You are on page 1of 15

JURNAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ATAS TINDAKAN


PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) YANG DILAKUKAN
SECARA SEPIHAK
DI PT. BANGUN WENANG BAVERAGES COMPANY (BWBC)

Diajukan oleh :

Elisa K.S. Tumeleng

NPM 100510226

Program Studi : Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Hukum Ekonomi dan Bisnis

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

2017
1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ATAS TINDAKAN


PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) YANG DILAKUKAN SECARA
SEPIHAK DI PT. BANGUN WENANG BAVERAGES COMPANY
Elisa Kurniawati Sustihda Tumeleng
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Fakultas Hukum
Email : ichatumeleng@gmail.com

Abstract

This study entitled legal protection against workers on unilateral actions of termination of
employment, the problem of this case is how the form of legal protection of workers on the action
of unilateral termination of employment, this study aims to know how the protection of the law
against the workers for termination action Unilateral working relationship. Type of research
conducted in the form of field research, data sources in this study are primary data and secondary
data, primary data is the result of direct research with interviews with resource persons and
respondents while secondary data in this study in the form of legislation - the invitation, Inductive.
This research was conducted at PT. Bangun Wenang Baverages Company (BWBC) North
Sulawesi. The results showed that PT. Bangun Wenang Baverages Company stopped operating,
this was due to the cooperative relationship that was established. With the Coca – Cola Indonesia
(CCI) not renewed due to many violations found in the field, this had an adverse effect on all
workers who had been employed but the rights that workers should have received were not granted
by The company, the result of the court ruled that PT. Bangun Wenang Baverages Company is
declared bankrupt and is obliged to grant all rights of all workers not provided.
Keywords: Protection, Workers, Termination, Court.

ECS Wade dalam buku


1. PENDAHULUAN Constitusional Law mengatakan bahwa
Undang-Undang Dasar adalah naskah
Negara hukum adalah negara yang memaparkan rangka dan tugas
arkan atas hukum. Negara yang berdasarkan hukum dalam melaksanakan tindakanpokok dari dilandasi
apapun harus badan oleh
– hukum
badandan dapat dipe
pemerintahan suatu negara dan
menentukan pokok cara kerja badan
tersebut.1Rangka dan tugas pokok cara
kerja negara Indonesia juga tertuang
secara negara berupa dalam Undang-Undang Dasar NKRI

hukummemilikikonstitusi
ng – Undang Dasar 1945 sebagai dasar peraturan perundang-undangan untuk
1 mengatur
ECS Wade, tingkah laku
dalam B.Hestu Cipto Handoyo,
2009, Hukum Tata Negara Indonesia,
Yogyakarta, Universitas Atmajaya Yogyakarta,
masyarakat. hlm 34 lihat juga Yohanes Hartono, 2010,
Justicia Ex Pack, .... , hal senada juga
diungkapkan Sacipto Raharjo,
Dalam kehidupan ini manusia
tujuan negara Indonesia. Tujuan negara tersebut yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia da

umum, bangsa, mencerdaskankehidupan dan penghasilan oleh sebab itu, istilah pemutusan
dan ikut melaksanakan pemutusan hubungan kerja tersebut.
Pemutusan Hubungan kerja
yang dilakukan
n kehidupan bangsa terwujud, salah satu faktor yang penting selain pendidikan, kesehatan, oleh
juga pekerjaan yang perusahaan
harus dilakukan demi
dalah sesuatu yang seharusnya kita terima. Setiap kepada pekerja sering kali tidak dapat
diterima oleh pihak pekerja/buruh
karena tidak sesuai dengan pasal 151
Undang – Undang No. 13 tahun 2013
tentang ketenaga kerjaan yaitu :
1. Pengusaha, pekerja/buruh,
serikatpekerja/buruh,dan segala
pemerintah,dengan
upayaharusmengusahakan agar jangan terjadi pemutusa

hubungan kerja.
2. hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka maks
Dalam hal segala upaya telah dilakukan, akan tetapi pemutusan

pengusaha pekerja/serikat bersangkutan


danserikat
2
Pembukaan UUD 1945 alinea 4 yang diambil buruh yang
dari http://www.mahkamahkonstitusi.go.id tidakmenjadi
diakses pada tanggal 07 september 2016
3
Prof.Dr.Sudikno Mertokusumo, S.H., 2003, 4
H.Zainal Asikin S.H. S.U. (Ed) , H. Agusfian
Mengenal Hukum Suatu Pengantar,
orang
berhak Liberty,
dirimelalui dasarnya,Wahab , S.H. Dasar – Dasar Hukum Perburuan
Yogyakarta, hlm.1.
mengembangkan hal 1
pemenuhankebutuhan
h manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
anggota serikat pekerja/serikat sebagainya ada 6 (enam) yang
buruh. dipergunakan hanya 3 (tiga) sumur
3. Dalam hal perundingan tetapi yang dilaporkan kepada pihak
an persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh
pemerintahsetelah
hanya memperoleh
1 (satu). penetapan dari lem
Inilah yang penulis ingin kaji
bagaimanakah perlindungan Hukum
terhadap pekerja atas tindakan
pemutusan hubungan kerja yang
dilakukan secara sepihak.

2. METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
industrial.
ajukan kepada responden yang hasilnya berupa fakta sosial. Penelitian ini juga memerlukan data sekunder (bahan hukum) s
PT.Bangun Wenang
rages Company yang beralamat Desa Watudambo Dua Kecamatam Kauditan Minut Sulawesi utara, PT.

Bangun Company
Wenang menjalin Baverages
kerja sama
n yang sudah tidak layak minum tetap dipasarkan kepada konsumen, ketiga upah dan pesangon para pekerja / buruh selama berbulan

bahwa Pemutusantelah melakukan


Hubungan Kerja
(PHK) terhadap pekerja.

2. Sumber data
Sumber data pada penelitian ini
berupa data primer yang diperoleh
sebagai data utama disamping data
sekunder yang berupa bahan hukum
sebagai sumber data pendukung5.
Dalam penulisan hukum ini sumber
data,meliputi :
1) Data primer
Data primer yaitu data hasil
penelitian yang diperoleh secara
langsung dari lokasi penelitian yaitu
data hasil wawancara dengan nara

5
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum
(Jakarta:Universitas Indonesia, 1984), hlm. 12
sumber dan responden. Penelitian ini 5) Undang – Undang No. 37
bertujuan untuk mendapatkan tahun 2004 tentang
gambaran fakta hukum mengenai Kepailitan
perlindungan Hukum terhadap 6) Undang – undang No. 2
pekerja atas tindakan pemutusan tahun 2004 tentang
hubungan kerja yang dilakukan penyelesaian Perselisihan
secara sepihak di PT. Bangun Hubungan Industrial
Wenang Beverages Company. (Lembaran Negara
2) Data sekunder Republik Indonesia tahun
Data sekunder merupakan data 2004 Nomor 6)
yang diperoleh dari berbagai 7)
Keputusan Menteri Tenaga
peraturan perundang – undangan, Kerja No. KEP –
hasil penelaahan terhadap berbagai 150/MEN/2000 tentang
literatur atau bahan pustaka yang penyelesaian pemutusan
berkaitan dengan masalah atau hubungan kerja dan
materi penelitian6 penetapan uang pesangon,
a. Bahan hukum primer terdiri uang penghargaan masa
dari : kerja dang anti kerugian di
1) berbunyimelindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
ukaan UUD 1945 Alinea keempat yang perusahaan.
8)
Keputusan Gubernur
Sulawesi Utara Nomor 46
Tahun 2016 Tentang
Penetapan upah minimum
Indonesia memajukan umum,
dan untuk propinsi.
kesejahteraan mencerdaskan b. Bahan Hukum Sekunder
Bahanhukumsekunder
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan , perdamaian
yaitubahan memberikan hukum yang
penjelasan
menganalisis dan memahami bahan hukum primer, seperti rancangan undang – undang, hasil – hasil penelitian, buku – buku teks, jurn

abadi dan keadilan social 7.


2) Negara Republik Indonesia 1945 Bab X Pasal 27 ayat
Undang – undang Dasar

(2) tentang warganegara pekerjaan


tiap – berhak
penghidupan
tiap atas dan

yang layak permasalahan yang diteliti8


bagi kemanusiaan. c. Bahan Hukum Tersier
3) Kitab
Bahan hukum tersier pada dasarnya Undang – bahan
mencangkup Undang– bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer d
Hukum Perdata
4) Undang – undang No 13
Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.

bidang hukum
hukumataubadan
6
Ibid, hlm 156
7
Pembukaan UUD 1945 alinea 4 yang diambil 8
Dr.Mukti Fajar ND. Yulianto Achmad ,MH.
dari http://www.mahkamahkonstitusi.go.id Dualisme Penelitian Hukum normatif &empiris ,
diakses tanggal 10 september 2016 januari 2010.penerbit pustaka pelajar ,hlm. 157
rujukan bidang hukum 9. Bahan
hasil studi kasus yang
hukum tersier dalam penelitian
penulis lakukan.
ini terdiri dari:
4. Nara Sumber dan Responden
1) Kamus Besar Bahasa
Penulis mengambil nara sumber
Indonesia
yang berkompeten dengan objek
2) Kamus Belanda
penelitian dalam melakukan
Indonesia pengumpulan data yaitu :
3) Kamus Hukum a. Kepala dinas tenaga kerja
3. Cara Pengumpulan Data sosial provinsi Sulawesi utara
a. Penelitian lapangan yang diwakili oleh Sekretaris
Penelitian lapangan Dinas Kasubag Umum Bpk.
adalah penelitian untuk memperoleh data primer yang akan Jetro R. Izaak, S. Sos.,
dengancara secara menggunakan yangtelah b. Manager HRD PT. Bangun
dilakukan wawancara Wenang Beverages Company
terbuka pedoman disediakan mengenai yangakan Bpk. Ruddy M. SH.,
c. Ketua Federasi srikat Pekerja
Bangunan dan PU serikat
Seluruh Indonesia (SPSI) Prov.
sebelumnya permasalahan Sulawesi Utara Bpk. Djohn P.
Sineri
an yang lebih lengkap dan mendalam berkaitan dengan permasalahan yang diteliti yaitu d. perlindungan hukum terhadap
Perwakilan pekerja pekerja atas ti
/ buruh dari
PT.Bangun Wenang Baverages
Company
e. Metode Analisis data
f. Dari data yang diperoleh dalam
penelitian kepustakaan maupun
penelitian dilapangan diolah
dengan menggunakan analisis
kualitatif yaitu analisis data
berdasarkan apa yang
diperoleh dari kepustakaaan
maupun lapangan baik secara
lisan maupun secara tulisan,
disajikan tidak dalam bentuk
angka – angka tetapi disusun
Company (BWBC) dalam bentuk kalimat –
b. Penelitian Kepustakaan kalimat yang logis. Adapun
metode yang digunakan adalah
Penelitiankepustakaan adalahsuatu pengumpulan
dengan menemukan mempelajari hukum metodemetode berfikir induktif yaitu
berupa
dalam proses penalaran dalam
data mencari,
menarik
dan bahan buku – berkaitan kesimpulan
menggunakan metode berpikir
induktif, yaitu metode berfikir
dari hal – hal yang bersifat
bukuyang khusus kemudian ditarik
dengan obyek penelitian untuk mendapatkan kesimpulan
data bersifat umum.
– data yang mendukung Dalam hal ini berarti hasil
penelitian dari kepustakaan
9
dan dilapangan disususun
Ibid ,hlm. 158 secara sistematis sehingga
saling melengkapi, kemudian kerja terjadi karena adanya
dikaitkan dengan peraturan perjanjian kerja anatara
perundang – undangan yang pengusaha dan buruh.
mengatur mengenai ketenaga
kerjaan khususnya dalam a. Pekerjaan
kaitannya dengan penelitian. Jenis, ruang lingkup, dan
keluasan pekerjaan sangatlah
beragam sehingga dalam
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Undang – undang Nomor 13
I. TINJAUAN TENTANG Tahun 2003 tidak merinci
PERJANJIAN KERJA makna pekerjaan secara
1. Hubungan Kerja adalah suatu terperinci. Pekerjaan
hubungan hukum yang merupakan sesuatu yang amat
dilakukan oleh minimal dua sentral jika membahas
subyek hukum mengenai tentang hukum perburuhan.
Didalam Undang – undang
suatu pekerjaan. Subyek
hanya dapat menentukan jika
hukum yang melakukan perjanjian kerja disebut secara
hubungan kerja adalah tertulis maka harus dimuat :
pengusaha/pemberi kerja (a) nama, alamat, perusahaan,
dengan pekerja/buruh. dan jenis usaha, (b) nama,
Berdasarkan Ketentuan Pasal jenis kelamin, umur, dan
1 angka 15 Undang – undang alamat pekerja/buruh (c)
No. 13 tahun 2003 tentang jabatan atau jenis pekerjaan
Ketenagakerjaan, Hubungan (d) tempat pekerjaan (e)
Kerja adalah hubungan antara besarnya upah dan cara
pengusaha dengan pembayarannya (f) syarat –
syarat kerja yang memuat hak
pekerja/buruh berdasarkan
dan kewajiban pengusaha dan
perjanjian kerja, yang pekerja/buruh (g) mulai dan
mempunyai unsur pekerjaan, jangka waktu berlakunya
upah dan perintah. Unsur – perjanjian kerja (h) tempat
unsur perjanjian kerja yang dan tanggal perjanjian kerja
menjadi dasar hubungan kerja dibuat dan (i) tanda tangan
sesuai dengan ketentuan Pasal para pihak dalam perjanjian
1 angka 4 Undang – undang kerja tersebut.
No 13 Tahun 2003 tentang Adanya syarat – syarat
Ketenagakerjaan. kerja tersebut ialah hal yang
memuat hak dan kewajiban
2. Pengertian Perjanjian Kerja para pihak dalam hal ini
Perjanjian kerja dalam adalah pengusaha dan
pengertiannya berdasarkan pasal prkerja/buruh dimana
1 angka 14 dalam Undang – memperjelas sesuatu yang
Undang No. 13 Tahun 2003 harus dilakukan atau
menjelaskan bahwa perjanjian dikerjakan oleh buruh,
kerja adalah perjanjian antara berarti kewajiban buruh
pekerja/buruh dengan pengusaha untuk kepentingan dari
atau pemberi kerja yang memuat pengusaha. Didalam kamus
syarat – syarat kerja, hak, dan besar bahasa Indonesia kata
kewajiban para pihak. Hubungan pekerjaan dipadankan
dengan Tugas definisi mengenai perintah.
Kewajiban kata ini Dalam Kamus besar bahasa
diartikan sebagai barang Indonesia menjelaskan
yang dilakukan bahwa perintah berarti (1)
(diperbuat,dikerjakan,dan perkataan yang bermaksud
sebagainya)10. menyuruh melakukan
b. Upah sesuatu dan (2) aturan dari
Menurut pasal 1 angka pihak atas yang harus
30 Undang – undang Nomor dilakukan11. Makna
13 Tahun 2003 tentang mengenai perintah tersebut
Ketenagakerjaan upah adalah menunjukkan adanya unsur
hak pekerja/buruh yang “pihak atas” atau unsur
diterima dan dinyatakan “keharusan melakukan
dalam bentuk uang sebagai sesuatu oleh seseorang atas
imbalan dari pengusaha atau kehendak orang lain”.
pemberi kerja kepada
pekerja/buruh yang 3. Perlidungan terhadap
ditetapkan dan dibayarkan pekerja/buruh di PT. Bangun
menurut suatu perjanjian Wenang Beverages Company
kerja, kesepakatan atau (BWBC) akibat Pemutusan
peraturan perundang – Hubungan Kerja sepihak.
undangan, termasuk
Salah satu hak
tunjangan bagi pekerja/buruh
dan keluarganya atas suatu
pekerja/buruh yang secara
pekerjaan dan/atau jasa yang normatif diatur dalam
telahatau akan dilakukan. Undang-Undang No.13 Tahun
Upah didasarkan pada 2003 tentang Ketenagakerjaan
perjanjian kerja, sepanjang adalah hak pekerja/buruh
ketentuan upah didalam untuk memperoleh upah dan
perjanjian tersebut tidak uang pesangon. Tetapi dalam
bertentangan dengan kenyataannya hak
peraturan perundang – pekerja/buruh atas upah dan
undangan. Jika ternyata pesangon tersebut tidak bisa
perjanjian upah tersebut
lagi diakomodir dan bahkan
dalam perjanjian kerja
bertentangan dengan
dilupakan oleh Pihak yang
peraturan perundang – seharusnya wajib
undangan maka yang berlaku menyelesaikannya, yaitu
adalah ketentuan upah Kurator yang ditunjuk oleh
didalam peraturan perundang Pengadilan Niaga untuk
– undangan. menyelesaikan semua
c. Perintah permasalahan yang
Undang – undang berhubungan dengan
Nomor 13 tahun 2003 Perusahaan yang terkena pailit
maupun dalam peraturan tersebut. Terkait dengan
perundang – undangan penyelesaian pembayaran
sebelumnya tidak
upah dan uang pesangon
memberikan batasan ataupun
menurut undang-undang No.2
10
Kamus Besar Bahasa Indonesia (disingkat 11
KBBI, Op Cit, hlm 672
KBBI), Jakarta:Balai Pustaka,hal 927
Tahun 2004 tentang praktiknya hak-hak karyawan sering
Penyelesaian Perselisihan kali kurang terlindungi dalam proses
Hubungan Industrial dan kepailitan. Artinya posisi preferen
Undang-Undang Kepailitan (didahulukan) yang dimiliki oleh
12
No. 37 Tahun 2004. karyawan tidak dapat begitu saja
Menyadari bahwa kepailitan didahului. Dalam daftar antrian
ataupun pembubaran suatu perusahaan kreditor, karyawan tidak berada di
akan berdampak buruk terhadap urutan pertama. Faktanya meski berada
perlindungan hak dan masa depan dari dalam posisi “superior” berdasarkan
para karyawannya, maka kepentingan UU No 13 Tahun 2003 tentang
karyawan dalam suatu perusahaan yang Ketenagakerjaan, karyawan sering kali
dinyatakan pailit itu, adalah berkaitan ditempatkan paling belakang di dalam
dengan pembayaran upah dan antrian kreditur saat harta pailit
pesangonnya. Berdasarkan UU No 13 dibagikan oleh kurator. Hal itu terjadi
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, karena UU Kepailitan, UU Hak
karyawan sering kali ditempatkan Tanggungan dan KUH-Perdata
paling belakang di dalam antrian memang lebih menempatkan kreditur
kreditor saat harta pailit dibagikan oleh lain, seperti utang negara dan
kurator. Hal itu terjadi karena UU pemegang hak tanggungan yang lebih
Kepailitan, UU Hak Tanggungan dan tinggi kedudukannya dibanding
KUH Perdata memang lebih karyawan.
menempatkan keistimewaan kreditor Sementara itu, perlindungan
lain seperti utang negara dan pemegang hukum mempunyai makna sebagai
hak tanggungan, lebih tinggi perlindungan dengan menggunakan
kedudukannya dibanding karyawan. sarana hukum atau perlindungan yang
Dalam UU Kepailitan, yang diberikan oleh hukum, ditujukan
mengatur tentang ketentuan debitur, kepada perlindungan terhadap
termasuk sebuah perseroan dikatakan kepentingan-kepentingan tertentu,
bermasalah dapat disimpulkan dari yaitu dengan cara menjadikan
ketentuan kepailitan yang terdapat pada kepentingan yang perlu dilindungi
Pasal 2 ayat (1) UU No 37 Tahun 2004 tersebut ke dalam sebuah hak hukum.
yang menyatakan “debitur yang Dalam ilmu hukum “Hak” disebut juga
mempunyai dua atau lebih kreditor dan hukum subyektif, Hukum subyektif ini
tidak membayar lunas sedikitnya satu merupakan segi aktif dari pada
utang yang telah jatuh waktu dan dapat hubungan hukum yang diberikan oleh
ditagih, dinyatakan pailit dengan hukum obyektif (norma-norma, kaidah,
putusan pengadilan yang berwenang recht). Hukum juga menentukan
baik atas permohonannya sendiri kepentingan-kepentingan masyarakat
maupun atas permohonan satu atau yang dapat ditingkatkan menjadi hak-
lebih krediturnya”. hak hukum yang dapat dipaksakan
UU No 37 Tahun 2004 tentang pemenuhannya. Hak diberikan kepada
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban pendukung hak yang sering dikenal
Pembayaran Utang, juga tidak secara dengan entitas hukum (legal entities,
khusus mengatur kedudukan karyawan rechtspersoon) yang dapat berupa
sebagai kreditur preferen. Namun, pada orang-perorangan secara kodrati
(naturlijke) dan dapat juga entitas
12 hukum nir kodrati yaitu entitas hukum
http://www.kompasiana.com/russelbutar/perlind
ungan-hak-normatif-pekerja-buruh-pada- atas hasil rekaan hukum.
perusahaan-pailit_55106332813311d638bc62c7 Perlindungan terhadap
diakses tanggal 20 april 2017 pekerja/buruh dimaksudkan untuk
menjamin terpenuhinya hak-hak dasar maka upah dan hak-hak lainnya dari
pekerja/buruh dan menjamin kesamaan pekerja/buruh merupakan utang yang
kesempatan serta perlakuan tanpa didahulukan pembayarannya”.
diskriminasi atas dasar apapun untuk Perlindungan Hukum terhadap
mewujudkan kesejahteraan Pekerja atas Tindakan Pemutusan
pekerja/buruh dan keluarganya dengan Hubungan Kerja dimuat dalam Pasal 1
tetap memperhatikan perkembangan angka 25 UU No.13 Tahun 2003
kemajuan dunia usaha. Perlindungan tentang ketenagakerjaan disebutkan
kerja bertujuan untuk menjamin bahwa pemutusan hubungan kerja
berlangsungnya sistem hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja
tanpa disertai adanya tekanan dari karena suatu hal tertentu yang
pihak yang kuat kepada pihak yang mengakibatkan berakhirnya hak dan
lemah. Untuk ini pengusaha wajib kewajiban antara pekerja/buruh dalam
melaksanakan ketentuan perlindungan pengusaha. Pemutusan Hubungan
tersebut sesuai peraturan perundang- Kerja tanpa adanya penetapan dari
undangan yang berlaku. Lingkup lembaga penyelesaian hubungan
perlindungan terhadap pekerja atau industrial akan menjadi batal demi
buruh menurut Undang-undang Nomor hukum. Artinya, secara hukum PHK
13 Tahun 2003, meliputi : (Pemutusan Hubungan Kerja) tersebut
a) Perlindungan atas hak-hak dasar dianggap belum terjadi (pasal 155 ayat
pekerja atau buruh untuk 1 UU Ketenagakerjaan). Dan selama
berunding dengan pengusaha; putusan lembaga penyelesaian
b) Perlindungan keselamatan dan perselisihan hubungan industrial belum
kesehatan kerja: ditetapkan, baik pengusaha maupun
c) Perlindungan khusus bagi pekerja/buruh harus tetap
pekerja atau buruh perempuan, melaksanakan segala kewajibannya
anak, dan penyandang cacat; dan (pasal 155 ayat [2] UU
d) Perlindungan tentang upah, Ketenagakerjaan). Pekerja/buruh tetap
kesejahteraan, jaminan sosial harus bekerja dan Pengusaha tetap
tenaga kerja. harus membayarkan upahnya selama
Terkait dengan kepentingan belum ada keputusan dari lembaga
pekerja/buruh terhadap suatu penyelesaian perselisihan hubungan
perusahaan yang dinyatakan pailit industrial.
adalah berkaitan dengan pembayaran
Tindakan Perlindungan Hukum terhadap Pekerja: Hak-hak normatif pekerja/buruh pa
upah dan pesangon. Apabila
perusahaan tempat bekerja
pekerja/buruh dinyatakan pailit oleh
menurut Ketanagakerjaan Undang-Undang
Pengadilan Niaga, maka dalam
bahwa Pengusaha
putusannya Pengadilan Niaga harus
buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1 kali ketentuan Pasal 156 ayat 3, dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ay
mengangkat seorang hakim pengawas
dan kurator. Sedangkan, tagihan
pembayaran upah buruh dikategorikan
sebagai hak istimewa. Ketentuan
tersebut diatur dalam Pasal 95 ayat (4)
UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Pasal 95 ayat (4) UU
Nomor 13 Tahun 2003 : “Dalam
perusahaan dinyatakan pailit atau
dilikuidasi berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku,
tidakdalam
bahkan hak atas hidup yang layak seperti yang diatur membuat undang-undang
Undang- yang Republik Ind
Undang Dasar Negara
saling
(2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tumpang
Tahun 1945 tindih
menyatakan dan
bahwa “Tiaptiap warga n
menimbulkan banyak penafsiran
khususnya dalam hukum acara
mengenai kewenangan dari suatu
badan peradilan untuk mengadili
suatu perkara, mengingat dalam
hukum acara di Indonesia apabila
suatu perkara diajukan kepada badan
peradilan yang tidak berwenang maka
akan menyebabkan perkara tersebut
akan dinyatakan tidak diterima tanpa
memeriksa lagi terhadap substansi
perkaranya, sehingga akan berakibat
terhadap gagalnya penegakkan
hukum di Indonesia. Selain itu
dengan adanya kewenangan yang
jelas dari badan peradilan yang akan
menangani suatu perkara juga akan
memberikan kepastian hukum tidak
4. KESIMPULAN DAN SARAN hanya kepada karyawan perseroan
Berdasarkan hasil pembahasan yang tetapi juga kepada perusahaan dimana
telah diuraikan pada bab sebelumnya, karyawan tersebut bekerja
maka penulis dapat memberikan
kesimpulan bahwa pekerja/buruh tetap REFERENSI
mendapatkan hak yang seharusnya
mereka terima hal ini diperkuat juga
dengan hasil putusan pengadilan yang DAFTAR PUSTAKA
menyatakan bahwa PT. Bangun Wenang
Baverages Company (BWBC) harus BUKU :
memberikan hak seluruh pekerja / buruh
yang tidak dibayarkan walaupun memang Agn. B. Nemen, Florencianoy Gloria,
pada kenyataannya sampai saat ini belum Forum, 2008, Panduan
adanya realisasi kepada pihak pekerja / Praktis Menghitung
buruh putusan pengadilan tersebut. Hal
Pesangon,
Sahabat, Praninta Ofset Forum
ini sudah sesuai dengan Pasal 156 ayat
satu (1) Undang – Undang No. 13 Tahun
2003 yang berbunyi “ Dalam hal terjadi Adrian Sutedi, Hukum Perburuan, 2011,
pemutusan hubungan kerja, pengusaha Sinar Grafika, Jakarta
diwajibkan membayar uang pesangon
dan atau uang peghargaan masa kerja dan B. Hestu Cipto Handoyo, 2009, Hukum
atau penggantian hak yang seharusnya Tata Negara Indonesia,
diterima”. Yogyakarta, Universitas Atma Jaya
Penulis dapat memberikan saran Yogyakarta,
agar di masa yang akan datang para
pembuat undang-undang juga lebih Eko Wahyuni , dkk., 2016, Hukum
memperhatikan lagi kepentingan - Ketenagakerjaan, Penerbit Sinar
kepentingan dari pekerja/buruh dan Grafika
http://www.mahkamahkonstitusi.go.id
Gunawankartasapoetra, diakses tanggal 10 september 2016
R.G.Kartasapoetra, 1986,
Hukum http://www.kompasiana.com/russelbutar/
Perburuan perlindungan-hak-normatif-pekerja-
Indonesia buruh-pada-perusahaan-
Berlandasakan Pancasila, Bina pailit_55106332813311d638bc62c7
Aksara, Jakarta diakses tanggal 20 April 2017

H. Agusfian Wahab dan Asri


Wijayanti,2009, PERATURANPERUNDANG–
UNDANGAN
Hukum Ketenagakerjaan Pasca
Reformasi , Sinar Grafika , Jakarta, Pembukaan UUD 1945

Jimmy Joses Sembiring, 2016, Hak dan Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
Kewajiban Pekerja, Penerbit
Visimedia, Jakarta Undang – Undang No.13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan (Lembaran
Libertus Jehani, 2006, Hak- Hak Pekerja Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Bila diPHK, Penerbit Visi Media, Nomor 131. Sekretariat Negara, Jakarta)

Mukti Fajar ND dan Yulianto Undang – Undang No. 37 Tahun 2004


Achmad.,2010, tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang
Dualisme Penelitian Hukum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Normatif &Empiris, Cetakan Tahun 2003 Nomor 39, Sekretariat
Pertama, Pustaka Pelajar. Negara, Jakarta)

Undang – Undang No. 2 Tahun 2004 TentangPenyelesaian


Perselisihan (Tambahan
HubunganIndustrial
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4356,SekretariatNegar
Sudikno Mertokusumo, 2003, Mengenal Jakarta)
Hukum Suatu Pengantar, Liberty,
Yogyakarta.

Tim Visi Yustisia, 2015, Buku Pintar


Pekerja Terkena PHK, Penerbit
Visimedia, Jakarta,

H. Zainal Asikin. H. dkk., 2008, Hukum


Perburuan, Karisma Putra Utama.
diambil dari
WEBSITE:

http://seputarpengertian.blogspot.co.id/20
14/01/seputar-pengertian-perlindungan-
hukum.html diakses tanggal 13
september 2016

Pembukaan UUD 1945 alinea 4 yang


Undang – Undang No. 12 Tahun 1964
Tentang Pemutusan Hubungan Kerja.
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1964 Nomor 93, Sekretariat
Negara, Jakarta)

JURNAL

Tanti Kirana Utami,2013, “Peran


Serikat Pekerja Dalam
Penyelesaian
Perselisihan Pemutusan Hubungan
Kerja” Jurnal Wawasan Hukum,
Vol. 28 No. 01 Februari 2013.

Zulkarnain Ibrahim, 2016, “Eksistensi


Serikat Pekerja/Serikat Buruh
Dalam Upaya Mensejahterakan
Pekerja” Vol. 23. No. 2/Desember.
2016.

You might also like