You are on page 1of 16

Rahma Astuti, Skrining Tingkat Adiksi Pornografi Siswa SMP dan SMA Tahun 2017

SKRINING TINGKAT ADIKSI PORNOGRAFI


SISWA SMP DAN SMA TAHUN 2017
PORNOGRAPHY ADDICTION LEVEL SCREENING ON JUNIOR AND
SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN 2017

Rahma Astuti
Perekayasa pada Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan
Jalan Jenderal Sudirman, Senayan
e-mail: rahmastuti@yahoo.com
Naskah diterima: 29 /01/2018; direvisi akhir: 28/02/2018; disetujui: 14/02/ 2018

Abstract
This study aims to find out how the level of pornography addiction of students in junior and
senior high school. There are now many children and adolescents who are addicted to access
pornographic content. Accessing pornographic content is very dangerous for a teenager,
because they have not been able to think critically so they can fall asleep and dissolve in the
porn site. The tendency of teenagers to watch pornographic films over and over, has an impact
on the difficulty of concentrating in learning. As a result of the difficulty of concentrating
it results in low learning outcomes. The instrument used is a questionnaire in the form of a
self report about the habits of adolescents in behaving related to pornography addiction. The
survey was conducted in four districts / cities, namely Jakarta, Semarang, Bantul and Banda
Aceh with a sample of 16 schools with composition, 8 middle schools and 8 high schools. Of all
student respondents who were caught following the screening of pornography addiction levels,
almost all of them had been exposed to pornographic material. Initially the rest is unaware
or accidentally sees pornographic content when they open the internet or social media. Most
students claim to know pornographic content while in the house. Digital devices such as mobile
phones provided by parents and can only be used by children when they have returned home
after school, is one of the reasons why this happened.
Keywords: screening, addiction, pornography

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat adiksi pornografi siswa di
jenjang SMP dan SMA. Saat ini sudah banyak anak dan remaja yang kecanduan mengakses
konten pornografi. Mengakses konten pornografi sangat berbahaya bagi seorang remaja,
karena mereka belum mampu berpikir secara kritis sehingga dapat terlena dan larut dalam situs
porno tersebut. Kecenderungan remaja untuk menonton film porno secara berulang-ulang,
berdampak pada sulitnya berkonsetrasi dalam belajar. Akibat dari sulitnya berkonsentrasi
tersebut mengakibatkan hasil belajar yang juga rendah. Instrumen yang digunakan adalah
angket berupa pernyataan diri (self report) tentang kebiasaan remaja dalam berperilaku yang
berkaitan dengan adiksi pornografi. Survey dilakukan di empat kabupaten/kota yaitu Jakarta,
Semarang, Bantul dan Banda Aceh dengan sampel berjumlah 16sekolah dengan komposisi,
8 SMP dan 8 SMA. Dari seluruh responden siswa yang terjaring mengikuti skrining tingkat
adiksi pornografi, ternyata hampir semuanya pernah terpapar materi pornografi. Pada awalnya
sisa tidak menyadari atau tidak sengaja melihat konten pornografi ketika mereka membuka
83
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan Volume 11, Nomor 2, Agustus 2018

internet atau media sosial. Sebagian besar siswa mengaku mengetahui konten pornografi
ketika berada di dalam rumah. Perangkat digital seperti telepon genggam yang disediakan
orang tua dan baru dapat digunakan oleh anak ketika telah kembali ke rumah selepas sekolah,
menjadi salah satu alasan mengapa hal tersebut dapat terjadi.

Kata kunci: skrining, adiksi, pornografi,

PENDAHULUAN zat neurotransmitter yang disebut dopamin.3


Kemajuan teknologi selain membawa Dopamin ini berperan dalam membangkitkan
dampak positif juga membuka akses terhadap rasa senang, penasaran, sekaligus kecanduan.
konten negatif seperti konten pornografi. Otak akan mengingat apa yang membuat
Publikasi pornografi melalui jaringan internet anak merasa senang. Oleh karena anak
bukan hal yang aneh dan baru. Kecanggihan tersebut tidak memiliki dasar perlindungan
teknologi informasi dan komunikasi (pendidikan agama yang kurang, perhatian
merupakan instrumen yang menunjang keluarga yang kurang), maka otak anak
penyebaran pornografi. Kemudahan akses tersebut akan mendorongnya untuk
tersebut menyebabkan tidak hanya orang mengulang melihat konten pornografi, hal
dewasa yang dapat melihat konten pornografi, yang membuatnya merasa senang. Secara
bahkan anak-anak di bawah umur juga dapat alamiah, dopamin akan dialirkan sistem
dengan mudah mengakses konten tersebut. limbik ke PFC, setiap kali mengakses
Saat seorang anak pertama kali melihat pornografi dan orang yang kecanduan
konten atau muatan pornografi, reaksi pornografi akan mengalirkan dopamin secara
pertamanya adalah kaget atau bahkan berlebihan sehingga membanjiri PFC. PFC
jijik. Namun karena PFC (Pre Frontal akan menjadi tidak aktif karena terendam
Cortex)1nya belum matang, maka ia belum dopamin. Jika PFC terus menerus tidak aktif
dapat membedakan benar/salah atau baik/ karena terendam dopamin, lama kelamaan
buruk dari hal yang dilihatnya. Memori PFC akan mengerut dan fungsinya terganggu,
terhadap apa yang dilihatnya ini akan sistem limbik justru akan berkembang
mengaktifkan sistem limbik,2 dimana sistem semakin besar dan dopamin semakin banyak
limbik akan mengaktifkan keluarnya suatu diproduksi, anak yang kecanduan akan terus
mencari kesenangan dan menjadi pelanggan
1 PFC adalah otak besar yang terletak paling pornografi seumur hidup. Pengaruh dopamin
depan (di dahi) yang digunakan untuk melakukan juga lama kelamaan akan membuat anak
pertimbangan dan pengambilan keputusan. Fungsi
dari PFC antara lain: berkonsentrasi, memahami merasa bosan terhadap konten pornografi
esensi benar dan salah, mengendalikan diri, berpikir yang sama, sehingga akan mencari yang lebih
kritis, merencakan masa depan, menimbang baik
dan buruk. (lihat Kajian Literatur pada bagian lagi (Hilton Jr., 2010).
berikutnya) Berdasarkan penelitian yang dilakukan
2 Sistem limbik adalah sekelompok struktur di otak
3 Dopamin  adalah suatu neurotransmitter  yang ter­
yang berhubungan dengan emosi atau perasaan.
bentuk di otak dan organ tubuh lain. Neurotransmiter
Sis­
tem limbik dikaitkan dengan sejumlah
adalah senyawa yang menghantarkan sinyal atau
fung­si termasuk indera penciuman, perilaku,
rangsangan antar sel saraf atau antara sel saraf
pembelajaran, memori jangka panjang, emosi, dan
dengan sel lainnya.
gerakan

84
Rahma Astuti, Skrining Tingkat Adiksi Pornografi Siswa SMP dan SMA Tahun 2017

bersama oleh Mulya Haryani, Mudjiran dan mana 25 ribu adalah pornografi anak. Untuk
Yarmis Syukur (2012) dijelaskan bahwa menangani masalah ini, menurut Menteri,
mudahnya dalam mengakses film/video pihaknya akan bekerja sama dengan Kominfo
porno memungkinkan seorang remaja secara dan akan meniru Filipina yang bekerja sama
bebas menonton sehingga menimbulkan dengan intelijen menangani kasus cyber
kecenderungan bagi remaja untuk menonton crime ini (Republika, 17 April 2016).
film porno secara berulang-ulang, yang Kecanduan melihat pornografi merupakan
berdampak pada sulitnya berkonsetrasi dalam salah satu sebab dari banyaknya tindak
belajar. Akibat dari sulitnya berkonsentrasi kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia.
mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Berdasarkan penelitian Ardana Wahyu Sajati,
Berdasarkan penelitian Endah Fitriasary dan dkk (2013) tentang “Hubungan Antara
Zidni immawan Muslimin (2009), hasilnya Pengetahuan dan Sikap Tentang Pornografi
dapat disimpulkan bahwa intensitas dalam dengan Perilaku Seksual pada Siswa Di
mengakses situs porno memiliki hubungan SMAN 14 Semarang”, dijelaskan bahwa ada
positif dengan perilaku seksual. Hasil hubungan yang signifikan antara pengetahuan
penelitian lain yang senada dengan hasil dan sikap pornografi dengan perilaku seksual
tersebut adalah bahwa tayangan pornografi siswa SMA 14 Semarang. Pengetahuan akan
di internet mempengaruhi perilaku seksual suatu manfaat, dan akibat buruk sesuatu
remaja, karena remaja yang intens menonton hal akan membentuk sikap, kemudian dari
serta meniru adegan-adegan yang disajikan sikap itu akan timbul niat. Niat inilah yang
dalam tayangan pornografi tersebut selanjutnya akan menentukan apakah kegiatan
menimbulkan efek perilaku menyimpang akan dilakukan atau tidak. Pada masa remaja
yang biasanya akan melalui beberapa seseorang sedang mengalami dorogan seksual
tahapan, yakni tahap Addiction (kecanduan), yang besar. Apabila pengetahuan akibat
tahap Escalation (eskalasi) dan tahap Act-out seringnya mengakses konten pornografi
(peniruan) (Nur Anisah, 2016) ditambah dengan dorongan seksual yang
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan besar, maka dorongan untuk melakukan
Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Yembise hubungan seksual semakin besar. Tidak
mengatakan, di Indonesia ada 25 ribu mustahil jika dorongan seksual yang besar
aktivitas pornografi anak baik yang diunduh ini akan memicu tindak kekerasan. Menurut
(download) maupun diunggah (upload) Kepala Biro Hukum dan Humas Kementerian
di internet setiap harinya. Data tersebut Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
diperoleh dari Interpol dan Polri. Menurut Anak, kasus kekerasan terhadap anak masih
pantauan Kementerian PPPA bersama sangat tinggi, dan yang lebih memprihatinkan
lembaga pantauan dan analisis media daring lagi, 80 persen merupakan kekerasan seksual
Katapedia pada September hingga November yang dipicu oleh kemudahan mengakses
2016, ada 1.200 cuitan di Twitter mengenai pornografi (Syahrul Munir, 2017)
pornografi anak. Secara keseluruhan, menurut Kasus pornografi anak tentu saja
data Interpol setidaknya ada 50 ribu aktivitas bertentangan dengan amanat UU No. 20
pornografi di Indonesia tiap harinya di tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
85
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan Volume 11, Nomor 2, Agustus 2018

Nasional (Sisdiknas) yang bertujuan agar KAJIAN LITERATUR


berkembangnya potensi peserta didik Definisi Pornografi
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa Pada Bab I pasal 1 Undang-Undang
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak Pornografi Nomor 44 Tahun 2008 tertulis
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, bahwa pornografi adalah materi seksualitas
mandiri, dan menjadi warga negara yang yang dibuat oleh manusia dalam bentuk
demokratis serta bertanggung jawab. Apabila gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara,
generasi muda kecanduan melihat tayangan bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair,
pornografi, maka hal ini berdampak pada percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
konsentrasinya yang tidak lagi memikirkan komunikasi lain melalui berbagai bentuk
masa depan, namun hanya mementingkan media komunikasi dan/atau pertunjukan di
kepuasan sesaat. Pemahaman “efek tayangan muka umum, yang dapat membangkitkan
pornografi” adalah suatu akibat yang diterima hasrat seksual dan/atau melanggar nilai-nilai
atau dialami oleh remaja secara bertahap kesusilaan dalam masyarakat. Selanjutnya
dari sebuah tayangan pornografi yang jasa pornografi menurut UU Nomor 44 Tahun
menimbulkan pengaruh negatif terhadap 2008 adalah segala jenis layanan pornografi
perubahan sikap atau perilaku dari hasil proses yang disediakan oleh orang perseorangan
belajar melalui peniruan seperti mengalami atau korporasi melalui pertunjukan langsung,
efek kecanduan dan cenderung mengalami televisi kabel, televisi teresterial, radio,
proses peningkatan kebutuhan yang akhirnya telepon, internet, dan komunikasi elektronik
akan memicu perilaku menyimpang pada lainnya serta surat kabar, majalah, dan barang
kalangan remaja dalam pergaulan sehari-hari cetakan lainnya.
(Anisah Nur, 2016). Istilah pornografi menurut Encyclopedia
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa Britanica dalam Widarti (2008) berasal dari
dampak pornografi dapat melemahkan bahasa Yunani yaitu pornographos (porne =
kondisi generasi penerus bangsa. Oleh karena pelacur, dan graphien = tulisan atau lukisan;
itu, untuk melindungi dan mengoptimalkan jadi tulisan atau lukisan tentang pelacur, atau
perkembangan anak, maka perlu dilakukan suatu deskripsi dari perbuatan para pelacur).
upaya penanganan baik pencegahan Disebutkan pula bahwa pornography adalah:
maupun penanganan untuk anak dan remaja “The representation or erotic behavior, as
yang sudah maupun yang belum terpapar in book, picture, or films, intented to cause
pornografi. Kajian yang dilaksanakan sexual exticement” (suatu pengungkapan
pada tahun anggaran 2017 ini bertujuan atau tingkah laku yang erotik seperti di dalam
untuk mengetahui bagaimana tingkat adiksi buku-buku, gambar-gambar, dalam film, yang
pornografi peserta didik di jenjang SMP ditujukan untuk menimbulkan kegairahan
dan SMA. Untuk selanjutnya hasil kajian seksual).
digunakan oleh Kementerian Kesehatan Menurut H.B. Jassin dalam Widarti
sebagai dasar dalam menyusun modul (2008), pornografi adalah setiap tulisan atau
pencegahan dan penanganan pornografi di gambar yang ditulis atau digambar dengan
sekolah dan di Puskesmas pada tahun 2018. maksud sengaja untuk merangsang seksual.
86
Rahma Astuti, Skrining Tingkat Adiksi Pornografi Siswa SMP dan SMA Tahun 2017

Pornografi membuat fantasi pembaca menjadi kekerasan seksual.


bersayap dan mengarah ke adegan-adegan 4. Tahap Act-out. Pada tahap ini, seorang
yang menimbulkan rangsangan seksual. pecandu pornografi akan meniru atau
Mengacu pada beberapa definisi yang menerapkan perilaku seks yang selama
telah disebutkan, maka untuk kajian ini ini dilihatnya di media.
pornografi dibatasi sebagai segala bentuk Pornografi menyebabkan kecanduan.
gambar, foto, film, tulisan, suara (termasuk Apabila terus menerus terpapar pornografi,
lagu), animasi, kartun, percakapan, dan gerak maka pornografi akan menyebabkan efek
tubuh (termasuk tarian) pada berbagai bentuk kecanduan bagi pemakainya. Dr. Victor Cline,
media komunikasi, yang mengandung pesan ilmuwan dari University of Utah, Amerika
dan materi negatif untuk membangkitkan Serikat, membagi tahapan kecanduan
khayalan dan hasrat seksual. pornografi menjadi lima tahapan:
1. Seseorang mengenal pornografi. Pada
Adiksi Pornografi tahap ini biasanya terjadi pada usia muda.
Cline, 1986 dalam Catur (2008), Pertama kali melihat gambar porno akan
menyebutkan bahwa ada tahap-tahap efek merasa terkejut, jijik, dan merasa bersalah.
pornografi bagi mereka yang mengkonsumsi 2. Mulai menikmati gambar porno. Pada
pornografi. Efek mengkonsumsi pornografi tahap ini, pornografi mulai dinikmati,
tidak terjadi secara langsung, dapat dilihat bahkan berusaha mengulangi kenikmatan
setelah beberapa waktu dalam jangka panjang. itu sehingga tanpa disadari telah meresap
Tahap-tahap yang dialami oleh orang yang menjadi bagian dari kehidupannya.
mengkonsumsi pornografi adalah: Kebiasaan melihat hal-hal pornografi ini
1. Tahap Addiction (kecanduan). Sekali menjadi sulit dilepaskan.
seseo­rang menyukai materi pornografi, 3. Mulai tidak puas dengan gambar porno
orang tersebut akan mengalami keta­ yang telah dilihat. Pada tahap ini, ia
gihan. Pada saat orang tersebut tidak akan mencari lebih banyak lagi gambar-
mengkonsumsi pornografi akan menga­ gambar porno yang lain. Ia akan memiliki
kibatkan kegelisahan. keinginan untuk mendapatkan gambar-
2. Tahap Escalation (eskalasi). Setelah se­ gambar porno sebanyak- banyaknya
kian lama mengkonsumsi media porno, sampai ia merasa puas.
selanjutnya orang tersebut akan menga­ 4. Mulai mati rasa terhadap gambar porno.
lami efek eskalasi. Akibatnya seseorang Pada tahap ini, ia mulai mati rasa terhadap
membutuhkan materi seksual yang lebih gambar porno yang dilihatnya, termasuk
eksplisit, lebih sensasional. gambar yang paling porno sekalipun, ia
3. Tahap Desensitization (desensitisasi). tidak lagi menarik minatnya. Ia berusaha
Pada tahap ini, materi pornografi yang mencari kepuasan yang dulu ada ketika
dalam norma masyarakat dianggap tabu, pertama kali melihat gambar-gambar
immoral, mengejutkan, pelan-pelan akan itu, namun tidak bisa mendapatkannya.
menjadi sesuatu yang biasa. Orang ini Perasaannya terhadap hal-hal yang
cenderung tidak sensitif lagi terhadap bersifat pornografi sudah kebal.
87
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan Volume 11, Nomor 2, Agustus 2018

5. Mencari kenikmatan di dunia nyata. Pada 1. Periksa history alamat situs komputer
tahap ini, ia akan mulai berpetualang yang digunakan anak. Cara ini untuk
untuk mencari kepuasan pornografis di mencari tahu seberapa jauh akses anak
dunia nyata, dengan melakukan seks terhadap pornografi.
bebas. 2. Periksa pesan singkat (SMS) pada ponsel
Randy Hyde, Ph.D (2010) dalam anak. Seringkali anak yang terkena adiksi
Seminar Nasional Mengenali dan Mengatasi pornografi ber-SMS dengan teman-
Adiksi Pornografi Pada Anak dan Remaja, temannya dengan menggunakan kata-
menyampaikan tanda-tanda kecanduan kata yang tidak senonoh atau mengarah
pornografi sebagai berikut. pada seksualitas.
1. Menarik diri dari pergaulan, lebih banyak 3. Cara yang paling baik adalah dengan
menghabiskan waktu sendirian dan sangat menanyakan kepada anak, dalam sebuah
sensitif tentang privasi mereka, seperti obrolan hangat; bukan dalam suasana
tidak mengizinkan orang lain masuk yang menghakimi. Tanyakan seberapa
ke kamar mereka atau berlama-lama di kenalkah anak dengan pornografi.
dalamnya. Beritahu dengan baik dan penuh kasih
2. Ketika memandang lawan jenis, mereka sayang mengenai mengapa mereka tidak
akan lebih terfokus memandang anggota boleh mengakses pornografi. Hal ini akan
tubuhnya. Walaupun agak sulit melihat memperkuat hubungan orangtua dan anak
gejala ini, akan tetapi jika diperhatikan serta membangun kepercayaan anak pada
baik-baik maka perilaku seperti ini dapat orangtua.
dikenali. Berdasarkan penjelasan dan uraian para
3. Mereka akan lelah karena harus terus pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa
menutupi kebiasaan yang mereka nilai kesenangan seseorang terhadap gambar/
buruk ini, sehingga mereka akan lebih video/bacaan bermuatan pornografi dalam
mudah tersinggung dan marah, tidak jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan
suka ditanya soal dirinya dan sering tidak kecanduan. Kecanduan pada pornografi
mau diganggu. Mereka pun akan lebih jika tidak segera ditangani, akan meningkat
menyendiri dan memiliki kepercayaan diri tahapannya menjadi kondisi adiksi berat
yang menurun, serta menjadi pemurung. yang akan mengganggu perilaku sosialnya.
Adiksi ini menyebabkan mereka tersiksa Apabila terjadi pada anak dan remaja,
dan depresi. tentu dapat melemahkan generasi muda
4. Cara berbicara kerap kali menggunakan karena kemampuan berkonsentrasi terhadap
kata-kata tidak senonoh yang sifatnya pelajaran terganggu dan tidak mampu
seksual, terutama jika berbicara dengan merencanakan masa depa denga baik.
teman-temannya.
Selanjutnya Hyde menyarankan, untuk Bahaya Adiksi Pornografi
mengenali apakah anak terkena adiksi Berdasarkan riset Mark B Kastleman
pornografi, orangtua perlu memperhatikan (seorang ahli terapi adiksi pornografi di
dan melakukan hal-hal berikut ini. Amerika Serikat) dan Dr. Donald Hilton Jr
88
Rahma Astuti, Skrining Tingkat Adiksi Pornografi Siswa SMP dan SMA Tahun 2017

(ahli bedah otak dari University of Texas) sejumlah aspek sebelum menjadi dewasa.
diketahui bahwa paparan pornografi yang Karakteristik remaja itu sendiri, dijelaskan
intens dapat mengakibatkan kerusakan otak, oleh Jane H. Busto (2016) dalam Behavioral
yang pada akhirnya akan muncul kerusakan Traits of A Teenager, yakni
perilaku. 1. Bebas, Emosional dan Nakal
Berikut ini adalah penjelasan mengenai Tipe remaja yang nakal di akhir usia 9
kerusakan otak kibat pornografi sebagai tahun dapat berupa cepatnya perubahan mood
berikut. Otak merupakan bagian tubuh paling atau suasana hatimenjadi sangat resisten dan
penting dalam tubuh manusia. Tepat di akan mengalami banyak dinamika di dalam
belakang dahi, ada bagian otak yang sangat keluarga atau hubungan pertemanan. Remaja
spesial yang disebut sebagai Pre Frontal diusia ini biasanya akan mencari bentuk jati
Cortex (PFC). Menurut Jordan Grafman, diri yang bisa dicari dari orangtuanya atau
PFC hanya terdapat di otak manusia dan dari teman-teman di lingkungannya melalui
dirancang khusus agar manusia memiliki jalinan hubungan emosional, bahkan dari
akhlak. PFC merupakan bagian otak yang anak-anak nakal lainnya.
memiliki peran strategis sehingga dikatakan 2. Energik, Petualang dan Pengambil
sebagai pimpinan otak. Beberapa fungsi dari Resiko
PFC antara lain: berkonsentrasi, memahami Di usia remaja pola tidur akan mengalami
esensi benar dan salah, mengendalikan diri, perubahan karena diusia ini anak-anak lebih
berpikir kritis, merencakan masa depan, bersemangat dan lebih menyukai begadang
menimbang baik dan buruk. PFC adalah pusat (tidur larut malam). Perkembangan lobus
pertimbangan dan pengambilan keputusan. frontal di usia remaja ini juga menyebabkan
PFC baru matang setelah manusia berumur mereka memiliki kebutuhan untuk bersenang-
20 tahun. senang dan berpetualang lebih banyak serta
mengabaikan risiko yang akan mereka
Karakteristik Remaja tempuh. Untuk itu bahkan di usia remaja
Subyek penelitian ini adalah siswa SMPdan sangat rentan untuk mencoba seks bebas dan
SMA yang sdang berada dalam masa remaja. bereksperimen terhadap obat-obat terlarang
Oleh karena itu dalam kajian literatur perlu karena cenderung akan mengabaikan
disampaikan bahasan tentang karakteristik sejumlah risiko demi memenuhi rasa ingin
remaja. Menurut World Health Organisation tahu dan petualangannya.
(WHO), remaja adalah seseorang yang 3. Kedewasaan Fisik, Hormon, Kesa­dar­
berusia antara 10-19 tahun yang tumbuh dan an Seksual dan Sosial
berkembang diantara masa kanak-kanak dan Remaja mungkin mengalami lonjakan
masa dewasa. Namun, di banyak masyarakat, pertumbuhan yang signifikan antara usia
masa remaja secara sempit dikaitkan dengan 13 dan 18 tahun. Pada masa ini, tingkat
pubertas dan siklus perubahan fisik menuju hormonal meningkat, misalnya pada remaja
kematangan reproduksi.Banyak studi yang putri mulai memproduksi lebih banyak
mengkaji tentang perkembangan remaja estrogen, sehingga di usia ini biasanya remaja
karena merupakan proses kematangan dalam putri mulai mengalamimenstruasi, dan secara
89
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan Volume 11, Nomor 2, Agustus 2018

fisik peningkatan berat badan bisa tumbuh novel fiksi dan saling berkunjung atau
hampir 10 inci lebih tinggi. Remaja laki- mendengarkan walkman, namun remaja
laki juga mengalami perubahan hormonal masa kini lebih banyak menghabiskan
dan mulai memproduksi lebih banyak waktu dengan handphone dan menganggap
testosteron. Perubahan fisik pada remaja laki- berinteraksi secara langsung bukan hal yang
laki umumnya meliputi pertumbuhan rambut esensial lagi karena sudah diwakilkan oleh
wajah dan penambahan berat badan yang media sosial.
signifikan. Anak laki-laki remaja bisa tumbuh Menurut Busto (2017) lebih lanjut bahwa
hingga 20 inci lebih tinggi. Perubahan fisik remaja di abad 21 adalah orang yang pertama
dan hormonal juga membawa peningkatan mencicipi teknologi media baru seperti
kesadaran seksual, yang menyebabkan video call, game online, media sosial dan
banyak remaja mulai bereksperimen dengan aplikasi modern lainnya yang mengakibatkan
seksualitas mereka. kesenjangan digital antara generasi sekarang
4. Pertumbuhan Intelektual dan generasi terdahulu. Pengaruh gadget dan
Pertumbuhan intelektual pada usia remaja mudahnya akses internet dapat memberikan
akan membantu anak-anak menetapkan dampak positif maupun negatif. Dalam
tujuan hidup dan cita-citamereka. Beberapa sepersekian detik remaja dapat mengakses
remaja sudah dapat mulai mempertanyakan situs yang meningkatkan intelektual mereka
sudut pandang orang tua mereka, dan senang atau situs menghibur bahkan situs pornografi
memperdebatkan gagasan. Di usia ini pada yang justru merusak mental mereka.
dasarnya remaja juga sudah mulai dapat
memikul banyak tanggung jawab terkait METODOLOGI
dengan pekerjaan, sekolah dan kehidupan Skrining tingkat adiksi pornografi
sosialnya. Namun pertumbuhan intelektual dilakukan dengan teknik survey pada sasaran
di masa remaja juga sering kali membentuk siswa SMP dan SMA, mulai tingkat 7
remaja menjadi impulsif dan kurang sampai 12. Kajian survey ini diakukan pada
memikirkan konsekuensi atas keputusan- sasaran daerah yaitu kota Jakarta, Banda
keputusannya. Aceh, Semarang dan Kabupaten Sleman.
Selain karakteristik umum remaja, saat Pemilihan daerah sasaran didasarkan pada
ini ada kesenjangan pemahaman yang besar putusan bersama institusi yang tergabung
antara remaja di era abad ke 21 dengan dalam Gugus Tugas Pencegahan dan
remaja di abad sebelumnya. Kesenjangan Penanganan Pornografi (GTP3). Salah satu
terjadi diakibatkan oleh pesatnya kemajuan alasan pemilihan daerah ini adalah adanya
teknologi yang menyebabkan perubahan peraturan daerah tentang pencegahan dan
karakteristik remaja saat ini. Busto (2017) penanggulangan pornografi di wilayahnya.
menyebutkan bahwa karakter remaja saat Pengambilan data di lapangan
ini yang paling mencolok adalah sebagian dilaksanakan sebagaimana dilakukan
besar merupakan penggemar teknologi. Pada penyaringan atau skrining di dunia
dekade sebelumnya remaja lebih banyak kesehatan. Jadi, seluruh sampel dijaring
menghabiskan waktu untuk membaca untuk didapatkan seberapa besar remaja yang
90
Rahma Astuti, Skrining Tingkat Adiksi Pornografi Siswa SMP dan SMA Tahun 2017

terpapar pornografi dan bagaimana tingkat dalam penghitungan keterpaparan pornografi.


keparahannya. Skrining atau penyaringan Adapun hasil perhitungan reiabilitas adalah
kasus adalah cara untuk mengidentifikasi r= 0,886 dan validitas untuk tiap butir apabia
penyakit yang belum tampak melalui suatu r ≥ 0,270.
tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang Instrumen yang digunakan untuk survey
dapat dengan cepat memisahkan antara orang ini adalah angket yang terdiri dari 2 (dua)
yang mungkin menderita penyakit dengan bagian yaitu 1) butir yang menggali dan
orang yang mungkin tidak menderita (Graha, mengenali riwayat seseorang mengakses
Gunawan, 2016). materi pornografi dan 2) butir yang dapat
Pemilihan sekolah di daerah sasaran mendeteksi keterpaparan seseorang
dilakukan secara random dengan komposisi sekaligus gradasi kecanduannya. Angket
untuk masing-masing daerah dan jenjang berupa pernyataan diri (self report) tentang
pendidikan sama besar yaitu dua sekolah. kebiasaan remaja dalam berperilaku yang
Total sekolah yang diambil yaitu 16 sekolah berkaitan dengan adiksi pornografi. Tiap
dengan komposisi, 8 SMP dan 8 SMA. Dari butir pernyataan diberikan alternatif pilihan
sekolah yang terpilih secara acak, pada jawaban yang merupakan kebiasaan yang
awalnya ditentukan seluruh siswa pada paling dekat dengan diri remaja.Pilihan
sekolah tersebut untuk mengikuti skrining jawaban dibuat dengan gradasi nilai dari
berupa pengisian angket sehingga dapat rendah ke tinggi, yaitu 0, 1, 2, dan 3. Semakin
diketahui tingkat adiksi pornografi siswa. banyak seseorang melakukan pilihan dengan
Namun, saat dilakukan pengumpulan data nilai terbesar, maka orang tersebut sangat
mengalami kendala antara lain, sekolah memungkinkan berada dalam kelompok
menolak siswa kelas akhir (9 dan 12) adiksi berat.
mengikuti skrining dengan alasan sedang
persiapan untuk mengikuti ujian akhir, sekolah TEMUAN PENELITIAN DAN
hanya mengijinkan kelas tertentu saja untuk PEMBAHASAN
mengikuti skrining. Di samping itu, ada juga Data yang berjumlah 6000, berasal dari
sekolah yang siswanya mengikuti skrining, empat daerah dengan komposisi dari Jakarta
hanya diambil dari kelas yang rungannya berjumlah 16,3%, Semarang berjumlah
memiliki sarana LCD untuk pemutaran video 34,7%, Sleman berjumlah 26,8% dan Banda
dan informasi lainnya. Setelah dilakukan Aceh berjumlah 22,2%. Sedangkan komposisi
pembersihan data, pada akhirnya diperoleh jenis kelamin laki-laki sebanyak 44,6% dan
sampel sebanyak 6000 responden. jenis kelamin perempuan sebanyak 55,4 %.
Instrumen yang digunakan adalah Selanjutnya komposisi asal sekolah responden
kuesioner yang dirancang khusus dan telah yaitu dari sekolah negeri adalah 71,5 % dan
diuji reliabilitas dan validitasnya. Untuk dari sekolah swasta 8,5 %. Sebaran asal kelas
pengujian validitas dan reliabilitas instrumen responden tampak hampir merata dengan
tersebut digunakan dengan sampel yang persentase yang hampir setara. Sedangkan
sama. Selanjutnya dilakukan pemilahan butir modus terjadi pada kelas 10 SMA. Sebaran
yaitu butir yang tidak valid tidak digunakan kelas dapat dilihat pada grafik berikut ini.
91
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan Volume 11, Nomor 2, Agustus 2018

dibandingkan siswa perempuan. Grafik


berikut ini memperlihatkan gambaran usia
pertama kali terpapar konten pornografi.

Grafik 1: Persentase Sebaran Kelas Responden

Pengenalan pertama mengakses konten


pornografi
Lebih dari separuh responden (58,9%) Grafik 2: Persentase Usia Pertama Kali Terpapar
Konten Pornografi
mengaku pertama kali mengakses pornografi
pada usia 12–15 tahun. Sebagiannya lagi
(24,3%) mengaku pertama kali mengakses Yang menjadi alasan terbesar responden
konten pornografi pada usia di bawah 12 pada saat pertama kali mengakses pornografi
tahun. Usia awal keterpaparan konten adalah karena tidak sengaja (65,3%) dan
pornografi ini hampir sama dengan temuan rasa ingin tahu (16,1%). Jika dibandingkan
penelitian yang dilakukan oleh Rumyeni antara laki-laki dan perempuan, maka
dkk (2013) bahwa lebih dari 90 persen jumlah perempuan jauh lebih banyak yang
remaja di Kota Pekanbaru telah mengakses beralasan tidak sengaja pada saat pertama
materi pornografi di media massa pada usia kali mengakses pornografi dibandingkan
15 tahun ke bawah. Bahkan dari penelitian laki-laki. Sebaliknya, siswa laki-laki lebih
lain menunjukkan awal keterpaparan terjadi banyak yang beralasan karena rasa ingin
pada usia yang lebih muda yaitu sekitar usia tahu saat pertama kali mengakses pornografi
10 tahun. Penelitian dari Ani Mariani dan dibandingkan siswa perempuan. Data
Imam Bachtiar (2010) tentang “Keterpaparan yang memperlihatkan alasan pertama kali
Materi Pornografi Dan Perilaku Seksual mengakses konten pornografi dapat dilihat
Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri”, pada grafik berikut ini.
menunjukkan bahwa usia siswa yang paling
muda ketika pertama kali terpapar pornografi
adalah pada kelas 5 Sekolah Dasar.
Pada penelitian Ani Mariani dan
Imam Bachtiar (2010), ditemukan bahwa
jumlah anak laki-laki yang sudah terpapar
pornografi lebih banyak dibandingkan
dengan anak perempuan. Pada survey
Grafik 3: Persentase Alasan Pertama Kali Melihat
ini juga ditemukan bahwa pada usia
Pornografi
12 – 15 tahun, lebih banyak siswa laki-
laki yag sudah mulai terpapar pornografi
92
Rahma Astuti, Skrining Tingkat Adiksi Pornografi Siswa SMP dan SMA Tahun 2017

Pada penelitian Rumyeni, dkk (2013) perkembangan globalisasi yang menekankan


ditemukan alasan yang mendorong remaja pada kebutuhan informasi yang faktual dan
di Kota Pekanbaru untuk mengkonsumsi aktual, keberadaan internet dan beragam
materi pornografi di media massa adalah rasa layanan di dalamnya menjadi tidak
ingin tahu, dorongan dari orang lain, dan terpisahkan dengan kehidupan sehari-hari.
telah kecanduan. Kebanyakan dari remaja Perkembangan akses dan penggunaan internet
(56 persen) mengaku mengakses materi di Indonesia mengalami peningkatan apalagi
pornografi atas dasar rasa ingin tahu, dan 53 didukung dengan kepemilikan gawai (gadget
persen remaja memperoleh materi tersebut atau smartphone) di beragam kelompok usia,
dari temannya. khususnya anak-anak.
Survey Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) tahun 2016
menemukan bahwa 18,4% pengguna internet
di Indonesia berada pada kelompok usia 10
sampai 24 tahun. Jumlah ini masih berada di
bawah pengguna internet yang berada pada
kelompok usia 35 sampai 44 tahun yang
dominannya merupakan kelompok pekerja
yang aktif mengakses berbagai hal secara
Grafik 4: Persentase Jenis Media Yang Pertama Kali daring (Kemenkominfo, 2016).
Digunakan
Internet sebagai media komunikasi,
memiliki kelebihan yang membuat internet
Dari berbagai media yang dapat
berbeda dengan media komunikasi lainnya.
dipergunakan untuk mengakses pornografi,
Internet memiliki karakteristik yang mampu
urutan jenis media terbanyak ketika pertama
mengkonversikan karakteristik media cetak,
kali diakses responden adalah situs internet
penyiaran, film dan telekomunikasi dalam
(39,2%), media sosial (17,6%) dan games
sebuah media yang disebut global network.
(16,1%). Hal ini sejalan dengan hasil
Dengan karakteristik tersebut, internet saat
penelitian Rumyeni, dkk (2013) bahwa
ini tumbuh menjadi media yang efektif dalam
media yang paling banyak digunakan untuk
menyebarkan berbagai informasi, termasuk
mengakses materi pornografi oleh remaja
informasi tentang pornografi.
adalah media internet (47persen).
Risiko remaja terpapar pornografi
Unggahan berbagai konten seksualitas
mengalami peningkatan seiring dengan
di situs internet merupakan salah satu
meningkatnya akses remaja pada internet.
kemudahan mengakses bagi siswa dalam
Penggunaan internet oleh remaja khususnya
tahap pengenalan pertama mereka pada
yang berkenaan dengan konten pornografi,
konten pornografi. Persentase siswa terpapar
menyebabkan remaja mengalami risiko
pornografi melalui situs website maupun
dalam berperilaku seksual yaitu sebesar 23,37
media sosial menunjukkan tingginya akses
kali dibandingkan dengan remaja yang tidak
anak terhadap internet. Seiring dengan
memanfaatkan internet. Kondisi ini terjadi
93
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan Volume 11, Nomor 2, Agustus 2018

baik pada remaja perempuan maupun laki- jenjang pendidikan dapat dilihat pada tabel 2
laki, dengan kondisi norma agama, pengaruh di bawah ini.
teman sebaya dan sumber informasi paparan Pada tabel 1 berikut ini, dapat dilihat
pornografi yang sama (Dewi, 2012). bahwa hampir semua siswa (91,6%) sudah
Tempat pertama kali responden terpapar konten pornografi. Ada 6,3% yang
mengakses pornografi, urutan terbanyak sudah tergolong adiksi ringan. Selanjutnya
adalah di rumah (51,7%) dan di warnet untuk kelompok adiksi pornografi taraf berat,
(20,6%). Perkembangan informasi yang ada 4 orang siswa yang terdeteksi. Keempat
cepat tanpa batasan ruang dan waktu, siswa tersebut berasal dari kelas 7, kelas 8,
menyebabkan banyak tempat berpotensi kelas 11 dan kelas 12, Mereka berasal 1 orang
memaparkan anak pada konten pornografi. dari Sleman, 1 orang dari Jakarta dan 2 orang
Menariknya, hasil survey menunjukkan dari Semarang. Keempat siswa tersebut
bahwa rumah merupakan tempat paling dapat diketahui statusnya sebagai berikut 2
rentan bagi anak untuk terpapar pornografi. orang laki-laki dan 2 orang lagi perempuan.
Sebagian besar siswa mengaku mengetahui Selanjutnya diketahui bahwa 2 orang yang
konten pornografi ketika berada di dalam berusia 13 tahun dan 2 orang lagi berusia 17
rumah. Perangkat digital seperti telepon tahun.
genggam yang disediakan orang tua dan Pada tabel 1 juga dapat dilihat sebuah
baru dapat digunakan oleh anak ketika telah pola yaitu sebuah kecenderungan sebagai
kembali ke rumah selepas sekolah, menjadi berikut: pada kelas 7, sebagian besar siswa
salah satu alasan mengapa hal tersebut masih belum terpapar. Meningkat ke kelas 8,9
bisa terjadi. Berikut ini sebaran persentase dan 10, siswa mulai terpapar. Selanjutnya di
tempat pertama kali siswa mengakses konten kelas 11 dan 12, siswa sudah teradiksi ringan
pornografi. sampai berat. Dengan kata lain, semakin tinggi
jenjang kelas yang disandang siswa, maka
cendering siswa teradiksi pornografi. Hal ini
dapat terjadi karena semakin meningkat kelas
seiring dengan meningkatnya usia seorang
siswa maka semakin ia terkontaminasi oleh
pergaulan yang semakin luas pula.

Grafik 6: Tempat Pertama Kali Melihat Pornografi

Tingkat Adiksi Pornografi


Tingkat adiksi pornografi dalam kajian
ini dikategorikan menjadi empat tingkatan
adiksi, yaitu tidak terpapar, terpapar, adiksi
ringan dan adiksi berat. Gambaran tingkat
adiksi pornografi secara umum, berdasarkan
94
Rahma Astuti, Skrining Tingkat Adiksi Pornografi Siswa SMP dan SMA Tahun 2017

Luasnya sumber keterpaparan anak Media sosial menjadi sumber pornografi


pada konten pornografi, menyebabkan paling potensial termasuk beragam konten
media dan situasi yang menyebabkan anak negatif dan berbahaya lainnya. Twitter,
terpapar pornografi juga beragam. Mayoritas Facebook, Instagram, Youtube dan Google
anak mengakui bahwa pertama kalinya merupakan daftar situs internet yang menurut
mereka melihat konten pornografi karena Kementerian Komunikasi dan Informatika
ketidaksengajaan, yaitu sebanyak 65,3% banyak mengandung konten pornografi
responden. Masifnya perkembangan informasi dan menjadi sumber aduan masyarakat
khususnya di dunia maya menyebabkan anak (Kemenkominfo, 2016).
rentan terhadap kemungkinan paparan konten Kebebasan dan keterbukaan informasi
pornografi melalui akses yang tidak disadari melalui media internet diperparah dengan
langsung oleh anak-anak. Kegemaran anak- kehadiran Pop Up pada banyak situs
anak mengakses media sosial ataupun game internet. Pop Up merupakan jenis iklan yang
online dan tidak didukung oleh keamanan menampilkan konten promosi dalam sebuah
global network pada konten-konten jendela browser baru yang muncul ketika
berbahaya seperti pornografi, menyebabkan mengakses sebuah situs yang memiliki
anak potensial terpapar konten lain di script Pop Up di dalamnya. Iklan jenis ini
luar aktivitas utamanya di dunia maya. bersifat memaksa pengguna internet untuk
95
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan Volume 11, Nomor 2, Agustus 2018

melihat konten iklan tanpa harus melakukan Menariknya, hasil survey menunjukkan
klik manual, dan beberapa jenis Pop Up ini bahwa rumah merupakan tempat paling
berkonten dewasa dan tidak pantas muncul di rentan bagi anak untuk terpapar pornografi.
situs dan permainan anak-anak. Sebagian besar siswa mengaku mengetahui
Unggahan berbagai konten seksualitas konten pornografi ketika berada di dalam
di situs internet merupakan salah satu rumah. Perangkat digital seperti telepon
kemudahan mengakses bagi siswa dalam genggam yang disediakan orang tua dan
tahap pengenalan pertama mereka pada baru dapat digunakan oleh anak ketika telah
konten pornografi. Persentase siswa terpapar kembali ke rumah selepas sekolah, menjadi
pornografi melalui situs website maupun salah satu alasan mengapa hal tersebut bisa
media sosial menunjukkan tingginya terjadi.
akses anak terhadap internet. Seiring
dengan perkembangan globalisasi yang Rekomendasi
menekankan pada kebutuhan informasi Berdasarkan hasil temuan lapangan
yang faktual dan aktual, keberadaan internet bahwa sebagian besar anak pertama kali
dan beragam layanan di dalamnya menjadi terpapar pornografi di rumah, maka penting
tidak terpisahkan dengan kehidupan sehari- dibuat program yang bertujuan agar orangtua
hari. Perkembangan akses dan penggunaan menyadari betapa mudahnya anak terpapar
internet di Indonesia mengalami peningkatan pornografi melalui berbagai media yang
apalagi didukung dengan kepemilikan gawai tersedia di rumah (gawai, laptop, dan lain-
di beragam kelompok usia, khususnya anak- lain) dengan cara menjalin komunikasi yang
anak. efektif dengan anak-anak mereka.
Kementerian Kesehatan dapat meng­guna­
SIMPULAN DAN REKOMENDASI kan hasil skrining ini untuk melakukan upaya
Simpulan preventif maupun kuratif, upaya preventif
Dari seluruh responden siswa yang untuk mereka yang masuk dalam kategori
terjaring mengikuti skrining tingkat adiksi terpapar, sedangkan upaya kuratif untuk siswa
pornografi, ternyata hampir semuanya pernah yang masuk dalam kategori adiksi ringan
terpapar materi pornografi. Dari semua anak dan berat. Upaya preventif yang dilakukan
yang sudah terpapar tersebut pada awalnya berupa penyuluhan melalui Pusat Kesehatan
tidak menyadari atau tidak sengaja melihat Masyarakat (Puskesmas), sedangkan upaya
konten pornografi ketika mereka membuka kuratif dalam bentuk rehabilitasi siswa yang
internet atau media sosial. Di antara mereka teradiksi agar dapat sembuh dari perilakunya
ada juga yang terpapar karena rasa ingin tahu. tersebut yang dilakukan oleh dokter ahli
Ketika remaja ingin tahu, awalnya sudah tentu syaraf dan atau psikiater.
karena ada stimulus yang biasanya berupa Pihak yang berwenang dalam hal ini Ke­
Pop Up. Setelah remaja melihat konten menterian Informasi dan Komunikasi, harus
pornografi, kemudian menjadi meningkat selalu memperbaharui (update) dan mem­
keingintahuannya untuk tahu ke tingkat yang blokir situs-situs yang mengandung konten
lebih lanjut. pornografi yang terbuka maupun yang
96
Rahma Astuti, Skrining Tingkat Adiksi Pornografi Siswa SMP dan SMA Tahun 2017

terselubung. Kemenkominfo juga dapat dan kesejahteran anak, menciptakan program


memanfaatkan mesin sensor crawling pengais atau gerakan untuk menyadarkan berbagai
konten negatif (AIS) untuk mendeteksi pihak tentang bahaya adiksi pornografi
dan menganalisis penyebaran (sharing) file pada anak, karena adiksi pornografi secara
dengan konten pornografi di dalam media fisik merusak otak bagian depan anak yang
sosial. bertugas untuk berkonsentrasi, pengambilan
Semua lembaga yang mengurus kesehatan keputusan, dan berpikir kritis.

PUSTAKA ACUAN
Anisah, Nur. 2016. Efek Tayangan Pornografi di Internet Pada Perilaku Remaja di Desa
Suka Maju Kecamatan Tenggarong Seberang. http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/
site/?p=2342. Diunduh pada 4 Desember 2017.
Dewi, Ari Pristiana, 2012. Hubungan Karakteristik Remaja, Peran Teman Sebaya dan Paparan
Pornografi dengan Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok,
Tesis, Program Magister Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas
Indonesia. Depok.
Fitriasary, Endah dan Zidni Immawan Muslimin. 2009. Intensitas Mengakses Situs Porno Dan
Perilaku Seksual Remaja. Yogyakarta: Humanitas Volume VI Nomor 2 Agustus 2009.
http://www.jogjapress.com/index.php/HUMANITAS/ issue/view/19. Diunduh pada 2
April 2018.
Graha, Gunawan. 2016. Pengertian Screening. http://www.pengertianilmu.com/2016/03
pengertian-screening.html. Diunduh pada 4 Desember 2017
Haryani, Mulya R, Mudjiran, Yarmis Syukur. 2012. Dampak Pornografi Terhadap Perilaku
Siswa Dan Upaya Guru Pembimbing Untuk Mengatasinya. Jurnal Ilmiah Konseling.
Volume 1 Nomor 1 Januari 2012. Diunduh pada 4 Desember 2017.
Hilton Jr., Donald L, 2010. How Pornography Drugs & Changes your Brain. Slavemaster:
Salvo Magazines 13th ed. http://www.salvomag.com/new/ articles/ salvo13/ 13hilton.
php, Diunduh pada 6 Mei 2017.
Hyde, Randy, 2010. Resume: Mengenali dan Mengatasi Adiksi Pornografi Pada Anak dan
Remaja. https://0penview.wordpress.com/ 2010/10/07/resume-mengenali -dan-
mengatasi-adiksi-pornografi-pada-anak-dan-remaja. Diunduh pada 19 Mei 2017.
Jane H. Busto. 2016. Behavioral Traits of A Teenager. Education 20: Home Economic and
Lifehood. https://www.slideshare.net/janehbasto/behavioral-traits-of-a-teenager.
Diunduh pada 4 Desember 2017.
Jane H. Busto. 2017.Characteristics of The 21st Century Teen. https://lagosmums.com/
characteristics-of-the-21st-century-teen/. Diunduh pada 4 Desember 2017.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI. 2016. Data dan Statistik,
https://statistik.kominfo.go.id/site/data?idtree=424&iddoc=1517. Diunduh pada 4
Desember 2017
Mahardi, Denny, 2015. KPAI: Ribuan Anak Indonesia Jadi Korban Pornografi Internet. Liputan
6, 10 Feb 2015, http://tekno.liputan6.com/ read/2173844/kpai-ribuan-anak-indonesia-

97
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan Volume 11, Nomor 2, Agustus 2018

jadi-korban-pornografi-internet. Diunduh pada 4 Mei 2017.


Mariani, Ani dan Imam Bachtiar. 2010. Keterpaparan Materi Pornografi Dan Perilaku Seksual
Siswa Sekolah Menengah Petama. Makara, Sosial Humaniora, Vol 14. No.2 Desember
2010. https://media.neliti.com/media/ publications/4284-ID-keterpaparan-materi-
pornografi-dan-perilaku-seksual-siswa-sekolah-menengah-perta.pdf. Diunduh pada 4
Mei 2017
Munir, Syahrul 2017. 80 Persen Kekerasan Seksual Anak Dipicu Konten Pornografi, Ungaran,
Kompas.com, 03 Mei 2017, http://regional.kompas.com/ read/2017/05/03/11321641/80.
persen.kekerasan.seksual.anak.dipicu.konten.pornografi. Diunduh pada 5 Mei 2017
Rumyeni, Evawani Elysa Lubis dan Nova Yohana. 2013. Pengaruh Terpaan Pornografi Di
Media Massa Terhadap Perilaku Remaja Di Kota Pekanbaru. Pekanbaru: Repository
University. Perpustakaan Universitas Riau. Pekanbaru. Diunduh 2 pada April 2018.
Sajati, Ardana Wahu, Eko Jemi Santoso dan Targunawan. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan
Dan Sikap Tentang Pornografi Perilaku Seksual Pada Siswa Di SMAN 14 Semarang.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ ilmukeperawatan/article/view/111.
Diunduh pada 2 April 2018
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
Widarti, Catur, 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efek Paparan Pornografi Pada
Remaja Sekolah Menegah Pertama Negeri (SMPN) Di Kota Depok Tahun 2008,
Program Sarjana Kesehatan Masyarakat, Peminatan Kesehatan Reproduksi, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

---------------------

98

You might also like