Professional Documents
Culture Documents
Mapping Hoax Messages of COVID-19 in Indonesia Accros Categories, Sources, and Types of Disinformation
Mapping Hoax Messages of COVID-19 in Indonesia Accros Categories, Sources, and Types of Disinformation
ABSTRACT
It is projected that the spread of disinformation infodemic among the COVID-19 pandemic will be as
quickly or even more rapidly than the virus itself. The absence of the government in quickly and accurately
providing information is suspected of being the basis of this phenomenon. Several studies have attempted to
examine how the disinformation is shared, absorbed and driven to other behaviors. Meanwhile, no preliminary
study maps the features of disinformation to be used practically for prevention and for overcoming
disinformation itself. This study aims to fill this gap by examining 174 disinformation during the pandemic of
COVID-19. There are five types of COVID-19 disinformation in Indonesia, namely governance, health, foreign
relations, business and crime. We argue that if these five categories are not taken seriously, they will create a
public distrust of government and science. Another result that arises is the apathy towards the virus which will
endanger the wider community. On the basis of these results, we propose a strict government intervention in the
provision of knowledge and clarification of disinformation in different forms of social media.
Keywords: hoax news, COVID-19, disinformation, misinformation
ABSTRAK
Infodemi disinformasi di tengah pandemi COVID-19 diproyeksi sama cepat atau bahkan lebih cepat
dari virus itu sendiri. Fenomena ini ditengarai terjadi karena absennya negara dalam menyediakan informasi
yang cepat dan tepat. Berbagai macam studi telah mencoba menguji bagaimana disinformasi dibagikan,
dikonsumsi dan mengarahkan masyarakat untuk melakukan aktivitas tertentu. Sementara itu belum ada studi
pendahuluan yang memetakan karakteristik disinformasi secara praktis untuk dimanfaatkan bagi tindakan
preventif dan penanggulangan disinformasi itu sendiri. Studi ini bertujuan untuk mengisi celah tersebut dengan
menganalisis 174 disinformasi selama pandemi COVID-19. Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima
kategori disinformasi tentang COVID-19 di Indonesia yaitu politik, kesehatan, luar negeri, bisnis, dan
kriminalitas. Kami berargumen bahwa kelima kategori tersebut jika tidak ditangani secara serius akan
memunculkan sikap ketidakpercayaan publik terhadap otoritas pemerintah dan ilmu pengetahuan. Akibat lain
yang muncul adalah sikap apatis terhadap virus tersebut yang akan membahayakan masyarakat luas.
Berdasarkan temuan tersebut, kami merekomendasikan kehadiran pemerintah yang tegas dalam memberikan
informasi serta mengklarifikasi disinformasi yang muncul di berbagai macam media sosial.
Kata Kunci: berita hoaks; COVID-19; diinformasi; misinformasi
*Korespondensi penulis:
Email:Oemarmadribafadhal@fisip.unsri.ac.id
235
PENDAHULUAN and disinformation, especially during a
pandemic, it's a civic duty that requires
“Combating misinformation everyone's involvement” (Carvin, 2020).
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/
Komunikasi Vol.6 (No. 2 ): 2 -
Hasil Penelitian
249 Th. 2020
p-ISSN: 2502-0935
236
serius bagi kesehatan masyarakat karena sumber berita disinformatif tentang COVID-19
mampu mempengaruhi perilaku masyarakat. secara praktis akan bermanfaat dalam
Pemahaman mengenai kategori dan mengembangkan strategi untuk mengurangi
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/
Komunikasi Vol.6 (No. 2 ): 3 -
Hasil Penelitian
249 Th. 2020
p-ISSN: 2502-0935
penyebaran informasi yang salah di tengah kerentanan yang timbul dari masalah
pandemi ini. Tulisan ini, secara lebih spesifik, kerberlangsungan hidup, misalnya ketakutan
bertujuan untuk mengelompokkan terhadap suatu hal yang tidak diketahui dan
disinformasi dalam jenis, kategori, dan klaim kecemasan yang dirasakan karena hilangnya
tertentu. Utamanya untuk melihat pola sumber daya ekonomi, geografis, budaya dan
disinformasi seperti apa yang beredar di lain sebagainya (Bafadhal, 2017), yang pada
Indonesia. Selain itu, kami juga menganalisis akhirnya membuat mereka mengambil realita-
sumber disinformasi (di media sosial mana realita alternatif yang ditawarkan.
saja berita disinformatif banyak ditemukan Secara tradisional, penyebaran berita
serta aktor yang mengklarifikasi berita tersebut disinformatif dilakukan dengan memalsukan
(pemerintah, media masa dan lain sebagainya). dokumen dan menanam propaganda di koran.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan Sementara, saat ini berita disinformatif
wawasan yang bermanfaat untuk penelitian dilakukan dengan memodifikasi konten
tentang penyebaran informasi ketika krisis dengan menggunakan berbagai aplikasi untuk
nantinya. mengedit foto, generator kliping koran,
simulator suara, atau perangkat lunak video
Disinformasi untuk membuat konten visual yang difabrikasi
Disinformasi merujuk pada distribusi tetapi dapat dipercaya, dan lain sebagainya
atau diseminasi informasi bohong, palsu, (Utami, 2019). Fungsi penyebaran berita
keliru, atau menyimpang secara sengaja yang semacam ini adalah untuk menciptakakan
bertujuan untuk menyesatkan, menipu, atau imajinasi tentang adanya dunia alternatif
membingungkan pihak penerima. Kebohongan dengan menetapkan kepalsuan sebagai fakta.
kemudian menjadi elemen persuasif utama
yang memanfaatkan ambiguitas dari bahasa Disinformasi di Kala Pandemi
kita untuk mendorong masyarakat melakukan Pertanyaan mengapa individu,
suatu tindakan tertentu. Kesalahan informasi masyarakat dan institusi tertentu lebih rentan
yang diberikan ke publik, pada akhirnya terhadap berita disinformatif saat ini sedang
menentukan bagaimana cara mereka bertindak menarik untuk didiskusikan. Akademisi dan
dan menyebarkan penilaian moral tertentu praktisis kesehatan masyarakat saat ini
kepada masyarakat yang membaca menaruh perhatian pada potensi internet
disinformasi tersebut (Fetzer, 2004; sebagai medium untuk membagikan informasi
Vlăduţescu & Tenescu, 2014). kesehatan (Carmo-Fonseca, Mendes-Soares, &
Dalam konteks tertentu disinformasi Campos, 2002; Craan & Oleske, 2002; Tan &
merupakan salah satu dari berbagai strategi Goonawardene, 2017). Secara lebih spesifik,
politik (Balmas, 2014; Corner, 2017; Fensi, ponsel pintar, media sosial, dan teknologi
2018; Molina, Sundar, Le, & Lee, 2019). seluler lainnya berkontribusi pada intervensi
Disinformasi pada awalnya mengacu pada pencegahan penyakit tertentu dan peningkatan
kampanye untuk menyebarkan propadganda kesadaran kesehatan masyarakat (Ridout &
politik dengan tujuan tertentu, mengacu pada Campbell, 2018). Beberapa diantara
kerangka kerja informasi yang terorganisir dan keuntungannya adalah biaya yang murah dan
dengan hati-hati diarahkan untuk mencapai jangkauan audiens yang lebih luas (Lee
konsesnsus publik tentang suatu tujuan baik Ventola, 2014). Di sisi lain internet juga telah
yang tersirat ataupun tersurat. Tujuan terbukti menjadi medium penyebaran
penyebaran berita semacam ini mengarah pada informasi yang salah, termasuk berita palsu di
mobilisasi atau merawat imajinasi pemilih dalamnya. Penyebaran berita disinformatif
dengan retorika rasis, anti keragaman, anti hak menghasilkan berbagi macam diskusi seperti
asasi manusia (Ilahi, 2019; Utami, 2019). Hal perubahan perilaku sebagai akibatnya (Waszak
ini terjadi karena disinformasi menyasar pada et al., 2018).
Secara lebih spesifik, di era COVID-
19, beberapa studi telah diakukan, kaitanya
dengan bagaimana berita hoaks, fake news,
disinformasi dibagikan, dikonsumsi dan
mengarahkan masyarakat untuk melakukan
aktivitas tertentu (Grace, 2020; Larson, 2020;
Pennycook et al., 2020; Tasnim et al., 2020). membahayakan masyarakat luas. Berangkat
Disinformasi di kala pandemi kemudian dari riset-riset terdahulu tersebut, kami
menjadi penting untuk dikaji karena berargumen bahwa perlu dilaksanakan riset
sebagaimana yang diungkap di awal, dapat dasar untuk mengidentifikasi karakteristik
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/
Komunikasi Vol.6 (No. 2 ): 4 -
Hasil Penelitian
249 Th. 2020
p-ISSN: 2502-0935
disinformasi dimana dia dibagikan, apa saja sistematis terhadap disinformasi yang ada
tema yang muncul, dan siapa saja aktor yang didalam situs Hoax Buster pada alamat
mengklarifikasi kebenaran berita. https://covid19.go.id/p/hoax-buster. Hoax
Buster adalah platfrom dari pemerintah yang
menyediakan daftar disinformasi yang berisi
METODE PENELITIAN pembahasan dari masing-masing artikel
disinformatif secara rinci. Termasuk di
Penelitian ini bertujuan untuk dalamya adalah artikel disinformatif,
mengidentifikasi disinformasi dari sisi jenis, klarifikasi, sumber berita, dan rujukan
sumber dan klaim kesalahan informasi terkait mengenai informasi yang sebenarnya.
COVID-19. Untuk mencapai tujuan tersebut Meskipun secara terminologis, situs tersebut
kami memperkerjakan analisis konten menggunakan istilah hoaks, kami
menggunakan istilah disinformasi dalam
menyebut berita atau informasi palsu yang ada
di situs tersebut. Penyebutan kata disinformasi
dirasa lebih konseptual karena informasi-
informasi palsu yang disebar di kala pandemi
secara teoritis memiliki tujuan tertentu baik
secara ekonomi atau politis untuk
menyesatkan, menipu, dan membingungkan
Tabel 1. Kategori dan Deskripsi Disinformasi
Kategori Sub Kategori Deskripsi
Bisnis Bisnis Kategori ini memuat disinformasi yang menurunkan citra
perusahaan dengan membuat berita palsu tentang
tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan oleh
perusahaan.
Kriminalitas Kriminalitas Kategori ini berisi berita bohong tentang kejadian
criminal di suatu tempat.
Luar Negeri Cina Ini menceritakan tentang bagaimana penanganan
COVID-19 di Cina
Italia Sebagaimana disinformasi tentang Cina, kategori ini
berisi tentang dinamika COVID-19 di Italia
Amerika Serikat Berisi disinformasi tentang COVID-19 di Amerka
Serikat.
Kesehatan Karakteristik COVID-19 Berita ini disajikan untuk membantu pembaca
menemukan karakteristik COVID-19, utamanya tentang
bagaimana transmisinya.
Pengobatan/Pencegahan Bagaimana COVID-19 dicegah dan diobati adalah
COVID-19 disinformasi yang termasuk dalam kategori ini.
Penyebab COVID-19 Ini berisi tentang penyebab COVID-19.
19 dan tata cara penguburan korban COVID- memberikan gambaran yang lebih spesifik
19. Sementara itu kategori politik, berisi mengenai disinformasi apa saja yang
tentang pemberitaan yang salah mengenai diproduksi. Dari lima kategori yang telah
tokoh politik, kebijakan publik untuk urusan disampaikan sebelumnya kami pecah lagi
COVID-19, dan kebijakan lockdown. menjadi 15 sub kategori sebagaimana terdapat
Informasi yang tidak benar tentang dalam Tabel 2. Bagian selanjutnya mengulas
kondisi COVID-19 di Cina, Amerika Serikat tentang masing-masing sub kategori.
dan Italia ditemukan sebanyak 23 berita,
kemudian kami kategorikan sebagai kategori Bisnis
luar negeri. Kategori berikutnya adalah bisnis. Kategori bisnis dan kriminalitas
Kategori ini memuat berita-berita yang masing-masing memilki lima artikel
menjatuhkan citra suatu perusahaan atau bisnis disinformatif. Pada kategori bisnis, secara
yang kami temukan sebanyak 5 berita. spesifik artikel mengabarkan informasi yang
Kemudian, berita palsu mengenai kriminalitas tidak benar mengenai perusahaan tertentu.
di suatu daerah yang diakibatkan oleh COVID- Beberapa perusahaan yang menjadi sasaran
19 kami temukan sebanyak 5 berita antara lain Tempo dengan memberikan
disinformatif. Semua berita yang tidak gambar sampul yang salah. Selain itu terdapat
termasuk di dalam kategori-kategori tersebut pula peberitaan yang salah mengenai
kami labeli dengan lain-lain yang ditemukan penggeratisan layanan Netflix selama
sebanyak 5 berita. karantina. Berita lain adalah dijualnya
Karena masih terlalu umum untuk beberapa hotel di bali karena sepi pengunjung
dikaji, kami memutuskan untuk membagi dan mibil-mobil yang dijual karena kreditur
setiap kategori ke dalam sub kategori yang mengalami gagal bayar.
lebih spesifik. Ini dimaksudkan untuk
Kriminalitas
Kategori kriminalitas berisi mengenai
informasi palsu yang berusaha meresahkan
masyarakat dengan memberikan berbagai
informasi kejahatan akibat COVID-19.
Diantara berita-berita yang termasuk kategori
ini adalah pembunuhan masal berkedok
COVID-19 dan pembunuhan pemuka agama.
242
melakukan berbagai inovasi untuk meredakan melandaikan kurva disinformasi. Selain kendala
sirkulasi disinformasi di situs mereka (BBC, bahasa yang tidak terdeteksi oleh algoritma
2020). Mengingat jumlahnya masih cukup Facebook, disinformasi juga melakukan evolusi
banyak. Artinya perlu ada evaluasi dari agar tidak bisa terdeteksi secara khusus,
perusahaan media terkait usaha mereka untuk sehingga butuh pengembangan algoritma baru
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/
Komunikasi Vol.6 (No. 2 ): 9 -
Hasil Penelitian
249 Th. 2020
p-ISSN: 2502-0935
244
kami menemukan bahwa disinformasi yang digunakan untuk menimbulkan
beredar di era pandemi COVID-19 ini ketidakpercayaan pada otoritas-otoritas yang
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/
Komunikasi Vol.6 (No. 2 ): 11 -
Hasil Penelitian
249 Th. 2020
p-ISSN: 2502-0935
berurusan langsung dengan COVID-19 seperti Studi jurnalisme pada abad kesembilan belas
pemerintah dan ilmu pengetahuan. menemukan surat kabar yang umumnya
Sebagaimana diungkapkan oleh (Brennen, bereksperimen dengan berita dan penulisan
Simon, Howard, & Nielsen, 2020), fiksi demi keuntungan (Roggenkamp, 2005).
disinformasi tentang tindakan pemerintah dan Sejalan dengan temuan tersebut, penelitian ini
penyebaran virus secara umum selalu menemukan bahwa disinformasi tentang
berlawanan dengan apa yang dianjurkan oleh COVID-19 di Indonesia adalah pendalaman
otoritas, mulai dari negara dengan komunikasi politik abad kesembilan belas
kebijakannya sampai dengan ilmu (Blumler, 2016), yang ditandai dengan
pengetahuan dengan berbagai riset yang kembalinya pesan partisan dan politik identitas
dilakukannya. (Blumler & Kavanagh 1999). Hal ini didukung
Banyaknya disinformasi mengenai dengan narasi disinformasi yang banyak
tindakan yang diambil oleh otoritas mengambil nilai ideal dari suatu komunitas
mengindikasikan bahwa pemerintah tidak sehingga tidak secara nyata menggambarkan
selalu berhasil memberikan informasi yang suatu informasi, namun merupakan gambaran
jelas, berguna dan terpecaya untuk menjawab tentang bagaimana kuasa pemaknaan harus
keingintahuan publik yang mendesak. Dengan sejalan dengan pandangan disinformasi
absennya informasi yang memadai, berita tersebut (Bafadhal, 2017).
disinformasi mengisi kekosongan ruang Penelitian ini membuktikan bahwa
tersebut dalam pemahaman publik yang pada pesan di media sosial digunakan sebagai
akhirnya membuat publik enggan sumber berita yang kemudian didefinisikan
mempercayai komunikasi resmi dari ulang. Selain itu, disinformasi ini dibagikan
pemerintah (Djalante et al., 2020; Gao & Yu, dan dibahas melalui jaringan online dalam
2020) hitungan menit atau bahkan detik. Komunitas
Selain pemerintah, disinformasi juga online yang berbagi dan membahas
menyasar di bidang kesehatan dan ilmu disinformasi biasanya sekelompok individu
pengetahuan secara umum. Beberapa peneliti yang memiliki pendapat dan sudut pandang
meyakini bahwa disinformasi terkait COVID- yang sama (Brummette, DiStaso, Vafeiadis, &
19 memang ditujukkan agar masyarakat secara Messner, 2018). Pada akhirnya berita
keliru berperilaku misalnya dengan disinformasi dipromosikan di berbagai macam
mengkonsumsi obat-obatan herbal dan lain platform media sosial untuk menipu publik
sebagainya (Larson, 2020; Pulido Rodríguez et demi keuntungan ideologis tertentu.
al., 2020; Radecki & Spiegel, 2020).
Wacana publik yang dipenuhi dengan
disinformasi, sanggahan, serta merujuk pada
komunikasi pemerintah yang ambigu akan SIMPULAN
menimbulkan kebingungan bahkan dapat
menyebabkan sikap apatis serta membuat Penelitian ini bertujuan untuk
publik waspada terhadap pemerintah dan menggambarkan karakteristik disinformasi di
urusan publiknya (Fensi, 2019; Landon- era pandemi COVID-19. Kami menemukan
Murray, Mujkic, & Nussbaum, 2019). Hal ini lima tema yang muncul yaitu politik,
bisa dimanfaatkan oleh politisi untuk mencari kesehatan, luar negeri, bisnis, dan kriminalitas.
celah elektabilitas, menegaskan posisinya di Dilihat dari sumbernya, studi ini menemukan
politik, dan mengambil kebijakan yang tidak bahwa Facebook and WhatsApp adalah dua
diikuti dengan masukan dari publik. media sosial yang paling sering digunakan
Penyebaran berita disinformasi dan untuk mebagikan disinformasi. Sementara itu,
kaitannya daengan politik bukan suatu absennya pemerintah dalam mengklarifikasi
fenomena baru. Berita apapun bisa saja disinformasi adalah kesempatan baru bagi
dimanipulasi untuk meningkatkan atau media daring untuk hadir membantu
menurunkan citra dari seorang tokoh politik. pemerintah menyanggah berita disinformasi.
Ketidakhadiran pemerintah dalam
menyediakan informasi cepat dan tepat
kemudian menjadi kesempatan untuk
menyebarkan berita bohong. Ini, secara lebih
luas, dapat dimaknai sebagai upaya untuk akhirnya disinformasi ini dimanfaatkan oleh
menjatuhkan otoritas yang berkaitan langsung politisi sesuai dengan agendanya masing-
dengan penanganan COVID-19 mulai dari masing.
pemerintah sampai dengan tenaga medis. Pada Sementara bagi masyarakat dampak
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/
Komunikasi Vol.6 (No. 2 ): 12 -
Hasil Penelitian
249 Th. 2020
p-ISSN: 2502-0935
dari penyebaran disinformasi ini adalah apakah berita disinformasi tersebut mendorong
sesaknya wacana publik dengan informasi- masyarakat untuk memiliki imajinasi sendiri
informasi yang membingungkan. Diseminasi mengenai virus ini dan lain sebagainya.
pengetahuan saintifik yang berguna bagi
masyarakat menjadi terhambat. Masyarakat
dijejali dengan informasi mengenai berbagai
pengobatan alternatif yang belum teruji, DAFTAR PUSTAKA
realita-realita di luar negeri yang palsu, dan
anatomi virus yang tidak terbukti. Bafadhal, O. M. (2017). Komunikasi Ritual
Disinformasi ini juga pada akhirnya Penggunaan Aplikasi WhatsApp: Studi
mendorong perilaku apatis pada masyarakat Konsumsi Berita Lewat Group
karena menciptakan kebingungan dan WhatsApp. Jurnal Komunikasi
ketidakpercayaan terhadap otoritas pemerintah Indonesia, 6(1), 49–56.
dan ilmu pengetahuan. http://doi.org/10.7454/jki.v6i1.8628
Secara akademis, studi ini Balmas, M. (2014). When Fake News
berkontribusi sebagai studi dasar yang Becomes Real: Combined Exposure to
memetakan disinformasi tentang COVID-19. Multiple News Sources and Political
Secara praktis, kami merekomendasikan Attitudes of Inefficacy, Alienation, and
kehadiran pemerintah yang tegas dalam Cynicism. Communication Research,
mengontrol disinformasi yang muncul di 41(3), 430–454.
berbagai macam media sosial. Pemerintah http://doi.org/10.1177/009365021245360
perlu mengembangkan sistem inti mendeteksi 0
disinformasi dan juga ikut meng-counter BBC. (2020, April 16). Coronavirus: Facebook
disinformasi dengan informasi yang valid. alters virus action after damning
Selain itu, upaya preventif juga dapat misinformation report - BBC News.
dilakukan dengan membangun sebuah Retrieved May 20, 2020, from
platform tentang karakteristik COVID-19 itu https://www.bbc.com/news/technology-
sendiri agar masyarakat tahu di mana mereka 52309094
harus mencari berita tentang virus ini. Bellström, P., Magnusson, M., Pettersson, &
Studi ini memiliki beberapa Sören, J. (2016). Facebook usage in a
kelemahan. Sebagai studi pendahuluan kami local government: A content analysis of
hanya menganalisis 174 disinformasi yang page owner posts and user posts.
berasal dari situs hoax buster milik Transforming Government:
pemerintah. Studi selanjutnya, seiring dengan People, Process and Policy,
berkembangnya, berbagai komunitas daring 10(4), 548–567.
fact checking dapat mengkombinasikan data- http://doi.org/doi:10.1108/TG-08-2013-
data dari berbagai macam komunitas tersebut 0026
untuk memeproleh hasil yang lebih Blumler, J. G. (2016). The Fourth Age of
komprehensif. Sebagai studi pendahuluan, Political Communication. Politiques de
kami tidak melihat popularitas dan viralitas Communication, 1(19), 30.
meskipun satu berita disinformasi mungkin http://doi.org/https://doi.org/10.3929/ethz
lebih popular dan viral dari berita lain. Studi -b-000238666
selanjutnya dapat melakukan hal tersebut. BLUMLER, J. G., & KAVANAGH, D.
Terakhir, studi selanjutnya juga dapat menilai (1999). The Third Age of Political
dampak disinformasi terhadap perubahan Communication: Influences and Features.
perilaku masyarakat terutama untuk menjawab Political Communication, 16(3), 209–
230.
http://doi.org/10.1080/105846099198596
Brennen, A. J. S., Simon, F. M., Howard, P.
N., & Nielsen, R. K. (2020). Types ,
Sources , and Claims of COVID-19
Misinformation. Oxford University
Press, (April), 1–13.
Brummette, J., DiStaso, M., Vafeiadis, M., &
Messner, M. (2018). Read All About It:
246
The Politicization of “Fake News” on Twitter. Journalism and Mass
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/
Komunikasi Vol.6 (No. 2 ): 13 -
Hasil Penelitian
249 Th. 2020
p-ISSN: 2502-0935
248
Wang, Y., McKee, M., Torbica, A., &
Stuckler, D. (2019). Systematic
Literature Review on the Spread of
Health-related Misinformation on Social
Media. Social Science and Medicine,
240(September), 112552.
http://doi.org/10.1016/j.socscimed.2019.
112552
Waszak, P. M., Kasprzycka-Waszak, W., &
Kubanek, A. (2018). The spread of
medical fake news in social media – The
pilot quantitative study. Health Policy
and Technology, 7(2), 115–118.
http://doi.org/10.1016/j.hlpt.2018.03.002