Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Gelation from casein and tapioca take place in the edible film making. An interaction of
carbohydrate and protein in the formation of gel could be affect on the physical properties of
edible film gel. An appropriate ratio of casein-tapioca and pH was expected to produce physical
characteristics of edible film gel. The aims of this research were to know the influence of casein-
tapioca ratio, pH and the interaction of casein-tapioca ratio and pH to produce edible film gel. The
research was conducted by randomized completely block design with two factors. The first factor
was casein-tapioca ratio (0:100; 20:80; 40:60; 60:40; 80:20; 100:0) and the second factor was pH
(4; 7; 9). The parameter of observation were colour (lightness and chroma), moisture content,
WHC, precipitation and viscosity of edible film gel. The data analysis uses minitab V.1.6 carried
on Tukey test. The result shows that casein-tapioca ratio influenced on colour (lightness and
chroma), moisture content, WHC, precipitation and viscosity of edible film gel. The treatment of
pH influenced on colour (lightness and chroma), moisture content, WHC and precipitation of
edible film gel. An interaction between the ratio of casein-tapioca and pH influenced on colour
(lightness and chroma), moisture content, WHC and precipitation of edible film gel.
Gel edible film yang dibuat dari Pembuatan gel edible film diawali dengan
campuran karbohidrat dan protein dapat cara mencampurkan kasein dan tapioka
menimbulkan interaksi diantara keduanya. dengan rasio sesuai rancangan percobaan.
Interaksi antara karbohidrat dan protein Sebanyak 10 g campuran tepung tersebut
memiliki peranan yang penting dalam ditambah dengan 100 ml aquadest (divariasi
pembentukan struktur serta sifat fungsional pH-nya sesuai rancangan percobaan),
protein seperti kemampuan pembentukan gel. kemudian ditambahkan 2,5 g gliserol hingga
pH larutan pembentuk film dan komposisi membentuk slurry. pH diatur dengan
bahan merupakan faktor penting dalam menggunakan larutan NaOH 1M dan HCl
pembuatan gel edible film karena dapat 1M. Hasil pencampuran dimasukkan kedalam
mempengaruhi interaksi karbohidrat-protein beaker glass dan dipanaskan dengan sistem
pada gel (Tolstoguzov, 1986). water bath selama ± 30 menit. Setelah
Pembentukan kompleks protein- terbentuk gel, diangkat dan gel dituangkan ke
karbohidrat terjadi pada pH di bawah titik dalam wadah. Gel yang dihasilkan disimpan
isoelektrik protein. Apabila pH berada di dalam lemari pendingin (± 4ºC) selama 24
bawah titik isoelektrik protein, maka muatan jam kemudian dilakukan pengukuran
positif akan berinteraksi dengan karbohidrat parameter uji. Parameter yang diamati
bermuatan negatif untuk membentuk meliputi kadar air, pengendapan, Water
kompleks elektrostatik yang stabil. Demikian Holding Capacity (WHC), warna dan tekstur
pula, jika pH berada di atas titik isoelektrik gel edible film.
protein, muatan negatif protein akan
cenderung membentuk kompleks dengan Rancangan Penelitian
karbohidrat bermuatan positif (Tolstoguzov, Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
1986). Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor
Interaksi karbohidrat-protein pada pertama yaitu variasi rasio kasein : tapioka
pembentukan gel dapat mempengaruhi sifat (100:0, 80:20, 60:40, 40:60, 20:80, 0:100).
fisik gel edible film. Interaksi karbohidrat- Fakor kedua adalah pH (4,7,9). Setiap
protein yang terbentuk pada gel antara lain perlakuan dilakukan tiga kali ulangan dan
dipengaruhi oleh rasio bahan dasar dan pH, data yang didapat diolah menggunakan
sehingga menentukan kualitas gel yang program minitab V.1.6, kemudian dilakukan
dihasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Tukey.
penelitian mengenai pengaruh rasio kasein-
tapioka dan pH terhadap karakteristik fisik Prosedur Penelitian
gel edible film yang dihasilkan dengan Warna menggunakan Colour Reader CR-
penggunaan bahan dasar kasein dan tapioka. 100
Penelitian ini bertujuan untuk Penentuan warna dilakukan menggunakan
mengetahui pengaruh rasio kasein dan sistem L*a*b (CIE Lab. Color scale) dengan
tapioka, pH, dan interaksi antar keduanya menggunakan Color Reader CR-100
terhadap karakteristik fisik gel edible film. (Minolta Jepang). Pengukuran dilakukan
sebanyak lima kali ulangan pada setiap
sampel. Hasil yang didapat nantinya di rata-
METODE rata. Notasi warna L menyatakan kecerahan
(lightness) yang berkisar antara 0-100 dari
Bahan dan Alat hitam ke putih. Intensitas warna sampel
Bahan yang digunakan pada penelitian ini ditunjukkan oleh angka yang terbaca pada
adalah kasein (micellar casein), tapioka colour reader. Produk diukur dan diketahui
(tapioka 99), gliserol, aquadest, NaOH 1M nilai L, a dan b, kemudian dihitung intensitas
dan HCl 1M. Alat yang digunakan pada warna dengan menggunakan rumus sebagai
penelitian ini terdiri dari timbangan analitik berikut:
(Ohaus), spektrofotometri (Genesys 10 W
Scawing), colour reader (Minota CR-10), Viskositas (Bourne, 2002)
sentrifuge, vorteks (Type 16700 Mixer), pH Viskositas gel edible film diukur
meter (Orion Research, 407A), penangas air, menggunakan Time Measurement
botol kaca, pipet ukur, gelas ukur, eksikator Instruments yang dimodifikasi. Benda
dan beaker glass. berbentuk bulat dengan berat dan diameter
tertentu dijatuhkan kedalam gel pada
Pelaksanaan Penelitian ketinggian 8,8 cm. Gel ditempatkan pada
Penelitian dilakukan dengan membuat gel gelas ukur dengan diameter tertentu,
edible film dari campuran kasein dan tapioka.
Journal homepage: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 15 No.1, Januari 2014: 51-58 53
Batang yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji Tukey α=0,05
Gambar 1. Histogram hasil pengukuran lightness gel edible film dengan variasi rasio
kasein-tapioka dan pH pelarut
Batang yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji Tukey α=0,05
Gambar 2. Histogram hasil pengukuran chroma gel edible film dengan variasi
rasio kasein-tapioka dan pH
Pada rasio kasein-tapioka 20:80 dan berperan terhadap penurunan nilai chroma
40:60, pH tidak berpengaruh nyata terhadap pada peningkatan pH dari 7 ke 9.
nilai chroma, sedangkan pada rasio yang lain
pH berpengaruh nyata terhadap nilai chroma. Viskositas Gel Edible Film
Pada ratio 0:100 peningkatan pH dari 4 ke 7 Hasil pengukuran viskositas dinyatakan
meningkatkan nilai chroma. Hal ini diduga dalam g/cm.s. Semakin kecil nilai
pada pH 7 pati dapat mengikat air secara pengukuran menunjukkan bola dengan berat
optimal sehingga menambah tingkat yang sama akan jatuh dengan kecepatan lebih
intensitas warna gel. Apabila pH terlalu kecil hal tersebut menunjukkan gel semakin
tinggi, pembentukan gel pati semakin cepat kental. Viskositas gel edible film yang
tercapai dan gel yang terbentuk lebih encer dihasilkan berkisar antara 0,007 hingga
(Winarno, 2002). Hal tersebut diduga 13,142 g/mm.s. Hasil sidik ragam
Journal homepage: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID
Journal homepage: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 15 No.1, Januari 2014: 51-58 55
Batang yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji Tukey α=0,05
Gambar 3. Histogram hasil pengukuran viskositas gel edible film dengan variasi rasio kasein-
tapioka.
Gambar 3 menunjukkan bahwa gel edible untuk menahan air yang terdapat dalam
film dengan nilai pengukuran tertinggi jaringan. WHC gel edible film yang
terdapat pada rasio kasein-tapioka 100:0 dihasilkan berkisar antara 1,425% hingga
sebesar 13,142 g/cm.s, sedangkan gel edible 25,480%. Hasil sidik ragam menunjukkan
film dengan nilai pengukuran terendah bahwa rasio kasein-tapioka dan pH
terdapat pada rasio kasein-tapioka 0:100 berpengaruh nyata terhadap WHC serta
sebesar 0,007 g/cm.s. Gambar 3 juga terdapat interaksi antara kedua parameter (α =
menunjukkan bahwa semakin besar rasio 0,05). Histogram WHC gel edible film
kasein yang ditambahkan meningkatkan nilai disajikan pada Gambar 4. Gambar 4
pengukuran yang berarti menurunkan nilai menunjukkan bahwa gel edible film dengan
viskositas gel edible film . Pada rasio kasein- nilai WHC tertinggi terdapat pada rasio
tapioka 0:100; 20:80; 40:60; 60:40 dan 80:20 kasein-tapioka 0:100 pH 9, sedangkan gel
nilai pengukuran tidak berbeda nyata, akan edible film dengan nilai WHC terendah
tetapi pada rasio kasein-tapioka 100:0 terjadi terdapat pada rasio kasein-tapioka 100: 0 pH
peningkatan yang nyata dari nilai hasil 4. Semakin besar penambahan kasein maka
pengukuran yang menunjukkan penurunan semakin kecil nilai WHC. Gel protein
yang nyata nilai viskositas gel, hal tersebut memiliki kemampuan mengikat air lebih
disebabkan karena gel hanya terdiri dari rendah dibandingkan gel pati. Gel pati
kasein dan tidak terdapat tapioka. Gel tapioka memiliki gugus hidroksil yang mampu
memiliki kemampuan membentuk gel yang mengikat air. Jumlah gugus hidroksil dalam
lebih tinggi dari pada protein. molekul pati lebih besar dibandingkan gel
protein sehingga kemampuan mengikat air
Water Holding Capacity (WHC) Gel Edible juga lebih tinggi (Winarno, 2002).
Film
Water Holding Capacity (WHC) dapat
diartikan sebagai kemampuan suatu bahan
Journal homepage: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 15 No.1, Januari 2014: 51-58 56
Batang yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji Tukey α=0,05
Gambar 4. Histogram hasil pengukuran WHC gel edible film dengan variasi rasio kasein-
tapioka dan pH.
Gambar 5. Histogram hasil pengukuran pengendapan gel edible film pada rasio kasein-
tapioka dan pH
Gambar 5 menunjukkan bahwa gel edible Pada rasio kasein-tapioka 40:60 hingga
film dengan nilai absorbansi tertinggi terdapat 100:0 pH 4 memiliki nilai absorbansi paling
pada rasio kasein-tapioka 100:0 pH 9 rendah karena protein pada pH mendekati
sedangkan gel edible film dengan nilai isoelektrik mengakibatkan nilai kelarutan
absorbansi terendah terdapat pada rasio protein sangat rendah dan pengendapan
kasein-tapioka 0:100 pH 7. Semakin banyak protein semakin meningkat. Pada pH
penambahan kasein maka nilai absorbansi isoelektrik jumlah muatan positif dan negatif
semakin meningkat. Hal ini dikarenakan protein seimbang sehingga mengakibatkan
kelarutan protein yang lebih besar protein tidak dapat berinteraksi dengan air
dibandingkan karbohidrat. Penambahan dan mengendap (Winarno, 2002).
karbohidrat yang semakin besar membuat gel
edible film yang dihasilkan lebih kokoh dan Kadar Air Gel Edible film
tidak mudah hancur sehingga tidak mudah Kadar air gel edible film yang dihasilkan
larut. Sedangkan pada gel protein memiliki berkisar antara 84,037% hingga 87,897%.
sifat gel edible film yang lunak dan mudah Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa rasio
hancur sehingga mudah larut (Zayas, 1997). kasein-tapioka dan pH sangat berpengaruh
Pada semua rasio kasein-tapioka pH terhadap kadar air serta terdapat interaksi
berpengaruh nyata terhadap perubahan nilai antara kedua parameter (α = 0,05). Histogram
pengendapan. Hasil penelitian menunjukkan kadar air gel edible film disajikan pada
nilai absorbansi tertinggi umumnya pada pH Gambar 6. Gambar 6 menunjukkan bahwa
9 sehingga nilai pengendapan terendah yang gel edible film dengan kadar air tertinggi
berarti gel edible film mudah larut dalam terdapat pada rasio kasein-tapioka 0:100 pH 4
pelarut. Hal ini diduga akibat adanya sedangkan gel edible film dengan kadar air
perubahan kelarutan pada protein oleh pH, terendah terdapat pada rasio kasein-tapioka
semakin tinggi pH maka nilai kelarutan 100:0 pH 4.
protein semakin tinggi yang diduga
menurunkan nilai pengendapan.
Batang yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji Tukey α=0,05
Gambar 6. Histogram kadar air gel edible film sebagai pengaruh variasi rasio kasein-tapioka
dan pH.
Secara umum, semakin banyak penambahan dalam mengikat air lebih rendah
kasein maka kadar air semakin menurun. Hal dibandingkan gel tapioka.
ini dikarenakan oleh kemampuan gel protein
Journal homepage: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID
Journal homepage: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 15 No.1, Januari 2014: 51-58 58
Protein memiliki gugus hidrogen yang Buckle, K.A., Edwards, R. A., Fleet, G. H.,
mampu mengikat air. Saat protein dipanaskan dan Wooton, M. 1987. Ilmu
pada pembuatan gel, protein mengalami Pangan.Terjemahan Hari Purnomo dan
perubahan konformasi yaitu gugus-gugus Adiono. Jakarta: Universitas Indonesia.
hidrofobik terekspos keluar, maka ikatan Dahle, L.K. 1971. Wheat Protein-Starch
hidrogen terputus dan mengakibatkan Interaction I. Some Starch Binding
kemampuan protein mengikat air semakin Effect of Wheat Flour. Cereal Chem.,
rendah. Adanya karbohidrat pada gel edible 48(706-715).
film dapat meningkatkan jumlah air yang Fardiaz, S. 1993. Mikrobiologi Pangan.
terikat. Gel pati memiliki gugus hidroksil Penuntun Praktek-Praktek
yang mampu mengikat air. Jumlah gugus Laboratorium, Pusat Antar Universitas
hidroksil dalam molekul pati lebih besar Pangan dan Gizi, Bogor: Institut
dibandingkan gel protein sehingga Pertanian Bogor.
kemampuan menyerap air juga semakin Koswara, S. 1992. Teknologi Pengolahan
tinggi (Winarno, 2002). Kedelai. Jakarta: PT Penebar Swadaya.
Secara umum kadar air tertinggi Krochta, J. M., Baldwin, E. A., and Nisperos,
ditunjukkan pada pH 4 kecuali pada C. M. O. 1994. Edible Coating and Film
komposisi 100:0. Hal tersebut diduga karena to Improve Food Quality. New York:
adanya interaksi karbohidrat dan protein. Technomic Publishing Company.
Kemampuan pati dalam mengikat air akan Kumalasari, K. 2005. “Pembuatan dan
meningkat akibat adanya pengaruh pH asam. Karakterisasi Edible Film dari Pati
Kondisi asam pada pati mengakibatkan Bonggol Pisang dengan Penambahan
penurunan tekstur, pengurangan Plasticizer Gliserol dan propilen
pembengkakan granula selama gelatinisasi, Glikol”. Skripsi. [on line]
dan peningkatan pengikatan air saat http://repository.usu.
dipanaskan (Koswara, 1992). Pada perlakuan ac.id/bitstream/123456789/5919/1/09E0
rasio kasein-tapioka 100:0 memiliki kadar air 1892.pdf. [03 Maret 2013].
terendah karena pada pH 4 kelarutan protein Subagio, A. 2006. “Pengembangan Tepung
rendah. Titik isoelektrik kasein pada pH Ubi kayu sebagai Bahan Industri
sekitar 4,6-4,7, pada pH tersebut kasein Pangan”. Seminar Rusnas Diversifikasi
memiliki kelarutan sangat rendah. Hal ini Pangan Pokok Industrialisasi
menyebabkan kemampuan kasein dalam Diversifikasi Pangan Berbasis Potensi
mengikat air juga rendah (Buckle et al, Pangan Lokal. Serpong: Kementrian
1987). Ristek dan Seafast Center IPB.
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi.
1997. Prosedur Analisa untuk Bahan
KESIMPULAN Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:
Penerbit Liberty.
Rasio antara kasein dan tapioka berpengaruh Tolstoguzov, V.B. 1986. Functional
terhadap kadar air, pengendapan, Water Properties of Protein-Polysaccharide
Holding Capacity (WHC), lightness, chroma Mixture. Dalam Mitchell, J.R. and
dan tekstur gel edible film. pH berpengaruh Ledward, D.A (Ed.). Functional
terhadap kadar air, pengendapan, Water Properties of Food Macromolecules.
Holding Capacity (WHC), lightness dan London: Elsevier.
chroma gel edible film. Terdapat interaksi Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi.
antara rasio kasein-tapioka dan pH terhadap Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
kadar air, pengendapan, Water Holding Zayas, J. F. 1997. Functionality of Protein in
Capacity (WHC), lightness dan chroma gel Food. Jerman: Springer-Verlag.
edible film.
DAFTAR PUSTAKA