You are on page 1of 15

Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM], Vol.

4(6):918-932
DOI: https://doi.org/10.29244/jskpm.v4i6.751 918-932
Copyright © 2020 Departemen SKPM - IPB
http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/index.php/jskpm
ISSN: 2338-8021; E-ISSN: 2338-8269

Kapasitas Adaptif Komunitas Nelayan Dalam Menghadapi Kerusakan


Ekosistem Laut (Kasus: Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur)
Fishing Community Adaptive Capacity towards Marine Ecosystem Damage
(Case: Bangsring Village, Wongsorejo District, Banyuwangi Regency, East Java)
Eryanti Sihol M. Hutagaol dan Nurmala K. Pandjaitan
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor, Dramaga Bogor 16680, Indonesia
E-mail: eryantismh98@gmail.com; nurmala_katrina@yahoo.co.id
ABSTRACT
Disasters are potentially traumatic that are collectively experienced. Marine ecosystem damage causes the productivity of
fishermen to be disturbed so that the welfare of fishermen decreases. The purpose of this study are to analyze the adaptive
capacity and collective action through fishing community resilience towards marine ecosystem damage. The approach used in
this study is quantitative approach supported by qualitative data with an online survey method. Data collection was done online
due to the corona virus pandemic. The respondents were selected by accidental sampling with 30 respondents. The results of the
study show that community adaptive capacity is high towards marine ecosystem damage in the form of collective action. There
are still some community members who do not understand the purpose of carrying out activities, but they have already
participated so that they are resilient in the form of increasing welfare, closeness of community relation and supporting facilities
for fishermen productivity.
Keywords: Adaptive capacity, Collective action, Community resilience

ABSTRAK
Bencana merupakan peristiwa yang berpotensi traumatis yang secara kolektif dialami. Kerusakan ekosistem laut menyebabkan
produktivitas nelayan terganggu sehingga kesejahteraan nelayan ikan menurun. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
kapasitas adaptif dan aksi kolektif dalam resiliensi komunitas nelayan menghadapi kerusakan ekosistem laut. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kuantitatif didukung data kualitatif dengan metode survei secara online. Pemilihan responden
dilakukan secara accidental sampling dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kapasitas adaptif komunitas nelayan tinggi dalam menghadapi kerusakan ekosistem laut dengan melakukan perubahan dalam
bentuk aksi kolektif. Masih ada sebagian anggota komunitas yang kurang memahami tujuan pelaksanaan kegiatan namun mereka
sudah berpatisipasi sehingga resilien dalam bentuk peningkatan kesejahteraan, keeratan hubungan dalam komunitas dan
perbaikan sarana penunjang produktivitas nelayan.
Kata kunci: Aksi kolektif, Kapasitas adaptif, Resiliensi komunitas

PENDAHULUAN hidup, termasuk dari sisi ekonomi dan bisnis


yang terkait laut telah menekan dan merusak
Sebagian besar wilayah Indonesia adalah laut
ekosistem laut secara global. Berdasarkan data
yang menjadikannya sebagai negara kepulauan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2017),
yang memiliki garis pantai terpanjang nomor dua
tutupan terumbu karang di Indonesia sepanjang
di dunia (Kementerian Kelautan dan Perikanan,
2016 mengalami penurunan jika dibandingkan
2017). Begitu banyak dan beragam potensi
dengan tahun sebelumnya. Tren ini cenderung
sumber daya pada bidang kelautan dan perikanan
terjadi sejak 2013 dengan kecenderungan serupa
yang dapat ditingkatkan. Berdasarkan terjadi di sejumlah negara lain. Laporan tersebut
Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015), menyimpulkan bahwa hanya 6,39 persen terumbu
sumber daya kelautan global sedang terancam karang berada dalam kondisi sangat baik,
kerusakan besar yang secara besar diakibatkan sementara itu 35,15 persen berada dalam kondisi
oleh aktivitas manusia dan perubahan iklim.
buruk.
Pemenuhan kebutuhan manusia untuk

Desember 2020 - 918


Kerusakan ekosistem laut memberikan dampak PENDEKATAN TEORITIS
buruk bagi sumber daya yang meliputi rusaknya
Bencana
terumbu karang dan punahnya ikan. Komunitas
nelayan harus mampu beradaptasi dengan Berdasarkan Undang Nomor 24 Tahun 2007
mengolah dan mengoptimalkan sumber daya tentang Penanggulangan Bencana, bencana tidak
yang tersedia. Dalam menghadapi gangguan, hanya disebabkan oleh faktor alam dan/atau
Pandjaitan et al. (2016) mengutarakan bahwa faktor non alam maupun faktor manusia. Bencana
komunitas pesisir tidak akan rentan terhadap alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
berbagai dampak perubahan bila komunitas itu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
mempunyai kapasitas adaptasi yang memadai disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
sehingga mampu membuat aktifitas nafkah yang bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
baru yang adaptif terhadap gangguan sekaligus kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
dapat memberikan penghasilan yang lebih Bencana non alam adalah bencana yang
tinggi. Menurut Longstaff et al. (2010) kapasitas diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
adaptasi komunitas adalah fungsi dari peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal
kemampuan individu dan kelompok untuk: 1) teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan
menyimpan dan mengingat pengalaman; 2) wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana
menggunakan memori dan pengalaman itu untuk yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
belajar, berinovasi, dan mengorganisasikan peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang
ulang sumber daya untuk beradaptasi dengan meliputi konflik sosial antarkelompok atau
tuntutan lingkungan yang berubah; dan 3) antarkomunitas masyarakat, dan teror.
terhubung dengan orang lain di dalam dan di Berbagai dampak yang ditimbulkan oleh bencana
luar komunitas pengalaman dan pelajaran. sering tidak dapat diatasi karena kurangnya
Kerusakan ekosistem laut mengancam kapasitas adaptif komunitas dalam menghadapi
keberlangsungan pekerjaan nelayan. Komunitas bencana. Dillashandy dan Pandjaitan (2017)
harus resilien agar dapat bertahan mengatasi mengungkapkan bahwa kapasitas adaptasi
gangguan yang dialami. Menurut Cutter et al. innovative learning yang dimiliki oleh komunitas
(2010), resiliensi komunitas terdiri atas lima Kalitengah Lor yang terkena bencana erupsi
komponen, yakni: 1) social resilience; 2) Gunung Merapi dikatakan tinggi karena berbagai
economic resilience; 3) institutional resilience; inovasi dilakukan oleh komunitas. Setelah keadaan
4) infrastructure resilience dan 5) community mulai membaik, komunitas memperbaharui dan
capital. Dalam menghadapi gangguan, meningkatkan kinerja tim Pengurangan Resiko
komunitas perlu melakukan tindakan secara Bencana (PRB), memanfaatkan sumber daya
bersama. Aksi kolektif merupakan syarat dalam seperti pasir yang dimanfaatkan untuk
membangun resiliensi komunitas. Resiliensi mendapatkan penghasilan, dan membuat sebuah
komunitas akan berlangsung dalam jangka wisata yaitu Wisata Glagahsari yang
panjang apabila keseluruhan anggota komunitas memanfaatkan keindahan alam Gunung Merapi.
terlibat aktif di dalamnya. Menurut Adger Komunitas
(2003) suatu komunitas yang homogen lebih
berpeluang melakukan aksi kolektif secara Suatu komunitas dapat berupa sekelompok orang
bersama-sama dengan efektif. yang berkumpul bersama secara fisik, lingkungan,
ekonomi, relasional, politis atau sosial (Kumar
Oleh karena itu, dapat dirumuskan masalah 2005). Menurut Norris et al. (2008), komunitas
penelitian, diantaranya adalah (1) bagaimana terdiri dari lingkungan yang dibangun, alami,
kapasitas adaptif komunitas nelayan dalam sosial, dan ekonomi yang saling memengaruhi
menghadapi kerusakan ekosistem laut? (2) dengan cara yang kompleks. Komunitas
bagaimana aksi kolektif komunitas nelayan didefinisikan dalam tiga tipe yakni: mereka yang
dalam menghadapi kerusakan ekosistem? (3) tinggal di wilayah yang sama; mereka yang
bagaimana resiliensi komunitas nelayan memiliki keterhubungan satu sama lain dan
menghadapi kerusakan ekosistem laut?

Desember 2020 - 919


karakteristik yang mencakup identitas yang sama rasa kepemilikan, dan fleksibilitas dalam
dan ciri khusus yang membedakannya dengan membangun resiliensi. Pendapat ini didukung
komunitas yang lain; dan mereka yang datang oleh Imperiale et al. (2016) yang mengemukakan
bersama dalam menanggapi suatu masalah. bahwa tindakan orang-orang dalam komunitas
Nelayan pada umumnya tinggal di pinggir pantai, didorong oleh perasaan yang kuat seperti empati,
yakni pada sebuah lingkungan pemukiman yang solidaritas, dan rasa tanggung jawab sosial dan
dekat dengan lokasi kegiatannya (Imron 2005). tugas publik.
Faktor yang memengaruhi pendapatan nelayan Cutter (2013) mengungkapkan bahwa resiliensi
meliputi faktor sosial dan ekonomi yang terdiri terhadap bencana memerlukan upaya kolektif
atas besarnya modal, jumlah perahu, jarak
dengan tanggung jawab bersama. Perilaku
tempuh melaut, dan pengalaman nelayan. masyarakat yang positif dan kooperatif dalam
Berdasarkan penelitian Kamaali et al. (2016) merespon gangguan mampu mendukung aksi
mengenai pengkayaan sumber daya ikan dengan masyarakat dalam mengatasi gangguan tersebut
fish apartment di perairan Bangsring, sehingga komunitas resilien pada periode krisis.
Banyuwangi, setiap tahun semakin banyak Keterlibatan komunitas secara langsung dalam
nelayan yang memanfaatkan daerah perairan menghadapi bencana menciptakan kemandirian
pantai untuk menangkap ikan hias. Persaingan tanpa ketergantungan dengan pihak luar.
untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan Cutter et al. (2010) menjelaskan komponen
semakin tinggi. Sebagian besar nelayan di dalam resiliensi terhadap bencana terdiri dari: 1)
Bangsring adalah nelayan yang menangkap ikan social resilience; 2) economic resilience; 3)
hias, sedangakan ikan konsumsi seperti kerapu, institutional resilience; 4) infrastructure
kakap dan baronang hanyalah sebagai ikan hasil resilience; dan 5) community capital; Sementara
tangkapan sampingan yang dapat di konsumsi Rapaport et al. (2019) menyatakan bahwa
sehari-hari. terdapat tiga elemen dasar resiliensi komunitas
Resiliensi Komunitas yang mencakup: 1) sumber daya masyarakat; 2)
kemampuan masyarakat untuk beradaptasi; dan
Maguire et al. (2008) mengungkapkan bahwa 3) kapasitas masyarakat untuk menyerap
resiliensi adalah kemampuan komunitas untuk gangguan. Pengukuran lima faktor resiliensi
merespons perubahan secara adaptif. Rapaport et
dalam masyarakat didasarkan pada: 1) kesiapan;
al. (2019) mendefinisikan resiliensi komunitas
2) social trust; 3) kepemimpinan; 4) efisiensi
sebagai bentuk kemampuan untuk
kolektif dan 5) keterikatan tempat. Stark et al.
memanfaatkan sumber dayanya saat ini untuk
(2019) faktor utama resiliensi komunitas terletak
beradaptasi dengan kesulitan atau gangguan
pada interaksi anggota komunitas dalam
tiba-tiba, dan pada akhirnya untuk dapat
menangani kesulitan melalui sumber daya sosial.
menyerap gangguan, kembali ke rutinitas, dan
Berdasarkan penelitian Subair et al. (2014)
bahkan berkinerja lebih baik dibandingkan
dikatakan bahwa resiliensi juga diperkuat oleh
dengan situasi sebelum terjadinya gangguan.
faktor-faktor kebersamaan masyarakat dalam
Cutter et al. (2014) mengungkapkan bahwa
kegiatan perikanan, kerukunan nelayan, dan
resiliensi terhadap bencana dapat meningkatkan
ketahanan pangan yang bersandar kepada
kemampuan masyarakat untuk mempersiapkan
dan merencanakan, menyerap, memulihkan, dan pengetahuan lokal komunitas nelayan.
beradaptasi dengan peristiwa buruk (aktual Menurut (Adger 2000; Folke 2006; Maguire dan
maupun potensial) dalam waktu yang tepat dan Hagan 2007) terdapat tiga pandangan utama yang
dengan cara yang efisien untuk melakukan mengkategorikan resiliensi yakni: (1) Resilience
pemulihan dan perbaikan fungsi dan struktur as stability, yakni kemampuan adaptasi
dasar. komunitas untuk kembali stabil yang terlihat dari
Menurut Longstaff et al. (2010), perencanaan terciptanya tingkat kenyamanan; (2) Resilience as
dan respon bencana memerlukan keterlibatan recovery, yakni keberfungsian sistem untuk
dari berbagai lembaga lokal. Fokus komunitas kembali bangkit pada keadaan seperti semula;
dalam resiliensi menciptakan partisipasi lokal, dan (3) Resilience as transformation, yakni
kemampuan untuk berubah pada keadaan yang

Desember 2020 - 920


berkelanjutan terlihat dari pembangunan yang dan (3) Kesediaan untuk berpartisipasi, yaitu
masif, serta tersedia infrastruktur dan fasilitas kerelaan warga komunitas untuk mendukung dan
penunjang. ikut serta dalam melaksanakan kegiatan
komunitas guna memenuhi tujuan/kepentingan
Aksi Kolektif
bersama.
Membangun resiliensi komunitas merupakan
Kapasitas Adaptasi
sebuah gerakan bersama/kolektif untuk
mengatasi gangguan. Aksi kolektif dalam suatu Resiliensi tidak terlepas dari kapasitas suatu
komunitas hanya dapat tercapai apabila komunitas dalam beradaptasi terhadap suatu
dilakukan secara bersama-sama. Jenis jaringan perubahan akibat terjadinya gangguan. (Longstaff
yang berbeda akan menentukan berbagai jenis et al. 2010; Cutter et al. 2014) memaparkan
strategi untuk adaptasi, tergantung pada ruang bahwa resiliensi tidak menjamin stabilitas jangka
adaptasinya. Aksi kolektif merupakan suatu pendek, tetapi lebih pada kelangsungan fungsi-
tindakan yang dilakukan oleh kelompok (secara fungsi penting sistem dalam jangka panjang.
langsung atau atas nama organisasi) untuk Fokus terbaru dalam resiliensi menunjukkan
mencapai kepentingan bersama (Marshall 1998). pergeseran dari strategi antisipasi resiko dan
mitigasi terhadap kerentanan menjadi strategi
Adger (2003) menyatakan bahwa aksi kolektif
yang lebih inklusif yakni integrasi perlawanan
memerlukan jaringan dan arus informasi antara (pencegahan dan perlindungan) dan ketahanan
individu dan kelompok untuk memperlancar (respon dan pemulihan) dalam menghadapi
pengambilan keputusan. Melalui aksi kolektif bencana melalui kapasitas adaptif komunitas.
tersebut seseorang memiliki peluang yang lebih Menurut Lin (2019) sebuah komunitas mampu
besar untuk mengatasi keterbatasannya, baik mengatur ulang sumber daya yang dimiliki
yang terkait dengan sumber daya, kekuasaan, sedemikian rupa untuk mengoptimalkan
dan lain-lain. Dalam aksi kolektif komunitas, fungsinya saat atau setelah terjadi gangguan.
figur pemimpin berperan dalam hal pengambilan
keputusan maupun pergerakan komunitas. Menurut Longstaff et al. (2010) kapasitas
adaptasi komunitas adalah fungsi dari
Terdapat tiga indikator untuk mengukur aksi kemampuan individu dan kelompok dalam
kolektif pada suatu komunitas menurut beberapa bentuk: (1) Menyimpan dan mengingat
ahli yakni menurut Vinson (2004), yaitu social pengalaman (institutional memory); (2)
and support networks (termasuk akses dukungan Menggunakan memori dan pengalaman itu
sosial pada saat dibutuhkan), social untuk belajar, berinovasi, dan mereorganisasi
participation (peniadaan isolasi sosial, sumber daya untuk beradaptasi dengan tuntutan
keikutsertaan dalam diskusi, pengambilan lingkungan yang berubah (innovative learning);
keputusan, serta kegiatan), dan community dan (3) Terhubung dengan orang lain di dalam
engagement (bekerja untuk kepentingan dan di luar komunitas untuk
bersama). Adger (2003) mengungkapkan bahwa mengkomunikasikan pengalaman dan pelajaran
indikator dalam mengukur aksi kolektif adalah yang dipetik (connectedness).
homogenitas, jaringan, dan
modal sosial komunitas. Pengukuran aksi Komunitas yang mampu memenuhi tiga unsur
kolektif menurut Fadli (2007) terdiri dari tiga tersebut mempunyai kapasitas tinggi untuk
indikator yang digunakan juga dalam penelitian beradaptasi dengan perubahan di lingkungan,
ini yaitu: (1) Bentuk kegiatan kolektif, yaitu dan begitu pula sebaliknya.
bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan bersama Komunitas yang tangguh dapat menggunakan
oleh warga komunitas untuk mencapai sumber dayanya dan kapasitas adaptifnya secara
tujuan/kepentingan bersama; (2) Intensitas proaktif, sedangkan komunitas yang kurang
kegiatan kolektif, yaitu frekuensi tindakan yang tangguh mungkin hanya dapat mengambil
dilakukan secara bersama-sama oleh warga tindakan setelah dampak terjadi atau tidak dapat
komunitas dalam mencapai tujuan/kepentingan bertindak sama sekali (Maguire dan Cartwright
bersama yang dilihat dari keikutsertaan dan 2008).
kerja sama anggota dalam kegiatan komunitas;

Desember 2020 - 921


Kerangka Pemikiran
Kerusakan ekosistem laut yang dialami Kapasitas Aksi kolektif Resiliensi
komunitas nelayan menyebabkan penurunan adaptif komunitas komunitas
produksi ikan sehingga menurunkan pendapatan komunitas nelayan nelayan
nelayan yang mengancam kesejahteraan nelayan 1. Bentuk aksi 1. Social
nelayan. Oleh sebab itu komunitas harus mampu 1. Tingkat kolektif resilience
menyerap gangguan agar resilien (Longstaff et institutional 2. Intensitas aksi 2. Economic
al. 2010). Kapasitas adaptif menunjukkan memory kolektif resilience
kemampuan komunitas dalam memanfaatkan 2. Tingkat 3. Kesediaan untuk 3.Infrastucture
sumber daya untuk mengubah dan merespons innovative berpartisipasi resilience
perubahan dengan cara yang adaptif (Maguire learning
dan Cartwright 2008). Menurut Longstaff et al. 3. Tingkat
(2010) kapasitas adaptasi menunjukkan connected
kemampuan mengingat pengalaman masa lalu ness
dalam bentuk pengetahuan (institutional
memory), mempelajari dan menggunakan
Gambar 1 Kerangka pemikiran
pengetahuan dalam usaha baru (innovative
Keterangan
learning) dan mempunyai keterhubungan : Membangun
(connectedness). Penelitian Dillashandy dan
Pandjaitan (2017) menyebutkan bahwa Hipotesis Penelitian
komunitas yang memiliki kapasitas adaptasi
melakukan aksi kolektif untuk beradaptasi 1. Diduga tingkat kapasitas adaptif pada
dengan lingkungan yang baru dengan melakukan komunitas nelayan tergolong tinggi dalam
transformasi dalam bentuk pengelolaan sumber menghadapi kerusakan ekosistem laut.
daya pasir menjadi Wisata Glagahsari sehingga 2. Diduga aksi kolektif komunitas nelayan
komunitas resilien. tergolong tinggi dalam menghadapi kerusakan
Aksi kolektif dalam suatu komunitas hanya ekosistem laut.
dapat tercapai apabila tingkat connectedness 3. Diduga resiliensi komuntas nelayan (sosial,
komunitas tinggi. Aksi kolektif tidak tercapai ekonomi, dan infrastruktur) tergolong tinggi
apabila tidak ada kesediaan komunitas untuk dalam menghadapi kerusakan ekosistem laut.
berpartisipasi oleh sebab itu perlu diukur sejauh
mana kesukarelaan komunitas dalam PENDEKATAN LAPANGAN
melaksanakan kegiatan. Menurut Fadli (2007) Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
aksi kolektif diukur dengan tiga indikator yakni pendekatan kuantitatif didukung data kualitatif.
bentuk dan intensitas aksi kolektif, serta Pendekatan kuantitatif ditujukan untuk
kesediaan untuk berpartisipasi. Membangun mendapatkan informasi mengenai kapasitas
resiliensi komunitas merupakan sebuah gerakan adaptif, aksi kolektif, dan resiliensi komunitas
bersama/kolektif untuk mengatasi sebuah dalam menghadapi bencana kerusakan
gangguan atau tantangan dalam komunitas. ekosistem di laut Bangsring. Penelitian ini
Resiliensi komunitas nelayan akan dilihat dari bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian
tiga komponen yang dikemukanan oleh Cutter et yang menyajikan satu gambaran yang terperinci
al. (2014) yakni social resilience, economic tentang satu situasi khusus, setting sosial, atau
resilience, dan infrastucture resilience. hubungan dengan mengukur besar atau distribusi
sifat-sifat tersebut di antara anggota-anggota
kelompok tertentu (Silalahi 2009). Penelitian ini
dilakukan secara online dengan mewawancarai
responden melalui telepon. Hal ini terpaksa
dilakukan karena terkendala adanya Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) pada masa
pandemi COVID-19 sejak Maret 2020 yang

Desember 2020 - 922


membatasi mobilitas warga masyarakat ke luar Kemudian dipilih sampel penelitian sebanyak 30
wilayah domisilinya sehingga peneliti tidak responden melalui teknik accidental sampling,
dapat mengunjungi langsung lokasi penelitian. yaitu penentuan sampel dari anggota populasi
yang bisa dan mampu menjawab pertanyaan
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
penulis melalui telepon ditengah situasi pandemi
Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten
yang tidak memungkinkan penulis untuk
Banyuwangi, Jawa Timur karena pernah
mengambil data secara langsung ke lapang.
mengalami kerusakan ekosistem laut sejak tahun
Maka dari itu penelitian ini tidak dapat
1970 dan berhasil resilien dengan
digeneralisasi namun cukup menggambarkan
mengembangkan ekowisata Bangsring
kondisi khusus komunitas tersebut.
Underwater serta berhasil meningkatkan
kesejahteraan komunitas nelayan. Desa ini Informasi kontak berupa nomor telepon anggota
pernah mendapat apresiasi atas prestasi diperoleh dari ketua dan pengurus komunitas.
komunitas nelayan diantaranya Juara 1 Nasional Penulis menghubungi satu per satu pengurus
Desa Percontohan Pengelolaan Pesisir dan untuk menanyakan kesediaannya sembari
Pulau-Pulau Kecil oleh Kementerian Kelautan mencari nomor telepon anggota melalui
dan Perikanan pada 2013. pengurus tersebut. Proses ini memakan waktu
yang cukup lama karena tidak semua anggota
Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari 2020 memberikan respon dan terdapat beberapa
hingga Agustus 2020 yang meliputi penyusunan anggota yang tidak bersedia memberikan
proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal, informasi. Data dikumpulkan dari 30 responden
pengambilan data, pengolahan dan analisis data, yang bersedia dan mampu menjawab pertanyaan
penulisan draft laporan skripsi, uji kelayakan, melalui telepon.
sidang skripsi, dan perbaikan skripsi. Kegiatan
pengumpulan data memakan waktu yang lebih Metode analisis data dalam penelitian ini terdiri
panjang karena kebijakan PSBB yang dari metode analisis kuantitatif dan analisis
mengakibatkan tidak memungkinkannya kualitatif. Analisis kuantitatif yang digunakan
pelaksanaan penelitian lapangan. adalah analisis deskriptif. Semua data yang telah
diperoleh dari kuesioner terlebih dahulu
Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu diperiksa kembali dan dicermati
data primer dan data sekunder. Data primer kekonsistensiannya dengan data hasil
diperoleh melalui kuesioner mengenai kapasitas wawancara sebelum diolah dan dianalisis.
adaptif, aksi kolektif dan resiliensi komunitas Selanjutnya dilakukan pengkodean dan
melalui sambungan telepon. Data sekunder pemberian nilai untuk data yang diperoleh
diperoleh melalui profil dan monografi desa. melalui kuesioner, kemudian dimasukkan ke
Teknik pengumpulan data menggunakan metode dalam Microsoft Excel 2010 untuk dihitung
survei. Menurut Effendi dan Tukiran (2017), frekuensi dan rata-rata skor masing-masing
penelitian survei adalah penelitian yang variabel. Data selanjutnya dianalisis,
mengambil sampel dari satu populasi dan diinterpretasikan, dan ditarik kesimpulan
menggunakan teknik kuesioner sebagai alat berdasarkan hipotesis penelitian. Data kualitatif
pengumpulan data pokok. Perubahan rencana yang diperoleh melalui wawancara yang
penelitian akibat kondisi pandemi COVID-19 digunakan sebagai informasi tambahan untuk
menjadikan pengumpulan data dilakukan secara mendukung interpretasi data kuantitatif.
online atas persetujuan
ketua komunitas nelayan ikan hias Samudera HASIL DAN PEMBAHASAN
Bakti.
Kapasitas Adaptif Komunitas Nelayan Ikan
Unit analisis pada penelitian ini adalah Hias Samudera Bakti
komunitas, namun informasi diperoleh dari
individu anggota komunitas. Populasi dalam Kapasitas adaptif dapat dilihat dari ringkat
penelitian ini merupakan anggota komunitas institutional memory, innovative learning, dan
Samudera Bakti yakni sejumlah 109 orang. connectedness.

Desember 2020 - 923


1. Institutional Memory Tabel 2 diketahui bahwa lebih dari 70 persen
responden yakni 100 persen responden memiliki
Hal ini dilihat melalui tingginya pengetahuan
tingkat innovative learning yang tinggi sehingga
komunitas dalam hal yaitu: 1) besarnya
tingkat innovative learning komunitas dikatakan
kerusakan ekosistem laut (100 persen); 2)
tinggi.
besarnya dampak kerusakan (100 persen); 3)
jumlah dampak (60 persen); 4) jumlah penyebab Tabel 2 Jumlah dan persentase responden
(70 persen); dan (5) cara mengatasi kerusakan. berdasarkan tingkat innovative learning komunitas
Komunitas tidak melakukan cara untuk nelayan ikan hias Samudera Bakti 2020
mengatasi kerusakan karena pengetahuan dan
Tingkat innovative Jumlah Persentase
pengalaman yang rendah. Pembentukan
Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti learning (orang) (%)
merupakan titik awal dilakukannya kegiatan Tinggi 30 100
konservasi untuk mengatasi kerusakan Rendah 0 0
ekosistem laut di Bangsring Jumlah 30 100

Tabel 1 Jumlah dan persentase responden Connectedness dilihat melalui tingginya


berdasarkan tingkat institutional memory komunitas intensitas keterhubungan komunitas dalam
nelayan ikan hias Samudera Bakti 2020 beberapa hal yaitu: 1) cara mendapatkan
informasi (70 persen); 2) penangkapan ikan (100
Tingkat institutional Jumlah Persentase persen); 3) kerjasama komunitas (90 persen); 4)
memory (orang) (%) cara mendapatkan bantuan dana (23,3 persen);
Tinggi 25 83,3 dan 5) cara mendapatkan bantuan ide (46,7
Rendah 5 16,7 persen). Intensitas dalam mendapatkan bantuan
Jumlah 30 100 dana dan ide dari luar komunitas masih rendah.
Modal dan perencanaan kegiatan hanya
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa lebih dari diperoleh dari komunitas itu sendiri karena
70 persen yakni 83,3 persen responden memiliki keswadayaannya.
tingkat institutional memory yang tinggi terkait
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa lebih dari
terjadinya kerusakan ekosistem laut sehingga
70 persen responden yakni 83,3 persen
tingkat institutional memory komunitas responden memiliki tingkat connectedness yang
dikatakan tinggi. Nelayan sangat merasakan tinggi sehingga tingkat connectedness komunitas
perubahan yang terjadi akibat rusaknya dikatakan tinggi. Bentuk keterhungan yang
ekosistem laut yang menjadikannya memiliki diidentifikasi dalam komunitas nelayan ini
ingatan yang melekat akan kerusakan. Masih mencakup hubungan di dalam dan luar
terdapat sebagian kecil responden yang kurang komunitas, serta hubungan dengan pihak lain di
mengetahui secara jelas kerusakan ekosistem luar nelayan seperti dinas perikanan atau LSM.
serta tindakan penyelesaiannya. Kurangnya
pengalaman menyebabkan responden tidak Tabel 3 Jumlah dan persentase responden
dapat melakukan tindakan penyelesaian saat berdasarkan tingkat connectedness komunitas
nelayan ikan hias Samudera Bakti 2020
ekosistem laut berada pada kondisi paling buruk.
2. Innovative Learning Tingkat Jumlah Persentase
connectedness (orang) (%)
Penentuan tingginya tingkat innovative learning
Tinggi 25 83,3
didasarkan kepada pelaksanaan usaha-usaha
Rendah 5 16,7
baru dalam mengatasi kerusakan yakni: 1)
Jumlah 30 100
perbaikan ekosistem laut (93,3 persen); 2)
peulihan sumber daya ikan hias(90 persen), 3) Sebanyak 16,7% responden menilai bahwa
penangkapan ikan hias (100 persen), 4) keterhubungan komunitas rendah karena jarang
pencegahan penangkapan ikan yang berlebihan memeroleh informasi dan bekerjasama dalam
(100 persen), dan 5) penjagaan kelestarian perbaikan ekosistem laut yang disebabkan oleh
eksosistem laut (100 persen). Berdasarkan pekerjaan ganda yang dilakukan nelayan

Desember 2020 - 924


sehingga tidak dapat terlibat aktif dalam Fadli (2007) memaparkan bahwa tingkat aksi
komunitas namun sebagian besar responden kolektif dapat diukur melalui bentuk, intensitas,
memiliki keterhubungan yang erat melalui dan kesediaan untuk berpartisipasi dalam
tingginya intensitas komunitas dalam hal kegiatan kolektif.
mendapatkan informasi, menangkap ikan, dan
1. Bentuk Aksi Kolektif
bekerjasama. Komunitas nelayan ikan hias
Samudera Bakti memiliki pengetahuan dan Seluruh responden mengetahui keberadaan dan
pengalaman (institutional memory) yang tinggi, ikut berpartisipasi dalam kegiatan kolektif
melaksanakan usaha baru (innovative learning), komunitas yakni transplantasi terumbu karang,
dan mempunyai keterhubungan (connectedness) perawatan rumah ikan, perawatan rumah
yang tinggi sehingga menunjukkan bahwa apung,penjagaan kebersihan daerah terumbu
mereka mampu beradaptasi dalam mengatasi karang, pengawasan pencurian ikan dan rapat
masalah, hal ini sesuai dengan pendapat rutin bulanan.
(Longstaff et al. 2010).
2. Intesitas Kegiatan Kolektif
Berdasarkan uraian di atas disajikan Tabel 4
Seluruh nelayan memang terlibat dalam
yang menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen
melakukan kegiatan kolektif namun masih ada
responden yakni 100 persen responden memiliki
perbedaan intensitas pelaksanaanya. Masih
tingkat kapasitas adaptif yang tinggi sehingga
terdapat banyak kegiatan dengan intensitas yang
tingkat kapasitas adaptif komunitas ikan hias
kurang dari 60 persen. Perbedaan tingginya
Samudera Bakti dikatakan tinggi. Komunitas
intensitas pelaksanaan kegiatan kolektif di atas
nelayan ikan hias Samudera Bakti mempunyai
dilatarbelakangi oleh tingkat kesulitan yang
sumber daya lain yang mendukung kapasitas
berbeda-beda dan keterampilan anggota
adaptif yakni sumber daya alam (jumlah dan
komunitas dalam setiap pelaksanaannya.
jenis ikan hias) yang melimpah dan sumber
Transplantasi terumbu karang, perawatan rumah
daya manusia yang memadai dilihat dari
ikan, dan perawatan rumah apung masih
tanggung jawab nelayan atas kesalahnnya
memiliki intensitas pelaksanaan yang jarang
dengan mengupayakan berbagai cara untuk
oleh responden. Pelaksanaan kegiatan tersebut
mengembalikan ekosistem laut di Bangsring.
dilaksanakan tidak lebih dari 50 persen
Tabel 4 Jumlah dan persentase responden
berdasarkan tingkat kapasitas adaptif di komunitas responden. Responden yang mengaku jarang
Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti 2020 mengikuti kegiatan merasa bahwa kegiatan
tersebut menjadi cukup sulit dilakukan sehingga
Tingkat Jumlah Persentase semakin jarang melaksanakannya. Sementara
kapasitas adaptif (orang) (%) responden yang rutin hadir mengaku menjadi
Tinggi 30 100 terlatih karena sudah biasa dan rutin mengikuti
Rendah 0 0 kegiatan. Penjagaan kebersihan (60 persen) dan
Total 30 100 rapat rutin bulanan (83,3 persen) mempunyai
intensitas paling tinggi yang selalu dihadiri
Pengoptimalan sumber daya yang tersedia oleh
anggota komunitas karena diakui cukup mudah
komunitas nelayan menghasilkan kapasitas
dilaksanakan tanpa membutuhkan tenaga dan
adaptif komunitas sesuai dengan pendapat
keahlian khusus.
Maguire dan Cartwright (2008) yakni kapasitas
adaptif menunjukkan kemampuan komunitas 3. Kesediaan Berpartisipasi
dalam memanfaatkan sumber daya untuk
Kesediaan berpartisipasi dalam aksi kolektif
mengubah dan merespons perubahan dengan
dilandasi dua macam motif yaitu wajib dan
cara yang adaptif. Berdasarkan hal tersbeut
dikatakan bahwa hipotesis penelitian ini sukarela. Sebagian besar kegiatan kolektif
terjawab. kelompok dilaksanakan secara sukarela oleh
responden. Penjagaan kebersihan daerah
Aksi Kolektif Komunitas Nelayan Ikan Hias terumbu karang merupakan kegiatan dengan
Samudera Bakti motif kesukarelaan yang tertinggi yakni
sebanyak 73,3 persen. Kegiatan ini sudah secara

Desember 2020 - 925


sadar dilakukan karena nelayan menganggap pekerjaan dan tempat tinggal nelayan sehingga
kondisi terumbu karang merupakan hal yang komunitas mampu bekerjasama sehingga
sangat penting diperhatikan dan sangat berhasil melaksanakan kegiatan kolektifnya. Hal
berpengaruh terhadap seluruh ekosistem laut ini sesuai dengan pernyataan Adger (2003) yang
termasuk bagi sumber daya ikan hias. mengatakan bahwa suatu kelompok masyarakat
Keterlibatan anggota komunitas bersifat sukarela yang homogen lebih berpeluang melakukan aksi
(60 persen) pada kegiatan transplantasi terumbu kolektif secara bersama-sama dengan efektif.
karang, perawatan rumah ikan dan rumah apung, Sebagian besar intensitas dan kesediaan anggota
dan pengawasan pencurian ikan. Pelaksanaan komunitas dalam melaksanakan kegiatan
kegiatan ini dilakukan atas kesadaran sendiri dan kolektif komunitas sudah mumpuni namun
kerap pula dilakukan meskipun di luar jadwal belum merata. Masih terdapat responden yang
masing-masing anggota. ikut berpartipasi berlandaskan kewajiban semata
Secara keseluruhan dikatakan bahwa sebagian dan tidak dapat mengikuti kegiatan wajib secara
besar kegiatan sudah dilaksanakan secara rutin.
sukarela namun masih terdapat responden yang Hal ini tentunya dapat memicu
melakukan kegiatan atas dasar kewajiban ketidakberlanjutan aksi kolektif komunitas pada
semata. Sebagian besar responden mengaku masa yang akan datang.
bahwa anggota komunitas mengikuti rapat
sebagai bentuk kepatuhan terhadap aturan Resiliensi Komunitas Nelayan Ikan Hias
sehingga nantinya dapat memeroleh bantuan dari Samudera Bakti
pengurus apabila suatu saat tertimpa masalah.
Resiliensi komunitas pada penelitian ini dilihat
Berdasarkan uraian di atas maka disajikan Tabel melalui: (1) social resilience, (2) economic
5 yang menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen resilience, dan (3) infrastructure resilience.
responden yakni 100 persen responden memiliki
tingkat tingkat aksi kolektif yang tinggi sehingga 1. Social Resilience
tingkat aksi kolektif komunitas dikatakan tinggi. Social resilience menunjukkan gambaran
Secara keseluruhan responden mempunyai aksi hubungan pada komunitas yakni: 1) adanya
koketif yang tinggi namun sebetulnya masih tolong menolong (100 persen); 2) ketersediaan
terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya akses komunikasi (93,3 persen) dan keterlibatan
yakni belum semua anggota komunitas dalam konservasi (93,3 persen). Lebih dari 70
melaksanakan kegiatan atas kesadarannnya persen responden yakni rata-rata 95,5 persen
terutama dalam mengikuti rapat bulanan yakni responden mempunyai tingkat social resilience
60 persen responden melaksanakannya yang tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan kewajiban. Sementara itu rapat tingkat social resilience komunitas nelayan ikan
bulanan merupakan kegiatan yang dapat hias Samudera Bakti tergolong tinggi. Terdapat
membangun pemahaman bersama untuk 6,7 persen responden yang mempunyai tingkat
merencanakan dan melaksanakan kegiatan. social resilience rendah dalam kondisi
Tabel 5 Jumlah dan persentase responden ketersediaan akses komunikasi dan keterlibatan
berdasarkan tingkat aksi kolektif di komunitas nelayan. Beberapa anggota komunitas nelayan
nelayan ikan hias Samudera Bakti 2020 yang menangkap ikan sebagai pekerjaan
Tingkat aksi Jumlah Persentase sampingannya. Pekerjaan utama yang pada saat
kolektif (orang) (%) tertentu menyita waktu nelayan mengurangi
Tinggi 30 100 keterlibatannya dalam mengikuti kegiatan
komunitas sehingga menyebabkan kurangnya
Rendah 0 0
ketersediaan akses informasi yang diperoleh saat
Total 30 100
kegiatan komunitas berlangsung. Keterlibatan
Tingginya intensitas pertemuan dalam nelayan yang rendah disebabkan oleh masih ada
komunitas menjalin ikatan dan kedekatan antar sebagian kecil anggota yang melaksanakan
sesama anggota komunitas. Ikatan komunitas kegiatan belum berdasarkan kesadaran diri.
yang erat juga dipengaruhi oleh kesamaan nasib, Social resilience merupakan komponen yang

Desember 2020 - 926


paling menonjol (95,5 persen) pada resiliensi hal ini belum sebanding dengan pendapatan
komunitas nelayan ikan hias Samudera Bakti. yang diperoleh dengan pekerjaan utama
Perubahan yang terjadi tidak hanya dalam hal responden.
kehidupan sosial responden sebagai nelayan
3. Infrastructure Resilience
melainkan perubahan pola pikir (mindset)
nelayan yang lebih terbuka akan pengetahuan Infrastructure resilience menunjukkan
yang baru. ketersediaan fasilitas yang berpotensi
mendukung kegiatan komunitas yakni: 1)
2. Economic Resilience
Ketersediaan pasar (100 persen); 2) ketersediaan
Economic resilience menunjukkan gambaran alat tangkap (93,3 persen); 3) ketersediaan
ketangguhan basis ekonomi pada komunitas angkutan (86,7 persen) dan 4) akses jalan (86,7
yakni: 1) kelancaan produksi (100 persen); 2) persen). Lebih dari 70 persen responden yakni
keberagaman lapangan pekerjaan (96,7 persen); rata-rata 91,7 persen responden mempunyai
3) pemenuhan kebutuhan pokok (96,7 persen); tingkat infrastructure resilience yang tinggi,
4) peningkatan pendapatan (90 persen); dan 5) maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
kemudahan memperoleh pekerjaan tambahan infrastructure resilience nelayan ikan hias
(90 persen). Lebih dari 70 persen responden Samudera Bakti tergolong tinggi.
yakni rata-rata 94,7 persen responden
mempunyai tingkat economic resilience yang Sejumlah 13,3 persen responden menilai
tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat tingkat infrastructure resilience masih rendah
economic resilience komunitas nelayan ikan hias dalam hal akses jalan dan ketersediaan
Samudera Bakti tergolong tinggi. angkutan. Hal ini disebabkan oleh sebagian kecil
Sebanyak 96,7 persen responden menilai responden menganggap kondisi jalan sudah
keberagaman lapangan pekerjaan semakin membaik setelah dilakukan konservasi laut
banyak setelah dilaksanakan konservasi yakni namun masih perlu peningkatan. Ketersediaan
guide wisata, petugas kapal pengangkut tamu, angkutan juga sudah memadai namun belum
pengusaha penginapan, dan penjual beragam. Secara keseluruhan responden
merchandise di ekowisata Bangsring
menganggap terjadi banyak perubahan fasilitas
Underwater yang dikembangkan komunitas.
Banyaknya lapangan pekerjaan ternyata tidak yang positif sehingga mendukung kegiatan
menjamin kemudahan memeroleh pekerjaan nelayan.
tambahan. Hal ini terjadi karena kurangnya Berdasarkan uraian di atas disajikan Tabel Tabel
potensi sumber daya manusia dan juga situasi
pandemi COVID-19 yang menyebabkan 6 yang menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen
semakin sulitnya mempertahankan pekerjaan yakni rata-rata 94 persen responden menilai
terlebih lagi memeroleh pekerjaan tambahan. komponen resiliensi digolongkan tinggi maka
Sebanyak 10 persen responden menilai dapat disimpulkan bahwa tingkat resiliensi
peningkatan pendapatan nelayan setelah komunitas nelayan ikan hias. Samudera Bakti
konservasi ekosistem laut masih tergolong dalam menghadapi kerusakan ekosistem laut
rendah. Hal ini terjadi karena beberapa nelayan tergolong tinggi.
mempunyai sumber penghasilan lebih besar
dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh
dari menangkap ikan. Sumber penghasilan
tersebut berupa usaha properti dan tambak
bandeng oleh sebagian kecil responden yang
dilakukan sebagai pekerjaan utamanya. Mereka Tabel 6 Jumlah dan persentase responden
mengatakan bahwa pendapatan yang diperoleh berdasarkan komponen resilliensi komunitas di
dengan menangkap ikan hias memang komunitas nelayan ikan hias Samudera Bakti 2020
mengalami peningkatan apabila dibandingkan
Rata-rata
dengan sebelum dilakukannya konservasi namun Resiliensi komunitas
persentase

Desember 2020 - 927


Social resilience 95,5 bencana memerlukan upaya kolektif dengan
Economic resilience 94,7 tanggung jawab bersama. Oleh sebab itu
Infrastructure resilience 91,7 dikatakan bahwa hipotesis dalam penelitian ini
Total rata-rata 94 terjawab. Hasil penelitian Subair et al. (2014)
Resiliensi komunitas nelayan ikan hias yang mengatakan bahwa kebersamaan dalam
Samudera Bakti sudah memenuhi tiga aksi kolektif membangun resiliensi komunitas
komponen dalam resiliensi komunitas terhadap terbukti dalam penelitian.
bencana menurut Cutter et al. (2010) yakni
social resilience; 2) economic resilience; dan 3) Resiliensi komunitas nelayan Samudera Bakti
infrastructure resilience. Penelitian ini belum digolongkan dalam Resilience as transformation
mencakup dua komponen lain resiliensi (Adger 2000; Folke 2006; Maguire dan Hagan
komunitas menurut Cutter et al. (2010) yakni 2007) yakni komunitas sudah mampu
institutional resilience dan community capital menghindari diri dari bencana dan melakukan
karena keterbatasan peneliti sehingga belum usaha baru yang menghasilkan perubahan dalam
dapat menyimpulkan keseluruhan komponen praktik pengelolaan ekosistem laut melalui
resiliensi pada komunitas nelayan ikan hias konservasi serta penciptaan inovasi ekowisata
Samudera Bakti. Kemungkinan resiliensi Bangsring Underwater yang menyediakan
komunitas dapat diidentifikasi lebih baik apabila lapangan kerja baru bagi komunitas nelayan.
wawancara dilakukan saat keadaan normal. Sustainabilitas resiliensi tergantung pada
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa jaringan yang luas.
komunitas Samudera Bakti juga ikut merasakan
goncangan akibat pandemi COVID-19. KESIMPULAN
Pendapat Dillashandy dan Pandjaitan (2017), 1. Kapasitas adaptif yang dimiliki oleh
yang menyebutkan bahwa komunitas yang komunitas nelayan ikan hias Samudera Bakti
memiliki kapasitas adaptasi mampu melakukan tergolong tinggi dilihat dari institutional
aksi kolektif untuk menjadikan komunitas memory, innovative learning, dan connectedness
resilien, terbukti dalam penelitian ini. Kapasitas responden yang tinggi. Komunitas
adaptif yang tinggi dalam komunitas nelayan memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya
ikan hias Samudera Bakti menjadikan nelayan saat menghadapi bencana untuk dijadikan
sebagai modal informasi dalam melakukan
menjadi siap akan goncangan sehingga mampu
innovative learning. Usaha-usaha baru atau
bertahan walaupun terjadi perubahan dan tetap inovasi yang dilakukan komunitas untuk
melanjutkan kehidupannya. Melalui kapasitas beradaptasi terhadap perubahan diidentifikasi
dalam beradaptasi, komunitas mampu dalam beberapa bentuk kegiatan. Kegiatan ini
melaksanakan aksi-aksi kolektif dalam dilakukan secara rutin dan diikuti oleh anggota
mengatasi masalah. Aksi kolektif inilah yang komunitas nelayan ikan hias Samudera Bakti.
kemudian menjadikan komunitas resilien. Sebagian besar responden sudah terlibat namun
kurang memahami sepenuhnya kegiatan yang
Hal ini sesuai dengan Rapaport et al. (2019) dilakukan. Keterhubungan (connectedness) antar
yang mendefinisikan bahwa resiliensi komunitas sesama nelayan di dalam dan di luar komunitas
menunjukkan kemampuan komunitas dalam terjalin dengan erat, namun hubungan komunitas
memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk dengan pihak luar tergolong jarang karena
beradaptasi dengan kesulitan atau gangguan keswadayaan komunitas. Sumber daya alam
sehingga pada akhirnya dapat menyerap yakni jumlah dan jenis terumbu karang serta
ikan hias yang melimpah merupakan suatu hal
gangguan, kembali ke rutinitas, dan bahkan
yang membantu meningkatkan kapasitas adaptif
berkinerja lebih baik dibandingkan dengan komunitas.
situasi sebelum terjadinya gangguan. Hal ini
2. Aksi kolektif yang dimiliki oleh komunitas
juga sesuai dengan pernyataan Cutter (2013)
nelayan ikan hias Samudera Bakti tergolong
yang mengungkapkan bahwa resiliensi terhadap tinggi dilihat dari bentuk aksi kolektif, intensitas

Desember 2020 - 928


kegiatan kolektif dan kesediaan berpartisipasi 3. Sebaiknya pengurus dan anggota
responden yang tinggi. Seluruh komunitas meningkatkan keterampilan berpikir melalui
mengetahui adanya bentuk aksi kolektif komunikasi yang efektif sehingga mampu
komunitas dan ikut serta di dalamnya. Namun memahami kegiatan yang dilakukan dengan
partisipasi responden belum sepenuhnya aktif sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan
karena masih terdapat responden yang komunitas yang berkelanjutan.
melaksanakan kegiatan berdasarkan kewajiban
4. Pemerintah setempat perlu
semata. Hal ini dapat menyebabkan aksi kolektif
mengkomunikasikan peraturan tentang
komunitas menjadi tidak terpelihara dalam
pengelolaan Zona Perlindungan Bersama (ZPB)
jangka waktu panjang.
kepada publik dengan jelas dan mengawasi
3. Kapasitas adaptif membantu komunitas untuk pelaksanaan peraturan tersebut untuk
siap dalam menghadapi goncangan dan mampu meminimalisir kasus pelanggaran pada area
beradaptasi terhadap perubahan. Kesiapan inilah konservasi laut oleh nelayan dari luar desa
yang mendorong keberhasilan pelaksanaan Bangsring.
kegiatan kolektif komunitas. Berbagai aksi
kolektif yang dilakukan menghasilkan resiliensi 5. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada
komunitas sehingga mampu bertahan dan komunitas nelayan ikan hias Samudera Bakti
melanjutkan hidup. Resiliensi pada komunitas setelah kondisi kembali normal.
nelayan ikan hias Samudera Bakti tergolong
tinggi dilihat dari komponen economic DAFTAR PUSTAKA
resilience, social resilience, dan infrastructucture
Adger WN. 2000. Social and ecological
resilience responden yang tinggi. Komponen
resilience: are they related?. Progress in
yang paling menonjol adalah economic
Human Geography. 24(3), 347-64.
resilience karena terjadi banyak perubahan
[Internet]. [Diunduh 14 November 2019].
dalam hal kesejahteraan yang dirasakan oleh
Dapat diunduh pada:
seluruh anggota komunitas setelah dulunya
10.1191/030913200701540465 ______.
pernah mengalami ketimpangan perekonomian
2003. Social capital, collective action, and
antara nelayan tangkap dan pengepul. Social
adaptation to climate change. Economic
resilience, dan infrastructucture resilience masuk
Geographic. 79(4): 387–404. [Internet].
dalam kategori tinggi dimana terdapat banyak
[Diunduh 9 November 2019]. Dapat
kemajuan dalam kehidupan social serta
diunduh pada:
ketersediaan sarana dan prasarana dalam https://doi.org/10.1111/j.1944-
kehidupan nelayan. 8287.2003.tb00220.x
Saran
Amirullah. 2015. Kepemimpinan dan Kerjasama
1. Komunitas perlu memperluas jaringan dengan Tim. Jakarta (ID): Mitra Wacana Media
pihak luar untuk semakin mengembangkan
inovasi dan nelayan ikan hias dalam proses Ariyani RS. 2017. Pengeloaan pariwisata
penangkapan ikan dan pengelolaan zona berbasis komunitas [skripsi]. [Internet].
konservasi secara material maupun non material. [Diunduh 30 Januari 2020]. Dapat diunduh
Terutama dalam permodalan dan ide-ide untuk pada:http://eprints.umm.ac.id/id/eprint/443
mengembangkan bisnis agar bisa 16
bertransformasi menjadi bisnis yang dapat Arnstein SR. 1969.A ladder of citizen
beradaptasi pada kemajuan teknologi dan participation. Journal of the American
kondisi perekonomian saat ini. Planning Association. 35: 216–24.
2. Komunitas perlu meningkatkan kesediaan https://doi.org/10.1080/019443669089
berpartisipasi dan melibatkan diri atas dasar 77225
kesadarannya dalam melaksanakan kegiatan Bach, R., Doran, R., Gibb, L., Kaufman, D. and
komunitas. Settle, K. 2010. Policy challenges in

Desember 2020 - 929


supporting community resilience. Paper of Homeland Security and Emergency
presented to the Multinational Community Management. 7 (1), 1-22. [Internet].
Resilience Policy Group. [Diunduh 10 Oktober 2019]. Dapat
diunduh pada:
URL:<http://dev.naccho.org/topics/HPDP/
https://doi.org/10.2202/1547-7355.1732
he althdisa/upload/Policy-Challenges-in-
Cutter SL, Ash KD, Emrich CT. 2014. The
Supporting-CommunityResilience.pdf> geographies of community disaster
http://dibi.bnpb.go.id resilience. Global Environmental Change.
[BAPPEDA] 29 (2014), 65–77. [Internet]. [Diunduh 13
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2019. Oktober 2019]. Dapat diunduh pada:
[Internet]. [diakses pada 12 Juli 2020]. https://doi.org/10.1016/j.gloenvcha.201
Terdapat pada: 4.08.005
https://bappeda.banyuwangikab.go.id Daskalaki M, Hjorth D, and Mair J. 2015. Are
[BNPB] Badan Nasional Bencana entrepreneurship, communities, and social
Penanggulangan Bencana. 2019. Data transformation related? Journal of
dan Informasi Bencana Indonesia. Management Inquiry. 24(4), 419 –423.
[Internet]. [Diakses pada 20 Oktober [Internet]. [Diunduh 10 Oktober 2019].
2019]. Dapat diunduh pada:
Béné et al.. (2012). Resilience: new utopia or 10.1177/1056492615579012
new tyranny? Reflection about the Dillashandy NA, Pandjaitan NK. 2017.
potentials and limits of the concept of Kapasitas adaptasi dan resiliensi komunitas
resilience in relation to vulnerability menghadapi bencana erupsi gunung
reduction programmes. IDS Working merapi. Jurnal Sains Komunikasi dan
Papers. 2012(405), 1–61. [Internet]. Pengembangan Masyarakat. 2(5), 617-626.
[Diunduh 14 November 2019]. Dapat [Internet]. [Diunduh 20 Oktober 2019].
diunduh pada: doi:10.1111/j.2040- Dapat diunduh pada :
0209.2012.00405. https://repository.ipb.ac.id/handle/1234
Bruneau, M., Chang, S., Eguchi, R., Lee, G., 56789/88537
O’Rourke, T., Reinhorn, A., et al. (2003). Effendi S, Tukiran. 2017. Metode Penelitian
A framework to quantitatively assess and Survei. Jakarta (ID): LP3ES
enhance the seismic resilience of El-Masri S, Tipple G. 2002. Natural disaster,
communities. Earthquake Spectra, 19, mitigation and sustainability: the case of
733–752 developing countries. International
Brooks N. 2003. Vulnerability, risk and Planning Student. 7(2), 157–175.
adaptation: a conceptual framework [Internet]. [Diunduh 12 Nobember 2019].
(Tyndall Centre Working Paper No. 38). Dapat diunduh pada:
University of East Anglia 10.1080/1356347022013223
Cabinet Office. 2013. UK civil protection Fadli. 2007. Peran Modal Sosial dalam
lexicon. URL: Percepatan Pembangunan Desa Pasca
<https://www.gov.uk/government/.../ Tsunami. Bogor (ID): Institut Pertanian
LEXICON_v2_1_1-Feb-2013.xls>. Bogor

Cutter SL. 2013. Building disaster resilience: Folke C. 2006. Resilience: the emergence of a
steps toward sustainability. Challenge in perspective for social-ecological systems
Sustainability. 1(2), 72-79. [Internet]. analyses. Global Environmental Change.
[Diunduh 14 November 2019]. Dapat 16: 253-67.
diunduh pada: Hikichi H, Aida J, Tsuboya T, Kondo K,
https://doi.org/10.12924/cis2013.01020 072 Kawachi I. 2016. Can community social
Cutter SL, Barnes L, Burton C, Emrich CT. cohesion prevent posttraumatic stres
2010. Disaster resilience indicators for disorder in the aftermath of a disaster? a
benchmarking baseline conditions. Journal natural experiment from the 2011 Tohoku

Desember 2020 - 930


earthquake and Tsunami. American [Internet]. [Diakses 4 Februari 2020].
Journal of Epidemiology. [Internet]. Terdapat pada: https://kkp.go.id
[Diunduh 2019 Maret 6]; 183(10): 902- Kumar C. 2005. Revisiting 'community' in
910 community-based natural resource
Imperiale AJ, Vanclay F. 2016. Experiencing management. Community Development
local community resilience in action: Journal, 40(3), 275-85. [Internet].
Learning from post-disaster communities. [Diunduh 14 November 2019]. Dapat
Journal of Rural Studies. 47. 204-219 diunduh pada: 10.1093/cdj/bdj.036
[Internet]. [Diunduh 25 Oktober 2019]. Lin PS. 2019. Building resilience through
Dapat diunduh pada: ecosystem restoration and community
https://doi.org/10.1016/j.jrurstud.2016. participation: Postdisaster recovery in
08.002 coastal island communities. International
Imron. 2005. Pengantar Bisnis Budidaya Ikan Journal of Disaster Risk Reduction. 39
Hias. Jakarta: Swadaya (101249), 1-20. [Internet]. [Diunduh 15
Kamaali MW, Baskoro MS, Wisudo SH. 2016. Oktober 2019]. Dapat diunduh pada:
Pengkayaan sumber daya ikan dengan fish https://doi.org/10.1016/j.ijdrr.2019.101
apartment di perairan Bangsring, 249
Banyuwangi. Jurnal Teknologi Perikanan [LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
dan Kelautan. 7(1), 11-20. [Internet]. 2017. [Internet]. [diakses pada 12 Oktober
[Diunduh 30 Januari 2020]. Dapat 2019]. Terdapat pada: http://lipi.go.id/
diunduh pada: Longstaff PH, Amstrong NJ, Perrin K, Parker
https://doi.org/10.24319/jtpk.7.11-20 WM, HIdek MA. 2010. Building resilient
Kapucu N. 2012. Disaster resilience and communities: a preliminary framework for
adaptive capacity in Central Florida, US assessment. Homeland Security Affairs.
and in Eastern Marmara Region, Turkey. 6(3), 1-23. [Internet]. [Diunduh 10
Journal if Comparative Policy Analysis. Oktober 2019]. Dapat Diunduh ada:
14(3), 202-206. [Internet]. [Diunduh 10 http://hdl.handle.net/10945/25107
Februari 2020]. Maguire B, Hagan P. 2007. Disasters and
https://www.researchgate.net/publication/ communities:
resilience.
Management, The22: understanding
Australian
16-20. Journal of social
Emergency
254228350_Disaster_Resilience_and_Ada Maguire B, Cartwright S. 2008. Assessing A
ptive_Capacity_in_Central_Florida_US_a Community’s Capacity to Manage
nd_in_Eastern_Marmara_Reg ion_Turkey Change: A Resilience Approach To Social
Kelly G. 2004. Communities coping with Assessment. [Internet]. [Diunduh 25
change: a conceptual model. Journal of Oktober 2019]. Dapat diunduh pada:
Community Psychology. 32(2), 201-216 http://data.daff.gov.au/brs/brsShop/data
[Internet]. [Diunduh 14 November 2019]. /dewha_resillience_sa_report_final_4.pdf
Dapat diunduh pada: 10.1002/jcop.10090 Mardikanto T, Soebiato HP. 2015.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pemberdayaan masyarakat. Bandung (ID):
2015. Biro Kerja Sama dan HUMAS Alfabeta.
[Internet]. [Diakses pada 12 Oktober Marshall G. 1998. A dictionary of sociology.
2019]. Terdapat pada: news.kkp.go.id New York (US): Oxford University Press
NorrisFH, Stevens SP, Pfefferbaum B, Wyche
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. KF, Pfefferbaum RL. 2008. Community
2017. Direktorat Jenderal Pengelolaan resilience as a metaphor, theory, set of
Ruang Laut [Internet]. [Diakses pada 12 capacities, and strategy for disasters
Oktober 2019]. Terdapat pada: readiness. American Journal of
kkp.go.id Community Psychology. 41(1-2), 127-150.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. [Internet]. [Diunduh 15 Oktober 2019].
2018. Badan Karantina Ikan, Pengendalian Dapat diunduh pada:
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. https://doi.org/10.1007/s10464-007-9156-
6

Desember 2020 - 931


Pandjaitan NK, Adriana G, Virianita R, Karlita Silalahi U. 2009. Metode Penelitian Sosial.
N, dan Cahyani RI. 2016. Kapasitas Bandung (ID): Refika Aditama
adaptasi komunitas pesisir pada kondisi Shaw R. 2006. Indian Ocean tsunami and
rawan pangan akibat perubahan iklim. aftermath. Disaster Prevention and
Sodality. 4(3), 281- Management: An International Journal,
290. [Internet]. [Diunduh 28 September 15(1), 5–20. [internet]. [Diunduh 12
2020]. Dapat diunduh pada: https://doi: November 2019]. Dapat diunduh pada:
https://doi.org/10.22500/sodality.v4i3.1 doi:10.1108/09653560610654202
4736 Stark A, Taylor M. 2014. Citizen participation,
Peng Y, Shen L, Tan C, Tan D, dan Wang H. community resilience and crisis-
2012. Critical determinant factors (CDFs) management. Journal of Political Science.
for developing concentrated rural 49(2), 300-315. [Internet]. [Diunduh 25
settlement in post-disaster reconstruction: Oktober 2019]. Dapat diunduh pada:
a China study. Natural Hazards. 66(2), http://dx.doi.org/10.1080/10361146.20
355–373. [Internet]. [Diunduh 12 14.899966
November 2019]. Dapat diunduh Subair et al. 2014. Resiliensi komunitas dalam
pada: https://doi:10.1007/s11069-012- merespon perubahan iklim. Jurnal Sosial
0488-7 Prijono OS, Pranarka AMW. Ekonomu dan Perikanan. 9(1), 77-90.
1996. Pemberdayaan Konsep, Kebijakan, [Internet]. [Diunduh 4 Februari 2020].
dan Implementasi. Jakarta (ID): Centre Dapat diunduh pada: http://ejournal-
for Strategic and International Studies balitbang.kkp.go.id/
Rapaport C, Hornik-Lurie T, Cohen O, Tabenu O. 2019. Peran dan relasi aktor
Lahad dalam resiliensi komunitas menghadapi
M, Leykin D, Aharonson-Daniel L. 2019. The bencana kebakaran hutan [disertasi].
relationship between community type and Bogor: Institut Pertanian Bogor.
community resilience. International Tebboth, M. G. L., Conway D, Adger WN.
Journal of Disaster Risk. [Diunduh 15 2019. Mobility endowment and
Oktober 2019]. Dapat diunduh pada: entitlements mediate resilience in rural
https://doi.org/10.1016/j.ijdrr.2018.05. livelihood systems. Global Environmental
020 Change. 54 (2009), 172–183. [Internet].
Resilience Alliance. 2007. Assessing and [Diunduh 15 Oktober 2019]. Dapat
managing resilience in social-ecological diunduh pada:
systems: A practitioners workbook https://doi.org/10.1016/j.gloenvcha.2018.1
(Version 1.0). www.resalliance.org 2.002
Sadiqi Z, Trigunarsyah B, Coffey V. 2016. A Utami HN. 2006. Keberdayaan, Kemajuan, dan
framework for community participation in Keberlanjutan Usaha Pengrajin: Kasus
post-disaster housing reconstruction Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten
projects: A case of Afghanistan. Magetan Provinsi Jawa Timur [Disertasi].
International Journal of Project Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Management. 35 (5), 900-912 [UU] Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
https://doi.org/10.1016/j.ijproman.2016 tentang Penanggulangan Bencana
.11.008 [UU] Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007
Sihombing F, Artini NW, Dewi RK. 2013. tentang tentang Pengelolaan Wilayah
Kontribusi pendapatan nelayan ikan hias Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
terhadap pendapatan total rumah tangga di Vinson T. 2004. Community Adversity and
Desa Serangan. E-Jurnal Agribisnis dan Resilience: The Distribution of Social
Agrowisata. 2(4), 179-190 [Internet]. Disadvantage in Victoria and New 637
[Diunduh 30 Januari 2020]. Dapat South Wales and The Mediating Role of
diunduh pada: Social Cohesion. Victoria (AU): Jesuit
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA/ar Social Services
ticle/

Desember 2020 - 932

You might also like