You are on page 1of 6

ISSN 1829-9407 (Print)

ISSN 2581-0898 (Online)

Volume 15, No. 2, Juli 2018


https://ejournal.kesling-poltekkesbjm.com/index.php/JKL/article/view/134
Page: 655-660

HUBUNGAN PENGELOLAAN AIR MINUM DAN MAKANAN RUMAH TANGGA


DENGAN KEJADIAN DIARE

Ikrimah, Maharso, Noraida


Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kesehatan Lingkungan
Jl. H. Mistar Cokrokusumo No. 1A Banjarbaru Kalimantan Selatan 70714
Email: ikrimahrima16@gmail.com

Abstract: Relation Of Drinking Water Management And Household Food With


Diarrhea Occurrence. In Kalimantan Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
Kecamatan Batang Alai Utara, Public Health Center of Ilung is spread of diarrhea. By 2015,
the prevalence of diarrhea occurrence in Kecamatan Batang Alai Utara is 2.85% and 2.7%
(2016). However, the coverage of access to clean water is only about 28%. Report of KKN
Labunganak Village RW. 01 Kecamatan Batang Alai Utara, 67% is not carried out water
purification in any way by the community, so it is still possible to be a media water borne
disease. In the management of household food, only 13% of food is stored in closed shelves
/ cabinets, so it can become a food borne disease medium.The purpose of this study was to
determine the relation between drinking water and household food management with
diarrhea occurrence in the working area Public Health Center of Ilung, Kecamatan Batang
Alai Utara. The type of research is observational in the form of analytic, research design that
is retrospective approach (case control study). The results showed that there was no
relation between drinking water management (p value = 0,300> α = 0,05) and household
food (p value = 1,000> α = 0,05) with diarrhea occurrence. It is recommended for further
investigators to examine other risk factors as causes of diarrhea and can be continued by
examining the different communities as control groups .

Keywords: Drinking Water and Food Management; Diarrhea Occurrence

Abstrak: Hubungan Pengelolaan Air Minum Dan Makanan Rumah Tangga Dengan
Kejadian Diare. Di Kalimantan Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kecamatan
Batang Alai Utara, wilayah kerja Puskesmas Ilung tersebar kejadian diare. Pada tahun
2015, prevalensi kejadian diare di Kecamatan Batang Alai Utara mencapai 2,85% dan
2,7% (2016). Namun, cakupan akses air bersih hanya sekitar 28%. Laporan KKN Desa
Labunganak RW. 01 Kecamatan Batang Alai Utara, 67% tidak dilakukan penjernihan air
dengan cara apapun oleh masyarakat, sehingga masih memungkinkan menjadi media
water borne disease. Pada pengelolaan makanan rumah tangga, hanya 13% bahan
makanan disimpan di dalam rak/lemari tertutup, sehingga dapat memungkinkan
menjadi media food borne disease. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan
pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga dengan kejadian diare di Wilayah
Kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang Alai Utara. Jenis penelitian adalah
observasional dalam bentuk analitik, desain penelitian yaitu pendekatan retrospektif
(case control study). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
pengelolaan air minum (p value = 0,300 > nilai α = 0,05) dan makanan rumah tangga (p
value = 1,000 > nilai α = 0,05) dengan kejadian diare. Disarankan bagi peneliti
selanjutnya agar meneliti faktor risiko lainnya sebagai penyebab diare dan dapat
dilanjutkan dengan meneliti pada komunitas yang berbeda sebagai kelompok kontrol.

Kata kunci; Pengelolaan Air Minum dan Makanan; Kejadian Diare

Article history: Received July 25, 2018, Received in revised form August 01, 2018, Accepted September 15, 2019
656 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 15 No. 2, Juli 2018

PENDAHULUAN faktor lingkungan terutama air, tidak


STBM (Sanitasi Total Berbasis memenuhi syarat kesehatan karena
Masyarakat) merupakan program peme- tercemar bakteri, didukung oleh perilaku
rintah dalam rangka memperkuat upaya manusia yang tidak sehat seperti
pembudayaan hidup bersih dan sehat, pembuangan tinja tidak higienis, kebersihan
mencegah penyebaran penyakit berbasis perorangan dan lingkungan yang jelek, serta
lingkungan, meningkatkan kemampuan penyiapan dan penyimpanan makanan yang
masyarakat, serta mengimplementasikan tidak semestinya, maka dapat menimbulkan
komitmen pemerintah untuk meningkatkan kejadian diare[6].
akses air minum dan sanitasi dasar yang Penyakit diare masih merupakan
berkesinambungan[1]. STBM memiliki 5 pilar, masalah kesehatan masyarakat di negara
salah satunya yaitu pengelolaan makanan berkembang seperti di Indonesia, karena
dan minuman rumah tangga. morbiditas dan mortalitasnya yang masih
Pengelolaan air minum dan makanan tinggi[1]. Di Kalimantan Selatan kasus diare
rumah tangga adalah proses pengolahan, masih banyak ditemukan. Pada tahun 2015,
penyimpanan, dan pemanfaatan air minum kejadian diare yaitu sebanyak 82.010 kasus
dan air yang digunakan untuk produksi dan 111.585 kasus (2016)[7]. Kejadian ini
makanan dan keperluan oral lainnya, serta tersebar pada 13 kabupaten/kota di
pengolahan makanan yang aman di rumah Kalimantan Selatan, salah satunya adalah
tangga, meliputi prinsip hygiene sanitasi Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
pangan, yaitu pemilihan bahan makanan, Kejadian diare di Kabupaten Hulu
penyimpanan bahan makanan, pengolahan Sungai Tengah, pada tahun 2015 yaitu
bahan makanan, penyimpanan makanan, sebanyak 5.403 kasus dan pada tahun 2016
pengangkutan makanan, dan penyajian sebanyak 7.506 kasus[8]. Angka tersebut
makanan[2]. Pada pengelolaan makanan tersebar pada 19 kecamatan, salah satunya
rumah tangga, ada batas kemampuan yaitu Kecamatan Batang Alai Utara.
makanan untuk tampil dalam keadaan baik Kecamatan Batang Alai Utara merupakan
dan sehat, maka perlu dipertimbangkan wilayah kerja Puskesmas Ilung. Pada tahun
perencanaan yang matang, pengolahan dan 2015, prevalensi kejadian diare di Kecama-
penyajian yang tepat, serta penyimpanan tan Batang Alai Utara mencapai 2,85% dan
dan penyebaran atau pengangkutan ke 2,7% (2016)[9]. Namun, cakupan akses air
tempat lain untuk menekan terjadinya bersih hanya sekitar 28%[10]. Berdasarkan
kontaminasi. Penyajian makanan bisa laporan KKN di Desa Labunganak RW. 01
menimbulkan masalah kesehatan bila Kecamatan Batang Alai Utara, sebanyak 67%
faktor-faktor hygiene tidak diperhatikan. Hal masyarakat tidak ada yang melakukan
ini merupakan salah satu faktor yang dapat penjernihan air dengan cara apapun,
menyebabkan timbulnya suatu penyakit sehingga masih memungkinkan menjadi
berbasis lingkungan akibat dari pengelolaan media water borne disease. Pada pengelolaan
makanan yang tidak tepat[3]. makanan rumah tangga, hanya 13%
Review dari data Susenas 2013 khusus masyarakat menyimpan bahan makanan di
bidang air minum, tren peningkatan di tahun dalam rak/lemari tertutup, sehingga hal ini
2009-2013 mencapai 5% pertahun. Dalam masih memungkinkan menjadi media food
kurun waktu lima tahun ke depan untuk borne disease[11].
mencapai universal akses air minum di Dari uraian tersebut, penulis tertarik
tahun 2019, diperlukan kenaikan sebesar untuk melakukan penelitian mengenai
5.38% pertahun[4]. Sebanyak 53,7% hubungan pengelolaan air minum dan
masyarakat yang tidak mempunyai akses makanan rumah tangga dengan kejadian
terhadap air minum dan rendahnya tingkat diare di Wilayah Kerja Puskesmas Ilung
pengetahuan masyarakat mengenai air Kecamatan Batang Alai Utara Kabupaten
minum yang aman, merupakan faktor Hulu Sungai Tengah.
penyebab masih tingginya penyakit yang
ditularkan oleh air minum[5]. BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Menurut penelitian Retno Purwaning- Jenis penelitian ini adalah
sih 2014, juga menyebutkan bahwa apabila observasional dalam bentuk analitik, yaitu
Ikrimah, Maharso, Noraida. Hubungan Pengelolaan Air Minum dan Makanan 657
Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare

untuk mengetahui hubungan pengelolaan air dan Februari 2018 dengan jumlah 10 orang
minum dan makanan rumah tangga dengan responden[13]. Sedangkan sampel kontrol
kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas adalah ibu rumah tangga yang anggota
Ilung Kecamatan Batang Alai Utara. keluarganya tidak menderita diare di
Desain penelitian yang digunakan Wilayah Kerja Puskesmas Ilung, dengan
adalah dengan menggunakan pendekatan jumlah kontrol sama dengan 3 kali dari
retrospektif (case control study) yaitu jumlah sampel kasus, yang merupakan
membandingkan antara kelompok kasus tetangga dari kasus yaitu sebanyak 30 orang
dengan kontrol untuk mengetahui proporsi responden. Jadi, total sampel pada penelitian
kejadian berdasarkan riwayat ada tidaknya ini yaitu sebanyak 40 orang responden.
paparan dengan melihat ke belakang dari Analisis statistik yang digunakan pada
suatu kejadian yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu dengan uji chi-square, jika
kejadian kesakitan yang diteliti[12]. asumsi tidak terpenuhi maka dianalisis
Populasi dan sampel penelitian ini dengan uji fisher exact test.
terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok
kasus dan kelompok kontrol. Sampel kasus HASIL DAN PEMBAHASAN
pada penelitian ini adalah seluruh ibu rumah Hasil observasi dan analisis data
tangga yang anggota keluarganya pernah menggunakan fisher exact test dapat dilihat
menderita diare selama tiga bulan terakhir pada tabel di bawah ini.
yaitu pada bulan Desember 2017, Januari

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengelolaan Air Minum


Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Ilung Tahun 2018

Pengelolaan Air Minum Rumah Frekuensi


No.
Tangga Jumlah %
1. Buruk 17 42,5
2. Baik 23 57,5
Total 40 100

Tabel 1. dapat diketahui bahwa res- kebiasaan yang buruk dalam pengelolaan air
ponden pada penelitian ini memiliki minum yaitu sebanyak 17 orang (42,5%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengelolaan Makanan


Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Ilung Tahun 2018

Pengelolaan Makanan Rumah Frekuensi


No.
Tangga Jumlah %
1. Buruk 34 85,0
2. Baik 6 15,0
Total 40 100

Tabel 2. dapat diketahui bahwa res- pengelolaan makanan rumah tangga yaitu
ponden pada penelitian ini kebanyakan sebanyak 34 orang (85,0%).
memiliki kebiasaan buruk dalam
658 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 15 No. 2, Juli 2018

Tabel 3. Tabel Silang Hubungan Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga dengan Kejadian
Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Ilung Tahun 2018

Pengelolaan Air Minum Rumah Kasus Kontrol


No.
Tangga Jumlah % Jumlah %
1. Buruk 6 60,0 11 36,7
2. Baik 4 40,0 19 63,3
Total 10 100 30 100
p value = 0,300 α = 0,05

Berdasarkan hasil analisis statistik makanan, tetapi mereka melakukan


menggunakan uji fisher exact, pada variabel perebusan air sehingga dapat mengurangi
pengelolaan air minum rumah tangga risiko penyakit diare.
dengan kejadian diare diperoleh nilai p value Teori dari Kepmenkes (2008) yang
= 0,300 > nilai α = 0,05, maka Ho diterima. menyebutkan bahwa kejadian diare dapat
Hal ini menunjukkan secara statistik dapat menurun 39% dengan perilaku pengelolaan
disimpulkan bahwa cukup bukti untuk air minum yang aman di rumah tangga. Teori
menyatakan tidak ada hubungan pengelo- dari Wanzahun G et al (2013) menyebutkan
laan air minum rumah tangga dengan bahwa anak dengan keluarga yang
kejadian diare. menggunakan air minum dengan cara
Menurut hasil observasi dari pe- direbus, diolah menggunakan bahan kimia
ngumpulan data penelitian, diketahui bahwa atau diolah dengan cara penyaringan
10 orang responden dari kelompok kasus diketahui memiliki peluang lebih rendah
kebanyakan memiliki kebiasaan pengelolaan menderita diare dibanding dengan anak
air minum yang buruk sebanyak 6 orang yang keluarganya tidak melakukan
(60,0%) dan yang baik sebanyak 4 orang pengolahan air[14].
(40,0%). Berbeda dari 30 orang kelompok Akan tetapi secara statistik tidak ada
kontrol yang kebanyakan memiliki hubungan, karena responden yang
kebiasaan yang baik dalam pengelolaan air pengelolaan air minumnya baik belum tentu
minum rumah tangga yaitu sebanyak 19 tidak menderita diare dan responden yang
orang (63,3%) dibandingkan dengan yang pengelolaannya buruk juga belum tentu
memiliki kebiasaan pengelolaan air minum menderita diare, hal ini juga dapat dilihat
yang buruk sebanyak 11 orang (36,7%). dari tabel 3 bahwa pada kelompok kasus
Tidak adanya hubungan dari sebanyak 60% responden melakukan
penelitian ini disebabkan karena pada item pengelolaan air minum yang buruk
pengolahan air minum sebanyak 97,5% sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak
responden melakukan perebusan air sampai 63,3% melakukan pengelolaan air minum
mendidih dan pada item wadah pe- yang baik, sehingga hampir tidak jauh
nyimpanan air minum sebanyak 40% berbeda persentasi responden yang
responden memenuhi penilaian wadah pengelolaan air minumnya baik dengan yang
penyimpanan yang bersih, tertutup, sulit buruk, serta penyakit diare juga dapat
dijangkau vektor dan dilakukan pencucian diakibatkan oleh faktor lain seperti perilaku
pada wadah air minum ketika air habis. CTPS, BAB, pengelolaan sampah ataupun
Walaupun sebagian responden tidak limbah cair rumah tangga.
memenuhi pada item penyimpanan wadah

Tabel 4. Tabel Silang Hubungan Pengelolaan Makanan Rumah Tangga dengan Kejadian
Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Ilung Tahun 2018
Pengelolaan Makanan Rumah Kasus Kontrol
No.
Tangga Jumlah % Jumlah %
1. Buruk 8 80,0 26 86,7
2. Baik 2 20,0 4 13,3
Total 10 100 30 100
p value = 1,000 α = 0,05
Ikrimah, Maharso, Noraida. Hubungan Pengelolaan Air Minum dan Makanan 659
Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare

Berdasarkan hasil analisis statistik makanan, penyimpanan bahan makanan,


menggunakan uji fisher exact, pada pengolahan makanan, penyimpanan
variabel pengelolaan makanan rumah makanan matang, pengangkutan makanan,
tangga dengan kejadian diare diperoleh dan penyajian makanan[14].
nilai p value = 1,000 > nilai α = 0,05, maka
Ho diterima. Hal ini menunjukkan secara KESIMPULAN DAN SARAN
statistik untuk menyatakan cukup bukti Berdasarkan hasil penelitian dan
bahwa tidak ada hubungan pengelolaan analisis data yang telah dilakukan maka
makanan rumah tangga dengan kejadian dapat disimpulkan bahwa pengelolaan air
diare. minum rumah tangga sebagian besar
Hasil observasi data penelitian, adalah baik yaitu sebanyak 23 orang
diketahui bahwa dari 10 orang responden responden (57,5%), pengelolaan makanan
pada kelompok kasus dan 30 orang rumah tangga sebagian besar adalah
responden dari kelompok kontrol buruk yaitu sebanyak 34 orang responden
cenderung memiliki kebiasaan pengelo- (85,0%), kejadian diare yaitu sebanyak 10
laan makanan rumah tangga yang buruk orang (25,0%), tidak ada hubungan
yaitu sebanyak 8 orang (80,0%) dari pengelolaan air minum rumah tangga
kelompok kasus dan 26 orang (86,7%) dengan kejadian diare, dan tidak ada
dari kelompok kontrol. Sedangkan hubungan pengelolaan makanan rumah
pengelolaan makanan rumah tangga yang tangga dengan kejadian diare di Wilayah
baik hanya 2 orang responden (20,0%) Kerja Puskesmas Ilung Kecamatan Batang
dari kelompok kasus dan 4 orang Alai Utara.
responden (13,3%) dari kelompok Disarankan untuk peneliti lain agar
kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa meneliti faktor risiko lainnya sebagai
pengelolaan makanan rumah tangga penyebab diare karena penyakit diare
antara kelompok kasus dan kelompok merupakan penyakit yang multifaktor
kontrol hampir tidak ada beda, keduanya sehingga kejadian diare ini kemungkinan
kebanyakan melakukan pengelolaan disebabkan oleh faktor lain yang lebih
makanan rumah tangga yang buruk. Ini dominan misalnya perilaku CTPS,
disebabkan karena sebanyak 32 res- penggunaan jamban, pengelolaan sampah
ponden (80,0%) tidak memenuhi dan limbah rumah tangga (tidak diteliti)
penilaian pengolahan makanan. dan diharapkan dapat melanjutkan
Berdasarkan analisis statistik di penelitian dengan cara meneliti pada
atas, tidak adanya hubungan antara komunitas yang berbeda sebagai
pengelolaan makanan dengan kejadian kelompok kontrol. Tidak terbukti adanya
diare dapat dikarenakan penyakit diare hubungan antara pengelolaan makanan
merupakan salah satu penyakit yang rumah tangga terhadap kejadian diare
penyebabnya multifaktor. Diantaranya kemungkinan disebabkan karena kontrol
dapat disebabkan karena perilaku BAB, dicuplik dari tetangga kasus sehingga
CTPS, pengelolaan sampah dan penge- sangat mungkin menjadi sama (match),
lolaan limbah cair rumah tangga. serta dilakukan perbaikan pengelolaan
Menurut Depkes RI 2014 dalam Mila makanan rumah tangga pada daerah studi
Falasifa 2015, makanan harus dikelola meskipun secara statistik tidak terbukti
dengan baik dan benar agar tidak merupakan faktor risiko diare, akan tetapi
menyebabkan gangguan kesehatan dan kasus diare masih ada sehinggga kasus
bermanfaat bagi tubuh. Cara pengelolaan diare diharapkan dapat lebih ditekan.
makanan yang baik yaitu dengan
menerapkan prinsip higiene dan sanitasi KEPUSTAKAAN
makanan. Pengelolaan makanan di rumah 1. Dinar Andaru Mukti, Mursid Raharjo,
tangga, walaupun dalam jumlah kecil atau dan Nikie Astorina Yunita Dewanti.
skala rumah tangga juga harus 2016. Hubungan Antara Penerapan
menerapkan prinsip higiene sanitasi Program Sanitasi Total Berbasis
makanan yaitu meliputi pemilihan bahan Masyarakat (STBM) dengan Kejadian
660 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 15 No. 2, Juli 2018

Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Kesehatan Indonesia 2016.


Jatibogor Kabupaten Tegal. Jurnal http://www.depkes.go.id/resources/
Kesehatan Masyarakat Volume 4, download/pusdatin/lain-lain/Data
Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) dan Informasi Kesehatan
2. Depkes RI. 2015. Kurikulum dan 8. Dinas Kesehatan Hulu Sungai Tengah.
Modul Pelatihan Untuk Pelatih (TOT) 2015-2016. Profil Kesehatan
Fasilitator STBM. Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
3. Hartono, H. 1991. Penyehatan Jasa 9. Data Puskesmas Ilung Kecamatan
Boga, Kumpulan Makalah Pelatihan Batang Alai Utara Tahun 2015-2016
Hygiene Sanitasi Makanan dan tentang Data Angka Kejadian Diare
Minuman Bagi Guru APK/SPPH se 10. Data Puskesmas Ilung Kecamatan
Indonesia. Yogyakarta. Batang Alai Utara Tahun 2015-2016
4. Kemenkes RI. 2014. Kurikulum dan tentang Data Cakupan Akses Air
Modul Pelatihan Wirausaha Sanitasi Bersih.
Total Berbasis Masyarakat (STBM). 11. Laporan KKN Poltekkes Kemenkes
Jakarta Banjarmasin Jurusan Kesehatan
5. Athena dan Indah. 2012. Implementasi Lingkungan Tahun 2017.
Pengelolaan Air Minum Rumah 12. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi
Tangga (PAM-RT) di Jawa Barat Dan Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT
(Nusa Tenggara Timur). Jurnal Rineka Cipta. Cetakan Kedua
Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 2, Juni 13. Data Puskesmas Ilung Kecamatan
2012: 136-146 Batang Alai Utara Tahun 2018 tentang
6. Retno Purwaningsih. 2012. Hubungan Data Kejadian Diare.
Antara Penyediaan Air Minum dan 14. Mila Falasifa. 2015. Hubungan Antara
Perilaku Higiene Sanitasi Dengan Sanitasi Total Dengan Kejadian Diare
Kejadian Diare di Daerah Paska Pada Balita di Wilayah Kerja
Bencana Desa Banyudono Kecamatan Puskesmas Kepil 2 Kecamatan Kepil
Dukun Kabupaten Magelang. Kabupaten Wonosobo. Universitas
Universitas Negeri Semarang. Skripsi. Negeri Semarang. Skripsi
7. Direktorat Jenderal P2P, Kemenkes
RI. 2016. Data dan Informasi Profil

You might also like