Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Research on Analysis of Article 27 paragraph (3) of Law Number 19 of 2016 concerning
Information and Electronic Transactions (Study on Humiliation and/or Defamation of Medical
Personnel on Social Media Related to Violation of the Covid-19 Protocol) (a) What are the
restrictions on insult and/or defamation based on Article 27 paragraph (3) of Law No.19 of
2016 concerning Amendments to Law No.11 of 2008 concerning Information and Electronic
Transactions? (b) Does the hospital management and/or the Indonesian Doctors Association
have the right to report someone who spreads insulting and/or defamatory information on
social media regarding violations of the covid-19 protocol? (c) Can someone who spreads
insulting and/or defamatory information on social media about violating the covid-19 protocol
be subject to criminal sanctions? The research method uses normative juridical research, and
the research approach used is a statute approach, conseptual and case. Sources of legal
materials used are primary legal materials, secondary legal materials and tertiary legal
materials, Then legal material analysis techniques use the method of legal and systematic
comparison interpretation techniques. The results of research regarding the provisions of the
limits in article 27 section (3 of the Information and Electronic Transactions Law refer to the
Criminal Code, because in the Information and Electronic Transactions Law what distinguishes
it from the Criminal Code is only about insulting and / or defamation, namely by transmitting /
distributing. Then, insults and / or defamation related to health protocols against Indonesian
hospitals / Indonesian doctors' associations can be reported if they are proven because the
object of insult is not only individuals but legal entities can also be objects of insult. Then
someone who spreads defamation information on social media related to health protocols can
also be convicted if they cannot prove that the disseminated information is true.
Keywords: Defamation, Medical Personnel, Social Media
ABSTRAK
Penelitian tentang Analisis Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik terkait Penghinaan dan/atau Pencemaran Nama
Baik Terhadap Tenaga Medis di Media Sosial Terkait Pelanggaran Protokol Covid-19. (a)
Bagaimana ketentuan batasan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik berdasarkan Pasal
27 ayat (3) Undang-Undang No.19 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas Undang-Undang No.11
1
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Malang
2
Pembimbing 1 Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang
3
Pembimbing 2 Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang
1825
1826 Dinamika Volume 27, Nomor 12, Juli 2021 , Halaman 1825-1842
Tahun 2008 Tentang ITE? (b) Apakah manajemen Rumah Sakit dan/atau Ikatan Dokter
Indonesia berhak melaporkan seseorang yang menyebarkan informasi penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik di media sosial tentang pelanggaran protokol covid-19? (c) Apakah
seseorang yang menyebarkan informasi penghinaan dan/atau pencemaran nama baik di media
sosial tentang pelanggaran protokol covid-19 dapat diancam pidana? Metode penelitian
menggunakan jenis penelitian yuridis normatif, dan pendekatan penelitian yang digunakan
adalah pendekatan perundang-undangan, konseptual dan kasus. Ketentuan batasan yang ada
dalam pasal 27 ayat (3) UU ITE mengacu kepada KUHP, karena dalam UU ITE yang
membedakan dengan KUHP hanya tentang cara penghinaan dan/atau pencemaran nama
baiknya yaitu dengan cara mentransmisikan/mendistribusikan. Selanjutnya penghinaan
dan/atau pencemaran nama baik terkait protokol kesehatan terhadap rumah sakit/ikatan dokter
Indonesia dapat dilaporkan apabila memang terbukti karena objek penghinaan bukan hanya
perorangan namun badan hukum juga bisa menjadi objek penghinaan.
Kata Kunci: Penghinaan, Tenaga Medis, Media sosial
ketentuan pencemaran nama baik/ fitnah menyebutkan tentang penghinaan ini adalah
dalam KUHP (kitab undang-undang hukum objek yang diserang adalah kehormatan
Tindak pidana yang oleh KUHP dalam kehormatannya akan merasa malu dan merasa
kualifikasi pencemaran atau penistaan menjadi korban dari tindak pidana penghinaan
(smaad) dirumuskan di dalam Pasal 310, dan/atau pencemaran nama baik. Dalam
4
Sigid Suseno, 2013, Yurisdiksi Tindak Pidana Siber,
Cetakan ke 1, PT. Refika Aditama, Bandung, hlm 81.
1828 Dinamika Volume 27, Nomor 12, Juli 2021 , Halaman 1825-1842
informasi yang baik dan sesuai dengan fakta pencemaran nama baik”. Pasal ini dalam
akan menimbulkan akibat yang baik dan rasa klasifikasi nya mengacu pada pencemaran
aman, keadilan dan kepastian hukum dalam nama baik dan/atau fitnah yang diatur dalam
Salah satu permasalahan yang terjadi seharusnya klasifikasi nya disebutkan secara
belakangan ini adalah terkait pernyataan rinci dan diatur sesuai dengan keadaan saat ini
seorang youtuber yang menyatakan bahwa dalam dunia teknologi informasi sehingga
tidak perlu melaksanakan beberapa protokol menjadi pasal yang spesifik dan tidak terlalu
yang dianggap oleh beberapa pakar hukum Permasalahan lain tentang penerapan pasal
telah melanggar pasal 27 ayat (3) UU ITE 27 ayat (3) ini yaitu tentang kasus dari salah
tentang penghinaan terhadap perjuangan satu musisi tanah air I gede ari astina atau
tenaga medis yang telah berjuang dalam biasa dipanggil dengan sapaan jerinx yang
pernyataan yang disebutkan oleh youtuber 19 melalui media sosial instagram, dalam
tersebut adalah tidak mengikuti anjuran cuitannya di caption instagram nya jerinx
kesehatan, seperti mencuci tangan dan menyebutkan bahwa ikatan dokter Indonesia
menggunakan masker. Dia juga mengatakan (IDI) adalah ‘kacung’ WHO, namun dalam
semua orang bisa mati, baik saat terkena caption instagramnya drummer dari grup band
corona atau virus apapun. Padahal protokol superman is dead ini mengkritik terkait
kesehatan tersebut telah ditetapkan dalam kewajiban ibu hamil yang harus melakukan
antisipasi pandemi virus corona pemerintahan tes covid-19 sebagai persyaratan melahirkan
Indonesia. Pernyataan tersebut bisa saja itu kebijakan yang terlalu dipaksakan karena
dituntut oleh seseorang tenaga medis yang keadaan melahirkan adalah keadaan yang
merasa disepelekan atas perjuangannya darurat dan akan sulit apabila prosedur yang
karena meremehkan virus corona dan terlalu rumit. Menurut pakar hukum pidana
menyebabkan followers nya dapat mengikuti dari universitas trisakti Abdul Fickar Hadjar
Namun pasal 27 ayat (3) yang berbunyi karena menurutnya jerinx hanya mengkritik
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak dan memperdulikan terkait penanganan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi pakar hukum pidana dari UII Yogyakarta
Muhammad Syihabuddin, Suratman, Arfan Kaimuddin, Analisis Pasal 27 Ayat (3)...1829
mudzakir yang menyatakan bahwa kritik dari pelanggaran protokol covid-19? Apakah
jerinx tidak dapat dipidana karena kritik seseorang yang menyebarkan informasi
adalah hak konstitusional warga Negara dan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik
hak konstitusional itu tidak dapat dipidana5. di media sosial tentang pelanggaran protokol
Oleh sebab itu dari beberapa contoh kasus covid-19 dapat diancam pidana?
yang ada dalam penerapannya pasal 27 ayat Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
(3) UU ITE ini masih sangat rawan karena ketentuan batasan penghinaan dan/atau
tidak ada batasan yang secara rinci mengatur pencemaran nama baik berdasarkan Pasal 27
terkait pasal ini. Sedikit kritik yang Ayat (3) Undang-Undang No. 19 Tahun 2016
dicantumkan di media sosial bisa saja Tentang Perubahan Atas Undang- Undang
membawa seseorang terjerat pasal 27 ayat 3 No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan
ini. Pasal yang sangat rentan ini dirasa harus Transaksi Elektronik, mengetahui hak dan
dilakukan pendalaman dan diteliti lebih lanjut wewenang manajemen Rumah Sakit dan/atau
karena memang sangat rawan seseorang dapat Ikatan Dokter Indonesia terkait melaporkan
terancam pidana karena pasal ini padahal sesorang yang menyebarkan informasi
memang kebebasan pendapat juga merupakan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik
hak dari semua warga negara. di media sosial tentang pelanggaran protokol
sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka pidana terhadap seseorang yang menyebarkan
penulis merasa perlu mengkaji dan meneliti informasi penghinaan dan/atau pencemaran
permasalahan sebagai berikut: Bagaimana nama baik di media sosial tentang pelanggaran
ketentuan batasan penghinaan dan/atau protokol covid-19. Manfaat dari penelitian ini
Ayat (3) Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 dalam pengembangan ilmu hukum pada
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. umumnya dan ilmu hukum pidana pada
Transaksi Elektronik? Apakah manajemen tindak pencemaran nama baik melalui sosial
Rumah Sakit dan/atau Ikatan Dokter media, serta dapat menjadi referensi atau
Indonesia berhak melaporkan sesorang yang bahan informasi ilmiah yang dapat
pencemaran nama baik di media sosial tentang penelitian, serta diharapkan dapat dijadikan
acuan ataupun sumber penerapan mengenai bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang
batasan yang ada dalam praktik pelaksanaan memberikan penjelasan tentang bahan hukum
pasal 27 ayat (3) undang-undang nomor 19 primer antara lain buku-buku hasil penulisan,
tahun 2016 tentang perubahan atas undang- jurnal, makalah, artikel, rancangan undang-
undang nomor 11 tahun 2008 tentang undang dan internet, bahan hukum tersier,
Penelitian ini menggunakan jenis bahan hukum primer atau bahan hukum
penelitian yuridis normatif karena dalam sekunder yang berasal dari kamus umum,
penelitian ini penulis mempelajari peraturan kamus hukum, ensiklopedia, dan sebagainya.
perundang-undangan serta teori hukum yang Teknik analisa bahan hukum pada penelitian
ada di Indonesia. Pendekatan penelitian yang hukum normatif ini menggunakan teknik
undangan (statute approach) Pendekatan ini mengusahakan penyelesaian suatu isu hukum
perundang-undangan dan regulasi yang hukum. Teknik analisa bahan hukum yang
berkaitan dengan masalah hukum yang sedang kedua dalam penulisan penelitian ini
pendekatan ini dilakukan dengan melakukan dengan bertitik tolak atau berdasarkan dari
telaah pada kasus-kasus yang berkaitan sistem aturan hukum mengartikan suatu
doktrin yang berkaitan dengan masalah yang Dalam Pasal 27 Ayat 3 Undang-Undang
dihadapi. Pada penelitian ini penulis No. 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan
menggunakan 3 bahan hukum yaitu bahan Atas Undang-Undang No. 11 Tahun 2008
hukum primer, sekunder dan tersier6. Bahan Tentang Informasi Dan Transaksi
6 7 Ibid. hlm. 87
Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian
Hukum (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 51
Muhammad Syihabuddin, Suratman, Arfan Kaimuddin, Analisis Pasal 27 Ayat (3)...1831
Penyampaian informasi dalam masa dunia nuraninya dengan tetap memperhatikan nilai-
menyampaikan opini atau informasi di media pada era teknologi informasi pada abad ke 21
akses dan kebebasan berpendapat setiap orang undang-undang tentang informasi dan
sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 28 transaksi elektronik yaitu undang-undang no.
UUD 1945 yang menyebutkan bahwa setiap 19 tahun 2016 tentang perubahan atas undang-
orang memiliki hak atas kebebasan undang no. 11 tahun 2008 tentang informasi
berpendapat dan menjadi suatu hak asasi dan transaksi elektronik. Pembentukan
manusia yang dilindungi oleh negara. Namun undang-undang ini pada dasarnya juga untuk
bukan berarti apabila dengan adanya mengatur terkait batasan dalam penyampaian
menjadi sebuah hak asasi manusia itu tidak Dalam menyampaikan suatu pendapat atau
bisa disebut fungsi pengendalian (sturing)8. kepentingan umum dan keutuhan bangsa
Dengan adanya pasal dalam UUD 1945 sesuai dengan yang tercantum dalam pasal 23
berpendapat adalah hak individu semua tentang hak asasi manusia. Ketentuan yang
masyarakat Indonesia semenjak dilahirkan tercantum dalam pasal itu dibuat agar
sampai akhir hayatnya. Maka, dibuatlah mengatur setiap warga negara Indonesia
dalam kebebasan menyampaikan pendapat. yang benar dan tidak merugikan orang lain
Dimulai dari terbentuknya sebuah undang- dan menjadi suatu permasalahan pidana yaitu
undang no.9 tahun 1998 tentang kemerdekaan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.
selanjutnya yang tercantum dalam pasal 23 baik ini sendiri diatur dalam pasal 310 Kitab
ayat (3) undang-undang No.39 tentang hak Undang-Undang Hukum Pidana yaitu:
asasi manusia yang menyebutkan bahwa (1) Barang siapa sengaja menyerang
kehormatan atau nama baik seseorang
setiap orang mempunyai hak untuk dengan menuduhkan sesuatu hal, yang
menyampaikan pendapat sesuai dengan hati maksudnya terang supaya hal itu
8Selian, D.L., & Melina, C. (2018). “Kebebasan Hak Asasi Manusia”, Lex Scientia Law Review.
Berekspresi di Era Demokrasi: Catatan Penegakan Volume 2 No. 2, November, hlm. 185-194.
1832 Dinamika Volume 27, Nomor 12, Juli 2021 , Halaman 1825-1842
KUHP. Dalam UU ITE ini hanya memuat c. Akses adalah kegiatan melakukan
dan/atau pencemaran nama baik10. Sesuai yang berdiri sendiri atau dalam
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak d. Informasi Elektronik adalah satu atau
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi tetapi tidak terbatas pada tulisan,
Pada pasal 27 ayat (3) UU ITE hanya telegram, teleks, telecopy atau
menjelaskan terkait dengan dilakukan cara sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode
dan/atau membuat dapat diakses” dan pada telah diolah yang memiliki arti atau
undang-undang ini tidak dijelaskan terkait dapat dipahami oleh orang yang
elektronik yang bisa diakses publik simbol atau perforasi yang memiliki
oleh siapa saja yang tidak dibatasi oleh makna atau arti atau dapat dipahami
tempat dan waktu (kapan saja dan di oleh orang yang mampu
10
Gomgom T.P Siregar, (2020), Suatu Analisis melalui Media Elektronik, Bandung; Refika Aditama.
mengenai Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik hal.39
1834 Dinamika Volume 27, Nomor 12, Juli 2021 , Halaman 1825-1842
f. Tindakan sengaja dan tanpa hak yaitu penghinaan terhadap nama baik atau
dan/atau Dokumen Elektronik yang dan/atau pencemaran nama baik dalam pasal
memiliki muatan penghinaan dan/atau 27 ayat (3) UU ITE. Maka harus memenuhi
pencemaran nama baik sebagaimana beberapa unsur berikut hingga dapat disebut
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) sebagai suatu tindak pidana penghinaan
untuk kepentingan lain yang tidak sesuai perbuatan menyerang yang tidak
tujuannya dimuat dalam Pasal 3 dan 4, nama baik orang yaitu objek yang
Apabila dilihat dari penjelasan pasal yang diserang intinya adalah rasa harga
tercantum dalam bagian akhir dalam UU ITE diri. Menurut wirjono projodikoro
nama baik mengacu pada kitab undang- diri di bidang kehormatan dan di
diatur dalam Bab XVI buku II KUHP dan ditujukan pada harga diri dan
buku II KUHP11. Pada objek penghinaan suatu perbuatan tertentu dan bukan
kehormatan atau harga diri seseorang atau menyebut seseorang dengan kata-
Ukuran dari suatu perbuatan disebut Manajemen Rumah Sakit dan/atau Ikatan
menjadi sebuah tindak pidana penghinaan dan Dokter Indonesia Berhak Melaporkan
atau pencemaran nama baik memang belum Seseorang Yang Menyebarkan Informasi
dikategorikan secara jelas. Dalam hal ini Penghinaan Dan/Atau Pencemaran Nama
memang yang hendak dilindungi adalah Baik di Media Sosial Tentang Pelanggaran
menghormati orang lain tanpa memandang Pada bulan maret 2020 presiden
suku, ras, agama dan golongan manapun mengumumkan adanya pasien pertama yang
sehingga tetap terjaga kerukunan antara terjangkit corona virus disease atau biasa
sesama warga negara indonesia12. Rasa disebut virus corona. Dengan adanya virus
kehormatan yang diserang juga harus corona ini pemerintah menerapkan adanya
diobjektifkan dan ditinjau dengan perbuatan lockdown pada awal masa pandemi hingga
tertentu, karena rasa kehormatan ini juga penerapan pembatasan sosial berskala besar
seseorang. Ketersinggungan ini harus ditinjau menghadapi pandemi ini juga diterapkan
secara umum terhadap seseorang karena bisa secara ketat mulai dari kewajiban memakai
saja suatu penghinaan dapat ditujukan kepada masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.
anak yang masih sangat muda dan belum Pembentukan satuan tugas penanganan covid-
penghinaan khusus akan dijelaskan dalam sub Penerapan protokol kesehatan ini juga
penghinaan terhadap suatu komunal atau tahun 2018 tentang kekarantinaan kesehatan
kelompok tertentu disesuaikan dengan contoh dengan tujuan sebagai upaya dalam
kasus yang ada saat ini. menangkal keluar masuknya penyakit dan
menimbulkan kedaruratan kesehatan
masyarakat. Penerapan Undang-Undang yang
berlaku dan Pembuatan PP merupakan upaya
pemerintah dalam menanggulangi pandemi
corona ini. Kondisi perokonomian yang kacau
akibat pandemi corona ini menjadi suatu
Penerapan protokol kesehatan yang mulai hingga pakar hukum bahkan teman-teman
digaung-gaungkan oleh pemerintah mulai dari influencer karena pernyataan tersebut dapat
maret 2020 menuai pro dan kontra. Penerapan menambah dampak negatif dari virus corona
protokol kesehatan ini diumumkan ini. setelah berbagai pendapat hingga hujatan
pemerintah mulai dari melalui sms hingga yang dilayangkan terkait tanggapan tersebut
mengajak para influencer agar bersama-sama hingga pada akhirnya telah dihapus video
mengajak masyarakat dalam penerapan tersebut dari kanal youtube gritte Agatha.
protokol kesehatan. Meskipun bisa dikatakan Dalam perkara ini dokter tirta yang
bahwa pada masa awal pandemi ini terjadi merupakan satgas covid-19 sangat
awal mengenai data pasien corona dan dapat menyebabkan para followers mengikuti
informasi itu kepada publik sesuai dengan Setelah kejadian itu hingga permintaan
pasal 52 Undang-Undang Nomor 14 Tahun maaf yang dikatakan atas kesalahannya itu
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik14. tetap tidak menghentikan dokter bernama
virus corona ini terjadi di awal hingga terjadi membawa nya ke jalur hukum dan
sebuah peristiwa dari seorang influencer mengumpulkan bukti yang ada. Namun pada
Indira kalistha yang mengatakan terkait akhirnya dr. tirta menanggapi bahwa kejadian
pelanggaran yang dilakukannya dalam kanal ini tidak perlu diselesaikan hingga jalur
youtube gritte Agatha. Indira kalistha hukum, beliau mengatakan bahwa justru
mengatakan bahwa telah melakukan berbagai cukup dengan merangkul dan mengajak yang
mengikuti kerumunan hingga terjadi sebuah edukasi terkait covid-19 ini. Dan pada
corona ini15.
14 Fitria Dewi Navisa dan Rohmatun Nafisah, 2020. pada 7 maret 2021,
Perlindungan Hukum Terhadap Keluarga Jenazah https://www.kompas.com/sains/read/2020/05/16/1702
yang Terkena Dampak Covid-19 Atas Penolakan 00223/seperti-indira-kalistha-kenapa-banyak-orang-
Pemakaman, Jurnal Yurispruden, Vol.4, No.1. hal. 141 abai-pandemi-corona?page=all
15 Holy Kartika N. S., 2020, Seperti Indira kalistha,
atas perbuatannya dengan menjadi relawan ditunda-tunda dan hanya akan membuang-
Kasus berikutnya dialami oleh I Gede Setelah IDI bali melaporkan kejadian
Aryastina yaitu seorang drummer dari grup tersebut dan akhirnya telah diproses hingga
band Superman Is dead, I Gede Aryastina atau saat ini telah terdapat putusan inkracht yaitu
biasa dipanggil jerinx dilaporkan oleh Ikatan menetapkan I Gede Aryastina alias jerinx
Dokter Indonesia (IDI) bali. Jerinx dilaporkan dijatuhi pidana terhadap terdakwa dengan
karena dinilai telah menyebarkan ujaran pidana penjara 1 tahun dan 2 bulan, dan
kebencian dan pencemaran nama baik di pidana denda sebesar 10 juta rupiah. Dengan
sosial media. Jerinx dilaporkan dengan ketentuan apabila denda tidak dibayarkan
dugaan kasus tersebut berkaitan dengan pasal maka diganti dengan pidana kurungan 1
28 ayat (2) jo pasal 45A ayat (2) dan/atau bulan18. Putusan ini lebih ringan disbanding
pasal 27 ayat (3) jo pasal 45 ayat (3) tentang tututan pidana dari penuntut umum yang
Kasus jerinx ini bermula dari postingannya penjara dan denda 10 juta rupiah dengan dasar
di sosial media instagram yang di dalamnya hukum pasal 28 ayat (2) jo pasal 45A ayat (2)
mengkritik terkait aturan yang mewajibkan informasi dan transaksi elektronik ini memang
semua ibu hamil harus melakukan tes covid- sudah menuai kontroversi dari berbagai pihak
19 atau disebut dengan rapid test. Jerinx terutama terkait pasal 27 ayat
merasa bahwa aturan tersebut tidak perlu (3) dan juga pasal 28 ayat (2) yang sering kali
karena hasil tes sering ngawur dan hanya akan mengalami permasalahan karena penghinaan
membuat stress dan dapat menyebabkan atau pencemaran nama baik ini dapat diartikan
kematian ibu/bayi17. Jika dilihat dari urgensi secara luas. Bahkan ketentuan yang mengatur
nya memang kadang aturan tersebut tidak hal tersebut dapat menyebabkan multitafsir
selalu bisa diterapkan karena proses kelahiran karena tidak memiliki landasan yang kuat dari
aspek yuridis, filofis, maupun sosiologis yang semakin tumbuh di masyarakat dan
sehingga pasal tersebut menjadi pasal karet19. dapat merugikan pihak rumah sakit maupun
positif covid-19 oleh keluarga atau kerabat covid-19 seperti pengambilan paksa jenazah
korban. Bahkan kejadian ini dilakukan juga korban covid-19 tanpa protokol pemakaman
dengan menuduh rumah sakit meng covid kan covd-19. Jika ditinjau dari pasal 27 ayat (3)
jenazah yang sebenarnya tidak terpapar virus UU ITE menyebutkan bahwa “Setiap Orang
diungkapkan oleh Kepala staf presiden yaitu dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
rumah sakit mencari keuntungan dari yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
yang mulai muncul di masyarakat ini dibantah Bila dilihat dari pasal 27 ayat (3) UU ITE
oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh tersebut yang dilanggar kehormatannya atau
Indonesia (PERSI) dan Ikatan Dokter nama baiknya disebutkan adalah seseorang.
Indonesia (IDI) yang mengatakan bahwa Namun dalam salah satu putusan mahkamah
pernyataan tersebut tidak disertai dengan agung, yaitu putusan No.183 K/Pid/2010
fakta yang ada di lapangan. Menurut ketua menyatakan bahwa badan hukum juga bisa
persi menyatakan bahkan hingga saat ini menjadi objek pencemaran nama baik,
banyak RS yang kesulitan operasional karena sehingga jika terjadi sebuah pencemaran nama
banyak klaim permbayaran pasien covid-19 baik/ melanggar kehormatan yang ditujukan
yang belum dibayarkan oleh kemkes20. kepada suatu badan hukum dapat dibuat
Tudingan terkait rumah sakit yang meng- pengaduan dan hanya bisa dibuat aduannya
covid kan pasiennya ini juga marak tersebar di oleh direktur utama badan hukum tersebut.
grup whatsapp dan seringkali di share secara Maka dapat dikatakan bahwa Manajemen
terus-menerus oleh masyarakat. Perbuatan ini rumah sakit dalam hal ini adalah direktur
terkait dengan penyebaran informasi yang PBHI, YLBHI, LBH Pers, Greenpeace
Dari pernyataan tersebut diatas dapat LBH Masyarakat. Menurut pendapat Aliansi
disimpulkan bahwa manajemen rumah sakit mengatakan bahwa kasus jerinx ini dirasa
yang diserang kehormatannya dengan cara terlalu berlebihan jika harus dilakukan dengan
tudingan tanpa fakta bisa membuat pengaduan proses kriminalisasi dan seharusnya
dan/atau nama baiknya. Namun jika hanya Kriminalisasi terhadap jerinx ini juga
pelanggaran terkait protokol kesehatan seperti sebenarnya berdasarkan fakta yang ada di
kasus pengambilan paksa jenazah covid-19 lapangan, dan membeberkan kenyataan yang
pihak rumah sakit bisa membuat laporan ada di lapangan bahwa memang rapid test
dengan dasar hukum pasal 14 Undang- tidak terlalu efektif dalam mendeteksi virus
Undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang wabah corona. Atas kasus yang terjadi ini juga
penyakit menular dan akan dijelaskan pada melanggar hak dari setiap orang yaitu
Protokol Covid-19 Dapat Diancam Pidana Jika merujuk pada awal pembentukan UU
Pada sub bab sebelumnya telah dipaparkan ITE ini menyatakan bahwa terkait dengan
sebuah contoh kasus yang dialami oleh musisi penghinaan dan/atau pencemaran nama baik
I Gede Aryastana alias jerinx yang dianggap ini merujuk pada KUHP. Dalam
telah melanggar kehormatan dan/atau kenyataannya terkait dengan kasus ini bila
pencemaran nama baik terhadap Ikatan merujuk pada KUHP disebutkan dalam pasal
Dokter Indonesia. Dari kasus ini terdapat 310 ayat (3) yaitu tidak merupakan
pendapat dari aliansi masyarakat sipil yang pencemaran apabila dilakukan demi
terdiri dari ICJR, Elsam, PIL-NET, IJRS, kepentingan umum23. Meskipun ini
dengan maksud ajakan untuk menolak rapid melakukan langkah preventif dengan cara
test dalam syarat sebelum kelahiran dapat edukasi dan juga pencegahan yang dapat
tujuan yang baik, dan membuktikan bahwa penegakan hukum harus meninjau berbagai
rapid test tidak efektif dalam mendeteksi virus aspek seperti yuridis, filosofis maupun
Dalam pembahasan berikutnya jika tidak harmonis dan tidak terkesan memiliki artian
merujuk dari pasal 27 ayat (3) tentang yang terlalu luas. Pada saat ini juga telah
Seperti pada contohnya perda provinsi banten dalam penanganan kasus UU ITE. Dengan
pelanggar protokol kesehatan dengan sanksi budaya beretika untuk mewujudkan ruang
denda 100 ribu atau paling banyak 200 ribu digital Indonesia yang bersih, sehat dan
dan atau dengan pidana kurungan paling lama produktif maka harapan masyarakat Indonesia
3 hari bagi pelanggar protokol kesehatan. selama ini cukup diringankan atas pro-kontra
Bahkan bila terjadi suatu kasus dalam hal UU ITE yang selama ini meresahkan
merupakan lex specialis dari pasal 310 baik tentang protokol kesehatan dapat
dan pasal 311 KUHP. Sehingga dalam diancam pidana. Setiap orang berhak
pasal 27 ayat (3) ini tidak mengatur memberikan opini nya di media sosial,
hanya mengacu pada KUHP. Pasal 27 norma hukum, agama, kesopanan dan
ayat (3) ini berbeda dengan pasal 310 lain-lain. jika seseorang itu
dan pasal 311 hanya dari bagaimana menyebarkan sebuah informasi yang
informasi teknologi maka akan dikenai dokter dengan menuduh fakta maka