You are on page 1of 7

Accelerat ing t he world's research.

PEMANFAATAN TEPUNG KELOR


(MORINGA OLEIFERA) DALAM
FORMULASI PEMBUATAN
MAKANAN TAMBAHAN UNTUK
BALITA GIZI KURANG
nurul tafiani

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

PEMBUATAN COOKIES DENGAN PENAMBAHAN T EPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) PADA …
dinda alvit a

Eksplorasi Prakt ik Pemberian Prelakt eal pada Bayi di Masyarakat Adat Kaluppini di Sulawesi Selat an
Nurbaya Nurbaya

FORMULASI BISKUIT DENGAN SUBST IT USI T EPUNG IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DAN ISOLA…
Agung Prayudha
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013 Tepung Daung Kelor, BMC Fungsional, Balita

PEMANFAATAN TEPUNG KELOR (MORINGA OLEIFERA) DALAM


FORMULASI PEMBUATAN MAKANAN TAMBAHAN UNTUK
BALITA GIZI KURANG

1 1 1 1
Zakaria , Abdullah Thamrin , Retno Sri Lestari , Rudy Hartono
1
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar

Abstract

Background: Moringa leaf has main potential of nutrition and therapeutic element,
including antibiotic and boost immune system. Moringa leaf contains protein, vitamins
and high minerals. Potential for therapy and become complementary food for
undernourished children. The addition of moringa leaf in the daily diet of children able to
recovery quickly, because it contains 40 essential nutrients (Fuglie, 2000).

Objectives: This study aims to Preparing functional Food materials Mixture Formula
(BMC) as a complementary food that qualified nutrition among malnutrition children.
Determining the physical characteristics, acceptability and nutritional composition of
functional food materials Mixed formula as complementary food in children malnutrition.

Methods: Moringa BMC Formula, consists of four formulations with the addition of
Moringa powder sequentially starting for 4, 5, 6 and 7 grams with combination of brown
rice flour, soy flour, skim milk powder and vegetable oil. The physical characteristics from
density kamba aspects of each formula, average of 0.50 g / ml with the water absorption
until cooked as much as 200 ml (1: 2), the viscosity is thick and creamed. Overall, Food
materials mixed Moringa Formula acceptable based interpretations and strong enough.
Statistically, there was no significant difference between the Moringa BMC Formula, but
based on the highest scoring sequence is the first Moringa BMC Formula (F1). The
content of energy and protein is highest in the first BMC formula (F1) respectively 323.7
kcal and 13.0 g.

Conclusions: In order to succeed in the provision of Moringa BMC formula in malnutrition


infants and children under five should use the formula 1 (F1). Further research is
necessary to test the efficacy of BMC Formula effect to increase infant and toddler weight
gain suffering from malnutrition

Keywords: moringa leaf powder, functional BMC, malnutrition toddler

PENDAHULUAN mampu meningkatkan imunitas bagi balita dan


Kenyataan adanya gizi kurang dan teknologi pengolahan yang
kejadian penyakit infeksi yang cukup tinggi mempertimbangkan keunggulan sumberdaya
pada balita merupakan masalah yang serius pangan lokal. Makanan anak-anak yang ideal
dan mendesak untuk diatasi. Hasil Riskesdas harus mengandung cukup kalori (energy) dan
2010, menunjukkan bahwa terdapat 17,9 semua zat gizi esensial dan harus dalam
persen anak balita yang menderita gizi kurang jumlah yang cukup sesuai keperluan sehari-
dan 4, 9 % penderita gizi buruk. Sementara itu hari (Soenardi T, dalam Soekirman, 2006).
prevalensi balita yang pendek terdapat 35,7 Bahan makanan campuran (BMC)
persen dan sangat kurus terdapat 13,3 persen fungsional merupakan makanan yang mampu
(Litbangkes, 2010). memberikan efek menguntungkan bagi
Dalam upaya mempercepat kesehatan disamping efek nutrisi yang secara
penanganan masalah gizi kurang di Indonesia, prinsip memang dimiliki oleh makanan. Sejak
selain diversifikasi pangan yang dilandasi pertengahan tahun 1980-an, Jepang telah
inovasi, juga pengembangan formulasi menetapkan konsep makanan fungsional yang
makanan tambahan dengan standar gizi serta mempunyai tiga fungsi, yakni (1) sebagai

1
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013 Tepung Daung Kelor, BMC Fungsional, Balita

sumber zat gizi, (2) sebagai pemberi cita rasa Bahan Formulasi BMC
dan aroma, dan (3) fungsi yang berkaitan 1. Tepung daun kelor sebagai sumber protein
dengan aspek fisiologis seperti meredam zat Asam amino, Vitamin ( A, B dan C),
berbahaya, regulator fungsi badan dan kondisi mineral (kalsium, zat besi, magnesium,
fisik, mencegah penyakit, meningkatkan kalium) yang di buat sendiri berdasarkan
kesehatan, serta mempercepat pemulihan prosedeur hasil penelitian Zakaria 2011 .
(Silalahi, J, 2006, Winarti, 2010). 2. Tepung kedelai sebagai sumber protein
Daun kelor memiliki potensi sumber asam amino dan mineral yang diperoleh
utama beberapa zat gizi dan elemen dari Pusat Pasar Niaga Daya.
therapeutic, termasuk antibiotik, dan memacu 3. Tepung beras merah sebagai sumber
sistem imun. Daun kelor memiliki kandungan energi yang diperoleh dari Pusat Pasar
protein, vitamin dan mineral tinggi yang Niaga Daya.
memiliki potensi terapi dan makanan 4. Tepung susu skim, tepung gula dan
tambahan untuk anak-anak yang kekurangan minyak sawit untuk memperbaiki cita rasa,
gizi. Penambahan kelor pada makanan harian mempertinggi kandungan protein dan
anak-anak mampu melakukan recovery secara lemak dan jumlah kalori.
cepat karena mengandung 40 zat gizi esensial 5. Gula dan minyak
(Fuglie, 2000).
Hasil Penelitian Zakaria, dkk (2012) Alat
menunjukkan bahwa penambahan tepung 1. Untuk membuat produk formula BMC
daun kelor 3 - 5 gram sehari pada makanan fungsional diperlukan pisau stainless steel,
anak balita gizi kurang dapat meningkatkan tampah, ayakan, baskom, oven, sendok,
napsu makan anak dan berat badan anak Loyang, alat pengering (cabinet drayer),
pada umumnya naik setiap bulan. Namun warring blender dan alat penampungan
dalam pemberian tepung daun kelor tersebut tepung (disk mill).
kurang praktis, oleh karena pemberiannya 2. Untuk melakukan analisis fisik diperlukan,
diatur oleh ibu balita sendiri dan takarannya timbangan makanan dan timbangan
tidak pasti, tergantung kehendak ibu dan analitik, gelas ukur dan viscosimeter.
keinginan anaknya.
Atas dasar permasalahan tersebut, agar Persiapan :
penyajian lebih praktis, maka pemanfaatan a. Mengolah bahan dasar menjadi tepung
tepung daun kelor ini akan dibuat dalam untuk bahan dasar yang belum tersedia di
bentuk bubur tim yang telah diformulasi pasaran, seperti tepung daun kelor, tepung
dengan bahan makanan lainnya yang telah kedelai dan tepung beras merah (Zakaria,
umum digunakan dalam program Pemberian 2009)
Makanan Tambahan (PMT) dan Makanan b. Menyusun empat macam formula bahan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) seperti BMC (Tepung daun kelor, tepung kedelai,
beras, kacan ijo dan kacang kedelai, susu beras merah, tepung susu skim, minyak
skim, gula dan minyak dengan mengacu pada sawit. Untuk mendapatkan komposisi
prosedur standar pembuatan PMT oleh sesuai yang disarankan PAG/WHO/UNU
Depkes 2011. (Protein Advisosry Group) dan Codex
Alimentarius Commision /CAC (1994 dan
METODE PENELITIAN 2002) perhitung tiap 100 g produk yang
Penelitian ini adalah termasuk dihasilkan untuk bayi umur 6 – 12 bulan
penelitian eksperimental. Penelitian ini paling sedikit mengandung energi sebesar
menyusunan formulasi Bahan Makanan 200 kalori dan 12 gr protein (mutu protein
Campuran (BMC) fungsional dengan tepung 70% mutu kasein). Formulasi dilakukan
beras, tepung kacang kedelai dan bahan dengan menggunakan Linear
makan lain, kemudian menentukan Programming (LP).
karakteristik fisik, dan uji daya terima dan Pembuatan tepung daun kelor
komposisi gizi terhadap Formula BMC terlebih dahulu dikeringkan dalam oven
o
fungsional dengan rancangan Acak Kelompok dengan suhu 50 C lalu dibuat tepung dengan
(RAK) faktorial dengan dua kali ulangan, blender kering, Tepung kacang kedelai dan
formulsi proporsi komposisi dilakukan dengan tepung beras merah disangrai sebelum di
menggunakan sofwear Linear Program: campur bersama dengan bahan-bahan
lainnya. Bahan Makanan Campuran (BMC)
fungsional sebelum disajikan kepada anak
balita terlebih dahulu dimasak hingga matang

2
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013 Tepung Daung Kelor, BMC Fungsional, Balita

dengan air dengan perbandingan air tertentu Tabel 1.


(rasio seduh) selama kurang lebih 8 - 10 Susunan Formula BMC untuk Bayi 6 – 12 Bulan
menit.
Formulasi BMC (g)
Bahan-bahan
Teknik Pengumpulan Data F1 F2 F3 F4
a. Karakteristik fisik densitas kamba, daya Tepung Daun Kelor 4 5 6 7
Tepung Kacang Kedelai 17,5 15 12,5 10
serap air (daya seduh),. Prosedur
Tepung Beras Merah 50 50 50 50
pengujian dilakukan sesuai dengan Susu bubuk skim 10 10 10 10
prosedur yang terstandrisasi Minyak sayur 5 5 5 5
b. Uji daya terima dilakukan oleh panelis Berat total 86,5 85 83,5 82
agak terlatih yaitu dosen dan mahasiswa
semester 6 jurusan gizi Poltekkes Hasil pada Tabel 2 diperoleh
Makassar dengan kriteria penilaian berdasarkan percobaan pendahuluan sesuai
menggunakan Skala likert yaitu : rencana semula formula dengan penambahan
Amat sangat baik (6) tepung daun kelor berturut-turut dimulai 5 g
Sangat baik (5) dengan interfal kenaikan 2,5 g setiap formula,
Baik (4) namun berdasarkan hasil uji organoleptik oleh
Sedang (3) panelis terlatih sebanyak 4 orang dari aspek
Jelek (2) cita rasa pada formula penambahan 10 g
Sangat jelek (1) tepung daun kelor kurang disukai (dominan
Interpretasi skor perhitungan : rasa agak pahit daun kelor) sehingga
Angka 0% – 20% = Sangat lemah disarankan menurunkan penambahan
Angka 21% – 40% = Lemah konsentrasi kelor sebagaimana pada formula
Angka 41% – 60% = Cukup tersebut di atas.
Angka 61% – 80% = Kuat
Angka 81% – 100% = Sangat kuat Karakteristik Fisik
c. Komposisi Gizi ditentukan berdasarkan Karakteristik fisik dari masing-masing
kandungan gizi secara keseluruhan dari formula BMC kelor dengan berat berturut-turut
bahan yang digunakan dengan 86,5 g, 85 g, 83,5 g dan 82 g menenmpati
menggunakan linier program nutrisurvei. ruang dalam gelas ukur (volume) kurang lebih
165 ml sehingga diperoleh densitas kamba
Pengolahan Data sebelum di masak rata-rata 0,50 (50 %). Daya
Semua data kuantitatif yang diperoleh seduh masing-masing formula untuk
ditabulasikan dan dianalisis secara statistik mendapatkan konsistensi bubur bayi yang
dengan sidik ragam (ANOVA) untuk melihat lumat hingga matang diperlukan air sekitar 200
ada tidaknya perbedaan diantara formula. ml (1 : 2). Viskositas masing-masing formula
Apabila hasil sidik ragam berbeda nyata maka diperoleh agak kental dengan tekstur yang
dilanjutkan dengan uji Duncan. lumat yang disesuaikan dengan kemampuan
daya cerna bayi umur 6 – 12 bulan.
HASIL
Penelitian pembuatan bahan makanan Daya Terima
campuran (BMC) kelor ini dilakukan di Uji daya terima formula BMC yang
Laboratorium ITP Jurusan Gizi Poltekkes dihasilkan dilakukan oleh 27 panelis agak
Makassar dengan menyusun 4 formulasi terlatih menggunakan penilaian scoring
dengan komposisi gizi standar MP-ASI untuk berdasarkan aspek warna, aroma rasa dan
bayi umur 6-12 bulan minimal 200 kalori dan tekstur dengan hasil sebagaimana disajikan
12 gr per 100 gram bahan. pada tabel 2.

Formulasi BMC
Adapun hasil penyusunan formula BMC
kelor tersebut sebagaimana pada Tabel 1.

3
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013 Tepung Daung Kelor, BMC Fungsional, Balita

Tabel 2.
Daya Terima Formula BMC Kelor Berdasarkan Aspek Warna, Aroma, Rasa dan Tekstur

Formula
Warna (%) Aroma (%) Rasa (%) Tekstur (%)
BMC
F1 62,4 Kuat 64,8 Kuat 60,5 Cukup 55,6 Cukup
F2 59,9 Cukup 57,4 Cukup 59,3 Cukup 61,7 Kuat
F3 64,2 Kuat 58,0 Cukup 55,6 Cukup 56,1 Cukup
F4 61,1 Kuat 55,6 cukup 51,8 Cukup 58,0 Cukup

Mencermati Tabel 2 tentang daya Berdaarkan pada Tabel 3 nampak


terima formula BMC kelor menunjukkan bahwa bahwa Formula BMC kelor yang mempunyai
skor dari masing-masing formula berdasarkan kandungan energi dan protein tertinggi yaitu
interpretasi yang telah ditetapkan diperoleh pada F1 berturut-turut sebesar 323,7 kcal dan
hasil panelis menyatakan antara cukup sampai 13,0 g, sedangkan terendah adalah pada
kuat terhadap penerimaannya. Dari aspek formula BMC F4 yaitu masing-masing 296,5
warna formula BMC kelor yang kuat diterima kcal dan 10,6 g.
oleh panelis masing-masing adalah F1, F3 dan Pada tabel 3 menunjukkan bahwa
F4, sedangkan F2 daya terima panelis cukup. terjadinya penurunan berat bahan, energi dan
Aspek aroma formula BMC kelor yang kuat kandungan protein Formula BMC kelor
diterima oleh panelis adalah F1, sementara disebabkan karena pada penyusunan formula
furmula lainnya adalah cukup. Aspek rasa dari dari bahan tepung kedelai porsinya dikurangi
semua formula panelis menyatakan cukup. sebesar 2,5 g pada formula berikutnya,
Dari aspek tekstur oleh penelis daya terima sementara bahan tepung kelor porsinya
umumnya menyatakan kuat pada F2, dinaikan 1 g pada formula berikutnya.
sementara formula lainya daya terimanya Sehingga berat keseluruhan bahan jumlahnya
cukup. tidak sama, hal ini berdampak pada
Berdasarkan hasil uji statistik one way kandungan energi dan protein ikut berkurang.
ANOVA diperoleh nilai p > dari 0,05 yang
berarti tidak terdapat perbedaan yang PEMBAHASAN
bermakna dari keempat formula BMC kelor Penyusunan bahan makanan
yang dihasilkan. Namun data tidak terdistribusi campuran (BMC) dimaksudkan untuk
normal maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc mendapatkan formula makanan yang bermutu
dengan hasi menunjukkan tidak terdapat sesuai kebutuhan pertumbuhan dan
perbedaan yang bermakna diantara formula perkembangan bayi dan anak balita. Bahan
BMC kelor dari aspek penilaiain warna, aroma makanan campuran (BMC) adalah campuran
dan tekstur, kecuali dari aspek rasa terdapat beberapa bahan makanan dengan
perbedaan antara F1 dengan F4 dengan nilai perbandingan kadar zat gizi tertentu sehingga
p (0,04 < 0,05). diperoleh nilai gizi yang lebih tinggi. BMC
dapat disusun dari dua macam atau lebih
Komposisi Gizi bahan (Multiple mixes).
Hasil analisis komposisi gizi formula Pertimbangan memilih bahan-bahan
BMC kelor yang dihasilkan dengan makanan dalam formula BMC kelor ini (tepung
menggunakan program nutrisurvei for windows kelor, beras merah kacang kedelai, susu
sebagaimana pada tabel berikut ini : bubuk dan minyak makan) dimaksudkan agar
kandungan gizi saling berintraksi dan
Tabel 3. melengkapi kekurangan dan kelebihan dari
Kandungan Energi dan Protein Formula BMC kelor masing-masing bahan makanan. Dipilihnya
tepung daun kelor sebagai tambahan dalam
Formula Berat Energi Protein pembuatan formula BMC oleh karena didasari
BMC bahan (kcal) (g) oleh beberapa penelitian yang memberikan
F1 86,5 323,7 13,0 nilai positif terhadap pertumbuhan balita
F2 85 316,9 12,3 dengan kandungan gizi makro dan mikro yang
F3 83,5 304 11,2 cukup tinggi yaitu mengandung 40 zat gizi
F4 82 296,5 10,6 esensial (Fuglie, 2000). Penambahan tepung
kelor sebanyak 4 – 7 gram pada formula BMC
berdasarkan hasil penelitian Zakaria (2011)

4
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013 Tepung Daung Kelor, BMC Fungsional, Balita

yang menyimpulkan bahwa dengan menyiapkan makanan untuk bayinya, karena


penambahan 3-5 g tepung daun kelor pada sudah dapat memenuhi 27,08 % dari total
makanan atau minuman anak balita gizi kebutuhan protein bagi bayi.
kurang dapat memicu nafsu makan anak
sehingga porsi makanan yang dikonsumsinya KESIMPULAN
dapat meningkat dengan demikian berdampak 1. Formula bahan makanan campuran (BMC)
pada pertambahan berat badan anak tersebut. kelor diperoleh sebanyak empat formulasi
Hasil uji daya terima panelis dari dengan penambahan tepung kelor berturut-
empat formula BMC kelor yang dihasilkan turut 4, 5, 6 dan 7 gram dengan kombinasi
berdasarkan 4 (empat) aspek organoleptik tepung beras merah, tepung kacang
(warna, aroma, rasa dan tekstur) nampak kedelai, susu bubuk skim dan minyak
bahwa semua formula diterima dengan baik sayur.
dengan hasil penilaian panelis dengan skor 2. Karakteristik fisik dari aspek densitas
standar yang cukup dan kuat terhadap kamba setiap formula rata-rata 0,50 g/ml
penerimaan masing-masing formula (Tabel 2). dengan daya seduh (serap air) hingga
Hal ini diperkuat dengan statistik yang matang sebanyak 200 ml (1 : 2), viskositas
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang yang kental dan lumat.
bermakna dari empat formula dari semua 3. Secara keselurahan formula BMC kelor
aspek daya terima panelis. Namun dapat diterima berdasarkan interprtasi
berdasarkan skor penilaian tertinggi dari cukup dan kuat, secara statistik tidak ada
semua aspek (warna, aroma dan rasa) maka perbedaan yang bermakna diantara
formula satu (F1) dengan jumlah penambahan formula BMC kelor, namun berdasarkan
4 g tepung daun kelor berada diurutan urutan scoring tertinggi adalah pada
pertama. Hal ini diduga ada hubungannya formula BMC pertama (F1)
dengan jumlah penambahan tepung daun 4. Kandungan energi dan protein tertinggia
kelor yang mana penilaian secara subyektif dalah pada formula BMC pertama (F1)
oleh panelis ada kecenderungan perubahan yaitu masing-masing 323,7 kcal dan 13,0 g
warna, aroma dan rasa seiring dengan
meningkatnya jumlah tepung daun kelor yang SARAN
ditambahkan pada setiap formula BMC. 1. Agar berhasil guna dalam pemberian
Secara statistik ada perbedaan yang formula BMC kelor pada bayi dan anak
bermakna aspek rasa antara F1 dengan F4 (p balita gizi kurang sebaiknya menggunakan
< 0,05). formula 1 (F1).
Sebagaimana pada Tabel 3, Bahwa 2. Perlunya dilakukan penelitian lanjut untuk
formula BMC kelor yang memiliki komposisi uji efikasi efek Formula BMC terhap
energi yang tertinggi adalah pada formula satu peningkatan berat badan bayi dan balita
(F1) yaitu energi 323,7 kcal dan protein penderita gizi kurang.
sebesar 13,0 g. Kadar protein merupakan
faktor yang penentu mutu bahan makanan. DAFTAR PUSTAKA
Semakin tinggi kadar protein suatu bahan Dahlan, MS. 2010. Langkah-langkah Membuat
makanan maka kualitas dari bahan makanan Proposal Penelitian Bidang Kedokteran
tersebut akan semakin tinggi. Selain itu dan Kesehatan. Segung Seto, Jakarta.
kadar protein dapat dijadikan sebagai acuan Depkes, 2005. Makanan Formula Untuk
dalam pemilihan bahan makanan terutama untuk Mengatasi Masalah Kurang Kalori
mereka yang masih dalam masa Protein. Dir Bina Gizi Masyarakat.
pertumbuhan. Suatu produk makanan dapat Jakarta
dijadikan sebagai cumber zat gizi (protein) Depkes, 2002. Pedoman Formulasi MP-ASI
apabila dapat memenuhi minimal 10 % dari total Pangan Lokal. Dir Bina Gizi
kebutuhan zat gizi dalam satu hari. Masyarakat. Jakarta.
Jika dibandingkan dengan Dossou IN, at al, 2011. Inpact of Daily
kecukupan protein untuk bayi usia 7-12 bulan Consumption of Moringa (Moringa
sebesar 16 gram (AKG 2004), maka apabila Oleifera) Dry Leaf Powder on Iron
sepertiga porsi formula BMC kelor Status of Senagelese Lactating
(mengandung 4,33 g protein) yang diberikan Women. AFJAN On Line. African
kepada bayi dapat dihabiskan seluruhnya, maka Journal of Food Agriculture, Nutrition
sudah dapat memenuhi kebutuhan protein and Development. Volume 11. No. 4
harian sebesar 27,08 %. Hal ini tentunya Julay, 2011
dapat menjadi salah satu hidangan pilihan dalam

5
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013 Tepung Daung Kelor, BMC Fungsional, Balita

Fuglie, L.J. 2001. Combating Malnutrition with Mansaly S. 2001. Nutritional Recovery and
Moringa. Senegal: Bureau Regional Impact of The Consumption of Morings
Afrika. Oleifera Powder In Primry and Curative
Fuglie, L.J. 2000. The Moringa Tree, A Local Consultation. Development potential for
Solution to Malnutrition. Dakar Senegal. Moringa product. Dar es Salaam,
Joni M.S, Sitorus M, dan Katharina N. 2008. Tanzania
Cegah Malnutrisi dengan Kelor. Nambiar VS and Parnami S, 2008.
Penerbit Kanisius. Yugyakarta. Standardization and Organoleptic
Kasolo JN, et al. 2010. Phytochemicals and Evaluation of Drumstick (Moringa
uses of Moringa Oleifera leaves in oleifera) Leaves Incorporated Into
Ugandan Rural Communities. Journal Traditional Indian Recipes. Research
of Medicnal Plants Research Vol. 4 Articles. Trees For Life Journal.
(9),pp.753-757, 4 Mey, 2010. Available www.TFL.Journal.org.
online at Notoatmodjo S, 2010. Metodologi Penelitian
http:/www.academicjournals.org/JMPR. Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta.
Kristianto, Y dan Estu FD, 2006. Formulasi Jakarta.
Cookies Sebagai Makanan Sreelatha S and Padma PR. 2009. AntioxIdant
Pendamping ASI untuk Balita Gizi activity and total phenolic content of
Kurang.Berita Kedokteran Masyarakat, Idant activity and total phenolic content
Vol.22.No. Juni 2006. Moringa oleifera leaves in two stages of
Larasati D, dkk, 2008.Kajian Formulasi Bubur maturity. Divisio of Physical Sciences,
Bayi Instan Berbahan Dasar Pati Garut NTU, Singapore. Plant Foods Hum
(Maranata Arundinaceae L) Sebagai Nutr. 2009. Dec; 64 (4):303-11.
Makanan Pendamping ASI Terhadap Palada M.C dan Chang L.C, 2003. Suggested
Sifat Fisik dan Organoleptik. Jurnal Cultural Practices for Moringa. AVRDC.
Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Internasional Cooperators Guide.
Vol. 5 No. 2 Halaman 112-118. Diakses 1 Oktober 2011.
Price, M.L. 2007. Revised The Moringa Tree. Puryana, IGPS, 2008. Pemanfaatan Kedelai
ECHO Technical Note. dalam Pembuatan Bubur Sumsum
Rahayu WP. 1997. Penlaian Organoleptik. sebagai Makanan Pendamping ASI
Penuntun Praktikum. Fateta-IPB. (MP-ASI)
Bogor. Zakaria, dkk (2012). Penambahan Tepung
Nieto, C.JO. 2007. The effects of Protein- Daun Kelor Pada Menu Makanan
Energi Malnutrition on The Central Sehari-hari dalam Upaya
Nervous System in Children. Article in Penanggulangan Gizi Kurang pada
Spanish. Rev Neurol. 2007 Mar 2;44 Anak Balita. Media Gizi Pangan,
Suppl 2:S71-4. Volume XIII, Edisi 1, Januari-Des 2012.

You might also like