You are on page 1of 30

LAPORAN PRAKTIKUM

PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI


SEMESTER GANJIL 2021/2022
“PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DAN LINGKUNGAN FISIK”

Disusun oleh:

Nama : Kireina Akhlak Annisa


Semester :3
NIM : 205100307111058
Kelompok : 29
Asisten : Aulia Zakiyah Salsabila

LABORATORIUM MANAJEMEN AGROINDUSTRI


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
LAMPIRAN
2.1
2.1, 2.2.1, 2.2.2, 2.3, 2.4

2.1

2.2.1

2.2.2
2.4

2.3
2.2.1, 2.2.2, 2.8

ISSN 2088-4842 OPTIMASI SISTEM INDUSTRI

PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIOLOGIS DAN


PSIKOLOGIS PADA OPERATOR PEMETIKAN TEH
DAN OPERATOR PRODUKSI TEH HIJAU
DI PT MITRA KERINCI
Mega Mutia
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang

Email: megamutia07@gmail.com

Abstract
PT . Mitra Kerinci is agro-industry that have tea plantation and some factory facilities consist
of tea processes, green tea processes and black tea processes. PT Mitra Kerinci become the
largest green tea producer in Southeast Asia. The Company continually make improvements
in every line of the company to produce high quality products. Workers are an important
element of the company as well as a critical corporate asset. The company always keeping
workers comfortable and maximal doing his job, for the activities associated with the
production of green tea such as picking tea and green tea production process and should be
evaluated and developed to be improved towards better way. This study aimed to measure
the workload physiological and psychological workload on the operator plucking tea and
green tea production operators and provide recommendations based on the results obtained
to improve the work system at the plucking tea and green tea production PT Mitra Kerinci.
Measurement of physiological workload done by calculating calorie requirements, CVL
percentage and consumption of each carrier by measuring the pulse and temperature
measurement operator workload while the psychological conducted using the NASA-TLX.
Keywords: Physiological, psychological, workload, NASA - TLX

Abstrak

2.8 PT Mitra Kerinci adalah perusahaan agroindustri yang mengelola perkebunan teh dan dua
pabrik teh, yaitu pabrik teh hijau dan pabrik teh hitam. PT Mitra Kerinci menjadi perusahaan
penghasil teh hijau terbesar di Asia Tenggara. Perusahaan senantiasa melakukan perbaikan
disetiap lini perusahaan untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. Pekerja adalah
elemen penting perusahaan sekaligus menjadi aset penting perusahaan. Perusahaan selalu
menjaga kenyamanan pekerja sehingga maksimal melakukan tugasnya. Kegiatan yang
berhubungan dengan produksi teh hijau seperti pemetikan teh dan proses produksi teh hijau
harus dievaluasi dan dikembangkan kearah yang lebih baik. Setiap pekerjaan yang ada di PT
Mitra Kerinci memiliki tingkat beban kerja yang berbeda-beda baik beban kerja fisik maupun
mental. Banyak ditemui beban kerja yang tidak sesuai dengan kapasitas pekerja, hal ini
disebabkan tingginya permintaan teh pada perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengukur beban kerja fisiologis dan beban kerja psikologis pada operator pemetikan teh dan
operator produksi teh hijau serta memberikan rekomendasi berdasarkan hasil yang didapat
untuk memperbaiki sistem kerja di bagian pemetikan teh dan produksi teh hijau PT Mitra
Kerinci. Pengukuran beban kerja fisiologis dilakukan dengan menghitung kebutuhan kalori,
persentase CVL dan konsumsi masing-masing operator dengan melakukan pengukuran
denyut nadi dan suhu operator sedangkan pengukuran beban kerja psikologis dilakukan
dengan metode NASA-TLX.
Kata kunci: Beban kerja, fisiologis, psikologis, NASA-TLX

Pengukuran Beban Kerja....(Mutia) 503


ISSN 2088-4842 OPTIMASI SISTEM INDUSTRI

simulator (dalam penerbangan), simulasi mendayung dan lain–lain, yang ketiga beban
pengendalian supervisi atau untuk tugas- kerja adalah beban fisik maupun non fisik
tugas dalam eksperimental (memory task, yang ditanggung oleh pekerja untuk
chice operation time, critical instability menyelesaikan pekerjaanya. Penilaian beban
tracking, conpesatorty tracking, mental kerja fisik dapat dilakukan dengan dua
2.2.1
arithmatic, mental rotation, target metode yaitu secara objektif (penelitian
ocquisition, dan grammatical reasoning). secara langsung) dan metode tidak
Adapun tahapan dalam metode NASA-TLX langsung. Metode pengukuran langsung
tardiri dari dua tahap, yaitu [7]: yaitu dengan mengukur oksigen yang
1. Pemberian rating dikeluarkan (energy expenditure) melalui
2. Pembobotan asupan energi selama bekerja. Semakin
berat kerja semakin banyak energi yang
Pengolahan data dari tahap pemberian dikeluarkan. Meskipun metode dengan
peringkat (rating) ini, untuk memperoleh menggunakan asupan oksigen lebih akurat,
beban kerja (mean weighted workload) namun hanya mengukur secara singkat dan
adalah sebagai berikut [6]: peralatan yang diperlukan sangat mahal.
1. Menghitung banyaknya perbandingan Salah satu pendekatan untuk mengetahui 2.2.2
antara faktor yang berpasangan, berat ringannya beban kerja adalah dengan
kemudian menjumlahkan dari masing- menghitung nadi kerja, konsumsi energi,
masing indikator, sehingga diperoleh kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh.
banyaknya jumlah dari tiap-tiap faktor. Pada batas tertentu ventilasi paru, denyut
Dengan demikian, dihasilkan enam nilai jantung, dan suhu tubuh mempunyai
dari enam indikator. hubungan yang linier dengan konsumsi
2. Menghitung nilai untuk tiap-tiap faktor oksigen atau pekerjaan yang dilakukan [3].
dengan cara mengalikan rating dengan Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat
bobot faktor untuk masing-masing ringannya beban kerja mempunyai beberapa
indikator. keuntungan, selain mudah, cepat, dan
3. Weighted workload (WWL) diperoleh murah juga tidak diperlukan peralatan yang
dengan cara menjumlahkan keenam nilai mahal serta hasilnya pun cukup akurat dan
faktor. tidak menganggu ataupun menyakiti orang
4. Menghitung rata-rata WWL dengan cara yang diperiksa [9].
membagi WWL dengan jumlah bobot Nurmianto mengemukakan bahwa denyut
total, yaitu 15. Setelah diperoleh rata- jantung adalah suatu alat estimasi laju
rata WWL maka beban kerja psikologis metabolisme yang baik, kecuali dalam
operator dapat dikategorikan berdasarkan keadaan emosi. Kategori berat ringannya
nilai rata-rata WWL tersebut. beban kerja didasarkan pada metabolisme
respirasi, suhu tubuh, dan denyut jantung
2.3.2 Beban Kerja Fisiologis [10].
Berat ringannya beban kerja yang
Secara umum yang berhubungan dengan
diterima oleh seorang tenaga kerja dapat
beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi
digunakan untuk menentukan berapa lama
oleh berbagai faktor yang sangat kompleks,
seorang tenaga kerja dapat melakukan
baik faktor eksternal dan internal. Setiap
aktivitas kerjanya sesuai dengan
pekerjaan merupakan beban bagi yang
kemampuan atau kapasitas kerja yang
bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa
bersangkutan. Di mana semakin berat beban
beban fisik maupun mental Penilaian beban
kerja, maka akan semakin pendek waktu
kerja fisik dapat dilakukan dengan dua
seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan
metode yaitu secara objektif (penelitian
dan gangguan fisiologis yang berarti atau
secara langsung) dan metode tidak langsung
sebaliknya. Sebaliknya, bila beban kerja
[1].
yang diberikan terlalu ringan maka akan
Seorang tenaga kerja mempunyai
menimbulkan kebosanan pada seseorang
kemampuan berbeda dalam hubungannya
atau operator.
dengan beban kerja [8]. Ada beberapa
Kebutuhan utama dalam pergerakkan
macam definisi beban kerja, yang pertama
otot adalah kebutuhan akan oksigen yang
beban kerja adalah suatu kegiatan yang
dibawa oleh darh ke otot untuk pembakaran
dilakukan oleh tubuh manusia dan berat
zat dalam menghasilkan energi. Sehingga
ringannya beban kerja sangat
jumlah oksigen yang dipergunakan oleh
mempengaruhi konsumsi, yang kedua beban
tubuh merupakan salah satu indikator
kerja adalah beban yang diterima pekerja
pembebanan selama bekerja. Dengan
untuk menyelesaikan pekerjaannya seperti
demikian setiap aktivitas pekerjaan
mengangkat, mencangkul, berlari, memikul,

508 Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol. 13No. 1, April 2016:503-517


2.3, 2.6
Sigma Teknika, Vol.2, No.1 : 123-130
Juli 2019
E-ISSN 2599-0616
P ISSN 2614-5979

PENILAIAN BEBAN FISIK PADA PROSES ASSEMBLY MANUAL


MENGGUNAKAN METODE FISIOLOGIS

Annisa Purbasari1, Akhiri Joko Purnomo2


1, 2
Teknik Industri, Fakultas Teknik,Universitas Riau Kepulauan
Jl. Batu Aji Baru No. 99, Batam, Kepulauan Riau
E-mail : annisapurbasari@gmail.com1

ABSTRAK
PT. XYZ merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak pada bidang penyediaan alat-
alat perminyakan di Batam. Proses assembly adalah salah satu proses produksi di PT.
XYZ yang masih melibatkan kinerja secara manual. Karakteristik proses kerja assembly
secara manual yaitu fleksibilitas gerakan tubuh dengan tingkatan beban kerja fisik yang
beragam dan masih mengandalkan kemampuan pekerja yang memerlukan energi fisik
manusia. Penilaian tingkat beban kerja fisik pekerja belum diketahui. Penelitian ini
bertujuan untuk menilai kategori beban kerja fisik pekerja pada proses assembly manual
dengan pendekatan fisiologi. Metode yang digunakan adalah faktor fisiologis pekerja
berupa pengukuran denyut nadi kerja dan saat istirahat serta menghitung cadangan
denyut nadi (%HRR), beban kardiovaskuler (% CVL) dan konsumsi energi (KE). Hasil
penelitian menunjukkan nilai beban kerja fisik menurut rerata denyut nadi kerja sebesar
116,59 denyut/ menit yang menunjukkan kategori kerja sedang (moderate), rerata denyut
nadi istirahat pekerja sebesar 69,40 denyut/menit yang menunjukkan kategori kerja
ringan, nilai beban kerja fisik menurut rerata %HR Reverse dan %CVL sebesar 39,34
Kkal/menit yang menunjukkan kategori mungkin diperlukan perbaikan kerja dan nilai
rerata konsumsi energi (KE) sebesar 3,06 Kkal/menit yang menunjukkan kategori kerja
ringan.
Kata kunci: Beban fisik kerja, Denyut nadi, % CVL, %HRR, Konsumsi energi

ABSTRACT
PT. XYZ is a manufacturing company that is engaged in the provision of petroleum
equipment in Batam. Assembly process is one of production process in PT. XYZ which
still involve performance manually. Characteristics of manual assembly work process
that is the flexibility of body movement with diverse physical workload levels and still
relies on the ability of workers who require human physical energy. Employee physical
workload rate assessment is not yet known. Characteristics of manual assembly work
process that is the flexibility of body movement with diverse physical workload levels and
still relies on the ability of workers who require human physical energy. Employee
physical workload rate assessment is not yet known. The study aims to assess the
worker's physical workload category on manual assembly processes with a physiological
approach. The method used is the physiological factor of the worker in the form of pulse
measurement of work and at rest as well as calculating the reserves of pulse (% HRR),
cardiovascular burden (% CVL) and energy consumption (KE). The results showed the
physical workload value according to the average pulse rate are 116,59 beats/minute
indicating medium working category (moderate), rate of worker resting pulse are 69,40
beats/minute indicating lightweight working category, physical workload rate according

123
Sigma Teknika, Vol.2, No.1 : 123-130
Juli 2019
E-ISSN 2599-0616
P ISSN 2614-5979

melalui peningkatan potensi denyut nadi istirahat sampai dibandingkan dengan denyut nadi maksimum, dengan
kerja maksimum diukur oleh cadangan denyut nadinya rumus sebagai berikut:
(HR reverse) [3,7,8,11]. (3)
(2)
Di mana perhitungan denyut nadi maksimum adalah
c. Cardiovascular Strain (% CVL) sebagai berikut:
Penilaian klasifikasi tingkatan beban kerja tidak
langsung dapat ditentukan dari prosentase beban 1. Laki-laki = 220 – umur (4)
kardiovaskular (%CVL) [7,9,11,12]. Nilai %CVL 2. Wanita = 200 – umur (5)
2.3 dihitung dari tingkatan klasifikasi beban kerja
berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang Klasifikasi beban kerja berdasarkan %CVL telah
ditetapkan seperti tabel 2 [11].

Tabel 2. Klasifikasi Beban Kerja Berdasarkan %CVL


Rentang Klasifikasi
< 30% Tidak terjadi kelelahan
30% s.d < 60% Diperlukan perbaikan
60% s.d < 80% Kerja dalam waktu singkat
80% s.d < 100% Diperlukan tindakan segera
> 100% Tidak diperbolehkan beraktivitas

2.6 d. Konsumsi Energi 3. METODOLOGI PENELITIAN


Pengolahan data denyut nadi melalui metode
3.1 Subyek dan Obyek Penelitian
pengukuran langsung berdasarkan perhitungan
konsumsi energinya [5]. Hubungan energi dengan Lokasi penelitian ini dilaksanakan di PT. XYZ,
kecepatan denyut nadi berdasar persamaan regresi
(6) Kota Batam. Pengumpulan data untuk menentukan
kuadratis adalah sebagai berikut [1,6,12]: nilai tingkat risiko beban kerja dengan melibatkan
Y = 1,80411 – 0,0229038X + 4,71711 x 10-4 X2 seluruh pekerja pada proses test & assembly manual.
Subyek penelitian ini berjumlah 20 orang pekerja
Dimana: laki-laki dengan rentang usia antara 23 – 47 tahun
Y = Energi yang dikeluarkan (Kkal/menit) yang bekerja selama periode waktu 8 jam kerja sehari.
X = Kecepatan denyut nadi (denyut/menit) Sedangkan, obyek penelitian adalah pengukuran
Bentuk persamaan konsumsi energi diperoleh dari denyut nadi kerja dan istirahat.
selisih energi yang dikeluarkan selama bekerja dan Pengolahan data untuk menilai tingkat ringan atau
selama istirahat dengan persamaan sebagai berikut: beratnya beban kerja fisik dilakukan dengan beberapa
tahap, mulai dari pengukuran denyut nadi, melakukan
KE = Et – Ei (7) perhitungan metode 10 denyut, perhitungan %HR
Dimana: Reverse, perhitungan %CVL, pengeluaran energi
KE = Konsumsi energi selama kerja tertentu istirahat dan saat kerja serta nilai konsumsi energi.
(Kkal/menit)
Et = Pengeluaran energi pada waktu kerja 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
tertentu (Kkal/menit) 4.1 Penilaian Denyut Nadi
Ei = Pengeluaran energi pada waktu istirahat Berdasarkan hasil observasi dan pengukuran
(Kkal/menit) terhadap variabel-variabel penelitian, diperoleh hasil
data pekerja pada tabel 3 berikut:

126
2.4

International Conference on Science and Technology 2019 IOP Publishing


Journal of Physics: Conference Series 1569 (2020) 032035 doi:10.1088/1742-6596/1569/3/032035

Ergo-physiological Work Station Reduces Cardiovascular


Load and Visual Complaints of Carved Artists

Widana, I.K1, Ni Wayan Sumetri2 and I Ketut Sutapa


1
Mechanical Engineering Department, Bali State Polytechnic, Badung-Bali, Indonesia
2
Business Administration Department, Bali State Polytechnic, Badung-Bali, Indonesia
3
Civil Engineering Department, Bali State Polytechnic, Badung-Bali, Indonesia
1
widketut@yahoo.com, 2Wayan.Sumetri@gmail.com and 3Iketutsutapa@yahoo.com

Abstract. The problem felt by carving artists after doing full day activities is the increase in
cardiovascular load and decreased ability to see objects. Physical signs that are felt by artists
carving are increased heart rate and dizzy eyes or run away. One of the causes of an increase in
cardiovascular load is a work station that is less ergonomic and a work environment that is not
in accordance with the physiological needs of workers. Subjects carry out activities for 8 hours,
starting at 8:00 a.m. up to 5:00 p.m., with a 1 hour break. Data is observed in conditions before
and after the ergo-physiological rules are implemented. Measurements were made 4 times,
namely at the initial and final conditions of the treatment without treatment and the initial and
final conditions with treatment. Problem solving will be focused on the appropriate human aspect
and utilization of technology, so that it will get the ECSHEP work process (effective, convenient,
safe, healthy, efficient and productive) technical easy to work, economical, ergonomic, energy
saving, environmentally friendly and in accordance with the trend of the era. The method of this
research is experimental with the same subject design. Ten samples of responders who perform
activities on conditions before and after treatment. Was examined data on environmental
conditions were analyzed by the Mann-Whitney test. Data on cardiovascular load were tested
with two pair sample t-tests, while visual data complaints were tested with Wilcoxon signed rank
test at a significance level of 5%. The results showed that ergo-physiological implementation, in
the form of giving work tables and chairs and improving environmental conditions can reduce
cardiovascular load and improve the sharp vision of carved artists. The direct impact that can be
felt by artisans is increased productivity and maintained product quality.

1. Introduction
The civilization of a nation is often identified through artistic activities. The greatness of a civilization
is determined by the high and low value of works of art that can be produced by artists in its era. One
proof of the Indonesian nation's civilization that was admired by the world was the Borobudur Temple.
The heritage temple of the Archipelago Buddhists located in Magelang, Central Java, is almost entirely
enhanced by the scratches of the carving artists.
Carving artists or often called caravers have a characteristic in their activities, namely sitting on the
floor with their legs folded, so that the knee touches the chest. When doing activities, workers often
complain because they feel a rapid heartbeat with the ability to see objects rather less [1]. An increase
in heart rate is actually a normal symptom that is also felt by actors in other fields of activity. When you
first exercise, for example volleyball or soccer, players will feel a slight increase in heart rate, but slowly
in line with the amount and duration and weight of the exercise performed, the increase in heart rate will

Content from this work may be used under the terms of the Creative Commons Attribution 3.0 licence. Any further distribution
of this work must maintain attribution to the author(s) and the title of the work, journal citation and DOI.
Published under licence by IOP Publishing Ltd 1
International Conference on Science and Technology 2019 IOP Publishing
Journal of Physics: Conference Series 1569 (2020) 032035 doi:10.1088/1742-6596/1569/3/032035

decrease and be more stable [2] . Suitability between tools and humans who operate the tool greatly
affects the high and low heart rate. A good tool has the characteristics that the user will feel comfortable
during the service life and the product produced has adequate quality. Good tools and supported with
good environmental conditions or ergo-physiology will produce good productivity and precision
products. Reference [3] states that ergo-physiological work stations have special characteristics, namely
work stations that are ergonomically supported by working environment conditions that are in
accordance with the physiological needs of the people who work at the work station.
In the realm of carving, the use of anthropometric work tools and the comfort aspects of the work
environment greatly affect the high and low heart rate. The better the suitability between the size of the
body and the tools used, the lower the adverse effects due to the cardiovascular overload felt by workers
[4]. Reference [5] determines the classification of physical workload based on a comparison between
the increase in work pulse and maximum pulse due to cardiovascular burden. The cardiovascular load
formula (cardiovascular load =% CVL) is the working pulse minus the resting pulse divided by the
maximum pulse minus the resting pulse multiplied by one hundred percent. The maximum pulse rate
varies for each person depending on the physical condition and age of each person. The formula for
maximum pulse (DNM) is 208 - 0.7 x age [6] [7].
Based on the results of the calculation of% CVL, it is then used to classify ongoing working
conditions, namely:
Table 1. Classification of Working Conditions
No. %CVL Description
1 CVL ≤ 30% No fatigue occurs
2 30% < CVL ≤ 60% Required repairs
3 60% < CVL ≤ 80% Work in a short time
4 80% < CVL ≤ 100% Immediate action is required
5 CVL > 100% Not allowed to move
The amount of cardiovascular load is determined by the pulse of work, age, resting pulse and
maximum pulse. The size of the resting pulse has the greatest role in determining the% CVL value.
Based on [8], for art artists who have a resting pulse rate of 98 and 19 years with a working pulse of 123
beats/minute will have %CVL of 25.85%, which means a very safe condition. The safe value does not
apply to someone who has a resting pulse of 92 beats/minute or below. Safe values also do not apply to
someone over 38 years old even though they have a resting pulse of 98 beats/minute. The% CVL value
is also not safe for those who have a working pulse above 123 beats/minute. These values will move
progressively according to changes in age, work pulse, resting pulse and data only represent the results
of the measurement only. The results of measuring cardiovascular load together with cardiovascular
strains are very adequate to predict the level of health and fitness of workers. Furthermore the ratio of
changes in heart rate between work heart rate and resting heart rate called cardiovascular strains
(cardiovascular strain = CVS) is formulated as follows. CVS = 100 times the work heart rate minus
resting heart rate divided by resting heart rate [9]. Based on the percentage value, CVS values can be
classified as follows.
Table 2. Classification of Cardiovascular Strains
No. %CVS Description
1 CVS : 0% - 50% Acceptable/no need for action
2 CVS : 51% - 80% Moderate/needed action in a few months
3 CVS : 81% - 120% Height/action is needed in a few weeks
4 CVS : 121% - 150% Very high/action is needed in a few days
5 CVS : 151% - 180% Unable to accelerate, immediate action is required
The size of the cardivascular strain also needs attention because it is related to the work of the heart
[10]. For everyday craftsmen who have a resting pulse rate of 67 beats/minute and after activity have a
working pulse rate of 134 beats/minute, based on the calculation of the cardiovascular strain value of

2
2.5
Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, Des 2016 ISSN 1412-6869

ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR MESIN


PEMOTONG BATU BESAR (SIRKEL 160 CM)
DENGAN MENGGUNAKAN METODE 10 DENYUT

Andriyanto1 dan Choirul Bariyah2

Abstrak: PT. PAH merupakan sebuah industri pemotongan batu magma (magma
stone) yang terletak di jalan Magelang Km. 15 Yogyakarta. Di perusahaan
pemotongan batu ini terdapat 3 ukuran pemotongan yaitu sirkel besar (diameter
160 cm), sirkel sedang (diameter 60 - 90 cm) dan sirkel kecil (diameter 30 - 50
cm). Penelitian ini khususnya pada pemotongan batu besar, dimana terdapat
keluhan kelelahan operator yang terdiri dari operator utama dan operator
pembantu. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat beban
kerja fisik operator pemotong batu besar (sirkel 160) dengan metode 10 denyut.
Dalam penelitian ini ditentukan lama waktu istirahat yang dibutuhkan operator
utama maupun pembantu. Selanjutnya dilakukan implementasi waktu istirahat
tersebut dan dilakukan pengukuran kembali untuk mengetahui penurunan denyut
nadi kerja operator. Penerapan waktu istirahat tersebut membawa penurunan
DNK operator masuk kategori ringan dan % CVL masuk kategori tidak terjadi
kelelahan.

Kata Kunci : beban kerja, denyut nadi, DNK, %CVL.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
PT. PAH merupakan industri yang bergerak dalam pemotongan batu magma
(magma stone) yang berlokasi di Jl. Magelang km 15, Sleman Yogyakarta. Dalam
proses pemotongan batu magma tersebut terdapat penggolongan berdasarkan ukuran
batu yang hendak dipotong, yaitu batu sirkel ukuran besar (diameter 160 cm), ukuran
sedang (diameter 60-90 cm) dan ukuran kecil (diameter 30-50 cm). Proses
pemotongan batu besar merupakan pemotongan awal yang dilakukan pada bongkahan
batu besar untuk dipotong sesuai ukuran yang dibutuhkan untuk dapat diproses pada
tahap pemotongan selanjutnya. Dalam proses pemotongannya membutuhkan waktu
yang cukup lama sekitar 15 menit untuk proses pemotongan satu bongkahan batu dari
proses pengakutan batu ke mesin pemotong sampai proses pengakutan batu hasil
pemotongan.
Operator mesin pemotong batu besar terdiri dari 2 orang operator yaitu,
operator 1 sebagai operator utama dan operator 2 sebagai operator pembantu. Dalam
proses pemotongan batu besar operator 1 bertugas melakukan pemotongan batu.
Namun, selain itu operator 1 juga bertugas melakukan pengangkutan batu baik
sebelum pemotongan maupun setelah pemotongan dan pengaturan posisi batu yang
akan dipotong dalam proses pemotongan batu. Sedangkan operator 2 bertugas
membantu tugas operator 1. Jarak pengakutan bokahan batu ke mesin pemotong

1
Jurusan Teknik Industri, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Jl. Prof. Dr. Soepomo, Janturan, Umbul Harjo, Yogyakarta 55164
2
Jurusan Teknik Industri, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Jl. Prof. Dr. Soepomo, Janturan, Umbul Harjo, Yogyakarta 55164
E-mail : choir_yusuf@yahoo.com

Naskah diterima: 3 Okt 2012, direvisi:30 Nop 2012, disetujui: 16 Des 2012

136
Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, Des 2016 ISSN 1412-6869

sekitar 2 meter sedangkan jarak pengangkutan batu hasil pemotongan ke tempat


penumpukan batu sekitar 10 meter. Dalam melakukan proses pemotongan batu
operator harus melakukannya dengan posisi yang berubah-ubah kadang berdiri dan
kadang duduk. Selain itu, proses pemotongannya pun membutuhkan waktu yang
relatif lama sekitar 15 menit dikarenakan benda kerjanya yang besar (bokahan batu)
dan masih menggunakan sistem yang bersifat manual dalam melakukan proses
pengangkutan batu dan proses pengaturan posisi bokahan batu yang akan dipotong.
Kondisi kerja tersebut terlihat membutuhkan energi yang banyak untuk
melakukan pekerjaan ini. Apalagi pekerjaan ini dilakukan secara terus-menerus tanpa
adanya waktu istirahat yang cukup bagi operator selama jam kerja. Operator
melakukan istirahat dengan cara mencuri waktu istirahat selama bekerja sebesar 3
menit setiap jamnya. Hal ini dapat memungkinkan timbulnya beban kerja yang tinggi
sehingga dapat menimbulkan kelelahan bagi tubuh yang dapat menyebabkan tingkat
performansi kinerja operator mesin pemotong tersebut dapat menurun. Kebisingan
yang diakibatkan oleh proses pemotongannya mencapai 112,1 dBA sehingga
menimbulkan suara bising yang tak terkendali. Gambar 1 menunjukkan aktifitas
operator saat pengangkatan dan pemasangan batu sirkel 60 cm pada mesin pemotong.

(a) (b)
Gambar 1. Posisi kerja operator, (a) pengangkatan batu (b) pengaturan posisi batu

LANDASAN TEORI
Beban kerja fisik
Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai
sumber tenaganya (power). Kerja fisik disebut juga ‘manual operation’ dimana
performans kerja sepenuhnya akan tergantung pada manusia yang berfungsi sebagai
sumber tenaga (power) ataupun pengendali kerja. Kerja fisik juga dapat
dikonotasikan dengan kerja berat atau kerja kasar karena kegiatan tersebut
memerlukan usaha fisik manusia yang kuat selama periode kerja berlangsung.Dalam
kerja fisik konsumsi energi merupakan faktor utama yang dijadikan tolak ukur
penentu berat atau ringannya suatu pekerjaan.
Dengan bertambah kompleksnya aktiivitas otot, maka beberapa hal yang patut
dijadikan pokok bahasan dan analisa terhadap manifestasi kerja berat tersebut antara
lain adalah :
1. Denyut jantung (heart rate)
2. Tekanan darah (blood presure)
3. Cardiac output
4. Komposisi kimia darah (kandungan asam laktat)

137
Andriyanto & Badriyah/Analisis Beban Kerja Operator....../ JITI, 11(2),Des 2016, pp.(136-143)

5. Temperatur tubuh (body temperature)


6. Kecepatan berkeringat (sweating rate)
7. Konsumsi oksigen
Kerja fisik akan mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan dengan
konsumsi energi. Konsumsi energi pada saat kerja biasanya ditentukan dengan cara
tidak langsung yaitu dengan pengukuran kecepatan denyut jantung atau konsumsi
oksigen.
Pengukuran beban kerja fisik merupakan pengukuran beban kerja yang
dilakukan secara obyektif dimana sumber data yang diolah merupakan data-data
kuantitatif, misalnya:
1. Denyut jantung atau denyut nadi. Denyut jantung atau denyut nadi digunakan
untuk mengukur beban kerja dinamis seseorang sebagai manifestasi dari gerakan
otot. Semakin besar aktifitas otot maka akan semakin besar fluktuasi dari gerakan
denyut jantung yang ada, demikian pula sebaliknya. Menurut Grandjean (1998)
dan Suyasning (1981), beban kerja dapat diukur dengan denyut nadi kerja. Selain
itu, denyut nadi juga dapat digunakan untuk memperkirakan kondisi fisik atau
derajat kesegaran jasmani seseorang. Denyut jantung (yang diukur per menit)
dapat digunakan untuk mengukur tingkat kelelahan seseorang. Cara lain yang
dapat dilakukan untuk merekam denyut jantung seseorang pada saat kerja yakni
dengan menggunakan electromyography (EMG) .
2. Konsumsi oksigen. Oksigen yang dikonsumsi oleh seseorang dipengaruhi oleh
intensitas pekerjaan yang dilakukan. Secara khusus, konsumsi oksigen dapat
dibandingkan dengan kapasitas kerja fisik (physical work capacity – PWC).
Menurut Astrand dan Rodahl (1986), PWC menggambarkan jumlah oksigen
maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang pada setiap menitnya.
persentase PWC yang tinggi pada suatu pekerjaan tertentu akan mengindikasikan
beban fisik atau kelelahan yang dialami.

Pengukuran Denyut Nadi Kerja


Pengukuran denyut nadi adalah merupakan suatu cara untuk mengetahui
beban kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan cara, merasakan denyut yang ada pada
arteri radial pada pergelangan tangan. Selain itu, pengukuran denyut nadi selama
bekerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiovasculair strain. Salah satu
peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri
dengan menggunakan rangsangan ElectroCardio Graph (ECG). Apabila peralatan
tersebut tidak tersedia, maka dapat dicatat secara manual memakai stopwatch dengan
metode 10 denyut (Kilbon, 1992). Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut
nadi kerja sebagai berikut.
ଵ଴ ௗ௘௡௬௨௧
‫݅݀ܽ݊(݅݀ܽ݊ ݐݑݕ݊݁ܦ‬/݉݁݊݅‫ = )ݐ‬௪௔௞௧௨ ௣௘௥௛௜௧௨௡௚௔௡ ܺ 60 .... (1)

METODOLOGI
Obyek Penelitian
Penelitian ini mengambil obyek mesin bor duduk yang digunakan untuk
proses pengamplasan profil lengkung di industri kerajinan kayu Abu Production,
Pleret, Yoyakarta. Flowchart pemecahan masalah dapat dilihat pada gambar 2.

138
2.5

Agronomy Research 14(3), 846–852, 2016

Pulse-video method for determining the workload and energy


expenditure for assessing of work environment
A. Nautras*, B. Reppo and J. Kuzmin

Estonian University of Life Sciences, Institute of Technology, Kreutzwaldi 56, EE51014


Tartu, Estonia; *Correspondence: arles.nautras@emu.ee

Abstract. Examining the humans work load and energy consumption allows us to identify the
energy used for working postures and techniques and thereby create solutions how to make work
technology and work environment better and altogether improve an employees work ability.
There are several methods in which human energy consumption is determined by working
postures, type of work and handling of loads, they all take account only the physical load factors
ignoring mental or microclimate factors in the work environment. In recent times there are also
used the mathematical models, in which the energy consumtion is determined on the basis of
pulss frequency. The methods are complicated to realize them in the work situation because they
do not allow to determine the dynamics of the work load in the work process. The aim of this
research was to develop a method that enables to use a computer to determine and analyse the
work process on screen at real time and that shows the employee’s heart rate, work load and
energy consumption momentary load values as well as their dynamics. The method is based on
continuous measuring the employees pulse rate in the working process without disturbing him
and at the same time also filming work process to make a video to demonstrate the results. We
introduce the methodology how to measure an employees pulse rate, work load and energy
consumption dynamics to make a compiled video. There are shown the fragments of research
results about a farmer’s and glassblower’s work.

Key words: physical work, workload, energy expenditure, pulse-video, pigfarmer, glassblower.

INTRODUCTION

Human physical activity has a significant impact on health. It is important to


investigate energy expenditure of employees because it can help detect unhealthy
working postures and to motivate and steer toward a healthier work technologies.
Improper work postures or work technologies can lead to excessive gravity of the work,
which would result in the bone and musculoskeletal disorders, thereby reducing work
performance among employees (Priya et al., 2010). It is important to examine the energy
expenditure in the field of occupational physiology and health, because it provides useful
information on the work of physiological load and helps to determine the energy needs
of the employee (Anjos et al., 2007).
Usually for measuring the physical load and energy expenditure it is used oxygen
consumption (VO2). However, under field conditions it is a cumbersome method for
measuring oxygen consumption and therefore it is taken to propose other solutions
(Smolander et al., 2007). There is also used the ISO 8996-2004, standard for the
assessment of person's energy consumption, which has been shown in four methods for

846
evaluating the metabolic rate. At level one there are mentioned two assessments:
metabolic rate by occupation and the classification of metabolic rate by categories. The
second assessment is based on the estimation of metabolic rate by task requirements,
influence of the length of rest periods and work periods, metabolic rate for a work cycle
and metabolic rate for typical activities. The third assessment is based on analysis like
the estimation of metabolic rate using heart rate and the relationship between heart rate
and metabolic rate. The fourth, expert level, the determination of metabolic rate
measured by oxygen consumption, using double-labeled water method, which allows to
characterize the metabolic rate of a mean value over a longer period of time (1–2 weeks)
and direct calorimetry method. Since the heart rate and the metabolic rate are in linear
relationship the third method is easier than the other methods. Heart rate is easier to
measure than oxygen consumption (ISO 8996, 2004).
For the employee energetic load determination there are used more variety of
methods such as Ovako Working posture Assessment System (OWAS) – which is
designed for heavy work to assess and take into account the person's working positions
(84 indicators), ERGOLOG – employee is tested in the workplace, VIRA – takes into
account a person seated posture and movement and it is captured on video, ARBAN –
takes into account the position and the movable loads of the employee while standing or
walking (Tuure, 1991; 1995), Hettinger method – for measuring the energy expenditure
there is used generalized tables (Hettinger et al., 1989).
The described methods take into account only the physical load of the body but
does not reflect the mental and the surrounding work environment (air temperature,
humidity, noise, lighting, etc.) load factors, equipment design, workflow, etc. The used
methods usually do not allow to determine the workload of the working human.
Because the heart rate response is very sensitive to the work environment changes,
the heart rate and energy consumption or energy expenditure are in linear relationship
(Andersen et al., 1978). To analyze and evaluate the work processes and work
technology the EMÜ department of Husbandry Engineering and Ergonomics developed
a method (Reppo & Käämer, 1998; Reppo et al., 1999; Reppo & Lindsaar, 2001; Mikson
& Reppo, 2004; Mikson et al., 2005; Kuzmin, 2014; Nautras, 2015) where the work rate
of the employee and energy expenditure in the work process is determined by the
person's heart rate continuous measurement. This method is easier and less disruptive to
the employee but the process requires tense monitoring of the work methods used by the
employee for later to show the most interesting work method with the right pulse value.
The aim was to develop a method (pulse-video method) which would allow to use
the employee measured heart rate and record the work process for later to be displayed
on a computer screen in sync with the employee work process and his measured heart
rate, workload and energy expenditure.

MATERIALS AND METHODS

The farmer’s and glassblower’s work load and energy expenditure have been
demonstrated by pulse-video method. The pig farmer, 49 years old female with work
experience of 5 years. The main tasks of the pig farmer are feeding and caring for
animals, but also maintaining farm facilities (water pipes, hoses, fences and animal
selters). When the video was taken, he was feeding the pigs. The glassblower, 31 years

847
2.6
ISSN : 1978-1431 print | 2527-4112 online Jurnal Teknik Industri
34 Vol. 20, No. 1, February 2019, pp. 34-44

The Measurement of Physical Workload and Mental Workload


Level of Medical Personnel
Dian Palupi Restuputri *, Anindia Karunia Pangesti, Annisa Kesy Garside
Department of Industrial Engineering, University of Muhammadiyah Malang, Indonesia
Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang, Jawa Timur, Indonesia Phone: +62 341 464 318
* Corresponding author: restuputri@umm.ac.id

ARTICLE INFO ABSTRACT

As the primary health reference center, a hospital must provide


Article history
excellent quality services to each patient. The impact of the
Received December 23, 2018
Revised February 20, 2019
extreme physical and mental workload causes negligence in
Accepted February 25, 2019 activities. It affects the quality of services provided by medical
Available Online February 28, 2019 personnel. This study investigated the level of mental workload
and physical workload in medical staff in a hospital. This study
was conducted at 15 units in the hospital. The mental workload
Keywords was assessed using the NASA-TLX Questionnaire. The physical
Physical workload
workload analysis was carried out with the Heart Rate reserve
Mental workload
NASA-TLX
percentage of medical personnel. This study shows that the
Heart rate mental workload of nurses in the Intensive Care Unit (ICU) is
Medical personnel higher than the other units. Whereas the calculation of physical
load using % HR reserve turns out the nurse's head in-unit class
1 has the highest value than the other unit. The statistical
analysis showed a difference in the general practitioner workload
toward the Head of Nursing.

This is an open-access article under the CC–BY-SA license.

1. Introduction
In ergonomics, the workload must be appropriate physical abilities, cognitive
abilities, as well as limitations [1]. The workload is divided into two categories. The first
is the physical workload. It occurs if there different workload toward the physical workers'
ability. The second is the mental workload. It is the difference between mental workload
and psychic abilities workers. The workload related to worker fatigue. Several activities
that affect fatigue included working too hard, the wrong posture, and unacceptable
conditions. The workload is influenced by factors external and internal. Physiologically,
mental activity is a type of work with low caloric. However, mental activity is substantial
than physical activity as it involves the brain [1]. The mental activity involved information
received action, perception, interpretation to a decision-making activity [2].
Medical personnel is responsible for patients. However, their activity also allows
for stress. Stress on medical personnel influences works performance. Adverse physical
and mental conditions affect their work. It influences the quality of services to patients.
According to Colligan, et al. [3], commonly, error rates of medical personnel are in the

https://doi.org/10.22219/JTIUMM.Vol20.No1.34-44 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/industri ti.jurnal@umm.ac.id

Please cite this article as: Restuputri, D., Pangesti, A., & Garside, A. (2019). The Measurement of Physical Workload and
Mental Workload Level of Medical Personnel. Jurnal Teknik Industri, 20(1), 34-44..
doi:https://doi.org/10.22219/JTIUMM.Vol20.No1.34-44
ISSN : 1978-1431 print | 2527-4112 online Jurnal Teknik Industri
36 Vol. 20, No. 1, February 2019, pp. 34-44

𝑊𝑜𝑟𝑘 ℎ𝑒𝑎𝑟𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑒−𝑟𝑒𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔 ℎ𝑒𝑎𝑟𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑒


% 𝐻𝑅 𝑅𝑒𝑠𝑒𝑟𝑣𝑒 = 𝑀𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 ℎ𝑒𝑎𝑟𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑒−𝑟𝑒𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔 ℎ𝑒𝑎𝑟𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑒 (3)

In addition, we calculated the energy consumption of medical personnel activities.


It is carried out to measure the level of activity. There is 5 level of activity such as Unduly
Heavy, Very Heavy, Heavy, Moderate, Light, and Very Light. Formula energy
consumption is shown in Equations (4) and (5). Equation (4) describes Energy
consumption for certain activities. Equation (5) represents Energy expenditure during
working time (𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑖𝑛𝑢𝑡𝑒). 𝐾𝐸 describes Energy consumption for specific activities
(𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑖𝑛𝑢𝑡𝑒). 𝐸𝑡 show Energy expenditure during working time (𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑖𝑛𝑢𝑡𝑒). 𝐸𝑖
describes Energy expenditure during rest time (𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑖𝑛𝑢𝑡𝑒).

𝐾𝐸 = 𝐸𝑡 – 𝐸𝑖 (4)
𝐸𝑡 = 1,80411 – 0,0229038 (𝑥) + 4,71733 ∗ 10−4 (𝑥)2 (5)

2.2 Mental Measure Workload by NASA-TLX Methods


NASA-TLX instruments were given to respondents after they complete activities.
The researcher explains NASA-TLX Instruments to respondents. It is carried out to
ensure appropriate answer respondents. The workload is measured using procedures
developed by Hart and Staveland [30]. Table 1 describes the NASA-TLX Rating Scale and
Definitions. NASA-TLX procedure is explained as follows: 1). Weighting: NASA-TLX
questionnaire given to respondents contained paired questions. In the NASA TLX method,
there are six indicators as Mental Demand (MD), Physical Demand (PD), Temporal
Demand (TD), Performance (P), Effort (EF), and Frustration (F). The questionnaire has a
low to a high rating (0-5). In this section, respondents choose the dominant indicator that
causes workload. 2). Provision Rating: In this section, the respondents are asked to rate
the six mental workload indicators. The rating is given depending on the mental workload
of the respondent. The score is between 0 to 100. In the mental load score, the weights and
ratings for each multiplied indicator are then summed and divided by 15 (the number of
pairwise comparisons). 3). Calculating the product's value: this value is obtained by
multiplying the rating by the factor weight for each indicator. 4). Calculated Weight
Workload (WWL): Sum all weighted workload of product. 5). Calculated WWL Score:
Calculate the average weighted workload. 6). Score Interpretation :The score
interpretation based on calculated WWL are low (0-9); medium (10-29); Rather high (30-
49); High (50-79); very high (80-100).

Table 1. NASA-TLX Rating Scale and Definitions


Workload Component Endpoints Definitions
Mental demand (MD) Low to high The mental and perceptual activity required by a task
Physical demand Low to high The physical activity associated with a task
(PD)
Temporal demand Low to high The time pressure associated with the rate or pace
(TD) required
Effort (EFs) Low to high The mental and physical work required to perform the
task at a certain level
Frustration (F) Low to high Refers to the continuum of stress and contentment
associated with task completion
Performance (P) Good to poor The degree of success or satisfaction felt upon the
performance or completion of a given task

Please cite this article as: Restuputri, D., Pangesti, A., & Garside, A. (2019). The Measurement of Physical Workload and
Mental Workload Level of Medical Personnel. Jurnal Teknik Industri, 20(1), 34-44..
doi:https://doi.org/10.22219/JTIUMM.Vol20.No1.34-44
2.7
PENGARUH LINGKUNGAN KERJA FISIK DAN NON FISIK TERHADAP
KINERJA KARYAWAN DENGAN VARIABEL MEDIATOR KEPUASAN KERJA
(Studi pada Karyawan PT Telkomsel Branch Malang)

Arga Dwi Kusuma


Bambang Swasto Sunuharjo
Mohammad Iqbal
Fakultas Ilmu Administrasi
Univеrsitas Brawijaya
Malang
argadk86@gmail.com

ABSTRACT
The background of this research is how employees get high job satisfaction from the condition of physical
work environment, non-physical work environment and its effect on employee performance. This study aims
to analyze and explain the significant effect of physical work environment on job satisfaction, non-physical
work environment to job satisfaction, physical work environment to employee performance, non-physical work
environment to employee performance, and job satisfaction on employee performance. This research uses
explanatory research by using quantitative approach. The sampling technique used is saturated sampling.
This study uses questionnaires with the number of respondents as many as 49 employees of PT Telkomsel
Branch Malang. Data analysis used is descriptive analysis and inferential statistic analysis using path
analysis. The result of this research shows that the physical work environment has a significant influence on
job satisfaction with Sig 0,001 <0,05, non-physical working environment has significant effect on job
satisfaction with Sig 0,004 <0,05, physical work environment has significant effect to employee performance
with Sig 0,004 <0,05, non-physical work environment has significant effect on employee performance with
Sig 0,000 <0,05, and job satisfaction has significant effect on employee performance with Sig 0,001 <0,05.

Kеywords: Physical Work Environment, Non-Physical Work Environment, Job Satisfaction, Employee
Performance
АBSTRАK
Latar belakang penelitian ini adalah bagaimana karyawan mendapatkan kepuasan kerja yang tinggi dari
kondisi lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja non fisik dan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh signifikan lingkungan kerja fisik
terhadap kepuasan kerja, lingkungan kerja non fisik terhadap kepuasan kerja, lingkungan kerja fisik terhadap
kinerja karyawan, lingkungan kerja non fisik terhadap kinerja karyawan, dan kepuasan kerja terhadap kinerja
karyawan. Penelitian ini menggunakan penelitian pejelasan (explanatory research) dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh. Penelitian ini menggunakan
kuesioner dengan jumlah responden sebanyak 49 karyawan PT Telkomsel Branch Malang. Analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis statistik inferensial yang menggunakan analisis jalur (path
analysis).Hasil penelitian menunjukkan lingkungan kerja fisik memiliki pengaruh signifikan terhadap
kepuasan kerja dengan Sig 0,001 < 0,05, lingkungan kerja non fisik berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
kerja dengan Sig 0,004 < 0,05, lingkungan kerja fisik berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan
dengan Sig 0,004 < 0,05, lingkungan kerja non fisik berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dengan
Sig 0,000 < 0,05, dan kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dengan Sig 0,001 <
0,05.

Kаtа Kunci: Lingkungan Kerja Fisik, Lingkungan Kerja Non Fisik, Kepuasan Kerja, Kinerja
Karyawan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 2 Februari 2018| 68


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
PЕNDАHULUАN Branch Malang memiliki visi sebagai penyedia
Pada dasarnya sumber daya manusia layanan dan solusi mobile digital lifestyle kelas
memiliki peran penting dalam meningkatkan dunia yang terpercaya. Misi PT Telkomsel Branch
kinerja perusahaan untuk menghasilkan produk Malang, yaitu memberikan layanan dan solusi
unggulan dan menciptakan lingkungan kerja sebaik mobile digital yang melebihi ekspektasi pelanggan,
mungkin, baik lingkungan kerja fisik maupun memberikan nilai tambah kepada para
lingkungan kerja non fisik. Lingkungan kerja fisik stakeholders, serta mendukung pertumbuhan
adalah semua keadaan berbentuk fisik yang ekonomi bangsa. (Telkomsel, 2016)
terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat Dalam rangka mengetahui pengaruh
mempengaruhi karyawan baik secara langsung lingkungan kerja fisik dan non fisik terhadap
maupun secara tidak langsung (Sedarmayanti, kinerja karyawan melalui kepuasan kerja, penulis
2001:21). Lingkungan kerja fisik dalam memilih perusahaan PT Telkomsel Branch Malang
perusahaan haruslah nyaman dan menyenangkan sebagai obyek penelitian didasarkan pertimbangan
mengingat pengaruhnya yang besar terhadap karena penggunaan layanan data Telkomsel di Kota
kepuasan dan kinerja karyawan serta hal lain dalam Malang cukup signifikan. Adapun jumlah
perusahaan yang harus diperhatikan adalah pelanggan data Telkomsel di Kota Malang saat ini
lingkungan kerja non fisik. Sugito dan Sumartono berjumlah sekitar 70% dari sekitar 1,4 juta total
(2005:147) mengemukakan bahwa lingkungan pelanggan di Kota Malang. Untuk itu, PT
kerja non fisik adalah komunikasi karyawan, Telkomsel Branch Malang berupaya memberikan
hubungan dengan atasan dan lain sebagainya. pelayanan terbaik kepada pelanggan dalam
Lingkungan kerja yang kondusif akan menikmati layanan data Telkomsel. Sehingga,
mempengaruhi kepuasan kerja dalam menjalani dibutuhkan Sumber Daya Manusia yang
perkerjaan pada suatu perusahaan serta mempunyai professional dalam mendukung terciptanya
pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan lingkungan kerja yang kondusif untuk mencapai
sumber daya manusia. tujuan perusahaan dengan meningkatkan kinerja
Menurut Handoko (2000:193) kepuasan serta kepuasan kerja karyawan. (Telkomsel, 2016).
kerja adalah keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana KАJIАN PUSTАKА
para karyawan memandang pekerjaan mereka ini Lingkungan Kerja
nampak dalam sikap positif karyawan terhadap Sedamaryanti (2001:21) mendefinisikan
pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan
lingkungan kerjanya. Jika kepuasaan kerja pada berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat
suatu perusahaan terpenuhi, maka kinerja kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik
karyawan akan meningkat dan memberikan secara langsung maupun secara tidak langsung.
konstribusi yang signifikan terhadap perusahaan Menurut Sugito dan Sumartono (2005:146)
dalam mencapai tujuan yang diinginkan oleh lingkungan kerja fisik adalah kondisi fisik dalam
perusahaan. Menurut Hasibuan (2013:34) kinerja perusahaan di sekitar tempat kerja, seperti sirkulasi
adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam udara, warna tembok, keamanan, ruang gerak dan
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan lain-lain
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, Menurut Sedarmayanti (2001:21)
pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Hal lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan
lain yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan
mencapai kinerja karyawan adalah dengan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun
menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan
aman, dan menyenangkan sehingga karyawan dengan bawahan. Sedangkan Sugito dan
merasa betah dan semangat dalam menyelesaikan Sumartono (2005:147) mengemukakan bahwa
pekerjaanya di dalam ruang kerjanya. lingkungan kerja non fisik adalah komunikasi
PT Telkomsel Branch Malang merupakan karyawan, hubungan dengan atasan dan lain
perusahaan yang berdiri dibawah naungan PT sebagainya. Faktor lain di dalam lingkungan
Telkom Indonesia. PT Telkomsel Branch Malang lingkungan kerja dalam perusahaan yang juga tidak
secara konsisten mengimplementasikan roadmap boleh diabaikan adalah hubungan karyawan di
teknologi selular, mulai dari 3G, HSDPA, HSPA+, dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut
serta menjadi perusahaan telekomunikasi pertama (Ahyari, 1999:126).
yang meluncurkan secara komersial layanan
mobile 4G LTE di Indonesia. PT Telkomsel
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 2 Februari 2018| 69
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
2.7
Ecodemica, Vol. IV No.1 April 2016

PERSEPSI KARYAWAN PNS TERHADAP


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
LINGKUNGAN KERJA DI BALITSA LEMBANG

Rina Dwi Handayani


AKPAR BSI Bandung, rina.rdh@bsi.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
karyawan PNS dalam meningkatkan kenyamanan lingkungan kerja di Balitsa Lembang.
Pendekatan yang digunakan adalah bersifat kuantitatif dengan metode analisis faktor.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kuesioner kepada 40 karyawan Balitsa Lembang
sebagai sampel penelitian, yang dipilih secara purposive. Penelitian ini teleh menemukan
bahwa kebersihan (76%) merupakan faktor dominan dalam meningkatkan kenyamanan
lingkungan kerja di Balitsa Lembang.
Kata Kunci: Persepsi Karyawan, Lingkungan Kerja, Analisis Faktor

ABSTRACT
This study aims to determine the factors that influence employee PNS improving comfort
working environment in Balitsa Lembang. The approach is both quantitative factor analysis
method. The data collection was done by using a questionnaire to 40 employees Balitsa
Lembang as samples, which were selected purposively. This study found that the cleanliness
(76%) is the dominant factor in increasing the comfort of the working environment in Balitsa
Lembang.
Keywords: Perception Employees, Work Environment, Factor Analysis

PENDAHULUAN Badan Litbang Pertanian dalam usahanya


Balai Penelitian Tanaman Sayuran menyediakan inovasi teknologi baru guna
(BALITSA) Lembang Kabupaten Bandung memenuhi kebutuhan pengguna yang terus
Barat, sebagai Unit Kerja dibawah Pusat berkembang sejalan dengan dinamika
Penelitian dan Pengembangan lingkungan strategis. Asumsi yang
Hortikultura, dimana tugasnya adalah digunakan hasil pengamatan adalah adanya
melaksanakan penelitian sayuran. pengaruh lingkungan kerja dan semangat
Fasilitas penelitian memegang peranan kerja. Faktor lingkungan yang ada di
yang penting dalam menentukan tempat kerja mereka seperti lingkungan
keberhasilan dan mutu hasil penelitian kerja fisik dan lingkunga kerja non fisik
untuk menghasilkan inovasi teknologi sangat berdampak pada semangat kerja.
pertanian. Badan Litbang Pertanian telah Hasilnya adalah dari segi kedisplinan,
dilengkapi dengan berbagai fasilitas absensi, kosentrasi kerja, hasrat untuk terus
penelitian yang cukup memadai. Sehingga maju, rasa tanggung jawab mencapai nilai
seluruh jajaran Kepala Balai dan Pegawai optimal terhadap pekerjaannya, sehingga
yang berada di Balitsa ini harus memiliki berpengaruh terhadap kinerja
kinerja kerja yang baik, dipengaruhi oleh menghasilkan varietas unggul, alsintan,
faktor lingkungan dan semangat kerja. dan produk lainnya, seperti vaksin, bibit
Hasil pengamatan internal Balitsa sebesar ternak, tool kit, peta, dan sebagainya.
70% Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ada Sebesar 30% PNS tidak terpengaruh oleh
di lingkup Balitsa berfokus pada program lingkungan kerja dan semangat kerja.

ISSN: 2355-0295 108


Ecodemica, Vol. IV No.1 April 2016

Padahal asumsi dari Kepala Balai dan perusahaan dan karyawan itu sendiri, tetapi
Pegawai PNS BALITSA menyatakan kinerja yang buruk akan menjatuhkan
bahwa tempat atau lokasi balai ini sudah perusahaan dan menggulingkan
tepat didaerah dataran tinggi dengan perusahaan sehingga tujuan untuk
temperature dan kelembaban udara yang kemajuan tidak bisa tercapai. Kinerja
sudah sesuai. pegawai akan berjalan dengan baik bila
Lingkungan kerja menurut (Nitisemito A. , mana, kualitas kehidupan, kebutuhan,
Pengelolaan Lingkungan Kerja Edisi lingkungan kerja, dsb bisa terpenuhi.
Revisi, 2001) adalah segala sesuatu yang Untuk itu kinerja pegawai yang sesuai
ada disekitar para pekerja yang dapat sangat dibutuhkan perusahaan demi
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tercapainya tujuan bersama dengan
tugas-tugas yang diembankan. Selanjutnya maksud agar kepentingan perusahaan dan
menurut (Siagian, 2000) kondisi kerja mensukseskan visi dan misi perusahaan
karyawan yang tepat supaya karyawan kearah yang lebih maju. Kinerja yang baik
perusahaan dapat bekerja dengan baik. tentu saja merupakan harapan bagi semua
Lingkungan kerja yang menyenangkan perusahaan dan institusi yang
terlebih lagi pada saat jam kerja akan mempekerjakan karyawan, sebab kinerja
mempengaruhi semangat dan keunggulan karyawan ini pada akhirnya diharapkan
kerja pegawai sehingga kinerjanya dapat meningkatkan kinerja perusahaan
meningkat. Lingkungan kerja mempunyai secara keseluruhan. Penelitian ini akan
pengaruh terhadap karyawan perusahaan menganalisis persepsi karyawan PNS
dalam usaha untuk menyelesaikan tugas- terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
tugas yang dibebankan kepadanya, yang dalam meningkatkan kenyamanan
pada akhirnya berpengaruh terhadap lingkungan kerja di Balitsa Lembang.
disiplin kerja karyawan.
(Handoko, 2004) menyatakan bahwa KAJIAN LITERATURE
lingkungan dimana perusahaan beroperasi Lingkungan Kerja
akan terus mengalami perubahan, Dibawah ini ada beberapa pandangan atau
perusahaan swasta maupun negeri harus pendapat para arti mengenai lingkungan
secara terus menerus memberikan kerja. Lingkungan kerja adalah segala
tanggapan atas perubahan demikian kalau sesuatu yang ada di sekitar para pekerja
tidak kemungkinan akan mengalami yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
kegagalan, sebagian hubungan antara menjalankan tugas-tugas yang diembankan
perusahaan dan lingkungan tempat (Nitisemito, 2000). Menurut (Sedarmawati,
beroperasinya memerlukan perhatian Manajemen Sumber Daya Manusia, 2001)
khusus. Jadi selain faktor lingkungan kerja, mendefinisikan lingkungan kerja sebagai
semangat kerja pegawai juga berdampak berikut, lingkungan kerja adalah
pada kinerja pegawai dimana semangat keseluruhan alat perkakas dan bahan yang
kerja, penting dalam menunjang dihadapi , lingkungan sekitarnya di mana
tercapainya tujuan organisasi. Meski seseorang bekerja, metode kerjanya, serta
demikian, pengaruh semangat kerja pengaturan kerjanya baik sebagai
terhadap pencapaian tujuan organisasi kelompok maupun perseorangan.
terjadi secara tidak langsung. Sedangkan menurut (Sedarmawati,
Pengaruh lingkungan kerja akan Manajemen Sumber Daya Manusia, 2001)
berdampak pada kinerja pegawai. Kinerja menyatakan bahwa secara garis besar, jenis
merupakan hasil dari pekerjaan yang lingkungan kerja terbagi menjadi 2, yaitu:
menuai hasil, dan berpengaruh penting 1. Lingkungan kerja fisik (physical
untuk pencapaian tujuan perusahaan. working environment)
Kenerja yang baik tentu akan Lingkungan kerja fisik adalah semua
menghasilkan suatu hasil yang memuaskan keadaan berbentuk fisik yang terdapat di

ISSN: 2355-0295 109


Ecodemica, Vol. IV No.1 April 2016

sekitar tempat kerja yang dapat Pengertian kinerja yaitu suatu hasil kerja
mempengaruhi karyawan baik secara yang dihasilkan oleh seorang karyawan,
langsung maupun secara tidak langsung. diartikan untuk mencapai tujuan yang
2. Lingkungan kerja non fisik (Non - diharapkan. Menurut (Mangkunegara,
Phisical Warking Environment) 2000) mengemukakan pengertian kinerja
Linkungan kerja non fisik adalah semua adalah hasil kerja secara kualitas dan
keadaan yang terjadi yang berkaitan kuantitas yang dicapai oleh seorang
dengan hubungan kerja, baik hubungan karyawan dalam melaksanakan tugasnya
dengan atasan maupun hubungan sesama sesuai dengan tanggung jawab yang
rekan kerja, ataupun hubungan dengan diberikannya.
bawahan. Menurut (Nitisemito A. , Menurut (Gomes, 2003) mengemukakan
Pengelolaan Lingkungan Kerja Edisi pengertian kinerja adalah Outcome yang
Revisi, 2001) perusahaan hendaknya dapat dihasilakan dari suatu fungsi pekerjaan
mencerminkan kondisi yang mendukung dalam suatu periode waktu tertentu atau
kerja sama antara tingkat atasan, bawahan pada saat ini.
maupun yang memiliki status jabatan yang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
sama di perusahaan. Kondisi yang Kinerja
hendaknya diciptakan adalah suasana Menurut Timple (dalam (Mangkunegara,
kekeluargaan, komunikasi yang baik, dan 2000)): faktor kinerja terdiri dari faktor
pengendalian diri. internal dan eksternal. Faktor internal
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi (disposisional) yaitu faktor yang
Lingkungan Kerja dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang.
Manusia mampu melaksanakan Fakor eksternal yaitu faktor-faktor yang
kegiatannya dengan baik, sehingga dicapai mempengaruhi kinerja seseorang yang
suatu hasil yang optimal, apabila berasal dari lingkungan seperti perilaku,
diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi sikap dan tindakan bawahan ataupun rekan
lingkungan yang sesuai. Suatu kondisi kerja, fasilitas kerja dan iklim organisasi.
lingkungan dikatakan baik atau sesuai Kinerja yang baik tentu saja merupakan
apabila manusia dapat melaksanakan harapan bagi semua perusahaan dan
kegiatannya secara optimal, sehat, aman, institusi yang mempekerjakan karyawan,
dan nyaman. sebab kinerja karyawan ini pada akhirnya
Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan diharapkan dapat meningkatkan kinerja
(Sedarmawati, Manajemen Sumber Daya perusahaan secara keseluruhan.
Manusia, 2001) yang dapat mempengaruhi Hubungan Lingkungan Kerja,
terbentuknya suatu kondisi lingkungan Semangat Kerja dan Kinerja Karyawan
kerja dikaitkan dengan kemampuan Kutipan (Moekijat, 1997) menyebutkan
karyawan, diantaranya adalah: Morale is an individual group attitude
1. Penerangan/cahaya di tempat kerja toward work and the work environment
2. Temperatur/suhu udara di tempat (Semangat kerja adalah sikap individu atau
kerja kelompok terhadap pekerjaan dan
3. Kelembaban di tempat kerja lingkungan kerjan pegawai-pegawai
4. Sirkulasi udara di tempat kerja dengan semangat kerja yang tinggi merasa
5. Kebisingan di tempat kerja bahwa lingkungan tempat mereka bekeja,
6. Bau tidak sedap ditempat Kerja menganggap bahwa karyawannya perlu
7. Tata warna di tempat kerja diikutserakan untuk kepentingan
8. Dekorasi di tempat kerja perusahaan agar tujuan organisasi
9. Musik di tempat kerja terjalankan sehingga patut diberi perhatian,
10.Keamanan di tempat kerja kemudian dalam melakanakan pekerjaan
Kinerja tersebut karyawan berhak untuk usaha-
usahanya lebih dikenal dan dihargai.

ISSN: 2355-0295 110


2.8

You might also like