You are on page 1of 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/334164509

Konstruksi Tes Kemampuan Berpikir Spasial Model Sharpe-Huynh

Article · July 2019


DOI: 10.32663/georaf.v4i1.738

CITATIONS READS

3 1,816

4 authors, including:

Muhammad Aliman
State University of Malang
29 PUBLICATIONS   53 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Meta Analisis: Perkembangan Teori Struktural Fungsional dalam Sosiologi Pendidikan View project

the influence of geography learning and spatial intelligence on environmental awareness View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Aliman on 06 July 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Artikel ilmiah Pendidikan Geografi

Konstruksi Tes Kemampuan Berpikir Spasial Model Sharpe-Huynh

Muhammad Aliman1a, Takhiyyatul Ulfi2, Syahril Lukman3a, Hujairah Hi Muhammad4


1
SMA Negeri 15 Padang
2
SMA Negeri 6 Malang
3
Pendidikan Geografi, STKIP Kie Raha Ternate
4
Universitas Bumi Hijrah Tidore
a
Mahasiswa S3 Pendidikan Geografi Universitas Negeri Malang
Email: alviageo@gmail.com

Diterima 25 Mei 2019, Direvisi 28 Juni 2019, Disetujui Publikasi 30 Juni 2019

Abstract
Not yet known the basic ability of spatial thinking of high school students at the beginning of the meeting.
Resulting in geography learning that is done is not in accordance with the needs of students. Valid test
instruments are needed to determine students' spatial thinking skills. This study aims to develop a spatial
thinking ability test instrument from indicators developed by Sharpe and Huynh. The quantitative descriptive
method was used in this study to test the validity, reliability, different items, the level of difficulty, and the
correlation between items using ANATES software version 4.0.9. The results of the study showed that as many
as 25 items of feasible questions were used to measure the spatial thinking skills of high school students. The
ability of spatial thinking possessed by students can be improved and developed by applying geography learning
in accordance with the capacity of spatial thinking abilities.
Keywords:Spatial Thinking, Geography Learning, Development of Test Instruments

Abstrak
Kemampuan berpikir spasial siswa perlu diketahui lebih awal dan perlu dikembangkan melalui pembelajaran
geografi. Pengembangan kemampuan berpikir spasial dibutuhkan siswa sebagai modal dasar dalam menghadapi
tantangan abad 21. Diperlukan instrumen tes yang valid untuk mengetahui kemampuan berpikir spasial siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen tes kemampuan berpikir spasial dari indikator yang
dikembangkan oleh Sharpe dan Huynh. Metode deskriptif kuantitatif digunakan dalam penelitian ini untuk
menguji validitas, realibilitas, daya beda butir soal, tingkat kesukaran, dan korelasi antar butir soal dengan
menggunakan software ANATES versi 4.0.9. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 25 butir soal layak
digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir spasial siswa SMA.. Ujicoba instrumen tes berpikir spasial
perlu dikembangkan dalam cakupan yang lebih luas untuk memperoleh validitas instrumen terbaik.
Kata Kunci: Berpikir Spasial, Pembelajaran Geografi, Pengembangan Instrumen Tes

P- ISSN :2541-125X E-ISSN :2615-4781 Vol : 4, No : 1, Juni 2019 | 1|


https://journals.unihaz.ac.id/index.php/georafflesia
Muhammad Aliman at al.
Kontruksi Tes Kemampuan Berfikir Spasial ...

A. Pendahuluan alat dan instrumen yang berbasis spasial,


partisipasi guru untuk mengembangkan
Mempelajari dan memahami ilmu kemampuan spasial dan geografi perlu
geografi memerlukan kemampuan difasilitasi dengan baik (Yani, Mulyadi, &
berpikir spasial. Sesuai dengan kurikulum Ruhimat, 2018).
pendidikan di Indonesia, kemampuan Kemampuan berpikir spasial
utama yang harus dimiliki siswa antara merupakan kemampuan proses berpikir
lain pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang dalam mengenal kondisi ruang
(Halek, 2018), kemampuan berpikir tertentu. Kemampuan berpikir spasial juga
spasial mengandung kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan
pengetahuan, sikap dan keterampilan. kognitif dalam transformasi dan
Siswa mampu mempelajari geografi menghubungkan antara informasi yang
dengan baik apabila melibatkan konsep bersifat keruangan (Aliman, 2016). Lain
dan hubungan antara fenomena geosfer halnya menurut (Lee & Bednarz, 2009)
yang ada serta mampu mencari yang menyatakan bahwa berpikir spasial
interelasinya (Mohan & Mohan, 2013). merupakan kombinasi dari sifat spasial,
Selain itu, geografi dianggap memiliki informasi keruangan, dan proses dalam
fungsi dalam mengembangkan berpikir spasial. Berpikir spasial secara
kemampuan berpikir spasial siswa teoritis dan praktis merupakan inti dari
(Nguyen, Muniz-Solari, Tien Dang, & geografi (Huynh & Sharpe, 2013). Upaya
Nguyen, 2018). Pembelajaran geografi mengetahui kemampuan spasial siswa
bukanlah pembelajaran yang hanya dapat diketahui dengan penggunaan
menghafal fakta dan fenomena geosfer instrumen tes berpikir spasial.
saja, namun juga merupakan Langkah awal untuk mengetahui
pembelajaran yang mengaktifkan kemampuan awal siswa dalam berpikir
kemampuan spasial siswa (Lukman, spasial adalah menggunakan instrumen
Rindarjono, & Karyanto, 2016). tes. Instrumen tes untuk mengukur
Kemampuan berpikir spasial dibutuhkan kemampuan berpikir spasial harus valid
siswa untuk menghadapi berbagai secara empiris. Pengukuran berpikir
permasalahan dan tantangan abad 21 spasial merupakan hal penting dalam
(Aliman, Mutia, & Yustesia, 2018), mempelajari geografi (Huynh & Sharpe,
termasuk kemampuan dalam mengelola 2013). Secara empiris, sebuah instrumen
wilayah darat dan maritim (Nofirman, harus divalidasi oleh ahli pengembangan
2018). instrumen dan validasi dalam hitungan
Dalam menghadapi tantangan statistik. Instrumen yang valid mampu
tersebut, perlu dilakukan pelatihan dan mengukur kemampuan siswa yang
pembelajaran untuk meningkatkan dan sebenarnya secara detail. Pengukuran
mengembangkan kemampuan berpikir kemampuan berpikir spasial siswa
spasial siswa (Aliman, 2016). Pelatihan menjadi valid apabila pemilihan
dan pembelajaran yang dimaksud dapat indikatornya detail dan mewakilli elemen
berupa penggunaan instrumen tes berpikir spasial.
spasial, penggunaan modul bermuatan Indikator berpikir spasial banyak
GIS, pembelajaran yang mengembangkan dikemukakan oleh beberapa ahli dan
berpikir spasial atau penggunaan alat yang asosiasi profesi antara lain: 1) interaksi
bermuatan berpikir spasial seperti sistem spasial, skala, aplikasi, representasi,
informasi geografi dan penginderaan jauh komprehensif dan analisis (Sharpe &
(Mayalagu, Jaafar, & Kuok Choy, 2018). Huynh, 2004), 2) spatial reasoning,
Selain penggunaan modul, pembelajaran, spatial representation, spatial concepts

P- ISSN :2541-125X E-ISSN :2615-4781 Vol: 4 No: 1, Juni 2019 | 2|


https://journals.unihaz.ac.id/index.php/georafflesia
Muhammad Aliman at al.
Kontruksi Tes Kemampuan Berfikir Spasial ...

(NRC, 1996), 3) Spatial primitives, simple meningkatkan kecerdasan spasial (Urfan,


spatial relationship, complex relationship 2017), pengembangan instrumen berpikir
(Lee & Bednarz, 2009), 4) pattern, geospatial sangat baik digunakan untuk
structure, process, interaction, mahasiswa pascasarjana (Huynh &
association, organization, tendency, Sharpe, 2013), dan pengembangan
comparison, synergism (Yunus, 2013). instrumen kecerdasan spasial oleh
Pada saat siswa memiliki kemampuan (Mulyadi, Yani, Ismail, & Rosita, 2018)
berpikir spasial yang baik maka siswa menghasilkan 19 pertanyaan yang valid
tersebut mampu memproyeksikan, dari 40 butir pertanyaan, Pengembangan
mengelompokkan, mensintesis sebuah instrumen oleh (Aliman et al., 2018)
fenomena spasial di bumi (Yani et al., menghasilkan 24 item pertanyaan valid
2018). Dari beberapa indikator tersebut, dan 6 item kurang valid. Berdasarkan
penelitian ini menggunakan indikator penelitian terdahulu dapat disimpulkan
berpikir spasial menurut (Sharpe & bahwa penelitian pengembangan yang
Huynh, 2004) karena memiliki indikator mengkaji validitas butir soal instrumen
yang lebih detail dan telah dikaji berpikir spasial belum banyak menjadi
penerapannya pada siswa sekolah. Telah kajian penelitian terdahulu. Penelitian ini
banyak kajian yang membahas mengenai bertujuan mengkaji pengembangan
pengembangan kemampuan berpikir instrumen kemampuan berpikir spasial
spasial. Penelitian tersebut antara lain model Sharpe-Huynh yang ditinjau dari
pengukuran kemampuan spasial geografi kelayakan instrumen.
siswa SMA di Bengkulu berada pada
kelompok cukup (Nofirman, 2018), B. Metode Penelitian
pengukuran kecerdasan spasialcenderung Metode deskriptif kuantitatif
meningkat dari tingkat sekolah dasar ke digunakan dalam penelitian ini. Metode
tingkat sekolah menengah pertama kuantitatif digunakan untuk mengkaji
sedangkan kemampuan spasial dan hasil pengembangan instrumen secara
keterampilan geografi cenderung statistik. Penelitian ini mengkaji validitas,
berkurang saat siswa memasuki tingkat reliabilitas, tingkat kesukaran soal, daya
sekolah menengah atas dan perguruan beda butir soal dan korelasi antara butir
tinggi (Yani et al., 2018), kemampuan soal. Pengembangan instrumen
spasial literasi siswa SD di Bandung dapat kemampuan berpikir spasial berdasarkan
ditingkatkan melalui pemanfaatan media indikator: skala, interaksi spasial, aplikasi,
peta (Maharani & Maryani, 2016), representasi, komprehensif dan analisis.
kemampuan berpikir spasial dapat Analisis yang digunakan untuk mengkaji
diterapkan dalam pembelajaran geografi tingkat validitas, reliabilitas, kesukaran
dengan menggunakan model Group butir soal, daya pembeda butir soal dan
Investigation dan model Earthcomm hubungan antara skor butir soal dengan
(Aliman, 2016; Aliman et al., 2019), skor total dengan software ANATES versi
kecerdasan spasial mahasiswa geografi 4.0.9. Pengembangan instrumen
dapat ditingkatkan melalui penerapan dilakukan pada siswa kelas X IIS 5
model problem based learning (Susetyo, SMAN 6 Malang yang terdiri dari 27
Sumarmi, & Astina, 2017), kemampuan siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki
berpikir spasial dapat ditingkatkan dan 18 siswa perempuan. Untuk lebih
melalui penggunaan SIG (Setiawan, jelasnya lokasi SMAN 6 Malang, dapat
2016), penerapan affordance dan geo- dilihat pada peta berikut
literacy berpengaruh signifikan dalam

P- ISSN :2541-125X E-ISSN :2615-4781 Vol: 4 No: 1, Juni 2019 | 3|


https://journals.unihaz.ac.id/index.php/georafflesia
Muhammad Aliman at al.
Kontruksi Tes Kemampuan Berfikir Spasial ...

Gambar 1: Peta Lokasi Penelitian (Google Earth Pro, Diakses tanggal 22/5/2019)
Tabel 1. Distribusi Indikator dan Butir
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Soal
Indikator Spasial Nomor Soal
1.1 Pengembangan Indikator Instrumen Komprehensif 3,4,9,13,22,24,28
Pengembangan indikator Representasi 11,12,19,20,21
kemampuan berpikir spasial menurut Analisis 1,2,8,14,15,23,30
Sharpe dan Huynh perlu disesuaikan Interaksi Spasial 6,7,27
terhadap kondisi dan karakteristik siswa Skala 16,17
di Indonesia. Penyesuaian tersebut Aplikasi 5,18,25,26,29
disebabkan karena adanya perbedaan Dari tabel 1 tersebut, masing-
budaya, kurikulum pendidikan, sarana masing indikator dibagi kedalam butir-
dan fasilitas pendidikan (Pirard, 2011). butir soal. Pengembangan instrumen tes
Penyesuaian indikator berpikir spasial yang digunakan di Indonesia saat ini
dimulai dari distribusi indikator ke dalam berpedoman pada taksonomi Bloom yang
30 butir soal. Untuk lebih jelasnya dapat kemudian direvisi oleh (Anderson &
dilihat pada tabel 1. Krathwohl, 2001).
Berdasarkan taksonomi berpikir
tersebut, berikut merupakan klasifikasi
indikator berpikir spasial model Sharpe
dan Huynh berdasarkan taksonomi
Anderson (lihat tabel 2).

P- ISSN :2541-125X E-ISSN :2615-4781 Vol: 4 No: 1, Juni 2019 | 4|


https://journals.unihaz.ac.id/index.php/georafflesia
Muhammad Aliman at al.
Kontruksi Tes Kemampuan Berfikir Spasial ...

Tabel 2. Distribusi Elemen Geografi Terhadap Ranah Kognitif


Nomor Ranah Nomor Ranah
Elemen Geografi Elemen Geografi
Soal Kognitif Soal Kognitif
Lokasi
Tempat Skala
Posisi Wilayah
1 C1 16 C4
Hubungan ruang Kawasan
Ruang Peta
Distribusi spasial
Buffer Skala
Wilayah Wilayah
2 C3 17 C3
Jarak Kawasan
Skala Peta
Kosakata spasial
3 Buffer C2 18 C3
Bentuk permukiman
Kosakata spasial
4 Hambatan jarak C2 19 C2
Bentuk permukiman
Konter Kosakata spasial
5 C4 20 C2
Ketinggian Bentuk permukiman
Kosakata spasial
6 Aspek C4 21 C2
Bentuk permukiman
Spasial
Distribusi/organisasi
Data spasial
7 Kosakata spasial C2 22 Data Geografi C4
Wilayah
Kawasan
Peta
Navigasi Spasial
8 Arah C5 23 Distribusi/organisasi C4
Peta Data spasial
Spasial
Jarak
9 C3 24 Distribusi/organisasi C4
Skala
Data spasial
Spasial
Navigasi Distribusi/organisasi
10 Arah C5 25 Data spasial C4
Peta Kawasan
Peta
Tumpang susun
11 Kawasan C6 26 Istilah Geospasial C2
Wilayah
Distribusi Spasial
12 Tumpang susun C5 27 Distribusi C4
Peta Choropleth
Wilayah Koordinat (latitud/longitud)
13 C3 28 C2
Skala
Tumpang susun Koordinat (latitud/longitud)
Kawasan
14 C6 29 C3
Wilayah
Peta
15 Kosakata spasial C2 30 Koordinat(latitud/longitud) C3

P- ISSN :2541-125X E-ISSN :2615-4781 Vol: 4 No: 1, Juni 2019 | 5|


https://journals.unihaz.ac.id/index.php/georafflesia
Muhammad Aliman at al.
Kontruksi Tes Kemampuan Berfikir Spasial ...

Berdasarkan tabel 2, indikator sangat tidak setuju – sangat setuju.


kemampuan berpikir spasial menurut Sedangkan penelitian ini melakukan
Sharpe dan Huynh dapat dirinci secara konstruksi butir soal untuk mendapatkan
detail. Darielemen geografi yang secara detail kemampuan mendasar
merupakan rincian dari indikator berpikir berpikir spasial siswa melalui penyusunan
spasial kemudian disesuaikan dengan indikator variabel, indikator soal hingga
ranah kognitif siswa SMA di Indonesia. bentuk soal yang disesuaikan dengan
Saat ini, ranah berpikir siswa SMA di tingkat berpikir siswa SMA di Indonesia.
Indonesia diarahkan pada tahapan berpikir
tingkat tinggi (Higher order thinking 1.2 Validitas Instrumen
skills/HOTS). Seperti yang disimbolkan Butir soal yang dikembangkan
pada ranah kognitif, kode C1: Mengingat, sebanyak 30 buah kemudian divalidasi
C2: Memahami, C3: Aplikasi, C4: oleh ahli pembelajaran geografi dari
Analisis, C5: Mengevaluasi, C6: Universitas Negeri Malang. Penilaian
Menciptakan (Anderson & Krathwohl, validasi diukur menggunakan skala likert
2001). Selain pengembangan dari dengan kriteria: (1) Sangat tidak sesuai,
indikator berpikir spasial menurut Sharpe (2) Tidak sesuai, (3) Kurang sesuai, (4)
dan Huynh, butir soal instrumen juga Sesuai, (5) Sangat sesuai. Berdasarkan
diberikan elemen-elemen yang ada penilaian ahli, kemudian poin perolehan
digeografi. Pada tabel 2, seluruh ranah dijumlahkan dan diklasifikasikan menurut
kognitif (C1-C6) terdistribusi normal, tingkat kevalidan. Adapun tingkatan valid
sebaran ranah kognitif tersebut untuk pengukuran ahli yaitu: 1) Tidak
dimaksudkan untuk memperoleh secara valid (9-17), 2) Kurang valid (18-26), 3)
utuh kemampuan berpikir spasial siswa Valid (27-35), 4) Sangat valid (36-45).
dari yang tingkat rendah hingga berpikir Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tingkat tinggi. Butir soal untuk ranah tabel 3.
kognitif C1 berjumlah 1, sedangkan untuk
C2 berjumlah 9 soal, untuk ranah kognitif Tabel 3. Validitas Ahli Pembelajaran
C3 berjumlah 7, untuk C4 berjumlah 8 No Keterangan Nilai
soal, untuk C5 berjumlah 3 soal dan ranah
kognitif C6 berjumlah 2 soal. Selain itu, Kesesuaian indikator spasial 5
1
dengan kisi-kisi soal tes
sebaran ranah kognitif tersebut juga dapat Kesesuaian kisi-kisi soal dengan 5
dimanfaatkan untuk membedakan siswa 2
soal tes
yang tergolong pada kemampuan rendah Kesesuaian soal tes dengan
dan berkemampuan tinggi. Setelah 3 ranah berpikir kognitif siswa 4
dilakukan pendistribusian indikator SMA (C1-C6)
Sebaran ranah berpikir soal tes
berpikir spasial, elemen geografi dan 4 4
C1-C6 (HOTS)
ranah kognitif kemudian dikembangkan Soal tes sudah kontekstual
butir soal. 5 dengan daerah peserta tes (Peta, 4
Penelitian ini melengkapi Gambar dan Ilustrasi lain)
penelitian yang telah dilakukan Kebenaran konsep dalam soal
6 4
(Nofirman, 2018). Pada penelitian tes
Susunan kalimat pertanyaan
tersebut, instrumen kemampuan spasial 7 sudah menggunakan kaidah 4
siswa hanya mengambil informasi PUEBI
mengenai sikap dan persepsi siswa Kalimat soal tes bersifat
terhadap fenomena geosfer yang terjadi. 8 komunikatif terhadap 4
Pilihan jawaban pada instrumen komunikan
menggunakan skala likert dengan kriteria Kata dan kalimat soal tes tidak
9 4
menimbulkan penafsiran
P- ISSN :2541-125X E-ISSN :2615-4781 Vol: 4 No: 1, Juni 2019 | 6|
https://journals.unihaz.ac.id/index.php/georafflesia
Muhammad Aliman at al.
Kontruksi Tes Kemampuan Berfikir Spasial ...
membingungkan bagi siswa berpikir spasial pemula dengan menjawab
SMA soal benar < 13 pertanyaan.
Total 38
Hasil uji reliabilitas sebesar 0,41
Berdasarkan tabel 3, indikator menunjukkan bahwa butir soal konsisten,
validitas butir soal berjumlah 9 penilaian. dapat dipercaya dan andal. Pada
Dari penilaian tersebut, hanya 2 peniaian penelitian pengembangan instrumen
yang bernilai sangat valid, sedangkan 7 kemampuan berpikir spasial sebelumnya
penilaian lainnya bernilai valid. Total di SMAN 5 Malang, hasil uji reliabilitas
penilaian instrumen validasi ahli adalah menunjukkan nilai yang lebih baik dengan
38 dan dapat diklasifikasikan pada tingkat skor 0,52 (Aliman et al., 2018). Hal ini
sangat valid. Penilaian yang bernilai valid dapat dibuktikan dengan dibandingkannya
dapat diperbaiki pada penelitian nilai r tabel dengan 27 responden, r hitung
pengembangan selanjutnya, agar semua = 0,41 > r tabel = 0,381. Skor simpangan
item penilaian dapat bernilai sangat valid. baku dari instrumen penelitian ini sebesar
Setelah dilakukan validasi oleh ahli 2,72, berbeda dengan hasil simpangan
pembelajaran, kemudian dilakukan uji baku pada penelitian sebelumnya yaitu
coba instrumen pada kelas penelitian yaitu sebesar 2,62. Rata-rata nilai kemampuan
siswa kelas X IIS 5 SMAN 6 Malang. berpikir spasial penelitian ini (subjek
1.3 Uji Reliabilitas Instrumen penelitian: SMAN 6 Malang) lebih besar
Reliabilitas instrumen digunakan dibandingkan skor simpangan baku
untuk mengetahui tingkat keandalan dari penelitian sebelumnya (subjek penelitian:
butir soal. Berikut hasil uji reliabilitas SMAN 5 Malang) (Aliman et al., 2018).
instrumen. Hal ini membuktikan bahwa terjadi
Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas perbedaan rata-rata nilai yang cukup besar
Rata-rata 17,63 diantara masing-masing subjek penelitian.
Korelasi 0,26 Perolehan nilai maksimum yang diperoleh
Simpang Baku 2,72 subjek penelitian ini adalah sebesar 21
Reliabilitas Tes 0,41 dan nilai minimum sebesar 11 dengan
Jumlah Subyek 27 rentangan nilai 10 poin, sedangkan pada
Laki-laki 9 penelitian pengembangan instrumen
Perempuan 18 berpikir spasial sebelumnya, nilai
Skor salah 0 maksimum sebesar 24 dan nilai minimum
Skor benar 1 sebesar 14 dengan rentangan nilai 10
Skor terendah 11 poin. Untuk lebih detailnya rata-rata nilai
Skor tertinggi 21 kemampuan berpikir spasial dapat dilihat
Tabel 4 menjelaskan bahwa rata- pada grafik 1 berikut.
rata nilai yang diperoleh siswa kelas
penelitian sebesar 17,63 dari 30 soal yang
ditanyakan. Hal ini membuktikan bahwa
hasil kemampuan berpikir spasial siswa
kelas X IIS 5 SMAN 6 Malang tergolong
pada berpikir spasial menengah.
Digolongkan pada berpikir spasial
menengah karena klasifikasi berpikir
spasial terdiri dari berpikir spasial ahli
dengan jawaban benar > 23 soal, berpikir
spasial menengah dengan menjawab soal
benar antara 13-22 pertanyaan dan

P- ISSN :2541-125X E-ISSN :2615-4781 Vol: 4 No: 1, Juni 2019 | 7|


https://journals.unihaz.ac.id/index.php/georafflesia
Muhammad Aliman at al.
Kontruksi Tes Kemampuan Berfikir Spasial ...

23 tingkat keberagaman yang tinggi.


21 Sebanyak 4 soal atau sebesar 13,3%
19
memiliki korelasi yang signifikan dan 3
17
soal atau sebesar 10% memiliki korelasi
yang sangat signifikan terhadap skor total.
15
Hal ini membuktikan bahwa masih
13
banyak jawaban siswa yang tidak
11
berkorelasi dengan skor total, seperti yang
9
terlihat dari grafik 1 bahwa terdapat
7 keberagaman nilai siswa.
5 1.5 Uji Daya Beda Butir Soal
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27
Masing-masing soal memiliki
Nilai Berpikir Spasial perbedaan ranah kognitif (lihat tabel 2).
Grafik 1. Kemampuan Berpikir Spasial Siswa
Oleh karena itu, perbedaan masing-
Kelas X IIS 5 SMAN 6 Malang masing soal harus dilihat berdasarkan
Grafik 1 menyajikan hasil tingkat ranah kognitif yang sama.
kemampuan berpikir spasial setiap siswa Berdasarkan hasil analisis ANATES dapat
kelas penelitian. Dari grafik terlihat dilihat daya beda butir soal pada tabel 6.
bahwa nilai tertinggi yang dicapai sebesar Tabel 6. Daya Beda Butir Soal
21 dan nilai terendah dicapai sebesar 11. Klasifikasi Kriteria Soal %
Dari 27 siswa kelas penelitian belum ada 0,71-1,00 Sangat bagus 2 13,3
yang memiliki kemampuan berpikir 0,41-0,70 Bagus 7 30
spasial ahli (> 23 soal benar) dan terdapat 0,21-0,40 Cukup 8 26,7
3 siswa yang memiliki kemampuan 0,00-0,20 Jelek 9 23,3
berpikir spasial pemula (< 13 soal benar). Negatif Sangat jelek 4 6,7
Analisis berikutnya yaitu melihat korelasi Total 30 100
antara skor butir terhadap skor total. Tabel 6 membuktikan bahwa 13
1.4 Korelasi Antar Butir Soal soal atau sebesar 30% termasuk kriteria
Uji korelasi antar butir soal untuk jelek – sangat jelek dalam beda butir soal.
melihat hubungan antara nilai masing- Pertanyaan dengan daya beda butir soal
masing subjek penelitian terhadap rata- pada kriteria cukup, bagus dan sangat
rata skor total masing-masing butir soal. bagus terdapat 17 soal atau sebesar 70%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa
tabel 5. sebesar 70% butir soal pada instrumen
Tabel 5. Korelasi Skor Butir Terhadap tersebut dapat membedakan kemampuan
Skor Total berpikir spasial siswa ahli, menengah dan
Signifikansi Soal % pemula. Sebesar 30% butir soal tidak
Tidak signifikan 23 76,7 dapat membedakan kemampuan berpikir
Signifikan 4 13,3 spasial siswa menjadi berpikir spasial
Sangat signifikan 3 10 ahli, berpikir spasial menengah dan
Total 30 100 berpikir spasial pemula. Hasil uji daya
Tabel 5 menjelaskan bahwa beda instrumen tes kemampuan berpikir
persentase jumlah soal yang tidak spasial pada penelitian ini, khususnya
berkorelasi dengan skor total adalah kategori butir soal sangat jelek – jelek
sebanyak 23 soal atau sebesar hanya berjumlah 13 soal atau sebesar
76,7%.Besarnya soal yang tidak 30%. Oleh karena itu, instrumen ini masih
berkorelasi diduga karena subjek cukup baik dibandingkan instrumen
penelitian tergolong pada subjek dengan kecerdasan spasial yang dikembangkan
P- ISSN :2541-125X E-ISSN :2615-4781 Vol: 4 No: 1, Juni 2019 | 8|
https://journals.unihaz.ac.id/index.php/georafflesia
Muhammad Aliman at al.
Kontruksi Tes Kemampuan Berfikir Spasial ...

oleh (Mulyadi et al., 2018) yang tinggi (C5-C6/HOTS) sama jumlahnya


memperoleh hasil daya beda butir soal dengan tingkat kesukaran soal pada
dengan kategori sangat jelek – jelek kategori sukar dan sangat sukar dengan
dengan jumlah soal sebanyak 20 buah jumlah 5 soal. Jumlah butir soal dengan
atau sebesar 50%. Jumlah soal dengan ranah kognitif C3-C4 hampir sama
kategori sangat jelek – jelek dapat jumlahnya dengan jumlah butir soal pada
diperbaiki konstruksi butir soalnya pada tingkat kesukaran dengan kategori sedang
penelitian pengembangan instrumen yaitu terdapat 14 soal. Pada ranah kognitif
berikutnya. Dari 13 butir soal tersebut, C1-C2, jumlah butir soal yang sama
diduga siswa mengalami kesulitan dalam dengan jumlah butir soal pada kategori
memahami konten soal karena perolehan mudah hingga sangat mudah berjumlah 11
materi geografi di Indonesia secara utuh soal. Kesamaan distribusi ranah kognitif
baru dimulai sejak kelas X SMA. dan hasil analisis tingkat kesukaran ini
1.6 Uji Tingkat Kesukaran Soal membuktikan bahwa butir soal dapat
Selain uji daya beda butir soal, dinyatakan sesuai dengan kaidah-kaidah
analisis menggunakan ANATES juga penyusunan soal.
mampu melihat tingkat kesukaran soal.
Secara detail dapat dilihat pada tabel 7. D. Kesimpulan dan Saran
Tabel 7. Tingkat Kesukaran Soal Pengembangan instrumen tes pada
Tingkat kesukaran Jml soal % penelitian ini dapat digunakan untuk
Sangat sukar 2 6,6 mengetahui kemampuan berpikir spasial
Sukar 3 10 siswa. Dari 30 butir soal, sebesar 83%
Sedang 14 46,7 atau sebanyak 25 soal dapat digunakan
Mudah 3 10 dengan baik dan sebesar 17% atau 5 soal
Sangat mudah 8 26,7 dari total butir soal diperlukan
Total 30 100 rekonstruksi pada tata kalimat dan konten
Dari tabel 7, dapat dijelaskan butir soal. Penelitian lanjutan untuk
bahwa terdapat 5 soal atau sebesar 16,6% pengembangan instrumen kemampuan
dengan tingkatsukar dan sangat sukar. berpikir spasial ini masih perlu dilakukan.
Tingkat kesukaran mudah dengan soal Ujicoba selanjutnya dilakukan pada
sejumlah 14 atau sebesar 46,7% dan subjek penelitian dengan tingkat
tingkat soal mudah dan sangat mudah keberagaman yang lebih tinggi.
sebanyak 11 soal atau sebesar 36,7%. Mengetahui kemampuan berpikir spasial
Berdasarkan hasil tingkat kesukaran soal, siswa sejak awal dapat membantu guru
sebanyak 25 butir soal dapat dikerjakan dalam merencanakan pendekatan, model,
dengan baik karena berada pada tingkat strategi dan teknik pembelajaran geografi
sangat mudah hingga sedang. Hanya 5 yang tepat dan efisien.
soal yang tergolong kedalam soal yang
sulit dikerjakan oleh siswa. Dari tabel 7
juga dapat dijelaskan bahwa tingkat
kesulitan terdistribusi secara normal dari
berbagai tingkatan ranah berpikir.
Terdapat kesesuaian antara hasil
analisis dari tingkat kesukaran butir
soaldengan distribusi elemen geografi
terhadap ranah kognitif (lihat tabel 2).
Kesesuaian yang dimaksud yaitu jumlah
butir soal pada ranah kognitif tingkat
P- ISSN :2541-125X E-ISSN :2615-4781 Vol: 4 No: 1, Juni 2019 | 9|
https://journals.unihaz.ac.id/index.php/georafflesia
Muhammad Aliman at al.
Kontruksi Tes Kemampuan Berfikir Spasial ...

Daftar Pustaka https://doi.org/10.1080/0309826080


2276714
Aliman, M. (2016). Model Pembelajaran Lukman, S., Rindarjono, M. G., &
Group Investigation Berbasis Karyanto, P. (2016). Pengaruh
Spatial Thinking. Prosiding Model Pembelajaran Kooperatif
Seminar Nasional Geografi 2016, 1, Tipe Jigsaw dan STAD terhadap
58–68. Padang: Jurusan Geografi Hasil Belajar Geografi Ditinjau dari
FIS UNP. Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII
Aliman, M., Budijanto, Sumarmi, Astina, SMP Negeri 1 Jatinom Klaten
I. K., Putri, R. E., & Arif, M. Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal
(2019). The Effect of Earthcomm GeoEco, 2(2), 114–127.
Learning Model and Spatial Maharani, W., & Maryani, E. (2016).
Thinking Ability on Geography Peningkatan Spatial Literacy
Learning Outcomes. Journal of Peserta Didik Melalui Pemanfaatan
Baltic Science Education, 18(3), Media Peta. Jurnal Geografi Gea,
323–334. 15(1).
https://doi.org/10.33225/jbse/19.18. https://doi.org/10.17509/gea.v15i1.4
323 184
Aliman, M., Mutia, T., & Yustesia, A. Mayalagu, G., Jaafar, M., & Kuok Choy,
(2018). Integritas Kebangsaan L. (2018). Validity of Module
dalam Tes Berpikir Spasial. Geographic Information System-
Prosiding Seminar Nasional Spatial Thinking Skills (GIS-STS).
Pendidikan Geografi FKIP UMP International Journal of
2018, 82–89. Purwokerto: UM Engineering & Technology, 7(4.34),
Purwokerto Press. 427.
Anderson, L. W., & Krathwohl, R. https://doi.org/10.14419/ijet.v7i4.34
(2001). A Taxonomy for Learning, .26902
Teaching, and Assesing: A Revision Mohan, A., & Mohan, L. (2013). Spatial
of Bloom’s Taxonomy of Thinking: Development of Concepts
Educational Objectives. New York, and Skills Across the Early Years -
N.Y.: Longman. Network of Alliances for
Halek, D. H. (2018). Kurikulum 2013 Geographic Education - National
dalam Perspektif Filosafi. Jurnal Geographic. Retrieved February 26,
Georafflesia, 3(2), 1–10. 2017, from
https://doi.org/10.32663/georaf.v3i2 http://alliances.nationalgeographic.c
.567 om/detail/spatial-thinking-
Huynh, N. T., & Sharpe, B. (2013). An development-of-concepts-and-
Assessment Instrument to Measure skills-across-the-early-
Geospatial Thinking Expertise. years/edn089E0763B5AE3BC0A
Journal of Geography, 112(1), 3– Mulyadi, A., Yani, A., Ismail, A., &
17. Rosita, R. (2018). Students’ Spatial
https://doi.org/10.1080/00221341.2 Intelligence Measurement on Social
012.682227 Science and Geography Subjects.
Lee, J., & Bednarz, R. (2009). Effect of IOP Conference Series: Earth and
GIS Learning on Spatial Thinking. Environmental Science, 145,
Journal of Geography in Higher 012043.
Education, 33(2), 183–198. https://doi.org/10.1088/1755-
1315/145/1/012043

P- ISSN :2541-125X E-ISSN :2615-4781 Vol: 4 No: 1, Juni 2019 | 10|


https://journals.unihaz.ac.id/index.php/georafflesia
Muhammad Aliman at al.
Kontruksi Tes Kemampuan Berfikir Spasial ...

Nguyen, N.-A., Muniz-Solari, O., Tien Urfan, F. (2017). Pengaruh Lingkungan


Dang, D., & Nguyen, T. (2018, Sekolah Terhadap Kecerdasan
January 24). Reviewing spatial Spasial Peserta Didik Melalui
thinking in Vietnam geography Affordance dan Geo Literacy (Studi
textbooks questions. Presented at the Kasus SMA Negeri di Kota
Geography for Global Bandung dan Kabupaten Bandung).
Understanding-Sustainable Changes Jurnal Geografi Gea, 16(2), 105.
in Environment, Society and People https://doi.org/10.17509/gea.v16i2.3
(SEAGA International Conference 281
2017), Jakarta. Yani, A., Mulyadi, A., & Ruhimat, M.
Nofirman. (2018). Studi Kemampuan (2018). Contextualization of Spatial
Spasial Geografi Siswa Kelas XII Intelligence: Correlation Between
SMA Negeri 6 Kota Bengkulu. Spatial Intelligence, Spatial Ability,
Jurnal Georafflesia, 3(2), 11–24. and Geography Skills. Journal of
https://doi.org/10.32663/georaf.v3i2 Baltic Science Education, 17(4),
.566 564–575.
NRC. (1996). National Science Education Yunus, H. S. (2013). Konsep dan
Standards. National Academies Pendekatan Geografi (Acuan
Press. Khusus ada Pendekatan
Pirard, F. (2011). From the curriculum Keruangan). Retrieved from
framework to its dissemination: the https://hangeo.wordpress.com
accompaniment of educational
practices in care facilities for
children under three years.
European Early Childhood
Education Research Journal, 19(2),
255–268.
Setiawan, I. (2016). Peran Sistem
Informasi Geografis (SIG) dalam
Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Spasial (Spatial Thinking).
Jurnal Geografi Gea, 15(1).
https://doi.org/10.17509/gea.v15i1.4
187
Sharpe, B., & Huynh, N. T. (2004).
Geospatial Knowledge Areas and
Concepts in Ontario’s K-12
Geography Curriculum Part II.
Waterloo, Ontario: Wilfrid Laurier
University.
Susetyo, B. B., Sumarmi, & Astina, I. K.
(2017). Pengaruh Pembelajaran
Problem Based Learning Berbasis
Outdoor Adventure Education
Terhadap Kecerdasan Spasial.
Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan,
2(12), 1669–1675.

P- ISSN :2541-125X E-ISSN :2615-4781 Vol: 4 No: 1, Juni 2019 | 11|


https://journals.unihaz.ac.id/index.php/georafflesia

View publication stats

You might also like