You are on page 1of 20

DOI: http://dx.doi.org/10.30641/ham.2021.12.

37-56
Diterima: 03-02-2021; Direvisi: 09-03-2021; Disetujui Diterbitkan; 16-03-2021

POLITIK HUKUM PEMERINTAH DALAM PENANGANAN PANDEMI COVID-19


DITINJAU DARI PERSPEKTIF HAK ASASI ATAS KESEHATAN
(Government Legal Politics In Handling Of COVID-19 Pandemic Reviewed
From The Right To Health’s Perspective)

Muhamad Beni Kurniawan


Universitas Indonesia , Jakarta
benieluchiha92@gmail.com

ABSTRACT
This research studies government legal politics in dealing with corona outbreak reviewed from the right to
health. The health right is a right of protection to human, including from the threat of COVID-19. The
Government has issued several legal products in handling the Covid-19 pandemic, such as PERPPU Number
1 of 2020 Concerning State Financial Policy and Financial System Stability for Handling the Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) Pandemic that endangers the National Economy and Financial System Stability
and Government Regulation Number 21 of 2020 Concerning Large-Scale Social Restrictions (PSBB).
Indonesia Government also implemented PSBB and Physical Distancing policies. However, these policies
were not effective in breaking the spread of COVID-19 as COVID-19 cases in Indonesia. Since January 28,
2021, it has reached 1 million cases which is the highest in Southeast Asia. This type of research is a
normative judicial research that provides solutions to handle COVID-19 in Indonesia. This research concludes
that the legal policy chosen by the Indonesian Government can not protect the health's right of Indonesian as
mandated by the article 28H paragraph (1) and Article 34 paragraph (2) and (3) UUD 1945. The Government
should have implemented a partial lockdown policy as China's success in doing it in Wuhan. With a partial
lockdown in Jakarta Province as the epicentre of the COVID-19 pandemic in Indonesia, the virus will not
spread to other provinces.
Keywords: Legal Policy, COVID-19, The Right to Health.

ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji politik hukum Pemerintah dalam penanganan pandemi COVID-19 ditinjau dari Hak
Asasi atas Kesehatan. Hak Asasi atas kesehatan salah satu derivasi dari Hak Asasi Manusia yang harus
dilindungi termasuk dari ancaman pandemi COVID-19. Dalam penanganan pandemi COVID-19, Pemerintah
telah menerbitkan beberapa Produk Hukum seperti Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Dan/Atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang
Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan dan Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Dalam Rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) . Pemerintah juga menerapkan kebijakan PSBB dan
Physical Distancing, akan tetapi kebijakan tersebut tidak efektif memutus rantai penyebaran COVID-19
terlihat jumlah kasus COVID-19 di Indonesia tertanggal 28 Januari 2021 sudah tembus 1 juta kasus, tertinggi
di Asia Tenggara. Jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif bersifat perskriptif dengan
memberikan solusi terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Penelitian ini menyimpulkan Politik Hukum
yang diambil Pemerintah (PSBB dan physical distancing) dalam penanganan COVID-19 belum maksimal
melindungi hak atas kesehatan masyarakat Indonesia sebagaimana amanat konstitusi Pasal 28H ayat (1) dan
Pasal 34 ayat (2) serta (3) UUD 1945. Pemerintah seharusnya menerapkan kebijakan lockdown parsial
sebagaimana keberhasilan China melakukan lockdown parsial di Wuhan. Dengan lockdown parsial di Provinsi
Jakarta sebagai epicentrum pandemi COVID-19 di Indonesia maka virus tersebut tidak akan menyebar ke
provinsi lain.
Kata Kunci: Politik Hukum, COVID-19, Hak Asasi atas Kesehatan.
37
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

didiagnosis positif COVID-19 setelah


PENDAHULUAN berliburan dari Bali, Indonesia.3
Pada penghujung tahun 2019, masyarakat Dalam penanganan COVID-19
global dikejutkan dengan hadirnya suatu kasus Pemerintah Indonesia telah menetapkan
pneumonia misterius yang pertama kali politik hukum dengan menerbitkan 3 (tiga)
dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei. Awalnya, instrumen hukum sebagai langkah
pneumonia ini dinamakan sebagai 2019 Novel pencegahan terhadap penyebaran wabah
Corona (2019.nCoV) yang kemudian WHO COVID-19: (1) Keputusan Presiden RI No.
mengumumkan nama baru terhadap pneumonia 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Darurat
tersebut yaitu Coronavirus Disease (COVID- Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease
19) pada tanggal 11 Februari 2020. COVID-19 2019 (COVID-19); (2) Peraturan Pemerintah
adalah virus yang bersumber dari hewan yang No. 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan
kemudian tertular ke manusia. Transmisi virus Sosial Berskala Besar Dalam Rangka
tersebut tidak berhenti di situ, virus tersebut Percepatan Penanganan Corona Virus
juga bertransmisi dari manusia ke manusia Disease 2019, dan; (3) Peraturan Pemerintah
dengan sangat mudah sehingga penyebaran Pengganti Undang-undang (Perppu) No. 1
virus tersebut sulit untuk dibendung. Inilah yang Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan
menjadi dasar WHO merubah status COVID-19 Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
dari epidemi lokal menjadi sebuah pandemi.1 Penanganan Pandemi Corona Virus Disease
Sampai dengan tanggal 28 Januari 2021 terdapat 2019 (COVID-19) dan/atau Dalam Rangka
87.640.097 juta kasus positif COVID-19 dengan Menghadapi Ancaman Membahayakan
jumlah kematian 1.890.847 ribu orang yang Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas
tersebar pada 215 negara di dunia. Bahkan total Sistem Keuangan.
kasus di beberapa negara seperti USA, Brazil,
Russia, Inggris, Spanyol, dan Italia telah Namun politik hukum tersebut
melewati total kasus positif COVID-19 di China memunculkan kritik di mana-mana, aturan-
yang merupakan negara asal di mana COVID- aturan tersebut dinilai terlambat dikeluarkan,
19 pertama kali muncul.2 akibat dari keterlambatan tersebut baik
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah
Bagaimana dengan Negara Indonesia? mengalami kegagapan dalam mengambil
Pemerintah Indonesia pertama kali langkah-langkah penanggulangan wabah
mengumumkan kasus COVID-19 pada tanggal pandemi COVID-19. Demikian juga dengan
2 Maret tahun 2020, meskipun banyak ahli Perppu No. 1 Tahun 2020 terkait kebijakan
maupun pemerhati yang pesimis dengan stabilitas sistem keuangan. Sekilas kebijakan
statement tersebut. Salah satu ahli virology dari ini dirasa “positif” dan dipandang sebagai
Harvard Profesor Marc Lipsitch menyatakan cara untuk menyelamatkan keuangan negara,
bahwa virus COVID-19 di Indonesia sudah serta memungkinkan adanya perubahan
masuk sejak awal tahun atau bulan Januari. alokasi anggaran APBN untuk biaya
Dalam analisanya menyebutkan beberapa penanggulangan wabah COVID-19”. Namun
negara tetangga Indonesia seperti Malaysia, dari segi substansinya sendiri, Perppu No. 1
Singapura, Thailand telah melaporkan kasus Tahun 2020 tersebut menyimpan problem
COVID-19 sejak Januari, demikian juga turis hukum, yang mana ia berpotensi
asal China yang kembali ke negara asalnya memunculkan moral hazard, fraud dan
korupsi di mana setiap tindakan maupun

1
Adityo Susilo et al., ‘Coronavirus Disease 2019: 3
The Guardian, Academic stands by research
Tinjauan Literatur Terkini’, Jurnal Penyakit querying Indonesia's claim to be coronavirus-
Dalam Indonesia 7, no. 1 (2020): 45. free,
2
Worldometer, Report Coronavirus Cases, https://www.theguardian.com/world/2020/feb/
https://www.worldometers.info/coronavirus/, 14/indonesia-coronavirus-academic-harvard-
diakses 28 Januari 2021. marc-lipsitch.

38
Politik Hukum Pemerintah dalam Penanganan Pandemi Covid-19
Muhamad Beni Kurniawan

keputusan yang diambil oleh pejabat tidak dapat Yunus dan Annisa Rezki yang berjudul
dituntut secara perdata, pidana, maupun tata “Kebijakan Pemberlakuan Lockdown Sebagai
usaha negara.4 Tentu sangat disayangkan sekali Antisipasi Penyebaran Corona Virus COVID-
jika pemerintah justru mengambil langkah- 19”.6 Penelitian ini memilih fokus kepada
langkah manuver politik hukum yang perlunya pemberlakuan Lockdown sebagai
kontraproduktif dengan upaya perlindungan kebijakan alternatif dalam penanganan
Hak atas Kesehatan rakyat dari pandemi COVID-19 di Indonesia. Kemudian
COVID-19. penelitian oleh Raines Wadi yang mengkaji
konstitusionalitas Pemerintah Daerah dalam
Bila mengacu pada kondisi saat ini
menetapkan kebijakan lockdown pada
penyebaran virus COVID-19 sudah menyebar
penananganan COVID-19. Dalam penelitian
ke semua provinsi di Indonesia, kurva kasus
tersebut dijelaskan bahwa praktik Pemerintah
COVID-19 terus meningkat dan belum
Daerah yang menetapkan lockdown dalam
menandakan adanya penurunan, mobilitas
penanganan wabah COVID-19 adalah
perpindahan masyarakat masih tetap tinggi,
konstitusional berdasarkan perspektif
serta tempat hiburan, kafe, destinasi wisata
konstitusi dan otonomi daerah.7
masih dibuka seperti biasa. Disisi lain terus
bertambahnya jumlah pasien COVID-19 Berdasarkan literature review tersebut,
berpotensi pada kolapsnya sistem kesehatan belum ditemukan penelitian yang mengkaji
karena rumah sakit kewalahan dalam menangani secara khusus mengenai politik hukum
jumlah pasien yang sangat banyak.5 Kondisi penanganan COVID-19 dari perspektif Hak
tersebut mengakibatkan hak asasi atas kesehatan Asasi atas kesehatan, karenanya penulis
termasuk mendapatkan pelayanan kesehatan berpendapat perlu diteliti lebih lanjut
yang baik tidak terpenuhi. Demikian juga mengenai politik hukum Pemerintah
kurangnya perlindungan terhadap tenaga medis Indonesia dalam penanganan Virus Corona
sebagai garda terdepan dalam perang melawan (COVID-19) apakah sudah maksimal untuk
COVID-19 menambah pertanyaan sejauh mana melindungi dan memenuhi Hak Asasi atas
keseriusan Pemerintah membuat kebijakan Kesehatan masyarakat. Adapun yang menjadi
dalam menyelesaikan permasalahan COVID-19 rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
ini, dan komitmen Pemerintah terhadap Bagaimana tinjauan yuridis terhadap hak atas
perlindungan hak asasi atas kesehatan kesehatan? Bagaimana politik hukum
masyarakat sebagaimana yang diamanatkan Pemerintah Indonesia dalam penanganan
dalam Pasal 28H ayat (1), Pasal 34 ayat (2) serta pandemi COVID-19 ditinjau dari perspektif
(3) Undang-undang Dasar 1945, Pasal 25 hak asasi atas kesehatan?
Universal Declaration of Human Rights dan
pasal 12 ayat (1) Kovenan International tentang
Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
(International Convenant on Economic, Socical
and Cultural Rights).
Beberapa penelitian telah membahas
persoalan COVID-19 dari berbagai pendekatan
seperti penelitian yang dilakukan Nur Rohim
6
Nur Rohim Yunus and Annissa Rezki,
4
Adelia Rachma Indriaswari Susanto Antonius ‘Kebijakan Pemberlakuan Lockdown Sebagai
Havik Indradi et al., ‘Politik Hukum Pemerintah Antisipasi Penyebaran Corona Virus COVID-
Dalam Penanganan Pandemi COVID-19’, 19’, SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i
Universitas Gajah Mada (2020): 5–7, 7, no. 3 (2020).
demajusticia.org. 7
Raines Wadi, ‘Konstitusionalitas Pemerintah
5
Nur Indah Fitriani, “Tinjauan Pustaka COVID- Daerah Dalam Menetapkan Kebijakan
19: Virologi, Patogenesis, dan Manifestasi Lockdown Pada Penananganan COVID-19’,
Klinis”, Jurnal Medika Malahayati, Vol. 4, No. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i 7,
3, Juli (2020): 195. no. 5 (2020).

39
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

METODE PENELITIAN Metode analisis data yang digunakan


pada penelitian ini yaitu analisis kualitatif yang
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis memberikan data berupa uraian yang kebenaran
normatif dengan melakukan studi hukum terhadap data atau premis akhir penelitian ditentukan oleh
data-data sekunder.8 Tipologi penelitian ini bersifat penelitinya sendiri.11
preskriptif analitis yaitu penelitian yang bertujuan
untuk memberikan saran-saran dan alternatif solusi PEMBAHASAN
dalam mengatasi suatu permasalahan.9 Adapun
A. Tinjauan Yuridis terhadap Hak Atas
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
Kesehatan
penelitian ini yaitu studi dokumentasi dengan
mengumpulkan dokumen-dokumen terkait politik Dalam literatur kesehatan, terdapat dua
hukum pemerintah dalam penanganan pandemi istilah yang dipakai dalam artikulasi hak asasi
COVID-19 ditinjau dari perspektif hak asasi atas manusia di bidang kesehatan, yaitu “hak asasi
kesehatan. Dokumen-dokumen tersebut berupa atas kesehatan” (Right to Healt) atau “hak
buku, jurnal ilmiah, peraturan perundang- memperoleh derajat kesehatan yang
undangan, dan dokumen-dokumen lainnya. maksimal” (The Right to Attainable Standard
Adapun prosedur pengumpulan data yang to Health).12 Hak asasi atas kesehatan
digunakan dalam penelitian ini adalah model merupakan hak yang krusial demi
pengkajian dokumen. keberlangsungan hidup manusia. Begitu
esensialnya kesehatan sehingga dikenal
Bahan hukum yang digunakan dalam
sebuah adagium “kesehatan bukan segala-
penelitian ini digolongkan menjadi bahan hukum
galanya, tetapi tanpa kesehatan segala-
primer yang terdiri dari Undang-Undang Dasar
galanya tidak berarti”. Sebagai hak asasi
Tahun 1945 (UUD 1945), Undang-Undang Nomor
manusia, maka hak atas kesehatan adalah hak
36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-undang
yang inheren pada diri manusia karena
Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penetapan Perppu 1
keberadaannya sebagai manusia, yang mana
Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara
hak tersebut harus dihormati dan dilindungi
dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan
oleh setiap negara.
Pandemi COVID-19 dan dalam Rangka Ancaman
yang Membahayakan Perekonomian Nasional atau Jika merujuk kepada Konvensi
Stabilitas Sistem Keuangan, Peraturan Pemerintah Internasional dan dokumen hukum
Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial internasional, ketentuan hak atas kesehatan
Berskala Besar dalam Rangka Percepatan ditetapkan sebagai bagian dari hak dasar (hak
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID- fundamental) yang dimiliki oleh setiap
19), Keputusan Presiden Republik Indonesia individu. Pernyataan tersebut tertulis dalam
Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Penetapan preambule World Health Organization
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus (WHO) Constitution yang berbunyi: The
Disease 2019 (COVID-19). Bahan hukum enjoyment of the highest attainable standard
sekunder merupakan bahan hukum yang of health is one of the fundamental rights of
menjelaskan lebih lanjut mengenai bahan hukum every human being without distinction or
primer berupa buku, laporan penelitian hukum, race, religion, political belief, economic or
jurnal ilmiah. Bahan hukum tersier merupakan social conditions. Dengan begitu hak atas
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan kesehatan sebagai bagian dari hak dasar yang
sekunder seperti ensiklopedia dan kamus hukum.10 dimiliki oleh setiap manusia harus dilindungi,
dihormati, dan dipenuhi oleh negara tanpa
8
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cet. 8,
11
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004) h. 14. Lexi J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif,
9
Bambang Sugono, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005) h. 24.
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011) h. 59. 12
Rif’atul Hidayat, ‘Hak Atas Derajat Pelayanan
10
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Kesehatan Yang Optimal’, Syariah Jurnal
(Jakarta: UI Press, 1986) h. 51. Hukum dan Pemikiran 16, no. 2 (2017): 127.

40
Politik Hukum Pemerintah dalam Penanganan Pandemi Covid-19
Muhamad Beni Kurniawan

membedakan etnis, agama, pilihan politik, test untuk memastikan diagnosis infeksi virus
ekonomi maupun kondisi sosial.13 corona. Kelemahan dari swab test corona
menurut pakar biologi Ahmad Rusdan
Berdasarkan penjelasan tersebut hak atas
Handoyo Utomo, PhD karena hasil test baru
kesehatan disetujui sebagai "hak asasi" oleh
dapat diperoleh sekitar 3-4 hari sejak sampel
masyarakat internasional sejak diadopsinya
test diterima oleh rumah sakit, dan untuk
Konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
swab test corona di bandara hasilnya baru
pada tahun 1946. Kemudian diafirmasi dalam
dapat diperoleh 8 jam setelah pemeriksaan.16
komentar umum dari Komite Hak-hak
Jika hasil tes negatif tentu tidak ada yang
Ekonomi, Sosial, dan Budaya terhadap hak atas
perlu dikhawatirkan namun jika hasil tes
kesehatan yaitu “Health is a fundamental
positif, dalam rentang waktu sejak orang
human right indispensable for the exercise of
tersebut dites sampai dengan hasil tes swab
other human rights.14 Berdasarkan statement
keluar, sulit diketahui sudah berapa banyak
tersebut kesehatan ditempatkan sebagai hak
virus tersebut disebarkan ke orang lain. Hal
asasi manusia yang memiliki posisi strategis
ini menjadi salah satu faktor sulitnya untuk
demi terlaksananya hak asasi manusia yang
memutus rantai penyebaran COVID-19.
lainnya. Maka sudah selayaknya negara
memprioritaskan perlindungan hak kesehatan Berdasarkan penelitian dari WHO
warganya terutama terhadap ancaman pandemi (World Health Organization) model
(COVID-19). penyebaran virus SARS-Cov-2 (COVID-19)
dapat melalui kontak dan droplet terinfeksi
Novel Corona Virus atau yang dikenal
seperti air liur dan sekresi pernapasan atau
dengan COVID-19 merupakan ancaman nyata
tetesan pernapasan mereka, yang dikeluarkan
bagi kesehatan manusia. Seseorang yang positif
ketika orang yang terinfeksi COVID-19
COVID-19 akan mengalami gejala demam,
bersin, batuk, droplet (tetesan air liur),
batuk berdahak atau berdarah, sesak napas,
airbone, fomite (permukaan benda yang
nyeri dada, hilangnya kemampuan mencium
terkontaminasi), dan model penyebaran
bau, bahkan menyebabkan kematian. Selain itu
lainnya yang tingkat penyebarannya lebih
transmisi COVID-19 dari manusia ke manusia
rendah.17 Sampai dengan tanggal 28 Januari
menjadi mimpi buruk karena penyebarannya
2021 terdapat 87.640.097 juta kasus positif
yang begitu cepat.15 Seseorang bisa terinfeksi
COVID-19 dengan jumlah kematian
COVID-19 tanpa disadari, dan telah
1.890.847 ribu orang yang tersebar pada 215
menginfeksi orang lain tanpa diketahui, karena
negara di dunia. Bahkan total kasus di
mengetahui 100% akurat seseorang sudah
beberapa negara seperti USA, Brazil, Rusia,
positive COVID-19 perlu dilakukan Swab PCR
Inggris, Spanyol, dan Italia telah melewati
total kasus positif COVID-19 di China yang
13
Virginia A. Leary, ‘The Right to Health in merupakan negara asal di mana virus corona
International Human Rights Law.’, Health and COVID-19 pertama kali muncul. Adapun
human rights 1, no. 1 (1994): 24–56.
14
OHCHR, ‘CESCR General Comment No. 14: 16
Sarah Oktafiani Alam, Berapa Lama Tes Swab
The Right to the Highest Attainable Standard of COVID-19 Bisa Diketahui Hasilnya? Ini Kata
Health (Art. 12)’, Adopted at the Twenty-second Pakarnya, diakses di
Session of the Committee on Economic, Social https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-
and Cultural Rights, on 11 August 2000 5197076/berapa-lama-tes-swab-COVID-19-
(Contained in Document E/C.12/2000/4) 2000, bisa-diketahui-hasilnya-ini-kata-pakarnya,
no. 14 (2000), diakses 16 Februari 2021
https://www.ohchr.org/Documents/Issues/Wome 17
Who “ Transmission of SARS-CoV-2:
n/WRGS/Health/GC14.pdf. implications for infection prevention
15
Nur Rohim Yunus and Annissa Rezki, precautions,
‘Kebijakan Pemberlakuan Lockdown Sebagai https://www.who.int/newsroom/commentaries/
Antisipasi Penyebaran Corona Virus COVID-19’, detail/transmission-of-sars-cov-2-implications-
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i 7, no. 3 for-infection prevention-precautions, diakses
(2020): 228. 28 Januari 2021.

41
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

total kasus positif COVID-19 di Indonesia “Negara mengembangkan sistem jaminan


tertanggal 28 Januari 2021 sudah menembus 1 sosial bagi seluruh rakyat dan
juta kasus. Jumlah tersebut menempatkan memberdayakan masyarakat yang lemah dan
Indonesia berada di peringkat 20 negara dengan tidak mampu sesuai dengan martabat
kasus Corona terbanyak di dunia. Oleh sebab itu kemanusiaan”. Pada ayat (3), disebutkan:
negara dalam ihwal ini Pemerintah memegang “Negara bertanggung jawab atas penyediaan
tanggung jawab terhadap pemenuhan dan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
perlindungan kesehatan dari warga negaranya pelayanan umum yang layak”. Dimuatnya
sebagaimana pernyataan WHO, “Pemerintah ketentuan tersebut ke dalam UUD 1945
memiliki tanggung jawab atas kesehatan melukiskan perubahan paradigma yang luar
rakyatnya yang hanya dapat dipenuhi dengan biasa. Kesehatan tidak lagi dipandang sekadar
penyediaan tindakan kesehatan dan sosial yang urusan personal yang terkait dengan takdir
memadai”18 Tuhan yang tidak ada korelasinya dengan
tanggung jawab negara, melainkan suatu
Di Indonesia, jaminan yuridis terhadap
suatu hak hukum (legal rights).
hak atas kesehatan telah ada sejak
diberlakukannya Konstitusi Republik Indonesia Ketentuan tersebut diafirmasi lebih
Serikat (RIS) tahun 1949. Pada pasal 40 lanjut pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun
Konstitusi RIS dijelaskan bahwa “Penguasa 2009 Tentang Kesehatan, mengisyaratkan
senantiasa berusaha dengan sungguh-sungguh bahwa setiap individu, keluarga dan semua
memajukan kebersihan umum dan kesehatan warga negara berhak memperoleh
rakyat”. Setelah bentuk negara serikat perlindungan terhadap kesehatannya, dan
dikembalikan kepada negara kesatuan dan negara bertanggung jawab membuat
diberlakukannya Konstitusi Undang-undang kebijakan yang berorientasi terhadap
Dasar Sementara 1950 (UUDS) ketentuan Pasal pemenuhan hak atas kesehatan yang optimal.
40 Konstitusi RIS tetap diadopsi ke dalam Pasal Pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36
42 UUDS 1950. Konsensus hak atas kesehatan tahun 2009 Tentang Kesehatan disebutkan
dikategorikan sebagai hak asasi manusia di bahwa “Setiap orang berhak atas kesehatan.
Indonesia semakin dipertegas setelah masa Pasal 5 ayat (1) Setiap orang mempunyai hak
reformasi. Ketentuan mengenai hak atas yang sama dalam memperoleh akses atas
kesehatan dimasukan pada Bab XA Undang- sumber daya di bidang kesehatan”. Ayat (2)
Undang Dasar 1945 tentang hak asasi manusia “Setiap orang mempunyai hak dalam
yaitu pada pasal 28 H ayat 1 dan ayat 2, serta memperoleh pelayanan kesehatan yang
pada pasal 34 ayat (2) UUD 1945.19 aman, bermutu, dan terjangkau”. Dan Ayat
(3) “Setiap orang berhak secara mandiri dan
Pasal 28H ayat (1) Undang-undang Dasar
bertanggung jawab menentukan sendiri
1945 Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
dirinya”. Secara garis besar jenis-jenis hak
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
asasi atas kesehatan yang dimuat dalam
berhak memperoleh pelayanan kesehatan, ayat
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan
terdapat pada Pasal 4 sampai dengan Pasal 8
dan perlakuan khusus untuk memperoleh
di antaranya yaitu akses yang mudah terhadap
kesempatan dan manfaat yang sama guna
sumber daya di bidang kesehatan, pelayanan
mencapai persamaan dan keadilan. Di dalam
kesehatan yang terjamin, terjangkau, dan
Pasal 34 ayat (2) UUD 1945, disebutkan:
optimal. Hak untuk memutuskan sendiri jenis
18
Rico Mardiansyah, ‘Dinamika Politik Hukum pelayanan kesehatan yang dibutuhkan,
Dalam Pemenuhan Hak Atas Kesehatan Di lingkungan yang bersih dan sehat, hak untuk
Indonesia’, Veritas et Justitia 4, no. 1 (2018): memperoleh informasi dan edukasi tentang
232. kesehatan yang objektif dan bertanggung
19
Rif’atul Hidayat, ‘Hak Atas Derajat Pelayanan
Kesehatan Yang Optimal" Syariah Jurnal Hukum
dan Pemikiran 16, no. 2 (2017): 130.’.

42
Politik Hukum Pemerintah dalam Penanganan Pandemi Covid-19
Muhamad Beni Kurniawan

jawab. 20 Tugas negara dalam mewujudkan hak B. Politik Hukum Pemerintah Indonesia
atas kesehatan yang optimal dapat dilihat dalam dalam Penanganan Pandemik
kerangka tipologi tripatrit yaitu dengan COVID-19
“menghormati”, “melindungi”, dan memenuhi”.
21 Mahfud MD memaknai politik hukum
sebagai legal policy atau garis kebijakan resmi
1. Tanggung jawab Negara untuk dan sah tentang hukum yang akan diberlakukan
menghormati Hak atas kesehatan baik dengan pembuatan hukum baru maupun
dengan pergantian hukum lama dalam rangka
- Menghormati akses yang sederajat dalam
mencapai tujuan negara.22 Dalam menentukan
pelayanan kesehatan dan tidak
hukum yang telah dan akan ditetapkan, politik
menghalangi individu atau masyarakat
hukum memberikan otoritas legislasi kepada
untuk mendapatkan akses kesehatan yang
penyelenggara negara dengan tetap
tersedia.
memperhatikan tujuan negara sebagaimana yang
- Tanggung jawab untuk tidak membuat termuat di dalam alinea ke-4 UUD 1945.
kebijakan yang kontradiksi terhadap nilai- Termasuk juga politik hukum yang harus
nilai kesehatan. diterapkan Pemerintah dalam penanganan
pandemi COVID-19, apakah sudah memenuhi
2. Tanggung jawab Negara untuk melindungi
tujuan negara atau belum.
Hak atas kesehatan:
Dalam upaya mencegah penyebaran
- Kewajiban untuk membuat politik hukum
COVID-19, Pemerintah Indonesia telah
dan kebijakan di bidang perundang-
membuat politik hukum dengan mengeluarkan
undangan yang melindungi hak atas
berbagai produk hukum di antaranya:
kesehatan warga negara.
1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2020
3. Kewajiban untuk memenuhi
Tentang Penetapan Perppu 1 Tahun
- Kewajiban untuk melaksanakan amanat 2020 Tentang Kebijakan Keuangan
peraturang perundang-undangan terkait Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
dengan pemenuhan hak atas kesehatan untuk Penanganan Pandemi COVID-19
warga negara. dan dalam Rangka Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian
- Kewajiban untuk mengalokasikan anggaran
Nasional atau Stabilitas Sistem
yang cukup dalam pemenuhan hak atas
Keuangan.
kesehatan warga negara.
UU Nomor 2 Tahun 2020 merupakan
- Kewajiban untuk membuat sistem jaminan
pengesahan atau penetapan Peraturan
kesehatan yang terintegrasi dan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang
menyediakan fasilitas kesehatan yang
(Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 Tentang
lengkap, memadai, dan terjangkau bagi
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas
semua lapisan masyarakat.
Sistem Keuangan untuk Penanganan
Pandemi COVID-19 dan dalam Rangka
Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional atau Stabilitas
Sistem Keuangan menjadi Undang-undang.
Dalam hal ini yang perlu dikaji adalah legal
20
Lihat Pasal Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 reasoning dan legal necessity dari Perppu
tahun 2009 tentang Kesehatan Nomor 1 Tahun 2020, apakah Perppu
21
Fheriyal Sri Isriawaty, ‘Tanggung Jawab Negara
dalam Pemenuhan Hak atas Kesehatan
22
Masyarakat Berdasarkan Undang Undang Dasar Mahfud MD, 2012, Pengantar Buku, Pataniara
Negara Republik Indonesia Tahun 1945”, Jurnal Siahaan, Politik Hukum Pembentukan UU
Ilmu Hukum Legal Opinion Volume 3, Nomor 2,’, Pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta,
(2015): 3. Konpress, hlm. XIV

43
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

tersebut telah memenuhi syarat-syarat untuk dengan fokus utama pada kebijakan
diterbitkannya suatu Perppu. keuangan negara dan kebijakan stabilitas
sistem keuangan.
Pembentukan Perppu merupakan
kewenangan atribusi yang diberikan Pasal 22 Mengenai kebijakan keuangan negara,
UUD 1945 kepada Presiden untuk Pasal 2 ayat 1 Perppu Nomor 1 Tahun 2020
menyelesaikan suatu hal ihwal kegentingan memberikan kewenangan kepada Pemerintah
yang memaksa. Meskipun tidak ada regulasi untuk menetapkan defisit anggaran
yang jelas dalam UUD 1945 maupun Undang- melampaui 3% dari Produk Domestik Bruto
undang mengenai syarat-syarat kapan suatu (PDB) selama masa penanganan COVID-19
Perppu dapat diterbitkan oleh Presiden. Namun, dan atau menghadapi ancaman yang
ada pendapat profesor tata negara yaitu Jimly membahayakan perekonomian nasional.
Ashiddiqie yang mensyaratkan kapan suatu Ayat selanjutnya pemberian kewenangan
Perppu dapat diterbitkan, diantaranya: 1) bagi Pemerintah agar dapat melakukan
Adanya alasan mendesak untuk bertindak secara realokasi dan refocusing anggaran sesuai
cepat (reasonable necessity), 2) Terdapat krisis skala prioritas demi pemulihan ekonomi.
waktu, 3) Tidak tersedia alternatif lain.23 Selain Dalam bidang perpajakan pasal 8 Perppu
itu Vernon Bogdanor, sebagaimana yang tersebut memberikan relaksasi berupa
dikutip oleh Janpatar Simamora dalam perpanjangan waktu pelaksanaan hak dan
artikelnya yang berjudul “Multitafsir Pengertian pemenuhan kewajiban perpajakan serta
Ihwal Kegentingan yang Memaksa dalam pembebasan/keringanan bea masuk akibat
Penerbitan PERPPU” pada jurnal mimbar adanya pandemi COVID-19. Dalam rangka
hukum, juga menyebutkan ada tiga kondisi pemulihan kondisi ekonomi nasional, Pasal
darurat yang dapat menimbulkan hal ihwal 11 Perppu tersebut memberikan kewenangan
kegentingan memaksa di antaranya darurat kepada Pemerintah melalui penyertaan modal
perang, darurat sipil, dan darurat internal (innere negara atau penempatan dan/atau investasi
not stand).24 Dengan demikian merujuk pada Pemerintah guna memproteksi, menjaga dan
pendapat Vernon Bogdanor, pada prinsipnya menaikkan kemampuan ekonomi (economic
keadaan daruratlah yang menyebabkan lahirnya capability) para pelaku usaha baik pada
hal ihwal kegentingan memaksa yang dimaksud sektor riil maupun sektor keuangan. 25
dalam Pasal 22 UUD 1945.
Lahirnya Perppu tersebut merupakan
Dalam kasus ini keadaan darurat yang politik hukum yang diambil Pemerintah
dimaksud adalah wabah Corona Virus Disease untuk stabilisasi keuangan negara dan
(COVID-19). COVID-19 sebagai pandemi yang mencegah penyebaran wabah COVID-19.
bersifat extraordinary karena penyebarannya Akan tetapi, Perppu tersebut mengandung
yang masif telah menimbulkan kedaruratan potensi-potensi yang dapat merusak praktik
kesehatan masyarakat. Pandemi tersebut juga ketatanegaraan di Indonesia. Pertama,
berdampak kepada deselerasi pertumbuhan Perppu ini berpotensi mengarah kepada
ekonomi nasional, anjloknya penerimaan kekuasaan yang tidak terbatas (absolute
negara, dan peningkatan beban belanja negara. power) dalam pembentukan suatu regulasi
Dengan pertimbangan tersebut Pemerintah oleh Presiden. Pasal 12 ayat (2) Perppu No.
menganggap perlu diterbitkannya Perppu
sebagai upaya untuk melakukan proteksi 25
Indonesia, Peraturan Pemerintah Pengganti
terhadap kondisi perekonomian nasional, Undang-Undang Kebijakan Keuangan Negara
dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk
23
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara Darurat, Penanganan Pandemi Corona Virus Disease
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 282. 2019 (COVID-19) dan/atau Dalam Rangka
24
Janpatar Simamora, ‘Multitafsir Pengertian Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan
“Ihwal Kegentingan Yang Memaksa” Dalam Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas
Penerbitan Perppu’, Mimbar Hukum - Fakultas Sistem Keuangan, Perppu No. 1 Tahun 2020,
Hukum Universitas Gadjah Mada 22, no. 1 LN No. 87 Tahun 2020, TLN No. 6485, Pasal
(2010): 59. 2, Pasal 8 dan Pasal 11.

44
Politik Hukum Pemerintah dalam Penanganan Pandemi Covid-19
Muhamad Beni Kurniawan

1/2020 memberikan kewenangan kepada sesuai dengan kondisi dan dinamika ekonomi
Presiden untuk melakukan perubahan postur Indonesia.27
dan/atau rincian Anggaran Pendapatan dan
Kedua, norma Pasal 27 Perppu No.
Belanja Negara (APBN) dalam rangka
1/2020 dicurigai memberikan kekebalan
pelaksanaan kebijakan keuangan negara yang
hukum (law imunity) kepada pembuat
diatur dengan atau Peraturan Presiden. Aspek
kebijakan yang diatur dalam Perppu No.
positif perubahan postur anggaran dan
1/2020, salah satunya yaitu pengguna
perubahan defisit APBN, dengan Peraturan
anggaran. Semua tindakan maupun
Presiden memberikan legitimasi kepada
keputusan yang dibuat tidak dapat dituntut
Pemerintah untuk bergerak cepat dan responsif
baik secara perdata, pidana maupun tata
untuk menjaga sistem keuangan dan
usaha negara. Tentunya norma tersebut
perekonomian nasional dari ancaman COVID-
bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3) UUD
19.
NRI Tahun 1945 yang menyatakan bahwa
Adapun aspek negatif perubahan postur “Negara Indonesia adalah negara hukum”,
anggaran dan perubahan defisit APBN melalui serta pelanggaran terhadap prinsip persamaan
Peraturan Presiden telah melanggar praktek di hadapan hukum (equality before the law).
ketatanegaraan selama ini yang mana perubahan Ketiga, Perppu tersebut juga tidak
postur maupun perubahan defisit anggaran menjelaskan secara spesifik politik hukum
dilakukan dengan APBN-P yang membutuhkan Pemerintah dalam bidang kesehatan
persetujuan (consent) DPR selaku representasi berkaitan dengan tindakan-tindakan yang
rakyat di Parlemen sebagaimana yang diatur diambil dalam penanganan COVID-19 di
dalam Pasal 27 ayat (3) Undang-undang Indonesia. Pada Perppu ini, tidak terlihat
Nomor 17 tahun 2003 Tentang Keuangan secara nyata bagaimana kebijakan kesehatan
Negara. publik (public health policy) yang diharapkan
masyarakat dalam mengendalikan wabah
Norma Pasal 2 ayat (1) huruf a Perppu
COVID-19 ini.
1/2020 juga menetapkan batas defisit APBN
lebih dari 3%, namun Perppu tersebut tidak 2. Peraturan Pemerintah Nomor 21
menjelaskan berapa maksimal batas defisit Tahun 2020 Tentang Pembatasan
APBN yang diperbolehkan selama kondisi Sosial Berskala Besar dalam Rangka
pandemi. Perubahan postur anggaran Percepatan Penanganan Corona
berdasarkan Perpres Nomor 54 Tahun 2020 Virus Disease 2019 (COVID-19).
telah menyebabkan defisit anggara sebesar 5,07
Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun
persen, dan Perubahan postur anggaran
2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala
berdasarkan Perpres Nomor 72 Tahun 2020
Besar dalam rangka Percepatan Penanganan
diperkirakan defisit menjadi 6,34 persen.26
Corona Virus Disease (COVID-19)
Membengkaknya defisit APBN tersebut
mengatur tentang Pembatasan Sosial
ditetapkan Pemerintah tanpa adanya persetujuan
Berskala Besar (PSBB). PSBB adalah
dari DPR. Selain itu APBN yang ditetapkan
pembatasan aktivitas tertentu suatu penduduk
berdasarkan Perppu tersebut bisa menjangkau
pada daerah atau kawasan yang diduga
hingga tahun 2023. Padahal sebagaimana yang
terinfeksi COVID-19 dengan tujuan untuk
diketahui, APBN adalah suatu Undang-Undang
mencegah penyebaran lebih yang lebih luas
yang brsifat periodik karena setiap tahun
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atau
Undang-Undang APBN direvisi (amandment)
oleh Pemerintah Daerah berdasarkan

27
Tigor Einstein, Muhammad Ishar Helmi, and
26
Pipit Ika Ramadhani “Perpres 72/2020 Terbit, Ahmad Ramzy, ‘Kedudukan Peraturan
Defisit APBN 2020 Bengkak Jadi 6,34 Persen” Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4293220/p 1 Tahun 2020 Perspektif Ilmu Perundang-
erpres-722020-terbit-defisit-apbn-2020-bengkak- Undangan’, SALAM: Jurnal Sosial dan
jadi-634-persen, diakses 18 Februari 2021 Budaya Syar-i 7, no. 7 (2020): 610.

45
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

persetujuan dari Menteri Kesehatan. guna menghindari tanggung jawab


Diterapkannya PSBB maka aktivitas seperti pemerintah terhadap rakyat, di mana jika
sekolah, tempat kerja diliburkan, kegiatan kebijakan yang diambil adalah Karantina
keagamaan dilakukan di rumah masing-masing, Wilayah, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk
dan pembatasan aktivitas di tempat umum. memenuhi kebutuhan dasar warganya dan
Dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah tersebut hewan ternak yang berada di wilayah
memberikan kriteria suatu daerah yang dapat karantina sebagaimana tercantum dalam
menerapkan PSBB yaitu (1) Jumlah kasus Pasal 55 Undang-undang Nomor 6 Tahun
dan/atau jumlah kematian akibat penyakit 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
meningkat dan menyebar secara signifikan dan Sedangkan dalam kebijakan PSBB,
cepat ke beberapa wilayah, (2) Terdapat kaitan pemerintah tidak wajib untuk menyediakan
epidemiologis dengan kejadian serupa di pemenuhan kebutuhan pokok sebagaimana
wilayah lain.28 dalam ketentuan normatif PP a quo.30
Diundangkannya Peraturan Pemerintah Inilah yang menjadi salah satu faktor
(PP) Nomor 21 Tahun 2020 Tentang tidak efektifnya penerapan PSBB di
Pembatasan Sosial Berskala Besar sebagai Indonesia. Di satu sisi rakyat diminta untuk
bagian dari pelaksanaan Undang-undang berdiam di rumah, dan tidak beraktivitas di
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan luar, namun di sisi lain kebutuhan dasar
Kesehatan mengundang pertanyaan publik mereka tidak dijamin oleh pemerintah,
karena secara substansi PP tersebut hanya berisi sehingga rakyat terutama golongan
muatan singkat dan beberapa pasal dari PP menengah ke bawah tidak mempunyai
tersebut hanya copy ulang dari pasal yang pilihan, melainkan harus tetap bekerja di luar
terdapat pada Undang-undang Nomor 6 Tahun untuk memenuhi kebutuhan pokoknya
2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. PP meskipun kekhawatiran tertular COVID-19.
tersebut hanya merepetisi bahwa kewenangan
3. Keputusan Presiden Republik
menetapkan karantina kesehatan adalah mutlak
Indonesia Nomor 11 Tahun 2020
ranah Pemerintah Pusat dan mewanti-wanti
Tentang Penetapan Kedaruratan
Pemerintah Daerah untuk terlebih dahulu
Kesehatan Masyarakat Corona
meminta persetujuan kepada Menteri Kesehatan
Virus Disease 2019 (COVID-19)
sebelum menerapkan PSBB di daerahnya.
Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 11 Ada dua poin penting dalam Keputusan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Presiden tersebut yang pertama yaitu
Kekarantinaan Kesehatan bahwa pe- menetapkan COVID-19 sebagai pandemi
nyelenggaraan kekarantinaan kesehatan yang mengakibatkan kedaruratan kesehatan
dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat secara masyarakat. Kedua, menetapkan kedaruratan
cepat dan tepat dengan memperhatikan skala kesehatan masyarakat akibat COVID-19
ancaman terhadap kesehatan, ekonomi, sosial, wajib dilakukan langkah-langkah pe-
dan keamanan negara.29 nanggulangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dipilihnya PSBB dari pada karantina
wilayah sebagai kebijakan yang diambil Masalah dan isu pokok dalam
pemerintah dicurigai sebagai manuver hukum Keputusan Presiden mengenai status
kedaruratan kesehatan masyarakat yaitu
28
Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Pemerintah Pusat dinilai terlambat
Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka mengeluarkan instrumen hukum tersebut. Hal
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease ini dibuktikan terbitnya Keppres dan
2019 (COVID-19), PP No. 21 Tahun 2020, LN peraturan lainnya setelah beberapa bulan
No. 91 Tahun 2020, TLN No. 6489, Pasal 3. merebaknya pandemi COVID-19 di
29
Indonesia, Undang-undang Tentang
Kekarantinaan Kesehatan, UU No. 6 Tahun 2018,
LN No. 128 Tahun 2018, TLN No. 6236, Pasal
30
11. Ibid., Pasal 55.

46
Politik Hukum Pemerintah dalam Penanganan Pandemi Covid-19
Muhamad Beni Kurniawan

Indonesia.31 Akibat dari keterlambatan tersebut, ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 yaitu
baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah minus 5,32 % persen.33 Hal inilah yang membuat
Daerah mengalami kegagapan dalam pemerintah tidak memperpanjang PSBB
mengambil langkah-langkah penanggulangan meskipun cukup efektif di dalam melindungi hak
pandemi COVID-19 yang berdampak kepada kesehatan rakyat dari pandemi COVID-19.
masifnya penyebaran pandemi COVID-19 yang Untuk menyelematkan sektor ekonomi
awalnya hanya menjangkit 1 provinsi yaitu pemerintah mengambil kebijakan relaksasi
Jakarta hingga menyebar ke seluruh provinsi PSBB, di mana kegiatan-kegiatan yang
yang ada di Indonesia. sebelumnya dibatasi saat berlangsungnya PSBB
diperbolehkan kembali.
C. Tinjauan perspektif Hak Asasi atas
kesehatan terhadap Kebijakan Pemerintah Pemerintah menggaungkan pola hidup
Indonesia dalam Penanganan Pandemik kebiasaan baru (new normal) yaitu perubahan
COVID-19. perilaku atau kebiasaan untuk tetap menjalankan
aktivitas seperti biasa namun dengan selalu
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, hak
menerapkan protokol kesehatan di tengah
atas kesehatan diakui sebagai hak asasi manusia
pandemi COVID-19. Dengan kebijakan new
yang harus dilindungi dan dipenuhi oleh negara
normal operasional industri, jasa bisnis ke bisnis
sesuai dengan amanat Konstitusi UUD 1945.
diperbolehkan dengan tetap menerapkan
Kemudian yang menjadi pertanyaan apakah
protokol kesehatan. Pasar, toko, dan mal kembali
kebijakan pemerintah sudah melindungi hak atas
beroperasi, demikian juga restoran dan tempat-
kesehatan warga negara terhadap ancaman pandemi
tempat hiburan kembali dibuka.34 Namun
COVID-19? Jika kita merujuk kepada data terakhir
kebijakan new normal yang diterapkan
jumlah kasus COVID-19 yang ada di Indonesia
pemerintah tidak efektif menghentikan
sudah tembus 1 juta kasus dengan total kematian
penyebaran virus tersebut, sebaliknya
sebanyak 30.581 kasus. Jumlah tersebut
penyebaran virus COVID-19 semakin masif.
menempatkan Indonesia di peringkat 20 besar
Data dari Worldmeters.Info pada bulan Juni 2020
negara dengan kasus corona terbanyak di dunia.
jumlah kasus COVID-19 di Indonesia hanya
Penulis melihat pemerintah terlihat dilema 18.000 kasus dibandingkan dengan jumlah kasus
dalam mengambil kebijakan di antara saat Januari 2021 yang sudah mencapai 1 juta
menyelamatkan sektor ekonomi atau sektor kasus atau naik sekitar 5.000% hanya dalam
kesehatan. Kebijakan seperti Pembatasan Sosial waktu 7 bulan.35 Penulis menilai keputusan
Berskala Besar (PSBB) pada awalnya memang Pemerintah yang menghentikan penerapan
cukup efektif menekan laju penyebaran COVID- PSBB menjadi bumerang yang telah
19, terutama di kota besar seperti Jakarta. Sejak mengancam hak hidup, hak keselamatan, dan
penerapan PSBB pada tanggal 24 April-22 Mei juga hak kesehatan warga negara yang
2020, dan 24 Mei-4 Juni 2020 jumlah kasus merupakan hak asasi manusia. Pemerintah
COVID-19 di Indonesia hanya 18.000 kasus.32 Di gegabah dengan mencabut penerapan PSBB di
sisi lain diterapkannya PSBB memberikan dampak saat grafik kurva COVID-19 di Indonesia masih
negatif kepada sektor ekonomi. Pertumbuhan
33
Dito Aditia Darma Nasution, Erlina Erlina,
and Iskandar Muda, ‘Dampak Pandemi
31
Adelia Rachma Indriaswari Susanto Antonius COVID-19 Terhadap Perekonomian
Havik Indradi et al., ‘Politik Hukum Pemerintah Indonesia’, Jurnal Benefita 5, no. 2 (2020):
Dalam Penanganan Pandemi COVID-19’, 212.
34
Universitas Gajah Mada (2020): 3, Mei Susanto and Teguh Tresna Puja Asmara,
demajusticia.org.. ‘Ekonomi versus Hak Asasi Manusia Dalam
32
Kompas “ Gugus Tugas: Secara Umum PSBB Penanganan COVID-19: Dikotomi Atau
Berhasil Menekan Penyebaran COVID-19, Harmonisasi’, Jurnal HAM 11, no. 2 (2020):
https://www.kompas.tv/article/80750/gugus- 301.
35
tugas-secara-umum-psbb-berhasil-menekan- Worldometer, Report Coronavirus Cases,
penyebaran-COVID-19?page=all, diakses 28 https://www.worldometers.info/coronavirus/,
Januari 2021. diakses 28 Januari 2021.

47
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

meningkat dan belum mengindikasikan curva flat. para tenaga medis, dan masyarakat umum
yang mempunyai tujuan yang sama dalam
Kebijakan pemerintah terkesan tidak berpihak
perang melawan pandemi ini.36 Hasilnya
kepada perlindungan hak asasi kesehatan
kebijakan tersebut efektif dalam menekan
sebagaimana amanat Pasal 28H ayat 1 dan pasal 34
pertumbuhan kasus COVID-19 di China.
ayat 3 UUD 1945. Penulis berpendapat dalam
Sejak bulan April 2020 sampai dengan
melindungi keselamatan dan kesehatan warga
Januari 2021 total kasus COVID-19 di
negara dari ancaman COVID-19 Pemerintah dapat
China bergerak flat masih di angka 89.000-
meniru politik hukum negara lain yang sudah
an. Keberhasilan China dalam menekan
terbukti efektif dalam menanggulangi pandemi
perkembangan kasus COVID-19 ini yang
tersebut di antaranya:
pada akhirnya Pemerintah mencabut
1. Negara yang berhasil menerapkan Lockdown lockdown parsial di Wuhan, dan saat ini
Parsial. masyarakat di sana sudah beraktivitas
Meskipun banyak yang mengkritik dengan normal.
penanganan awal COVID-19 yang dilakukan Efektifnya kebijakan Pemerintah China
oleh Pemerintah China yang terkesan dalam menangani kasus COVID-19 juga
menutupi adanya COVID-19. Pemerintah berimbas baik kepada pertumbuhan
China juga dianggap berupaya menutup mulut ekonomi China. Kondisi ekonomi China
orang-orang yang berusaha menyebarkan mendapatkan momentumnya pada
informasi tentang COVID-19 ke publik secara November 2020 setelah China berhasil
luas. Pemerintah China juga mengabaikan mengendalikan pandemi COVID-19.
hasil penelitian yang dilakukan beberapa Indikator-indikator ekonomi makro seperti
dokter dan ilmuan pada awal pandemi, yang hasil industri, investasi, konsumsi tumbuh
mana jika penelitian tersebut direspon dan pesat selama periode Juli-November.
ditindaklanjuti dengan baik oleh Pemerintah Bahkan hasil industri China meningkat
China tentu pandemi COVID-19 tidak akan pesat pada bulan November 2020 sebesar
menyebar ke seluruh dunia. 7,0% yang merupakan level tertinggi dalam
Akan tetapi kegagalan China dalam dua tahun ini. Keberhasilan China me-
mencegah penyebaran virus COVID-19 ke recovery ekonominya tidak terlepas dari
negara lain tidak menutupi keberhasilan China keberhasilan mereka dalam menangani
menerapkan Lockdown parsial di Wuhan, pandemi ini.37 Hal ini sesuai dengan sebuah
Provinsi Hubei sebagai tempat pertama kali pameo “jika penduduk suatu negara sehat
pandemi tersebut muncul. Dengan kebijakan maka ekonomi akan bergerak sebaliknya
lockdown parsial di Wuhan, semua perbatasan jika penduduk suatu negara sakit, siapa
keluar masuk Wuhan ditutup sedangkan yang akan menggerakkan ekonomi.”
provinsi lain tetap bisa melaksanakan aktivitas
dengan menerapkan protokol kesehatan.
Seluruh penduduk Wuhan dilarang untuk
bepergian keluar, semua bentuk aktivitas yang
melibatkan banyak orang dilarang termasuk
perkantoran, tempat wisata, dan kegiatan
36
Tie Long Xu et al., ‘China’s Practice to Prevent
sekolah. Jika ada yang ingin pergi keluar and Control COVID-19 in the Context of
Large Population Movement’, Infectious
rumah untuk tujuan yang mendesak seperti
Diseases of Poverty 9, no. 1 (2020): 4.
membeli obat, maka orang tersebut diharuskan 37
Josh Chin “ China’s Economy Continues
membawa sertifikat. Pemerintah China juga Broad Recovery Despite COVID-19 Surge
menjamin semua kebutuhan sehari-hari Elsewhere,
penduduk Wuhan sehingga mereka tidak https://www.wsj.com/articles/Chinas-
khawatir kelaparan. Dan yang paling prinsipil economy-continues-broad-recovery-despite-
adalah sinergitas yang baik antara Pemerintah, COVID-19-surge-elsewhere11608013339,
diakses 28 Januari 2021.

48
Politik Hukum Pemerintah dalam Penanganan Pandemi Covid-19
Muhamad Beni Kurniawan

2. Negara yang berhasil menerapkan lockdown masih berupa gejala ringan hingga gejala
total berat. Kedua, Pemerintah Korea Selatan
selalu memberikan informasi yang terbuka
Selandia Baru pernah mencatat 100 hari
kepada publik. Contohnya masyarakat bisa
tanpa kasus virus Corona COVID-19.
mengetahui lokasi melalui Global
Keberhasilan Selandia Baru dalam
Positioning System (GPS) dari seseorang
menaklukkan Corona Virus karena ketegasan
yang terkonfirmasi COVID-19 melalui
dari pemerintahnya yang langsung tanggap
aplikasi sehingga warga lain yang belum
melakukan lockdown ketika kasus COVID-19
tertular bisa menjauhi area tersebut. Ketiga,
masuk ke negara tersebut. Selandia Baru
Pemerintah Korea Selatan melakukan
langsung melakukan deteksi atau tes massal
Social Distancing dengan membatasi
kemudian isolasi kasus, karantina, kampanye
adanya pertemuan besar. Selain itu, terdapat
kebersihan massal dan menyediakan fasilitas
pula kamera pengecek suhu di tiap pintu
kebersihan di ruang publik, serta menutup
masuk gedung dan petugas berpakaian
ruang-ruang publik. Pemerintah tersebut
pelindung di tempat umum untuk
menggaungkan agar masyarakat diam di
mengingatkan warga agar mencuci tangan
rumah dan mengurangi kontak yang juga
mereka. Dengan berbagai strategi ini, Korea
dipatuhi oleh warganya. Semua sektor yang
Selatan cukup berhasil menanggulangi
non esensial seperti bar, restoran, kafe, sinema,
COVID-19 di mana jumlah kasus saat ini
dan penerbangan publik harus tutup.38
masih di bawah 100.000 kasus.40
Bagusnya koordinasi yang terjalin antara Berbanding terbalik dengan 3 (tiga)
Pemerintah Daerah dan Pusat mempermudah negara yang berhasil dalam menanggulangi
penerapan kebijakan yang dikeluarkan oleh COVID-19. Kebijakan yang dipilih oleh
Pemerintah Selandia Baru dan yang paling Pemerintah Indonesia jauh dari kata sukses
penting masyarakat mendukung dan patuh dalam menanggulangi pandemi COVID-19,
terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh terlihat jumlah kasus COVID-19 di
Pemerintah Selandia Baru dalam penanganan Indonesia saat ini sudah mencapai 1 juta
pandemi COVID-19. Keberhasilan Selandia kasus. Untuk lebih jelasnya mengenai
Baru dalam penanganan COVID-19 dapat keberhasilan suatu negara dalam
dilihat jumlah kasus COVID-19 di Selandia penanganan COVID-19, penulis akan
Baru sampai dengan 28 Januari 2021 hanya membandingkan data COVID-19 di negara
2.299 kasus.39 yang berhasil seperti China, Selandia Baru,
3. Negara yang menerapkan physical distancing. Korea Selatan, dengan Indonesia.
Selanjutnya dapat dilihat pada tabel di
Korea Selatan termasuk dalam jajaran bawah ini:
negara yang berhasil mengatasi penyebaran
virus corona, meski tanpa menerapkan No Negara Total Total Total
lockdown. Ada tiga hal utama yang dilakukan Kasus Test Populasi
Pemerintah Korea Selatan dalam penanganan 1 China 89.994 160jt 1,4
virus corona. Pertama, Pemerintah Korea (0,006%) (11,4%) Milyar
Selatan mengadakan pengujian dengan 2 Selandia 2.409 1,78jt 5jt
menggunakan drive-thru-clinics yang dalam Baru (0,04%) (35,6%)
3 Korea 93.263 7jt 51jt
satu hari sekitar 15 ribu warganya dapat dites
Selatan (0,18%) (13,7%)
virus sehingga meminimalisir penularan baik
4 Indonesia 1,38jt 11jt 275jt
(0,5%) (4%)
38
Suze Wilson, ‘Pandemic Leadership: Lessons *source
from New Zealand’s Approach to COVID-19’, https://www.worldometers.info/coronavirus
Leadership Sage Journal 16, no. 3 (2020): 288.
39 40
Worldometer, Report Coronavirus Cases, Worldometer, Report Coronavirus Cases,
https://www.worldometers.info/coronavirus/, https://www.worldometers.info/coronavirus/,
diakses 28 Januari 2021. diakses 28 Januari 2021.

49
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

Dari tabel di atas terlihat bahwa China keamanan. Pemerintah dengan


menjadi negara yang paling rendah persentase kebijakan PSBB tidak menanggung
total kasus COVID-19 dilihat dari jumlah kebutuhan pokok masyarakat sehingga
populasi di negara tersebut yaitu sekitar masyarakat tidak punya pilihan untuk
0,0006%, kemudian Selandia Baru 0,04%, dan tetap berkerja meskipun dalam
Korea Selatan 0,18%. kekhawatiran terhadap pandemi
COVID-19 ini. Pemerintah juga
Adapun total kasus COVID-19 di
melakukan relaksasi PSBB dan memilih
Indonesia mencapai 0,5% dari total populasi.
untuk menerapkan pola hidup new
Persentase tersebut cukup tinggi mengingat
normal di saat tingkat kasus COVID-19
tingkat total tes COVID-19 yang telah
grafiknya masih tinggi dan belum
dilakukan Pemerintah Indonesia kepada
menunjukkan penurunan.
warganya cukup rendah yaitu hanya 4% dari
total populasi, bandingkan dengan China yang 4. Kurang seriusnya Pemerintah dalam
total tes COVID-19nya mencapai 11,4% dari melakukan tracing terhadap kasus COVID-
populasi, Korea Selatan 13,7% dari populasi, 19 sehingga sulit untuk melakukan
dan juga Selandia Baru yang total tesnya pemutusan terhadap penyebaran virus
mencapai 35,6% dari populasi. COVID-19. Dan juga tingkat pengujian
corona di RI termasuk yang terendah di
Penulis menilai ada beberapa faktor
dunia. Negara dengan jumlah penduduk
penyebab gagalnya Pemerintah Indonesia
paling banyak di Asia Tenggara ini juga
dalam mencegah penyebaran virus corona di
memiliki angka tracing (pelacakan) yang
antaranya:
sangat rendah.
1. Pada awal pandemi masuk ke Indonesia,
5. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk
pemerintah terkesan lambat menanggapi
mematuhi kebijakan Pemerintah dalam
dan menyiapkan langkah strategis.
menerapkan pola hidup sehat, masyarakat
Pemerintah bersikap denial bahkan
terkesan menganggap remeh terhadap virus
beberapa Menteri Presiden Jokowi
COVID-19, tidak disiplin memakai masker
terkesan menganggap remeh pandemi
dan menjaga jarak. Hal ini dapat terlihat
COVID-19. Selama dua minggu pertama
dari data terakhir total kasus COVID-19 di
COVID-19 masuk ke Indonesia (bulan
Indonesia sudah melebihi 1 juta kasus.
Maret), Pemerintah menyembunyikan
setidaknya beberapa kasus yang masuk ke Berdasarkan beberapa alasan tersebut
Indonesia, dengan alasan supaya penulis berpendapat politik hukum Pemerintah
masyarakat tidak panik, dan ekonomi Indonesia dalam penanganan virus corona
terjaga. COVID-19 tidak maksimal dalam melindungi
hak kesehatan masyarakat Indonesia
2. Kurang baiknya koordinasi antara
sebagaimana yang termaktub dalam Konstitusi
Pemerintah Pusat dan Daerah. Hal ini
Pasal 28 H ayat (1) dan Pasal 34 ayat (2) serta (3)
terlihat bagaimana sering berbedanya
UUD NKRI Tahun 1945. Di mana Pasal 28 H
kebijakan antara Pemerintah Pusat dan
ayat (1) mengatakan “Setiap orang memiliki hak
Pemerintah Daerah dalam penanganan
hidup sejahtera lahir serta batin, berada tinggal,
COVID-19. Seperti pada awal COVID-19
serta memperoleh lingkungan hidup yang baik
masuk ke Indonesia, Pemerintah Daerah
serta sehat dan memiliki hak mendapatkan
Jakarta ingin menerapkan lockdown
pelayanan kesehatan. Penulis berpendapat
namun ditolak oleh Pemerintah Pusat.
seharusnya sejak awal kasus COVID-19 masuk
3. Tidak adanya ketegasan Pemerintah untuk ke Indonesia, pemerintah meniru bagaimana
melakukan lockdown di saat kasus keberhasilan China melakukan lockdown parsial
COVID-19 terus meningkat, Pemerintah di Provinsi Hubei, Wuhan yaitu melakukan
berdalih untuk tidak melakukan lockdown lockdown parsial di Provinsi Jakarta sebagai
karena didorong persoalan ekonomi dan epicentrum pandemi COVID-19 di Indonesia

50
Politik Hukum Pemerintah dalam Penanganan Pandemi Covid-19
Muhamad Beni Kurniawan

sehingga dapat meminimalisir penyebaran virus ke hati-hati jangan gegabah sehingga malah
provinsi lain. merugikan dan melanggar hak atas kesehatan
rakyat. Pemerintah harus memastikan bahwa
Dengan adanya lockdown parsial di
vaksin yang akan digunakan aman, sudah teruji
Jakarta, maka Pemerintah akan lebih fokus dalam
secara ilmiah dan efektif dalam mencegah virus
penanganan virus COVID-19 di Jakarta dan
COVID-19. Demi suksesnya program
meminimalisir penyebaran COVID-19 ke provinsi-
vaksinisasi perlu dilakukannya sosialisasi yang
provinsi lain. Provinsi-provinsi lain tetap dapat
masif tentang vaksinasi sebagai upaya yang
melaksanakan aktivitas seperti biasa dengan
paling aman dan efektif dalam mencegah
menerapkan protokol kesehatan sebagai langkah
pandemi COVID-19. Upaya sosialisasi dapat
mitigasi. Mengenai persoalan ekonomi, dengan
mengikutsertakan para stakeholder terkait
hanya Jakarta yang di lockdown, roda
termasuk Majelis Ulama Indonesia terkait
perekonomian di 33 provinsi lain akan tetap
persoalan kehalalan vaksin. Pemerintah juga
berjalan normal, tentunya provinsi lain maupun
perlu melakukan pendekatan persuasif terhadap
Pemerintah Pusat perlu saling bekerjasama untuk
kelompok yang kontra dengan vaksinisasi
membantu perekonomian Jakarta yang terkena
(antivaksin) melalui strategi promosi kesehatan
lockdown.
seperti upaya advokasi, dukungan sosial dan
Terhadap ancaman masuknya virus dari pemberdayaan masyarakat.
negara lain, pemerintah dapat meniru Selandia Baru
Vaksinasi massal juga harus di-support
yang menutup semua akses perjalanan baik
oleh sumber daya yang kuat, peraturan yang jelas
bandara, pelabuhan maupun perbatasan, serta
dan tidak tumpang tindih, koordinasi dan
melarang warga negara asing masuk ke Selandia
komunikasi yang baik antara Pemerintah Pusat
Baru. Namun apa daya kurang sigapnya
dan Pemerintah Daerah, sumber dana untuk
Pemerintah Indonesia menyebabkan COVID-19 di
kebijakan vaksinasi massal yang gratis, sarana
Indonesia yang awalnya hanya di Jakarta sekarang
dan prasarana yang mendukung manajemen
sudah menyebar ke seluruh provinsi Indonesia.
persediaan vaksin yang optimal mulai dari proses
Pemerintah menjadi dilema dalam membuat
produksi, distribusi hingga proses penyuntikan
kebijakan apakah melindungi hak kesehatan atau
vaksin ke masyarakat. Untuk menjamin
perekonomian negara. Pemerintah berusaha untuk
akuntabilitas pelaksanaan vaksinisasi perlu
mencari titik balance akan tetapi realitanya ada
adanya pengawasan vaksinasi massal di seluruh
yang harus dikorbankan. Meskipun Pemerintah
daerah terhadap penyediaan vaksin, kualitas
berusaha untuk menerapkan physical distancing
vaksin, penggunaan anggaran, serta pengawasan
dan pola kehidupan new normal namun pada
terhadap risiko kesehatan yang ditimbulkan
faktanya hal tersebut tidak efektif. Sampai saat ini
akibat pemberian vaksin. Hal ini dikarenakan
total kasus COVID-19 di Indonesia sudah
efek vaksin yang mungkin dirasakan oleh setiap
menyentuh 1 juta kasus paling banyak di Asia
orang berbeda-beda.42
Tenggara.
Penulis berharap proses vaksinisasi ini
Penulis melihat Pemerintah seperti dalam
berhasil dan kita berharap untuk dapat hidup
fase kepasrahan yang menunggu bom waktu dan
kembali normal sebelum wabah COVID-19
berharap vaksinisasi dapat dilakukan dengan
muncul. Demikian juga jika terjadi wabah-
segera. Terhadap vaksinisasi Pemerintah telah
wabah lain ke depannya Pemerintah harus lebih
memesan vaksin sebanyak 329,5 juta yang
siap dengan kebijakan yang lebih berorientasi
sebagian besar merupakan vaksin Sinovac. 41
kepada hak asasi kesehatan yang merupakan hak
Dalam melakukan vaksinisasi pemerintah perlu
dasar yang harus dilindungi dan dipenuhi sesuai
dengan amanat konstitusi UUD 1945.
41
Kompas, Jokowi: Indonesia Telah Memesan
329,5 Juta Dosis Vaksin COVID-19
https://nasional.kompas.com/read/2021/01/06/12 42
Rahmi Yuningsih, ‘Uji Klinik Coronavac Dan
204611/jokowi-indonesia-telah-memesan-3295- Rencana Vaksinasi COVID-19 Massal Di
juta-dosis-vaksin-COVID-19?page=all., diakses Indonesia’, Puslit BKD DPR RI vol.XII, no. 16
pada 28 Januari 2021 (2020): 16.

51
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

KESIMPULAN persetujuan (consent) DPR selaku


representasi rakyat di Parlemen sebagaimana
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
yang diatur dalam Pasal 27 ayat (3) Undang-
sebagai berikut. Pertama, Hak asasi atas
undang Nomor 17 tahun 2003 Tentang
kesehatan merupakan salah satu derivasi dari
Keuangan Negara. Peraturan Pemerintah
Hak Asasi Manusia. Sebagai hak asasi manusia,
Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan
maka hak atas kesehatan adalah hak yang
Sosial Berskala Besar dalam Rangka
inheren pada diri manusia sebagai makhluk
Percepatan Penanganan Corona Virus
ciptaan Allah S.W.T Tuhan Yang Maha Esa, di
Disease 2019 (COVID-19) juga tidak efektif
mana hak tersebut merupakan anugerah yang
dalam penangulangan COVID-19. Dipilihnya
harus dihormati dan dilindungi oleh setiap
PSBB dari pada karantina wilayah sebagai
negara.
kebijakan yang diambil Pemerintah dicurigai
Kedua, Politik Hukum yang dipilih sebagai manuver hukum guna menghindari
Pemerintah Indonesia berupa PSBB dan tanggung jawab Pemerintah terhadap rakyat,
physical distancing dalam penanganan COVID- di mana jika kebjiakan yang diambil adalah
19 belum maksimal dalam melindungi hak Karantina Wilayah, Pemerintah Pusat
kesehatan masyarakat Indonesia sebagaimana diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan dasar
yang termaktub dalam konstitusi Pasal 28H ayat warganya dan hewan ternak yang berada di
(1) dan Pasal 34 ayat (2) serta (3) UUD NKRI wilayah karantina sebagaimana tercantum
Tahun 1945. Hal ini terlihat dari jumlah kasus dalam Pasal 55 Undang-undang
COVID-19 di Indonesia saat ini sudah mencapai Kekarantinaan Kesehatan. Sedangkan dalam
1 juta kasus. Indonesia menjadi satu-satunya kebijakan PSBB Pemerintah tidak wajib
negara Asia Tenggara yang jumlah kasus untuk menyediakan pemenuhan kebutuhan
COVID-19 telah mencapai 1 juta kasus pokok sebagaimana dalam ketentuan normatif
dibandingkan dengan negara-negara Asia PP a quo.
Tenggara lainnya.
SARAN
Ketiga, Produk hukum yang dikeluarkan
seperti Perppu 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Seharusnya sejak awal kasus
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem COVID-19 masuk ke negara Indonesia,
Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID- Pemerintah Indonesia meniru bagaimana
19 dan dalam Rangka Ancaman yang keberhasilan China melakukan lockdown
Membahayakan Perekonomian Nasional atau parsial di Provinsi Hubei, Wuhan yaitu
Stabilitas Sistem Keuangan memberikan dengan menerapkan lockdown parsial di
kewenangan kepada Presiden untuk melakukan Provinsi Jakarta sebagai epicentrum pandemi
perubahan postur dan/atau rincian Anggaran COVID-19 di Indonesia sehingga virus
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam tersebut tidak menyebar ke provinsi lain.
rangka pelaksanaan kebijakan keuangan negara Dengan adanya lockdown parsial di Jakarta,
yang diatur dengan atau Peraturan Presiden. maka Pemerintah dapat lebih fokus dalam
Aspek positif perubahan postur anggaran dan penanganan virus COVID-19 karena hanya
perubahan defisit APBN, dengan Peraturan Jakarta yang positif corona sedangkan
Presiden memberikan legitimasi kepada provinsi-provinsi lain tetap dapat
Pemerintah untuk bergerak cepat dan responsif melaksanakan aktivitas seperti biasa dengan
untuk menjaga sistem keuangan dan menerapkan protokol kesehatan sebagai
perekonomian nasional dari ancaman COVID- langkah antisipasi.
19. Aspek negatif perubahan postur anggaran
Mengenai persoalan ekonomi,
dan perubahan defisit APBN melalui Peraturan
dengan hanya Jakarta yang di lockdown, roda
Presiden telah melanggar praktek
perekonomian di 33 provinsi lain akan tetap
ketatanegaraan selama ini yang mana perubahan
berjalan normal, tentunya provinsi lain
postur maupun perubahan defisit anggaran
maupun Pemerintah Pusat perlu saling
dilakukan dengan APBN-P yang membutuhkan
bekerja sama dalam membantu perekonomian

52
Politik Hukum Pemerintah dalam Penanganan Pandemi Covid-19
Muhamad Beni Kurniawan

Jakarta yang terkena lockdown. Terhadap DAFTAR PUSTAKA


potensi ancaman virus dari negara lain
Pemerintah dapat meniru Selandia Baru yang Einstein, Tigor, Muhammad Ishar Helmi, and
menutup semua akses perjalanan baik bandara, Ahmad Ramzy. ‘Kedudukan Peraturan
pelabuhan maupun perbatasan, serta melarang Pemerintah Pengganti Undang-Undang
warga negara asing masuk ke Selandia Baru. Nomor 1 Tahun 2020 Perspektif Ilmu
Kebijakan tersebut terbilang berhasil, di mana Perundang-Undangan’. SALAM: Jurnal
jumlah kasus COVID-19 di Selandia Baru dari Sosial dan Budaya Syar-i 7, no. 7
pertengahan tahun 2020 sampai dengan 28 (2020): 595–612.
Januari 2021 hanya 2.299 kasus. Hidayat, Rif’atul. ‘Hak Atas Derajat
Pelayanan Kesehatan Yang Optimal’.
Terhadap vaksinisasi, untuk suksesnya Syariah Jurnal Hukum dan Pemikiran
vaksinisasi perlu dilakukannya sosialisasi yang 16, no. 2 (2017): 127.
masif tentang vaksinasi sebagai upaya yang Indah Fitriani, Nur. “ Tinjauan Pustaka
paling aman dan efektif dalam mencegah COVID-19: Virologi, Patogenesis, dan
pandemi COVID-19. Upaya sosialiasi dapat Manifestasi Klinis”, Jurnal Medika
mengikutsertakan para stakeholder terkait Malahayati, Vol. 4, Nomor 3, Juli 2020,
termasuk Majelis Ulama Indonesia terkait h. 195-201.
persoalan kehalalan vaksin. Pemerintah juga Indradi, Adelia Rachma Indriaswari Susanto
perlu melakukan pendekatan persuasif terhadap Antonius Havik, Aqshal Muhammad
kelompok yang kontra dengan vaksinisasi Arsyah, Cora Kristin Mulyani, Kevin
(antivaksin) melalui strategi promosi kesehatan Daffa Athilla, Muhammad Hamzah Al
seperti upaya advokasi, dukungan sosial dan Faruq, Muhammad Rayhan, Natalische
pemberdayaan masyarakat. Ramanda Ricko Aldebarant, and Shafira
Terakhir, dalam menghadapi pandemi- Dinda. ‘Politik Hukum Pemerintah
pandemi serupa ke depannya Pemerintah harus Dalam Penanganan Pandemi COVID-
cepat tanggap, mengambil tindakan cepat 19’. Universitas Gajah Mada (2020): 1–
terukur yang berorientasi terhadap perlindungan 44. demajusticia.org
hak hidup dan hak atas kesehatan rakyat. Indonesia, Peraturan Pemerintah Pengganti
Pemerintah tidak boleh mengulangi kembali Undang-Undang Kebijakan Keuangan
kesalahan saat ini, sikap denial, respon yang Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
lambat, dan menganggap enteng COVID-19 Untuk Penanganan Pandemi Corona
pada awal masuk ke Indonesia tidak boleh Virus Disease 2019 (COVID-19)
terulang lagi. dan/atau Dalam Rangka Menghadapi
Ancaman Yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau
UCAPAN TERIMAKASIH Stabilitas Sistem Keuangan, Perppu No.
1 Tahun 2020, LN No. 87 Tahun 2020,
Terimakasih penulis ucapkan kepada TLN No. 6485.
pihak-pihak terkait yang telah membantu Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang
Penulis dalam menyelesaikan tulisan ini, Pembatasan Sosial Berskala Besar
kawan-kawan alumni program Magister Hukum dalam Rangka Percepatan Penanganan
Universitas Indonesia angkatan 2017, Dr. Dian Corona Virus Disease 2019 (COVID-
Puji N. Simatupang, S.H., M.H, selaku Dosen 19), PP No. 21 Tahun 2020, LN No. 91
pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Tahun 2020, TLN No. 6489.
Sonia Ivana Barus, S.H., M.H selaku Dosen Indonesia, Undang-undang Dasar 1945, UUD
pada Fakultas Hukum Universitas Bengkulu; 1945.
serta rekan-rekan Mitra Bestari pada Jurnal Indonesia, Undang-undang Tentang
HAM yang telah memberikan tanggapan, Kekarantinaan Kesehatan, UU No. 6
masukan dan saran yang membangun untuk Tahun 2018, LN No. 128 Tahun 2018,
perbaikan tulisan ini. TLN No. 6236.

53
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

Leary, Virginia A. ‘The Right to Health in OHCHR. ‘CESCR General Comment No. 14:
International Human Rights Law.’ Health The Right to the Highest Attainable
and human rights 1, no. 1 (1994): 24–56. Standard of Health (Art. 12)’. Adopted
Lia Dwi Jayanti. ‘No at the Twenty-second Session of the
主観的健康感を中心とした在宅高齢者 Committee on Economic, Social and
における Cultural Rights, on 11 August 2000
健康関連指標に関する共分散構造分析 (Contained in Document
Title’ 21, no. 1 (2020): 1–9. E/C.12/2000/4) 2000, no. 14 (2000).
http://journal.um- https://www.ohchr.org/Documents/Issue
surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view s/Women/WRGS/Health/GC14.pdf.
/2203 Putra, Bagas Hidayat, and Ridwan Arifin.
Josh Chin “ China’s Economy Continues Broad ‘DISABILITAS PADA PROSES
Recovery Despite COVID-19 Surge PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN DI
Elsewhere, INDONESIA (Providing Reasonable
https://www.wsj.com/articles/Chinas- Accommodation for Disabilities in
economy-continues-broad-recovery- Immigration Clearance Process in
despite-COVID-19-surge-elsewhere- Indonesia)’ (2020): 2–11.
11608013339, diakses 07 Januari 2021 Simamora, Janpatar. ‘Multitafsir Pengertian
Kompas, Jokowi: Indonesia Telah Memesan “Ihwal Kegentingan Yang Memaksa”
329,5 Juta Dosis Vaksin COVID-19 Dalam Penerbitan Perppu’. Mimbar
https://nasional.kompas.com/read/2021/01/ Hukum - Fakultas Hukum Universitas
06/12204611/jokowi-indonesia-telah- Gadjah Mada 22, no. 1 (2010): 58–70
memesan-3295-juta-dosis-vaksin-COVID- Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian
19?page=all., diakses pada 28 Januari Hukum. Jakarta: UI Press, 1986.
2021 Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji.
Mahfud MD. Pengantar Buku, Pataniara Penelitian Hukum Normatif Suatu
Siahaan, Politik Hukum Pembentukan UU Tinjauan Singkat. cet. 8. Jakarta: PT.
Pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta, Raja Grafindo Persada. 2004.
Konpress, 2012. Susilo, Adityo, Cleopas Martin Rumende,
Mei Susanto and Teguh Tresna Puja Asmara, Ceva Wicaksono Pitoyo, Widayat Djoko
‘Ekonomi versus Hak Asasi Manusia Santoso, Mira Yulianti, Herikurniawan
Dalam Penanganan COVID-19: Dikotomi Herikurniawan, Robert Sinto, et al.
Atau Harmonisasi’, Jurnal HAM 11, no. 2 ‘Coronavirus Disease 2019: Tinjauan
(2020): 301. Literatur Terkini’. Jurnal Penyakit
Moleong, Lexi J. Metode Penelitian Kualitatif. Dalam Indonesia 7, no. 1 (2020): 45.
Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005. Unpad, Pskn F H. ‘Indra Perwira’, 3 (2015):
Mardiansyah, Rico. ‘Dinamika Politik Hukum 1–10.
Dalam Pemenuhan Hak Atas Kesehatan Di Wadi, Raines. ‘Konstitusionalitas Pemerintah
Indonesia’. Veritas et Justitia 4, no. 1 Daerah Dalam Menetapkan Kebijakan
(2018): 227–251. Lockdown Pada Penananganan COVID-
Nasution, Dito Aditia Darma, Erlina Erlina, and 19’. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya
Iskandar Muda. ‘Dampak Pandemi Syar-i 7, no. 5 (2020).
COVID-19 Terhadap Perekonomian Wilson, Suze. ‘Pandemic Leadership:
Indonesia’. Jurnal Benefita 5, no. 2 Lessons from New Zealand’s Approach
(2020): 212. to COVID-19’. Leadership 16, no. 3
(2020): 279–293.
Worldometer, Report Coronavirus Cases,
https://www.worldometers.info/coronav
irus/, diakses 28 Januari 2021.

54
Politik Hukum Pemerintah dalam Penanganan Pandemi Covid-19
Muhamad Beni Kurniawan

Xu, Tie Long, Mei Ying Ao, Xu Zhou, Wei


Feng Zhu, He Yun Nie, Jian He Fang, Xin
Sun, Bin Zheng, and Xiao Fan Chen.
‘China’s Practice to Prevent and Control
COVID-19 in the Context of Large
Population Movement’. Infectious
Diseases of Poverty 9, no. 1 (2020): 1–14.
Yuningsih, Rahmi. ‘Uji Klinik Coronavac Dan
Rencana Vaksinasi COVID-19 Massal Di
Indonesia’. Puslit BKD DPR RI vol.XII,
no. 16 (2020): 13–18.
Yunus, Nur Rohim, and Annissa Rezki.
‘Kebijakan Pemberlakuan Lockdown
Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona
Virus COVID-19’. SALAM: Jurnal Sosial
dan Budaya Syar-i 7, no. 3 (2020).

55
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

KOSONG

56

You might also like