You are on page 1of 9

Dampak Relaksasi Progresif……………………………………………………………..Andi Eka Pranata, Hal.

01 - 09

DAMPAK RELAKSASI PROGRESIF PADA KLIEN YANG MENGALAMI


KECEMASAN DAN MASALAH TIDUR SEBELUM PELAKSANAAN OPERASI
KOLOSTOMI DI RUANG 19 DAN 17 RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Andi Eka Pranata*


*STIKES Bhakti Negara Jember

ABSTRACT
Anxiety is a bad condition or situation if looked of phsycological human. Every
human always life by anxiety, although the good life. By anxiety, we will be strong human
and will life is better than before. Pre operation condition make somebody are anxiety and
have any problem to healths. Pshycological factor influence preparedness of operation
patient. This condition will be make it condition as well as health. The blood pressure will
be higher than normal condition, heart rate is tachicardia, peristaltic movement will be
faster than before, and any abnormality vital sign exercise. Not only that, sleeping cycle
patients are disturb. So, nursing must be thinking for problem solving this condition to
perfect this wellness. Progressive relaxation is a method to make our body are relax. This
methods have step by step to do it. This methods are combine between respiratory system
and motor system.
This research using case study system, so only looking for and using methods
descriptive every moment and condition of patient. Case study not require analize, but
looking for relevance beteween scientific and practice knowledge. So, this product of
research will be technique to reduce anxiety effect. This research using colostomy pre
operative patient and have anxiety and sleep cycle problem. For this research was know
about anxiety and sleep of pre operative colostomy patient are anxiety and can’t sleep by
good. This patient are 2 person and of twice patient is same conditions. After that, author
doing progressive realxation and as long time do exercise about anxiety and sleep cycle. Is
good product, anxiety and sleep cycle back to normal.
Progressive relaxation will make fresh body, blood circulation by good and
couple nervus is good. If oxygenation in the circulation nothing obstruction (oclusion,
spasme, trombosis), so oxygen will normal transfer of tissue. The brain be fresh by good
circulation and endorphin will not at circulation. If this condition really at patient, so pre
operative conditions never by anxiety and sleep cycle will be normally.

Keyword: Progressive Relaxation, Anxiety, Sleep, Pre Operative Colostomy Patient

PENDAHULUAN stress fisiologis maupun patologis


Pre operatif adalah saat dimana (Barbara C. Long, 1996: 14).
keputusan untuk menjalani prosedur Pembedahan merupakan tindakan
bedah sampai klien diantar ke kamar atau yang dapat mendatangkan stress karena
meja operasi (Brunner & Suddart, 2002: terdapat ancaman terhadap tubuh,
462). Pada fase pre operatif banyak integritas dan terhadap jiwa seseorang.
persiapan yang harus dilakukan. Salah Peningkatan kecemasan pre operasi
satunya adalah persiapan psikologis. Baik tersebut karena keinginan untuk
pasien maupun keluarga perlu diberi mengelak dan mungkin karena
kesiapan untuk membicarakan isi hati dan ketidaktahuannya, misalnya
rasa takut terhadap operasi yang akan ketidaktahuan mengenai tujuan dan
dilakukan. Hal ini penting karena yang prosedur operasi, (Barbara C. Long,
akan menjalani operasi akan mengalami 1996: 5). Dengan adanya kecemasan,
maka terjadi peningkatan saraf simpatis
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 2 1
Dampak Relaksasi Progresif……………………………………………………………..Andi Eka Pranata, Hal. 01 - 09

sehingga kewasapadaan meningkat dan kebutuhan tidur merupakan hal yang


mengurangi waktu tidur, (Barbara C. sepele, tetapi harus dipenuhi. Tidur
Long, 1996: 5). berfungsi untuk memajukan
Colon adalah bagian intestinal yang penyembuhan dari fisiologis, neurologis,
paling besar, sekitar 1,5 meter dan psikologis. Tidur merupakan
panjangnya dari sekum sampai anus. protektif bagi manusia untuk mencegah
Kolon merupakan organ yang berfungsi kelelahan dari tubuh dan otak yang dapat
untuk mengabsorbsi air. Sedangkan menurunkan kewaspadaan di siang hari
kolostomi sendiri merupakan pembuatan saat orang tersebut beraktifitas (Stanhope,
lubang pada kolon dengan tindakan 1998).
pembedahan (Taylor, 1997) Menurut Tarwoto & Wartonah
Ansietas (kecemasan) adalah suatu (2006), tidur bisa dipengaruhi salah
keadaan dimana individu atau kelompok satunya oleh kecemasan. Kecemasan
mengalami perasaan yang sulit akan mempengaruhi sistem kerja saraf
(ketakutan) dan aktivasi system saraf simpatis dan respon hormonal, sehingga
otonom dalam berespons terhadap akan meningkatkan kewaspadaan dan
ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik waktu tidur pun akan mengalami
(Carpenito, 2000). penurunan.
Menurut Carpenito (2000) dampak Istirahat dan tidur dibutuhkan untuk
dari kecemsan salah satunya adalah kesehatan dan kebanyakan orang
kurang tidur, bahkan sulit tidur. menghabiskan 1 : ½ dari hidup mereka
Kecemasan bisa dipicu oleh situasi untuk tidur. Kebutuhan tidur dapat
lingkungan yang menyebabkan dikacaukan oleh jadwal kerja, perjalanan,
penekanan stress emosional seorang sakit, stress, makanan, obat-obatan dan
individu. Klien pre operasi memiliki kurangnya latihan. Gangguan pola tidur
status emosional yang berbeda-beda, menjadikan kantuk pada siang hari dan
sehingga kesiapan psikologis ketidakmampuan untuk berfungsi dengan
mempengaruhi tingkat kecemasan klien baik. Kehilangan waktu tidur dari 72 jam
itu sendiri. Operasi kolostomi merupakan menghasilkan pegal-pegal, iritasi,
operasi mayor, karena dari segi resiko perasaan yang menyiksa, dan salah
pengancaman jiwa sangat tinggi. Selain mengintepretasikan stimuli. Kehilangan
itum pasca operasi kolostomi klien akan waktu tidur dari 150 jam akam
mendapatkan dampak sisa yaitu adanya menghasilkan peristiwa kegilaan sesaat
lubang defekasi pada abdomennya (perut) (Stanhope, 1998).
yang bisa permanen. Oleh karena itu, Respon fisiologis pada operasi
kecemasan pada klien pre operasi besar merupakan stressor kepada tubuh
kolostomi sangatlah tinggi dan perlu dan memicu respon neuroendofrine.
diperhatikan untuk mencegah timbulnya Respon ini terdiri dari sistem saraf
dampak yang lebih berat. simpatis dan respon hormonal yang
Tidur diartikan sebagai suatu bertugas melindungi tubuh dari ancaman
keadaan relatif tanpa sadar yang penuh cedera. Dengan adanya peningkatan saraf
ketenangan tanpa kegiatan yang simpatis ini, maka kewaspadaan individu
meupakan urutan siklus yang berulang- juga meningkat yang berdampak pada
ulang dan masing-masing menyatakan berkurangnya waktu tidur (Barbara C.
fase kegiatan otak dan badaniah berbeda Long, 1996: 5). Pada intinya susah tidur
(Tarwoto & Wartonah, 2006). atau berkurangnya waktu tidur dapat
Tidur dibutuhkan untuk kesehatan disebabkan oleh gangguan fisik seperti
dan kebanyakan orang menghabiskan 1 : nyeri lokal ataupun badan yang kurang
½ dari hidup mereka untuk tidur. Hal ini sehat, akan tetapi terdapat satu aspek
mencerminkan bahwa meskipun yang juga dapat menjadi faktor paling
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 2 2
Dampak Relaksasi Progresif……………………………………………………………..Andi Eka Pranata, Hal. 01 - 09

hebat terjdinya gangguan tidur, yaitu respons penyembuhan yang memberi


faktor psikis karena kecemasan anda kesempatan untuk beristirahat dari
(http://servocenter.wordpress.com). stress lingkungan eksternal dan internal
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari pikiran anda. Relaksasi
sebagian besar klien pre operatif mengembalikan proses fisik, mental, dan
mengalami kecemasan dan dengan emosi. Relaksasi yang dalam jika
munculnya kecemasan ini, dapat dikuasai dengan baik dapat digunakan
menimbulkan masalah baru bagi klien itu sebagai obat ansietas (Davis, 1995).
sendiri yaitu gangguan tidur, baik itu
secara kualitas maupun kuantitas. BAHAN DAN METODE
Menurut Ignativicious (1995) Metode yang akan digunakan pada
relaksasi progresif adalah metode yang penelitian studi kasus ini adalah metode
terdiri dari peregangan dan relaksasi penelitian deskriptif observasi
sekelompok otot dan memfokuskan pada partisipatif. Pengamat (observer) benar-
perasaan rileks. Hal ini dapat mengurangi benar mengambil bagian dalam kegiatan-
ketegangan dan kejemuan otot yang kegiatan yang dilakukan sasaran
biasanya menyertai nyeri. pengamat (observee). Dengan kata lain,
Menurut Edmund Jacobson (1929) pengamat ikut aktif berpartisipasi pada
dalam Zimbardo dijelaskan bahwa aktifitas dalam kontak sosial yang sedang
Relaksasi Otot Progresif (ROP) di selidiki (Notoatmodjo, 2002).
merupakan teknik relaksasi otot ke dalam Subyek penelitian adalah responden
yang tidak memerlukan imajinasi, atau orang yang diteliti baik sebagai
ketekunan dan sugesti. Teknik ini individu, keluarga, atau masyarakat yang
didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh diamati secara mendalam. Subyek pada
berespons pada ansietas yang merangsang studi kasus ini adalah 2 orang klien pre
pikiran dan kejadian dengan ketegangan operasi kolostomi dengan kecemasan
otot. Ketegangan fisiologis meningkatkan dan gangguan pola tidur di IRNA II
pengalaman subyektif terhadap stress Rumah Sakit Saiful Anwar Malang
(ansietas). Relaksasi otot yang dalam Dalam studi kasus ini angket yang
menurunkan ketegangan fisiologis yang digunakan ada 2, yaitu tertutup dan
berlawanan dengan ansietas. Relaksasi terbuka. Untuk kecemasan angket yang
otot progresif akan menurunkan denyut digunakan adalah angket tertutup yaitu
nadi, tekanan darah, dan frekuensi yang angket yang disajikan dengan cara
merupakan otot ansietas yang baik untuk responden memberikan jawaban sesuai
diterapkan. dengan pilihan yang sudah disediakan.
Dalam bukunya yang berjudul “The Sedangkan untuk gangguan pola tidur
Healing Brains”, David Sobel dan Robert angket yang digunakan adalah angket
Orustein (1995) menyatakan bahwa terbuka, yaitu angket yang disajikan
pemeliharaan kesehatan adalah fungsi dengan cara responden memberikan
utama otak bukan berfikir rasional dan jawaban sesuai dengan apa yang ada
puisi. Bagian tengah otak mempercepat dalam pikirannya. Dengan angket ini
proses biokimia. Saat anda terancam, akan terlihat gambaran kecemasan dan
dapat diminta untuk menghambat. pola tidur klien pre operatif.
Respons relaksasi adalah kebalikan dari Peneliti juga menggunakan suatu
respons alarm dan respons tersebut akan alat data kajian fisik sebagai data
mengembalikan tubuh dalam keadaan penunjang dalam proses pengumpulan
seimbang. Pupil, pendengaran, tekanan data nantinya. Isinya berupa pemeriksaan
darah, denyut jantung, pernafasan dan fisik untuk mengukur tingkat kecemasan
sirkulasi kembali normal, dan otot-otot dan pola tidur.
relaks. Respons relaksasi mempunyai
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 2 3
Dampak Relaksasi Progresif……………………………………………………………..Andi Eka Pranata, Hal. 01 - 09

Pengambilan data dilakukan 2 kali Tabel 1.2 Kisi-Kisi Pola Tidur


yaitu pada waktu pre pelaksanaan
relaksasi progresif dan post pelaksanaan No. Poin Ya Tidak
relaksasi progresif. Sebelum pengambilan 1. Gelisah dan khawatir
data, responden dipilih terlebih dahulu 2. saat akan tidur.
sesuai dengan kriteria yang telah 3. Sering bangun karena
ditetapkan. Kemudian, setelah didapatkan 4. takut dan cemas.
responden yang diinginkan, dilakukan 5. Sulit tidur.
pengukuran terhadap kecemasan dan pola Tidur terganggu karena
tidur. Setelah itu, responden diajarkan masalah operasi.
mengenai teknik relaksasi progresif dan Jumlah waktu tidur
menganjurkan responden untuk efektif kurang dari 7-9
menerapkannya terutama sebelum tidur jam.
atau di waktu luang dengan batasan
waktu 3-5 menit tiap tindakan relaksasi Hasil dari angket atau kuesioner
progresif. Setelah 4 hari kemudian, dan studi dokumentasi akan disajikan
peneliti melakukan evaluasi dengan dalam bentuk tekstuler yaitu data hasil
mengukur kembali tingkat kecemasan studi kasus berupa tulisan atau narasi dan
dan pola tidur. Dengan demikian, akan berupa tabel (Notoatmodjo, 2002).
diketahui dampak dari relaksasi progresif
terhadap kecemasan dan pola tidur. HASIL
Angket yang digunakan untuk Responden 1 (Tn. M)
konsep kecemasan adalah angket yang Untuk mengukur tingkat
sudah baku yaitu DASS 42 (Depression kecemasan dilakukan dengan
Anxiety Stress Scale) menurut Lovibond menyebarkan lembar kuesioner dan
(1995) observasi sebanyak 2 kali, yaitu pada
Untuk tingkat kecemasan akan tanggal 2 Juni 2007 jam 20.00 WIB dan
diolah dan diskoring berdasarkan DASS tanggal 6 Juni 2007 jam 10.30 WIB.
(Depression Anxiety Stress Scale) 42. Adapun hasil yang didapatkan adalah
Bila jawaban ya skornya adalah 1, dan sebagai berikut:
jawaban tidak skornya adalah 0. Setelah
itu, skor dijumlahkan keseluruhan dan Tabel 1.3 Data Kuesioner Tn. M
diinterpretasikan: Kuesioner I Kuesioner II
Sebelum Dilakukan Setelah Dilakukan
Relaksasi Progresif Relaksasi Progresif
Tabel 1.1 Skoring Tingkat Kecemasan
Poin Skor Poin Skor
Berdasarkan DASS 4 Fisik 2 Fisik 1
Kecemasan Skor Emosi 7 Emosi 4
Normal 0–7 Kognitif 2 Kognitif 1
Ringan 8–9 Total 11 Total 6
Sedang 10 – 14
Berat 15 – 19
Sangat berat (panic) 20 + Tabel 1.4 Data Observasi Tn. M
Observasi I Observasi II
Sebelum Setelah
Untuk pola tidur dilakukan TTV Dilakukan Dilakukan
pengolahan dengan cara jawaban Relaksasi Relaksasi
responden dimasukkan ke dalam tabel Progresif Progresif
dengan kisi sebagai berikut: TD 100/70 mmHg 120/80 mmHg
Nadi 80 x/menit 86 x/menit
RR 20 x/menit 18 x/menit

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 2 4


Dampak Relaksasi Progresif……………………………………………………………..Andi Eka Pranata, Hal. 01 - 09

Berdasarkan dari data di atas, 1. Respon Fisik (Skor 1) : Tn M


maka dapat disimpulkan bahwa Tn M berkeringat walaupun tidak panas dan
pada tanggal 2 Juni 2007 (pengambilan tidak beraktifitas berat.
data pertama) mengalami cemas sedang 2. Respon Emosi (Skor 4) : Tn M merasa
dengan skor kecemasan 11 yang ditandai melakukan reaksi berlebihan terhadap
oleh beberapa respon sebagai berikut: situasi yang dialami, mudah marah
1. Respon Fisik (Skor 2) : Tn M tidak terutama setelah tahu akan dilakukan
dapat melakukan aktifitas sehari-hari operasi, merasa selalu ingin bergerak,
saat menunggu rencana pembedahan, dan Tn M merasa berada dalam situasi
merasa kehilangan energi (tidak yang membuat perasaan tidak enak
bersemangat). saat menunggu hari operasi.
2. Respon Emosi (Skor 7) : Tn M sulit 3. Respon Kognitif (Skor 1) : Tn M tidak
bersantai setelah tahu tentang rencana senang dengan campur tangan oramg
operasi, merasa sedih dan tertekan lain saat melakukan atau memutuskan
karena adanya rencana pembedahan, sesuatu.
tidak sabar saat menunggu hari Kesimpulannya pada data yang
operasi, merasa takut tanpa alasan, kedua ini Tn M tidak mengalami
mudah tersinggung, merasa khawatir kecemasan. Dan berdasarkan hasil
dengan keadaan diri saat di meja observasinya didapatkan bahwa seluruh
operasi, dan merasa berada dalam tanda-tanda vital dalam batas normal.
situasi yang membuat perasaan tidak Jadi, jika dibandingkan antara data yang
enak saat menunggu hari operasi. pertama dengan data yang kedua,
3. Respon Kognitif (Skor 2) : Tn M kecemasan Tn M mengalami penurunan
merasa masa depan tidak ada harapan sampai rentang normal setelah diberi
terutama saat menunggu masa operasi, tindakan relaksasi progresif.
merasa hidup tanpa arti (selama masa Pada tanggal 2 Juni 2007
menunggu pembedahan). dilakukan pengambilan data untuk
Berdasarkan hasil dari observasi mengetahui pola tidur, hasilnya sebagai
yang pertama didapatkan data yang berikut:
menunjang yaitu tekanan darah Tn M
mengalami penurunan (hipotensi). Tabel 1.5 Data Pola Tidur Tn. M
Setelah diketahui tingkat kecemasan dari No. Poin Jawaban Responden
Tn M, maka peneliti mengajarkan tentang 1. Gelisah dan Tn M merasa gelisah
teknik relaksasi progresif kepada Tn M khawatir saat akan dan khawatir saat akan
sampai Tn M benar-benar paham dan tidur. tidur karena cemas
mengerti serta menganjurkannya untuk akan operasi.
melakukannya terutama setiap kali akan 2. Sering bangun Tn M tidak sering
karena takut dan terbangun di malam
tidur atau di waktu luang. Pada tanggal 6 cemas. hari.
Juni 2007 dilakukan pengambilan data 3. Sulit tidur. Tn M mengalami
yang kedua untuk membandingkan kesulitan ketika akan
dengan hasil pengambilan data yang tidur karena merasa
pertama. Didapatkan bahwa tingkat cemas.
kecemasan Tn M mengalami penurunan 4. Tidur terganggu Tn M tidurnya
sampai batas normal yang ditandai karena masalah terganggu ketika
dengan skor 6. Keadaan Tn M lebih baik operasi. mendengar penjelasan
daripada sebelumnya. Respon yang tentang tindakan
muncul pada Tn M berdasarkan angket operasi dari dokter.
kecemasan adalah sebagai berikut: Tidur efektif Tn M
5. Jumlah waktu tidur adalah 6 jam.
efektif kurang dari
7-9 jam.
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 2 5
Dampak Relaksasi Progresif……………………………………………………………..Andi Eka Pranata, Hal. 01 - 09

Dari keterangan Tn M di atas observasi sebanyak 2 kali, yaitu pada


diketahui bahwa Tn M mengalami tanggal 18 Juni 2007 jam 17.00 WIB dan
gangguan tidur. Peneliti mengajarkan tanggal 22 Juni 2007 jam 18.00 WIB.
teknik relaksasi progresif sesuai dengan Adapun hasil yang didapatkan adalah
protap yang telah ditetapkan pada hari itu sebagai berikut:
juga. Setelah diajari teknik relaksasi
progresif pada tanggal 2 Juni 2007 dan Tabel 1.7 Data Kuesioner Tn. H
Tn M menerapkannya setiap kali akan Kuesioner I Kuesioner II
tidur dan di waktu senggang berdasarkan Sebelum Dilakukan Setelah Dilakukan
keterangan dari Tn M sendiri dan dari Relaksasi Progresif Relaksasi
keluarganya, maka hasil dari Progresif
pengambilan data yang kedua tanggal 6 Poin Skor Poin Skor
Juni 2007 adalah sebagai berikut: Fisik 1 Fisik 0
Emosi 10 Emosi 3
Tabel 1.6 Data Pola Tidur Tn.M Kognitif 1 Kognitif 2
No. Poin Jawaban Responden Total 12 Total 5
1. Gelisah dan Tn M tidak merasa
khawatir saat gelisah dan khawatir Tabel 1.8 Data Observasi Tn.H
akan tidur. setiap kali akan tidur
dan merasa badannya
Observasi I Observasi II
tambah segar dan Sebelum Setelah
mudah untuk tidur. TTV Dilakukan Dilakukan
Tn M tidak sering Relaksasi Relaksasi
2. Sering bangun terbangun di malam Progresif Progresif
karena takut hari karena sudah lebih TD 130/80 120/80
dan cemas. rileks dan enak. Nadi mmHg mmHg
Tn M tidak mengalami RR 84 x/menit 80 x/menit
kesulitan untuk tidur 20 x/menit 18 x/menit
3. Sulit tidur. karena sudah terbiasa.
Tn M sudah tidak
terganggu dengan Berdasarkan dari data di atas,
penjelasan dokter maka dapat disimpulkan bahwa Tn H
4. Tidur terganggu tentang tindakan pada tanggal 18 Juni 2007 (pengambilan
karena masalah operasi sehingga data pertama) mengalami cemas sedang
operasi. tidurnya tidak yang ditandai dengan beberapa respon
terganggu lagi. sebagai berikut:
Jumlah tidur efektif Tn 1. Respon Fisik (Skor 1) : Tn H merasa
M adalah 7 jam. mulut kering dan haus.
2. Respon Emosi (Skor 10) : Tn H
5. Jumlah waktu merasa marah setelah diberitahu
tidur efektif
rencana operasi, merasa tidak
kurang dari 7-9
jam. terkendali (ingin pergi), merasa sedih
Berdasarkan data diatas diketahui dan tertekan karena adanya rencana
bahwa Tn M tidak lagi mengalami pembedahan, merasa tidak sabar saat
gangguan tidur. Jumlah tidur efektif Tn menunggu hari operasi, mudah
M juga mengalami peningkatan. tersinggung, merasa tidak nyaman
dengan apa yang dilakukan saat ini,
merasa khawatir dengan keadaan diri
Responden 2 (Tn.H)
Untuk mengukur tingkat saat di meja operasi, merasa selalu
kecemasan dilakukan dengan ingin bergerak, khawatir dengan
menyebarkan lembar kuesioner dan keadaan dan bertindak bodoh, dan
merasa berada dalam situasi yang
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 2 6
Dampak Relaksasi Progresif……………………………………………………………..Andi Eka Pranata, Hal. 01 - 09

membuat perasaan tidak enak saat Berdasarkan data yang diambil


menunggu hari operasi. pertama pada tanggal 18 Juni 2007
3. Respon Kognitif (Skor 1) : Tn H sulit didapatkan hasil sebagai berikut:
merasa tenang setelah diberi
penjelasan tentang rencana operasi. Tabel 1.9 Data Pola Tidur Tn. H
Berdasarkan hasil observasi No. Poin Jawaban Responden
didapatkan data penunjang yang 1. Gelisah dan Tn H tidak merasa
mendukung tingkat kecemasan sedang Tn khawatir saat gelisah dan khawatir
H yaitu tekanan darah Tn H mengalami 2. akan tidur. setiap kali akan tidur.
peningkatan (hipertensi). Setelah Sering bangun Tn H sering terbangun
diketahui tingkat kecemasan Tn H, maka 3. karena takut dan di malam hari.
peneliti mengajarkan teknik relaksasi cemas. Tn H mengalami
progresif kepada responden dan Sulit tidur. kesulitan untuk tidur
menganjurkannya untuk melakukannya 4. karena perasaan yang
terutama setiap kali akan tidur atau di tidak enak.
waktu luang. Tidur terganggu Tn H tidak merasa
Pada tanggal 22 Juni 2007 peneliti karena masalah tidurnya terganggu
kembali mengambil data yang kedua 5. operasi. setelah diberi
untuk membandingkan hasil dengan data penjelasan oleh dokter
yang pertama dalam arti mengetahui tentang tindakan
dampak relaksasi progresif terhadap Jumlah waktu operasi.
kecemasan. Didapatkan bahwa skor tidur efektif Jumlah tidur efektif Tn
kecemasan Tn H mengalami penurunan kurang dari 7-9 H adalah 1,5 jam.
yaitu skornya 5 yang ditandai dengan jam.
beberapa respon sebagai berikut:
1. Respon Fisik (Skor 0) : Dari data di atas diketahui bahwa
Tidak muncul. Tn H mengalami gangguan tidur.
2. Respon Emosi ( Skor 3) : Kemudian peneliti mengajarkan teknik
Tn H merasa marah setelah diberitahu relaksasi progresif kepada responden
rencana operasi, sulit bersantai setelah sesuai dengan protap dan menganjurkan
tahu tentang rencana operasi, dan sering Tn H untuk menerapkannya terutama
panik dan tidak terkendali. setiap kali akan tidur atau di waktu luang.
3. Respon Kognitif (Skor 2) : Dan pada tanggal 22 Juni 2007
Tn H merasa masa depan tidak ada berdasarkan keterangan dari Tn H dan
harapan terutama saat menunggu masa keluarganya tentang pelaksanaan
operasi, dan Tn H merasa hidup tanpa arti relaksasi progresif maka dilakukan
(selama masa menunggu pembedahan). pengambilan data yang kedua dan
Berdasarkan data di atas diketahui hasilnya sebagai berikut:
bahwa Tn H sudah tidak merasa cemas
lagi. Keadaan umum Tn H lebih baik Tabel 1.10 Data Pola Tidur Tn. H
daripada sebelumnya. Selain itu, No. Poin Jawaban
berdasarkan hasil dari observasinya Responden
didapatkan bahwa seluruh TTV dalam 1. Gelisah dan Tn H tidak
batas normal. Jadi, disimpulkan bahwa khawatir saat merasa gelisah
tingkat kecemasan Tn H mengalami 2. akan tidur. dan khawatir lagi
penurunan bahkan turun sampai ke Sering bangun saat akan tidur.
rentang normal setelah diberi tindakan karena takut dan Tn H tidak lagi
3. cemas. sering bangun di
relaksasi progresif.
malam hari
4. Sulit tidur. karena perasaan
takut dan cemas.
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 2 7
Dampak Relaksasi Progresif……………………………………………………………..Andi Eka Pranata, Hal. 01 - 09

Tidur terganggu Tn H sulit tidur diperoleh, lingkungan dan rohaniawan


5. karena masalah ketika di malam (Stuart & Sundeen, 1996).
operasi. hari tiba-tiba Akan tetapi, respon yang
bangun. ditunjukkan oleh kedua responden setelah
Jumlah waktu Tn H merasa diberi tindakan relaksasi progresif relatif
tidur efektif tidurnya
sama. Tingkat kecemasan kedua
kurang dari 7-9 terganggu ketika
jam. mendapat responden sama-sama menurun sampai
penjelasan dalam batas normal. Hal itu sesuai
tentang tindakan dengan teori yang ada bahwa setelah
operasi. berlatih relaksasi progresif minimal 5
Jumlah tidur kali, kita dengan sendirinya merasakan
efektif Tn H penurunan kecemasan karena
adalah 8 jam. menurunnya ketegangan otot, yang bukan
Dari data di atas diketahui bahwa berarti menurunkan kesadaran
Tn H tidak lagi mengalami gangguan (http://www.kompas.com/kesehatan/news
tidur. Dan data yang menunjang adalah Diakses tanggal 7 Februari 2007).
jumlah waktu tidur efektifnya adalah 8 Untuk pola tidur antara kedua
jam yang merupakan kebutuhan tidur responden didapatkan hasil yang sama
normal. Sehingga dengan relaksasi yaitu sama mengalami gangguan tidur
progresif disimpulkan mampu dan penyebab dari gangguan tidur
meningkatkan waktu tidur Tn H. tersebut adalah rasa cemas akan
dilakukannya operasi. Menurut Tarwoto
PEMBAHASAN & Wartonah (2006) terdapat beberapa
Berdasarkan dari hasil faktor yang mempengaruhi tidur, antara
pengambilan data didapatkan hasil yang lain penyakit dan kecemasan. Oleh
bervariasi antara kedua responden untuk karena itu, kedua dari responden tidak
tingkat kecemasan, meskipun perbedaan bisa menikmati dari tidur mereka. Akan
tersebut tidak terlalu mencolok. tetapi setelah diberi perlakuan relaksasi
Berdasarkan teori itu merupakan hal yang progresif, respon dari kedua responden
wajar karena kecemasan memiliki sama, yaitu mereka sama menyatakan
rentang respon yang selalu dinamis dan bahwa tidurnya sudah lebih baik dari
bergeser setiap saat sesuai respon sebelumnya. Kedua responden sudah
individu. Respon tersebut dipengaruhi tidak sulit lagi untuk tidur dan tidur terasa
oleh stressor dan penilaian individu, saat lebih nyenyak. Menurut teori yang ada,
stressor lebih dominan maka rentang relaksasi progresif mampu merilekskan
respon bergeser ke arah maladaptif seluruh tubuh sehingga ketegangan
sedangkan jika stressor diantisipasi oleh menurun dan tidur akan nyaman tanpa
penilaian individu maka rentang respon gangguan
akan tetap bertahan pada posisi adaptif (http://www.kingfoto.com/articles.asp?id
(Stuart & Sundeen, 1996). Diakses tanggal 7 Februari 2007).
Selain itu, jumlah skor yang
diperoleh oleh kedua responden berbeda. SIMPULAN DAN SARAN
Itu merupakan hal yang normal karena Dari kedua responden didapatkan
setiap individu memiliki mekanisme kesimpulan sebagai berikut:
pertahanan diri yang berbeda juga. 1. Tn M (Responden I)
Manifestasi kecemasan yang terjadi Sebelum dilakukan teknik relaksasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara progresif Tn M mengalami kecemasan
lain tingkat pengetahuan tentang sedang dengan skor kecemasan 11 dan Tn
prosedur, pengalaman masa lalu, strategi M mengalami gangguan tidur. Akan
koping, sistem pendukung informasi yang tetapi, setelah dilakukan relaksasi
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 2 8
Dampak Relaksasi Progresif……………………………………………………………..Andi Eka Pranata, Hal. 01 - 09

progresif Tn M tidak lagi mengalami Ikatan Alumni Pendidikan


kecemasan dengan skor kecemasan turun Keperawatan Padjajaran.
menjadi 6 (dalam batas normal) dan tidak Lovibond, SH & Lovibond, PF. 1995.
lagi mengalami gangguan tidur. Hal ini Manual For Depression Anxiety
berarti teknik relaksasi progresif mampu Stress Scales 2nd Edition. Sydney:
mengatasi kecemasan dan gangguan tidur Psycology Foundation.
yang dialami oleh Tn M. Notoatmodjo, Soekidjo. 2002.
2. Tn H (Responden II) Metodologi Penelitian Kesehatan.
Sebelum dilakukan relaksasi progresif Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Tn H mengalami kecemasan sedang Purbawati, Sustri Yunit. 2005. Faktor-
dengan skor kecemasan 12 dan Faktor Yang Mempengaruhi
mengalami gangguan tidur. Akan tetapi, Kuantitas Tidur Pada Pasien Pre
setelah dilakukan relaksasi progresif skor Operasi Di Ruang C RSU Lavalette
kecemasan mengalami penurunan sampai Malang. KTI. Malang: Politeknik
batas normal yaitu 5 dan Tn H tidak lagi Kesehatan Malang,: 1-2
mengalami gangguan tidur. Hal ini berarti Ramaiah, Savitri. 2003. Kecemasan.
bahwa relaksasi progresif mampu Jakarta: Pustaka Populer Obor.
mengatasi kecemasan dan gangguan pola Rosdhal, CB. 1999. Client Comfort &
tidur pada Tn H. Pain Management. Philadelphia:
Lippincott Company.
DAFTAR PUSTAKA Stanhope, Marcia, dkk. 1998. Perawatan
Atkinson, dkk. 1983. Pengantar Kesehatan Masyarakat. Bandung:
Psikologi Edisi 8 Jilid I. Jakarta: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Erlangga. Keperawatan Padjajaran.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Stirling, Siobhan. 2003. Tidur. Jakarta:
Medikal Bedah. Jakarta: EGC. IKAPI.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Suharto, dkk. 2004. Metodologi
Keperawatan. Jakarta: EGC. Penelitian. Yogyakarta: ANDI.
Effendy, dkk. 2005. Kiat Sukses Tarwoto & Wartonah. 2006. Kebutuhan
Menghadapi Operasi. Yogyakarta: Dasar Manusia Dan Proses
Sahabat Setia. Keperawatan. Jakarta: Salemba
Ganong. 1995. Fisiologi Kedokteran. Medika.
Jakarta: EGC. Taylor. 1997. Fundamental Of Nursing
Guyton. 1987. Fisiologi Manusia Dan 2A. Philadelphia: Lippincott.
Mekanisme Penyakit Edisi III. Wiramihardja, Sutardjo. 2005. Pengantar
Jakarta: EGC. Psikologi Abnormal. Bandung: PT
Guyton. 1994. Buku Ajar Fisiologi REFIKA ADITAMA.
Kedokteran Edisi 7 Bagian II. Zimbardo, P. 1991. Essentials Of
Jakarta: EGC. Psycology & Life 10th Edition.
Hudak & Gallo. 1997. Keperawatan Philadelphia : Lippincott Company.
Kritis. Jakarta: EGC. http://www.kompas.com/kesehatan/news/
Ignativicious, DD Workman & Mishlen, 0411/08/062921.htm. Diakses
MA. 1995. Medical Surgical Nursing tanggal 5 Februari 2007.
Process Approach. Philadelphia: WB http://library.gunadarma.ac.id Diakses
Sander Company. tanggal 5 Februari 2007.
Kozier. 1969. Fundamental Of Nursing. http://www.kompas.com/kesehatan/news
American: American Journal of Diakses tanggal 7 Februari 2007.
Nursing. http://www.kingfoto.com/articles.asp?id
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Diakses tanggal 7 Februari 2007.
Medikal Bedah I. Bandung: Yayasan
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 2 9

You might also like