You are on page 1of 18

21 Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning

PELAKSANANAN PEMBELAJARAN KITAB KUNING


DI MA’HAD JAMI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI LHOKSEUMAWE PROVINSI ACEH

Oleh: Syarboini
Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Lhokseumawe
Email: syarboi78@gmail.com

ABSTRACT
Ma'had Jami'ah Lhokseumawe State Islamic Institute which is inhabited by
hundreds of students has been running for four years, the aim is to find out
the learning of the yellow book, what methods are used in implementing the
learning of the yellow book and what factors are supporting and hindering
the implementation yellow book learning in ma'had Jami'ah Lhokseumawe
State Islamic Institute of Aceh Province, using a qualitative descriptive
approach with a field research study design (Fiel Reseacrh), this study
collected data through observation, interviews and documentation. The
results obtained are the implementation of the learning of the yellow book
carried out at Ma'had Jami'ah Lhokseumawe IAIN running as learning is
carried out by salafi pesantren in general in Aceh, the yellow book
curriculum taught by Fiqh, Nahu, Saraf, Tauhid, Tasawuf , Hadith, Ulumul
Hadith, Morals and Tafsir. The methods used in teaching the yellow book
are the Qiraat wa Tarjamah Method, the Mahfudhat Method, the Murajaah
Method, the Mudzakarah Method, the Peer Tutor Method, the Question and
Answer Method and the 'Ikrab Sentence Method and which are the
supporting factors for learning the yellow book are the mahasantri already
have the basic knowledge of the yellow book , high interest, have written
regulations, the existence of a book of charity to write violations committed
by mahasantri, the availability of yellow book teachers who already have
deep knowledge and understanding of the study of the yellow book, while
the inhibiting factor is the educational background of students who are
different, not all mahasantri have the same passion to study the yellow
book.

Keywords: Learning, Yellow Book, Ma'had Jami’ah

ITQAN, Vol. 11, No.1, Jan-June 2020


Syarboini 22

ABSTRAK
Ma’had Jami’ah Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe yang dihuni
ratusan mahasiswa sudah berjalan pembelajarannya selama empat tahun,
tujuannya adalah untuk mengetahui pembelajaran kitab kuning, metode apa
saja yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran kitab kuning dan
faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan
pembelajaran kitab kuning di ma’had Jami’ah Institut Agama Islam Negeri
Lhokseumawe Provinsi Aceh, dengan menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif dengan rancangan studi penelitian lapangan (Fiel Reseacrh),
penelitian ini mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Adapun hasil yang diperoleh adalah proses pelaksanaan
pembelajaran kitab kuning yang dilaksanakan di Ma’had Jami’ah IAIN
Lhokseumawe berjalan sebagaimana pembelajaran yang dilaksanakan oleh
pesantren salafi pada umumnya yang ada di Aceh, kurikulum kitab kuning
yang diajarkan Fiqih, Nahu, Saraf, Tauhid, Tasawuf, Hadist, Ulumul
Hadist, Akhlak dan Tafsir. Metode yang digunakan dalam mengajarkan
kitab kuning adalah Metode Qiraat wa tarjamah, Metode Mahfudhat,
Metode Murajaah, Metode Mudzakarah, Metode Tutor Sebaya, Metode
Tanya Jawab dan Metode ‘Ikrab Kalimat dan yang menjadi faktor
pendukung pembelajaran kitab kuning adalah mahasantri telah memiliki
ilmu dasar kitab kuning,minat yang tinggi,memiliki peraturan
tertulis,adanya buku catatan amal untuk menulis pelanggaran yang
dilakukan oleh mahasantri, tersedianya tenaga pengajar kitab kuning yang
telah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang dalam terhadap kajian
kitab kuning, sedangkan yang menjadi faktor penghambat adalah latar
belakang pendidikan mahasantri yang berbeda, tidak semua mahasantri
memiliki semangat yang sama untuk belajar kitab kuning.

Kata Kunci : Pembelajaran, Kitab Kuning, Ma’had Jami’ah

PENDAHULUAN
Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe memiliki ma’had yang
dinamakan ma’had Jami’ah Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe
yang dihuni ratusan mahasiswa sudah berjalan pembelajarannya selama 4
(empat) tahun sudah berganti pengurusnya dua kali yang di dalamnya juga
mempelajari kitab kuning atau sering disebut kitab klasik.
Pembelajaran yang dilaksanakan di lembaga ma’had hampir sama
seperti pembelajran dayah, hanya yang membedakan waktu, kalau di dayah
proses interaksi yang dilakukan antara guru dengan santri pada setiap aspek

ITQAN, Vol. 11, No.1, Jan-June 2020


23 Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning

kehidupan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, Maksudnya adalah
karena para santri dan guru tinggal bersama dalam satu lingkungan pondok
yang serba mungkin untuk melakukan pembelajaran tidak hanya
berlangsung di dalam lokal kelas saja. Unsur inilah kemudian yang
membedakan lembaga pendidikan dayah dengan lembaga pendidikan
formal lainnya khususnya ma’had. Pada ma’had di samping belajar kitab
kuning santri harus memenuhi kewajiban yang lain sebagai kewajiban
utama yaitu mengikuti kuliah, inilah yang membedakan ma’had dengan
dayah khususnyan dayah salafiyyah.
Maka dari paparan masalah tersebut di atas penulis tertarik untuk
mengkaji dan membuat suatu penelitian mengenai pelaksanaan
pembelajaran kitab kuning di Ma’had Jami’ah Institut Agama Islam Negeri
Lhokseumawe yang tujuannya adalah untuk mengetahui tentang
Pembelajaran kitab kuning, metode apa saja yang digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran kitab kuning dan faktor apa saja yang menjadi
pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di
ma’had Jami’ah Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe Provinsi Aceh.

LANDASAN TEORI
Pembelajaran Kitab Kuning
Menurut Asep Usmani Ismail Kitab Kuning Marupakan kitab-kitab
klasik biasanya ditulis atau dicetak memakai huruf-huruf Arab dalam
bahasa Arab, Melayu, Jawa, dan sebagainya yang berasal sekitar abad XI
hingga XVI Masehi,(2001: 09) Dinamakan kitab kuning karena kertasnya
berwarna kuning. Adapun dari sisi materi yang termuat di dalam kitab
kuning itu, sebenarnya sangat beragam. Mulai dari masalah aqidah, tata
bahasa Arab, ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu ushul fiqih, ilmu fiqih, ilmu
sastra bahkan sampai cerita dan hikayat yang tercampur dengan dongeng.
Hal lain adalah bahwa kitab kuning merupakan sebuah dokumen intelektual
keislaman, sebuah khazanah Islam yang “lengkap” yang berisi beragam
pendapat para ulama, memuat teks-teks al-Qur’an beserta tafsir yang
dikemukakan sejak sahabat sampai tabi’in, menampung berbagai
penjelasan status hadits dari yang shahih sampai dha’if dan bahkan hadits
maudhu’i dan lain-lain.
Singkatnya, kitab kuning dianggap sudah menyediakan “segalanya”
bagi umat Islam dewasa ini yang menginginkan basis penggalian hukum.
Oleh karena itu, berpegang pada kitab kuning dalam istinbath al-hukm, di
samping lebih praktis karena di dalamnya menyediakan “menu” yang
beraneka ragam, juga untuk menghindari kesalahan dalam memahami al-

ITQAN, Vol. 11, No.1, Jan-June 2020


Syarboini 24

Qur’an dan hadits. Pada kenyataan inilah kemudian, kitab kuning tetap
eksis dan dipelajari oleh kaum santri di dayah atau pondok pesantren
ma’had pada kalangan perguruan tinggi, meskipun jumlah santri yang
mempelajarinya dan lembaga yang masih menerapkan metode tradisonal
ini telah relatif berkurang.

Ciri-Ciri Kitab Kuning


Adapun kitab yang dijadikan sumber belajar di pesantren dan
lembaga pendidikan Islam tradisional semacamnya, disebut kitab kuning.
Adapun kitab kuning menurut Mujammil Qamar memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: 1. Penyususnan dari yang lebih besar terinci ke yang lebih kecil
seperti kitabun, faslhun, furu’,2. Tidak menggunakan tanda baca lazim ,
tidak memakai titik, koma, tanda seru, tanda tanya dan lainya. 3.Selalu di
gunakan istilah dan rumus-rumus tertentu seperti untuk menyatakan
pendapat yang kuat dengan memakai istilah muktamad dan lainnya (2004:
127)

Materi Pembelajaran Kitab Kuning


Adapun materi – materi pembelajaran kitab kuning dapat
diuraikansebagai berikut : 1. Nahwu-Saraf, Istilah nahwu-sharaf ini
mungkin diartikan sebagai gramatika bahasa arab. Keahlian seseorang
dalam gramatika bahasa arab ini telah dapat merubah status-keagamaan,
bentuk keahliannya yaitu kemampuan mengaji atau mengajarkan kitab-kitab
nahwu-sharaf tertentu, seperti al-jurumiyah,al-fiyah,atau untuk tingkat yang
lebih tingginya lagi, dari karya ibnu Aqil, 2. Fiqih, Menurut Nurcholish
Madjid, keahlian dalam fiqih merupakan konotasi terkuat bagi
kepemimpinan keagamaan Islam, sebab hubungan yang erat dengan
kekuasaan. Faktor ini menyebabkan meningkatnya arus orang yang
berminat mendalami dalam bidang fiqih. Umumnya fiqih diartikan sebagai
kumpulan hukum amaliah (sifatnya akan diamalkan) yang di syariatkan
Islam, 3. Aqidah, Aqidah meliputi segala hal yang bertalian dengan
kepercayaan dan keyakinan seorang muslim. Tetapi, menurut Nurcholis
Madjid, meskpun bidang pokok-pokok kepercayaan atau aqidah ini disebut
ushuludin (pokok-pokok agama), sedangkan fiqih disebut furu (cabang-
cabang), namun kenyataannya perhatian pada bidang aqidah ini kalah besar
dan kalah antusias dibanding dengan perahtiaan pada bidang fiqih yang
hanya merupakan cabang (furu), 4. Tasawuf, Pemahaman yang berkembang
tentang ilmu tasawuf hanya seputar tarikat, suluk, dan wirid. Bahkan
dongeng tentang tokoh-tokoh legendaris tertentu, hingga menimbulkan
kultusme pada tokoh-tokoh tertentu baik yang masih hidup maupun yang

ITQAN, Vol. 11, No.1, Jan-June 2020


25 Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning

telah meninggal dunia. Praktek tasawuf seperti ini banyak diamalkan di


Indonesia, 5. Tafsir, Keahlian dibidang tafsir ini amat diperlukan untuk
mengantisipasi kemungkinan munculnya penyelewengan-penyelewengan
dalam menafsirkan al-qur’an. Peran tafsir sangat urgen dan strategis sekali
untuk menangkal segala kemungkinan tersebut, 6.Hadist, Nurcholis Madjid
berpendapat, produk pondok pesantren menyangkut keahlian dalam hadits
jauh relatif kecil bila dibandingkan dengan tafsir. Padahal penguasaan
hadits jauh lebih penting, mengingat hadits merupakan sumber hukum
agama (Islam) kedua setelah al-qur’an. Keahlian dibidang ini tentu saja
amat diperlukan untuk pengembangan pengetahuan agama itu sendiri,
7.Bahasa Arab, Keahlian dibidang ini harus dibedakan dengan keahlian
dalam nahwu-sharaf diatas. Sebab, titik beratnya ialah penguasaan materi
bahasa itu sendiri, baik pasif maupun aktif. Haedari, H.Amin Kebanyakan
mereka kurang mengenal lagi kitab-kitab nahwu-sharaf seperti yang biasa
dikenal di pondok-pondok pesantren.(2007: 50-53)

Urgensi Pembelajaran Kitab Kuning


Kitab kuning memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
membimbingilmuwan muslim. Ini dibuktikan dengan banyaknya intelektual
muslim yang merujuk kepada kitab kuning, walaupun sekarang sudah
banyak kitab kuning terjemahan bahasa Indonesia. Titik esensi dan sumber
pokok dari diskursus kitab kuning sebagai literature keagamaan Islam
adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad berwujud
Al–Quran. Esensi dan sumber pokok ini kemudian dilengkapi dengan
sumber kedua, yakni al-Sunnah atau hadits Rasulullah s.a.w. Wahyu yang
berasal dari Allah s.w.t adalah sumber pengetahuan yang mutlak; dan hanya
Nabi Muhammad saw yang dilimpahi rahmat untuk menerima wahyu
tersebut via malaikat. Pada pihak lain, hadits sebagai sumber diskursus kitab
kuning berada pada level kedua dari segi kemutlakannya, khususnya hadist
shahih mutawatirAzyumardi Azra (2002: 115).
Oleh karena itu peran madrasah dan pesantren sangat menentukan
nasib kitab kuning untuk masa yang akan datang. Tetapi jelas, bahwa wahyu
dan hadits bukan satu–satunya sumber diskursus. Akal kemudian juga
memainkan perannya. Akal dalam batas–batas tertentu memainkan peran
yang tidak bisa dikesampingkan dalam menafsirkan, memperjelas,
mengembengkan dan merinci apa yang diperoleh melalui wahyu dan hadis.
Seperti bisa diharapkan, apa yang bisa dihasilkan oleh akal bukanlah
sesuatu yang mutlak; ia tak lebih dari pada sekedar hasil ijtihad, yang bisa

ITQAN, Vol. 11, No.1, Jan-June 2020


Syarboini 26

benar dan bisa salah terlepas dari tingkatannya, bisa berbeda dari satu
individu atau kelompok kepada individu atau kelompok lainnya.
Secara esensial seluruh kitab kuning mendasarkan diskursusnya
pada epistimologi ini. Namun, pada tingkat yang lebih praktis, hampir
seluruh kitab kuning yang ditulis para ulama atau pemikir asli Indonesia,
selain mendasarkan diri pada ketiga sumber tersebut, juga berpijak pada
hasil– hasil pemikiran ulama yang diakui otoritasnya.
Hampir tidak diragukan lagi kitab kuning mempunyai peran besar tidak
hanya dalam transmisi ilmu pengetahuan Islam, bukan hanya dikalangan
komunitas santri, tetapi juga di tengah masyarakat muslim Indonesia secara
keseluruhan. Lebih jauh lagi, kitab kuning khususnya yang ditulis oleh para
ulama dan pemikir Islam di kawasan ini merupakan refleksi perkembangan
intelektualisme dan tradisi keilmuan Islam Indonesia. Bahkan, dalam batas
tertentu, kitab kuning juga merefleksikan perkembangan sosial Islam.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui
studi lapangan (fiel research), tehnik pengumpulan data dilakukan dengan
cara (a). observasi objek penelitian untuk mendapatkan gambaran secara
umum tentang Ma’had Jami’ah Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe
Provinsi Aceh, seperti: letak geografis, keadaan Para Santri, sarana dan
prasarana, (b).wawancara, interview adalah suatu proses tanya jawab lisan
dalam mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yaitu satu
dapat melihat yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri,
tampaknya merupakan alat pengumpulan informasi langsung tentang
beberapa jenis data sosial. Sutrisno Hadi, (1989: 192).
Dalam hal ini peneliti mewawancarai direktur ma’had IAIN
Lhokseumawe, serta informan lain yang terkait dengan masalah yang
dibahas,(c).Dokumentasi, Menurut Suharsimi Arikunto, dokumentasi adalah
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat dan sebagainya. Arikunto
( 1996 :206Adapun data-data yang penulis peroleh dari metode ini antara
lain adalah: Sejarah berdirinya ma’had IAIN Lhokseumawe, struktur
organisasi ma’had IAIN Lhokseumawe, jumlah santri ma’had IAIN
Lhokseumawe, data guru di ma’had IAIN Lhokseumawe dan Sarana
prasarana di ma’had IAIN Lhokseumawe. Data yang telah diperoleh akan
dianalisis secara kualitatif serta diuraiakan dalam bentuk deskriptif.

ITQAN, Vol. 11, No.1, Jan-June 2020


27 Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning

HASIL PENELITIAN
Sejarah Pendirian
Didirikannya Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe merupakan
realisasi atas dasar intruksi Dirjend Pendidikan Islam Kementerian Agama
RI Nomor : Dj.I/Dt.I.IV/PP.009/2374/2014, tahun 2014 merupakan tahun
awal pendirian Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe yang dinahkodai oleh
Ust. Fauzan, M.A, di awal pendiriannya model pembelajaran yang di
laksanakan di ma’had hanya di lakukan pada hari Rabu dan Jum’at di sore
hari, kemudian pada periode selanjutnya ketika kepemimpinan ma’had
beralih kepada ust. Fahrurrazi MA terus di lakukan sebuah inovasi dengan
dua model bentuk pembelajaran yaitu ma’had mondok dan ma’had non
mondok, mahasantri yang mondok akan menerima transformasi Ilmu agama
dari para ustad yang telah teruji kemampuannya dengan berbagai macam
disiplin ilmu setiap malam ba’da shalat magrib sampai dengan pukul 09.00
Wib, sementara mahasantri yang non mondok khusus belajar tahsinul Qur’an
dan kajian kitab kuning. Ma’had al-Jami’ah IAIN Lhokseumawe merupakan
sebuah unit pelaksana teknis yang dimaksudkan untuk menunjang program
Institut dalam rangka pembentukan mahasiswa berakidah Ahlussunnah dan
berakhlak mulia. Unit ini merupakan unit yang terintegrasi ke dalam struktur
dan tata kelola IAIN Lhokseumawe yang bertugas memberikan layanan
hunian bagi mahasantri yang berkeinginan mondok dalam upaya mendorong
serta menumbuhkembangkan iklim berprestasi, berilmu dan bertakwa serta
berjiwa saling asah, asih dan asuh dalam kehidupannya.

Visi-Misi Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe


Visi-Misi merupakan sebuah tujuan yang dapat menggambarkan
arah pengembangan sebuah lembaga untuk masa depan (Future) yang
realistik dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu.Visi-Misi adalah
pernyataan yang diucapkan dan di tulis hari ini yang akan di laksanakan
untuk menjangkau tujuan yang akan di capai di masa yang akan dating.
Kompri, (2018:.81)
Maka Visi dan Misi dari Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe
adalah Imajinisi moral yang menggambarkan profil Ma’had yang
diinginkan di masa yang akan datang, imajinisi ini akan selalu diwarnai
oleh peluang dan tantangan yang akan terjadi di masa yang akan datang,
Pengurus Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe merumuskan visi ma’had
sebagai pusat pemantapan Akidah, Amal shaleh dan akhak mulia,
sedangkan misinya melaksanakan pembelajaran dan pemahaman akidah
islamiyah dengan mengacu kepada I’tikad Ahlussunnah Wal Jama’ah,

ITQAN, Vol. 11, No.1, Jan-June 2020


Syarboini 28

menyelenggarakan program-program pengamalan ajaran Islam secara


Nyata untuk mewujudkan kehidupan yang bahagia dunia dan Akhirat dan
membina mahasantri menjadi pribadi yang saling asah, asih dan asuh
dengan sesama

Struktur Pengurus Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe


Struktur pengurus Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe
merupakan sebuah susunan yang menunjukakan sebuah hubungan antara
satu orang dengan orang lain, yang satu sama lain memiliki hubungan
kerjasama yang sangat baik untuk melaksanakan tugas dan kewajiban dalam
rangka mewujudkan visi-misi dan program kerja yang telah dirumuskan,
Maka untuk merealisasikan visi-misi dan program kerja yang telah
dirumuskan, Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe telah membentuk
struktur pengurus yang terdiri dari penasehat,Pembina,direktur,sekretaris,
bidang pengembangan kitab kuning, bidang ibadah dan social, bidang
pengembangan bahasa, bidang kesantrian, bidang administrasi dan arsip
serta bidang pembinaan spritualitas dan ibadah.

Fasilitas dan Layanan


Lokasi Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe berada didalam
komplek kampus IAIN Lhokseumawe dan terletak di pertengahan areal
kampus, Ma’had ini terdiri dari dua unit gedung yang terbagi dalam dua
lokasi yang berbeda, lokasi Ma’had utama terletak di antara gedung baru
Fakultas Ekonomi Bisnis Islam dan Gedung Serba Guna IAIN
Lhokseumawe, sedangkan gedung dua adalah gedung rusunawa yang di
peruntukkan untuk Ma’had dan terletak berdekatan dengan gedung Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Gedung utama Ma’had Jami’ah IAIN
Lhokseumawe terdiri dari dua lantai dengan jumlah 39 Kamar, di huni oleh 6
orang ustadz, 5 orang ustadzah dan 80 mahasantri, sedangkan gedung kedua
terdiri dari 3 lantai dengan jumlah 56 kamar di huni oleh 2 orang ustadz, 9
orang ustadzah dan 157 Mahasantri, setiap kamar ditempati oleh 4 orang
mahasantri, setiap kamar di gedung Ma’had utama berisi fasilitas 4 kasur
tanpa ranjang dan tanpa kamar mandi di dalam kamar tidur, sedangkan pada
gedung Ma’had dua berisi 4 ranjang dan kasur, 4 lemari untuk masing-
masing Mahasantri, meja belajar, dan kamar mandi didalam.

Pembelajaran kitab Kuning Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe


Pembelajaran di Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe di laksanakan
dua kali dalam satu hari, yaitu setelah melaksanakan shalat magrib
berjamaah dan setelah shalat subuh berjamaah, durasi waktu yang

ITQAN, Vol. 11, No.1, Jan-June 2020


29 Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning

digunakan untuk satu mata pelajaran selama 90 menit pada pembelajaran


setelah magrib, sedangkan pada pembelajaran yang dilaksanakan setelah
shalat subuh durasi waktu lebih singkat yaitu selama 60 menit, penyesuaian
durasi waktu di lakukan untuk memberikan kesempatan kepada mahasantri
dalam mngerjakan tugas perkuliahan dan belajar secara mandiri.
Model pembelajaran yang dilaksanakan semuanya dalam bentuk
kelas ruang terbuka, seperti pembelajaran yang dilaksanakan oleh dayah
tradisional pada umumnya di Aceh, mahasantri duduk melantai didepan
para ustadz atau ustadzah, untuk memudahkan para ustadz dalam
menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan kemampuan yang di
miliki oleh mahasantri, maka Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe
membagikan mahasantri dalam proses pembelajaran dalam empat tingkatan
kelas yaitu, taksis, ula,wustha qadim dan wustha jadid karena itu kitab-
kitab dan materi yang diajarkan pun memiliki jenjang masing-masing untuk
setiap kelas Untuk menempatkan mahasantri dalam kelas yang sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya, maka para ustadz dan ustadz di
Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe melaksanakan proses seleksi
penempatan kelas, dalam mengikuti proses seleksi para mahasantri di
wajibkan untuk mengikuti 3 materi tes, yaitu tes baca Al-Qur’an, tes baca
kitab kuning dan tes bahasa arab dan bahasa inggris
Mahasantri yang tidak lulus pada tes baca Al-Qur’an, maka akan
ditempatkan pada kelas takhsis untuk diajarkan khusus membaca Al-
Qur’an sampai mereka benar-benar mampu dan paham makhrajul huruf Al-
Qur’an, sedangkan bagi mahasantri yang dinyatakan lulus tes baca Al-
Qur’an, maka di lanjutkan untuk mengikuti tes baca kitab kuning yaitu
kitab matan taqrib, bajuri dan I’anatut Thalibin, meraka akan di nilai oleh
ustadz kemampuan membaca kitab kuning, bila mampu membaca dan
menerjemahkan matan taqrib dengan lancar,maka mereka akan di
tempatkan pada kelas wustha qadim, bila mampu. membaca kitab Al-bajuri
dan I’anatut Thalibin, maka meraka akan di tempatkan pada kelas wushtha
jadid untuk belajar kitab-kitab kuning lainnya
Mahasantri takhsis, ula, wustha qadim dan wustha jadid belajar di
ruangan yang berbeda dengan materi dan kitab yang telah terjadwal, secara
keseluruhan ruangan belajar di Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe
berjumlah 9 kelas, terdiri dari 3 kelas takhsis, 2 kelas ula, 2 kelas wustha
dan 2 kelas wustha jadid. Ruangan yang dijadikan sebagai ruang kelas
belajar adalah ruangan balai mushalla, ruangan lobi Ma’had, rungan parkir
kenderaan,dan ruangan teras.

ITQAN, Vol. 11, No.1, Jan-June 2020


Syarboini 30

Kurikulum Pembelajaran Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe


Adapun kurikulum yang di terapkan di Ma’had Jami’ah IAIN
Lhokseumawe merupakan kerangka utama pendidikan Ma’had Jami’ah
yang bertugas sebagai petunjuk teknis dalam setiap aktifitas program dan
pembinaan di asrama, baik program yang bersifat pengajaran dan
bimbingan (teori) di dalam kelas, maupun pembinaan di asrama yang
berbentuk penerapan dan praktek (praktis/aplikasi)
Kurikulum yang diterapkan di Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe
lebih menitik beratkan pada kajian kitab kuning, ini disebabkan oleh tujuan
pendidikan yang ingin dicapai di Ma’had adalah untuk melahirkan lulusan
yang mahir membaca dan memahami kitab kuning secara mendalam serta
mengetahui makna yang tersirat dalam kalimat-kalimat yang di baca dalam
literatur kitab kuning tersebut
Disamping kitab kuning yang dijadikan sebagai kurikum wajib,
Ma’had jami’ah IAIN Lhokseumawe juga menambahkan beberapa
kurikulum lainnya yang dapat menunjang para mahasantri untuk dapat
meningkat kemampuan dalam berbahasa arab dan inggris, kurikulum
bahasa arab dan bahasa inggris diterapkan dua hari dalam satu minggu,
yaitu pada malam sabtu dan minggu yang pelaksanaanya dalam bentuk
proses belajar-mengajar, sedangkan untuk membuat para mahasantri
mampu berbicara bahasa arab dan bahasa inggris, Ma’had Jami’ah
mewajibkan mahasantri untuk berbicara bahasa arab dan bahasa inggris
dalam kesehariannya, bila kedapatan ada yang berbicara selain dari kedua
bahasa tersebut, maka mereka akan di panggil untuk menghadap
mahkamah bahasa yang di tangani oleh senior-senior meraka yang
membidangi bahagian bahasa dalam strtuktur organisasi mahasantri
Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe.
Ustadz Fahrurrazi selaku pimpinan Ma’had mengatakan bahwa
untuk membuat para mahasantri rajin dalam mempelajari kurikulum kitab
kuning yang telah dirancang, para ustadz diharuskan untuk selalu
menyampaikan pahala yang diterima ketika kita belajar ditambah dengan
pahala yang diperoleh ketika shalat berjamaah ditambah dengan
menanamkan nilai Barakka yang akan diperoleh oleh mahasantri. Barakka
yang di maksud ialah bukan apa yang kita rasakan sekarang tetapi nilai-
nilai yang dipelajari di pengajian kitab kuning akan tertanam pemahaman
santri dan akan teringat ketika butuh pengetahuan tersebut manakala
menemui kendala yang berhubungan dengan materi yang pernah diterima
di Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe.
Lebih lanjut ustadz fahrurrazi menjelaskan bahwa yang perlu
diperhatikan dalam menanamkan pentingnya pengajian kitab kuning

ITQAN, Vol. 11, No.1, Jan-June 2020


31 Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning

dengan memupuk kepada santri tentang pendalaman ilmu agama tidak


dapat diraih kecuali mendalami kitab kuning. Karena dalam kitab
kuninglah terdapat semua pembahasan yang dibutuhkan bagi kehidupan
manusia, mulai ilmu akhlak, fiqh,dan masih banyak lagi.

Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Ma’had Jami’ah IAIN


Lhokseumawe
Metode pembelajaran kitab kuning di Ma’had Jami’ah IAIN
Lhokseumawe merupakan cara-cara yang digunakan oleh ustadz dan
ustadzah dalam proses kegiatan belajar mengajar demi tercapainya tujuan
pembelajaran kitab kuning. Adapun metode tersebut adalah (a). Metode
Qira’at wa Tarjamah, Metode pembelajaran ini biasanya berlangsung satu
jalur yaitu ustadz dan ustadzah membacakan kitab, menerjemahkan kitab,
dan menjelasakan isi yang terkandung dalam bacaan materi, sedangkan
mahasantri atau anak didik mendengarkan penuh perhatian sambil mencatat
makna harfiah (mufradat)-nya dan memberikan simbol-simbol i’rab
(kedudukan kata dalam struktur kalimat)-nya. Ketika menggunakan metode
ini dalam proses pembelajaran biasanya para ustadz dan ustadzah banyak
menggunakan bahasa daerah setempat,kecuali kalau ada kalau ada bahasa
yang tidak bisa di pahami oleh semua mahasantri, baru menggunakan
bahasa Indonesia.
Dari hasil pengamatan peneliti ketika para ustadz dan ustadzah
menggunakan metode ini dalam mengajarkan mahasantrinya terdapat
beberapa kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihannya adalah : pertama
, lebih cepat dan praktis dalam mengajarkan mahasantri yang jumlahnya
banyak, kedua, Lebih efektif bagi murid yang telah mengikuti sistem
pembelajaran secara intensif. ketiga, Materi yang diajarkan sering diulang-
ulang sehingga memudahkan mahasantri untuk memahaminya. keempat,
Sangat efisien dalam mengajarkan ketelitian memahami kalimat yang sulit
dipelajari. Adapun kekurangan dari metode tersebut adalah : pertama,
Metode ini dianggap lamban dan tradisional, karena dalam penyampaian
materi sering diulang-ulang. Kedua, ustadz lebih kreatif dari pada
mahasantri, karena proses belajarnya berlangsung satu jalur, ketiga, Dialog
antara ustadz dan mahasantri tidak banyak terjadi sehingga murid cepat
bosan. Keempat, Metode ini kurang efektif bagi murid yang pintar karena
materi yang disampaikan sering diulang-ulang sehingga terhalang
kemajuanya. (b). Metode Mahfudhat, metode ini merupakan salah satu
bagian dari metode penugasan. Para santri diwajibkan untuk menghapal
materi kitab seperti Kitab Tasrifan, al-Jurumiyah, Kailani dan

ITQAN, Vol. 11, No.1, Jan-June 2020


Syarboini 32

Mutammimah setiap selesai pembelajaran dan menyetor kembali hafalan


kepada ustadz atau ustadzah padahari masuk berikutnya. Kegiatan
menghafal materi kitab ini dilakukan oleh mahasantri pada saat kembali ke
kamar masing-masing dan saat mereka kosong dari jadwal jam
perkuliahan.16.Metode hafalan (mahfuudzat) adalah suatu teknik yang
digunakan oleh seorang pendidik dengan menyerukan peserta didiknya
untuk menghafalkan sejumlah kata (mufradat) atau kalimat-kalimat
maupun kaidah-kaidah. (c). Metode Muraja’ah, dalam pelaksanaan metode
ini, mahasantri Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe secara perorangan
membaca teks kitab kuning/kitab gundul dihadapan ustadz atau usdtazah.
mahasantri dibimbing langsung oleh ustadz atau ustadzah. Ustadz atau
ustadzah mendengarkan dan mengoreksi bacaan mahasantrinya sesuai
kaidah ilmu bahasa Arab fushah yang disertai dengan terjemahan perkata
ataupun perkalimat dan makna yang dimaksud. Bahasa yang dipilih adalah
bahasa daerah atau bahasa Indonesia. Metode ini disebut dengan metode
muraja’ah karena memiliki arti mengulang kembali teks bacaan kitab
kuning yang telah di baca sebelumnya oleh ustadz, kemudian mahasantri di
suruh ulang di hadapan ustadnya.
Secara istilah metode ini disebut murajaah karena mahasantri
menghadap ustadz pengajar seorang demi seorang dan membaca kembali
kitab untuk dibaca dan dikaji bersama dengan ustadz tersebut. Pelaksanaan
metode ini dengan cara mahasantri menghadap kepada ustadz seorang demi
seorang secara bergiliran dengan membaca kitab yang akan dipelajari
dihadapan sang guru, metode ini menitik beratkan pada kemampuan
perseorangan yang mengandung prinsif-prinsif sistem modul, belajar
individual (individual learning), belajar tuntas (mastery learning) dan maju
berkelanjutan (continuous progress). Metode murajah ini sangat efektif
untuk diterapkan di Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe. Karena dengan
itu, mahasantri lebih aktif melatih keterampilannya dalam membaca kitab
kuning, yang menitik beratkan pada gramatika bahasa Arab. Dengan cara
ini ustadz atau ustadzah dapat langsung mengetahui sudah sejauh mana
kemampuan muridnya dalam menguasai materi dari berbagai aspek kitab
kuning yang telah di ajarkan kepada mahasantrinya. (d). Metode
Mudzakarah, dalam melaksanakan metode ini, mahasantri berkumpul yang
dipimpin seorang ustadzah atau mahasantri senior. Kemudian para
mahasantri membentuk lingkaran (halaqah) yang bertempat dimushalla
atau didalam kelas. Muzakarah ini dilaksanakan pada malam hari setelah
shalat Isya. Dalam pelaksanaan metode ini, para mahasantri diperkenankan
untuk menyampaikan, atau memberikan argumentasi terhadap pemahaman
materi yang ia pelajari serta menanyakan sesuatu yang masih belum

ITQAN, Vol. 11, No.1, Jan-June 2020


33 Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning

dimengerti, untuk dimuzakarahkan bersama. Metode mudzakarah bisa juga


disebut metode diskusi yaitu suatu pertemuan ilmiah yang secara spesifik
membahas masalah diniyyah seperti aqidah, ibadah dan masalah agama
pada umumnya. Aplikasi metode ini dapat mengembangkan dan
membangkitkan semangat intelektual mahasantri. Mereka diajak berfikir
ilmiah dengan menggunakan penalaran-penalaran yang didasarkan pada
Alqur’an dan Al-sunah serta kitab-kitab keislaman klasik. Syaiful Bahri
Djamarah (2006: 95)
Metode ini sangat efektif untuk melatih kemampuan mahasantri
dalam berdiskusi, mengemukakan pendapat disertai dengan argumentasi
ilmiah berdasarkan kitab kuning. Selain itu, metode ini bertujuan
membentuk pribadi mahasantri yang gemar bermusyawarah, bersama-sama
memecahkan masalah dengan mengedepankan saling menghargai pendapat
antara satu sama lain. Suharsimi Arkunto, (200262). (e). Metode Tutor
Sebaya, cara yang digunakan dalam mengaplikasikan metode ini adalah
dengan menugasakan mahasantri senior untuk memberikan pengajaran
kitab kuning dan bimbingan terhadap mahasantri baru. Tujuan metode ini
adalah memberdayakan mahasantri senior dalam hal membantu mengatasi
kesulitan belajar pada mahasantri pemula. Menurut Suharsimi Arikunto
adakalanya seorang siswa lebih mudah menerima keterangan yang
diberikan oleh kawan sebangku atau kawan yang lain karena tidak adanya
rasa enggan atau malu untuk bertanya, guru dapat meminta bantuan kepada
anak-anak yang menerangkan kepada kawan-kawannya. Pelaksanaan ini
disebut tutor sebaya karena mempunyai usia yang hampir sebaya.
Metode ini sangat efektifkan digunakan di Ma’had Jamiah IAIN
Lhokseumawe, karena dengan ini suasana keakraban dan kekeluargaan
mahasantri akan terjalin dengan baik, mahasantri junior menghormati yang
senior, dan mahasantri senior menyayangi terhadap santri junior, sehingga
tercipta kelompok belajar yang harmonis. (f). Metode Tanya Jawab, dalam
melaksanakan metode ini, ustadz atau ustadzah memberikan pertanyaan
kepada mahasantri atau sebaliknya tentang penjelasan yang diberikan pada
pertemuan tersebut. Hal ini dilakukan setiap selesai penjelasan materi.
Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, dapat
pula dari siswa kepada guru. Syaiful Bahri Djamarah (2010: 94)
Metode ini sangat efektif karena ustadz atau ustadzah dapat
langsung melihat respon mahasantri terhadap pembelajaran yang telah
diberikan. Selain itu ustadz membuka pertanyaan dan mempersilahkan
mahasantri untuk bertanya. Dengan begitu, mahasantri dapat langsung

ITQAN, Vol. 11, No.1, Jan-June 2020


Syarboini 34

menanyakan kepada ustadznya terhadap sesuatu yang musykil (sesuatu


yang belum dimengerti) dengan penuh adab dan penghormatan kepada
ustadznya. Metode ini bisa menutupi kekurangan dalam metode qiraat wa
tarjamah yang menjadikan santri hanya sebagai penerima pembelajaran dan
bersifat pasif.. (g). Metode I’krab Kalimat, dalam melaksanakan metode
ini, ustadz atau ustadzah meng’irabkan setiap `ibarat kalimat yang tertera
pada teks kitab kuning pada setiap pembelajaran, kemudian ustadz
memberikan contoh kalimat berserta penjelasan contoh secara langsung,
seperti bentuk kalimat, kedudukan kalimat dan lain- lain.
Metode ini diterapkan kepada mahasantri yang sudah mempunyai
dasar-dasar ilmu Bahasa Arab. Metode ini juga bertujuan agar mahasantri
bisa mengkiaskannya kepada kalimat-kalimat lain, sehingga terlatih dalam
meng’irabkan setiap kalimat dalam bahasa Arab. Bahkah mahasantri wajib
menghapal I’rab kalimat yang ditulis oleh ustadz. Metode I’rab yaitu
metode pembelajaran tata bahasa Arab yang digunakan untuk menguraikan
setiap kata dalam susunan kalimat bahasa Arab menurut bina dan I’rabnya,
alamatnya, jenisnya dan lain- lain.
Metode ini sangat efektif, karena dapat melatih memori ingatan
mahasantri. Selain itu, metode ini bertujuan memberikan pemahaman
kepada mahasantri dalam hal tata cara menta’bir dengan benar, sesuai
kaidah bahasa Arab. Keunggulan metode ini adalah melatih para
mahasantri supaya mahir dalam penguasaan ilmu alat (Nahwu, Sharaf dan
Lugat). Dengan demikian mahasantri menjadi ahli dalam membaca,
menterjemahkan dan menguraikan makna kalimat yang tertulis dalam kitab
kuning.

Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Kitab Kuning di


Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe
Dari Observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di Ma’had
Jami’ah IAIN Lhokseumawe, ada beberapa hal yang menjadi faktor
pendukung dalam proses pembelajaran kitab kuning di Ma’had Jami’ah
IAIN Lhokseumawe, pertama, sebahagian mahasantri di Ma’had Jami’ah
IAIN Lhokseumawe sebelum menjadi mahasiswa IAIN Lhokseumawe
telah pernah menimba ilmu agama melalui kajian kitab kuning di
pesantren-pesantren yang ada di Aceh, mereka telah banyak menghafal
ilmu-ilmu alat, seperti kitab awamel,sharaf,matanbina dan jarumiah, ini
menjadi modal dasar bagi mereka untuk bisa membaca kitab kuning yang
tidak berbaris, sehingga hal ini memudahkan bagi para ustadz dan ustadzah
untuk mengajari mereka dalam bidang kitab kuning, kedua, Antusiasme
tinggi yang dimiliki mahasantri untuk belajar kitab kuning, ini ini menjadi

ITQAN, Vol. 11, No.1, Jan-June 2020


35 Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning

spirit bagi ustadz dan ustadzah untuk mengajarkan kitab kuning kepada
mahasantri, ketiga, peraturan tertulis yang wajib di taati oleh semua
Mahasantri Ma’had, ini menjadi sesuatu yang sangat penting bagi
mahasantri untuk dapat mengalokasikan waktu dengan baik untuk terus
memperdalam kajian kitab kuning, hanya sedikit ruang waktu bagi mereka
yang tersedia untuk bisa bermain-main. Keempat, diberlakukan absensi
bagi mahasantri pada waktu belajar dan shalat berjamaah, sehingga tidak
ada mahasantri yang tidak berada dikelas pada saat jam belajar
berlangsung, kelima, setiap Mahasantri dibekali dengan buku catatan amal
yang berwarna merah untuk ditulis pelanggaran peraturan yang dilakukan,
sehingga dengan adanya buku ini mahasantri akan selalu menjaga diri
untuk tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan, keenam, lingkungan
Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe yang terletak ditengah areal kampus
IAIN Lhokseumawe, ini membuat para pengurus Ma’had mudah untuk
memantau dan mengontrol Mahasantri setiap saat, ketujuh, tersedianya
tenaga pengajar kitab kuning yang mumpuni, pengajar kitab kuning di
Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe merupakan alumni dari pesantren-
pesantren tradisional dan pesantren modern yang ada di Aceh, sehingga
mereka bisa menyesuaikan pembelajaran kitab kuning sesuai dengan
kearifan lokal dan bisa diterima oleh masayarakat umum.
Adapun beberapa faktor yang menjadi penghambat dan kendala
dalam proses pembelajaran kitab kuning di Ma’had Jami’ah IAIN
Lhokseumawe, adalah: pertama, latar belakang pendidikan mahasantri
yang berbeda, sebahagian mereka berasal dari sekolah umum dan belum
pernah belajar kitab kuning sama sekali, sehingga ini akan menjadi sulit
bagi para ustadz dan ustadzah untuk mengajari mereka dalam memahami
kitab kuning, kedua, tidak semua mahasantri memiliki semangat yang sama
untuk mempelajari kitab kitab kuning,ini akan membuat semangat para
ustadz dan ustadzah sedikit menurun dalam mengajar kitab kuning ketika
terdapat mahasantri dalam kelas yang kurang memperhatikan apa yang
disampaikan oleh ustadz atau ustadzah.
IAIN Lhokseumawe yang terletak ditengah areal kampus IAIN
Lhokseumawe, ini membuat para pengurus Ma’had mudah untuk
memantau dan mengontrol Mahasantri setiap saat, ketujuh, tersedianya
tenaga pengajar kitab kuning yang mumpuni, pengajar kitab kuning di
Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe merupakan alumni dari pesantren-
pesantren tradisional dan pesantren modern yang ada di Aceh, sehingga
mereka bisa menyesuaikan pembelajaran kitab kuning sesuai dengan
kearifan lokal dan bisa diterima oleh masayarakat umum.

ITQAN, Vol. 11, No.1, Jan-June 2020


Syarboini 36

Adapun beberapa faktor yang menjadi penghambat dan kendala


dalam proses pembelajaran kitab kuning di Ma’had Jami’ah IAIN
Lhokseumawe, adalah: pertama, latar belakang pendidikan mahasantri
yang berbeda, sebahagian mereka berasal dari sekolah umum dan belum
pernah belajar kitab kuning sama sekali, sehingga ini akan menjadi sulit
bagi para ustadz dan ustadzah untuk mengajari mereka dalam memahami
kitab kuning, kedua, tidak semua mahasantri memiliki semangat yang sama
untuk mempelajari kitab kitab kuning,ini akan membuat semangat para
ustadz dan ustadzah sedikit menurun dalam mengajar kitab kuning ketika
terdapat mahasantri dalam kelas yang kurang memperhatikan apa yang
disampaikan oleh ustadz atau ustadzah.

KESIMPULAN
Kurikulum yang diterapkan di Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe
lebih menitik beratkan pada kajian kitab kuning, ini disebabkan oleh tujuan
pendidikan yang ingin dicapai di Ma’had adalah untuk melahirkan lulusan
yang mahir membaca dan memahami kitab kuning secara mendalam serta
mengetahui makna yang tersirat dalam kalimat-kalimat yang di baca dalam
literatur kitab kuning tersebut, kurikulum kitab kuning yang diajarkan di
Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe dapat di kelompok menjadi Fiqih,
Nahu, Saraf, Tauhid, Tasawuf, Hadist, Ulumul Hadist, Akhlak dan Tafsir.
Metode yang digunakan oleh ustadz dan ustadzah dalam mengajarkan
ilmu pembelajaran kitab kuning kepada mahasantri adalah Metode Qiraat
dan Tarjamah yaitu dengan membaca, menerjemahkan, menerangkan
kalimat demi kalimat kitab yang diajarkan,Metode Mahfudhat, yaitu
metode menghafal materi kitab seperti Kitab Tasrifan, al-Jurumiyah,
Kailani dan Mutammimah setiap selesai pembelajaran, kemudian menyetor
kembali hafalan kepada ustadz atau ustadzah pada hari masuk berikutnya,
metode Murajaah, yaitu membaca teks kitab kuning dihadapan ustadz atau
usdtazah. metode mudzakarah, yaitu dengan cara mahasantri diperkenankan
untuk menyampaikan, atau memberikan argumentasi terhadap pemahaman
materi yang ia pelajari serta menanyakan sesuatu yang masih belum
dimengerti, untuk dimuzakarahkan bersama,metode Tutor Sebaya,yaitu
dengan menugasakan mahasantri senior untuk memberikan pengajaran
kitab kuning dan bimbingan terhadap mahasantri baru, metode Tanya
Jawab, yaitu metode memberikan pertanyaan kepada mahasantri atau
sebaliknya tentang penjelasan yang diberikan pada pertemuan dalam
pembelajaran tersebut, metode ‘Ikrab Kalimat, yaitu dengan cara

ITQAN, Vol. 11, No.1, Jan-June 2020


37 Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning

meng’irabkan setiap `ibarat kalimat yang tertera pada teks kitab kuning
pada setiap pembelajaran.
Adapun yang menjadi faktor pendukung pembelajaran kitab kuning
di Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe adalah mahasantri telah memiliki
ilmu dasar ilmu kitab kuning sebelum menjadi mahasantri Ma’had Jami’ah
IAIN Lhokseumawe, minat yang tinggi dari mahasantri untuk
memperdalam kajian kitab kuning, Ma’had memiliki peraturan tertulis yang
wajib diikuiti oleh semua mahasantri, pemberlakuan absensi belajar untuk
mengontrol mahasantri dalam proses pembelajaran, adanya buku catatan
amal untuk menulis pelanggaran yang dilakukan oleh mahasantri,
tersedianya tenaga pengajar kitab kuning yang telah memiliki pengetahuan
dan pemahaman yang dalam terhadap kajian kitab kuning.
Selanjutnya yang menjadi kendala atau faktor penghambat dalam
proses pembelajaran kitab kunig di Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe
adalah latar belakang pendidikan mahasantri yang berbeda,bahkan ada yang
belum pernah melihat kitab kuning sehingga menjadi sulit bagi para ustadz
dan ustadzah untuk mengajari mereka dalam memahami kitab kuning, tidak
semua mahasantri memiliki semangat yang sama untuk belajar kitab
kuning.

DAFTAR PUSTAKA
Syaiful Sagala. (2007). Konsep Dan Makna Pembelajaran, Bandung :
Alfabeta
Oemar Hamalik Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta:Bumi Aksara, 2011
Asep Usmani Ismail. (2001). Menguak yang Gaib Khazanah Kitab Kuning,
Cet Ke I, Jakarta: Hikmah
Mujamil Qomar. (2004). Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju
Demokrasi Intitusi, Jakarta: Erlangga
Udin. S. Winataputra, dkk. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta.
Universitas Terbuka
Haedari, H.Amin. (2007). Transformasi Peasntren, Jakarta : Media
Nusantara
Abdul Aziz Dahlan (et.al), Ensiklopedi Islam. Cet. ke-8. Jakarta: Ictiar
Baru Van Hoeve
Azyumardi Azra. (2002). Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi
Menuju millennium Baru Cet. Ke; IV, Jakarta : Logos Wacana Ilmu
J. Supranto. (1993). Metode Ramalan Kuantitatif, Cet. I, Jakarta: Rineka
Cipta

ITQAN, Vol. 11, No.1, Jan-June 2020


Syarboini 38

Sutrisno Hadi. (1989). Metodologi Reseaarch II, Cet. I, Yogyakarta:


Yayasan Penelitian Fakultas Psikologi UGM
Kompri. (2018). Manajemen dan Kepemimpinan Pondok Pesantren,
Jakarta :Prenadamedia Group
Muhaimin. (2005). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam ;
di sekolah, madrsah dan Perguruan Tinggi, Jakarta : Raja Grafindo
Persada
Tim pengembangan MKD. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta :
Raja Grafindo Persada
Nana Syoadih Sukmadinata. (2012). Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktek Bandung : Rosdakarya
Syaiful Bahri Djamarah. (2006). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:PT
Asdi Mahasatya
Suharsimi Arkunto. (2002). Pengelolaan Kelas dan Siswa, Jakarta:
Rajawali
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain. (2010). Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta:Rineka Cipta.

ITQAN, Vol. 11, No.1, Jan-June 2020

You might also like