Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
CIP lounge (Commercial Important Person) have evolved since the frequency of the passenger’s number using airlines
at airports that will depart or transit. To be able to attract visitors to the public waiting room, CIP lounge not only offers
food menus and service quality but also supported by room facilities according to the demands of the user’s lifestyle
and supported by the atmosphere of the room that can provide user satisfaction. The atmosphere of the space can
be formed visually through its interior design elements that meet the design principles. The subjects in this study are
CIP Mandiri Priority Kualanamu and CIP Bluesky Lounge Sepinggan Airport as a comparative case study to find out
whether it meets the design principles. Where the atmosphere of the resulting space can provide user comfort to find
out the characteristics of the CIP lounge waiting room that is presented. The interior atmosphere can be formed through
the aesthetic aspects that are applied to the layout arrangement, the elements forming the space, the elements of the
space fillers, the decorative elements of the room and the lighting system. The research method used a qualitative
description approach by examining elements of the interior design of existing space facilities with the approach of
Interior design theory from Francis D.K. Ching as a theory of function, form, technique and space in accordance with
the principle of unity in design by outlining in detail the interior design arrangement system of the second waiting
room of CIP Lounge. This research concludes that the application of interior design is following by design principles
that produce different interior compositions according to the characteristics of the atmosphere of the image from two
lounges while still providing a comfortable, clean, and pleasant atmosphere for users.
Keywords : Airport CIP Lounge, Atmosphere, Comfort, Interior Design Theory, Qualitative Description Method
ABSTRAK
Ruang Tunggu CIP (Commercial Important Person) lounge berkembang sejak meningkatnya frekwensi jumlah
penumpang yang menggunakan maskapai penerbangan di bandara yang akan berangkat atau transit . Untuk dapat
menarik minat pengunjung datang ke ruang tunggu publik CIP lounge tidak hanya menawarkan menu makanan
dan kualitas pelayanan, tetapi juga dildukung fasilitas ruang sesuai tuntutan gaya hidup pengguna serta didukung
suasana ruang yang dapat memberikan kenyamanan kepuasan pengguna. Suasana ruang dapat dibentuk secara
visual melalui elemen desain interiornya yang memenuhi prinsip prinsip desain.Objek pada penelitian ini adalah CIP
Mandiri Prioritas Kualanamu dan CIP Bluesky Lounge Bandara Sepinggan sebagai studi kasus pembanding untuk
mengetahui apakah memenuhi kaedah prinsip-prinsip desain. Dimana suasana ruang yang dihasilkan dapat memberi
kenyamanan pengguna dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik suasana ruang tunggu CIP lounge yang
dihadirkan. Atmosphere suasana interior dapat terbentuk melalui aspek estetikanya yang diterapkan pada penataan
layout, elemen pembentuk ruang, elemen pengisi ruang, elemen dekoratif ruang dan sistem pencahayaan. Metode
penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan deskripsi kualitatif dengan mengkaji elemen desain interior
fasilitas ruang yang ada dengan pendekatan teori desain Interior dari Francis D.K. Ching yaitu teori fungsi, bentuk,
teknik dan ruang sesuai dengan prinsip kesatuan dalam desain dengan menguraikan gambaran secara mendetail
sistem penataan desain interior ruang tunggu kedua CIP lounge berada. Hasil kesimpulan dari dari penelitian ini
adalah penerapan pada desain interior sesuai dengan kaedah prinsip desain yang menghasilkan komposisi tatanan
interior yang berbeda sesuai karakteristik terhadap suasana citra ruang kedua lounge, namun tetap memberikan
suasana yang nyaman, bersih, dan welcome bagi pengguna.
Kata Kunci : Ruang Tunggu CIP Lounge Bandara, Atmosphere, Kenyamanan, Teori Desain Interior, Metode Deskripsi
Kualitatif .
https://doi.org/10.37715/aksen.v4i1.1032
18
Permatasari, Nugroho
Kajian Desain Interior Ruang Tunggu Cip Lounge Bandara Di Indonesia
19
aksen Volume 4 Nomor 1 Oktober 2019
ruang, elemen dekoratif penunjang dan yang berbeda sesuai karakteristik terhadap
pencahayaan ruang yang disusun berdasarkan suasana citra ruang kedua lounge, namun
konsep yang sesuai dengan kaedah prinsip tetap memberikan suasana yang nyaman,
prinsip desain. bersih yang dapat memberi kepuasaan bagi
Kenyamanan suasana ruang, keindahan pelanggan sebagai pengguna.
karakteristik estetika ruang dapat dirasakan
pengguna sebagai visual experience pengguna. LITERATUR
Dapat dikatakan bahwa penataan estetika saling Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
berkorelasi erat dengan fungsi dalam ruang desain berarti kerangka bentuk atau rancangan.
terhadap aktivitas pengguna baik bagi karyawan Mendesain berarti membuat desain atau
CIP lounge dan pengunjung secara maksimal. membuat suatu rancangan pola. Oleh karena itu,
Batasan masalah yang akan diteliti adalah kata desain dapat diartikan juga sebagai kegiatan
menganalisis peran elemen desain interior dalam merancang atau perancangan. Menurut Francis
membentuk atmosphere pada ruang tunggu D.K. Ching (Chng & Binggeli,2012) desain interior
publik CIP lounge bandara terhadap kenyamanan adalah sebuah perencanaan tata letak dan
pengguna melalui teori desain interior melalui perancangan ruang dalam di dalam bangunan.
aspek estetika melalui implementasi konsep Keadaan fisiknya memenuhi kebutuhan
desain sesuai dengan kaedah prinsip prinsip dasar kita akan naungan dan perlindungan,
desain . mempengaruhi bentuk aktivitas dan memenuhi
Objek lingkup penelitian ini dibatasi hanya aspirasi kita dan mengekspresikan gagasan yang
pada kajian desain interior pada CIP lounge menyertai tindakan kita, di samping itu sebuah
bandara di Indonesia pada dua wilayah desain interior juga mempengaruhi pandangan,
kajian CIP lounge dengan menggunakan suasana hati dan kepribadian kita. Oleh karena
metode penelitian deskripsi kualitatif dengan itu tujuan dari perancangan interior adalah
pendekatan teori desain Interior dari Francis pengembangan fungsi, pengayaan estetis dan
D.K. Ching yaitu teori fungsi, bentuk, teknik peningkatan psikologi ruang interior. Dalam ilmu
dan ruang sesuai dengan prinsip kesatuan desain interior, terdapat prinsip-prinsip yang perlu
dalam desain dengan menguraikan gambaran diperhatikan untuk menghasilkan produk desain
secara mendetail sistem penataan desain interior yang baik, yaitu :
interior ruang tunggu kedua CIP lounge 1. Unity (kesatuan) & harmony merupakan
berada. Hasil kesimpulan dari penelitian ini prinsip desain dimana elemen-elemen
adalah penerapan pada desain interior sudah yang terpisah dan berbeda disatukan untuk
sesuai dengan kaedah prinsip-prinsip desain mengkreasikan keseluruhan komposisi dari
yang menghasilkan komposisi tatanan interior desain. Unity adalah kualitas dari kesatuan
20
Permatasari, Nugroho
Kajian Desain Interior Ruang Tunggu Cip Lounge Bandara Di Indonesia
dan keselarasan yang tercapai melalui namun dengan penggunaan material yang
penataan berbagai macam elemen-elemen berbeda atau terjadi ketika berat visual
dasar penunjang desain interior di dalam dari elemen desain tidak merata di poros
tema keseluruhan. Unity dapat dicapai tengah halaman. Gaya ini mengandalkan
melalui pengulangan garis, bentuk, tektur, permainan visual seperti skala, kontras,
material maupun warna. Harmony adalah warna untuk mencapai keseimbangan
suatu keadaan dimana kesesuaian tercapai dengan tidak beraturan. Seringkali kita
antara elemen-elemen dengan keadaan di melihat sebuah desain dengan gambar
sekelilingnya. Elemen yang dapat berbaur, yang begitu besar diimbangi dengan
menyatu, dan sesuai satu dan lainnya teks yang kecil namun terlihat seimbang
merupakan rancangan yang telah mencapai karena permainan kontras, warna, dsb.
prinsip keharmonisan. Keseimbangan asimetris lebih mungkin
2. Balance atau keseimbangan terbagi untuk menggugah emosi pembaca visual
menjadi tiga, yaitu keseimbangan karena ketegangan visual dan yang
simetrik, asimetrik, dan proksimal. dihasilkannya. Ketegangan asimetris
Simetris: Keseimbangan simetris yang juga biasa disebut dengan keseimbangan
ada apabila berat visual dari elemen- informal. Keseimbangan proksimal sama
elemen desain terbagi secara merata seperti keseimbangan asimetrik tetapi
baik dari segi horizontal maupun vertikal. pendistribusiannya lebih jauh dan dalam.
Gaya ini mengandalkan keseimbangan 3. Focal Point (Interest) adalah aksen yang
berupa dua elemen yang mirip dari dua menjadi daya tarik ruangan. Prinsip ini
sisi yang berbeda (cerminan dari sisi merupakan aspek penting dari kepuasan
yang lain). Kondisi pada keseimbangan estetik dan keberhasilan suatu rancangan.
simetris adalah gaya umum yang sering Interest tercapai dengan memanfaatkan
digunakan untuk mencapai suatu variasi bentuk, ukuran, tektur, warna,
keseimbangan dalam desain. Meskipun perbedaan arah, gerakan, suara, atau
mudah untuk diterapkan, keseimbangan pencahayaan. Penggunaan elemen yang
simetris sulit untuk membangkitkan emosi unik dan mengejutkan dapat menekankan
dari pembaca visual karena terkesan interest pada ruang. Focal point bisa satu
“terlalu direncanakan”. Keseimbangan atau lebih, misalnya focal point pada
simetris juga biasa disebut dengan ruangan adalah jendela besar yang ada
keseimbangan formal. Keseimbangan di ruangan, sofa dan meja besar, ataupun
asimetris adalah keseimbangan informal aksesoris-aksesoris ruangan seperti partisi
dimana dengan komposisi antar sisi sama dan lukisan.
21
aksen Volume 4 Nomor 1 Oktober 2019
4. Ritme dalam desain interior, ritme adalah lantai, dinding, plafon serta bukaan pintu dan
semua pola pengulangan tentang visual. jendela. Menurut Wicaksono dan Tisnawati
Ritme didefinisikan sebagai kontinuitas atau (2014), apabila salah satu diantaranya ti-
pergerakan yang terorganisir. dak ada maka tidak dapat disebut sebagai
5. Details adalah hal hal yang terperinci yang interior karena ruangan tersebut tidak dapat
akan diterapkan pada suatu desain interior berfungsi dan dipergunakan dengan baik.
misalnya pemilihan sakelar, tata cahaya ruang, Secara tiga dimensional, terdapat empat
letak pot bunga��������������������������
dan lainnya
���������������������
yang akan me- elemen dasar pembentuk interior yang terdiri
nambah nilai suatu ruang. dari tiga bidang dimensional (3D) yang akan
6. Skala dan proporsi merupakan perbandi membentuk volume (panjang x lebar x tinggi)
ngan tinggi, lebar, luas, massa, volume. sebuah ruangan :
Skala dapat membandingkan antara satu • Lantai sebagai bidang bawah
elemen dengan elemen lainnya dengan • Dinding sebagai bidang tengah/
sistem pengukuran (alat pengukur), dapat penyekat
dalam satuan cm, inchi atau apa saja dari • Plafon sebagai bidang atas
unit-unit yang akan diukur. Dalam���������
��������
arsitek- • Berbagai bukaan yang dapat diaplika
tur dan interior yang dimaksud dengan sikan ke dalam tiga bidang dimensional
skala adalah hubungan harmonis antara diatas
bangunan beserta komponen-komponen- • Elemen pengisi ruang yang disebut juga
nya dengan manusia. Skala-skala itu ada perabot/furniture, biasanya berwujud
beberapa jenis yaitu: skala intim, skala kursi, meja, ranjang, lemari, lukisan,
manusiawi, skala monumental/megah, vegetasi, lampu dll
skala kejutan. Menurut Vitruvius proporsi
berkaitan dengan keberadaan hubungan Ruang dalam kaidah arsitektur selalu melingkupi
tertentu antara ukuran bagian terkecil den- keberadaan kita, melalui volume ruang kita
gan ukuran keselurahan. Proporsi meru- bergerak, melihat bentuk bentuk dan benda-
pakan hasil perhitungan bersifat rasional benda. Pada ruang, bentuk visual, kualitas
dan terjadi bila dua buah perbandingan cahaya, dimensi dan skala, bergantung seluruhnya
adalah sama. pada batas-batas yang telah ditentukan oleh
7. Warna merupakan prinsip yang harus di unsur-unsur bentuk (A. Paulus Hanoto, 1996).
pegang kuat karena dengan warna kita dapat Ruang adalah sebuah bentuk tiga dimensi tanpa
mengatur mood atau suasana suatu ruang. batas karena objek dan peristiwa memiliki posisi
Elemen – elemen ruangan interior dibentuk dan arah relatif. Ruang juga dapat berdampak
oleh beberapa bidang dua dimensi, yaitu pada perilaku manusia dan budaya, menjadi
22
Permatasari, Nugroho
Kajian Desain Interior Ruang Tunggu Cip Lounge Bandara Di Indonesia
faktor penting dalam arsitektur dan berdampak bagian dari zona pada fasilitas komersial bandara
pada desain bangunan dan struktur. (Wicaksono selain zona food & beverage, zona retail, zona
dan Tisnawati, 2014), Sementara pengertian duty free, zona services, dan zona entertainment
tunggu, atau menunggu adalah tinggal beberapa (Mercu & Jakarta, n.d.).Jadi CIP lounge bandara
saat disuatu tempat sambil mengharapkan adalah fasilitas layanan penumpang di zona
sesuatu yang terjadi, atau datang mengharap. fasilitas komersial bandara diperuntukan bagi
(Pembinaan, 1989) Ruang tunggu pada terminal penumpang pesawat bandara atau transit baik
bandara ada yang diperuntukan bagi pengantar penumpang kelas bisnis atau executive class di
dan penjemput penumpang dan ada ruang tunggu layanan area fasilitas VIP (Very Important Person)
yang diperuntukan untuk penumpang pesawat. saat menunggu pesawat di bandara dengan
Namun bagi penumpang VIP & VVIP disediakan menggunakan kartu kredit yang keberadaannya
ruang tunggu VIP Lounge dan VVIP Lounge yang hanya ada di bandara-bandara besar baik
sering disebut CIP lounge berdasarkan program domestik atau internasional.
aktivitas penumpang yang dilengkapi berbagai
fasilitas selama menunggu keberangkatan pesawat Konsep dalam desain adalah tahap awal dalam
seperti wifi,bussines corner,meeting area, premium semua kegiatan-kegiatan yang melibatkan
coffe bar, snack corner, relaxing lounge & chair, kemampuan kreatifitas. Menurut filsuf Susanne
mushola, flight information display system (FIDS) & Langer menyatakan bahwa perumusan konsep
charger terminal. merupakan syarat utama bagi berlakunya se-
buah gagasan, selanjutnya konsep memberikan
CIP singkatan dari Commercial Important Person, bentuk, keterkaitan, kejelasan dan pembobotan
lounge bandara berdasarkan wikipedia adalah suatu masalah serta pertimbangan-pertimbangan
ruangan yang biasa digunakan oleh penumpang yang merupakan ciri berpikir rasional.Salah satu
maskapai penerbangan. Lounge biasanya dapat bagian dari konsep perancangan yang cukup
digunakan oleh penumpang kelas bisnis dan penting adalah tema. Tema dapat dilihat sebagai
eksekutif saat menunggu pesawat di bandar cara imajinatif membuat demarkasi permasalahan
udara. Selain itu, penumpang dengan tingkatan dan intensitas hubungan yang ingin diselesaikan
tertentu pada program frequent flyer-nya dapat sebagai karya (Wiryomartono, 2001). Tema
menggunakan lounge ini. Biasanya penumpang dalam konteks tersebut adalah suatu pola yang
biasa pun dapat menggunakan lounge-lounge merupakan batasan suatu masalah desain yang
tertentu menggunakan kartu kredit. Lounge dapat dipecahkan dengan beberapa pendekatan
biasanya hanya ada di bandara internasional. konsep desain. Tema merupakan gagasan spe-
sifik yang berulang diseluruh desain rancangan
Menurut C. Permatasari, CIP lounge merupakan proyek. Tema dapat merepresentasikan satu atau
23
aksen Volume 4 Nomor 1 Oktober 2019
beberapa karakteristik yang menonjol dari ruang a. Bagaimana karakteristik keberadaan suasana
yang dirancang. Dalam konteks konsep desain desain ruang dan fasilitas ruang tunggu privat
selain pendekatan tema, pendekatan gaya juga di masing-masing CIP lounge Bandara apakah
sangat mendukung citra ruang yang diinginkan. sudah sesuai dengan prinsip-prinsip desain
Gaya adalah sebuah sistem mengenai bentuk interior yang dinamis yang menerapkan ciri
yang terdiri dari tiga aspek dalam seni rupa yaitu kearifan lokal sebagai identitas setempat?
elemen dasar bentuk dan tujuan, kaitan hubungan- b. Bagaimana sistem penataan desain
hubungan bentuk, kualitas. (John A. Walker, interiornya sehingga dapat memberikan
n.d.). Gaya desain dalam interior adalah ragam kenyamanan bagi pengguna lounge dengan
atau corak yang digunakan sebagai ekspresi membandingkan dua lounge sebagai
kepribadian untuk memecahkan permasalahan wilayah kajian penelitian?
desain interior, mencakup unsur- unsur bentuk,
kontruksi, bahan, warna dan karakter daerah. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan
Berdasarkan DK Ching, dalam mendefinisikan deskriptif kualitatif dengan metode deskripsi
dan menganalisis suatu permasalahan desain dokumentatif komparatif yang dilakukan dengan
seseorang juga mengembangkan tujuan-tujuan pengumpulan data yaitu :
akhir dan kriteria-kriteria dimana efektivitas suatu 1. Wawancara
solusi dapat diukur. Beberapa pokok yang harus Wawancara dengan EGM Airport Development
diperhatikan : Angkasa Pura II , (Agus Wialdi), tentang
• Berdasarkan fungsi dan tujuan , pertama konsep pengembangan bandara di Angkasa
fungsi yang diharapkan pada desain harus Pura II.
terpenuhi dan tujuan akhirnya tercapai. Wawancara dengan founder Lenggoa Wood,
• Faedah dan pertimbangan ekonomis perencana desain interior CIP Bluesky
• Bentuk dan gaya Lounge Sepinggan dan Mandiri Prioritas
• Citra dan pesan.(Ching, Francis DK and Lounge Kualanamu ( Irna Fitri ).
Adjie, 1996). 2. Studi banding
Perbandingan karakteristik sistem penataan
Maka dalam penelitan ini tentang keberadaan desain ruang pada ruang tunggu CIP lounge
CIP lounge bandara di Indonesia tentang Bandara dengan wilayah kajian, subjek per-
wilayah kajian standarisasi ruang tunggu CIP tama CIP lounge Mandiri Prioritas Bandara
lounge bandara yang berkaitan erat dengan Kualanamu di Medan, subjek kedua CIP
permasalahan pada desain interior yang akan lounge Blue Sky di Bandara Sepinggan.
diteliti sebagai berikut: Dengan membahas salah satu subjek pene
24
Permatasari, Nugroho
Kajian Desain Interior Ruang Tunggu Cip Lounge Bandara Di Indonesia
25
aksen Volume 4 Nomor 1 Oktober 2019
26
Permatasari, Nugroho
Kajian Desain Interior Ruang Tunggu Cip Lounge Bandara Di Indonesia
HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN sistem berbayar secara sosial ekonomi rata-
Pada penelitian ini mengkaji desain interior ruang rata pengguna berasal dari kalangan menengah
tunggu CIP lounge yanga ada di bandara-bandara ke atas baik penumpang yang bertujuan untuk
5 terbesar di Indonesia baik di bawah opersional urusan pekerjaan maupun untuk liburan
Bandara oleh BUMN Angkasa Pura I dan Angkasa
Pura II. Keduanya masing masing adalah CIP A. Analisis Non Fisik
Lounge Blue Sky di Bandara Sepinggan, Berdasarkan aspek manusia, pengguna sangat
Balikpapan di bawah naungan Angkasa Pura berpengaruh terhadap kebutuhan fasilitas ruang
I, dan CIP Mandiri Prioritas Lounge di Bandara tunggu yang sesuai dengan kebutuhan penggunanya.
Kualanamu , Medan di bawah Naungan Angkasa Perlunya dibuatkan pemetaan pengguna baik dari segi
Pura II. Seiring dengan meningkatnya jumlah usia (bayi, balita, anak, remaja, dewasa, manula), fisik
penumpang, keberadaan CIP lounge merupakan (disabiltas), status sosial (dari pekerjaan), tujuan calon
sarana yang menunjang kenyamanan dalam penumpang (wisatawan atau bisnis).
bandara yang bisa memberikan pencitraan
kepada pemerintah dan daerah lounge bandara Menurut Wicaksono dan Tisnawati (2014)
berada melalui standar fasilitas pelayanan yang mengenai prinsip fungsi ruangan, masing masing
baik dan bisa memberikan nilai komersial kepada aktivitas membutuhkan elemen pengisi tersendiri.
perusahaan pengelolanya, baik dari pihak
korporasi bank atau dari maskapai penerbangan
disaat para calon penumpang menunggu
boarding pesawat di area keberangkatan.
27
aksen Volume 4 Nomor 1 Oktober 2019
28
Permatasari, Nugroho
Kajian Desain Interior Ruang Tunggu Cip Lounge Bandara Di Indonesia
B. Analisis Fisik
Bandara Kualanamu adalah bandar udara
internasional yang berada di Kualanamu, Med-
an merupakan pintu utama bagi pendatang
berkunjung ke Medan melalui perjalanan uda-
ra. Bandara Kualanamu dalam pengemban-
gannya menerapkan konsep aerotropolis yaitu
menggabungkan kawasan bandara, kawasan
bisnis, indus tri, permu
kiman warga didalam
satu area. Di Bandara Kualanamu ini ada 5 CIP
lounge selain Mandiri Prioritas Lounge dianta-
ranya BRI Prioritas Lounge, Blue Sky Lounge,
Garuda Lounge, Mandai Lounge yang berada
di dekat area boarding lounge. CIP Mandiri Pri-
Sumber : Dokumentasi Pribadi,2019 oritas Lounge berada di tengah mezanine pier
29
aksen Volume 4 Nomor 1 Oktober 2019
lounge area di bandara Kualanamu. Dengan pada area zoning, grouping pola pergerakan
luas 550 m2 dengan daya tampung 100 seat. aktifitas pengguna menganut pola horizontal.
Analisa lokasi lounge tersebut berada di area Dengan menganut konsep ruang terbuka dan
pier lounge mezanin dekat area boarding lounge. sebagian tertutup bagi ruang private . Semen-
Fasilitas penunjang lounge disesuaikan den- tara CIP Blue Sky berada di Bandara Seping-
gan tingkat kebutuhan gaya hidup pengguna gan di Balikpapan dengan luas 585 m2 dengan
lounge di area tunggu boarding area.Sehingga daya tampung 120 seat .
خ
Gambar 4. Layout Furniture dan Aksonometri CIP Mandiri Prioritas Lounge Bandara Kualanamu
Sumber : PT. Lenggoa Wood, 2014
30
Permatasari, Nugroho
Kajian Desain Interior Ruang Tunggu Cip Lounge Bandara Di Indonesia
Gambar 5. Layout Furniture dan Aksonometri CIP Bluesky Lounge Bandara Sepinggan
Sumber : PT. Lenggoa Wood, 2013
31
aksen Volume 4 Nomor 1 Oktober 2019
corporate, mengusung tema luxury of borneo. corporate lebih natural kayu lebih muda namun
Sementara pada CIP Mandiri Prioritas Lounge tetap elegan, nyaman dan mengusung dekoratif
denga gaya modern kontemporer warna identitas simbol motif nuansa lokal setempat.
FAÇADE
RECEPTION
Gambar 7. Bagan Gambar Zona Semi Publik Area Desain Interior Lounge
Sumber : Dokumentasi PT. Lenggoa Wood , 2014
32
Permatasari, Nugroho
Kajian Desain Interior Ruang Tunggu Cip Lounge Bandara Di Indonesia
Lounge
Gambar 7. Bagan Gambar Zona Semi Publik Area Desain Interior Lounge (lanjutan)
Sumber : Dokumentasi PT. Lenggoa Wood , 2014
33
aksen Volume 4 Nomor 1 Oktober 2019
Nursery Room
Tidak ada
Kids Room
Tidak ada
Gambar 8. Bagan Gambar Zona Private Area Desain Interior Lounge (lanjutan)
Sumber : Dokumentasi PT. Lenggoa Wood , 2014
Dari bagan flip chart kedua lounge diatas secara l Detail pemilihan warna dan material
visual penerapan konsep desain memenuhi l Proporsi Skala perbandingan tinggi, lebar,
aspek estetika berdasarkan penerapan elemen luas, massa, volume sudah proporsional.
desain dan kaedah prinsip desain l Warna memberi kesan elegan menunjukkan
34
Permatasari, Nugroho
Kajian Desain Interior Ruang Tunggu Cip Lounge Bandara Di Indonesia
pengayakan desain sehingga memberi kesan yang ruang yang disediakan dan pelayanan
tidak monoton pada ruang selain juga untuk mem- makanan dan minuman yang ditawarkan
bedakan antara area sirkulasi dan lounge. sesuai dengan harga yang dikeluarkan
oleh pengguna.
Pada analisa desain interior ruang tunggu CIP 2. Prinsip-prinsip desain yang sudah diterapkan
Mandiri Prioritas Lounge di Bandara Kualanamu dari kedua CIP lounge wilayah kajian sudah
berdasarkan teori desain, implementasi konsep memenuhi kriteria sbb :
desain sesuai dengan kaedah elemen unsur a. Dari kedua CIP lounge wilayah kajian secara
dan prinsip desain unity, harmoni, balance sime- konsep implementasi sudah memiliki
tris, focal point, ritme, detail, proporsi, warna su- keselarasan unity dan harmony yang dicapai
dah memenuhi persyaratan prinsip desainnya. melalui pengulangan garis, bentuk, tekstur,
Secara layout keduanya menganut bentukan material maupun warna yang digunakan dan
dasar rupa bentuk geometris memanjang yang kesesuaian antara elemen elemen material
tersusun secara asimetris dengan tatanan yang lantai, dinding, plafon dengan keadaan di
tersusun secara berulang dengan main entrance sekelilingnya. Ditambah elemen dekoratif
di tengah bidang ruang. Organisasi ruang dan yang memiliki ciri khas nuansa lokal yang
sirkulasi menjelaskan adanya hubungan antara dapat berbaur, menyatu, dan sesuai satu
aktivitas pengguna dengan kebutuhan fasilitas dan lainnya sehingga rancangannya telah
dan fungsi ruang, mendukung kesan pergerakan mencapai prinsip keharmonisan.
yang ditata rapi dalam ruang. Selain itu sirku- b. Dari kedua CIP lounge wilayah kajian
lasinya berbentuk linier membuat pengguna ru- tersebut dapat disimpulkan menerapkan pola
ang bergerak lurus dari main entrance diarahkan keseimbangan asimetris (keseimbangan
ke sisi area ke arah dalam diarahkan ke area kiri informal) dimana dengan komposisi antar sisi
atau kanan ruang. sama namun dengan penggunaan material
dan pola layout yang berbeda secara visual
KESIMPULAN seperti skala, kontras warna secara tidak
Keberadaan suasana desain ruang dan fasilitas beraturan untuk mencapai keseimbangan
ruang tunggu private di CIP lounge dari ke dua yang lebih mungkin untuk menggugah emosi
bandara sudah mengacu sesuai kriteria sebagai secara visual.
berikut : c. Dari kedua CIP lounge memiliki focal point
1. Dilihat dari fungsi keberadaan lounge (interest) sebagai aksen yang menjadi
sebagai ruang tunggu private calon daya tarik ruangan pada main entrance
penumpang pesawat telah mengakomodir yang rata2 berada ditengah area ruang.
kebutuhan pengguna baik dari fasilitas Secara facade tampak entrance dan area
35
aksen Volume 4 Nomor 1 Oktober 2019
lobby CIP lounge telah menerapkan konsep brand image kepemilikan yang merupakan
desain yang menarik pengunjung dengan prinsip yang harus di pegang kuat karena
mengimplementasikan elemen estetis dengan komposisi penerapan warna pada
bernuansa lokal sebagai daya tarik . Prinsip elemen interiornya dapat mengatur mood
ini merupakan aspek penting dari kepuasan atau suasana suatu ruang.
estetik dan keberhasilan suatu rancangan.
Interest tercapai dengan memanfaatkan Secara keseluruhan kedua CIP lounge wilayah
variasi bentuk, ukuran, tektur, warna, kajian sudah memenuhi kriteria prinsip-prinsip
perbedaan arah, gerakan, suara, atau desainnya, yaitu :
pencahayaan. 1. Penerapan gaya dan citra dari kedua CIP
d. Dari kedua CIP lounge wilayah kajian secara lounge wilayah kajian memiliki pesan estetis
konsep desain sama sama memiliki pola yang berkaitan dengan kearifan lokal budaya
ritme dalam desain interior yang diterapkan setempat sesuai lokasi bandara tersebut
pada pola layout furniture-nya memiliki pola berada dan ini menjadikan ciri karakter dari
pengulangan secara visual. masing2 desain CIP Lounge.
e. Dari kedua CIP lounge secara detail 2. Dari hasil kajian desain interior penelitian
telah mengimplementasikan pada desain ini keberadaan fasilitas ruang CIP lounge
interiornya dengan pemilihan dan peletakan bandara di Indonesia dari kedua wilayah
titik outlet stop kontak, saklar, pemilihan kajian sudah tercapai baik dilihat berdasarkan
daya, warna jenis lampu dan peletakan titik fungsi keberadaan lounge, konsep desain
lampu sehingga menghasilkan ambience CIP lounge sudah memenuhi kriteria
karakter ruang yang memberi kenyamanan prinsip- prinsip desain sehingga tujuan
bagi pengguna ruang. Serta peletakan akhirnya tercapai terciptanya keamanan,
elemen aksesoris dekoratif interior secara kenyamanan dan keserasian dalam
detail juga menambah nilai estetis suatu perancangan CIP lounge yang merupakan
ruang. tempat berlangsungnya kegiatan sehari-hari
f. Dari kedua CIP lounge penerapan desainnya berkaitan dengan pelayanan ruang tunggu
memiliki skala dan proporsi yang sesuai private commercial lounge sebagai bentuk
dengan kaidah desain baik perbandingan pelayanan satisfaction untuk para penumpang
tinggi, lebar, luas, massa, volume antara yang menunggu keberangkatan pesawat,
satu elemen dengan elemen lainnya yang transit ataupun kedatangan di bandara.
memiliki keselarasan dan harmoni. 3. Manfaat dan tujuan dari penelitian ini
g. Dari Kedua CIP lounge memiliki karakter diharapkan hasil dari penelitian dapat dijadikan
dan warna berbeda sesuai dengan corporate guidance standarisasi persyaratan fasilitas
36
Permatasari, Nugroho
Kajian Desain Interior Ruang Tunggu Cip Lounge Bandara Di Indonesia
perencanaan desain interior CIP lounge pada Wiryomartono, B. P. (2001). Pijar-pijar penyingkap
bandara di Indonesia sehingga kontribusi rasa: sebuah wacana seni dan keindahan
penelitian terhadap ilmu pengetahuan bisa dari plato. Jakarta: PT Gramedia Utama.
dijadikan acuan tidak hanya sebagai bahan
pengajaran bagi mahasiswa desain interior
untuk merancang desain interior suatu CIP
lounge bandara, tetapi juga bisa digunakan
oleh para praktisi dalam merancang sebuah
CIP Lounge.
DAFTAR RUJUKAN
A. Paulus Hanoto. (1996). Arsitektur Bentuk
Ruang dan Susunannya. Erlangga.
Ching, Francis DK and Adjie, P. H. (1996).
Ilustrasi Desain Interior. (F. D. . Ching,
Ed.). Jakarta: Erlangga.
John A. Walker. (n.d.). Design History and
the History of Design. London, United
Kingdom: PLUTO PRESS.
Mercu, U., & Jakarta, B. (n.d.). PENERAPAN
KONSEP AIRPORT MALL PADA
BANDARA : STUDI KASUS BANDARA
KUALA NAMU MEDAN SUMATERA
UTARA, 345–359.
Pembinaan, T. P. K. P. (1989). Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Vol. 2). Retrieved from https://
scholar.googleusercontent.com/scholar.
bib?q=info:hv-62h6GgRUJ:scholar.google.
com/&output=citation&scisig=AAGBfm0A
AAAAXA3qS
Wicaksono dan Tisnawati. (2014). Teori Interior.
jakarta: Griya Kreasi (Penebar Swadaya
Group).
37