You are on page 1of 21

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP TINGKAT

KEJUJURAN ANAK USIA DASAR


Uswatun Hasanah1, Ersi Mutia Sari2, Dinda Amalia Wulandari3 dan
Nurbaiti Fitri4
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara

ABSTRACT: Honesty is the main foundation of human life. Because honesty is the
beginning of the establishment of truth values. Honesty it’self is something that is really
needed by the Indonesian people for now. Applying honesty to children is very
important. By getting children to be honest in everyday life, will train children to always
be honest and act. Of course this is inseparable from the pattern of parenting. Parents as
role models of children must be able to be role models and good examples for children.
Therefore the researcher would like to conduct a study entitled “Parenting in Building
Honest Behavior towards Elementary School Age Children”. The purpose of this
research is to describe how parenting is suitable for use by parents in building honest
behavior towards elementary school age children. In addition, it also describes how the
parents use it to develop honest behavior in elementary school age children. The method
that researchers used in this study is the method of literature study. The data collection
technique used is literature. With this technique the researcher collects source books, be
they journals or relevant articles as a support in research. In addition, it is also assisted
with meta-analysis as a way to recapitulate facts without prior manipulation. The results
of this study are parenting that is suitable for parents to build honest behavior towards
elementary school-aged children is an authoritarian-democratic parenting. In addition,
parents also have their own ways of building honest behavior towards elementary
school-age children. With the attention and affection of parents will make it easier for
children to apply honesty in everyday life.
Keywords: Parenting and Honest

1
ABSTRAK: Kejujuran merupakan pondasi utama kehidupan manusia. Karena
kejujuran merupakan awal mula tegaknya nilai-nilai kebenaran. Kejujuran sendiri
merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia untuk saat ini.
Menerapkan sikap jujur pada anak sangatlah penting. Dengan membiasakan anak untuk
bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari, akan melatih anak untuk selalu bersikap
dan bertindak jujur. Tentunya hal ini tidak terlepas dari adanya pola pengasuhan orang
tua. Orang tua sebagai aturan model anak harus bisa menjadi tauladan dan contoh yang
baik untuk anak. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pola Asuh
Orang Tua dalam Membangun Perilaku Jujur terhadap Anak Usia Dasar”. Adapun
tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan bagaimana pola asuh yang cocok
untuk digunakan orang tua dalam membangun perilaku jujur terhadap anak usia sekolah
dasar. Selain itu juga untuk mendeskripsikan bagaiamana cara yang digunakan oleh
orang tua dalam membangun perilaku jujur pada anak usia sekolah dasar. Metode yang
peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode studi literatur. Dengan Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu kepustakaan. Dengan teknik ini peneliti
mengumpulkan buku sumber, baik itu jurnal ataupun artikel yang relevan sebagai
penunjang dalam penelitian. Selain itu dibantu juga dengan meta analisis sebagai suatu
cara untuk rekapitulasi fakta tanpa melakukan manipulasi sebelumnya. Hasil dari
penelitian ini adalah pola asuh yang cocok untuk diterapkan orang tua dalam
membangun perilaku jujur terhadap anak usia sekolah dasar adalah pola asuh otoriter-
demokratis. Selain itu orang tua juga memiliki cara masing-masing dalam membangun
perilaku jujur terhadap anak usia dasar. Dengan perhatian dan kasih sayang orang tua
akan memudahkan anak dalam menerapkan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari.
Kata Kunci: Pola Asuh dan Kejujuran

2
PENDAHULUAN
Pola pengasuhan anak adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
bagaimana masa depan anak kita nanti. Apakah ia akan tumbuh menjadi anak
seperti dambaan orang tua atau bahkan sebaliknya. Maka faktor yang menjadi
penyebab tidak tercapainya harapan orang tua terhadap anak, antara lain adalah
ketidaktahuan orang tua tentang bagaimana mendidik atau mengasuh anak secara
benar. Pola asuh yang benar adalah yang mengacu pada konsep dasar tumbuh
kembang (asah, asih, asuh) sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal. Betapa pentingnya peran orang tua dalam pembentukan kejuuran anak.
Salah satu faktor yang mempunyai peranan penting dalam kejujuran anak adalah
pengasuhan. Pola asuh orang tua merupakan cara yang digunakan orang tua dalam
mengasuh, membimbing, dan mendidik anaknya. Orang tua berhak memilih pola
asuh yang dapat diterapkan dalam kehidupan keluarga. Tetapi, apabila pola asuh
yang diterapkan orang tua keliru, maka yang akan terjadi bukan kejjuran yang
baik, sebaliknya akan membuat tingkat kejujuran anak menurun.
Penanaman karakter kejujuran sangat penting untuk dikembangkan pada
anak usia dini. Pembentukan karakter sebaiknya dilakukan sejak usia dini dengan
memberikan contoh hal-hal yang baik dan positif. Penanaman karakter yang
positif akan membentuk karakter anak tersebut. Pihak yang berperan dalam
penanaman karakter pada anak usia dini antara lain adalah orang tua, guru, serta
orang dewasa yang berada di sekitar anak tersebut. Salah satu karakter yang perlu
ditanamkan pada anak usia dini adalah kejujuran., jujur merupakan perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

3
METODOLOGI
Penelitian ini bersifat korelasi sebab akibat atau penelitian pengaruh.
Suharsimi arikunto mengemukakan pendapatnya “Dinamakan penelitian sebab-
akibat karena antara keadaan pertama dengan yang kedua terdapat hubungan
sebab akibat. Keadaan pertama diperkirakan menjadi penyebabyang kedua.
Keadaan pertama berpengaruh terhadap yang kedua”. Apabila dikaitkan dengan
penelitian ini maka dapat dijelaskan bahwa variabel pertama (bebas) yaitu “pola
asuh orang tua” diperkirakan menjadi sebab/berpengaruh terhadap variabel kedua
(terikat) yaitu “kejujuran”. Sedangkan pendekatan yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penulis maknai bahwa jenis penelitian
yang penulis lakukan adalah penelitian korelasi sebab-akibat atau
pengaruhmenggunakan pendekatan kualitatif. Dengan pendekatan kualitatif
penulis ingin mengetahui apakah ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap
kejujuran anak.

HASIL DAN DISKUSI


A. Pola Asuh Orang Tua
1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “kata pola berarti gambar, corak, sistem,
bentuk”[ CITATION Dap03 \l 1033 ] . Sedangkan “kata asuh mengandung arti
menjaga, merawat, mendidik, membimbing, membantu”[ CITATION Dap03 \l 1033 ] .
Orang tua adalah orang yang pertama dan terakhir yang bertanggung jawab
mendidik dengan keimanan dan akhlak membentuknya dengan kematangan
rasional dan keseimbangan serta mengarahkan nya kepada pemilikan bekal yang
bermanfaat dan bermacam-macam kebudayaan[ CITATION Abd95 \l 1033 ].
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat “Orangtua adalah pembina pribadi yang
pertama dalam hidup anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka
merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung,yang dengan sendirinya
akan masuk ke dalam pribadi anakyang sedang bertumbuh”[ CITATION Zak10 \l
1033 ]. Dengan demikian dapat dipahami bahwa orang tua adalah orang pertama

4
dan terakhir yang memiliki tanggung jawab mendidik anak, atau pembina pribadi
yang pertama dalam hidup anak. Agar kelak mereka dapat tumbuh menjadi besar
dan dewasa agar menjadi penerus perjuangan dan cita-cita orang tuanya.
Menurut Al. Tridhonanto, pola asuh orang tua adalah: Suatu keseluruhan
interaksi orang tua dan anak, dimana orang tua yang memberikan dorongan bagi
anak dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan, dan nilai-nilai yang dianggap
paling tepat bagi orang tua agar anak bisa mandiri, tumbuh serta berkembang
secara sehat dan optimal, memiliki rasa percaya diri, memiliki sifat rasa ingin
tahu, bersahabat, dan berorientasi untuk sukses[ CITATION AlT14 \l 1033 ].
Definisi lain menyebutkan bahwa “pola asuh orang tua adalah gambaran
tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi,
selama mengadakan kegiatan pengasuhan” [ CITATION Sya14 \l 1033 ] . Jadi yang
dimaksud dengan pola asuh orang tua adalah gambaran, tata cara yang dilakukan
orang tua dalam menjaga, mendidik, serta merawat anaknya dengan memberikan
aturan-aturan dalam rangka memberikan perhatian, mendidik, membimbing dan
melindungi anak.
2. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua
a. Pola Asuh Otoriter
Dalam pola asuh ini orang tua cenderung lebih banyak memerintah
dan melarang anak. Anak tidak boleh begini, tidak boleh begitu. Anak harus
melakukanini dan itu sesuai perintah orang tua tanpa memperhatikan keinginan
anak[ CITATION Dar07 \l 1033 ]. Menurut pendapat lain “dalam pola asuh otoriter
orang tua merupakan sentral artinya segala ucapan, perkataan maupun kehendak
orang tua dijadikan patokan (aturan) yang harus ditaati oleh anak-anak”. Dari
pengertian di atas dapat dipahami bahwa pola asuh otoriter merupakan pola asuh
yang bersifat pemaksaan, keras, dan kaku, dalam pola asuh ini orang tua membuat
aturan yang harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan anaknya.
Orang tua selalu berusaha membentuk, mengontrol, mengevaluasi perilaku dan
tindakan
Ciri-ciri pola asuh otoriter, yaitu:
1) sesuai aturan.

5
2) Kepatuhan anak merupakan nilai yang diutamakan, dengan
memberlakukan hukuman manakala terjadi pelanggaran.
3) Orang tua kurang menghargai pendapat anak.
4) Orang tua kurang sensitif terhadap kebutuhan dan persepsi anak.
Pengaruh pola asuh otoriter terhadap perkembangan anak
adalah[ CITATION Mei12 \l 1033 ]:
1) Anak menjadi tidak percaya diri, minder atau penakut.
2) Anak cenderung menjadi pemberontak bahkan dapat menjadi
pribadi yang kacau (tidak terkendali).
3) Anak cenderung membenci figur penguasa.
4) Menghambat perkembangan kreativitas anak.

b. Pola Asuh Permisif


Kebalikan dari pola asuh otoriter, disini orang tua justru merasa tidak
peduli dan cenderung member kesempatan dan kebebasan secara luas kepada
anaknya. Pola asuh permisif biasanya dilakukan oleh orang tua yang terlalu baik,
cenderung memberi banyak kebebasan pada anak-anak dengan menerima dan
memaklumi segala perilaku, tuntutan dan tindakan anak, namun kurang menuntut
sikap tanggung jawab dan keteraturan perilaku anak. Jadi pola asuh permisif
adalah pola asuh orang tua yang cenderung memberikan kebebasan kepada anak
secara luas, anak bebas bertindak tanpa diawasi oleh orang tuanya.
Ciri-ciri pola asuh permisif[ CITATION AlT14 \l 1033 ]:
1) Orang tua bersikap Acceptance tinggi namun kontrolnya rendah,
anak diizinkan membuat keputusan sendiri dan dapat berbuat
sekehendaknya sendiri.
2) Orang tua memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan
dorongan dan keinginannya.
3) Orang tua kurang menetapkan hukuman pada anak bahkan hampir
tidak menggunakan hukuman.
Pengaruhnya terhadap perkembangan anak adalah[ CITATION Mei12 \l
1033 ]:

6
1) Anak cenderung manja dan egois.
2) Anak tidak suka bekerja keras.
3) Anak merasa ditelantarkan sehingga sulit untuk sukses.
4) Anak kurang memiliki kedisiplinan.
c. Pola Asuh Demokratis
Inti dari pola asuh ini adalah komunikasi atau musyawarah antara anak dan
orang tua dalam menentukan hal-hal yang berkaitan dengan anak. Jadi, anak bisa
melakukan apa yang ia mau, namun orang tua tetap berperan sebagai pengarah
dan pengontrol. Jadi, dapat dipahami pola asuh demokratis adalah pola asuh yang
menitikberatkan pada kebebasan untuk berbuat menurut kemampuan,namun orang
tua tetap memperhatikan dan memberikan pengawasan kepada anaknya.
Ciri-ciri pola asuh demokratis[ CITATION AlT14 \l 1033 ]:
1) Anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol
internal.
2) Anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan dilibatkan dalam
pengambilan keputusan.
3) Menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak.
4) Memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu
mengendalikan mereka.
5) Bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang
berlebihan yang melampaui kemampuan anak.
6) Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan
suatu tindakan.
7) Pendekatan kepada anak bersifat hangat.
Pengaruhnya terhadap perkembangan anak adalah[ CITATION Mei12 \l
1033 ]:
1) Anak lebih percaya diri .
2) Anak mengerti apa yang menjadi keinginan orang tua.
3) Ada kemungkinan besar, anak untuk tumbuh menjadi anak yang
ramah.
4) Dapat mendukung perkembangan kreativitas.

7
3. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Kejujuran Anak
Usia Dasar
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kejujuran anak dimaksudkan
sebagai upaya orang tua dalam membentuk kejujuran anak dan membinanya
sehingga anak memiliki tingkat kejujuran yang tinggi. Kejujuran yang baik yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kejujuran yang tinggi. Kejujuran yang tinggi
adalah tiang agama, sendi akhlak, dan pokok kemanusiaan manusia. Tanpa
kejujuran, agama tidak lengkap, akhlak tidak sempurna, dan seorang manusia
tidak sempurna menjadi manusia. Orang tua sebagai pendidik pertama dan utama
bagi anak memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar terhadap anak-
anaknya. Keprihatinan orang tua yang dalam terhadap anak sering kali memaksa
orang tua bertindak tidak tepat. Keyakinan orang tua yang keliru, yang
menganggap bahwa anak-anak tidak akan menjadi baik dan maju tanpa pengaruh
dari orang dewasa, dan cenderung menyebabkan benih-benih pertentangan.
Misalnya seperti, anak menolak untuk belajar, menolak untuk sholat, menolak
untuk mengaji,dan lain-lain.

B. Kejujuran dan Anak Usia Dasar


1. Pengertian Kejujuran
Kejujuran adalah komponen rohani yang memantulkan berbagai sikap
terpuji (honorable, respectable, creditable, maqaman mahmuda). Perilaku yang
jujur adalah perilaku yang diikuti dengan sikap tanggung jawab atas apa yang dia
perbuatnya. Dia siap menghadapi risiko dan seluruh akibatnya dengan penuh suka
cita[ CITATION Tas01 \l 1033 ] . Bentuk kejujuran menurut Toto Tasmara (2001:189-
199):
a. Jujur pada Diri Sendiri
Salah satu dimensi moral yang dilahirkan shalat adalah kejujuran,
keikhlasan dan ketabahan. Tidak pernah kita dengar ada orang yang menipu
jumlah rakaat dalam sholat walaupun dia shalat sendirian. Bagi orang-orang yang
jujur, esensi shalat tidak hanya sebatas pekerjaan yang diwali oleh takbir dan

8
diakhiri oleh salam tapi segala yang diucapkannya dalam sholat merupakan awal
bagi dirinya untuk membuktikan hasil shalatnya dalam kehidupannya secara
aktual dan penuh makna manfaat. Bila kita ingin melihat bagaimana sholat
seseorang maka lihatlah perilakunya dalam kehidupannya.
b. Jujur terhadap Orang Lain
Jujur terhadap orang lain bukan hanya sekedar berkata dan berbuat benar,
namun memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi orang lain. Sikap jujur
terhadap orang lain berarti sangat prihatin melihat penderitaan orang lain.
Sehingga, seseorang yang jujur mempunyai sikap empati yang kuat dan
mempunyai jiwa pelayanan yang prima. Para ahli psikologi sudah membuktikan
bahwa kebohongan akan melahirkan penyakit mental, rasa takut, stress dan
merasa tidak aman dalam menapaki kehidupannya, bahkan kebohongan
merupakan cikal bakal dari penyakit psikis yang akan mengganggu dirinya dan
menimbulkan gangguan hubungan. dengan keluarga, teman sejawat, bahkan
masyarakatnya. Khalifah Umar Ibnul Khatab r.a. mengigil dan merasakan
tubuhnya sangat lemah karena beberapa hari berpantang minyak samin yang
merupakan vitamin untuk memperkuat tubuh. Para sahabat mendesaknya agar
meminta uang dari baitul mal untuk membeli minyak samin, tetapi Ibnul Khatab
menolaknya dan bertahan sampai keadaan normal kembali” bagaimana aku dapat
memperhatikan kepentingan rakyat apabila aku tidak merasakan derita yang
mereka rasakan “(fiqud Da’wah:234).
c. Jujur terhadap Allah
Jujur terhadap Allah berarti berbuat dan memberikan segalanya atau
beribadah hanya untuk Allah. Jujur terhadap Allah adalah soal hati nurani. Orang
yang memiliki sikap jujur terhadap Allah di dalam hatinya selalu merasakan
kehadiran dan diawasi oleh Allah. Sehingga ia tidak akan berani berbuat hal-hal
yang dilarang oleh Allah dan berusaha menjaga dirinya agar selalu dalam
kebaikan.
d. Menyebarkan Salam.
Menyebarkan salam atau kata keselamatan merupakan bentuk kejujuran
seseorang pula. Orang yang memiliki sikap jujur dalam diri maka dia dengan

9
ridho dan kesadaran akan selalu berbuat agar setiap orang disekitarnya menerima
keselamatan.
2. Pengertian Anak Usia Dasar
Anak usia dasar adalah anak dengan usia 6-12 tahun, dimana pada usia ini
anak memperoleh dasar pengetahuandan keterampilan untuk keberhasilan
penyesuaian diri anak pada kehidupan dewasanya[ CITATION Des11 \l 1033 ].
Sekolah menjadi pengalaman inti pada anak, karenadianggap mulai bertanggung
jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua,teman sebaya,
dan orang lainnya. Pada usia ini anak suka berkelompok (gangage), anak sudah
mulai mengalihkan perhatian dari hubungan intim dalam keluarga dan mulai
berkerja sama dengan teman dalam bersikap atau belajar, dengan demikian anak
usia dasar mulai dominan menghabiskan waktu dengan teman sebayanya. Orang
tua mempunyai harapan agar anaknya mempunyai pengetahuan (intelektual),
keterampilan serta kemampuan perilaku yang baik yang akan berguna untuk
mengatasi persoalan dalam kehidupannyasehari-hari, dimulai dengan memiliki
pengetahuan kognitif (membaca dan menulis), dan pengetahuan eksistensial
pragmatis (Leksono,2013). Pengetahuan itu dapat berguna untuk menjalani
kehidupan anak agar anak menjadi survive, sertaanak mampu mengembangkan
bakat dan minatnya, sehingga anak berguna bukan hanya bagi keluarga tapi
bangsa dan negara.

C. Hasil Analisa Pola Asuh Orang Tua dan Kejujuran Anak Usia Dasar
Penelitian dimulai pada tanggal 31 Oktober 2020 dengan dua cara yaitu
observasi dan wawancara. Penelitian ini menganalisis anak usia dasar di 2(dua)
kota yang berbeda yaitu, Tanjungbalai dan Labuhan Batu Utara. Objek penelitian
adalah 2 (dua) orang tuadan 2(dua) orang anak usia dasar, yakni sebagai berikut:
Tabel 1. Siswa dan Orang Tua yang Menjadi Objek Penelitian
No Nama Orang Tua Tempat Lahir Tanggal Lahir
Alam
1 Ismail Tanjungbalai 27 Mei 2009
Syahputra
2 Zafira Asy Muhammad Simpang. 7 Maret 2011

10
Anwas
Syams Siregar Siregar. Panigoran

Sumber: Dokumen Tanjungbalai dan Labuhanbatu Utara


2 (dua) orang tua dan 2 (dua) orang anak usia dasar tersebut dijadikan
sebagai informan sekaligus objek penelitian disebabkan beberapa faktor yaitu:
merupakan anak yang nakal dan anak yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan oleh peneliti
dengan 1 (satu) cara yaitu analisis pola asuh orang tua pada anak usia dasar
lingkungan sekitarnya. Berikut analisa deskriptifnya.
Berdasarkan hasil observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa anak yang
diteliti:
1. Ismail. Beliau menunjukkan komunikasi yang tidak begitu ramah kepada
tetangganya yaitu dengan tidak ingin bertegur sapa kepada tetangga yang
lewat didepan rumahnya. Dia orang yang suka berbohong misalnya pada
saat berbicara pada tetangganya, dia berbohong. Saat dia diminta untuk
menyampaikan pesan oleh istrinya tetapi dia tidak menyampaikannya.
Orang tua ini selalu menunjukkan sikap yang pemarah. Dia berjanji untuk
memberikan sepeda akan tetapi dia selalu mengingkarinya. Selanjutnya,
menunjukkan sifat yang pemikir, tersinggung dan interaksinya terhadap
orang-orang dilingkungan sekitarnya tidak baik. Dia selalu pulang di dini
hari dan juga suka mempertaruhkan sejumlah uang atau harta dalam
permainan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari pada
jumlah uang atau harta semula yang biasanya disebut dengan berjudi.
Disamping itu, peneliti juga mewawancarai Zuraidah ( Istri dari Ismail)
Beliau mengatakan:
“Ismail merupakan orang tua (ayah Alam Syahputra) yang selalu
memarahi dan tidak begitu dekat dengan anaknya. Dia selalu marah
kepada istrinya sampai pernah suatu saat dia membakar semua baju
jualannya dan suka mengambil uang istrinya”

11
2. Muhammad Anwas Siregar. Terkenal dengan orang yang ramah dan
dermawan, perilakunya yang ramah membuat masyarakat selalu berpikir
positif tentangnya. Tidak hanya itu, sikap dan perilaku yang baik terhadap
anaknya seperti, mencurahkan kasih sayang yang ikhlas, menghargai
setiap pribadi anak-anaknya, memafkan kesalahan anak-anaknya, juga
meminta maaf pada anak-anaknya jika dia berbuat kesalahan, serta
meluruskan kesalahan anak-anaknya dengan pertimbangan atau alasan-
alasan yang tepat. Dengan kasih sayang, perhatian dan keterbukaan yang
dia lakukan, dia akan mengetahui apakah yang dibutuhkan anak-anaknya
dan bagaimana solusinya. Untuk itu, sikapnya baik dalam keseharian yang
sering dilihat oleh anak dan akan diingat, membekas, dan tumbuh subur
dalam diri anak serta akan menjadi jati dirinya sampai kapan pun.

Disamping itu, peneliti juga mewawancarai ibu Erina Indika (Istri dari
Bapak Muhammad Anwas Siregar). Beliau menuturkan :

“Ayah Zafira memiliki watak yang keras kepala dan sedikit pemarah,
tetapi dia tidak pernah menampakkan sikapnya itu dihadapan anak-
anaknya, dia ingin anak-anaknya patuh dan tidak takut kepadany atau
menjadi terbuka dalam hal apapun. Ayahnya selalu antuasias dalam
agama, ayahnya tidak pernah bosan untuk bertanya tentang sholat dan
samapi mana hafalan yang zafira juga adiknya miliki, biasanya setelah
sholat magrib mereka bertiga selalu murojaah bersama-sama. Ayahnya
jugamengajarkan anak-anaknya untuk bersikap sederhana, tidak berlebihan
dan tidak membuat anak selalu menginginkan milik orang lain yang
disadarinya bahwa dia tak mungkin memilikinya dan untuk apa dia
memilikinya”. (Wawancara 31 oktober 2020)

Berdasarkan hasil analisis pola asuh orang tua terhadap anak usia dasar yang
bernama Ismail dan Muhammad Anwas Siregar diperoleh hasil analisis data
dalam bentuk tabel sebagai berikut:

12
1. Ismail
Tabel 2 Daftar Tabel Hasil Analisis Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak Usia
Dasar di Lingkungan Sekitar
No Indikator Orang
Hasil Uraian Analisis
Tua

1. Berkata bohong Dia orang yang suka berbohong misalnya


pada saat berbicara pada tetangganya, dia
berbohong.

2. Berbuat sesuai aturan Dia selalu marah kepada istrinya sampai


pernah suatu saat dia membakar semua baju
jualannya.

3. Tidak menepati janji Dia berjanji untuk memberikan sepeda akan


yang diucapkan tetapi dia selalu mengingkarinya

4 Bersedia menerima Mengambil haknya pada saat dia menang


sesuatu atas dasar hak dalam permainan judinya

5. Mengambil sesuatu Orang tua menunjukkan sikap mengambil


yang bukan haknya uang istrinya

6. Tidak berpihak Orang tua suka mempertaruhkan sejumlah


kepada kebenaran uang atau harta dalam permainan untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih besar
dari pada jumlah uang atau harta semula
yang biasanya disebut dengan berjudi

7. Tidak menyampaikan Saat dia diminta untuk menyampaikan


pesan kepada orang pesan oleh istrinya tetapi dia tidak
lain menyampaikannya. Orang tua ini selalu
menunjukkan sikap yang pemarah

2. Muhammad Anwas Siregar


Tabel 3. Daftar Tabel Hasil Analisis Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak Usia
Dasar di Lingkungan Sekitar

13
No Indikator Orang
Hasil Uraian Analisis
Tua

1. Berkata benar (tidak Dimulai dari orang tua yang selalu


berbohong) mengingatkan anaknya tentang hukuman di
akhirat bagi orang yang suka berbohong itu
akan dipotong lidahnya, membuat zafira
takut, dan enggan untuk melakukan
kebohongan.

2. Berbuat sesuai aturan Peraturan-peratun yang di buat oleh orang


tua tidaklah rumit, dari umur 3 tahun atau
masa golden age anak, orang tuanya sudah
menanamkan sikap mematuhi aturan
kepada zafira.

3. Menepati janji yang Sikap ini, Zafira dapatkan dari ayahnya,


diucapkan karena ayahnya yang gemar membuat janji
akan memberikan zafira hadiah setiap kali
rajin membantui ibunya.

4 Bersedia menerima Terkadang Zafira menolak pemberian


sesuatu atas dasar hak hadiah dari ayahnya, tetapi karena ayahnya
selalu bilang “hadiah ini milik icam, ini
punya icam, karena icam rajin bantuin
mama” tanpa ada rasa ragu lagi zafirapun
menerimanya.

5. Menolak suatu Zafira merupakan anak yang pemalu, untuk


pemberian yang menolak pemberian dari orang tua ataupun
bukan haknya keluarganya sudah biasa ia lakukan, karena
dia merasa itu sudah lebih dari cukup.

6. Berpihak kepada Orang tua yang selalu mengajarkan tentang


kebenaran pertemanan yang mengingatkan tidak

14
hanya soal dunia tapi juga soal akhirat.

7. Menyampaikan pesan Orang tua yang paham akan sifat anaknya


kepada orang lain yang pelupa, mereka tidak pernah
menyuruh zafira untuk membeli bahan
masakan lebih dari 3 item.

8. Satunya kata dengan Memakai masker saat bepergian ini zafira


perbuatan dapatkan dari perilaku orang taunya yang
gemar menggunakan masker saat
bepergian.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan oleh peneliti
dengan 1 (satu) cara yaitu analisis tingkat kejujuran di lingkungan sekitarnya.
Berikut analisa deskriptifnya.
Berdasarkan hasil observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa anak yang
diteliti:
1. Alam Syahputra. Anak tersebut menunjukkan sikap yang selalu ingin
menang sendiri. Saat dia bermain, dia selalu berbuat curang pada teman-
temannya. Selanjutnya anak menunjukkan sikap yang kurang sopan
terhadap orang yang lebih tua. Dia selalu berkata bohong pada orang
sekitarnya. Anak menunjukkan sikap yang tidak amanah pada saat ibunya
menyuruh membelikan sesuatu ke warung, dia malah pergi bermain
dengan teman-temannya.
Disamping itu, peneliti juga mewawancarai Zuraidah (Ibu dari Alam
Syahputra). Beliau mengatakan :
Alam (nama panggilannya) mengeluarkan saja apa yang ingin
dikatakannya tanpa peduli apakah lawan bicara mengerti atau tidak apa
yang dibicarakannya. Dia juga menggangu teman-temannya dan didalam
persekolahan dia sudah 1 (satu) kali tinggal kelas. (Wawancara 31 oktober
2020).

15
2. Zafira Asy Syams Siregar. Anak yang sangat aktif dan ceria, dia mampu
menampilkan sikap peduli, rajin dan patuhnya kepada semua orang,
terutama kepada orang tua tidak hanya itu sebagai kakak dia juga mampu
memberikan contoh yang baik terhadap adiknya. Dikesehariannya dia
sudah biasa membantu orang tuanya dalam menyelesaikan pekerjaan
rumah seperti membereskan tempat tidur, menyapu rumah dan halaman,
juga menyiram bunga. Zafira juga terkenal dengan anak yang ramah dan
sopan, terbukti dari sikap dia yang setiap keluar rumah selalu menyapa
teman-teman dan juga tetangganya. Begitupun ketika ia lagi bermain
bersama adiknya, ditengah-tengah asiknya bermain terjadi suatu konflik
yang mengakibatkan adiknya menangis, padahal konflik itu terjadi karena
ulah sang adik yang begitu teledor, seperti adiknya yang tidak sengaja
menginjak mainannya dan mainan tersebut patah, adiknya menangis
karena luka pada kaki ketika menginjak mainan tersebut, bukannya marah
atau memukul adiknya karena telah merusakkan mainan miliknya, zafira
malah membantu ibunya membersihkan luka adiknya.
Disamping itu peneliti juga mewawancarai ErinaIndika (Ibu Zafira).
Beliau menuturkan:
“Icam (nama panggilan), dia memang anak yang baik, ketika lagi dirumah
dia selalu membantu ibu dalam mengerjakan tugas rumah, dia juga jarang
membangkang ketika mendapat perintah dari ibu, dia juga selalu mengalah
setiap kali adiknya mengambil makanan atau mainan miliknya, di luar
rumah dia jugaselalu baik kepada teman-temannya, dia tidak memilih-
milih dalam hal pertemanan, semua teman-temannya suka bermain
dengannya karena sifat dia yang pemurah atau tidak pelit, apapun makanan
atau jajan yang dia punya dia akan memberikan kepada temannya.Tapi tak
semua sikap baik yang diamiliki, dia anak yang pelupa, dia selalu
kehilangan uang jajan, dia lupa dimana meletakkan uang itu” (Wawancara
31 oktober 2020).

16
Berdasarkan hasil analisis tingkat kejujuran anak usia dasar yang bernama Alam
Syahputra dan Zafira Asy Syams Siregar diperoleh hasil analisis data dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
1. Alam Syahputra
Tabel 4. Daftar Tabel Hasil Analisis Tingkat Kejujuran Anak Usia Dasar di
Lingkungan Sekitar
No Indikator Perilaku Anak Hasil Uraian Analisis
1. Berkata bohong Anak selalu berkata
bohong pada orang
sekitarnya
2. Tidak berbuat sesuai aturan Anak tidak mampu untuk
berbuat sesuai aturan atau
curang pada saat bermain
dengan teman-temannya
3. Tidak menepati janjinya Anak tidak dapat
menepati janji kepada
ibunya untuk pulang tepat
waktu
4. Tidak amanah Anak tidak amanah pada
saat ibunya menyuruhnya
membelikan sesuatu ke
warung
5. Mengambil yang bukan haknya anak menunjukkan sikap
yang suka mengambil
makanan temannya.
6. Tidak berpihak kepada kebaikan Anak mengeluarkan kata-
kata cacian kepada
teman-temannya
7. Tidak sopan anak menunjukkan sikap
yang kurang sopan
terhadap orang yang lebih
tua
8. Tidak satu kata dengan perbuatan
Anak ini menunjukkan

17
sikap yang selalu
membantah perkataan
ibunya

2. Zafira Asy Syams Siregar


Tabel 5. Daftar Tabel Hasil Analisis Tingkat Kejujuran Anak Usia Dasar di
Lingkungan Sekitar
No Indikator Perilaku Anak Hasil Uraian Analisis
1. Berkata benar (tidak berbohong ) Zafira mampu
menunjukkan sikap
kejujurannya kepada orang
tuanya, terbukti saat ibunya
bertanya tentang sholat
yang pernah ia tinggalkan.
2. Berbuat sesuai aturan Zafiramampu menunjukkan
kemampuannya dalam
menaati aturan yang
diberikan oleh orang
tuanya.
3. Menepatijanji yang diucapkan Zafira mampu menepati
janji yang diaucapkan
kepada ibunya. janji yang
diaucapkan
seperti“menyapu
halaman”dan keesokan
harinya dia melakukan
pekerjaan itu.
4. Bersedia menerima sesuatu atas dasar Zafira bersedia menerima
hak sesuatu atas dasar hak,
seperti dia selalu menerima
hadiah yang diberikan
ibunya karena dia rajin

18
membantu dan sangat
jarang menolak perintah
ibunya
5. Menolak suatu pemberian yang bukan Zafira tidak pernah
haknya meminta uang jajan lebih
dari ibunya, bahkan ketika
ibunya member uang jajan
lebih zafira selalu
menolaknya.
6. Berpihak kepada kebenaran Zafira mampu
menyesaikan konflik yang
terjadi saat bermain dengan
teman-temannya.
7. Menyampaikan pesan kepada orang Zafira tidak mampu
lain menyampaikan pesan
dengan baik. Sifatnya yang
pelupa membuat dia tidak
mampu menyampaikan
pesan dengan baik.
8. Satunya kata dengan perbuatan Selama pandemik
berlangsung zafira selalu
memakai masker saat
bepergian. Zafira tau kalau
berpergian tanpa masker
akan di razia dan kena
hukuman. Dia sangat takut
hal itu akan terjadi
kepadanya.
Berdasarkan hasil analisis penelitian orang tua yang bernama Ismail
menunjukkan bahwa tingkat kejujurannya sangat rendah, tidak bisa menghargai
orang lain dan berbuat tidak sesuai dengan aturan yang ada. Sedangkan tingkat

19
kejujuran pada orang tua yang bernama Muhammad Anwas Siregar menunjukkan
perilaku yang sangat ramah lingkungan dan selalu menepati janjinya.
Berdasarkan hasil analisis penelitian anak yang bernama Alam Syahputra
menunjukkan sikap yang hampir sama dengan orang tuanya yaitu selalu
membantah perkataan orang yang lebih tua dan tidak bisa menyampaikan amanah
dengan baik. Sedangkan tingkat kejujuran anak yang bernama Zafira Asy Syams
Siregar menunjukkan sikap yang sangat baik dibandingkan anak sebelumnya, dia
selalu patuh dengan perkataan orang tuanya.

KESIMPULAN
Orang tua merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh anak dan
merupakan lingkungan pertama pula yang akan menjadi teladan dan contoh bagi
kehidupan anak kelak. Didikan orang tua yang penuh kasih sayang, nyaman dan
hangat serta pembiasaan penanaman moral agama yang baik akan menjadikan
anak mampu hidup sebagai individu yang sehatdanbaikdalam masyarakat.
Penanaman kejujuran terhadap anak oleh orang tua dalam keluarga sangatlah
penting. Kejujuran yang ditanamkan orang tua melalui contoh dan keteladanan
dalam keseharian yang sering dilihat oleh anak akan diingat, membekas, dan
tumbuh subur dalam diri akan serta akan menjadi jati dirinya sampai kapan pun.

DAFTAR PUSTAKA
Al. Tridonanto, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis, Jakarta: PT Elex
Koputindo, 2014
Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarata: Bulan Bintang, 2010
Dariyo, Agoes, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama, Bandung:
PT Refika Aditama,2007
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesiaedisi ketiga,
Balai Pustaka, 2003
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011

20
Djamarah, Syaiful Bahri, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga,
Jakarta: Rineka Cipta, 2014
Tasmara. T., Kecerdasan Ruhaniah. Jakarta : Gema Insani Press, 2001
Ulwan, Abdullah Nashih, Pendidikan Agama dalam Islam, Jakarta: Pustaka
Amani, 1995

21

You might also like