You are on page 1of 10

Sufiarina, Kompetensi Pengadilan Niaga

KOMPETENSI PENGADILAN NIAGA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS DI INDONESIA

Sufiarina
Universitas Tama Jagakarsa
Jl. TB. Simatupang No. 152 Tj. Barat Jakarta Selatan
email : Sufiarina_01@yahoo.com
Efa Laela Fakhriah
Universitas Padjadjaran
Jl. Dipati Ukur No. 35 Bandung

Abstract
In the Indonesian justice system found three (3) judicial institutions authorized to settle economic disputes, the
District Court, Commercial Court and the Court of Religion. With the presence of the three courts that settle
economics disputes, it can also be compared the advantages and disadvantages from each judiciary in the
resolution of economic disputes.Assessment implemented through legislation approach as normative legal
research which is equipped with study of the principles of law, systematic legal, comparative law, and history of
law.This paper find that the settlement of economics disputes through the Commercial Court is superior compared
to the other court. Unfortunately, business dispute settlemet authority for the Commercial Court is still limited to
bankruptcy issues and delays payment of debt obligations as well as certain disputes in the field of intellectual
property rights. Considering the excellence of the Commercial Court in the resolution of economic disputes, it is
better to extend the authority of the Commercial Court, including in the areas of tort and breach of contract for
other business disputes.

Keywords: Commercial court, settle economic disputes

Abstrak
Dalam sistem peradilan Indonesia ditemukan 3 (tiga) institusi pengadilan yang berwenang menyelesaikan sengketa
bisnis, yaitu Pengadilan Negeri, Pengadilan Niaga dan Pengadilan Agama. Dengan terdapatnya tiga lembaga
pengadilan yang menyelesaikan sengketa bisnis, maka dapat pula diperbandingan kelebihan dan kekurangan
masing-masing lembaga peradilan dalam penyelesaian sengketa bisnis. Pengkajian dilaksanakan melalui
pendekatan perundang-undangan sebagai penelitian hukum normatif, dilengkapi dengan penelitian asas-asas
hukum, sistematika hukum, dan perbandingan hukum serta sejarah hukum.Tulisan ini memaparkan bahwa
penyelesaian sengketa bisnis melalui Pengadilan Niaga lebih unggul dibandingkan dengan pengadilan lainnya,
namun kewenangan penyelesaian sengketa bisnis di Pengadilan Niaga saat ini masih terbatas pada masalah
kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang serta sengketa tertentu di bidang hak kekayaan intelektual.
Ada baiknya mengingat keunggulan Pengadilan Niaga dalam penyelesaian sengketa bisnis, kewenangan
Pengadilan Niaga dapat diperluas termasuk dalam bidang wanprestasi dan perbuatan melawan hukum bagi
sengketa bisnis lainnya.

Kata Kunci: Pengadilan Niaga, Penyelesaian Sengketa Bisnis

569
Sufiarina, Kompetensi Pengadilan Niaga
A. Pendahuluan diberlakukan dalam semua proses beracara di
1. Latar Belakang semua Pengadilan.
Penyelesaian sengketa bisnis melalui jalur Bagi para pelaku ekonomi unsur
litigasi melalui pengadilan merupakan tindakan kepercayaan (trust) merupakan hal penting di
ultimum remedium melalui peradilan yang berwenang. samping unsur kecepatan dan ketepatan. Pelaku
Ultimum remedium berarti merupakan tindakan ekonomi yang bergerak dalam lapangan bisnis
terakhir yang dapat ditempuh apabila pihak yang sangatlah memegang teguh prinsip time is money
bersengketa tidak dapat memperoleh penyelesaian ataupun prinsip nilai ekonomi atas waktu bagi
secara kekeluargaan. ekonomi syariah. Dari ke tiga pengadilan yang
Sebagaimana pendapat M. Yahya Harahap berwenang menyelesaikan sengketa bisnis, dengan
bahwa peradilan masih tetap relevan sebagai the last masing-masing kompetensi yang telah ditentukan
resort atau tempat terakhir mencari kebenaran dan oleh undang-undang, dapat dilihat dan
keadilan, sehingga secara teoritis masih diandalkan diperbandingkan pengadilan manakah yang lebih
sebagai badan yang berfungsi dan berperan unggul dan sesuai dalam menerapkan asas peradilan
menegakkan kebenaran dan keadilan (to enforce the sederhana, cepat dan biaya ringan dalam proses
truth and justice).1 Penyelesaian sengketa melalui penyelesaian dan memutuskan sengketa bisnis.
pengadilan merupakan salah satu cara untuk
menghindari eigenrehting, yang bertentangan dengan 2. Metode Penelitian
konsep negara hukum. Peradilan yang berwenang Guna mencari jawaban atas permasalahan
memeriksa dan mengadili sengketa secara litigasi di atas, maka tulisan ini menggunakan penelitian
hanyalah badan peradilan yang bernaung di bawah yuridis hukum normatif 2 dengan pendekatan
Mahkamah Agung. perundang-undangan (statute approach),3 Penelitian
Secara khusus, kekuasaan kehakiman telah hukum normatif merupakan penelitian kepustakaan
diatur dalam Undang-Undang No. 48 tahun 2009 yang dengan menelaah peraturan yang berkaitan dengan
merupakan induk dan kerangka umum yang Pengadilan Umum, Pengadilan Niaga dan Pengadilan
meletakkan asas-asas, landasan, dan pedoman bagi Agama. Penelitian dilaksanakan melalui kajian
seluruh peradilan di Indonesia. Dalam hal mengadili terhadap bahan hukum primer, bahan hukum
setiap pengadilan mempunyai kewenangan tertentu sekunder maupun bahan hukum tersier. Kajian pada
atau kompetensi absolut (attributie van rechtsmacht). bahan hukum sekunder berupa penelitian terhadap
Berkaitan dengan kompetensi absolut, yurisdiksi asas-asas hukum, penelitian sistematik hukum,
dalam hal penyelesaian sengketa bisnis secara litigasi penelitian taraf singkronisasi vertikal dan horizontal,
ada pada Pengadilan Negeri, Pengadilan Niaga dan serta melalui perbandingan hukum.
juga pada Pengadilan Agama.
Salah satu asas dalam pelaksanaan 3. Kerangka Teori
peradilan adalah sebagaimana yang dituangkan Menurut Paton seperti dikutip Djuhaendah
dalam Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Kekuasaan 4
Hasan adalah, A principle is the broad reason, which
Kehakiman, yaitu; ³3HUDGLODn dilakukan dengan lies at a base of a rule of law. Lebih lanjut disampaikan
sederhana, cepat dan biaya ULQJDQ´. Sebagai undang- GMXKDHQGDK ³$VDV DGDODK VXDWX DODP SLNLUDQ \DQJ
undang yang menjadi payung hukum bagi peradilan, dirumuskan secara luas dan mendasari adanya suatu
maka asas-asas yang terkandung dalam Undang- norma hukum. Norma hukum adalah aturan dan
Undang Kekuasaan Kehakiman haruslah dapat aturan itu berdasarkan suatu asas. Asas memiliki sifat
yang abstrak, sedangkan norma sifatnya kongkrit.
1
M. Yahya Harahap, 2008, Hukum Acara Perdata, Jakarta, Sinar Grafika, Cetakan ke delapan, hlm 229.
2
Ronnyi Hanitijo Soemitro, 1990, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm 11.
3
Peter Mahmud Marzuki, 2007, Penelitian Hukum, Jakarta, Cetakan Ketiga, Kencana Prenada Media Grup, hlm 92.
4
Djuhaendah Hasan, 2007, ³Pembangunan Hukum Bisnis dalam Pembangunan Hukum ,QGRQHVLD´, Dalam Pembangunan Hukum Bisnis Dalam
Kerangka Sistem Hukum Nasional, 70 Tahun Prof. Dr. Djuhaendah Hasan, SH., Bandung: t.p., hlm 5.

569
Sufiarina, Kompetensi Pengadilan Niaga
Asas adalah jiwanya norma hukum, sehingga apabila dimaksudkan selekas mungkin namun dengan tetap
suatu norma hukum tidak berlandaskan suatu asas, memperhatikan ketelitian dan kecermatan. Dengan
norma itu kehilangan maknanya. demikian pengertian cepat menjadi bagian dari
Menurut Djuhaendah Hasan kata ekonomi pengertian sederhana. Kecepatan dalam
sepadan dengan kata ³ELVQLV´ memiliki arti suatu memutuskan sengketa akan meningkatkan
kegiatan/gerakan usaha atau aktivitas usaha dalam kewibawaan dan menambah kepercayaan
bidang perdagangan, industri berbagai produk baik masyarakat kepada pengadilan.10 Ditentukan biaya
barang maupun jasa serta pengelolaan dan ringan agar terpikul oleh rakyat, biaya yang tinggi
perlindungannya5. Menurut Kartini Mulyadi, sengketa kebanyakan menyebabkan pihak yang
bisnis memang sulit untuk memberikan definisi yang berkepentingan enggan untuk mengajukan tuntutan
tepat.6 Sengketa niaga yang dapat dimasukkan dalam hak kepada pengadilan.11
kelompok sengketa bisnis adalah antara lain, 1) Asas sederhana, cepat dan biaya ringan
Permohonan pernyataan pailit, 2) Penundaan berkaitan dengan proses penyelesaian sengketa di
kewajiban pembayaran utang, 3) Sengketa yang pengadilan. Asas sederhana, cepat dan biaya ringan
berkaitan dengan Perseroan Terbatas dan atau menghendaki berwujudan peradilan yang tidak
organnya,4) Hal-hal lain yang diatur dalam buku berbeli-belit, tidak membuang waktu dan tidak
kesatu dan buku kedua KUHDagang (seperti membebani para justiabelen secara finansial, namun,
mengenai Firma, CV, Komisioner, Expeditur, tidaklah pula dimaksudkan bahwa hakim
Pengangkut), 5) Surat-surat Berharga (wesel, cek, diperbolehkan meniadakan tata cara tertentu yang
surat sanggup, L/C), 6) Asuransi dan 7) Perkapalan, sudah ditetapkan undang-undang, misalnya tidak
8) Perbankan, 9) Pasar modal, 10) Hak kekayaan menghiraukan cara-cara pemanggilan saksi maupun
intelektual.7 pihak yang berperkara sebagaimana diatur undang-
Menurut Soerjono Soekanto; ³6HQJNHWD undang. Ahmad Mujahidin menyatakan yang
merupakan ketidakserasian antara pribadi-pribadi dimaksud dengan asas sederhana, cepat dan biaya
atau kelompok-kelompok yang mengadakan ringan adalah:12
hubungan karena hak salah satu pihak terganggu a. ³6HGHUKDQD, yaitu proses beracara
atau dilanggar´8. Tugas pokok pengadilan, yang dengan jelas, mudah dipahami dan tidak
menyelenggarakan kekuasaan kehakiman adalah berbelit-belit serta tidak terjebak pada
untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta formalitas-formalitas yang tidak penting
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan dalam persidangan, sebab apabila
kepadanya.9 Salah satu asas dalam pelaksanaan terjebak pada formalitas yang berbelit-
peradilan adalah sebagaimana yang dituangkan belit memungkinkan timbulnya berbagai
dalam Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Kekuasaan penafsiran.
Kehakiman, yaitu; ³3HUDGLODn dilakukan dengan b. Cepat, yaitu dalam melakukan
sederhana, cepat dan biaya ULQJDQ´ pemeriksaan hakim harus cerdas dalam
Asep Iwan Setiawan menyatakan kata cepat menginventarisir persoalan yang diajukan
menunjuk pada proses jalannya peradilan, terlalu dan mengidentifikasikan persoalan
banyak formalitas merupakan hambatan bagi tersebut untuk kemudian mengambil
pelaksanaan peradilan. Mengenai ³FHSDW´ intisari pokok persoalan untuk selanjutnya
5
Djuhaendah Hasan, op-cit hlm 3.
6
Kartini Muljadi, ³3HQJHUWLDn dan Prinsip-Prinsip Umum Hukum Kepailitan´, dalam Rudhy A. Lontoh, dkk, 2001, Penyelesaian Utang-Piutang
Melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Bandung, Alumni, hlm 82.
7
Ibid
8
Soerjono Soekanto, 1979, Mengenal Antropologi Hukum, Bandung, Penerbit Alumni, hlm.26.
9
Sudikno Mertokusumo, 2002, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta, Edisi Keenam, Penerbit Liberty, hlm 75.
10
Asep Iwan Iriawan, 2010, Kajian Atas Kewenangan Pengadilan Niaga Dalam Penyelesaian Sengketa Bisnis Dihubungkan dengan Asas
Kepastian Hukum sebagai Upaya Pengembangan Sistem Peradilan Indonesia, Disertasi, Program Studi Doktor Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung, hlm 118.
11
Sudikno Mertokusumo, op-cit, hlm 36.

569
Sufiarina, Kompetensi Pengadilan Niaga
12
Ahmad Mujahidin, 2008, Pembaharuan Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syariyah, (lengkap dengan blanko-blanko),
Jakarta, Penerbit IKAHI-MA-RI, hlm 9.

569
Sufiarina, Kompetensi Pengadilan Niaga
digali lebih dalam melalui alat-alat bukti Pengadilan Negeri memiliki kewenangan
yang ada. Apabila segala sesuatunya sebagai pemutus sengketa bisnis berdasarkan Pasal
sudah diketahui majelis hakim, maka tidak 50 UU No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum
ada cara lain kecuali majelis hakim harus yang menyatakan; ³3HQJDGLODQ Negeri bertugas dan
secepatnya mengambil putusan untuk berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan
dibacakan di muka persidangan yang perkara pidana dan perkara perdata di tingkat
terbuka untuk umum. SHUWDPD´. Kewenangan Pengadilan Negeri tidak
c. Biaya ringan, yaitu harus diperhitungkan mengalami perubahan meskipun terjadi perubahan
secara logis, rinci dan transparan, serta atas Undang-Undang No. 2 Tahun 1986 yaitu
menghilangkan biaya-biaya lain di luar perubahan pertama dengan UU No. 8 Tahun 2004
kepentingan para pihak dalam perkara, dan perubahan kedua dengan UU No. 49 Tahun 2009.
sebab tingginya biaya perkara Dalam penjelasan umum UU No. 2 Tahun
menyebabkan para pencari keadilan 1986 angka 2 (dua) menyebutkan; ³3HQJDGLODQ
bersikap apriori terhadap keberadaan Negeri merupakan Pengadilan Tingkat Pertama untuk
pengadilan. Khusus persoalan biaya memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara
harus mengacu pada payung hukum pidana dan perdata bagi rakyat pencari keadilan pada
tersendiri berupa peraturan pemerintah umumnya, kecuali undang-undang menentukan ODLQ´
karena menyangkut mengenai Sengketa bisnis sebagai bagian dari perkara perdata
penerimaan negara bukan pajak, melalui yang diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Negeri
lembaga negara berupa SHQJDGLODQ´ di tingkat pertama dalam bentuk sengketa
wanprestasi atau perbuatan melawan hukum.
B. Hasil dan Pembahasan Penyelesaian sengketa bisnis di Pengadilan Negeri
Sengketa bisnis merupakan salah sengketa berlaku hukum acara perdata dengan mewajibkan
yang memerlukan upaya penyelesaian dalam waktu prosedur mediasi sesuai dengan SEMA No. 01 Tahun
yang singkat. Sengketa bisnis, dapat diselesaikan 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
secara litigasi sebagai ultimum remedium melalui Penyelesaian sengketa perdata baik di
peradilan yang berwenang atau mempunyai peradilan umum, maupun peradilan agama, hakim
kompetensi untuk memeriksa dan memutus sengketa berkewajiban untuk berupaya secara aktif
tersebut. Berikut penulis mencoba menjelaskan mendamaikan para pihak seperti yang dimanatkan
mengenai penyelesaian sengketa bisnis di oleh PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang Kewajiban
Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama dan Mediasi di Pengadilan. Pelaksanaan mediasi bersifat
Pengadilan Niaga: imperatif yang membawa konsekuensi ancaman
kebatalan atas putusan pengadilan apabila mediasi
1. Penyelesaian Sengketa di Pengadilan Negeri tidak dilaksanakan. Kehadiran para pihak pada sidang
Kewenangan Pengadilan Negeri sebagai pertama, dibebani dengan kewajiban melaksanakan
peradilan umum adalah untuk memeriksa, mengadili mediasi pada hari itu juga atau paling lama 2 (dua)
dan memutus perkara pidana dan perdata sesuai hari kerja berikutnya untuk berunding guna memilih
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. mediator termasuk biaya yang mungkin timbul. Proses
Perundang-undangan yang mengatur lingkungan mediasi berlangsung paling lama 40 (empat puluh)
Peradilan Umum adalah Undang-Undang No. 2 Tahun hari kerja sejak mediator dipilih, dan dapat
1986 yang telah dirubah dengan Undang-Undang No. diperpanjang paling lama 14 (empat belas) hari kerja.
8 Tahun 2004 dan Perubahan Kedua dengan Undang- Dengan demikian proses mediasi berlangsung paling
Undang No. 49 Tahun 2009. lama dalam waktu 54 (lima puluh empat) hari kerja.
Uniknya meskipun mediasi terjadi setelah atau pada

571
Sufiarina, Kompetensi Pengadilan Niaga
pelaksanaan persidangan pertama, namun Perma tidak terselenggaranya asas peradilan sederhana,
No. 1 Tahun 2008 tentang Mediasi menyatakan: cepat dan biaya ringan. Keadaan ini sering dihindari
³-DQJND waktu proses mediasi tidak termasuk jangka oleh pelaku ekonomi atau bisnis yang enggan
waktu pemeriksaan SHUNDUD´. Berarti akan cenderung berurusan dengan ³SHQJDGLODQ´ dan memilih
lebih lama waktu yang diperlukan dalam memutuskan penyelesaian sengketa secara nonlitigasi. Mereka
sengketa bila mediasi yang terjadi bersifat alot, kaku menghindari pengadilan dengan menyepakati
(deadlock) dan tidak berujung pada perdamaian, penyelesaian sengketa secara nonlitigasi, yang lebih
barulah dilaksanakan pemeriksaan mengenai menjamin penyelesaian sengketa secara sederhana,
substansi perkara. Keadaan ini menambah lama tidak berbelit, cepat dan biaya ringan.
jangka waktu yang diperlukan dalam penyelesaian
sengketa perdata secara litigasi di pengadilan, yang 2. Penyelesaian Sengketa di Pengadilan Agama
menyalahi asas peradilan secara cepat tersebut. Kewenangan Pengadilan Agama untuk
Tidak terlaksananya asas cepat dalam penyelesaian memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa
sengketa, menyebabkan biaya yang harus dipikul bisnis didasarkan pada pasal 49 Undang-Undang No.
oleh pencari keadilan menjadi bertambah dan 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-
membengkak, ditambah lagi beban psikologis yang Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
disebabkan lamanya memperoleh kepastian hukum. Menurut Pasal 49 UU No. 3 Tahun 2006 kewenangan
Apabila upaya mediasi tidak membuahkan Pengadilan Agama diperluas dengan penyelesaian
kesepakatan, berikutnya barulah sengketa diperiksa sengketa bisnis syariah. Dengan demikian sengketa
sesuai dengan surat gugatan dengan acara biasa bisnis yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama
berdasar tahapan penyelesaian sengketa perdata di hanyalah bidang sengketa bisnis syariah, di luar itu
pengadilan berupa: tidaklah menjadi kewenangan Pengadilan Agama.
1) Pembacaan gugatan; Penjelasan Pasal 49 huruf (i) Undang-Undang No. 3
2) Jawaban tergugat; Tahun 2006 ekonomi syariah meliputi; perbankan
3) Replik; syariah, lembaga keuangan mikro syariah, asuransi
4) Duplik; syariah, reasuransi syariah, reksadana syariah,
5) Pembuktian; obligasi syariah, dan surat berharga berjangka
6) Kesimpulan; menengah syariah, sekuritas syariah, pembiayaan
7) Musyawarah hakim dan Keputusan; syariah, pegadaian syariah, dana pensiun lembaga
Atas keputusan pengadilan terhadap keuangan syariah, dan bisnis syariah.
sengketa yang dimajukan para pihak, bila ada yang Pasal 49 Undang-Undang Peradilan Agama
tidak puas dapat melakukan upaya hukum. Upaya ini telah memberikan kerangka dan batasan bahwa
hukum dimaksud upaya berjenjang berupa banding sengketa bisnis yang dapat dimajukan ke Pengadilan
dan berikutnya kasasi serta peninjauan kembali yang Agama hanyalah sengketa yang berkaitan dengan
relatif memakan waktu dan sering dijadikan sarana kegiatan ekonomi syariah. Kegiatan ekonomi syariah
oleh pihak yang beriktikad tidak baik dalam mengulur- adalah kegiatan ekonomi yang berdasarkan prinsip-
ngulur pelaksanaan putusan pengadilan. prinsip hukum Islam. Kompilasi Hukum Ekonomi
Upaya hukum berjenjang diperlukan dalam Syariah juga menyebutkan bahwa pengadilan yang
rangka melakukan koreksi atas kemungkinan dimaksudkan adalah pengadilan/mahkamah syariah
kesalahan atau kekeliruan putusan yang dibuat. dalam lingkungan peradilan agama.
Dalam penerapannya penggunaan upaya hukum Hukum acara yang digunakan di lingkungan
yang berjenjang ini kurang selaras dengan kebutuhan Pengadilan Agama pada dasarnya sama dengan
para pelaku ekonomi khususnya berkaitan dengan hukum acara di Pengadilan Negeri namun hukum

572
Sufiarina, Kompetensi Pengadilan Niaga
materil yang digunakan berbeda baik dalam dikesampingkan. Dengan demikian dapat terjadi
pemeriksaan, menyelesaikan dan memutus sengketa perbedaan proses beracara di Pengadilan Niaga
bisnis syariah adalah hukum materil dengan prinsip sepanjang telah ditentukan oleh undang-undang. Hal
hukum Islam seperti yang telah diatur dalam yang membuat lain tersebut antara lain adalah:
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dan lainnya. a. Kewenangannya
Dengan demikian proses beracara, dan Untuk saat ini yang menjadi
upaya hukum yang harus ditempuh dalam kewenangan dari Pengadilan Niaga
penyelesaian sengketa bisnis di Pengadilan Agama sebagaimana ditentukan undang-undang
sama dengan proses beracara dan upaya hukum adalah perkara Permohonan Kepailitan dan
berjenjang yang terdapat di Pengadilan Negeri. Bila Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,
dicermati dari asas peradilan sederhana, cepat dan diatur dalam Undang-Undang No. 37 Tahun
biaya ringan dalam penyelesaian sengketa bisnis di 2004. Sengketa lainnya adalah di bidang
Pengadilan Agama belumlah dapat diwujudkan. perniagaan yang penetapannya dilakukan
Rintangan yang menghalangi penerapan asas dengan undang-undang. Adapun perkara
peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan di lain di bidang perniagaan adalah perkara
Pengadilan Agama, selain berbelit-belit juga karena di bidang Hak Kekayaan Intelektual, yaitu
keharusan hakim untuk mengupayakan mediasi berupa sengketa Hak Desain Industri (UU
sebelum pemeriksaan substansi perkara dilakukan. No. 31 Tahun 2000), sengketa hak Desain
Padahal sesungguhnya para pihak yang bersengketa Tata Letak Sirkuit Terpadu (UU No. 32 Tahun
memang sudah diketahui sebelumnya tidak lagi 2000), sengketa tentang Paten, ( UU No.
memerlukan upaya perdamaian dalam penyelesaian 14 Tahun 2001), sengketa Merek (UU No.
sengketa mereka. Bila dicermati dengan seksama 15 Tahun 2001), sengketa Hak Cipta (UU
asas kecepatan dari sisi waktu ini berbanding lurus No. 28 Tahun 2014).
dengan biaya yang dikeluarkan atau yang harus b. Dibebaskan dari kewajiban mediasi
ditanggung oleh para pihak. Makin lama waktu yang Sengketa bisnis yang diselesaikan
dibutuhkan dalam penyelesaian sengketa, maka tentu melalui Pengadilan Niaga, meniadakan
akan semakin memperbesar pula biaya yang harus beberapa formalitas berdasarkan undang-
ditanggung. undang sehingga asas peradilan
sederhana, cepat dan biaya murah lebih
3. Penyelesaian Sengketa di Pengadilan Niaga dapat terwujud. Penyelesaian sengketa
Keberadaan Pengadilan Niaga merupakan pada Pengadilan Niaga tidaklah
pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan menggunakan formalitas mediasi, hakim
umum. Berdasarkan Pasal 299 Undang-Undang No. hanya berkewajiban menawarkan
37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Permohonan perdamaian dan jika para pihak tidak
Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang sepakat langsung dilanjutkan pada
menyatakan; ³.HFXDOL ditentukan lain dalam Undang- pemeriksaan sengketa. Jangka waktu
Undang ini, maka hukum acara yang berlaku adalah proses beracara di Pengadilan Niaga telah
hukum acara SHUGDWD´. Frasa ³NHFXDOi ditentukan ODLQ´ ditentukan mengikat oleh undang-undang.
mengandung arti bahwa proses penyelesaian Apabila jangka waktu pemeriksaan perkara
sengketa di Pengadilan Niaga, apabila undang- niaga yang ditentukan undang-undang,
undang telah menentukan secara khusus maka akan melampaui jangka waktu yang
ketentuan hukum acara perdata secara umum dapat

573
Sufiarina, Kompetensi Pengadilan Niaga
ditentukan haruslah dengan meminta d. Upaya hukum banding
persetujuan Ketua Mahkamah Agung. Penanganan perkara dan penyelesaian
sengketa menjadi relatif singkat di Pengadilan Niaga
Tabel : 1 karena upaya hukum banding dipangkas dan dapat
Penerapan Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa langsung upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung
Perdata di Pengadilan sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:
No Keharusan Mediasi Mediasi dihapuskan
Tabel: 3
1 Semua sengketa perdata yang
diajukan ke Peng. Tingkat Pertama
Jenjang Upaya Hukum Pada beberapa Pengadilan
wajib lebih dahulu diupayakan
penyelesaian perdamaian dengan Upaya Hukum Pengadilan Negeri Pengadilan Agama Pengadilan Niaga
bantuan mediator Banding Ada Ada Tidak ada
Kasasi Ada Ada Ada
2 Pengadilan Niaga
Peninjauan Ada Ada Ada
Pengadilan Hubungan Industrial Kembali
Keberatan atas Putusan Komisi
Persaingan Usaha

Sumber : Hasil analisis peneliti dari PERMA No.1 Tahun


2008 Sumber: hasil penelitian dokumen

c. Jangka waktu tertentu dalam setiap proses


e. Pengunaan hakim ad-hoc
Di Pengadilan Niaga, proses beracara dengan
Pada Pengadilan Niaga hakim ad hoc adalah
cepat telah dijamin oleh perundang-undangan.
seorang yang bukan berprofesi sebagai hakim, tetapi
Seperti meniadakan kewajiban mediasi, upaya hukum
memiliki keahlian dalam menangani perkara niaga
yang dipangkas dan jangka waktu proses beracara
dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
yang telah dibatasi oleh undang-undang. Jangka
untuk ditugaskan di pengadilan. Seorang hakim ad-
waktu proses beracara di Pengadilan Niaga telah
hoc dapat merupakan pejabat pemerintah,
ditentukan mengikat oleh undang-undang. Apabila
pengacara, akademisi hukum atau pensiunan
jangka waktu pemeriksaan perkara niaga yang
hakim, 13 sehingga dipandang lebih dapat
ditentukan undang-undang, akan melampaui jangka
meningkatkan kualitas putusan. Kualitas putusan juga
waktu yang ditentukan haruslah dengan meminta
didapatkan melalui kemungkinan bagi hakim untuk
persetujuan Ketua Mahkamah Agung.
mengajukan pendapat yang berbeda (dissenting
Penerapan waktu yang relatif cepat di
opinion).
Pengadilan Niaga karena telah dijamin oleh undang-
Meskipun demikian kekurangan yang
undang, sehingga memberikan ketenangan dan
ditemukan pada Pengadilan Niaga adalah
kepastian waktu dalam penyelesaian sengketa, dan
menyangkut kewenangan yang terbatas.
jaminan kepastian waktu ini tidaklah didapat dalam
beracara di Pengadilan Negeri dan Pengadilan
C. Simpulan
Agama.
Berdasarkan hasil penelitian dan
Tabel : 2
pembahasan dapat ditarik kesimpulan, sebagai
Jangka Waktu Putusan Sengketa bisnis pada
berikut:
Pengadilan Niaga
1. Dalam proses beracara di Pengadilan
Jenis Jangka waktu (dihitung
Sengketa dari pendaftaran Landasan Keterangan
Agama maupun Pengadilan Negeri,
perkara)
Kepailitan 60 hari Pasal 8 Ayat (5) UU Hari = hari kalender penerapan asas sederhana, cepat dan
No. 37 Th 2004
Paten 180 hari Pasal 121 ayat (2) UU Hari = hari kerja biaya ringan sulit diwujudkan karena tidak
No. 14 Th 2001
Hak Merek 90 hari Pasal 80 ayat (8) UU Hari = hari kerja ada pembatasan waktu, prosedur yang
No 15 Th 2001
Hak Cipta 90 hari Pasal 61 ayat (2) UU Hari = hari kerja
No.19 Th 2002
Hak Desain 90 hari Pasal 39 ayat (8) UU Hari = hari kerja
Industri No.31 Th 2000
Desain Tata Letak 90 hari Pasal 31 ayat (8) UU Hari = hari kerja
Sirkuit Terpadu No.32 Th 2000

Sumber : Hasil penelitian dokumen oleh peneliti

574
Sufiarina, Kompetensi Pengadilan Niaga
berbelit dan upaya hukum yang Mulyadi, Lilik, 2010, Perkara Kepailitan dan
berjenjang. Penundaan Kewajiban Pembayaran
2. Pengadilan Niaga sebagai penyelesai Utang, Bandung: Alumni.
sengketa bisnis lebih unggul dalam Marzuki, Peter Mahmud, 2007, Penelitian Hukum,
menerapkan asas peradilan sederhana, Cetakan Ketiga, Jakarta: Kencana
cepat dan biaya ringan, dibandingkan Prenada Media Grup.
dengan Pengadilan Negeri dan Mertokusumo, Sudikno, 2002,Hukum Acara Perdata
Pengadilan Agama. Proses peradilan Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Liberty.
dapat lebih cepat karena jangka waktu Peorwadarminta, W.J.S, 1982, Kamus Umum Bahasa
penyelesaian sengketa telah dibatasi, Indonesia, Jakarta: PN. Balai Pustaka.
dibebaskan dari kewajiban mediasi serta Sutantio, Retnowulan, dan Iskandar Oeripkartawinata,
dipangkasnya upaya hukum banding. 2002, Hukum Acara Perdata dalam Teori
dan Praktek, Bandung: CV. Mandar
DAFTAR PUSTAKA
Maju.
Buku
Soemitro, Ronnyi Hanitijo, 1990, Metode Penelitian
Harahap, M. Yahya, 2008, Hukum Acara Perdata,
Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia
Jakarta: Sinar Grafika, Cetakan ke
Indonesia.
delapan.
Soekanto, Soerjono, 1979, Mengenal Antropologi
+DVDQ 'MXKDHQGDK ³Pembangunan Hukum Bisnis
Hukum, Bandung: Penerbit Alumni.
dalam Pembangunan Hukum
,QGRQHVLD´, Dalam Pembangunan Peraturan Perundang-Undangan
Hukum Bisnis Dalam Kerangka Sistem Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang
Hukum Nasional, 70 Tahun Prof.Dr. Kekuasaan Kehakiman
Djuhaendah Hasan, SH., Bandung: t.p. Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang
Iriawan, Asep Iwan, 2010, Kajian Atas Kewenangan Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pengadilan Niaga Dalam Penyelesaian Pembayaran Utang
Sengketa Bisnis Dihubungkan dengan Undang-Undang No.2 Tahun 1986 Tentang Peradilan
Asas Kepastian Hukum sebagai Upaya Umum Jo. Undang-Undang No. 49
Pengembangan Sistem Peradilan Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU
Indonesia, Bandung: Disertasi, Program No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan
Studi Doktor Ilmu Hukum Program Umum.
Pascasarjana Universitas Padjajaran. Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah
Mujahidin, Ahmad, 2008, Pembaharuan Hukum Acara dengan Undang-Undang No. 3 Tahun
Perdata Peradilan Agama dan 2006 dan Perubahan Kedua Dengan
Mahkamah Syariyah, (lengkap dengan Undang-Undang No. 50 Tahun 2009
blanko-blanko), Jakarta: Penerbit IKAHI- tentang Peradilan Agama.
MA-RI. PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang Kewajiban Mediasi
Muljadi, Kartini, 2001, ³3HQJHUWLDn dan Prinsip-prinsip PERMA No. 2 Tahun 2008 tentang Kompilasi Hukum
Umum Hukum .HSDLOLWDQ´, dalam Rudhy Ekonomi Syariah
A. Lontoh, dkk, Penyelesaian Utang-
Piutang Melalui Pailit atau Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang ,
Bandung: Alumni.

575
Sufiarina, Kompetensi Pengadilan Niaga

576

You might also like