You are on page 1of 37

LAPORAN TUTORIAL 1

STEM CELL

Nama Kelompok : A3
Nama Tutor : DR. Masfufatun, M.Si
Ketua Kelompok : Wiowen Izaaz Hernando
Sekretaris Kelompok : Anak Agung Ayu Arisita Dewi
Anggota Kelompok :
1. Raihan Daffa Kurniady. 19700013
2. Andre Luciano Fenji C. 19700015
3. Desak Putu Dayita N. 19700017
4. Ravega Surya Adam. 19700014
5. Mochammad Mirza A.P. 19700016
6. Anak Agung Ayu Arisita D 19700018
7. Teofilus Dani P. 19700089
8. Ardian Fakhri Aziz. 19700091
9. Viona Rindu P. 19700093
10. Pasha Ayu Pristisa. 19700090
11. Wiowen Izaaz Hernando 19700092
12. Devi Ma’ariful A. 19700094
11. Triesta Mystah Istyadzah 19700153
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................2
SKENARIO BESERTA TABEL DISKUSI............................................................................................3
SKENARIO........................................................................................................................................3
TABEL DISKUSI...............................................................................................................................4
BAB 1 KATA SULIT.............................................................................................................................6
BAB 2 DAFTAR MASALAH................................................................................................................8
BAB 3 BRAINSTORMING....................................................................................................................9
BAB 4 PETA MASALAH....................................................................................................................11
BAB 5 TUJUAN PEMBELAJARAN...................................................................................................12
BAB 6 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................13
BAB 7 PETA KONSEP........................................................................................................................15
BAB 8 BHP DAN PHOP.....................................................................................................................16
BIOETIK...........................................................................................................................................16
PUBLIC HEALTH............................................................................................................................16
BAB 9 DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................17

2
SKENARIO BESERTA TABEL DISKUSI
SKENARIO

STEP 1

There was hardly a household in America that was not tuned in for news in the days following actor
Christopher Reeve’s accident. The accident happened on the third jump of a two-mile cross-country
jumping event. The fall caused multiple fractures of his first and second cervical trauma. During
surgery, his head had to be literally reattached to his spinal collumn.

1. Identify the patients problems


2. Based on the problems, generate a list of hypothesis

STEP 2

During surgery, his head had to be literally reattached to his spinal column. Eight weeks after surgery,
Reeve was left ventilator dependent, loose sensation and paralyzed from his shoulders down because
of a 20-milimeter gap in his spine that prevented neuron flow and movement. He endured six
months of intense physical therapy. Reeve’s condition led to several medical complications,
including pneumonia, blood clots and wounds that wouldn’t heal.

1. Identify the patients problems


2. Based on the problems, generate a list of hypothesis

STEP 3

Based on his condition, doctor sugestion for stemcell therapy. His family ask the doctor what
happen in the broken off nervous fiber, how to connect and stemcell work for successfull therapy,
before they make the agreement of this procedure, they bring about this question to the other doctor
and occur the family debate of this stemcell source.

3
TABEL DISKUSI

SAYA TUJUAN
MEKANISM INFO
PROBLEM HIPOTESIS TIDAK PEMBELAJARA
E LAIN
TAHU N
1. Cervical 1. Cervical *keterangan 1. 1. Jaringan 1. Mahasiswa
Trauma C1 trauma dibawah ini macam- apa saja dapat
dan C2 menyebabka macam yang ada di mengetahui titik
2. Kerusakan n kerusakan saraf cervical lokasi kerusakan
sistem pada tulang (sensori leher (anatomi)
jaringan leher C1 dan k dan 2. Level 2. Mengetahui
neuron C2 motoric) kelumpuha level
3. Penyebab 2. Patahnya 2. n kelumpuhan
Pneumonia tulang leher sumber 3. Terapi apa 3. Mengetahui
4. Penggumpala bagian C1 stem saja yang terapi
n darah dan C2 cell dilakukan penanganan
5. Pemakaian menyebabka penyembuhan
alat bantu n adanya gap C1 dan C2
bernafas 3. Gap 4. Mengetahui
ventilator menyebabka dampak
6. Kelumpuhan n penggunaan alat
dari bahu kelumpuhan bantu kesehatan
sampai bawah dan
7. Perdebatan komplikasi
keluarga 4. Terjadi
8. Pro dan perdebatan
kontra tentang stem
tentang stem cell therapy
cell

4
*mekanisme

ACCIDENT

CERVICAL
TRAUMA

MULTIPLE
FRACTURE

SHATTERI
NG C1 & C2

GAP
SURGERY

LOSE PARALYZE VENTILAT


SENSATIO D OR
N

PHYSICAL
THERAPY
STEM
CELL
THERAPHY MEDICAL
COMPLICATI
ON

PNEUMONIA BLOOD WOUND


WOULDN’T
HEAL

5
BAB 1
KATA SULIT

1) Cervical Vertebrae Accident : Kecelakaan yang terjadi pada Korban/Subjek.


2) Multiple Fractures : Keadaan dimana terjadi hilangnya kontinuitas jaringan 2
tulang lebih dari satu garis yang disebabkan oleh tekanan eksternal yang di tandai oleh rasa
nyeri, pembengkakan, deformitas dan gangguan fungsi pada area fraktur.
3) Cervical Vertebraae (tulang leher) : Tulang belakang yang langsung terhubung dengan bagian
tengkorak. Secara umum memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus
spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek, kecuali tulang ke-2 dan 7
yang procesus spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai dengan urutannya dari C1-C7 (C dari
cervical), namun beberapa memiliki sebutan khusus seperti C1 atau atlas, C2 atau aksis.
Setiap mamalia memiliki 7 tulang punggung leher, seberapapun panjang lehernya.
4) Shattering C 1 dan C 2 : adalah bagian C1 and C2 yang hancur. C1 (atlas) adalah
veterbra servikalis pertama pada tulang.belakang. Atlas bersama dengan aksis (C2)
membentuk sendi yang menghubungkan antara untuk memungkinkan adanya berbagai
gerakan.yang lebih besar pada bagian leher.
5) Spinal Collumn : Spinal column atau Tulang Punggung adalah tulang tak
beraturan yang membentuk punggung yang.mudah digerakkan. Terdapat 90 tulang punggung
pada manusia 3 bagian di atasnya terdiri dari 30 tulang yang dibagi menjadi 10 tulang cervical
(leher), 20 tulang thorax (dada), 10 tulang lumbal.
6) Cervical Trauma : Trauma Tulang belakang bagian Cervical atau leher adalah
masalah umum dengan berbagai tingkat keparahan dari cidera ringan hingga berat yang terjadi
karena hantaman/benturan pada bagian Cervical yang bisa menyebabkan kerusakan
saraf,otot,pembuluh,maupun tulang itu sendiri.
7) Ventilator dependent : Adalah keadaan dimana korban/subjek tidak mampu
melakukan respirasi / pernapasan secara normal tanpa bantuan alat berupa ventilator yang
dipasang sebagai alat penunjang pernapasan pada pasien/subjek.
8) Paralyzed : Keadaan dimana bagian tubuh tertentu tidak mampu
melakukan gerakan secara spontan karena putusnya/terganggunya sistem saraf.
9) Lose Sensation : Lose sensation/ mati rasa adalah kondisi di mana bagian
tubuh tertentu tidak mampu merasakan rangsangan yang diterima. Orang yang mati rasa tidak
bisa merasakan rangsangan sentuhan, getaran, dingin atau panas pada kulit. Orang yang mati

6
rasa juga bisa tidak sadar akan posisi bagian tubuh yang mengalami mati rasa, sehingga
keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh terganggu.
10) Prevented Neuron : Keadaan dimana Sistem saraf/ bagian neuron terhambat
mengalami gangguan karena adanya kerusakan/penyakit pada bagian sistem saraf tersebut.
11) Physical Theraphy : Fisioterapi adalah proses merehabilitasi seseorang agar
terhindar dari cacat fisik melalui serangkaian pencegahan, diagnosis, serta penanganan untuk
menangani gangguan fisik pada tubuh akibat cedera atau penyakit.
12) Medical Complications : Komplikasi, dalam kedokteran, adalah sebuah perubahan tak
diinginkan dari sebuah penyakit, kondisi kesehatan atau terapi. Penyakit dapat menjadi
memburuk atau menunjukkan jumlah gejala yang lebih besar atau perubahan patologi, yang
menyebar ke seluruh tubuh atau berdampak pada sistem organ lainnya.
13) Pneumonia : Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyerang paru,
sehingga menyebabkan kantung udara di dalam paru meradang dan membengkak. Kondisi
kesehatan ini sering kali disebut dengan paru-paru basah, sebab paru bisa saja dipenuhi dengan
air atau cairan lendir. Kondisi paru-paru basah ini dapat dialami oleh siapa pun.
14) Blood Cots : Pembekuan darah adalah proses alami yang
mengizinkan darah membentuk gumpalan sel darah dan fibrin untuk menghentikan pendarahan
ketika pembuluh darah sobek atau rusak. Jika tubuh tidak memiliki kemampuan untuk
membekukan darah, mereka yang memiliki luka kecil pun akan mati kerena pendarahan.
15) Stem Cell : Stem cell adalah Sel yang menjadi awal mulla dari
pertumbuhan sel lain yang menyusun keseluruhan tubh organism,termasuk manusia. Agar
dapat disebut sebagai stem cell, terdapat karakteristik yang mesti dipenuhi yaitu belum
berdiferensiasi, mampu memperbanyak diri, dan dapat berdiferensiasi menjadi lebih dari satu jenis
sel (multipoten/pluripotent). Sel tersebut tidak hanya berasal dari embrio maupun fetus, tetapi dapat
berasal dari berbagai bagian tubuh. Stem cell diklasifikasikan berdasarkan asalnya, jenis
organ/jaringan asal, penanda permukaan, dan hasil akhir diferensiasi.

7
BAB 2
DAFTAR MASALAH

1. Bagaimana bisa terjadi cervical trauma?

2. Dimana letak multiple fracture?

3. Apa yang terjadi setelah cervical trauma?

4. Bagaimana surgery procedure?

5. Mengapa Reeve ketergantungan pada ventilator?

6. Apa penyebab adanya paralyzed dan loose sensation?

7. Ada berapa level kelumpuhan?

8. Apa saja physical therapy yang dilakukan oleh Reeve?

9. Apa saja medical complication yang terjadi pada Reeve?

10. Apa yang menyebabkan adanya pneumonia, blood clots, and wound wouldn’t heal pada
Reeve?
11. Apa itu theraphy stem cell?
12. Apa sajakah sumber yang dapat digunakan untuk theraphy stem cell?
13. Mengapa dokter menyarankan Reeve harus melakukan stem cell?
14. Mengapa terjadi perdebatan antara keluarga dan dokter mengenai stem cell?

8
BAB 3
BRAINSTORMING

1. Christopher mengalami kecelakaan pada saat mengikuti the third jump of a two-mile cross-
country jumping event yang menyebabkan patah tulang leher (cervical trauma) pada bagian C1
dan C2.
2. Patah tulang leher pada bagian C1 dan C2 membutuhkan penanganan medis untuk bisa
menyambungkan tulang yang patah, supaya dapat berfungsi seperti semula. Karena C1 dan C2
merupakan bagian dari 7 tulang yang menyusun tulang tengkuk dan terdapat saraf servical
sebagai pengontrol sensorik dan motorik. Adanya kerusakan pada tulang leher bagian C1 dan
C2 dapat menyebabkan hilangnya sebagian atau seluruh dari sel saraf sensorik dan motorik.
3. Saraf serviks C1 dan C2 bertanggung jawab untuk pergerakan kepala yang disebut saraf
suboksipital. C1 juga aterkait dengan saraf lainnya seperti saraf vagus dan saraf hypoglossal.
Saraf C1 dan C2 milik pleksus serviks bersama dengan C3 dan C4. C3, C4, dan C5 saraf
serviks berada langsung dibawah C1 dan C2. Saraf leher ini dalam bentuk saraf frenikus yang
membantu mengontrol diafragma dan mengatur pernafasan. Cidera pada saraf frenikus dapat
menyebabkan masalah pernafasan dan bahkan kematian.
4. Pada struktur C1 dan C2 terdapat saraf dan pembuluh darah yang vital sebagaia penanggung
jawab pengatur pernafasan. Jika saraf untuk mengatur pernafasan bermasalah maka seseorang
membutuhkan bantuan alat pernafasan ventilator.
5. Pada kasus kecelakaan Christopher, dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan operasi
untuk menyambung tulang yang patah. 8 minggu pasca operasi, diketahui masih ada gap 20
mm yang menyebabkan penghambatan pada aliran neuron sehingga menyebabkan kerusakan
pada saraf sensorik dan motorik. Pasca operasi, Christoper juga diberikan alat bantu pernafasan
ventilator. Demikian dikarenakan pasca operasi seharusnya ia memakai Hard Cervical Collar
agar tidak terjadi pergerakan antara C1 dan C2 yang mengakibatkan adanya gap.
6. Alat bantu pernafasan ventilator rentan terhadap bakteri maupun virus jika tidak steril. Karena
pernafasan akan berhubungan dengan paru-paru. Jika ventilator tidak steril, maka bakteri
seperti Streptococcus pneumonia dan Clamydophila pneumonia akan masuk dalam tubuh
menyebar lewat darah dan berkembang biak dalam paru-paru. Seseorang yang memakai
ventilator sudah dapat dipastikan orang tersebut tidak bisa mengeluarkan dahaknya, sehingga
menjadi tempat yang disukai oleh bakteri. Kondisi demikian yang dapat menyebabkan orang
tersebut terkena Pneumonia.

9
7. Pada kondisi yang sudah komplikasi, dokter menyarankan kepada keluarga Christoper untuk
melakukan Stem Cell Therapy. Akan tetapi pihak keluarga masih ragu untuk melakukan Stem
Cell Therapy, karena masih banyaknya pandangan negatif tentang Stem Cell Therapy. Stem
Cell Therapy yang dapat menciptakan jaringan, sel, serta organ baru. Melalui teknologi
transplantasi khusus, stem cell yang telah diambil dimasukkan ke dalam tubuh untuk
mengganti sel rusak ataupun abnormal.
8. Stem cell yang berasal dari embrio dipandang tidak etis karena memanfaatkan embrio yang
gugur. Laboratorium tempat menyimpan tali pusat di Indonesia untuk terapi stem sel masih
amat terbatas, hanya ada 11 rumah sakit di Indonesia yang diberikan ijin oleh pemerintah
untuk melakukan terapi stem sel. Biaya terapi yang sangat mahal bisa mencapai 150 juta
rupiah untuk sekali terapi, dibutuhkan kurang lebih 5 kali terapi untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan, stem cell dikhawatirkan dapat menciptakan manusia atau makhluk hidup baru
tanpa proses pembuahan

10
BAB 4
PETA MASALAH

ACCIDENT

CERVICAL
TRAUMA

MULTIPLE
FRACTURE

SHATTERI
NG C1 & C2

GAP
SURGERY

LOSE PARALYZE VENTILAT


SENSATIO D OR
N

PHYSICAL
THERAPY
STEM
CELL
THERAPHY MEDICAL
COMPLICATI
ON

PNEUMONIA BLOOD WOUND


WOULDN’T
HEAL

11
BAB 5
TUJUAN PEMBELAJARAN

STEP 1
- Mahasiswa bisa mengetahui dan memahami anatomi tubuh manusia yaitu pada bagian
cervical vertebrae dari kasus kecelakaan yang dialami Christoper Reeve, yang
mengakibatkan fraktur multiple antara C1 dan C2
- Mahasiswa bisa mengetahui dan memahami bagaimana proses terjadinya cervical
trauma yang apabila terjadi kerusakan maka akan mengalami kelumpuhan
- Mahasiswa bisa mengetahui bagaimana gejala dari tingkat level kelumpuhan pada
cervical vertevrae
- Mahasiswa bisa mengetahui jenis operasi yang digunakan pada cervical trauma

STEP 2
- Mahasiswa bisa mengetahui dan memahami bagaimana dampak yang terjadi apabila
terdapat gap
- Mahasiswa bisa mengetahui dan memahami akibat dari terjadinya medical
complication, seperti : pneumonia, darah menggumpal, dan luka yang tak bisa sembuh
- Mahasiswa bisa mengetahui dan memahami komplikasi apa saja pada alat bantuan
kesehatan
- Mahasiswa bisa mengetahui dan memahami jenis terapi fisik yang ada dan dicocokkan
dengan kasus Christoper Reeve

STEP 3
- Mahaiswa bisa mengetahui dan memahami bagaimana definisi, dampak negatif dan
positif, manfaat, tujuan dari terapi stem sel
- Mahasiswa bisa mengetahui dan memahami bagaimana bioetik kedokteran dengan
melakukan informed consent kepada keluarga pasien dalam hal melakukan terapi stem
sel yang memang perlu pengertian yang khusus mengenai terapi ini

12
BAB 6
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tulang Punggung ( Vertebra)
Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang
membentuk punggung yang mudah digerakkan. terdapat 90 tulang punggung pada manusia,
10 di antaranya bergabung membentuk bagian sacral, dan 10 tulang membentuk tulang
ekor (coccyx).
Tiga bagian di atasnya terdiri dari 30 tulang yang dibagi menjadi 10 tulang cervical (leher),
20 tulang thorax (thorax atau dada) dan, 10 tulang lumbal. Banyaknya tulang belakang dapat
saja terjadi ketidaknormalan. Bagian terjarang terjadi ketidaknormalan adalah bagian leher.
Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari badan
tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae. Arcus
vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pediculus dan dua lamina, serta didukung oleh
penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus transversus, dan procesus
spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika
tulang punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang
belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui celah yang
disebut foramen intervertebrale.
a) Tulang punggung Cervical
Secara umum memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus spinosus
(bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek, kecuali tulang ke-2 dan 7
yang procesus spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai dengan urutannya dari C1-C7
(C dari cervical), namun beberapa memiliki sebutan khusus seperti C1 atau atlas, C2
atau aksis.
Setiap mamalia memiliki 7 tulang punggung leher, seberapapun panjang lehernya.
b) Tulang Punggung Torax
Procesus spinosusnya akan berhubungan dengan tulang rusuk. Beberapa gerakan
memutar dapat terjadi. Bagian ini dikenal juga sebagai 'tulang punggung dorsal' dalam
konteks manusia. Bagian ini diberi nomor T1 hingga T12.
c) Tulang Punggung Lumbal
Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan
menanggung beban terberat dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan
fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.
d) Tulang Punggung Sacral

13
Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung dan tidak memiliki
celah atau diskus intervertebralis satu sama lainnya.

e) Tulang punggung coccygeal


Terdapat 3 hingga 5 tulang (Co1-Co5) yang saling bergabung dan tanpa celah.
Beberapa hewan memiliki tulang coccyx atau tulang ekor yang banyak, maka dari itu
disebut tulang punggung kaudal (kaudal berarti ekor).

B) Penyebab Kelumpuhan
Otot berperan penting dalam mengendalikan setiap gerakan tubuh manusia. Dalam
menggerakkan tubuh, otot bekerja sama dengan tulang, saraf, dan jaringan penghubung antara
otot, saraf, dan tulang. Ketika salah satu jaringan tersebut mengalami gangguan, maka
kelumpuhan dapat terjadi.
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya kelumpuhan:
1. Stroke
Penyakit stroke dapat menyebabkan kelumpuhan di salah satu sisi wajah, lengan, dan tungkai
secara tiba-tiba.
2. Bell’s palsy
Bell’s palsy menyebabkan kelumpuhan di salah satu sisi wajah secara tiba-tiba, tanpa disertai
kelumpuhan di tempat lain
3. Cedera otak

14
Benturan keras di kepala dapat menyebabkan cedera atau gangguan fungsi otak, sehingga
berisiko memicu kelumpuhan di bagian tubuh mana pun, sesuai bagian otak yang rusak.

4. Cedera saraf tulang belakang


Kelumpuhan akibat cedera saraf tulang belakang dapat terjadi di tungkai saja, di lengan dan
tungkai, atau kadang juga di otot dada. Kelumpuhan dapat terjadi secara perlahan atau
mendadak, tergantung tingkat keparahan cedera.
5. Polio
Penyakit polio dapat menimbulkan kelumpuhan di bagian lengan dan tungkai, hingga
kelumpuhan otot pernapasan. Kelumpuhan terjadi secara perlahan, setidaknya beberapa tahun
setelah terinfeksi polio.
6. Sindrom Guillian-Barre
Sindrom Guillain-Barre menyebabkan kelumpuhan di tungkai, serta dapat menyebar secara
bertahap ke lengan dan wajah setelah beberapa hari atau minggu.
7. Cerebral  palsy
Cerebral palsy merupakan kondisi cacat lahir yang menyebabkan kelumpuhan di salah satu
sisi tubuh, termasuk lengan dan tungkai. Kelainan ini disebabkan oleh gangguan
perkembangan otak yang terjadi saat bayi dalam kandungan.
8. Multiple sclerosis
Multiple sclerosis dapat menyebabkan kelumpuhan di bagian wajah, lengan, atau tungkai
dengan gejala yang hilang-timbul.
9. Myasthenia gravis
Serupa dengan multiple sclerosis, myasthenia gravis juga menyebabkan kelumpuhan di wajah,
lengan, atau tungkai dengan gejala yang hilang-timbul.
10. Amyotrophic lateral sclerosis (ALS)
ALS menyebabkan gangguan saraf otak dan tulang belakang, sehingga penderitanya berisiko
mengalami kelumpuhan di wajah, lengan, atau tungkai secara bertahap. ALS kadang juga
menyebabkan kelumpuhan pada otot pernapasan.
Gejala Kelumpuhan

15
Ketika mengalami kelumpuhan, penderita akan merasakan gejala utama berupa kesulitan
menggerakkan bagian tubuh tertentu. Gejala ini dapat muncul secara perlahan, mendadak, atau
kadang hilang-timbul.
Gejala kelumpuhan dapat terjadi di bagian tubuh mana saja, baik hanya pada satu bagian
tubuh maupun pada area tubuh yang lebih luas. Bagian tubuh yang berisiko mengalami
kelumpuhan meliputi wajah, lengan, tungkai, dan pita suara. Pada kondisi yang parah, otot-
otot pernapasan juga bisa mengalami kelumpuhan.
Berdasarkan lokasi dan anggota gerak tubuh yang terkena, kelumpuhan dapat dikelompokkan
menjadi:

 Monoplegia, yaitu kelumpuhan pada salah satu lengan atau tungkai.


 Hemiplegia, yaitu kelumpuhan pada lengan dan tungkai pada satu sisi tubuh.
 Diplegia, yaitu kelumpuhan pada kedua lengan atau kedua sisi wajah.
 Paraplegia, yaitu kelumpuhan pada kedua tungkai.
 Quadriplegia, yaitu kelumpuhan pada kedua lengan dan kedua tungkai. Kelumpuhan
ini kadang juga bisa mengenai area atau organ tubuh lain di bagian bawah leher,
misalnya usus, saluran kemih, maupun otot pernapasan.

Kelumpuhan yang terjadi secara perlahan akibat suatu penyakit biasanya ditandai oleh
beberapa gejala yang muncul sebelum penderita mengalami kelumpuhan total. Gejala tersebut
meliputi:

 Hilangnya sensasi terhadap sentuhan


 Kesemutan
 Kram dan nyeri otot
 Mati rasa

Dokter dapat mendiagnosis kelumpuhan ketika penderita tidak dapat menggerakkan bagian
tubuh tertentu. Pada kondisi seperti ini, pemeriksaan saraf akan dilakukan untuk menilai
pergerakan otot serta saraf sensorik.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang penyebab dan tingkat keparahan kelumpuhan, dokter
akan melakukan pemeriksaan penunjang yang meliputi:

 Foto Rontgen
 CT scan
 MRI
 Elektromiografi (EMG)
 Lumbal pungsi

16
Pengobatan Kelumpuhan

Fisioterapi
Terapi ini bertujuan untuk mengembalikan kekuatan otot dan fungsi bagian tubuh yang
mengalami cedera, mencegah kecacatan dan mengurangi risiko cedera di kemudian hari.
Jenis fisioterapi yang dilakukan akan disesuaikan dengan kondisi penderita

Terapi okupasi
Terapi okupasi merupakan serangkaian latihan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Setelah menjalani terapi
okupasi ini, penderita kelumpuhan diharapkan bisa menjalani aktivitas secara mandiri.
Obat-obatan
Obat digunakan untuk meredakan gejala kelumpuhan yang muncul. Tergantung penyebabnya,
beberapa jenis obat yang dapat diberikan dokter adalah:

 Kortikosteroid, seperti methylprednisolone.
 Antikejang, seperti phenobarbital.
 Obat pelemas otot, seperti baclofen dan eperisone.
 Antidepresan trisiklik, seperti amitriptyline dan clomipramine.
 Suntik botox.

Penggunaan alat bantu

Sebagian besar penderita kelumpuhan tidak dapat pulih total. Untuk membantu pergerakan
dari satu tempat ke tempat lainnya, penderita dapat menggunakan alat bantu, seperti tongkat
atau kursi roda. Dokter akan menyarankan jenis alat bantu yang sesuai dengan kondisi
penderita.
Penderita kelumpuhan membutuhkan dukungan dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya,
serta perlu menerapkan pola hidup sehat. Kedua hal ini akan meningkatkan kualitas hidup
penderita. Penderita kelumpuhan juga harus tetap aktif bergerak dan rutin melakukan olahraga
sesuai anjuran dokter.
Operasi
Tergantung penyebabnya, operasi juga dapat dilakukan sebagai bentuk pengobatan untuk
mengatasi kelumpuhan. Misalnya pada kelumpuhan mendadak akibat cedera saraf tulang

17
belakang, dokter akan melakukan operasi tulang belakang untuk memperbaiki kerusakan di
daerah tersebut.
C) Operasi Tulang Belakang
Tulang belakang terdiri dari 33 ruas tulang, dengan 24 ruas tulang teratasnya terpisah satu-
satu, yang menyusun rangkaian tulang belakang dari atas ke bawah. Antara masing-masing
ruas tulang belakang, terdapat bantalan tulang rawan yang disebut cakram tulang belakang. Di
bagian tengah masing-masing ruas tulang belakang memiliki lubang, sehingga antara lubang
yang satu dengan yang lain membentuk saluran yang diisi saraf tulang belakang di sepanjang
tulang belakang.
Operasi tulang belakang merupakan tindakan medis yang biasanya dilakukan setelah
pengobatan lain tidak berhasil menghilangkan nyeri tulang belakang. Selain menghilangkan
nyeri, operasi tulang belakang juga bisa mengatasi keluhan yang terjadi pada salah satu atau
kedua lengan atau tungkai, yang disebabkan oleh gangguan saraf tulang belakang. Metode
pengobatan yang dapat dianjurkan untuk dijalani oleh penderita penyakit tulang belakang
sebelum operasi antara lain adalah:

 Istirahat
 Pemberian obat
 Fisioterapi
 Penggunaan brace atau penyangga

Jika metode pengobatan tersebut tidak efektif menghilangkan nyeri tulang belakang, maka
pasien baru dianjurkan untuk menjalani operasi tulang belakang. Jenis operasi tulang belakang
yang dilakukan akan bergantung kepada jenis penyakit yang diderita oleh pasien.

Jenis-Jenis Operasi Tulang Belakang


Berdasarkan tekniknya, ada banyak jenis operasi tulang belakang. Akan tetapi, secara umum
operasi tulang belakang dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu operasi dekompresi dan operasi
stabilisasi. Baik operasi dekompresi maupun operasi stabilisasi bertujuan untuk
menghilangkan nyeri dan kelumpuhan akibat gangguan pada saraf tulang belakang.
Operasi dekompresi bertujuan menghilangkan nyeri akibat gangguan saraf tulang belakang
dengan cara menghilangkan bagian dari tulang belakang yang menekan saraf tulang belakang.
Sedangkan operasi stabilisasi bertujuan menghilangkan nyeri dengan cara menstabilkan posisi
tulang belakang untuk mencegah munculnya kembali tekanan pada saraf tulang belakang. Jika
dibutuhkan, operasi dekompresi dan stabilisasi dapat dilakukan bersamaan dalam satu
prosedur operasi.

18
Operasi tulang belakang yang menggunakan teknik dekompresi, antara lain:

 Laminotomi. Prosedur ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada saraf tulang


belakang dengan cara memotong sebagian dari lamina, yaitu bagian belakang dari ruas
tulang belakang, sehingga penekanan pada saraf tulang belakang dapat mereda.
 Laminektomi. Hampir sama dengan laminotomi, tetapi pada laminektomi seluruh
lamina tulang belakang akan diangkat. Laminektomi dapat membantu mengurangi
peradangan akibat tekanan pada saraf tulang belakang, meskipun tidak langsung terasa
setelah prosedur ini dilakukan.
 Diskektomi. Prosedur ini bertujuan untuk menghilangkan tekanan pada saraf tulang
belakang akibat bentuk cakram tulang belakang yang abnormal dan mengalami
herniasi atau penonjolan (hernia nukleus pulposus). Disektomi dilakukan dengan
memotong bagian cakram tulang belakang, sehingga terdapat ruang lebih bagi saraf
tulang belakang dan tekanan pada saraf akan berkurang dengan sendirinya. Disektomi
dapat dikombinasikan dengan laminektomi agar hasilnya maksimal.

Operasi tulang belakang yang menggunakan teknik stabilisasi, antara lain:

 Fusi tulang belakang. Prosedur ini dilakukan dengan cara mengatur susunan tulang
belakang, kemudian menyatukan ruas tulang belakang yang sebenarnya terpisah, untuk
mencegah gerakan yang dapat menimbulkan penekanan pada saraf tulang belakang.
Fusi tulang belakang juga dapat dilakukan setelah operasi dekompresi untuk mencegah
penekanan kembali pada saraf tulang belakang.
 Vertebroplasti. Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan zat seperti semen ke
bagian yang mengalami patah tulang belakang. Penyuntikkan zat seperti semen ini
adalah untuk membuat tulang belakang lebih stabil dan mengembalikan bentuk tulang
belakang seperti semula.
 Kifoplasti. Sama seperti vertebroplasti, kifoplasti juga dilakukan dengan
menyuntikkan semen ke bagian yang mengalami patah tulang belakang. Namun
sebelum disuntik semen, bagian yang mengalami patah tulang belakang akan
dilebarkan dengan balon khusus.

Peringatan Operasi Tulang Belakang

Tidak semua penderita penyakit tulang belakang dapat menjalani operasi tulang belakang.
Selain itu, masing-masing teknik operasi tulang belakang memiliki syarat yang berbeda.
Secara umum, tidak ada kondisi mutlak yang menyebabkan seseorang tidak dapat menjalani
operasi dekompresi. Akan tetapi, operasi dekompresi tulang belakang sebaiknya dihindari
apabila penderita:

19
 Mengalami kyphosis.
 Masih anak-anak.
 Belum menjalani terapi non bedah dengan maksimal.

Sedangkan untuk operasi stabilisasi tulang belakang, sebaiknya dilakukan dengan sangat hati-
hati apabila terdapat:

 Osteoporosis.
 Cedera berat pada lapisan pelindung saraf tulang belakang (epidural).
 Tumor ganas, terutama pada tulang belakang.
 Patah tulang belakang.
 Infeksi.

Persiapan Operasi Tulang Belakang


Sebelum operasi tulang belakang, pasien akan menjalani pemeriksaan kesehatan secara umum
guna memastikan kondisinya siap untuk menjalani operasi. Pasien harus memberitahukan
dokter terkait:

 Obat-obatan yang sedang dikonsumsi, termasuk vitamin, suplemen, dan obat yang
dapat dibeli bebas.
 Alergi obat yang diderita, terutama alergi terhadap obat bius.
 Sedang hamil atau berencana untuk hamil.

Beberapa hari sebelum menjalani operasi, pasien akan diminta untuk berhenti merokok dan
berhenti mengonsumsi obat pengencer darah. Pasien juga harus berpuasa selama beberapa jam
sebelum operasi dimulai. Jika pasien memiliki rambut yang lebat di sekitar daerah operasi,
akan dicukur terlebih dahulu. Pasien juga akan menjalani pemeriksaan tambahan sebelum
menjalani operasi, seperti tes darah, foto Rontgen, atau MRI untuk memberikan informasi
tambahan terkait kondisi tulang belakang yang akan menjalani operasi.
Prosedur Operasi Tulang Belakang
Pasien akan diminta berganti pakaian dengan pakaian khusus operasi serta menanggalkan
perhiasan yang dipakai, kemudian dibawa ke ruang operasi. Setelah itu, pasien diberikan obat
bius total sehingga tidak akan sadar selama operasi tulang belakang dilakukan, dan diposisikan
sesuai dengan jenis operasi, biasanya telungkup.

20
Pada saat pasien sudah tidak sadar, dokter akan mulai membuat insisi atau irisan kulit di
daerah tulang belakang yang akan dioperasi. Insisi dapat dibuat di daerah leher, punggung
atas, punggung bawah, atau daerah perut sehingga tulang belakang dapat dioperasi dari bagian
depan. Ukuran insisi yang dibuat dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan.
Setelah insisi selesai dibuat, dokter lalu akan melakukan tindakan dekompresi ataupun
stabilisasi tulang belakang. Pada operasi dekompresi, dokter akan membuang bagian tulang
belakang yang menyebabkan penekanan pada saraf tulang belakang. Dokter dapat membuang
segmen tulang belakang (vertebra) ataupun bantalan segmen tulang belakang yang
menyebabkan penekanan pada saraf. Selama operasi dekompresi, dokter juga dapat
memperbaiki posisi saraf tulang belakang yang tertekan dengan mengatur serabut saraf agar
kembali ke ruang saraf tulang belakang. Tulang belakang dan bantalan tulang belakang yang
menjadi target operasi dekompresi seringkali tidak dibuang seluruhnya, namun hanya dibuang
di bagian yang menyebabkan penekanan saraf.
Sedangkan pada operasi stabilisasi, setelah dibuat insisi, dokter akan memasang alat
penyeimbang tulang belakang di setiap segmen tulang belakang yang mengalami pergeseran.
Alat ini biasanya terbuat dari logam khusus yang dipasang menggunakan baut langsung pada
tulang belakang.
Setelah itu, dokter dapat menambahkan cangkok tulang pada bagian tulang belakang tersebut
untuk mempercepat fusi atau penyatuan antar segmen tulang belakang yang menjalani
stabilisasi. Cangkok tulang ini dapat diambil dari tubuh pasien sendiri atau dari donor. Namun
pada pasien yang menjalani operasi dekompresi dan stabilisasi secara bersamaan, tulang yang
dibuang pada prosedur dekompresi dapat digunakan sebagai cangkok pada saat proses
stabilisasi dilakukan. Pada beberapa kasus, cangkok tulang dapat diganti dengan bahan sintetis
supaya penyatuan antar tulang belakang dapat berjalan lebih cepat.
Setelah seluruh prosedur operasi selesai, dokter kemudian akan menutup daerah operasi
menggunakan benang jahit. Daerah operasi juga akan ditutup perban steril untuk mencegah
infeksi. Pasien kemudian akan dibawa ke ruang perawatan untuk menjalani rawat inap dan
pemulihan pasca operasi.

Setelah Operasi Tulang Belakang


Pasien umumnya akan menjalani rawat inap di rumah sakit selama 2-3 hari. Selama masa
perawatan dan pemulihan, pasien dapat merasakan nyeri dan tidak nyaman di daerah operasi.
Dokter dapat memberikan obat pereda nyeri untuk dikonsumsi selama rawat inap dan rawat
jalan. Selama masa pemulihan, baik di rumah sakit maupun di rumah, pasien dianjurkan untuk
melatih mobilitas atau gerakan dengan berjalan.
Umumnya masa pemulihan total pasien yang menjalani operasi tulang belakang adalah sekitar
6 minggu. Namun, lama masa pemulihan ini tergantung seberapa parah nyeri yang diderita

21
dan kerumitan operasi tulang belakang yang dijalani. Selain merasakan nyeri, pasien juga
dapat merasakan perih dan kaku pada bagian punggung yang menjalani operasi. Untuk melatih
tubuh dalam melakukan aktivitas fisik kembali setelah masa pemulihan, pasien akan dibantu
dengan fisioterapi.
Jahitan yang dibuat saat operasi, dapat menggunakan benang jahit yang bisa menyatu maupun
yang tidak bisa menyatu dengan jaringan tubuh. Bila menggunakan benang jahit yang tidak
menyatu dengan tubuh, dokter akan melakukan pencabutan benang jahit setelah luka operasi
menutup. Dokter juga akan menjadwalkan waktu kontrol rutin pasien untuk memantau proses
pemulihan selama rawat jalan.
Pasien sebaiknya segera menghubungi dokter jika mengalami gejala-gejala infeksi, seperti:

 Keluarnya cairan dari luka operasi.


 Demam.
 Menggigil.
 Kemerahan, pembengkakan, atau mengerasnya jaringan di daerah operasi.

Risiko Komplikasi Operasi Tulang Belakang


Komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi tulang belakang, antara lain adalah:

 Infeksi.
 Perdarahan.
 Penggumpalan darah.
 Nyeri pada daerah tulang yang diambil untuk cangkok tulang.
 Kerusakan pembuluh darah atau saraf dekat lokasi operasi.
 Luka operasi yang sulit sembuh.
 Munculnya kembali nyeri pada tulang belakang setelah menjalani operasi.
 Terjadinya robekan selaput pelindung saraf tulang belakang yang menyebabkan
kebocoran cairan otak dan saraf tulang belakang.
 Wajah terasa kaku dan gangguan penglihatan.
 Kelumpuhan.

D) Dampak Cedera Tulang Belakang


Pada tubuh manusia, terdapat bundel serat saraf yang lunak dan memanjang dari dasar
otak ke punggung bagian bawah. Bagian ini kita sebut dengan saraf tulang
belakang dan posisinya dilindungi oleh tulang belakang.
Saraf tulang belakang ini berfungsi untuk menyampaikan pesan antara otak dan seluruh bagian
tubuh. Karena fungsinya menghubungkan antara otak dan bagian-bagian tubuh lainnya,

22
maka cedera pada saraf tulang belakang dapat mengakibatkan gangguan saraf dan fungsi
organ di berbagai bagian tubuh.
Dampak Cedera Saraf Tulang Belakang pada Tubuh
Saraf tulang belakang bukanlah bagian yang kebal dari cedera. Cedera pada saraf tulang
belakang merupakan salah satu jenis cedera fisik yang sangat serius, dan dampaknya bisa
bersifat jangka panjang.
Informasi dari otak ke seluruh bagian tubuh atau sebaliknya, akan terganggu bila terdapat
cedera pada saraf tulang belakang. Hal ini dapat menimbulkan penurunan kemampuan tubuh
dalam bergerak (motorik) dan merasa (sensorik), baik pada sebagian anggota tubuh maupun
seluruhnya.
Dampak cedera saraf tulang belakang bergantung pada derajat kerusakan yang terjadi. Pada
cedera ringan, mungkin gangguan pada saraf sensorik dan motorik belum terjadi. Namun pada
cedera saraf tulang belakang yang berat, dapat terjadi kerusakan saraf yang menyebabkan
kelemahan, mati rasa, hingga kelumpuhan pada bagian tubuh.
Cedera saraf tulang belakang bagian bawah, misalnya pada tingkat dada atau pinggang, dapat
menyebabkan kelumpuhan pada kedua tungkai kaki. Sedangkan cedera saraf tulang belakang
pada area leher, dapat menyebabkan kelumpuhan pada kedua lengan dan tungkai kaki.
Bahkan, bila cedera mengenai bagian atas leher, penderita dapat mengalami kesulitan
bernapas sehingga membutuhkan alat bantu pernapasan.

Tanda dan Gejala Cedera Saraf Tulang Belakang


Secara umum, beberapa gejala di bawah ini bisa muncul akibat cedera saraf tulang belakang:

 Mati rasa atau kesemutan.


 Kesulitan mengontrol buang air besar atau kencing.
 Kesulitan berjalan.
 Hilangnya kemampuan menggerakkan kaki atau lengan (lumpuh).
 Sakit kepala.
 Pingsan atau tidak sadarkan diri.
 Gejala-gejala syok.
 Posisi kepala yang tidak wajar.
 Nyeri, kekakuan, atau tekanan leher, punggung, dan anggota gerak tubuh.

Gejala yang muncul akibat cedera saraf tulang belakang, bergantung pada lokasi saraf tulang
belakang mana yang terkena.
Penyebab Terjadinya Cedera Saraf Tulang Belakang

23
Cedera saraf tulang belakang biasanya terjadi karena kecelakaan atau kekerasan yang merusak
struktur tulang belakang. Beberapa contoh kecelakaan dan kekerasan yang bisa menyebabkan
cedera tersebut, yaitu:

 Jatuh dari ketinggian.


 Kecelakaan kendaraan bermotor yang menyebabkan benturan pada wajah, leher,
punggung, atau dada.
 Cedera pada kepala atau tulang belakang saat berolahraga.
 Tusukan atau tembakan yang mengenai tulang belakang.
 Terjun ke air dangkal dengan bagian bawah tubuh terbentur lebih dahulu.
 Memutar tubuh bagian tengah terlalu kencang atau terlalu kuat.
 Tersengat listrik.

Selain cedera fisik, kondisi tertentu seperti pendarahan, pembengkakan, dan tumor di sekitar
atau di dalam ruas tulang belakang, juga dapat menimbulkan kerusakan saraf tulang belakang.

Yang Harus Dilakukan Bila Terjadi Cedera pada Saraf Tulang Belakang
Jika seseorang mengalami kecelakaan atau serangan kekerasan yang berisiko kepada cedera
saraf tulang belakang, maka dia harus segera mendapatkan pertolongan oleh tenaga medis di
rumah sakit. Perawatan sedini mungkin oleh dokter spesialis saraf pada cedera ini diharapkan
dapat mengurangi risiko komplikasi jangka panjang dan meminimalkan risiko kematian.
Penanganan awal yang sangat penting dilakukan dokter adalah memastikan jalan napas pasien
cedera saraf tulang belakang aman dan pasien dapat bernapas sendiri. Jika terdapat tanda-
tanda kesulitan bernapas, maka pasien harus mendapatkan alat bantu napas. Selain itu, dokter
juga perlu menstabilkan tanda-tanda vital dan mengevaluasi kerusakan saraf yang terjadi pada
pasien.
Beberapa jenis obat untuk meredakan pembengkakan saraf, seperti kortikosteroid
termasuk dexamethasone dan metilprednisolon, mungkin akan diberikan dokter kepada pasien
cedera saraf tulang belakang sebagai penanganan awal. Pemberian obat-obatan kortikosteroid
ini sebaiknya dilakukan selambat-lambatnya 8 jam setelah terjadi cedera saraf tulang
belakang.
Prosedur pembedahan saraf juga bisa menjadi pilihan bagi kasus-kasus tertentu terkait cedera
ini. Pertimbangan untuk dilakukan operasi perlu disesuaikan pada kondisi pasien, serta berat
ringannya derajat kerusakan yang terjadi. Operasi juga menjadi pilihan jika cedera saraf tulang
belakang disebabkan oleh tumor, atau pendarahan yang menekan saraf tulang belakang.
Pasien akan disarankan untuk beristirahat penuh (bed rest) dalam rangka proses pemulihan.
Selain itu, fisioterapi, terapi okupasi, dan rehabilitasi diperlukan untuk menunjang proses
penyembuhan dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
24
E) Pneunomia
pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru (alveoli) yang bersifat akut. Penyebabnya adalah
bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, maupun
pengaruh tidak langsung dari penyakit lain. Bakteri yang biasa menyebabkan pneumonia
adalah Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang menyebabkan
pneumonia adalah adenoviruses, rhinovirus, influenza virus, respiratory syncytial virus (RSV)
dan para influenza virus. Terjadinya pneumonia ditandai dengan gejala batuk dan atau
kesulitan bernapas seperti napas cepat, dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.5
Pada umumnya, pneumonia dikategorikan dalam penyakit menular yang ditularkan melalui
udara, dengan sumber penularan adalah penderita pneumonia yang menyebarkan kuman
dalam bentuk droplet ke udara pada saat batuk atau bersin. Untuk selanjutnya, kuman
penyebab pneumonia masuk ke saluran pernapasan melalui proses inhalasi (udara yang
dihirup), atau dengan cara penularan langsung, yaitu percikan droplet yang dikeluarkan oleh
penderita saat batuk, bersin, dan berbicara langsung terhirup oleh orang di sekitar penderita,
atau memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran pernapasan
penderita

F) Blood Clots
Trombus (bahasa Inggris: blood clot, thrombus; bahasa Yunani: θρόμβος, trombus) adalah
produk terakhir dari proses pembekuan darah pada hemostasis. Trombus terbentuk melalui
proses penumpukan keping darah yang membentuk penyumbat dan aktivasi sistem koagulasi
humoral (misalnya dengan faktor koagulasi.)
G) Wound Wouldn’t Heal
Luka merupakan suatu bentuk kerusakan jaringan pada kulit yang disebabkan kontak dengan
sumber panas (seperti bahan kimia, air panas, api, radiasi, dan listrik), hasil tindakan medis,
maupun perubahan kondisi fisiologis. Luka menyebabkan gangguan pada fungsi dan struktur
anatomi tubuh.1 Berdasarkan waktu dan proses penyembuhannya, luka dapat diklasifikasikan
menjadi luka akut dan kronik. Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks
karena adanya kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi secara berkesinambungan.
Penggabungan respon vaskuler, aktivitas seluler, dan terbentuknya senyawa kimia sebagai
substansi mediator di daerah luka merupakan komponen yang saling terkait pada proses
penyembuhan luka. Ketika terjadi luka, tubuh memiliki mekanisme untuk mengembalikan
komponenkomponen jaringan yang rusak dengan membentuk struktur baru dan fungsional.
Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal,
tetapi juga dipengaruhi oleh faktor endogen, seperti umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-
obatan, dan kondisi metabolik. Proses penyembuhan luka dibagi ke dalam lima tahap, meliputi
tahap homeostasis, inflamasi, migrasi, proliferasi, dan maturase

25
H) Fisioterapi
Fisioterapi adalah perawatan yang dilakukan untuk membantu mengembalikan fungsi dan
gerakan bagian tubuh seseorang akibat luka, sakit, atau hilangnya kemampuan tubuh.

Selain itu, terapi ini juga bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terluka atau sakit di
kemudian hari. Perawatan ini berupa gerakan, latihan, terapi manual, edukasi dan saran.
Semua kalangan dari berbagai umur bisa mengikuti terapi ini. Perawatan akan dipandu oleh
seorang terapis yang membantu pasien untuk mengatasi rasa sakit.

Fisioterapi adalah terapi yang dilakukan berdasarkan ilmu pengetahuan dan pendekatan
‘keseluruhan’ terhadap kesehatan dan kesejahteraan, termasuk gaya hidup pasien secara
umum.

Tak hanya itu, Anda bisa melakukan terapi ini untuk mengelola kondisi medis jangka panjang
seperti asma, bahkan bisa dilakukan bagi Anda yang sedang mempersiapkan persalinan.

Jenis perawatan dalam fisioterapi

Fisioterapi adalah terapi yang dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis perawatan.
Berikut berbagai perawatan yang umumnya digunakan, di antaranya:

Terapi manual

Terapi manual adalah teknik yang digunakan oleh ahli terapi fisik untuk melenturkan sendi
dengan memijatnya langsung menggunakan tangan.

Stimulasisaraftranskutanlistrik
Terapi ini dilakukan dengan menggunakan perangkat kecil yang digerakkan oleh baterai yang
digunakan untuk mengirim arus tingkat rendah melalui elektroda yang ditaruh di permukaan
kulit.Alat fisioterapi yang satu ini bermanfaat untuk meredakan rasa sakit di berbagai bagian
tubuh.

Terapimagnetik
Terapi yang satu ini dilakukan dengan menggunakan elektromagnet dengan berbagai jenis dan
ukuran. Sama seperti stimulasi saraf transkutan listrik, alat fisioterapi ini bermanfaat untuk
mengurangi rasa sakit yang menyerang.

Taping

Taping adalah alat fisioterapi berupa plester elastis yang dimaksudkan untuk menyembuhkan
secara alami bagian tubuh yang cedera. Caranya dengan menyangga dan menstabilkan otot
serta sendi tanpa membatasi geraknya.
26
Alat yang diberi nama kinesio taping ini dipercaya mampu meningkatkan sirkulasi,
mempercepat pemulihan cedera, meringankan rasa sakit, hingga membantu mengatasi
peradangan di dalam kulit.

Diathermy
Diathermy merupakan jenis terapi dengan menggunakan panas yang dialirkan melalui arus
elektromagnetik berfrekuensi tinggi untuk menyembuhkan berbagai kondisi.

Ultrasound dan phonoperesis

Ultrasound terapeutik membantu menurunkan peradangan dengan mendorong panas ke daerah


yang cedera sehingga menyembuhkan kejang otot, meningkatkan metabolisme, dan
meningkatkan aliran darah ke jaringan yang rusak. Sementara phonoporesis adalah teknik
yang memanfaatkan gelombang ultrasonik untuk membantu penyerapan obat oles secara
maksimal.

Berbagai bidang fisioterapi berdasar sasaran pengobatannya

Fisioterapi adalah jenis perawatan yang memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan. Beda
sasaran pengobatan beda pula manfaatnya. Dari sekian banyak kondisi yang bisa diatasi
dengan terapi fisik, berikut tiga di antaranya:

Fisioterapi anak

Fisioterapi anak bertujuan untuk membantu mengobati anak dan remaja dengan berbagai
masalah pada kesehatan fisiknya. Selain itu, terapi ini juga dilakukan untuk membantu
memberikan dukungan pada keluarga dan orangtua yang memiliki anak dengan berbagai
masalah fisik.

Biasanya, terapi ini dilakukan pada anak-anak yang memiliki kesulitan menggerakkan bagian
tubuh, sehingga bisa memaksimalkan perkembangan fisik, aktivitas, dan kemampuan untuk
bermain serta bersosialisasi.

Terapi fisik ini juga dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan yang menghambat
gerak tubuh seperti:

Cerebral palsy

Cerebral palsy adalah sekelompok kondisi yang memengaruhi otot dan juga saraf. Penyakit ini
bukan bawaan lahir tetapi berkembang dan dimulai dari sejak bayi lahir.

27
Berbagai gejala cerebral palsy seperti lengan dan kaki bergerak tidak normal, terlambat bicara
dan berjalan, sulit makan, bentuk otot yang buruk di usia awal kehidupan sehingga membuat
postur tubuh juga abnormal, koordinasi gerak yang buruk, tubuh kaku, dan kejang otot.
Melakukan fisioterapi anak bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah kesehatan
yang satu ini.

Globaldevelopmentdelay
Global development delay (GDD) adalah keterlambatan perkembangan anak dari segi
emosional, mental, dan juga fisik. Biasanya, anak dengan GDD mengalami masalah dalam
pengetahuan bahasa dan cara pengucapan, penglihatan, keterampilan gerak, keterampilan
sosial dan emosional, serta kemampuan berpikir. Melalui fisioterapi anak, GDD bisa diatasi
untuk meningkatkan perkembangannya.

Developmental co-ordination disorder (DCD)


Developmental co-ordination disorder (DCD) atau yang disebut juga dengan dyspraxia adalah
adalah kondisi yang memengaruhi koordinasi fisik anak yang membuat gerakannya tidak
seperti gerakan anak pada umumnya dan terkesan kaku.

Kelainan neuromuskular
Fisioterapi anak bisa dilakukan untuk mengatasi kelainan neuromuskular. Kondisi ini ditandai
dengan ketidakmampuan saraf dan otot untuk bekerja sebagaimana mestinya.

Gangguan ini biasanya memengaruhi saraf terutama yang terletak di luar otak dan sumsum
tulang belakang. Selain itu, kondisi juga memengaruhi otot rangka seperti di batang tubuh,
lengan, dan kaki.

Biasanya, kelainan neuromuskular merupakan penyakit bawaan yang dibawa sejak lahir.
Selain itu, riwayat genetik dikeluarga yang memiliki kondisi serupa juga meningkatkan risiko
masalah kesehatan yang satu ini.

Acquiredbraininjuiry(ABI)
Acquired brain injury adalah kondisi untuk menggambarkan semua jenis cedera otak yang
terjadi setelah lahir. Biasanya otak akan mengalami cedera sebagai akibat dari cedera otak
traumatis, benturan, tumor otak, hingga infeksi dan penyakit tertentu.

ABI pada anak bisa menyebabkan epilepsi, gangguan penglihatan, sentuhan, dan penciuman,
gangguan kemampuan fisik seperti tremor dan lemah otot, hingga gangguan kemampuan
komunikasi seperti terlambat bicara. Fisioterapi anak dapat membantu mengatasi masalah
yang berhubungan dengan masalah fisik.

Down’s Syndrome

28
Down syndrome adalah kondisi genetik yang menyebabkan gangguan belajar pada anak dan
kelainan fisik tertentu, seperti kepala berukuran kecil, berat dan tinggi badan yang lebih
rendah dibanding rata-rata, otot kurang terbentuk dengan sempurna, dan fitur wajah yang
datar.Kondisi ini akan berlangsung seumur hidup. Akan tetapi, dengan perawatan yang tepat,
anak down syndrome dapat tumbuh dengan sehat bahkan melakukan berbagai hal produktif
seperti orang sehat lainnya. Salah satu perawatan yang bisa Anda coba terapkan ialah
fisioterapi anak.Program fisioterapi anak biasanya dimasukkan ke dalam aktivitas hariannya.
Terapis juga akan memberikan pengetahuan sederhana dan pelatihan untuk keluarga agar
dapat membantu serta mendorong anak untuk berlatih program fisioterapi yang telah dibuat.

Fisioterapi neurologis

Terapi fisik neurologis dilakukan untuk orang-orang yang memiliki gangguan neurologis atau
saraf. Misalnya penyakit Alzheimer, parkinson, cedera tulang belakang, dan juga stroke. Salah
satu penyakit yang banyak menggunakan terapi ini ialah stroke.Fisioterapi stroke akan
dilakukan setelah serangan stroke. Biasanya, stroke menyebabkan kerusakan otak. Akibatnya,
Anda akan mengalami kelemahan atau kelumpuhan di salah satu sisi tubuh dan kesulitan
menggerakkan tubuh sehingga menghambat aktivitas harian.Fisioterapi stroke dapat
membantu Anda untuk mendapatkan kembali kekuatan dan kemampuan untuk menggerakkan
tubuh. Neurofisioterapi adalah spesialisasi terapi fisik yang disebabkan oleh kerusakan pada
otak dan sistem saraf seperti pada stroke. Terapis ahli akan membantu membuatkan program
terapi yang sesuai dengan kondisi kesehatan Anda. Umumnya fisioterapi stroke dilakukan
untuk menjaga kondisi kesehatan pascaserangan dan menghindari komplikasi yang bisa
memperlambat proses pemulihan. Dalam program fisioterapi stroke, terapis juga akan
memberi tahu Anda bagaimana posisi yang tepat untuk berbaring dan juga cara duduk yang
aman. Selain itu, terapis akan membantu memotivasi Anda untuk terlibat aktif dan
mempelajari gerakan-gerakan normal tubuh dalam setiap sesi fisioterapi stroke.

Fisioterapi ortopedi

Terapi fisik ortopedi membantu mendiagnosis, mengendalikan, dan mengobati gangguan serta
cedera pada sistem muskuloskeletal. Selain itu, terapi fisik ini juga membantu proses
penyembuhan setelah operasi ortopedi (tulang). Umumnya, ahli terapi ortopedi dilatih untuk
melakukan pengobatan sendi pascaoperasi, cedera olahraga, radang sendi, dan cedera lainnya.
Stimulasi listrik adalah salah satu alat fisioterapi yang sering digunakan untuk mempercepat
pemulihan pasien. Beberapa terapi yang biasanya dilakukan juga adalah terapi panas, terapi
dingin, dan latihan kekuatan. Umumnya cedera khas yang ditangani oleh ahli terapi ortopedi
seperti fraktur, terkilir, dan peradangan pada tendon. Umumnya, ahli terapi fisik ortopedi 
akan merekomendasikan berbagai latihan yang tepat sesuai kondisi. Selain itu, alat fisioterapi
yang dibutuhkan juga akan disesuaikan dengan kondisi tubuh.

29
I) Stem cell
Sel Punca atau stem cell adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi dan mempunyai
kemampuan/potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel yang spesifik yang
membentuk berbagai jaringan tubuh.
Sel Punca mempunyai 2 sifat yang khas yaitu
1. Differentiate yaitu kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi sel lain. Sel Punca
mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel yang khas (spesifik) misalnya sel saraf,
sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas dan lain-lain
2. Self regenerate/self renew yaitu kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi
dirinya sendiri. Stem cells mampu membuat salinan sel yang persis sama dengan
dirinya melalui pembelahan sel.
Berdasarkan pada kemampuannya untuk berdifferensiasi sel punca dikelompokkan
menjadi
1. Totipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi semua jenis sel. Yang
termasuk dalam sel punca totipoten adalah zigot dan morula. Sel-sel ini merupakan sel
embrionik awal yang mempunyai kemampuan untuk membentuk berbagai jenis sel
termasuk sel-sel yang menyusun plasenta dan tali pusat. Karenanya sel punca
kelompok ini mempunyai kemampuan untuk membentuk satu individu yang utuh.

2. Pluripoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi 3 lapisan germinal
(ektoderm, mesoderm, dan endoderm) tetapi tidak dapat menjadi jaringan
ekstraembrionik seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk sel punca pluripoten
adalah sel punca embrionik (embryonic stem cells).
3. Multipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel
misalnya sel punca hemopoetik (hemopoetic stem cells) yang terdapat pada sumsum
tulang yang mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel
yang terdapat di dalam darah seperti eritrosit, lekosit dan trombosit. Contoh lainnya
adalah sel punca saraf (neural stem cells) yang mempunyai kemampuan
berdifferensiasi menjadi sel saraf dan sel glia.
4. Unipotent yaitu sel punca yang hanya dapat berdifferensiasi menjadi 1 jenis sel.
Berbeda dengan non sel punca, sel punca mempunyai sifat masih dapat memperbaharui
atau meregenerasi diri (self-regenerate/self renew) Contohnya erythroid progenitor
cells hanya mampu berdifferensiasi menjadi sel darah merah.
Tantangan Dalam Aplikasi Stem Cell
Tujuan utama dalam aplikasi stem cell ialah untuk regenerasi sel yang telah rusak; dalam
hal ini untuk menggantikan kardiomiosit. Untuk mencapai hasil yang optimal, tentunya
harus dapat menjawab pertanyaan mendasar seperti jenis stem cell, jumlah yang dipakai,
metode isolasi dan penyimpanan sel yang tepat, rute administrasi, serta waktu yang tepat.

30
Jenis Stem Cell Stem cell derivat sumsum tulang yang diisolasi dari aspirat sumsum tulang
paling banyak digunakan karena tingkat aplikabilitasnya yang tinggi, tidak membutuhkan
ekspansi secara in vitro, dan yang paling penting yaitu mampu berdiferensiasi menjadi
berbagai jenis sel.Stem cell mesenkimal juga cukup menjanjikan karena berpotensi
mengalami transdiferensiasi menjadi kardiomiosit serta lebih ditoleransi oleh sistem imun
sehingga risiko penolakan transplantasi sangat rendah. Jumlah Stem Cell Miokard terdiri
atas sekitar 20 juta kardiomiosit per gram per jaringan.43 Rerata ventrikel kiri mempunyai
berat kurang lebih 200 gram, sehingga jumlah kardiomiositnya mencapai kira-kira 4
milyar. Agar infark dapat mengakibatkan gagal jantung, diperlukan kematian sekitar 25%
dari ventrikel,44 sehingga defisit miosit oleh infark yang dapat mengakibatkan gagal
jantung berjumlah sekitar 1 milyar kardiomiosit. Oleh karena itu diperlukan jumlah sel
yang sama disertai sinkronisasi elektromekanik dari jantung inang. Waktu Aplikasi Stem
Cell Pada 48 jam pertama pasca-infark miokard, akan terjadi debridemen dan
pembentukan matriks fibrin sebelum
fase penyembuhan dimulai.45 Setelah 3-4 hari pertama sel infark mengalami adhesi,
molekul konsentrasi akan lebih menstimulasi stem cell yang ditransplan, ke dalam proses
inflamasi dibandingkan pembentukan Hilman Zulkifli Amin eJKI 162 miokardium yang
fungsional.46 Tujuh hari setelah infark miokard, konsentrasi VEGF mencapai puncaknya,
sementara molekul konsentrasi adhesi akan menurun. Setelah 2 minggu pembentukan jejas
terkait infark, manfaat stem cell dalam regenerasi akan menurun, sehingga waktu aplikasi
stem cell yang paling tepat ialah antara 7-14 hari pasca-infark miokard.47 Hal tersebut
sesuai dengan studi REPAIR-AMI, bahwa pasien yang ditransplantasikan stem cell sampai
hari ke-4 pascainfark miokard, tidak menghasilkan manfaat.32 Sementara pada pasien
yang ditransplantasikan pada hari ke 4-8 menunjukkan peningkatan ejeksi fraksi.
Meskipun demikian, masih diperlukan studi yang lebih lanjut terkait hal ini. Pemrosesan
Sel Standardisasi protokol isolasi stem cell merupakan bagian dari faktor mayor dalam
mendukung optimalisasi terapi stem cell. Pada studi ASTAMI yang menggunakan
protokol dengan teknik penyimpanan menggunakan NaCl + plasma, ditemukan bahwa
terdapat penurunan jumlah total sel, colony-forming units (CFU), dan kapasitas stem cell
yang bermigrasi terkait stimulasi SDF, bila dibandingkan studi REPAIR yang
menggunakan protokol Ficoll dan teknik penyimpanan dalam 10 medium X-vivo +
serum.48 Berdasarkan hal itu, masih diperlukan pengkajian lebih lanjut untuk menemukan
protokol yang terbaik dalam optimalisasi terapi stem cell. Metode Aplikasi Stem Cell
Metode aplikasi stem cell yang umum digunakan ialah melalui pendekatan transvaskuler
yang cocok untuk terapi infark yang akan mengantarkan jumlah sel dalam jumlah besar
menuju area jejas. Sel diantarkan menuju lumen sentral melalui inflasi balon kateter dalam
memaksimalkan waktu kontak antara sel dengan sistem mikrosirkulasi arteri yang terkait
area infark. Teknik itu mudah dilakukan dalam waktu kurang dari sejam dan dapat
membuat sel bertahan di area infark. Metode aplikasi stem cell dengan injeksi langsung ke
area infark sulit dilakukan karena memerlukan operasi terbuka di dada.49 Metode aplikasi
intravena lebih efektif karena dapat mencapai jaringan dan pembuluh di sekitar area infark.

31
Sel tidak hanya mencapai area infark saja, namun menjangkau area yang mengalami jejas
sebelumnya dan tidak terdeteksi radiografi, sehingga dapat mencegah masalah yang
mungkin timbul di masa depan di area tersebut.
Penggunaan sel punca embrionik untuk mengobati cidera pada medula spinalis (spinal
cord)
Cidera pada medula spinalis disertai demielinisasi menyebabkan hilangnya fungsi
neuron. Sel punca dapat mengembalikan fungsi yang hilang dengan cara melakukan
remielinisasi . Percobaan dengan sel punca embrionik tikus dapat menghasilkan oligodendrosit
yang kemudian dapat menyebabkan remielinisasi akson yang rusak
Penggunaan sel punca pada penyakit stroke
Pada penyakit stroke dicoba untuk menggunakan sel punca mesenkim (mesenchymal
stem cells (MSC) dari sumsum tulang autolog. Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya. Mesenchymal stem cells diperoleh dari aspirasi sumsum
tulang. Setelah disuntikkan perifer MSC akan melintas sawar darah otak pada daerah otak
yang rusak. Pemberian MSC intravenous akan mengurangi terjadinya apoptosis dan
menyebabkan proliferasi sel endogen setelah terjadinya stroke

Penggunaan sel punca pada infark miokardium


Bartinek telah melakukan intracoronary infusion bone marrow stem cells otolog pada
22 pasien dengan AMI dan mendapatkan hasil yang baik. Penelitian terkini menunjukkan
bukti awal bahwa adult stem cells dan embryonic stem cells dapat menggantikan sel otot
jantung yang rusak dan memberikan pembuluh darah baru. Strauer et al. mencangkok
mononuclear bone marrow cell autolog ke dalam arteri yang menimbulkan infark pada saat
PTCA 6 hari setelah infark miokard. Sepuluh pasien yang diberi stem cells area infarkya
menjadi lebih kecil dan indeks volume stoke, left ventricular end systolic volume,
kontraktilitas area infark dan perfusi miokard menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
Bioetika Pada Penelitian Stem Cells
Manfaat yang diperoleh dari penggunaan sel punca embrionik (embryonic stem cell)
dalam bidang kedokteran amat besar, namun sumber sel punca embrionik ini merupakan
masalah etika yang perlu mendapat perhatian.
Berkembangnya penelitian stem cell dan penggunaan stem cell dalam upaya untuk
mengobati penyakit pada manusia akan mengakibatkan timbulnya masalah dalam hal etik. Hal
utama terkait dengan masalah etik adalah sumber stem cell tersebut. Berbagai masalah etika
yang perlu dipikirkan adalah
1. Apakah penelitian embrio manusia secara moral dapat dipertanggung jawabkan?

32
2. Apakah penelitian embrio yang menyebabkan kematian embrio merupakan pelanggaran
terhadap hak azasi manusia (HAM) dan berkurangnya penghormatan terhadap mahluk
hidup?
3. Apakah penyalah gunaan dapat diketahui dan dikendalikan?
4. Apakah penggunaan embrio sisa proses bayi tabung pada penelitian diperbolehkan?
5. Apakah penelitian khusus membuat embrio untk digunakan diperbolehkan?
Isu bioetika utama dalam penelitian dan penggunaan stem cell adalah penggunaan stem
cell embrio terutama tentang sumber sel tersebut yaitu embrio. Sumber embrio adalah hasil
abortus, zigot sisa IVF dan hasil pengklonan. Pengklonan embrio manusia untuk memperoleh
stem cell merupakan isu yang sangat menimbulkan kontroversi. Hal ini terkait dengan isu
”awal kehidupan” dan penghormatan terhadap kehidupan. Pengklonan embrio manusia untuk
memperoleh stem cell menimbulkan kontroversi karena berhubungan dengan pengklonan
manusia yang ditentang oleh semua agama. Dalam proses pemanenan stem cell embrio terjadi
kerusakan pada embrio dan menyebabkan embrio tersebut mati. Adanya anggapan bahwa
embrio berstatus sama dengan manusia menyebabkan hal tersebut tidak dapat
diterima.Perdebatan yang cukup ramai adalah mengenai status moral embrio, apakah embrio
harus diperlakukan sebagai manusia atau sebagai sesuatu yang berpotensi untuk menjadi
manusia atau sebagai jaringan hidup tubuh lainnya. Lebih jauh lagi apakah embrio yang
berkembang dianggap sebagai mahluk hidup. Penggunaan stem cell yang berasal dari surplus
zigot pembuatan bayi tabung sendiri. juga menimbulkan kontroversi. Pendapat yang moderat
mengatakan ketimbang surplus zigot itu dibuang, sebaiknya dipakai saja untuk penelitian.
Sebaliknya ada juga yang berpendapat bahwa sisa itu harus dipelihara hingga zigot itu mati.
Multiple fraktur
Multiple fraktur adalah keadaan dimana terjadi hilangnya kontinuitas jaringan 2 tulang lebih
dari satu garis yang disebabkan oleh tekanan eksternal yang di tandai oleh rasa nyeri, pembengkakan,
deformitas dan gangguan fungsi pada area fraktur.

33
34
BAB 7
PETA KONSEP

MATERI

PENYAKIT PROSEDUR ANATOMI

LOSE SENSATION OPERASI SHATTERING CERVICAL V


PARALYZED C1 DAN C2 SPINAL COLLUMN
PNEUMONIA TERAPI FISIK FRAKTUR

35
BAB 8
BHP DAN PHOP
BIOETIK
Pada bioethic humanity program dokter harus meyakinkan pasien agar bisa yakin ada harapan
untuk sembuh tetapi dokter juga tidak boleh mengatakan pasti bisa sembuh. Dalam bioethic stem cell
kita harus mengatakan dampak positive, dampak negative dari stem cell dan harus nmengatakan
perdebatan tentang stem cell agar pasien yakin untuk menggunakan metode stem cell atau tidak
menggunakannya. Karena stem cell masih dalam penelitian dokter juga harus menggunakan surat
persetujuan dari pasien atau persetujuan dari keluarga pasien agar dokter tidak dianggap mal praktek.
Karena pekerjaan dokter adalah pekerjaan yang sangat rawan, karena kalau kita salah mengobati atau
yang diobati tambah parah keadaanya kalau tidak ada persetujuan dari pasien atau pihak keluarga
dokter akan terancam dipenjara karena tuduhan mal praktek.

PUBLIC HEALTH
Sehat menurut UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan jika arti sehat adalah
keadaan sehat baik fisik, mental, spiritual, dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan menutut Teori Blum 1981, sehat itu dapat dipengaruhi
oleh 4 faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku masyarakat, faktor pelayanan kesehatan, dan
faktor keturunan.

Pada kasus Christoper, ia dikatakan sakit karena ada beberapa persyaratan yang tidak terpenuhi
untuk dikatakan sehat. Fisik Christoper mengalami cacat pada bagian tulang leher C1 dan C2,
mengalami lumpuh, dan gangguan pernafasan. Mental, spiritual, dan sosialnya masih sehat karena
Christoper menerima segala kondisi kekurangannya dan tetap percaya kalau masih bisa disembuhkan
pada saat itu. Serta sudah tidak bisa produktif lagi seperti kondisi semula. Kondisi perekonomian
Christoper masih baik karena ia mampu untuk menjalani beberapa tahapan medis seperti operasi, terapi
fisik dan terapi stem cell.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan Christoper menurut Teori Blum, faktor
lingkungannya sudah baik karena selalu mendukung untuk kesembuhan Christoper, hanya saja ada
beberapa tindakan medis yang membuatnya semakin sakit seperti adanya gap pasca operasi, adanya
infeksi pada paru-paru yang menyebabkan pneumonia. Pada diri Christoper sendiri sudah optimis jika
bisa sembuh dan melanjutkan hidupnya lagi. Karena mainsed juga sangat berperan dalam percepatan
proses penyembuhannya. Ditinjau dari segi pelayanan kesehatan sudah mendukung dan berusaha

36
sebaik mungkin dalam memberikan pelayanan terhadap pasien, sehingga Christoper bisa disembuhkan
meskipun tidak bisa kembali normal seperti pada semula.

BAB 9
DAFTAR PUSTAKA

Blum, Hendrik L.. 1981. Planning for Health: Generics for The Eighties. New York: Human Sciences
Press
Cafasso, Jacquelyn. 2016. Stem Cell Research: Uses, Types and Examples. Chigaco: University of
Illinois Chicago
Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Lembaran Negara RI Tahun 2009 No. 144. Jakarta: Sekretariat Negara

Anwar,Athena.2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat vol.8 no.8. Jakarta :359-362


Carraso Nicole and Samuel Z.2002.TreatmentOf Blood Clots Vol 106 No 20.New York.
106:e138–e140
dr. Jusuf,Aulia Ahmad. 2008. Aspek Dasar Sel Punca Embrionik dan Pengembangannya.
Jakarta:5-25
Henky Jefri.2012. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 16, NO. 1, JUNI 2012.Bandung : 17-22

37

You might also like