You are on page 1of 16

54 Buletin Studi Ekonomi. Vol. 24 No.

1, Februari 2019

PENGARUH KEPEMILIKAN ASET, KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR, DAN


PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN RUMAH
TANGGA MISKIN

Ni Putu Cahya Agung Tika Meidiana1


A.A.I.N. Marhaeni2

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia


1,2

E-mail: tikameidiana52@gmail.com

Abstract: Effect of Asset Ownership, Availability of Infrastructure, and Education on Income


and Well-being of Poor Households. The purpose of this research is to know 1) the influence
of asset ownership, infrastructure availability, and education on poor household income;
2) Influence of asset ownership, infrastructure availability, education, and income to poor
households ' welfare; 3) indirect influence of asset ownership, availability of infrastructure, and
education to prosperity through poor household income. The study uses primary and secondary
data with Path analysis methods. The study took 81 samples in the East Bali development area,
a sample withdrawal per district in the East Bali development area is each of 27 samples. The
results concluded that asset ownership was positively influential but insignificant to revenues.
The availability of infrastructure has no effect on revenue, while education is positive and
significant towards revenue. This reflects that the development of human capital through
education is a crucial determinant to lower the number of poor households. Variable asset
ownership does not affect welfare, the availability of infrastructure positively affects the welfare,
education and income positively and significantly to the welfare.

Keywords: asset ownership, infrastructure availability, education, income, welfare

Abstrak: Pengaruh Kepemilikan Aset, Ketersediaan Infrastruktur, dan Pendidikan


Terhadap Pendapatan dan Kesejahteraan Rumah Tangga Miskin. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui 1) pengaruh kepemilikan aset, ketersediaan infrastruktur, dan pendidikan
terhadap pendapatan rumah tangga miskin; 2) pengaruh kepemilikan aset, ketersediaan
infrastruktur, pendidikan, dan pendapatan terhadap kesejahteraan rumah tangga miskin; 3)
pengaruh tidak langsung kepemilikan aset, ketersediaan infrastruktur, dan pendidikan terhadap
kesejahteraan melalui pendapatan rumah tangga miskin. Penelitian ini menggunakan data
primer dan sekunder dengan metode analisis jalur (Path Analysis). Penelitian ini mengambil
81 sampel di Wilayah Pembangunan Bali Timur, penarikan sampel per Kabupaten di Wilayah
Pembangunan Bali Timur adalah masing-masing 27 sampel. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa kepemilikan aset berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan.
Ketersediaan infrastruktur tidak berpengaruh terhadap pendapatan, sedangkan pendidikan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan. Ini mencerminkan bahwa pembangunan
modal manusia (human capital) melalui pendidikan merupakan determinan penting untuk
menurunkan jumlah rumah tangga miskin. Variabel kepemilikan aset tidak berpengaruh
terhadap kesejahteraan, ketersediaan infrastruktur berpengaruh positif terhadap kesejahteraan,
pendidikan dan pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan.

Kata kunci: kepemilikan aset, ketersediaan infrastruktur, pendidikan, pendapatan, kesejahteraan


Ni Putu Cahya Agung Tika Meidina, A.A.I.N. Marhaeni, Pengaruh Kepemilikan. . . 55

PENDAHULUAN menjanjikan untuk mendapatkan penghasilan


Masalah utama yang dihadapi oleh dan memenuhi kebutuhan hidup (Putri, dkk.
Negara berkembang adalah kemiskinan 2013). Strategi pembangunan masa lampau
(Vincent, 2009). Menurut Yusuf dan Sumner yang terlalu berfokus pada idustrialisasi,
(2015) faktor utama yang meningkatkan dalam prakteknya cenderung top down yang
kemiskinan seperti halnya di Indonesia berpusat pada kota dan sektor industri padat
adalah adanya kenaikan harga bahan modal.
bakar dan kenaikan harga bahan makanan Menurut Kadir (2018), strategi
pokok seperti beras. Fenomena kemiskinan pembangunan tersebut ternyata belum
telah berlangsung sejak lama, walaupun mampu menuntaskan masalah kemiskinan
telah dilakukan berbagai upaya dalam dan kesenjangan yang menahun, dan
menanggulanginya, namun sampai saat ini tidak memberikan banyak kontribusi pada
masih terdapat lebih dari 1,2 miliar penduduk peningkatan kualitas dan daya kreasi
dunia yang hidup dengan pendapatan kurang masyarakat terutama masyarakat pedesaan.
dari satu dolar per hari dan lebih dari 2,8 miliar Dampaknya akan membuat masyarakat
penduduk dunia hanya berpenghasilan kurang semakin tergantung dengan menunggu adanya
dari dua dollar perharinya. Masyarakat hidup proyek dari pemerintah, maka dari itu, upaya
dibawah tingkat pendapatan riil minimum penanggulangan kemiskinan seharusnya
international (Sri budhi, 2013). Target dari dilaksanakan secara menyeluruh (Nasir,
pembangunan nasional adalah mengurangi dkk. 2008). Salah satu tujuan pembangunan
tingkat kemiskinan. Kemiskinan juga nasional lainnya adalah meningkatkan kinerja
sudah menjadi perhatian yang utama dalam perekonomian agar mampu menciptakan
perkembangan kebijakan sosial (Alcock, lapangan kerja dan menata kehidupan yang
2012). Kemiskinan bersifat multidimensional, layak bagi seluruh rakyat yang pada gilirannya
menyangkut segi ekonomi, sosial, politik, akan mewujudkan kesejahteraan penduduk.
kultural, perilaku, kepribadian, dan lain Kesejahteraan memiliki banyak dimensi, yakni
sebagainya (Bourguignon, 2003). dapat dilihat dari dimensi materi dan dimensi
Wajah kemiskinan di Indonesia non materi. Dari sisi materi dapat diukur
masih didominasi oleh kemiskinan pedesaan dengan pendekatan pendapatan dan konsumsi
meskipun faktanya demikian sekitar setengah (Hukom, 2014). Indikator utama keberhasilan
dari populasi tinggal di daerah perkotaan saat pembangunan nasional salah satunya adalah
ini. Tingkat kemiskinan di daerah pedesaan laju penurunan jumlah penduduk miskin
selalu jauh lebih tinggi dari pada di daerah (Yanthi, 2015).
perkotaan (Suryahadi et al, 2012). Sadar akan Penanggulangan kemiskinan harus
berbagai kekurangan masa lalu, pemerintah dilakukan secara terpadu, bertahap, terukur,
kemudian menetapkan paradigm baru sinergis, terarah, dan terencana yang
dalam strategi penanggulangan kemiskinan, dilandasi oleh keterlibatan stake holders
yakni menggerakkan partisipasi masyarakat untuk mewujudkan pemenuhan hak-hak dasar
miskin. Masyarakat itu sendiri yang paling penduduk miskin, seperti: hak atas pangan,
mengetahui masalah dan kebutuhannya, hak atas layanan kesehatan, pendidikan,
dimana masyarakat yang harus dibuat aktif lapangan pekerjaan dan berusaha, hak untuk
dan menjadi mandiri dalam menanggulangi perumahan yang layak, hak atas air bersih,
masalah kemiskinannya. Sebuah rumah dan hak-hak lainnya (Verner, 2006). Bila
tangga dikatakan sebagai rumah tangga persoalannya adalah ketidak berdayaan atau
miskin jika pendapatannya berada di bawah ketidak mampuan, maka kebijakannya adalah
garis kemiskinan. Status social ekonomi bagaimana memperdayakan masyarakat
yang rendah bagi rakyat Indonesia, yang miskin, agar hasil pemberdayaan bisa
diakibatkan dari rendahnya kualitas pendidikan berkelanjutan, pilihannya adalah harus
sehingga tidak masuk kelapangan kerja yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat
56 Buletin Studi Ekonomi. Vol. 24 No. 1, Februari 2019

miskin dalam menanggulangi masalahnya terjadinya disparitas pendapatan antar daerah


sendiri. Jika dilihat berdasarkan pendekatan (Yasa Artana, 2015). Sektor pariwisata
ekonomi regional, maka peran kelas menengah merupakan tulang punggung pertumbuhan
merupakan modal sosial yang sangat penting ekonomi di Bali, meskipun Bali dikenal sebagai
dalam pelaksanaan perencanaan penurunan daerah pariwisata, namun dari 9 wilayah
kemiskinan di daerah, khususnya perdesaan Kabupaten dan Kota hanya beberapa daerah
sebagai nadi perekonomian Indonesia (Anne saja yang menikmati hasil dari pariwisata di
Booth, 2000). Bali. Kecenderungan nilai PDRB tertinggi
Pertumbuhan ekonomi memang masih didominasi oleh Kabupaten Badung
penting, strategi penanggulangan kemiskinan dan nilai terendah didominasi oleh Kabupaten
yang lebih lengkap harus mengambil faktor Bangli.
yang relevan, dalam konteks desentralisasi, Provinsi Bali sebagai salah satu
analisis subnasional dapat menjadi pendekatan wilayah dengan sebaran yang cukup tinggi
instruktif untuk memeriksa pemerintahan lokal juga mengalami ketidakmerataan dalam
dalam kaitannya dengan pertumbuhan dan percepatan pembangunan antar wilayahnya.
pengentasan kemiskinan (Balisacan,2003). Perbedaan karakteristik baik dari letak
Kemiskinan dapat menghambat pencapaian geografis dan potensi sumber daya yang
demokrasi, persatuan dan keadilan, serta tujuan berbeda di masing-masing wilayahnya
pembangunan. Pendapatan memiliki hal yang mempunyai pengaruh kuat pada terciptanya
positif dan signifikan dengan kemiskinan dan pola pembangunan ekonomi menjadi tidak
pertumbuhan ekonomi (Abebe, 2014). Salah seragam dan menimbulkan kemampuan
satu bentuk penanggulangan kemiskinan tumbuh yang berbeda. Kemampuan tumbuh
yang cukup efektif adalah pembangunan yang berbeda ini menimbulkan terjadinya
infrastruktur. Infrastruktur merupakan salah ketimpangan baik didalam pembangunan
satu hal penting yang harus diperhatikan maupun hasil yang didapatkan. Ketimpangan
dalam pelaksaan pembangunan khususnya sebuah pembangunan tersebut didalamnya
untuk penanggulangan kemiskinan. Beberapa juga terdapat ketimpangan pendapatan.
infrastruktur dasar yang penting adalah keadaan Pergeseran pola pengeluaran untuk
jalan, akses sambungan listrik, dan bangunan konsumsi rumah tangga dari makanan ke non
sekolah. Jalan merupakan infrastruktur makanan dapat dijadikan indikator peningkatan
penting dalam memudahkan mobilitas kesejahteraan masyarakat, dengan anggapan
manusia dan barang. Akses sambungan bahwa setelah kebutuhan makanan terpenuhi,
listrik juga menjadi hal yang penting karena kelebihan pendapatan akan digunakan
berdampak pada kegiatan sosial dan ekonomi. bukan untuk makanan, oleh karena motif
Bangunan sekolah merupakan infrastruktur konsumsi atau pola konsumsi suatu kelompok
penting dan sudah menjadi kebutuhan dasar masyarakat sangat di tentukan oleh pendapatan,
bagi suatu daerah. Membangun suatu daerah atau secara umum dapat dikatakan tingkat
memerlukan manusia-manusia yang handal pendapatan yang berbeda-beda menyebabkan
dan hal itu hanya dapat diperoleh melalui keanekaragaman taraf konsumsi suatu
penguasaan terhadap ilmu pengetahuan. masyarakat atau individu. Peran pemerintah
Masalah kemiskinan juga tidak sebagai mobilisator pembangunan sangat
terlepas dari pembangunan (Tisnawati, 2016). strategis dalam mendukung peningkatan
Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan
dari pembangunan. Kesejahteraan masyarakat ekonomi negaranya (Purwanto, 2018).
dapat dilihat dari meningkatnya pertumbuhan Masyarakat miskin umumnya lemah
ekonomi dan meratanya distribusi pendapatan. dalam kemampuan berusaha, dan mempunyai
Walaupun kesejahteraan masyarakat Provinsi akses yang terbatas terhadap kegiatan social
Bali meningkat setiap tahunnya, namun ekonomi, pendidikan, maupun kesehatan.
peningkatannya cenderung rendah dan masih Pola konsumsi sering digunakan sebagai
Ni Putu Cahya Agung Tika Meidina, A.A.I.N. Marhaeni, Pengaruh Kepemilikan. . . 57

Tabel 1.
Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2015-2017
(Ribu Jiwa)
No Kabupaten/Kota 2015 2016 2017
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Jembrana 15.83 5.84 14.53 5.33 14.78 5.38
2 Tabanan 24.05 5.52 21.9 5 21.66 4.92
3 Badung 14.4 2.33 12.91 2.06 13.16 2.06
4 Gianyar 28.89 4.61 22.13 4.44 22.42 4.46
5 Klungkung 12.11 6.91 11.21 6.35 11.15 6.29
6 Bangli 12.74 5.73 11.66 5.22 11.76 5.23
7 Karangasem 30.33 7.44 27.12 6.61 27.02 6.55
8 Buleleng 43.43 6.74 37.55 5.79 37.48 5.74
9 Denpasar 20.94 2.39 19.17 2.15 20.7 2.27
Provinsi Bali 202.72 4.74 178.18 4,25 180.13 4.25
Sumber: BPS Provinsi Bali, 2018

salah satu indikator untuk mengukur tingkat kegiatan ekonomi di Bali.


kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan suatum Kondisi tersebut mengakibatkan
asyarakat dapat pula dikatakan membaik terjadinya ketimpangan dalam distribusi
apabila pendapatan meningkat dan sebagian pendapatan antar daerah yang berada di Provinsi
pendapatan tersebut digunakan untuk Bali. Ini terjadi disebabkan oleh perbedaan
mengkonsumsi non makanan, begitupun kemampuan daerah mengembangkan potensi
sebaliknya. Provinsi Bali merupakan salah satu yang dimiliki oleh masing-masing daerah.
wilayah yang perkembangan perekonomiannya Disamping adanya perbedaan terkait kondisi
sangat pesat, namun ditengah pesatnya alam dan kualitas SDM, kebijakan Pemerintah
perkembangan perekonomian yang terjadi, Daerah juga sedikit banyak berkontribusi
jumlah penduduk miskin dan ketimpangan dalam mengurangi ketimpangan pendapatan
pendapatan antar wilayah masih menjadi yang terjadi. Permasalahan kemiskinan juga
perhatian yang tinggi. masih menjadi pokok persoalan yang harus
Kondisi ketimpangan yang dialami mendapatkan perhatian lebih. Pada kondisi
oleh daerah-daerah yang berada di Provisi saat ini, tingkat kemiskinan bukan hanya
Bali terjadi akibat pembangunan Pariwisata dipandang dari sudut yang berbeda-beda dan
di Wilayah Bali Utara, Barat, dan Timur yang tergantung pandangan yang digunakan maka
kondisinya relatifertinggal, dibandingkan batasan kemiskinan juga telah bergeser. Dengan
dengan Bali Selatan, sementara daerah lain menggunakan batasan kualitas dan material,
seperti Karangasem, Bangli, dan Klungkung kemiskinan diartikan ketidakmampuan untuk
relative kurang mendapat perhatian. Masih meraih standar hidup minimal.
terpusatnya kegiatan pariwisata di wilayah Dalam arti yang luas kemiskinan
Bali Selatan menyebabkan pemanfaatan merupakan ketidak mampuan ekonomi tidak
potensi wisata di kalangan pengusaha juga sebatas pada belum dapat memenuhi kebutuhan
tidak merata. Selain itu sebagian besar dasar namun juga secara umum belum dapat
wisatawan di Bali berkunjung di tiga destinasi memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
utama yaitu Kabupaten Badung dengan wisata papan (Alit dan Sudiana, 2013). Kondisi
andalan Kuta dan Jimbaran. Kabupaten kemiskinan masing-masing kabupaten/
Gianyar dengan wisata andalan pusat kota yang ada di Provinsi Bali juga sangat
perkampungan seniman Ubud dan sekitarnya dipengaruhi oleh kemajuan pembangunan
serta wilayah Kota Denpasar sebagai pusat di masing-masing wilayah kabupaten/kota
58 Buletin Studi Ekonomi. Vol. 24 No. 1, Februari 2019

Tabel 2.
Jumlah Rumah Tangga Miskin Menurut Kemiskinan di Provinsi Bali
Tahun 2017 (KK)
Jumlah RTS
No. Kabupaten/ kota Sangat Miskin Miskin Hampir Miskin Total
1 Jembrana 7.446 7.928 1.620 16.994
2 Tabanan 6.844 9.261 9.337 25.442
3 Badung 5.190 2.053 1.661 8.904
4 Gianyar 641 3.200 6.663 10.504
5 Klungkung 2.649 3.007 4.475 10.131
6 Bangli 883 3.999 8.314 13.196
7 Karangasem 6.892 10.991 16.715 34.598
8 Buleleng 11.014 17.445 16.343 44.802
9 Denpasar 1.661 934 1.083 3.678
Jumlah 43.220 58.818 66.211 168.249
Sumber: TNP2K (Tim Nasional PercepatanPenanggulanganKemiskinan), 2018

yang sangat ditentutkan oleh sumber-sumber penduduk miskin paling rendah dibandingkan
dan potensi ekonomi yang dimiliki oleh dengan kabupaten lain yang berada di Provinsi
masing-masing wilayah. Kabupaten/kota kaya Bali. Bila dilihat sebaran penduduk miskin
akan sumber atau potensial ekonomi akan per kecataman, Kecamatan Nusa Penida
memiliki peluang berkembang lebih cepat merupakan penyumbang hampir sebagian
dari kabupaten/kota lainnya yang tergolong penduduk miskin di Kabupaten Klungkung.
daerah miskin di Provinsi Bali. Kabupaten Hal ini terkait dengan kondisi geografis
Badung yang memiliki potensi besar Kecamatan Nusa Penida yang identik dengan
dalam pengembangan kegiatan pariwisata, kegersangan dan daerah yang tandus, wilayah
Kabupaten Gianyar yang memiliki potensi dengan kelerengan tinggi.
dalam kegiatan industry kecil dan Kabupaten Kabupaten Bangli yang juga terletak di
Tabanan di sector pertanian. Sementara sebelah Timur Provinsi Bali merupakan satu-
itu, kabupaten Karangasem, Buleleng, dan satunya dari Sembilan Kabupaten dan Kota di
Kabupaten Bangli memiliki sumber atau Bali yang tidak memiliki wilayah pantai/laut.
potensi ekonomi yang relatif terbatas yang Kabupaten Bangli memiliki penduduk miskin
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan terendah setelah Kabupaten Klungkung,
ekonomi. meskipun begitu angka kemiskinan di
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa Kabupaten Bangli terbilang masih tinggi.
kemiskinan masih menjadi masalah di Berbagai factor menjadi pemicu utama
Kabupaten yang ada di Provinsi Bali. Bali kemiskinan, seperti kurangnya infrastruktur
yang dikenal sebagai daerah wisata yang maju dan ketersediaan air bersih. Berdasarkan data
seakan tidak pernah tersentuh oleh masalah di Dinas Sosial Kabupaten Bangli dalam tiga
kemiskinan. Namun ironisnya, dibalik pesatnya tahun terakhir (2015-2017) Pemkab berhasil
industry pariwisata yang ada di pulau dewata menurunkan kemiskinan hingga 18,6 persen.
itu, masih terdapat daerah yang mayoritas Untuk menurunkan angka kemiskinan,
warganya miskin. Kabupaten Klungkung berbagai upaya telah dilakukan Pemkab
sebagai salah satu Kabupaten yang terletak Bangli. Program yang telah digulirkan seperti
di sebelah timur Provinsi Bali, merupakan bedah rumah termasuk pemberian jaminan
kabupaten terkecil dari 9 kabupaten dan kota sosial.
yang berada di Provinsi Bali. Pada tahun 2015- Daerah yang memiliki penduduk
2017, Kabupaten Klungkung memiliki jumlah miskin di wilayah Bali Timur salah satunya
Ni Putu Cahya Agung Tika Meidina, A.A.I.N. Marhaeni, Pengaruh Kepemilikan. . . 59

adalah Kabupaten Karangasem, merupakan tenaga kerja akan menjadi modal utama untuk
Kabupaten yang memiliki jumlah penduduk menghasilkan pendapatan keluarga. Anggota
miskin tertinggi setelah Kabupaten Buleleng. rumah tangga yang tidak memiliki modal fisik
Kondisi alam yang kering, serta pemberdayaan terpaksa menerima pekerjaan dengan bayaran
masyarakat setempat yang kurang jelas yang rendah dan tidak mempunyai alternatif
kelihatannya telah membuat masyarakat lain untuk berusaha sendiri.
setempat mewariskan kemiskinan secara Pendapatan dan kepemilikan aset
turun temurun. Hasil obeservasi menunjukkan merupakan faktor internal yang mempengaruhi
bahwa sebagian besar para pengemis di tingkat kesejahteraan. Hal ini menunjukkan
jalanan atau yang datang kerumah-rumah bahwa pendapatan merupakan faktor penting
penduduk di Bali terutama di Kota Denpasar dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga.
atau Kabupaten Badung berasal daridesa-desa Keluarga yang memiliki pendapatan yang
miskin di Kabupaten Karangasem. tinggi memiliki peluang yang besar untuk
Berdasarkan Tabel 2 Kabupaten sejahtera dibandingkan keluarga dengan
Karangasem memiliki rumah tangga hampir pendapatan yang rendah. Pendapatan akan
miskin tertinggi pada tahun 2017 di Provinsi menentukan daya beli terhadap pangan
Bali sebanyak 16.715 KK. Faktor dominan dan fasilitas lainnya seperti pendidikan,
yang menyebabkan sebuah rumah tangga kesehatan, perumahan, dll. Selain itu,
dikatakan miskin adal ah rendahnya tingkat keluarga yang memiliki aset lebih sejahtera
pendidikan yang dimiliki dan pendapatan yang dibandingkan keluarga yang tidak memiliki
dihasilkan oleh kepala rumah tangga. Secara aset. Menurut Bryant (1990) bahwa aset
Geografis Kabupaten Karangasem terletak merupakan sumber daya atau kekayaan yang
di ujung timur pulau Bali berdampingan dimiliki oleh keluarga. Aset akan berpengaruh
dengan Kabupaten Klungkung dan Bangli. sebagai alat pemuas kebutuhan. Oleh karena
Kondisi alamnya memiliki tofografi yang itu keluarga yang memiliki aset lebih banyak
sangat variatif serta tandus akibat dari letusan cenderung lebih sejahtera jika disbandingkan
gunung Agung yang terjadi pada tahun 1963. dengan keluarga yang memiliki aset terbatas
Kemiskinan di Kabupaten Karangasem ini (Iskandar, 2007)
tidak hanya disebabkan oleh factor alam Menurut Fedderke dan Bogetic
akan tetapi juga disebabkan oleh faktor sikap (2000), ketersediaan infrastruktur juga sangat
mental dan budaya. berpengaruh dalam menunjang kegiatan
Dengan mempertimbangkan profil ekonomi, seperti peningkatan produktivitas
kemiskinan, rumah tangga miskin cenderung tenaga kerja pada sektor manufaktur, sehingga
mempunyai kepemilikan aset yang relative kenaikan produktivitas tenaga kerjaakan
sempit dan pendapatan yang rendah. meningkatkan pendapatan perkapita dari
Dengan faktor-faktor tersebut kegiatan yang masyarakat miskin. Ketersediaan infrastruktur
dilakukan relative kecil dengan cara yang juga berpengaruh terhadap peningkatan
sederhana, agar seseorang dapat hidup layak akses masyarakat terhadap sumberdaya
pemenuhan akan kebutuhan makanan saja sehingga meningkatkan produktivitasnya
tidak cukup, oleh karena itu perlu dipenuhi sehingga pada gilirannya akan mendorong
kebutuhan dasar selain makanan, seperti pertumbuhan ekonomi dan dapat mengurangi
perumahan, pendidikan, kesehatan, pakaian, tingkat kemiskinan. Semakin besar investasi
dll. Kepemilikan aset seperti lahan akan yang diberikan dampak ekonomi yang
menjadi faktor yang penting mengingat timbul akan meningkat dengan rata-rata
dengan tersedianya lahan produktif, rumah yang semakinmengecil, karena sifat dari
tangga dengan lapangan usaha pertanian infrastruktur lebih kepada mendorong rata-
akan dapat menghasilkan pendapatan yang rata untuk daerah yang masih belum maju
lebih baik. Kepemilikan modal fisik ini dan secara ekonomi maupun fasilitas untuk daerah
kemampuan memperoleh pendapatan sebagai yang telah maju (Pratomo, 2017).
60 Buletin Studi Ekonomi. Vol. 24 No. 1, Februari 2019

Kesejahteraan sosial merupakan suatu selain pangan, sementara pengeluaran


keadaan terpenuhinya kebutuhan hidup untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam
yang layak bagi masyarakat, sehingga peningkatannya tidak sebesar pengeluaran non
mampu mengembangkan diri dan dapat pangan (Fatimah,1995). Tingkat pendapatan
melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat yang berbeda akan menyebabkan alokasi
dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan pengeluaran yang berbeda, karena tingkat
masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial pengeluaran merupakan fungsi dari total
yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan pendapatan. Pada golongan berpendapatan
sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan rendah, persentase pengeluaran untuk pangan
sosial (UU No 11Tahun 2009 pasal 1 dan 2). lebih besar dibandingkan pengeluaran lainnya,
Kesejahteraan merupakan suatu hal yang sedangkan pada golongan berpendapatan
bersifat subjektif, sehingga setiap keluarga tinggi, persentase pengeluaran pangan lebih
atau individu di dalamnya yang memiliki kecil dibandingkan dengan pengeluaran
pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda lainnya. Pada rumah tangga dengan pendapatan
akan memberikan nilai yang berbeda tentang rendah, 60 – 80 persen dari pendapatannya
faktor-faktor yang menentukan tingkat dibelanjakan untuk makanan (Kembar, 2013).
kesejahteraan (BKKBN 1992). Elastisitas pendapatan untuk makanan
Pendapatan merupakan salah satu yang digambarkan dari persentase perubahan
indikator untuk mengukur kesejahteraan kebutuhan akan makanan untuk tiap 1 persen
seseorang atau masyarakat, sehingga perubahan pendapatan, lebih besar pada
pendapatan mencerminkan suatu sifat rumah tangga yang miskin dibandingkan pada
keterbatasan sumber daya keluarga atau rumah tangga kaya (Soekirman, 2000). Untuk
pendapatan yang tersedia akan mempengaruhi komoditas pangan, peningkatan pendapatan
adanya prioritas alokasi pengeluaran tidak diikuti dengan peningkatan permintaan
keluarga. Keluarga yang berpenghasilan yang progresif. Hal ini sesuai dengan Hukum
rendah, sebagian besar pendapatannya Engel, yang menyatakan bahwa semakin
digunakan untuk mencukupi kebutuhan rendah pendapatan keluarga, maka semakin
pangan, sehingga persentase pengeluaran besar proporsi dari pendapatan tersebut yang
untuk pangan akan relatif besar. Peningkatan dibelanjakan untuk makanan. (Sinaga dan
pendapatan berpengaruh besar terhadap usaha Nyak Ilham, 2002).
yang dijalankan oleh sebuah rumah tangga, Konsep Kesejahteraan
karena pendapatan digunakan dalam kegiatan- Kesejahteraan sosial merupakan
kegiatan lainnya yang bersifat produktif demi suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan
kesejahteraan rumah tanga miskin (Putrayasa, hidup yang layak bagi masyarakat, sehingga
2018). Sebuah rumah tangga diidentifikasi mampu mengembangkan diri dan dapat
sebagai miskin kronis jika pendapatan berada melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat
di bawah garis kemiskinan (Radhakrishna, dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan
2007). masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial
Memberantas kemiskinan dan yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan
meningkatkan pendidikan tidak dapat sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan
dipisahkan (Capra, 2009). Akan tetapi karena sosial (UU No 11 Tahun 2009 pasal 1 dan
kebutuhan pangan relative terbatas, maka mulai 2). Kesejahteraan merupakan suatu hal yang
pada tingkat pendapatan tertentu pertambahan bersifat subjektif, sehingga setiapkeluarga atau
pendapatan akan dialokasikan lebih banyak individu di dalamnya yang memiliki pedoman,
untuk memenuhi kebutuhan non pangan, tujuan, dan carahidup yang berbeda akan
sehingga pada kondisi tersebut persentase memberikan nilai yang berbeda tentang faktor-
pengeluaran untuk pangan akan menurun. faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan
Peningkatan pendapatan menyebabkan (BKKBN 1992). Untuk mengukur efek dari
timbulnya kebutuhan- kebutuhan lain kesejahteraan dan kerentanan relatif pada
Ni Putu Cahya Agung Tika Meidina, A.A.I.N. Marhaeni, Pengaruh Kepemilikan. . . 61

aspek kesejahteraan yaitu dengan menentukan karena kehendak si miskin, melainkan karena
material termasuk makanan dan tempat keadaan yang tidak dapat dihindari dengan
tinggal, hingga awal perkembangan masa kekuatan yang ada padanya. Kemiskinan ini
kanak-kanak, paparan faktor risiko sosial, ditandai oleh sikap dan tingkah laku yang
cedera dan kekerasan, stres dan determinan menerima keadaan yang seakan-akan tidak
psiko-sosial kesehatan lainnya (Craig et al, dapat diubah yang tercermin di dalam lemahnya
2003). Kesejahteraan menurut Badan Pusat kemauan tetap untuk maju, rendahnya kualitas
Statistik (2007), adalah suatu kondisi dimana sumber daya manusia, lemahnya nilai tukar
seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari hasil produksi, rendahnya produktifitas,
rumah tangga tersebut dapat dipenuhi sesuai terbatasnya modal yang dimiliki berpartisipasi
dengan tingkat hidup. Status kesejahteraan dalam pembangunan. Menurut Badan
dapat diukur berdasarkan proporsi pengeluaran Pusat Statistik (2012), yang dikategorikan
rumah tangga (Bappenas, 2000). sebagai penduduk miskin adalah penduduk
Konsep Pendapatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
Pendapatan merupakan salah satu dasar minimum. Nilai garis kemiskinan
indikator untuk mengukur kesejahteraan yang digunakan mengacu pada kebutuhan
seseorang atau masyarakat, sehingga minimum 2.100 kalori per kapita per hari
pendapatan mencerminkan suatu sifat ditambah dengan kebutuhan minimum non-
keterbatasan sumberdaya keluarga atau makanan yang merupakan kebutuhan dasar
pendapatan yang tersedia akan mempengaruhi seseorang yang meliputi kebutuhan dasar
adanya prioritas alokasi pengeluaran untuk papan, sandang, sekolah, transportasi
keluarga. Keluarga yang berpenghasilan serta kebutuhan rumah tangga dan individu
rendah, sebagian besar pendapatannya yang mendasar lainnya.Kemiskinan memberi
digunakan untuk mencukupi kebutuhan gambaran situasi serba kekurangan seperti
pangan, sehingga persentase pengeluaran terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya
untuk pangan akan relatif besar. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan, rendahnya
pendapatan berpengaruh besar terhadap usaha produktivitas, rendahnya pendapatan,
yang dijalankan oleh sebuah rumah tangga, lemahnya nilai tukar hasil produksi orang
karena pendapatan digunakan dalam kegiatan- miskin dan terbatasnya kesempatan berperan
kegiatan lainnya yang bersifat produktif demi serta dalam pembangunan. Ketidakberdayaan
kesejahteraan rumah tanga miskin (Putrayasa, penduduk miskin, menurut Mubyarto (1998),
2018). Sebuah rumah tangga diidentifikasi disebabkan karena mereka tidak memiliki
sebagai miskin kronis jika pendapatan berada aset sebagai sumber pendapatan dan juga
di bawah garis kemiskinan (Radhakrishna, karena struktur sosial ekonomi tidak membuka
2007). peluang orang miskin ke luar dari lingkungan
Konsep Kemiskinan kemiskinan yang tak berujung pangkal.
Kemiskinan secara umum dapat Konsep Kepemilikan Asset
diartikan sebagai kondisi individu penduduk Aset adalah sumber daya ekonomi yang
atau keluarga yang tidak mampu memenuhi dikuasai dan atau dimiliki oleh Peremerintah
kebutuhan hidup dasarnya secara layak. sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan
Pengertian kemiskinan adalah ketidaksamaan dari mana manfaat ekonomi dan atau sosial di
kesempatan untuk memformulasikan masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
kekuasaan social berupa asset, sumber oleh pemerintah maupun masyarakat, serta
keuangan, organisasi social politik, jaringan dapat diukur dalam satuang uang, termasuk
social, barang atau jasa, pengetahuan dan sumber daya non keuangan yang diperlukan
ketrampilan, serta informasi. BAPPENAS untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum
(Badan Perencanaan dan Pembangunan dan sumber-sumber daya yang dipelihara
Nasional) mendefinisikan kemiskinan sebagai karena alasan sejarah dan budaya (Seiler,
situasi serba kekurangan yang terjadi bukan 2001). Aset dapat dikelompokkan berdasarkan
62 Buletin Studi Ekonomi. Vol. 24 No. 1, Februari 2019

sifat dan jenisnya sebagai berikut. yang penting untuk organisasi masyarakat dan
1) Aset tak berwujud adalah aset non pembangunan ekonomi mereka. Infrastruktur
keuangan yang dapat di identifikasi dan tidak meliputi undang- undang, sistem pendidikan
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk dan kesehatan publik, sistem distribusi dan
digunakan dalam menghasilkan barang atau perawatan air, pengumpulan sampah dan
jasa digunakan untuk tujuan lainnya, termasuk limbah, pengolahan dan pembuangannya,
hak atas kekayaan intelektual. sistem keselamatan publik, seperti pemadam
2) Aset tetap adalah aset berwujud yang kebakaran dan keamanan, sistem komunikasi,
mempunyai masa manfaat atau dimanfaatkan. sistem transportasi dan utilitas publik.
3) Aset lancer adalah aset yang diharapkan Selanjutnya, infrastruktur dapat dibedakan
untuk segera direalisasikan, dipakai, atau menjadi 2 kelompok yaitu infrastruktur
dimiliki untuk dijual yang mencakup barang berdasarkan fungsi dan peruntukkannya.
atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan Infrastruktur dibedakan menjadi infrastruktur
untuk digunakan, misalnya perhiasan. ekonomi dan sosial. Infrastruktur ekonomi
4) Aset non lancer mencakup aset yang memegang peranan penting dalam
bersifat jangka panjang dan aset tak berwujud mendorong kinerja pertumbuhan ekonomi
yang digunakan secara langsung atau tidak di berbagai negara. Infrastruktur ekonomi
langsung atau yang digunakan. Aset nonlancar diantaranya utilitas publik seperti tenaga
diklasifikasikan menjadi investasi jangka listrik, telekomunikasi, suplai air bersih,
panjang seperti tanah. sanitasi dan saluran pembuangan dan gas.
5) Aset diakui pada saat potensi manfaat Kemudian juga termasuk pula pekerjaan
ekonomi masa depan mempunyai nilai atau umum, seperti jalan, kanal, bendungan, irigasi
biaya yang dapat diukur dengan andal (Lauren dan drainase serta proyek transportasi seperti
et al, 2012). Aset diakui pada saat diterima atau jalar kereta api, angkutan kota, waterway, dan
kepemilikannya dan atau kepenguasaannya bandara. Sedangkan infrastruktur sosial dapat
berpindah. Kepemilikan aset dalam hal ini dibedakan menjadi infrastruktur pendidikan
meliputi aset yang dimiliki oleh rumah tangga dan kesehatan.
miskin seperti lahan pertanian, rumah, dan
kendaraan. TUJUAN PENELITIAN
Konsep Infrastruktur Tujuan dalam penelitian ini yaitu
Sampai saat ini belum ada kesepakatan sebagai berikut.
mengenai definisi infrastruktur. Namun secara 1) Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan
bahasa, dalam kamus besar bahasa indonesia aset, ketersediaan infrastruktur, dan pendidikan
infrastruktur dapat diartikan sebagai sarana terhadap pendapatan rumah tangga miskin di
dan prasarana umum. Sarana secara umum Wilayah Pembangunan Bali Timur.
diketahui sabagai fasilitas publik seperti rumah 2) Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan
sakit, jalan, jembatan, sanitasi, telpon dsb. Lebih aset, ketersediaan infrastruktur, pendidikan,
jauh lagi, dalam ilmu ekonomi infrastruktur dan pendapatan terhadap kesejahteraan rumah
merupakan wujud dari public capital (modal tangga miskin di Wilayah Pembangunan Bali
publik) yang dibentuk dari investasi yang Timur.
dilakukan pemerintah. Infrastruktur dalam 3) Untuk menganalisis pengaruh tidak
penelitian ini meliputi jalan, jembatan, langsung kepemilikan aset, ketersediaan
dan sistem saluran pembuangan (Mankiw, infrastruktur, dan pendidikan terhadap
2003:38). Infrastruktur sebagai basic essential kesejahteraan melalui pendapatan rumah
service dalam proses pembangunan. Definisi tangga miskin di Wilayah Pembangunan Bali
lainnya mengenai infrastruktur, yaitu bahwa Timur.
infrastruktur mengacu pada fasilitas kapital
fisik dan termasuk pula kerangka kerja METODE PENELITIAN
organisasional, pengetahuan dan teknologi Penelitian ini dilakukan di Wilayah
Ni Putu Cahya Agung Tika Meidina, A.A.I.N. Marhaeni, Pengaruh Kepemilikan. . . 63

Tabel 3.
Hasil Uji ValiditasInstrumen
Variabel Indikator Koefisien Korelasi Signifikansi Pernyataan Keterangan
X2.1 0,925 0,000 Valid
X2.2 0,885 0,000 Valid
Ketersediaan Infrastruktur
X2.3 0,817 0,000 Valid
(X2)
X2.4 0,889 0,000 Valid
X2.5 0,921 0,000 Valid
Kesejahteraan (Y2) Y2.1 0,920 0,000 Valid
Y2.2 0,400 0,000 Valid
Sumber:Data diolah, 2019

Tabel 4.
Hasil Uji KMO
No Faktor KMO Sig Chi-square
1 KetersediaanInfrastruktur 0,887 0,000
2 Kesejahteraan 0,500 0,936
Sumber:Data diolah, 2019

Pembangunan Bali Timur. Wilayah ini HASIL DAN PEMBAHASAN


meliputi Kabupaten Karangasem, Kabupaten Syarat minimum yang dianggap dapat
Klungkung, dan Kabupaten Bangli. Lokasi memenuhi syarat uji validitas instrument
ini dipilih karena pada wilayah pembangunan penelitian adalah jika r = 0,30 dan signifikansi
Bali Timur masih terdapat kesenjangan antar < 0,05. Jadi jika korelasi antara butir skor
sektor, antar wilayah dan pendapatan perkapita dengan skor total kurang dari 0,30 dan
serta pada wilayah pembangunan Bali Timur signifikansi > 0,05 maka butir pernyataan
kondisinya relative tertinggal dibandingkan dalam instrument tersebut dinyatakan tidak
dengan wilayah Bali Selatan. valid. Hasil uji validitas dapat dilihat pada
Populasi dalam penelitian ini Tabel 3 berikut.
adalah seluruh rumah tangga miskin di Berdasarkan hasil uji validitas pada
Wilayah Pembangunan Bali Timur, meliputi Tabel 3, dapat diketahui bahwa nilai seluruh
Kabupaten Klungkung, Karangasem dan indikator pernyataan dalam variabel penelitian
Kabupaten Bangli. Metode Penentuan ini lebih besar dari 0,30 dan signifikansi < 0,05
Sampel penelitian ini menggunakan teknik sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh
sampling kuota. Dalam menentukan anggota indikator tersebut adalah valid atau memenuhi
sampel, penelitian ini mengambil 81 sampel syarat dan dapat dipakai untuk melakukan
di Wilayah Pembangunan Bali Timur maka pengumpulan data penelitian.
penarikan sampel per Kabupaten di Wilayah Kaiser Meyer Olkin digunakan untuk
Pembangunan Bali Timur adalah masing- mengetahui validitas konstruk dari analisis
masing 27 sampel, karena 27 merupakan faktor. Analisis faktor dianggap layak jika
sampel besar minimal. Teknik analisis besaran KMO memiliki nilai minimal 0,5.
data yang digunakan dalam penelitian ini Hasil uji KMO dapat dilihat pada Tabel 4.
adalah metode analisis jalur(Path Analysis). Hasil uji yang ditunjukan dalam Tabel 4
Persamaan model struktural sebagai berikut. menunjukkan bahwa nilai Kaiser Meyer Olkin
Persamaan sub struktural I : (KMO) variabel ketersediaan infrastruktur
Y1 = β1X1+β2X2+β3X3+e1………....(1) lebih besar dari 0,5 dan nilai signifikansinya
Persamaan sub struktural II : lebih kecil dari 5 persen (0,05), maka ini
Y2 = β4X1+β5X2+β6X3+β7Y1+e2….(2) berarti variabel kesejahteraan memiliki
64 Buletin Studi Ekonomi. Vol. 24 No. 1, Februari 2019

Tabel 5.
Nilai MSA
Variabel Indikator Nilai MSA
X2.1 0,855
X2.2 0,886
Ketersediaan Infrastruktur X2.3 0,943
X2.4 0,897
X2.5 0,876
Kesejahteraan Y2.1 0,500
Y2.2 0,500
Sumber:Data diolah, 2019

Tabel 6.
Hasil Analisis Jalur Regresi I
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model T Sig
Std.
B Beta
Error
1 (Constant) 12,607 0,23 52,926 0,000
Kepemilikan Aset 0,008 0,012 0,072 0,688 0,494
Ketersediaan Infrastruktur -0,056 0,077 -0,077 -0,729 0,468
Pendidikan 0,343 0,082 0,434 4,180 0,000
a. Dependent Variable: Pendapatan
R2 = 0,190
F = 6,026
F sig = 0,001
Sumber:Data diolah, 2019

kecukupan sampel untuk melakukan analisis lebih besar dari 0,5 yang berarti masing-
faktor.Kaiser Meyer Olkin (KMO) variabel masing model layak digunakan dalam analisis.
kesejahteraan tidak lebih besar dari 0,5 dan Indikator yang memiliki nilai MSA tertinggi
nilai signifikansinya lebih besar dari 5 persen adalah X2.3 sebesar 0,943. Hasil uji MSA
(0,05), maka ini berarti variabel kesejahteraan dari kesejahteraan yang terdiriatas 2 indikator,
tidak memiliki kecukupan sampel untuk dimana dari indikator untuk kesejahteraan
melakukanan alisis faktor. Kelayakan model menunjukan nilai MSA masing-masing
uji faktor untuk masing-masing variabel indikator sebesar 0,500.
dapat dilihat dari nilai Measures of Sampling Pengujian data dalam penelitian ini
Adequancy (MSA). Model yang dipakai menggunakan teknik analisis jalur (Path
dikatakan layak digunakan apabila nilai MSA Analysis). Metode ini merupakan perluasan
masing-masing variabel lebih besar dari 0,5. dari metode regresi liniar berganda untuk
Nilai MSA yang diperoleh dari masing-masing menguji hubungan kausalitas antar dua
variabel dapat dilihat pada Tabel 5. atau lebih variabel. Ada pun tahapan dalam
Tabel 5 menunjukan hasil uji MSA dari pengujian dengan teknik analisis ini yaitu
ketersediaan infrastruktur dan kesejahteraan. sebagai berikut: Pengujian persamaan
Ketersediaan infrastruktur terdiri atas 5 satu dilakukan untuk melihat pengaruh
indikator. Dimana dari indikator untuk variabel kepemilikan aset, ketersediaan infrastruktur,
kesejahteraan pekerja tersebut menunjukan dan pendidikan terhadap pendapatan, hasil uji
nilai MSA masing-masing indikator variabel regresi disajikan dalam Tabel 6.
Ni Putu Cahya Agung Tika Meidina, A.A.I.N. Marhaeni, Pengaruh Kepemilikan. . . 65

Tabel 6.
Hasil Analisis Jalur Regresi I
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model T Sig
Std.
B Beta
Error
1 (Constant) 1,129 1,173 ,963 ,338
Kepemilikan Aset -0,286 ,011 -,256 -2,485 ,015
Ketersediaan Infrastruktur ,031 ,071 ,045 ,437 ,663
Pendidikan ,164 ,076 ,224 2,145 ,035
Pendapatan ,157 ,089 ,182 1,750 0,84
a. Dependent Variable: Kesejahteraan
R2 = 0,065
F = 1,313
F sig = 0,273b
Sumber:Data diolah, 2019

Berdasarkan hasil Tabel 6 maka e1= 1 - R21


persamaan sub-struktural 1 adalah sebagai = 1 - 0,065
berikut. = 0,935
Ŷ 1 = 0,72 X1 + -,077X2 + 434 X3 = 0,966
Pengujian persamaan dua dilakukan Untuk memeriksa validitas model,
untuk melihat pengaruh kepemilikan aset, terdapat indikator untuk melakukan
ketersediaan infrastruktur, pendidikan dan pemeriksaan, yaitu koefisien determinasi total
pendapatan terhadap kesejahteraan, hasil uji hasilnya sebagai berikut :
regresi disajikan dalam Tabel 7. R2m= 1 – (e1)2 (e2)2
Berdasarkan hasil Tabel 7 maka = 1 – (0,9)2 (0,966)2
persamaan sub-struktural 2 adalah sebagai = 1 –0,756
berikut: = 0,244
Ŷ2 = -0,102X1 + 0,43 X2 + 0,150 X3 + Keterangan:
0,117 Y1+ e2 R2m : Koefisien determinasi total.
Untuk mengetahui nilai e1 yang e1, e2 : Nilai kekeliruan taksiran standar.
menunjukan jumlah variance variabel Berdasarkan hasil perhitungan
pendapatan pekerja yang tidak dijelaskan oleh koefisien determinasi total, maka diperoleh
kepemilikan aset, ketersediaan infrasrtuktur bahwa keragaman data yang dapat dijelaskan
dan pendidikan dapat dihitung dengan oleh model adalah sebesar 0,244 atau dengan
menggunakan rumus : kata lain informasi yang terkandung dalam
e1 = 1 - R21 data sebesar 24,4 persen dapat dijelaskan
= 1 - 0,190 oleh model, sedangkan sisanya yaitu75,6
= 0,810 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
= 0,9 terdapat dalam model.
Sedangkan untuk mengetahui nilai
e2 yang menunjukan variance variabel
kesejahteraan rumah tangga miskin yang tidak
dijelaskan oleh variabel jam kepemilikan
aset, ketersediaan infrastruktur, pendidikan
dan pendapatan maka dapat dihitung dengan Gambar 1.

menggunakan rumus : Diagram Hasil Analisis Jalur Pengaruh Kepemilikan Aset, Ketersediaan Infrastruktur, dan Pendidikan
Terhadap Pendaptan dan Kesejahteraan Rumah Tangga Miskin
66 Buletin Studi Ekonomi. Vol. 24 No. 1, Februari 2019

Nilai signifikansi 0,494 ˂ 0,10maka Timur. Menurut Hermanto Siregar dan Dwi
kesimpulannya adalah H0 diterima dan Wahyuniarti (2008), didalam penelitiannya
H1ditolak, ini berarti kepemilikan aset tidak bahwa pendidikan yang diukur dengan jumlah
berpengaruh positif atau tidak berpengaruh penduduk yang lulus pendidikan SMP, SMA,
terhadap pendapatan rumah tangga miskin dan Diploma berpengaruh dan signifikan
di Wilayah Pembangunan Bali Timur. Hasil terhadap penurunan jumlah penduduk miskin.
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang Ini mencerminkan bahwa pembangunan
dilakukan oleh Andi Nugroho (2010) bahwa modal manusia (human capital) melalui
kepemilikan aset memiliki pengaruh positif pendidikan merupakan determinan penting
terhadap pendapatan rumah tangga miskin. untuk menurunkan jumlah penduduk miskin.
Hal ini disebabkan ketika kepemilikan aset Nilai signifikansi 0,663 > 0,10maka
meningkat, pada saat itu kebutuhan hidup kesimpulannya adalah H0 diterima dan
meningkat juga. Nilai signifikansi 0,468 ˂ H1ditolak, ini berarti ketersediaan infrastruktur
0,10 maka kesimpulannya adalah H0 diterima tidak berpengaruh positif atau tidak berpengaruh
dan H1ditolak, ini berarti ketersediaan terhadap kesejahteraan rumah tangga miskin
infrastruktur tidak berpengaruh positif atau di Wilayah Pembangunan Bali Timur. Hasil
tidak berpengaruh terhadap pendapatan rumah penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
tangga miskin di Wilayah Pembangunan Bali yang dilakukan oleh Meiyora Averina (2013),
Timur. Menurut hasil penelitian sebelumnya bahwa ketersediaan infrastruktur berpengaruh
yang dilakukan oleh Muhammad Amin positif terhadap kesejahteraan masyarakat.
(2014) ketersediaan infrastruktur tidak selalu Tersedianya infrastruktur dengan kondisi
berpengaruh positif terhadap pendapatan. yang baik memberikan keunggulan untuk
Contohnya pada kelompok masyarakat yang bersaing secara kompetitif dalam memasarkan
memiliki mata pendaharian utama sebagai hasil produknya, mempermudah mobilitas
buruh tani perkebunan dan buruh angkut, penduduk, mengembangkan industri serta
naikknya produksi lahan ternyata tidak meningkatkan pendapatan yang berpengaruh
berpengaruh terhadap jumlah pendapatan secara langsung terhadap kesejahteraan
mereka masyarakat.
Nilai signifikansi 0,000 ˂ 0,10maka Nilai signifikansi0,035 > 0,10 maka
kesimpulannya adalah H0 ditolak dan kesimpulannya adalah H0 diterima dan
H1diterima, ini berarti pendidikan berpengaruh H1ditolak. Artinya pendidikan berpengaruh
positif atau tidak berpengaruh terhadap positif terhadap kesejahteraan rumah tangga
pendapatan rumah tangga miskin di Wilayah miskin di Wilayah Pembangunan Bali Timur.
Pembangunan Bali Timur. Menurut Hermanto Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
Siregar dan Dwi Wahyuniarti (2008), didalam penelitian yang dilakukan oleh Ella Nur Aini
penelitiannya bahwa pendidikan yang diukur dkk (2018) bahwa tingkat pendidikan memiliki
dengan jumlah penduduk yang lulus pendidikan hubungan yang positif dan signifikan terhadap
SMP, SMA, dan Diploma berpengaruh kesejahteraan masyarakat. Suatu masyarakat
dan signifikan terhadap penurunan jumlah dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan
penduduk miskin. Ini mencerminkan bahwa juga memiliki kualitas hidup yang tinggi
pembangunan modal manusia (human capital) sehingga kesejahteraan dapat tercapai.
melalui pendidikan merupakan determinan Nilai signifikansi 0,084 ˂ 0,10 maka
penting untuk menurunkan jumlah penduduk kesimpulannya adalah H0 diterima dan H1
miskin. ditolak, ini berarti pendapatan berpengaruh
Nilai signifikansi 0,015 > 0,10 maka positif dan siginifikan terhadap kesejahteraan
kesimpulannya adalah H0 diterima dan rumah tangga miskin di Wilayah Pembangunan
H1ditolak .Artinya kepemilikan aset tidak Bali Timur. Hasil penelitian ini sesuai
berpengaruh terhadap kesejahteraan rumah dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
tangga miskin di Wilayah Pembangunan Bali Nanda Herawan (2014), bahwa pendapatan
Ni Putu Cahya Agung Tika Meidina, A.A.I.N. Marhaeni, Pengaruh Kepemilikan. . . 67

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran masyarakat tentang pentingnya


pendapatan. Setiap manusia mempunyai pendidikan dan ketrampilan bagi manusia
pendapatan yang berbeda-beda. Pendapatan sehingga rumahtangga miskin yang memiliki
itulah yang digunakan sebagai alat pemenuh aset dapat menciptakan lapangan pekerjaan
kebutuhan. Semakin banyak pendapatan yang sendiri dan memanfaatkan infrastruktur
diperoleh, semakin banyak juga terpenuhinya yang telah disediakan oleh Pemerintah guna
kebutuhan yang diinginkan. Terpenuhinya meningkatkan pendapatan sehingga dapat
kebutuhan yang diinginkan oleh seseorang menciptakan kualitas hidup yang lebih baik
membuat dirinya semakin dekat untuk lagi. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
mencapai kesejahteraan. dapat menjadi referensi dan disarankan
untuk menambah variabel lain dan bervariasi
SIMPULAN sehingga dapat melengkapi kajian mengenai
Kepemilikan aset berpengaruh kemiskinan agar dapat diketahui faktor apa
positif tetapi tidak signifikan terhadap saja yang dapat mempengaruhinya.
pendapatan. Ketersediaan infrastruktur tidak
berpengaruh terhadap pendapatan. Pendidikan REFERENSI
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Abdul Kadir, Azwardi, Susi Wardhani R,
pendapatan rumah tangga miskin di Wilayah Novalia Nurkadina, Maulana Ahmad.
Pembangunan Bali Timur. Kepemilikan aset 2018. The Impact of Physical and
tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan. Human capital on the Economic
Ketersediaan infrastruktur berpengaruh positif Growth of Agricultural Sector in
terhadap kesejahteraan. Pendidikan dan South Sumatera. 8(4) pp : 322-326
pendapatan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kesejahteraan. Kepemilikan aset, Abebe Thesome, Quaicoe Nana. 2014. Causes
ketersediaan infrastruktur, dan pendidikan of Poverty in Sub-Saharan Africa: A
tidak berpengaruh secara tidak langsung Layered Theory Approach to
terhadap kesejahteraan melalui pendapatan. Understanding Significant Factors.
Perlunya kesadaran dari seluruh lapisan 6(6) pp : 112-124
masyarakat terhadap pengentasan kemiskinan.
Mulai dari pemerintah atau pejabat (pusat Alcock, Pete. 2012. Poverty and Social
dan daerah) sampai rumah tangga miskin Exclusion. The Student’s Companion
itu sendiri. Perlunya peningkatan kualitas to Social Policy. Fourth Edition,
sumber daya manusia, misalnya dengan pp: 26-186.
lebih mengutamakan bantuan terhadap sektor
Pendidikan. Kepala rumah tangga yang Andi Nugroho. 2010. Faktor-Faktor Penyebab
bekerja sebaiknya dapat membentuk kelompok Meningkatnya Rumah Tangga Miskin
usaha. Kelompok usaha ini disesuaikan di Kecamatan Suruh Kabupaten
dengan pekerjaan serta kemampuan dalam Semarang. Jurnal Universitas Negeri
menghasilkan produktivitas yang dimiliki oleh Semarang.
masing-masing kepala rumah tangga untuk
meningkatkan pendapatannya. Pendapatan Anne Booth. 2000. Poverty and Inequality in
akan bertambah jika kepala rumah tangga The Soeharto Era : An Assessment.
mampu bekerja secara produktif dengan Bulletin Of Indonesian Economic
memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya Studies. 36 (1) pp : 73-104.
dan meningkatkan pengetahuan dengan
mencapai pendidikan yang tingkatannya lebih Alit, Wiradyatmika A.A Gde dan Sudiana.
tinggi. 2013. Pengaruh Jumlah Penduduk,
Perlunya program khusus bagi Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan
masyarakat miskin dalam rangka meningkatkan Pengangguran Terhadap Jumlah
68 Buletin Studi Ekonomi. Vol. 24 No. 1, Februari 2019

Penduduk Miskin di Kabupaten Iskandar, Hartoyo, Sumarwan Ujang,


Buleleng. Jurnal Ekonomi Khomsan Ali. 2007. Faktor-Faktor
Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan yang Mempengaruhi Kesejateraan
Bisnis Universitas Udayana. Keluarga. Universitas Sumatera Utara.
133-141
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2018.
Data dan Informasi Kemiskinan Kembar Sri Budhi, 2013. Analisis Faktor-
Kabupaten/Kota. Bali: BPS Provinsi Faktor yang Berpengaruh Terdahap
Bali. Pengentasan Kemiskinan di Bali:
Analisis FEM Data Panel. Jurnal
Balisacan, Arsenio M. 2003. Revesiting Ekonomi Kuantitatif Terapan.
Growth And Poverty Reduction In 6(1) hal : 1-6
Indonesia: What Do Subnational Data
Show?. Jurnal Bulletin of Indonesian Nasir, M. Muh, Saichudin dan Maulizar.
Economic Studies University of the 2008. Analisis Faktor-Faktor yang
Philippines-Diliman and SEAMEO Mempengaruhi Kemiskinan Rumah
Regional Center for Graduate Study Tangga Di Kabupaten Purworejo.
and Research in Agriculture. Jurnal Eksekutif. Vol. 5 No. 4,
39(3). 330-350. Agustus 2008. Jakarta : Lipi

Bourbuignon Francois, Cakravarty Satya R. Pratomo Shasta Devanto. 2017. Pendidikan


2003. The Measurment of dan Partisipasi Angkatan Kerja
Multidimensional Poverty. 1(1) Wanita di Indonesia: Analisis
pp : 25-49 Terhadap Hipotesis Kurva-U. Jurnal
Ekonomi Kuantitatif Terapan.
Bryant, W.K. 1990. Understanding Information 10(1) hal: 1-7
System, Foundations for Control.
Pretince-Hall of India, New Delhi. Purwanto Agung, Taftazani Muhammad.
2018. Pengaruh Jumlah Tanggungan
Capra, Theresa. 2009. Poverty and its Impact Terhadap Tingkat Kesejahteraan
on Education:Today and Tomorrow. Ekonomi Keluarga Pekerja K3L
pp : 75-81 Universitas Padjajaran. Jurnal
Ekonomi Kuantitatif Terapan.
Fatimah, Empat. 1995. Beberapa Faktor yang 1(2) hal: 33-43
Mempengaruhi Alokasi Pengeluaran
dan Tingkat Konsumsi Pangan Putrayasa I Made, Purbadharmaja Ida Bagus
Keluarga (Studi Kasus di Kelurahan Putu. 2019. The Influence of
Tanah Sareal, Bogor). Institut Socialization and Economic Potential
Pertanian Bogor. Bogor on Productivity and Income of Village
Owned Entreprises in Seririt District.
Hukom, Alexandra. 2014. Hubungan Jurnal of Humanites and Social
Ketenagakerjaan Dan Perubahan Science. Vol 24
Struktur Ekonomi terhadap
Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Putri, Arya Dwinanda dan Setiawina Nyoman
Ekonomi Kuantitatif Terapan Jurusan Djinar. 2013. Pengaruh Umur,
Ilmu Ekonomi dan Studi Pendidikan, Pekerjaan Terhadap
Pembangunan Fakultas Ekonomi Pendapatan Rumah Tangga Miskin
Universitas Palangka Raya. di Desa Bebandem. E-Jurnal
7 (2). 120-129. Ekonomi Pembangunan Universitas
Ni Putu Cahya Agung Tika Meidina, A.A.I.N. Marhaeni, Pengaruh Kepemilikan. . . 69

Udayana. 2 (2). Verner, Dorte. 2006. Rural Poor in Rich Rural


Areas: Poverty in Rural Argentina.
Radhakrishna, R at all. 2007. Estimation and pp : 3.
Determination of Chronic Poverty
In India: An Alternative Approach. Vincent, Brian. 2009. The Concept ‘Poverty’
Chronic Poverty Journal. towards Understanding in the Context
of Develoving Countries ‘Poverty
Sinaga dan Nyak Ilham. 2002. Penggunaan qua Poverty’. Journal of Sustainable
Pangsa Pengeluaran Pangan Sebagai Development. 2 (2).
Indikator Komposit Ketahanan
Pangan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi Yanthi Dian Purnama, Marhaeni. 2015.
dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Pengaruh Pendidikan, Tingkat Upah
dan Pengangguran Terhadap
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Persentase Penduduk Miskin di
Jakarta: Direktorat Jenderal Kabupaten/Kota Provinsi Bali.
Pendidikan Tinggi, Departemen PIRAMIDA. 9(2) hal : 68-75.
Pendidikan Nasional.
Yasa Artana Oka, Arka Sudarsana. 2015.
Suryahadi Asep, Hadiwidjaja Gracia, Sumarto Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan
Sudarno. Economic Growth and Disparitas Pendapatan Antar daerah
Poverty Reduction in Indonesia Before Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
and After the Asian Financial Crisis. Provinsi Bali. Jurnal Ekonomi
Bulletin Of Indonesian Economic Kuantitatif Terapan. 8(1) hal : 63-71
Studies. pp : 13.
Yusuf dan Sumner. 2015. Growth, Poverty,
Tisnawati Made. 2016. Partisipasi Kelas and Inequality Under Jokowi. Bulletin
Menengah Dalam Pengentasan Of Indonesian Economic Studies,
Kemiskinan Perdesaan di Kabupaten Vol.51, No.3, ISSN:0007-4918.
Gianyar. PIRAMIDA. 12 (2) hal : 72-79

You might also like