sebesar 9,70% (kadar air
etanol kulit batang M. gigantea atau M. serbuk 8,56%). Rendemen ini
triloba menggunakan mikropipet tergolong lebih tinggi jika dibandingkan
sebanyak 20 µL. Kemudian didiamkan dengan rendemen ekstrak kulit kayu
beberapa menit hingga larutan tanaman lain seperti jengkol, nangka
menyerap secara merata pada kertas dan raru yang memperoleh hasil
cakram. Selanjutnya, proses peletakan rendemen ekstrak sebesar 5,41%,
kertas cakram menggunakan penjepit 7,11% dan 8,41% (Trina et al., 2014).
steril pada permukaan media MHA Selain itu, pada penelitian Yusro et al.
yang telah tersuspensi oleh bakteri uji. (2016) yang menggunakan ekstrak
Proses inkubasi selama 24 jam pada kulit batang dari 11 jenis tanaman, 8
cawan petri yang berisi biakan diantaranya menghasilkan ekstrak di
tersebut menggunakan inkubator bawah 9,05%. Jika dibandingkan
dengan suhu 35oC. dengan bagian daun pada tanaman
Aktivitas antimikroba diukur sebagai lain, kedua jenis ekstrak masih
diameter hambatan yang terbentuk tergolong tinggi, dimana dari lima jenis
setelah ekstrak berdifusi. Pengukuran tanaman yang berbeda (penahan,
daya hambat pertumbuhan bakteri tekeriho, bungur, tebelion dan
menggunakan mistar dalam satuan kerokak) rendemen ekstrak yang
mm. Data hasil pengukuran diameter dihasilkan berkisar antara 4,33%-
zona hambat pada bakteri uji 8,99% (Mariani et al., 2016).
Tabel 1. Kategori Penghambatan Pertumbuhan Bakteri

Diameter zona bening (mm) Kategori penghambatan pertumbuhan


bakteri
≥20 Sangat Kuat
11 – 19 Kuat
5 – 10 Sedang
<5 Lemah
(Sumber: Anita et al., 2014)

100 Jurnal Borneo Akcaya


Jurnal Borneo Akcaya, 05(2): 95-109, Desember 2019

Gambar 1. Kadar air serbuk dan rendemen ekstrak etanol kulit batang M. gigantea dan M. triloba

Tingginya nilai yang dihasilkan oleh Skrining Fitokimia


rendemen ekstrak pada penelitian ini Penentuan adanya golongan
diduga dipengaruhi oleh jenis pelarut senyawa metabolit sekunder yang
etanol yang digunakan. Menurut Aziz terdapat pada suatu ekstrak dapat
et al., (2009), pelarut etanol dilakukan dengan cara skrining
merupakan jenis pelarut yang memiliki fitokimia (Astarina et al., 2013). Hasil
tingkat polaritas tinggi dan titik didih pengujian menunjukkan bahwa ekstrak
yang rendah. Selain itu, etanol juga etanol kulit batang M. gigantea dan M.
merupakan pelarut yang efektif dalam triloba mengandung beberapa
menghambat pertumbuhan mikro- golongan senyawa metabolit sekunder
organisme pada sampel uji, bersifat yang tertera pada Tabel 2.
netral, tidak beracun, dan absorbsinya
baik. Bahkan menurut Widyastuti Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap E.
(2010) dan Trina et al., (2014), faecalis
penggunaan etanol sebagai pelarut Pengujian yang dilakukan pada
dalam bidang kesehatan khususnya penelitian ini menggunakan metode
obat-obatan menunjukkan hasil yang difusi (disc diffusion Kirby and Baur)
aman dikarenakan sesuai dengan dengan kertas cakram Whatman
lisensi Badan POM. bernomor 41 untuk melihat respon
Bagian tanaman yang digunakan hambatan aktivitas antibakteri (E.
dalam proses ekstraksi juga diduga faecalis). Selain itu, pengujian juga
mempengaruhi besarnya nilai menggunakan kontrol positif
rendemen yang dihasilkan. Menurut (tetracycline) dan kontrol negatif
Sjostrom (1981) pada umumnya dari (etanol 96%) yang bertujuan untuk
segi kuantitas kulit batang lebih kaya memastikan zona bening yang
akan kandungan zat ekstraktifnya, terdapat di sekeliling kertas cakram
dimana saat dalam keadaan kering murni hasil dari senyawa-senyawa
pada kulit batang, terdapat konstituen metabolit sekunder yang terkandung
lipofil dan hidrofil yang tingkat pada kedua jenis ekstrak. Level
kandungan total dari keduanya konsentrasi ekstrak yang digunakan
mencapai 20-40% dibandingkan pada penelitian ini yaitu, masing-
bagian lain pada tanaman. masing sama 4 level konsentrasi (50,
100, 150 dan 200 mg/mL) baik pada
M. gigantea ataupun M. triloba.

Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat 101


Jurnal Borneo Akcaya, 05(2): 95-109, Desember 2019

Tabel 2. Hasil uji fitokimia ekstrak etanol M. gigantea dan M. triloba


Parameter Uji Merkubung (M. gigantea) Mangpurang (M. triloba)
Alkaloid (Dragendroff) +++ +++
Alkaloid (Wagner) - +
Alkaloid (Meyer) - -
Flavonoid (Mg+HCl) + +++
Flavonoid (H2SO4 2N) - +
Flavonoid (NaOH 10%) +++ ++
Saponin + ++
Terpenoid ++ +
Steroid - -
Tanin +++ +++
Fenolik +++ +++
Keterangan :
(-) = Tidak ada (+) = Sedikit (++) = Sedang (+++) = Banyak

e e

d
cd d
ab bc
ab
ab
a a a

Gambar 2. Grafik rerata±SD daya hambat ekstrak etanol kulit batang M. gigantea dan M. triloba terhadap
pertumbuhan bakteri E. faecalis
Keterangan: Pengkodean dengan huruf yang sama pada grafik mengindikasikan tidak berbeda nyata pada
level kepercayaan 99%.

Pengujian dilakukan dengan 3 kali Hasil rerata ±SD daya hambat


ulangan dan kedua jenis ekstrak ekstrak etanol kulit batang M. gigantea
tersebut diujikan pada bakteri E. dan M. triloba terhadap pertumbuhan
faecalis. bakteri E. faecalis pada Gambar 2
Zona bening yang nampak menunjukkan bahwa pada semua level
mengelilingi sekitar kertas cakram konsentrasi yang diuji (50, 100, 150
menunjukkan bahwa terjadinya daya dan 200 mg/mL) dapat menghambat
hambat pertumbuhan bakteri akibat pertumbuhan bakteri. Adanya daya
dari efektivitas senyawa yang hambat pada sampel uji membuktikan
terkandung pada ekstrak etanol kulit bahwa pada konsentrasi tersebut
batang M. gigantea dan M. triloba. senyawa metabolit sekunder kedua
Zona bening hasil pengukuran dapat jenis ekstrak sudah mampu dalam
dilihat pada Gambar 2.

102 Jurnal Borneo Akcaya


Jurnal Borneo Akcaya, 05(2): 95-109, Desember 2019

menghambat pertumbuhan bakteri E. faecalis.

200 100

150 50
a b

Gambar 3. Respon hambatan aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit batang M. gigantea terhadap
bakteri E. faecalis. a. kontrol positif dan kontrol negatif; b. konsentrasi ekstrak 50,100,
150 dan 200 mg/mL

100
200

150 50

a b

Gambar 4. Respon hambatan aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit batang M. triloba terhadap
bakteri E. faecalis a. kontrol positif dan kontrol negatif; b. konsentrasi ekstrak 50, 100,
150 dan 200 mg/mL.

Ekstrak etanol kulit batang M. kulit batang M. triloba belum mampu


gigantea pada level konsentrasi 50 menghambat pertumbuhan bakteri E.
mg/mL daya hambatnya sebesar 3,25 faecalis pada level konsentrasi 50
mm, konsentrasi 100 mg/mL daya mg/mL. Ekstrak M. triloba pada level
hambatnya sebesar 4,62 mm, konsentrasi 100 mg/mL daya
konsentrasi 150 mg/mL daya hambatnya sebesar 1 mm, 150 mg/mL
hambatnya sebesar 4,5 mm dan pada sebesar 2 mm dan pada 200 mg/mL
konsentrasi 200 mg/mL daya sebesar 2,87 mm.
hambatnya sebesar 5,25 mm. Pengujian kontrol negatif (etanol
Hasil penelitian pada ekstrak 96%) menunjukkan tidak adanya daya
etanol kulit batang M. triloba daya hambat yang terbentuk. Hal ini
hambatnya terjadi pada konsentrasi membuktikan bahwa zona hambat
100, 150 dan 200 mg/mL, sedangkan yang terdapat pada media uji
pada konsentrasi 50 mg/mL tidak merupakan murni hasil dari senyawa-
terdapat daya hambat. Hal ini senyawa metabolit sekunder pada
membuktikan bahwa ekstrak etanol kedua jenis ekstrak. Sedangkan pada

Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat 103


Jurnal Borneo Akcaya, 05(2): 95-109, Desember 2019

kontrol positif (tetracycline) memiliki hanya sebesar 2,87 mm. Hasil


daya hambat sebesar 12 mm dan 13 pengujian tersebut menunjukkan
mm. bahwa ekstrak etanol kulit batang M.
Hasil penelitian menunjukkan gigantea dan M. triloba mempunyai
bahwa kedua jenis ekstrak mampu senyawa yang mampu menghambat
menghambat pertumbuhan bakteri E. aktivitas antibakteri, meskipun masih
faecalis, dimana antara perlakuan 200, tergolong sedang dan lemah. Ini
150 dan 100 mg/mL pada kedua jenis dikuatkan dengan hasil penelitian
ekstrak dalam menghambat per- Charyadie et al., (2014) yang
tumbuhan aktivitas bakteri me- menggunakan bagian daun pada
nunjukkan tidak berbeda nyata, tanaman (alpukat) berupa ekstrak
sehingga dapat dikatakan konsentrasi yang diujikan pada bakteri E. faecalis
200, 150 dan 100 mg/mL memiliki untuk melihat respon hambatan,
pengaruh yang sama. Namun, dimana pada konsentrasi 100% sudah
konsentrasi 100 mg/mL merupakan memperoleh daya hambat sebesar
konsentrasi terbaik dari kedua jenis 11.82 mm.
ekstrak pada semua perlakuan dalam Rendahnya aktivitas antibakteri
menghambat pertumbuhan bakteri E. yang ditunjukkan pada penelitian ini
faecalis. diduga karena karateristik bakteri itu
Hasil uji juga membuktikan sendiri, dimana bakteri gram positif (E.
semakin tinggi level konsentrasi, maka faecalis) memiliki struktur lapisan
bertambah juga zona hambat yang penyusun seperti dinding sel berupa
dihasilkan, meskipun penambahan peptidoglikan yang tebal. Putri et al.,
zona beningnya tidak terlalu besar. (2018) mengemukakan bahwa bakteri
Daya hambat yang ditandai dengan dari genus Enterococcus mempunyai
adanya zona bening yang mengelilingi kemampuan untuk menghasilkan
kertas cakram dapat dilihat pada katalase negatif yang dapat
Gambar 3 untuk ekstrak M. gigantea menghambat kerja dari antibiotik.
dan pada Gambar 4 untuk ekstrak M. Hasil penelitian ini membuktikan
triloba. bahwa kedua jenis ekstrak sudah
Berdasarkan pengelompokan mampu menghambat pertumbuhan
zona hambat pertumbuhan bakteri bakteri. Ini sesuai apabila dilihat dari
(Anita et al., 2014), hasil pengujian hasil pengujian secara fitokimia pada
pada ekstrak etanol kulit batang M. ekstrak etanol kulit batang M. gigantea
gigantea terhadap bakteri E. faecalis dan M. triloba, dimana senyawa yang
menunjukkan daya hambat dengan teranalisis yaitu senyawa alkaloid,
kategori sedang. Pada konsentrasi flavonoid, saponin, terpenoid, tanin
tertinggi yaitu 200 mg/mL memiliki dan fenolik. Senyawa-senyawa
daya hambat sebesar 5,25 mm dan tersebut diduga dapat menghambat
pada konsentrasi 50, 100 dan 150 aktivitas pertumbuhan bakteri (Suerni
mg/mL tergolong dalam kategori daya 2013; Prihatiningtyas et al., 2018).
hambat lemah, dikarenakan daya Hasil analisis uji fitokimia
hambat yang dimiliki <5 mm. menunjukkan adanya kandungan
Ekstrak M.triloba pada semua alkaloid dalam jumlah yang banyak
konsentrasi daya hambat tergolong terutama pada pereaksi Dendrograff.
dalam kategori lemah dikarenakan Menurut Muhaimin et al., (2018)
pada semua level konsentrasi daya senyawa alkaloid mempunyai aktivitas
hambat yang diperoleh <5 mm. antibakteri yang mampu menghambat
Bahkan pada level konsentrasi bahkan mematikan struktur penyusun
tertinggi 200 mg/mL, daya hambat dari bakteri. Kemampuan alkaloid

104 Jurnal Borneo Akcaya


Jurnal Borneo Akcaya, 05(2): 95-109, Desember 2019

dalam menganggu kerja dari sistem adalah dengan cara merusak


bakteri erat kaitannya dengan membran sel bakteri. Kerusakan
kemampuan senyawa alkaloid tersebut disebabkan oleh senyawa
berinteraksi dengan DNA, karena aktif dari kedua jenis ekstrak yang
interaksi tersebut berdampak pada bereaksi dengan komponen aktif pada
terhambatnya proses sintesis DNA membran atau mengencerkan
(Mawan et al., 2018). konstituen lipid serta membuat
Sejalan dengan pernyataan permeabilitas meningkat. Ini
Muhaimin et al., (2018) dan Rismawati dikarenakan terjadinya peningkatan
et al., (2018) senyawa flavonoid permeabilitas yang menyebabkan
mempunyai aktivitas antibakteri yang mudahnya senyawa aktif pada ekstrak
mampu menghambat bahkan masuk ke dalam sel penyusun bakteri
mematikan struktur penyusun dari yang nantinya akan menghancurkan
bakteri. Aktivitas dari senyawa membran sel atau mengkoagulasi
flavonoid dalam bekerja dengan cara sitoplasma sehingga sel bakteri tidak
menyerang membran sel yang dapat berfungsi sebagaimana
menyebabkan kerusakan pada mestinya (Rahman et al., 2017).
membran sel tersebut dan flavonoid Selain itu, menurut Akiyama et al.
juga menghambat sintesis (2011) mekanisme kerja tanin sebagai
makromolekul sel bakteri. Pernyataan antibakteri dalam membentuk zona
tersebut sama dengan Rahman et al., hambat melalui perusakan membran
(2017) yang menyatakan bahwa sel bakteri. Hal ini terjadi dikarenakan
senyawa flavonoid mempunyai sifat saat proses toksisitas pada senyawa
antibakteri yang dapat menghambat tanin, ada pembentukan ion logam dari
pertumbuhan bakteri dengan cara tanin yang mempunyai banyak fungsi,
menyerang struktur penyusun bakteri diantaranya saat reduksi dari
berupa metabolisme energi, sintesis prekursor ribonukleotida DNA
asam nukleat dan fungsi membran sel, terutama bakteri yang tumbuh dan
yang menyebabkan terganggunya hidup pada kondisi memerlukan
sistem kerja dari bakteri. oksigen dalam pe-mecahan senyawa
Uji fitokimia pada ekstrak etanol glukosa yang menyebabkan
kulit batang M. gigantea dan M. triloba terganggunya berbagai fungsi dari
juga mengandung senyawa saponin. bakteri. Hasil pengujian skrining
Menurut Akinpelu et al., (2014) fitokimia juga menunjukkan senyawa
senyawa saponin memiliki ke- fenolik dalam konsentrasi jumlah yang
mampuan dalam menghambat banyak pada kedua jenis ekstrak.
aktivitas dari bakteri. Aktivitas saponin Menurut Prihatiningtyas et al.
dalam menghambat pertumbuhan (2018) mekanisme kerja senyawa
bakteri yaitu, melalui mekanisme fenolik dapat menghambat per-
peningkatan permeabilitas membran tumbuhan aktivitas bakteri dengan
sel yang dapat menyebabkan cara melakukan oksidasi pada bakteri,
kematian dikarenakan hancurnya dimana sistem kerjanya merusak
membran sel bakteri (Prihatiningtyas beberapa bagian seperti dinding sel,
et al., 2018). substrat pada bakteri dihilangkan dan
Mariajancyrani et al., (2013) dan melumpuhkan kerja enzim. Secara
Mawan et al., (2018) mengemukakan umum senyawa–senyawa metabolit
bahwa terpenoid mempunyai sekunder memiliki mekanisme kerja
kemampuan dalam menghambat sebagai antibakteri dengan menyerang
pertumbuhan bakteri. Adapun struktur penyusun bakteri yang
mekanisme kerja senyawa terpenoid berakibat terhambat, rusak dan

Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat 105


Jurnal Borneo Akcaya, 05(2): 95-109, Desember 2019

bahkan mematikan sistem kerja dari DAFTAR PUSTAKA


bakteri, diantaranya mengganggu Akinpelu BA, Igbeneghu OA,
kerja enzim, sintesis protein, Awotunde AI, Iwalewa EO,
permeabilitas membran dan merusak Oyedapo OO. 2014. Antioxidant
dinding sel (Siregar et al., 2012). and Antibacterial Activities of
Saponin Fractions of
KESIMPULAN Erythropheleum suaveolens
Rendemen ekstrak kulit batang (Guill And Perri.) Stem Bark
M. gigantea sebesar 9,18 % dengan Extract. Scientific Research and
kadar air serbuk sebesar 9,15% dan Essays. 9 (18): 826-833.
ekstrak kulit batang M. triloba sebesar Akiyama H, Fuji K, Yamasaki O, Oono
9,70% dengan kadar air serbuk T, Iwatsuki K. 2001.
sebesar 8,56%. Proses skrining Antibacterial action of several
fitokima memperoleh hasil senyawa tannins against Staphylococcus
aktif diantaranya senyawa alkaloid, aureus. Journal of antimicrobial
terpenoid, tanin, flavonoid, saponin chemotherapy. 48(4): 487-491.
dan fenolik pada kedua jenis ekstrak. Anita A, Khotimah S, Yanti AH. 2014.
Level konsentrasi 100 mg/mL Aktivitas Antibakteri Ekstrak
merupakan konsentrasi terbaik dari Daun Benalu Jambu Air
kedua jenis ekstrak untuk (Dendropthoe petandra L. Miq.)
menghambat pertumbuhan bakteri E. J. Protobiont. 3(2): 268-272.
faecalis, namun diantara kedua jenis Amirta R, Angi EM, Ramadhan R,
ekstrak tersebut yang terbaik dalam Kusuma IW, Wiati CB dan
menghambat pertumbuhan E. faecalis Haqiqi MT. 2017. Potensi
adalah M. gigantea. Pemanfaatan Macaranga.
Samarinda: Mulawarman
REKOMENDASI University Press.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka Apriani AS, Saleh C, Alimuddin 2014.
diperlukan penelitian lanjutan guna Uji Fitokimia dan Aktivitas
mengetahui pengaruh ekstrak etanol Antibakteri Dari Tanaman
kulit batang M. gigantea dan M. triloba Merkubung (Macaranga
terhadap beberapa jenis bakteri lain gigantea (Rchb. f. & Zoll) Mull.
sehingga kedepannya potensial Arg.) Dengan Ekstrak Total,
sebagai agen antibakteri baru. Fraksi N-heksana, Etil Asetat
Rekomendasi yang dapat diberikan dan Etanol Air Terhadap
berdasarkan hasil penelitian ini adalah Bakteri Escherichia coli
dalam rangka mendukung terwujudnya dan Staphylo coccusaureus. J.
desa yang mandiri dalam aspek Kimia Mulawarman. 12(1):37-
kesehatan, pemerintah setempat 41.
diharapkan dapat memberikan Astarina NWG, Astuti KW, Warditiani
dukungan dan himbauan kepada NK. 2013. Skrining Fitokimia
masyarakat agar dapat melakukan Ekstrak Metanol Rimpang
budidaya serta pemeliharaan tanaman Bangle (Zingiber purpureum
dari kedua genus Macaranga ini. Roxb). J. Farmasi Udayana.
Dengan demikian, sumberdaya alam 2(4): 1-7.
serta pengetahuan lokal masyarakat
dalam pengobatan tradisional dapat
terjaga.

106 Jurnal Borneo Akcaya


Jurnal Borneo Akcaya, 05(2): 95-109, Desember 2019

Aziz T, Ratih CKN, Fresca A. 2009. Hamidi H, Setijonegoro FXN,


Pengaruh Pelarut Heksana dan Fujitriartanto, Sa`id A, Harioso,
Etanol, Volume Pelarut, Huda, Hardiyanto A, Waluyanto
dan Waktu Ekstraksi Terhadap B, Lubis ISG, Setiawan D,
Hasil Ekstraksi Minyak Kopi. J. Mu`arofah AF. 2015. Indeks
Teknik Kimia. 1(16): 1-8. Desa Membangun. Kementrian
Charyadie FL, Adi S dan Sari RP. Desa, Pembangunan Daerah
2014. Daya Hambat Ekstrak Tertinggal dan Transmigrasi.
Daun Alpukat (Persea Jakarta.
americana, Mill.) Terhadap Harbone JB. 1996. Metode Fitokimia,
Pertumbuhan Enterococcus Penuntun Cara Moderen
faecali. J. Kedokteran Gigi. Menganalisis Tumbuhan. Edisi
8(1):1907-5987. I. Penerjemah: Padmawinata K
Darussalam H. 2016. Uji Sensitivitas dan Soediro I. Bantung: ITB.
Ekstrak Kayu Ulin Mailuhu M, Runtuwene MRJ,
(Eusideroxylon zwageri) Koleangan HSJ. 2017. Skrining
terhadap Pertumbuhan Bakteri Fitokimia dan Aktivitas
Staphylococcus aureus Secara Antiosidan Ekstrak Metanol
In Vitro. Mahakam Medical Kulit Batang Soyogik (Saurauia
Laboratory Technology Journal. bracteosa DC). Chemistry
1(2):81-90. Prog. 10(1): 1-7.
Dasopang ES. 2017. Skrining Manuhuwa E. 2007. Kadar Air dan
Fitokimia dan Uji Aktivitas Berat Jenis Pada Posisi Aksial
Antibakteri Ekstrak Etanol dan Radial Kayu Sukun
Daun Sangitan (Sambucus (Arthocarpus communis, J.R
javanica Rainw) Terhadap dan G. Frest). Maluku. J.
Pertumbuhan Bakteri Agroforestri. 2(1):51-54.
Escherichia coli dan Salmonella Mariani Y, Yusro F, Konishi Y, Taguchi
thypi. J. Biologi Lingkungan, T, Tominaga A. 2016.
Industri, Kesehatan. Regulatory effects of five
4(1):54-62. medicinal plants used by Dayak
Davis WW dan Stout TR. 1971. Disc Uud Danum in West Kalimantan
Plate Method of Microbiological Indonesia on the delayed type
Antibiotic Assay. J. Of hypersensitivity and the
Microbiology. 22(4):659-665. inflammation of human colon
Departemen Pertanian. 1976. epithelial cells. Kuroshio
Vademecum Kehutanan Science. 10:59-71.
Indonesia. Jakarta: Balai Mariajancyrani J, Chandramohan G,
Penjelidikan Kehutanan. Saravanan, Elayaraja A. 2013.
Gagpersz V. 2006. Teknis Analisis Isolation and Antibacterial
dalam Penelitian Percobaan. Activity of Terpenoid from
Ed-1. Cetakkan ketiga. Bougainvillea glabra Choicy
Bandung: Penerbit Tarsito. Leaves. Asian Journal of
Plant Science and Research.
3(3): 70-73.

Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat 107


Jurnal Borneo Akcaya, 05(2): 95-109, Desember 2019

Mawan AR, Indriwati SE, Suhadi. Aktivitas Xantin Oksidase yang


2018. Aktivitas Antibakteri Diisolasi dari Air Susu Segar
Ekstrak Metanol Buah Sapi. J. Kimia UM Online.2(2):1-
Syzygium polyanthum terhadap 11.
Pertumbuhan Bakteri Rahman FA, Haniastuti T, Utam TW.
Escherchia coli. J. 2017. Skrining Fitokimia Dan
Bioeksperimen. 4(1): 64-68. AktivitasAntibakteri Ekstrak
Muhaimin M, Yusnaidar Y, Amanda H. Etanol Daun Sirsak (Annona
2018. Antimalaria Activity of muricata L.) Pada
Macaranga Gigantea Leaves Streptococcus mutans ATCC
Extracts. Journal of The 35668. Majalah Kedokteran Gigi
Indonesian Society of Integrated Indonesia. 3(1): 1-7.
Chemistry. 10(2): 23-32. Rismawati, Marliana E, Daniel. 2018.
Pasil Y, Yuliansanti A. 2014. Daya Uji Fitokimia Ekstrak Metanol
Antibakteri Daun Sirih Merah Daun Macaranga Hullettii
(Piper crocatum) terhadap King Ex Hook.F. J. Atomik. 3(2):
Bakteri Entrocoocus faecalis 91-94.
sebagai Bahan Madikamen Siregar AF. Sabdono A. Pringgenies
Akar dengan Metode Delusi. D. 2012. Potensi antibakteri
Insisiva Dental Journal. 3.(1): ekstrak rumput laut terhadap
88-95. bakteri penyakit kulit
Putri YW, Putra EP, Utama BI. 2018. Pseudomonas aeruginosa,
Identifikasi Dan Karakteristik Staphylococcus epidermidis
Bakteri Asam Laktat Yang dan Micrococcus luteus. Journal
Diisolasi Dari Vagina Wanita of marine research. 1(2): 152-
Usia Subur. J. Kesehatan 160.
Andalas. 7(3): 20-25. Sjostrom E. 1981. Wood Chemistry:
Prihatiningtyas W, Mariani Y, Oramahi Fundamentals and Aplications.
HA, Yusro F, Sisillia L. 2018. Uji Academic Press. London.
Aktivitas Antibakteri New York.
Ekstrak Etanol Kulit Batang Sulaeman ES, Karsidi R, Murti B,
Mangga Kweni (Mangifera Kartono DT, Waryana, dan
odorata Griff) Terhadap Hartanto R. 2012. Model
Escherichia coli ATCC 25922 Pemberdayaan Masyarakat
Dan Staphylococcus aureus Bidang Kesehatan, Studi
ATCC 25923. J. Tengkawang. Program Desa Siaga. J.
8(2):59-74. Kesehatan Masyarakat
Ramadhinta TM, Nahz MYI, Budiarti Nasional. 7 (4). 186-192.
LY. 2016. Uji Efektivitas Suerni E, Alwi M, Guli MM. 2013. Uji
Antibakteri Air Perasan Daya Hambat Ekstrak Buah
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Nanas (Ananas comosus L.
sebagai Bahan Irigasi Saluran Merr.), Salak (Salacca edulis
Akar Alami terhadap Reinw.) dan Mangga Kweni
Pertumbuhan Enterococcus (Mangifera odorata Griff.)
faecalis In Vitro. Dentino Jurnal Terhadap Daya Hambat
Kedokteran Gigi. I(2):125-126. Staphylococcus aureus. J.
Rahmah SH, Suharti, Subandi.2014. Biocelebes. 7(1): 35-47.
Uji Antibakteri dan Daya Inhibisi
Ekstrak Kulit Manggis (Gracinia
Mangostana L.) Terhadap

108 Jurnal Borneo Akcaya


Jurnal Borneo Akcaya, 05(2): 95-109, Desember 2019

Trina, Fitmawati, Sofiyanti N. 2014.


Identifikasi Tumbuhan
Antidiabetes Berdasarkan
Analisis Kuantitatif Asam Tanat.
JOM FMIPA. 1(2): 409-416.
Wasito H. 2011. Obat Tradisional
Kekayaan Indonesia. Edisi ke-1.
Cetakan pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu.Wila H,
Yusro F, Mariani Y. 2018.
Skrining Fitokimia Dan Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Kulit
Batang (Eusideroxylon zwageri)
Terhadap Escherichia coli Dan
Salmonella typhi. J.
Tengkawang. 8.(1): 38 – 49.
Widyastuti N. 2010. Pengukuran
Aktivitas Antioksidan dengan
Metode Cuprac, Dpph, dan
Frap Serta Korelasinya dengan
Fenol dan Flavonoid pada
Enam Tanaman. Fakultas
Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut
Pertanian Bogor.
Bogor.Yusro F, Ohtani K,
Kubota S. 2016. Inhibition of α-
Glucosidase by Methanol
Extracts from Wood Bark
of Anacardiaceae, Fabaceae,
Malvaceae and Phyllanthaceae
Plants Family in West
Kalimantan, Indonesia.
Kuroshio Sci nce. 9(2): 108-12

Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat 109

You might also like