You are on page 1of 65

LAPORAN TUTORIAL 4

MULTIPLE FRACTURES

Nama Kelompok : A3
Nama Tutor : DR. Loo Hariyanto Raharjo. M.SI
Ketua Kelompok : Teofilus Dani P.
Sekretaris Kelompok : Anak Agung Ayu Arisita D.
Anggota Kelompok :
1. Raihan Daffa Kurniady 19700013
2. Andre Luciano Fenji C 19700015
3. Desak Putu Dayita N. 19700017
4. Ravega Surya Adam 19700014
5. Mochammad Mirza A. P. 19700016
6. Anak Agung Ayu Arisita D. 19700018
7. Teofilus Dani P. 19700089
8. Ardian Fakhri Aziz 19700091
9. Viona Rindu P. 19700093
10. Pasha Ayu Pristisa 19700090
11.Wiowen Izaaz Hernando 19700092
12. Devi Ma’ariful A. 19700094
13. Triesta Mystah Istyadzah 19700153

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI ……………….………………………………………………………………..........2
SKENARIO ……………………………………………………………………………………...3
TABEL DISKUSI …………………………………………………………………………….4
BAB 1 KATA SULIT ………………………………………………………………………….....6
1.1 Kata Sulit ………………………………………………………………………….....6
1.2 Klarifikasi ……………………………………………………………………….........6

BAB 2 DAFTAR MASALAH …………………………………………………………………....8


BAB 3 BRAINSTORMING …………………………………………………………………....9
3.1 Jawaban Daftar Masalah …………………………………………………………...9
3.2 Info Lain …………...………………...………….......................................................9
3.3 Saya Tidak Tahu …………………………………………………………………..16

BAB 4 PETA MASALAH ………………………………………………………………......17


BAB 5 TUJUAN PEMBELAJARAN ………………...………………………………………..18
BAB 6 TINJAUAN PUSTAKA ……………………………..……………...…...19
BAB 7 PETA KONSEP …………...………………………………………...……………48
BAB 8 BHP DAN PHOP …………………………………………………………………. 49
DAFTAR PUSTAKA ………………………...……………………………………....................63

2
SKENARIO

What a great moment for Family Dipsy. The oldest son of this family, Diego Dipsy was
graduated from a famous university. The whole family consisting of Mr. Dipsy, Mrs. Dipsy, Diego,
and his both sisters were in a trip to attend this special occasion. This family lived in another city
located around 200 km from the university. The first half of journey was very exciting. The family
enjoyed the nice landscape. Diego, the driver, drove the car very fast. Mr. And Mrs. Dipsy had
several times reminded him to slow down the car.
Diego, abruptly, lost his control on the car. The car was crashed with a motorcycle. The
blood was everywhere. In addition, the rider did not wear helmet. The medical team promptly
rescued the traffic accident victims. Diego and his family members had moderate wounds and soft
tissue trauma on their hands and feet.
The condition of the motorcycle rider was very worrying. He suffered from head injury
and multiple fractures on upper and lower limbs, thorax, and abdomen. The doctors were going to
perform emergency surgery to remove the blood accumulated in the cranium. However, they could
not give a promise for a full recovery after surgery.
The doctor performed several x-ray examinations :
 X-ray of the left shoulder region :
Fracture of the humeral neck with the dislocation of the humeral head.
 X-ray of the left leg :
Displaced fractures of the tibia and the fibula.
 X-ray of the right hip joint :
Fracture of the femoral neck occuring thought the epiphysis

Several months later, the wounds of Diego’s family had totally healed. But, the effect of
surgery performed to the motorcycle rider still lead to other problems such as prolonged headache
and difficulty in concentration and cope with work. In addition, he sometimes felt abdominal
discomfort and pain on the anterior thoracal wall. The fractures were healed anyway.

3
TABEL DISKUSI

PROBLEM HIPOTESIS INFO LAIN SAYA LEARNING


TIDAKTA ISSUES
HU
1. Penyebab 1. Pengendar 1. Otot 1. Istilah a
Diego hilang a motor 2. Saraf natomi
control. mengalami 3. Pembulu 2. Sistem
2. Efek & cedera h darah kerangk
resiko tidak kepala 4. Ligament a umum
memakai karena 5. Tendon 3. Sendi
helm saat tidak manusia
berkendara memakai secara
3. Hubungan fr helm. umum
aktur pada le 2. Dokter 4. Otot
her femur d melakukan tubuh
engan terjadi X-Ray secara
epifisis karena umum
4. Pertimbanga adanya dan
n dokter dugaan penyem
sehingga patah buhan
melakukan tulang. fraktur
operasi 3. Fraktur 5. Prosedur
darurat. pada leher etis
5. Setelah oper femur dalam
asi pengenda mengakiba pembeda
ra motor me tkan han
ngalami saki epifisis. 6. Risiko
t kepala, tida 4. Pengendar kesehata
k nyaman di a mobil n
perut. mengalami
6. Dokter mela trauma
kukan X-Ra jaringan
y lunak
7. Diego & diakibatka
keluarganya n

4
mengalami kecelakaan
trauma .
jaringan 5. Dokter
lunak. melakukan
8. Dokter tidak operasi
bisa darurat
menjanjikan untuk
untuk pulih menghilan
sepenuhnya gkan darah
saat operasi. yang
terkumpul
di
tempurung
kepala.

5
BAB 1
KATA SULIT

1.1 Kata Sulit


1. Abruptlylost his control
2. Moderatewounds
3. Softtissue trauma
4. Headinjury
5. Fracture
6. Removethebloodaccumulated
7. Fullrecoveryaftersurgery
8. Performedseveral X-rayexamination
9. X-ray
10. Humeralneck
11. Discolation
12. Tibia
13. Femoralneck
14. Epiphisis
15. Humeralhead
16. Fibula
17. Limbs
18. Thorax
19. Abdomen
20. Leftshoulder region
21. Cranium
22. The effectofsurgery
23. Prolongeheadache
24. Difficulty in concentration
25. Abdominal discomfort
26. Anterior thoracalwall

1.2 Klarifikasi
1. Tiba-tiba hilang kontrol
2. Hilang atau rusaknya sebagian jaringan atau tubuh
3. Cidera jaringan lunak
4. Kondisi struktur kepala mengalami benturan luar

6
5. Patah tulang
6. Menghilangkan akumulasi darah
7. Pemulihan setelah operasi
8. Melakukan pemeriksaan X-ray
9. Rongten (bentuk radiasielektromagnetik dengan panjang gelombang 10 nm-10
pikometer
10. Lengan, bagian atas
11. Cidera pada sendi yang terjadi ketika tulang bergeser dan keluar dari posisi normal
12. Tulang pipadengan sebuah batang dan 2 ujung
13. Paha bagian atas
14. Ujung tulang tubuh yang membuat sendi
15. Lengan bagian atas
16. Tulang lutut yang terletak di bagian lateral dari tibia
17. Anggota badan
18. Bagian tubuh dari tulang dada, ruas tulang belakang, tulang rusuk
19. Perut
20. Bahu bagian kiri
21. Tulang pelindung otot
22. Efek dari operasi
23. Sakit kepala yang berkepanjangan
24. Susah konsentrasi
25. Daerah perut tidak nyaman
26. Dinding thorax bagian depan

7
BAB 2
DAFTAR MASALAH

1. Diego mengendarai mobil dengan kcepatan tinggi.

2. Diego kehilangaan kendali mobil hingga menabrak pengendara motor.

3. Pengendara motor tidak memakai helm.

4. Diego dan keluarga mengalami luka sedang berupa trauma jaringan lunak pada bagian tang
an dan kaki.

5. Ada cedera kepala yang dialami pengendara motor dan mengalami multiple fracture.

6. Multiple fracture terdiri dari cedera di anggota badan atas dan bawah thorax dan abdomen.

7. Dilakukan operasi darurat untuk menghapus penggumpalan darah pada tengkorak kepala.

8. Tidak dapat menjajnikan penyembuhan total selama malakukan sesuatu.

9. Hasil foto rontgen yang terdapat pada tulang leher humerus dengan dislokasi pada tulang k
epala humerus.

10. Hasil foto rontgen yang terdapat fracture displaced pada tibia dan fibula pada kaki kiri.

11. Hasil foto rontgen yang terjadi fractur leher femur melewati daerah ophiphysis.

12. Keluarga diego sembuh total.

13. Pengendara motor masih mengalami sakit kepala berkepanjangan, kesulitan berkonsentrasi,
penyelesaian masalah susah, perut tidak nyaman, nyeri pada bagian tulang dada bagian de
pan tetapi fraktur sembuh

14. Mengapa dokter tidak bisa menjanjikan untuk pulih sepenuhnya saat operasi?

8
BAB 3
BRAINSTORMING

3.1 Jawaban Daftar Masalah


1. Karena Diego melaju dengan kecepatan tinggi
2. Efeknya akan sangat fatal terhadap kepala seperti resiko terjadinya gagar otak ringan
maupun berat, fraktur pada cranium sehingga dapat menyebabkan pendarahan di otak
hingga dapa menyebabkan kematian.
3. Apabila terjadi epifisis femoral, maka satu atau dua sisi kepala femoral (tulang paha) p
ada sendi pinggul bergeser dari posisi normal.
4. Hasil dari X-ray pasien tersebut menggambarkan banyak terjadinya fraktur sehingga h
asil tersebut digunakan sebagai pertimbangan oleh dokter untuk melakukan operasi dar
urat tersebut.
5. Karena hal tersebut merupakan efek dari operasi besar yang dilakukan, operasi besar p
asti menimbulkan efek setelahnya.
6. Untuk mengetahui dan membantu dokter mendiagnosis serta memantau beberapa kond
isi tubuh seperti patah tulang dan lain lain.
7. Karena Diego dan keluarganya mengalami kecelakaan dengan mengendarai mobil sehi
ngga posisi saat kecelakaan tidak terlalu fatal dampaknya sehingga hanya mengalami t
rauma jaringan lunak di tangan dan kakinya.
8. Karena dipengaruhi posisi saat pengendara motor tersebut terjadi kecelakaan, kemung
kinan saat kecelakaan juga mengalami benturan yang sangat keras sehingga menyebab
kan fraktur.
9. Karena hal tersebut termasuk dalam etik seorang dokter dimana dokter tidak boleh me
njanjikan sesuatu kepada pasien melainkan berusaha semaksimal mungkin untuk kese
mbuhan pasien tersebut

3.2 Info Lain


1. Otot
 Pengertian/ Definisi Sistem Muskular (Otot)

Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi seperti untuk alat gerak,menyimpan
glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot jantungdan otot rangka. Otot
merupakan alat gerak aktif yang mampu menggerakkan tulang, kulitdan rambut setelah mendapat
rangsangan. Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaituuntuk berkontraksi.Sekitar 40%
sampai dengan 50% berat dari tubuh kita adalah otot. Tubuh manusiamemiliki lebih dari 600 otot

9
rangka mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki yang berfungsiuntuk menggerakan seluruh
tubuh kita. Otot memiliki sel-sel yang tipis dan panjang. Otot bekerja dengan cara mengubah
lemak dan glukosa menjadi gerakan dan energy panas.Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan
pada tulang-tulang kerangka tubuh olehtendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah
permukaan kulit.Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut
melekatdan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.Penopang tubuh dan mempertahankan
postur. Otot menopang rangka danmempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau
saat duduk terhadap gayagravitasi.Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis
menghasilkan panas untukmepertahankan suhu tubuh normal.Jaringan otot berasal dari lapisan
mesoderm dari sel germinal embrio dalam prosesyang dikenal sebagai myogenesis . Ada tiga jenis
otot , tulang atau bertingkat , jantung , danhalus . Aksi otot dapat diklasifikasikan sebagai baik
sukarela atau paksa . Jantung dan halusotot kontrak tanpa pikiran sadar dan disebut paksa ,
sedangkan otot rangka kontrak atasperintah . Otot rangka pada gilirannya dapat dibagi menjadi
serat berkedut cepat danlambat.
 Ciri-ciri sistem muskuler/otot
Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika sedang berelaksasi.Kontraksi otot
terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan. Relaksasi otot terjadi jika ototsedang beristirahat.
Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:
1. Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidakmelibatkan
pemendekan otot.
2. Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi olehimpuls,Serabut
otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi panjangotot saat rileks.
3. Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksiatau meregan
g.
 Jenis Otot

Jenis otot terbagi menjadi 3 yakni :

A. Otot rangka

Merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.

 Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan lebar
berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.
 Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer.

10
Kontraksinya sangat cepat dan kuat. Nama lain: otot rangka, otot serat lintang (musculus striated)
atau otot involunter
Struktur : serabut panjang, berwarna/lurik dengan garis terang dan gelap, memiliki inti dalam
jumlah banyak dan terletak dipinggir
Kontraksi: menurut kehendak kita (dibawah kendali sistem syaraf pusat), gerakan cepat, kuat, mud
ah lelah dan tidak beraturan

Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka :

 Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabutserabut berbentuk silinder
yang panjang, disebut myofiber /serabut otot.
 Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai banyak
nukleus ditepinya.
 Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh dengan bermacammacam organella, ke
banyakan berbentuk silinder yang panjang disebut dengan myofibril.
 Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang berbeda-beda ukurannya :

- yang kasar terdiri dari protein myosin


- yang halus terdiri dari protein aktin/actin.

B. Otot Polos
Merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding berongg
a seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada system respiratorik, penc
ernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah.Serabut otot berbentuk spindel dengan nuk
leus sentral. Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh darah) sam
pai 0,5 mm pada uterus wanita hamil. Kontraksinya kuat dan lamban.
Kontraksi : tidak menurut kehendak atau diluar kendali sistem saraf pusat, gerakan lambat, ritmis
dan tidak mudah lelah.

Struktur Mikroskopis Otot Polos : Sarcoplasmanya terdiri dari myofibril yang disusun oleh myof
ilamen-myofilamen.

Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot distimulasi untuk
berkontraksi.
 Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh darah besar, pada jalan udara besar
traktus respiratorik, pada otot mata yang memfokuskan lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan
pada otot erektor pili rambut.

11
 Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun dalam lapisan dinding organ berongga atau
visera. Semua serabut dalam lapisan mampu berkontraksi sebagai satu unit tunggal. Otot ini dapat
bereksitasi sendiri atau miogenik dan tidak memerlukan stimulasi saraf eksternal untuk hasil dari
aktivitas listrik spontan.

C.Otot Jantung

 Merupakan otot lurik


 Nama lain: Myocardium atau musculus cardiata
 Disebut juga otot seran lintang involunter
 Otot ini hanya terdapat pada jantung
 Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa istiraha
t, yaitu setiap kali berdenyut.
 Struktur Mikroskopis Otot Jantung : Mirip dengan otot skelet, bentuk serabutnya memanjang,
silindris, bercabang. Tampak adanya garis terang dan gelap. memiliki satu inti yang terletak di t
engah
Kontraksi: tidak menurut kehendak, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah
lelah

 Fungsi Otot :
1. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut
melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk
terhadap gaya gravitasi.
3. Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mempertahankan suhu tubuh normal.
Kontraksi otot polos disebabkan oleh empat faktor:
1.Neksus
2.Tarikan mekanik yang bersifat local
3. Pengaruh hormonal mis. Oksitosin
4. Inervasi saraf otonom
4. Kontraksi ritmis pada peristaltik dapat mendorong makanan ke arah belakang.
Kontraksi otot polos yang tidak terkoordinasi dan tersendiri membangkitkan
gejala kejang (Spasmus).

12
5. Secara embriologik otot polos berkembang dari mesenkhim atau mesoderm,
kecuali pada iris (mata) dan kelenjar keringat berasal dariektoderm.
Perkembangan dimulai dari mioblas yang selanjutnya membelah secara mitosis
yang menghasilkan otot polos.

2. Saraf

Pengertian
 Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh
kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya.
 Sistem Saraf tersusun dari jutaan serabut sel saraf (neuron) yang berkumpul membentuk suatu
berkas (faskulum). Neuron adalah komponen utama dalam sistem saraf.

Fungsi Sistem Saraf


Sebagai alat pengatur dan pengendali alat-alat tubuh, maka sistem sarafmempunyai 3 fungsi utama
yaitu :
1.Sebagai Alat KomunikasiSebagai alat komunikasi antara tubuh dengan dunia luar, hal ini
dilakukan olehalat indera, yang meliputi : mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Denganadanya
alat-alat ini, maka kita akan dengan mudah mengetahui adanya perubahan yang terjadi disekitar
tubuh kita.

2.Sebagai Alat PengendaliSebagai pengendali atau pengatur kerja alat-alat tubuh, sehingga dapat
bekerjaserasi sesuai dengan fungsinya. Dengan pengaturan oleh saraf, semua organtubuh akan
bekerja dengan kecepatan dan ritme kerja yang akurat.

3. Sebagai Pusat Pengendali TanggapanSaraf merupakan pusat pengendali atau reaksi tubuh
terhadap perubahan atau reaksi tubuh terhadap perubahan keadaan sekitar. Karena saraf sebagai
pengendali atau pengatur kerja seluruh alat tubuh, maka jaringan saraf terdapat pada seluruh pada
seluruh alat-alat tubuh kita.

Struktur Sel Saraf


Sel saraf terdiri dari Neuron dan Sel Pendukung
1. Neuron
Adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma.a)
Badan sel atau perikarionSuatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.Bagian ini
tersusun dari komponen berikut :

13
• Satu nukleus tunggal, nucleolus yang menonjol dan organel lain sepertikompleks golgi dan
mitochondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentrioldan tidak dapat bereplikasi.
• Badan nissi, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom bebas serta berperan
dalam sintesis protein.
• Neurofibril yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melaluimikroskop cahaya jika
diberi pewarnaan dengan perak.
2. Dendrit
Perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta berfungsi untuk menghantar im
puls ke sel tubuh.
3. Akson
Suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrite. Bagianini menghantar imp
uls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot ataukelenjar) atau ke badan sel neuron y
ang menjadi asal akson.

Klasifikasi Neuron
Berdasarkan Fungsi dan Arah transmisi Impulsnya, neuron diklasifikasi menjadi :
• Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor padaorgan indera atau suatu
organ internal ke SSP (Sistem Saraf Pusat).
• Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP (Sistem Saraf Pusat) keefektor /otot
• Neuron konektor ditemukan seluruhnya dalam SSP (Sistem Saraf Pusat) Neuron ini
menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau menyampaikaninformasi ke interneuron lain.

Berdasarkan bentuknya, neuron dapat diklasifikasikan menjadi :


• Neuron unipolar hanya mempunyai satu serabut yang dibagi menjadi satucabang sentral yang
berfungsi sebagai satu akson dan satu cabang perife yang berguna sebagai satu dendrite. Jenis
neuron ini merupakan neuron-neuronsensorik saraf perifer (misalnya sel-sel ganglion
cerebrospinalis).
• Neuron bipolar mempunya dua serabut, satu dendrite dan satu akson. Jenis ini banyak dijumpai
pada epithel olfaktorius dalam retina mata dan dalam telingadalam.
• Neuron multipolar mempunyai banyak dendrite dan satu akson. Jenis neuronini merupakan yang
paling sering dijumpai pada sistem saraf sentral (sel sarafmotoris pada cornu anterior dan lateralis
medulla spinalis, sel-sel ganglionotonom)

14
3. Pembuluh Darah

Sistem peredaran darah bila dipelahari secara khusus dapat dibagi menjadi beberapa bagian seperti
berikut
1. Peredaran darah pulmonal
2. Peredaran darah sistematik, terdiri dari :
a. Peredaran darah coroner
b. Peredaran darah portal / mesenterial ( daerah perut )
c. Peredaran darah renal / ginjal
d. Peredaran darah sereberal / dalam otak
e. Peredaran darah kulit
Darah yang mengalir, beredar di seluruh tubuh dapat dibedakan kedalam 3 kelompok :
1. Arteri, fungsi dari arteri adalah mengalirkan darah dari dalam jantung ke semua
pembuluh darah kapoler agar darah dapat masuk ke dalam jaringan jaringan tubuh. Arteri adalah
penbuluh darah yang dindingnya paling tebal dan kuat, karena harus menerima tekanan darah ynag
kuat. Dinding arteri tersusun dari 3 lapisan, yaitu : lapisan intima, media, dan aventisia. Intima
adalah lapisan yang halus yang letaknya pada bagian permukaan pembuluh. Kehalusannya
berfungsi agar aliran darah tidak terhambat, juga agar butir butir darah yang melaluinya tidak
rusak. Media adalah laprsan bagian tengah dan merupakan lapisan yang paling kuat. Menurut
Kertohoesodo ( 1982 ) Lapisan tersebut disusun dari campuran jaringan yang elastis dan jaringan
otot. Semakin besar pembutluh nadi, semakin banyak jaringan elsastisnya, manfaatnya adalah
unutk meredam tekanan darah yang naik turun agar tekanan menjadi related tetap. Sebalikanya
semakin kecil pembulih nadi, semakin banyak ototnya. Pada arteri ayng aling kecil / Arterioli
lapisan media hamper seluruhnya terdiri dari jaringan otot. Lapisan adventisia adalah lapisan yang
ebrada di bagian luar pembuluh. Didalamnya terdapt serabut serabut saraf yang menghantarkan
rangsangan agar pembuluh kapiler dapat menjalankan fungsinya.
2. Pembuluh darah kapiler, sebagai anak cabang pembuluh darah yang palling halus dan
berfungsi sebagai sarana pertukaran zat zat yang diperlukan oleh jaringan dengan sisa sisa
pembakaran dalam jarigan., selain ukurannya sangat kecil, panjangnya hanyak 1/10 inch,
dindingnya hanya dilapisi oleh satu lapisan sel sel endotil. Bila pembuluh darah kapiler tersebut
tersumbat, khusunya yang bertugas untuk menjamin pekerjaan jantung, maka kesehatan jantung
akan terganggu, bahkan terhenti. Sesuai dengna ukuran penampangnya tekanan darah pada kapiler
menurut Kertohoesodo ( 1982 ) “ hanya kurang lebih 30 mmHg sehingga dapat ditahan oleh
dinding pembuluh kapiler yang sangat tipis”. Selanjutnya menurut Guyton ( 1976 ) jumlah kapiler
dalam jaringan tubuh hampir 10 bilion, luas penampangnya secara keseluhuran lebih dari 100 m 2,
dan tebal dindidng kurang dari 1 micron, kemudian pada dinding ada lubang yang memungkinkan
terjadinya peristiwa difusi.

15
3. Vena atau pembuluh darah balik.
Pembuluh darah balik ini fungsinya mengalirkan darah ke seluruh jaringan tubuh, kemudian
kembali ke dalam jantung. Selain itu, vena juga disebut sebagai salah satu reservoir darah. Dinding
vena tidak setebal dan sekuat dinding arteri, kemudian tekanan dalam dinding vena lebih rendah
dari tekanan dalam kapiler.

4. Ligamen
Dalam bidang anatomi, ligamen merupakan tisu berserat yang menyambungkan sesama tulang dan
juga dikenali sebagai ligamen persendian, larua persendian, ligamen berserat, atau ligamen sejati.
Fungsi ligamen ialah gentian tisu penghubung yang liat , kuat dan kenyal. -ligamen adalah elastik
dan menghubungkan tulang dengan tulang pada sendi supaya tidak mudah tergeliat. -Sifat elastik
ligamen membenarkan tulang dibengkokkan pada sendi. -Ligamen juga memberi sokongan dan
kekuatan kepada sendi.

5. Tendon
Tendon (juga disebut sinew atau urat) adalah sekumpulan jaringan ikat berserat kuat yang
menghubungkan jaringan otot dengan tulang. Jaringan ini cukup kuat untuk menahan tegangan.
Jaringan tendon sangat mirip dengan ligamen dan fascia; ketiganya terbuat dari kolagen. Ligamen
menghubungkan tulang dengan tulang lain; fasciae menghubungkan otot dengan otot. Tendon dan
otot bekerja sama untuk menggerakkan kerangka tubuh.

16
BAB 4
PETA MASALAH

17
BAB 5
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Untuk memahami istilah anatomi (bidang,arah,gerakan)


2. Untuk mempelajari sistem kerangka umum (kepala,leher,dada,panggul,dan ekstermitas)
3. Untukmempelajarisendimanusiasecaraumum
4. Untukmempelajariotottubuhsecaraumum(epitel,jaringanikattermasuktulangdantulangrawan
,otot)danprosespenyembuhanfraktur
5. Untukmengetahuidanmemahamiproseduretisdalampembedahan
6. Untukmemahamirisikokesehatan

18
BAB 6
TINJAUAN PUSTAKA

TULANG EKSTREMITAS ATAS

Kerangka Anggota Gerak Atas Kerangka anggota gerak atas dikaitkan dengan kerangka
badan dengan perantaraan gelang bahu yang terdiri dari skapula dan klavikula. Tulang-tulang
yang membentuk kerangka lengan antara lain : gelang bahu (skapula dan klavikula), humerus,
ulna dan radius, karpalia, metakarpalia dan falangus Gelang Bahu Gelang bahu yaitu persendian
yang menghubungkan lengan dengan badan. Pergelangan ini mempunyai mangkok sendi yang
tidak sempurna oleh karena bagian belakangnya terbuka. Bagian ini di bentuk oleh dua buah
tulang yaitu skapula dan klavikula Bagian-bagian Tulang Ekstremitas Bagian-Bagian Ini Akan
Dijelaskan Bagian-Bagian Dari Ekstremitas Atas.
Bagian Ekstremitas Atas terdiri dari :
1. Tulang Skapula
2. Tulang Klavikula
3. Tulang Humerus
4. Tulang Ulna
5. Tulang Radius
6. Tulang Karpal a.dan Metacarpal b.

 Falang Tulang Skapula

Skapula (tulang belikat) terdapat di bagian punggung sebelah luar atas, mempunyai tulang iga
I sampai VIII, bentuknya hampir segitiga. Di sebelah atasnyamempunyai bagian yang di sebut
spina skapula. Sebelah atas bawah spina skapula terdapatdataran melekuk yang di sebut fosa
supraskapula dan fosa infraskapula. Ujung dari spina scapula di bagian bahu membentuk taju yang
di sebut akromion dan berhubungan dengan klavikula dengan perantara persendian. Di sebelah
bawah medial dari akromion terdapat sebuah taju menyerupai paruh burung gagak yang disebut
dengan prosesus korakoid. Di sebelah bawahnya terdapat lekukan tempat kepala sendi yang di
sebut kavum glenoid

 Tulang Klavikula

Klavikula adalah tulang yang melengkung membentuk bagian anterior dari gelang bahu.
Untuk keperlua pemeriksaan dibagian atas batang dan dua ujung. Ujung medial disebut
extremitas sternal dan membuat sendi dengan sternum. Ujung lateral disebut extremitas akrominal,

19
yang bersendi pada proseus akrominal dari scapula. Fungsi kavikula yaitu member kaitan kepada
beberapa otot dari leher dan bahu dan dengan demikian bekerja sebagai penompang lengan.

 Humerus

Humerus (tulang pangkal lengan) mempunyai tulang panjang seperti tongkat. Bagian yang
mempunyai hubungan dengan bahu bentuknya bundar membentuk kepala sendi yang di sebut
kaput humeri. Pada kaput humeri ini terdapat tonjolan yang di sebut tuberkel mayor dan minor. Di
sebelah bawah kaput humeri terdapat lekukan yang di sebut kolumna humeri. Pada bagian bawah
terdapat taju (kapitulum, epikondius lateralis dan epikondilus medialis). Di samping itu juga
mempunyai lekukan yang disebut fosa koronoid (bagian depan) dan fosa olekrani (bagian
belakang).

 Ulna

Ulna adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan dua ujung. Tulang itu
adalah tulang sebelah medial dari lengan bawah dan lebih panjang dari radius. Kepala ulna berada
disebelah ujung bawah. Di daerah proksimal, ulna berartikulasi dengan humerus melalui fossa
olecranon (di bagian posterior) dan melalui prosesus coronoid (dengan trochlea pada humerus).
Artikulasi ini berbentuk sendi engsel, memungkinkan terjadinya gerak fleksi-ekstensi. Ulna juga
berartikulasi dengan radial di sisi lateral. Artikulasi ini berbentuk sendi kisar, memungkinkan
terjadinya gerak pronasi-supinasi. Di daerah distal, ulna kembali berartikulasi dengan radial, juga
terdapat suatu prosesus yang disebut sebagai prosesus styloid.

 Radius

Radius adalah tulang disisi lateral lengan bawah. Merupakan tulang pipa dengan sebuah
batang dan dua ujung dan lebih pendek daripada ulna. Di daerah proksimal, radius berartikulasi
dengan ulna, sehingga memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi. Sedangkan di daerah
distal, terdapat prosesus styloid dan area untuk perlekatan tulang-tulang karpal antara lain tulang
scaphoid dan tulang lunate

 Karpal

Bagian dari Tulang Karpal yaitu : a. Metakarpal b. Falang Tulang karpal terdiri dari 8 tulang
pendek yang berartikulasi dengan ujung distal ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari
tulang metakarpal. Antara tulang-tulang karpal tersebut terdapat sendi geser. Ke delapan tulang
tersebut adalah scaphoid, lunate, triqutrum, piriformis, trapezium, trapezoid, capitate, dan hamate.

20
a. Metakarpal Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan dan bagian
proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang karpal. Persendian yang dihasilkan
oleh tulang karpal dan metakarpal membuat tangan menjadi sangat fleksibel. Pada ibu jari, sendi
pelana yang terdapat antara tulang karpal dan metacarpal memungkinkan ibu jari tersebut
melakukan gerakan seperti menyilang telapak tangan dan
memungkinkan menjepit/menggenggam sesuatu. Khusus di tulang metakarpal jari 1 (ibu jari)
dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulang sesamoid.

b. Falang Falang juga tulang panjang,mempunyai


batang dan dua ujung. Batangnya mengecil diarah ujung distal. Terdapat empat belas falang, tiga
pada setiap jari dan dua pada ibu jari. Sendi engsel yang terbentuk antara tulang phalangs membuat
gerakan tangan menjadi lebih fleksibel terutama untuk menggenggam sesuatu

TULANG EKSTRIMITAS BAWAH


Anatomi Ekstremitas Bawah Anatomi ekstremitas bawah terdiri atas tulang pelvis, femur, tibia,
fibula, tarsal, metatarsal, dan tulang-tulang phalangs.

 Pelvis

Pelvis terdiri dari sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan tulang pipih. Tulang
pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubis dan ischium. Ilium terletak di bagian superior
dan membentuk artikulasi dengan vertebra sakrum, ischium terletak di bagian inferior-posterior,
dan pubis terletak di bagian inferior-anterior-medial. Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak
iliac (iliac crest). Pertemuan antara pubis dari pinggul kiri dan pinggul kanan disebut simfisis
pubis. Terdapat suatu cekungan di bagian pertemuan ilium-ischium-pubis disebut acetabulum,
fungsinya adalah untuk artikulasi dengan tulang femur.

 Femur

Pada bagian proksimal berartikulasi dengan pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia
melalui condyles. Di daerah proksimal terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan
trochanter minor, yang dihubungkan oleh garis intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat
condyle lateral dan condyle medial untuk artikulasi dengan tibia, serta permukaan untuk tulang
patella. Di bagian distal posterior terdapat fossa intercondylar.

21
 Tibia

Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial dibanding dengan fibula. Di
bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan lateral di mana keduanya merupakan facies
untuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga facies untuk berartikulasi dengan kepala
fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di daerah
distal tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.

 Fibula

Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding dengan tibia. Di
bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk
malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.

 Tarsal

Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan di proksimal dan
dengan metatarsal di distal.Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu calcaneus (berperan sebagai tulang
penyanggah berdiri), talus, cuboid, navicular, dan cuneiform (1, 2, 3).

 Metatarsal

Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal di proksimal dan dengan tulang
phalangs di distal. Khusus di tulang metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2 tulang sesamoid.

 Phalangs

Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki.Terdapat 2 tulang phalangs di ibu jari dan 3 phalangs di
masing-masing jari sisanya. Karena tidak ada sendi pelana di ibu jari kaki, menyebabkan jari
tersebut tidak sefleksibel ibu jari tangan.

22
Macam-macam sendi di tubuh manusia

Jumlah sendi antara satu orang dan orang lainnya, bisa berbeda, tergantung pada sejumlah
faktor. Namun diperkirakan, manusia memiliki sebanyak 250-350 sendi.

Sendi berperan penting dalam pergerakan tubuh. Kita tentu akan sangat kerepotan jika
sendi mengalami gangguan, misalnya dislokasi sendi  dan radang sendi.

Beberapa definisi menyebutkan bahwa sendi merupakan titik, di mana dua tulang saling
berhubungan. Ada pula yang menyebutkan bahwa sendi adalah hubungan yang kuat antara
tulang, tulang rawan dan gigi satu sama lain. Berikut ini tiga jenis sendi pada tubuh
manusia, dan masing-masing fungsinya.

1. Sinartrosis atau sendi mati

Sendi mati ini menghubungkan dua tulang atau lebih, yang tidak menimbulkan pergerakan.
Contoh dari sendi mati yakni sendi antartulang bagian kepala (tengkorak), yang disebut
sutura, serta gomfosis (penghubung gigi dan tengkorak).

2. Amfiartrosis atau sendi kaku

Sendi ini memungkinkan pergerakan, walau sifatnya terbatas. Sendi kaku salah satunya
terdapat pada ruas tulang belakang, serta simfisis pubis pada pinggul.

3. Diartrosis atau sendi gerak

Sesuai namanya, sendi ini dapat digerakkan dengan bebas dan leluasa. Sendi gerak disebut
pula sebagai sendi sinovial. Sendi gerak ini memiliki cairan, yang disebut cairan sinovial.
Dengan bantuan cairan sinovial sebagai pelumas inilah, sendi dapat digerakkan.

Macam-macam sendi gerak pada manusia

Manusia memiliki banyak sendi gerak. Oleh karena itu, diperlukan klasifikasi untuk
macam-macam sendi ini beserta fungsi dan letaknya. Berikut ini pengelompokan dan letak
dari sendi gerak.

1. Sendi putar atau pivot

23
Sesuai namanya, sendi ini memiliki karakteristik memungkinkan satu tulang dapat
melakukan putaran, terhadap tulang lain. Contoh dari sendi putar yaitu sendi di antara
tulang hasta, dan tulang pengumpil pada lengan.

2. Sendi geser atau plane

Sendi ini memungkinkan pergerakan tulang yang sama-sama datar. Contoh dari keberadaan
dari sendi geser yaitu sendi interkarpal, yang menghubungkan tulang-tulang di pergelangan
tangan.

3. Sendi pelana atau saddle

Sendi ini memang mirip dengan ‘pelana’, yang dapat memberikan gerakan dua arah.
Contoh dari sendi pelana adalah sendi penghubung tulang pergelangan tangan, dengan
pangkal dari tulang ibu jari.

4. Sendi engsel atau hinge

Sendi ini memungkinan tulang bergerak menyerupai pintu gerakan pintu, dan bersifat satu
arah. Sendi pada lutut, yang menghubungkan tiga tulang: tulang paha, tulang kering dan
tulang lutut, merupakan contoh sendi engsel.

5. Sendi gulung atau condyloid

Sendi gulung bisa dijumpai antara tulang yang memiliki rongga elips, dan permukaan
tulang lain yang berbentuk bulat telur. Sendi ini hanya memungkinkan dua sumbu gerakan,
yaitu gerakan membengkokkan (fleksi) dan gerakan meluruskan (ekstensi), serta gerakan
menjauh dari tubuh (medial), dan gerakan mendekat ke arah garis tubuh (lateral).

Contoh dari keberadaan sendi gulung yakni sendi penghubung tulang telapak tangan
dengan tulang jari. 

6. Sendi peluru atau ball and socket

Sendi peluru merupakan sendi yang memungkinkan gerakan ke segala arah. Pada sendi
peluru, sebuah tulang yang berbentuk lingkaran (ball) ‘duduk’ menempel, pada rongga
tulang yang lain (socket).

24
Tubuh manusia hanya memiliki dua sendi peluru. Pertama, sendi pada panggul, yang
menghubungkan tulang panggul dengan tulang paha. Kedua, sendi pada bahu, penghubung
tulang belikat dan lengan atas.

Untuk Mengenal Sistem Otot dan Fungsinya Bagi Tubuh

Muscular system  atau sistem otot merupakan suatu hal yang kompleks dan vital bagi
tubuh manusia. Sistem otot ini berperan dalam setiap tindakan yang manusia lakukan,
baik saat sadar maupun tidak sadar. Karena itulah, sistem otot terbagi lagi menjadi
beberapa jenis, yaitu otot polos (smooth muscle), otot jantung (cardiac muscle), dan otot
rangka (skeletal muscle). Jenis otot yang terdapat di sistem otot ini pun memiliki
perannya masing-masing dalam menjalankan fungsi tubuh. Untuk mengetahui lebih lanjut,
artikel berikut ini akan membahas tentang sistem otot tubuh, meliputi jenis-jenis otot dan
bagaimana otot-otot ini menjalankan fungsinya untuk tubuh.

Jenis Otot pada Tubuh

25
Seperti disebutkan sebelumnya, manusia memiliki lebih dari 600 otot yang berperan
dalam menjalankan setiap fungsi tubuh, seperti berjalan, berbicara, duduk, hingga
bernafas. Otot-otot ini masuk ke dalam sistem otot tubuh dan terbagi menjadi tiga jenis,
yakni otot polos (smooth muscle), otot jantung (cardiac muscle), dan otot rangka (skeletal
muscle),
 Otot Polos (Smooth Muscle). Otot polos atau sering juga disebut sebagai otot
visceral merupakan otot halus yang ditemukan di dinding organ dalam, seperti
pembuluh darah, saluran pencernaan, hingga saluran pernapasan. Sel otot polos ini
berbentuk gelendong dan memiliki satu inti sel di tengah. Otot polos bekerja
secara tidak sadar dan tidak dapat dikendalikan oleh tubuh. Otot ini pun
berkontraksi secara perlahan dan ritmis. Meski tidak sekuat jaringan otot rangka
dan otot jantung, otot polos berperan penting dalam menggerakkan makanan di
sepanjang saluran pencernaan hingga menjaga sirkulasi darah melalui pembuluh
darah.
 Otot Jantung (Cardiac Muscle). Sesuai namanya, otot jantung merupakan otot
yang hanya ditemukan di jantung. Sama seperti otot polos, otot jantung juga
bekerja secara tidak sadar. Otot jantung bertanggung jawab dalam memompa darah
ke seluruh tubuh. Otot jantung pun merangsang kontraksinya sendiri yang
akhirnya menghasilkan detak jantung. Karena itulah, otot jantung bekerja secara
otomatis dan terus menerus, tidak seperti jaringan otot lain.
 Otot Rangka (Skeletal Muscle). Terdapat lebih dari 600 otot rangka pada tubuh
yang membentuk sekitar 40 persen dari berat tubuh manusia. Sesuai namanya,
jenis otot ini menutupi kerangka tubuh dan melekat pada tulang. Karena itulah,
otot rangka atau yang juga sering disebut sebagai otot lurik merupakan satu-
satunya jaringan otot yang dapat dikendalikan oleh manusia. Dalam artian, setiap
gerakan yang dilakukan manusia secara sadar merupakan hasil kontraksi otot
rangka yang menyebabkan pergerakan tulang. Jadi, setiap gerakan yang dilakukan
manusia secara sadar, seperti berbicara, berjalan, dan menulis merupakan hasil
kerja dari otot rangka. Selain itu, otot rangka juga berperan dalam menstabilkan
sendi-sendi, mempertahankan postur, dan menghasilkan panas tubuh.

Fungsi Utama Sistem Otot Tubuh

Tubuh dapat berjalan karena adanya otot rangka. Tubuh dapat mencerna makanan karena
adanya otot polos. Jantung pun dapat berdetak karena adanya otot jantung. Bahkan, jenis
otot yang berbeda pun dapat bekerja secara bersamaan ketika melakukan aktivitas

26
tertentu, seperti berlari yang menggerakkan otot rangka, otot jantung untuk berdetak lebih
cepat, dan otot polos untuk bernafas lebih berat.
Maka dari itu, sistem otot tubuh yang terdiri dari beberapa jenis otot ini memiliki
fungsinya masing-masing. Namun, secara garis besar, sistem otot tubuh memiliki
beberapa fungsi utama, yaitu:

1. Mobilitas

Fungsi utama sistem otot yaitu memungkinkan adanya gerakan yang dilakukan oleh tubuh.
Dalam menjalankan fungsi ini, tubuh terfokus pada kinerja otot rangka yang memang
bertanggung jawab atas setiap gerakan dan dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Ketika
mulai berkontraksi, otot akan berkontribusi dalam menciptakan gerakan, baik kasar
maupun halus. Gerakan kotor ini mengacu pada gerakan besar yang terkoordinasi, seperti
berlari, berjalan, dan berenang. Sementara, gerakan halus melibatkan gerakan yang lebih
kecil, seperti menulis dan berbicara.

2. Stabilitas

Kelompok otot inti, seperti perut, punggung, dan pinggul, merupakan kelompok otot yang
membantu dalam menjaga stabilitas tubuh saat beraktivitas. Tendon otot (kumpulan
jaringan ikat berserat kuat sebagai penghubung jaringan otot dengan tulang) pun,
berkontribusi dalam menggerakkan dan menjaga stabilitas sendi. Maka dari itu, semakin
kuat otot inti dan tendon otot, maka akan semakin baik pula stabilitas tubuh.

3. Postur

Otot rangka berperan dalam menjaga postur atau posisi yang benar ketika tubuh sedang
duduk, berdiri, maupun beraktivitas. Postur tubuh yang baik bergantung pada otot yang
lentur dan kuat. Sementara, otot yang kaku, lemah, dan tegang akan menghasilkan postur
tubuh yang buruk. Postur tubuh yang buruk jika dilakukan dalam jangka waktu panjang
pun dapat menyebabkan nyeri sendi dan otot.

4. Sirkulasi

Seperti disebutkan sebelumnya, otot jantung berperan dalam memompa darah ke seluruh
tubuh. Kemudian otot polos di arteri dan vena melanjutkan untuk mengalirkan darah ke
seluruh tubuh. Otot-otot ini akan meningkatkan sirkulasi aliran darah ketika tubuh
membutuhkan lebih banyak oksigen maupun ketika tubuh kehilangan darah. Selain itu,
otot-otot ini juga akan menjaga tekanan darah.

27
5. Respirasi

Pernapasan melibatkan otot diafragma yang terletak di bawah paru-paru. Ketika


berkontraksi, otot diafragma akan mendorong udara ke bawah dan membuat rongga dada
lebih besar. Ketika itulah, paru-paru terisi oleh udara. Kemudian, ketika otot diafragma
mengendur, udara keluar dari paru-paru. Selain otot diafragma, tubuh juga menggunakan
kinerja otot lain, seperti saat berolahraga.

6. Urinasi

Dalam menjalankan fungsi urinasi, otot rangka dan otot halus membentuk sistem kemih
yang meliputi ginjal, kandung kemih, ureter, uretra, alat kelamin, dan prostat. Semua otot
dalam sistem kemih ini bekerja sama agar tubuh dapat mengeluarkan urin. Ketika otot-
otot ini kencang, tubuh dapat mengeluarkan urin. Sementara, saat otot-otot ini rileks,
tubuh dapat menahan mengeluarkan urin.

7. Pencernaan

Pencernaan dikendalikan oleh otot-otot halus yang ditemukan di sepanjang saluran


pencernaan, mulai dari mulut, kerongkongan, perut, usus kecil dan besar, serta anus.
Sistem pencernaan ini juga termasuk hati, pankreas, dan kantong empedu. Saat makanan
masuk dari mulut, otot-otot polos berkontraksi dan mendorong makanan dari
kerongkongan ke perut. Makanan pun akan dilanjutkan ke usus dan dikeluarkan melalui
anus.

8. Persalinan

Otot-otot halus juga ditemukan di dalam rahim. Selama kehamilan pun, otot-otot ini
tumbuh dan meregang seiring janin yang berkembang. Kemudian, ketika melahirkan, otot-
otot halus di rahim akan berkontraksi dan rileks untuk membantu mendorong bayi keluar
melalui vagina.

9. Penglihatan

Soket mata terdiri dari enam otot rangka yang membantu dalam pergerakan mata. Otot-
otot ini bekerja dengan cepat dan tepat sehingga memungkinkan mata untuk
mempertahankan gambar dengan stabil, memindai area sekitar, hingga mengikuti objek
yang bergerak. Maka dari itu, jika otot mata rusak, maka penglihatan juga akan rusak.

28
10. Perlindungan organ

Seperti disebutkan di atas, otot-otot tubuh melekat pada tulang dan organ-organ dalam
sehingga memiliki fungsi perlindungan. Otot juga mengurangi guncangan dan gesekan
pada persendian.

11. Pengaturan suhu badan

Fungsi sistem otot lainnya yang penting yaitu mempertahankan suhu tubuh agar normal.
Seperti yang dilansir oleh Medical News Today, hampir 85 persen dari panas tubuh
berasal dari kontraksi otot. Ketika panas tubuh turun di bawah level optimal, otot rangka
meningkatkan aktivitasnya agar dapat menghasilkan panas. Mengigil merupakan salah
satu contoh dari mekanisme ini. Otot-otot di pembuluh darah juga berkontraksi untuk
mempertahankan suhu tubuh. Suhu tubuh pun dapat dibawa kembali ke kisaran normal
melalui relaksasi otot polos di pembuluh darah. Mekanisme ini meningkatkan aliran darah
dan melepaskan panas melalui kulit terlebih dahulu.

Terminologi Anatomi

1. Posisi Tubuh:
 Posisi anatomi (berdiri): Pada posisi ini tubuh lurus dalam posisi berdiri dengan mata
juga memandang lurus. Telapak tangan menggantung pada sisi-sisi tubuh dan menghadap
ke depan. Telapak kaki juga menunjuk ke depan dan tungkai kaki lurus sempurna. Posisi
anatomi sangat penting karena hubungan semua struktur digambarkan dengan asumsi
berada pada posisi anatomi.
 Posisi supine (terlentang): Pada posisi ini tubuh berbaring dengan wajah menghadap ke
atas. Semua posisi lainnya mirip dengan posisi anatomi dengan perbedaan hanya berada di
bidang horisontal daripada bidang vertikal.
 Posisi prone (tengkurap): Pada posisi ini, punggung menghadap ke atas. Tubuh terletak
pada bidang horisontal dengan wajah menghadap ke bawah.
 Posisi litotomi: Pada posisi ini tubuh berbaring terlentang, paha diangkat vertikal dan betis
lurus horizontal. Tangan biasanya dibentangkan seperti sayap. Kaki diikat dalam posisinya
untuk mendukung lutut dan pinggul yang tertekuk. Ini adalah posisi pada banyak prosedur
kebidanan.

29
2. Bidang Tubuh:
 Bidang frontal/koronal: bidang vertikal yang tegak lurus dengan bidang median. Bidang
ini terbentuk dari garis yang menghubungkan satu telinga ke telinga yang lain dari atas
kepala dan kemudian membagi seluruh tubuh di sepanjang garis itu.
 Bidang median/mid-sagital: bidang yang membagi tubuh menjadi bagian yang sama
kanan dan kiri.
 Bidang sagital/paramedian: bidang yang sejajar dengan bidang median, tetapi membagi
tubuh menjadi bagian kanan dan kiri yang tidak sama.
 Bidang transversal: bidang horisontal tubuh, tegak lurus dengan bidang frontal dan
median.
 Bidang obliqua: bidang selain yang dijelaskan di atas.

3. Hubungan:
 Anterior berarti ke arah depan.
 Posterior berarti menuju belakang.
 Superior berarti ke arah kepala.
 Inferior berarti menuju kaki.
 Medial/medialis berarti menuju bidang median (medekati bagian tengah tubuh).
 Lateral/lateralis berarti menjauh dari bidang median (menjauh dari tengah tubuh).

4. Anggota Badan:
 Proksimal berarti dekat badan
 Distal berarti jauh dari badan
 Preaksial menunjukkan sisi radial atau tibial pada anggota badan.
 Postaksial menunjukkan sisi ulna atau fibular pada anggota badan.
 Fleksor berarti permukaan anterior anggota badan atas dan permukaan posterior anggota
badan bawah.
 Ekstensor berarti permukaan posterior anggota badan atas dan permukaan anterior
anggota badan bawah.

5. Bagian Otot:
 Origio (origin): ujung otot yang relatif tetap dari selama gerakan alami.
 Insersio (insertion): ujung otot yang relatif mobil selama gerakan alami.
 Belly: bagian tengah berdaging dari otot, yang bersifat insersio.
 Tendon: bagian berserat dan non-kontraksi dari otot, yang bersifat origio.

30
 Aponeurosis: tendon rata yang timbul dari jaringan ikat di sekitar otot.

6. Gerakan:
 Fleksi: gerakan yang membentuk atau mengurangi sudut sendi.
 Ekstensi: gerakan yang memperlebar sudut sendi.
 Aduksi: gerakan menuju batang tubuh
 Abduksi: gerakan menjauh dari batang tubuh
 Rotasi: memutar pada sumbu panjang tubuh
 Rotasi medial: rotasi ke sisi medial tubuh
 Rotasi lateral: rotasi ke sisi lateral tubuh
 Sirkumdiksi: kombinasi fleksi-abduksi-ekstensi-aduksi
 Pronasi: gerakan lengan bawah di mana telapak tangan menghadap belakang.
 Supinasi: gerakan lengan bawah d imana telapak tangan menghadap depan
 Protaksi: gerakan menuju ke depan
 Retraksi: gerakan menarik ke belakang
 Radial: gerakan ke arah os radius
 Ulnar: gerakan ke arah os ulna
 Tibial: gerakan ke arah ostibia
 Femoral: gerakan ke arah osfemoris
 Frontal: gerakan ke arah osfrontale
 Oksipital: gerakan ke arah osoksipitale, dll.

7. Bagian Struktur
 Kaput: kepala
 Korpus: badan
 Kauda: ekor
 Kolumna: leher
 Pedunkula: tangkai

8. Bentuk Struktur
 Fasia, fasialis: permukaan, muka
 Fovea: lekukan dangkal, lesung
 Fascia: lembaran
 Foramen: lubang
 Sulkus: lekukan

31
 Kanalis: saluran, pipa
 Kavum, kaverna:  rongga besar
 Kavernosus: berongga-rongga
 Kondilus: benjolan
 Spina: berduri, berujung tajam
 Krista: berbentuk seperti sisir
 Sinus: rongga kecil
 Prosesus: seperti ujung pedang
 Fisura: robekan, celah
 Insisura: irisan

9. Warna Struktur
 Alba: putih
 Nigra: hitam, gelap
 Rubra: merah
 Grisea: abu-abu
 Lutea, flava: kuning
 Kloros: hijau

Sistem Rangka / sistem skelet

Kerangka tubuh manusia juga disebut sistem skelet yaitu merupakan susunan tulan
g pembentuk tubuh manusia,penggerak badan,merupakan alat gerak pasif karena tulang ju
ga akan ikut bergerak, jika alat gerak aktif(otot) yang melekat pada tulang tersebut mengad
akan gerakan, jadi tulang berguna untuk pelekatan otot tubuh. Selain itu, tulang-tulang ters
ebut juga berfungsi sebagai pembentukan darah merah yaitu pada cavum medular(rongga s
umsum) yang terdapat pada tulang yang berbentuk pipih atau panjang, terutama pada medu
lla ossea rubra(sumsum tulang merah) sedang pada sumsu tulang kuning atau medulla osse
a flava tidak memproduksi sel darah merah, kecuali jika diperlukan akan berubah menjadi
sumsum tulang merah.
Sistem rangka adalah suatu sistem organ yang memberikan dukungan fisik pada m
akhluk hidup. Sistem rangka umumnya dibagi menjadi tiga tipe: eksternal, internal, dan ba
sis cairan (rangka hidrostatik), walaupun sistem rangka hidrostatik dapat pula dikelompokk
an secara terpisah dari dua jenis lainnya karena tidak adanya struktur penunjang. Rangka m
anusia dibentuk dari tulang tunggal atau gabungan (seperti tengkorak) yang ditunjang oleh

32
struktur lain seperti ligamen, tendon, otot, dan organ lainnya. Rata-rata manusia dewasa m
emiliki 206 tulang, walaupun jumlah ini dapat bervariasi antara individu.

Fungsi kerangka:
a)      menahan seluruh bagian-bagian tubuh agar tidak rubuh
b)      melindungi alat tubuh yang halus seperti otak, jantung, dan paru-paru
c)      tempat melekatnya otot-otot
d)     untuk pergerakan tubuh dengan perantaraan otot
e)      tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah
f)       memberikan bentuk pada bangunan tubuh buah.

Luka sedang pada jaringan lunak


Terdapat banyak jenis luka yang dapat merusak kulit termasuk luka lecet (abrasi), luka robek
(laserasi), cedera ruptur, tusukan, dan luka menembus lapisan kulit. Banyak luka dengan
kedalaman yang dangkal membutuhkan pertolongan pertama termasuk pembersihan luka dan
pembalutan luka.
Beberapa luka yang lebih dalam perlu mendapat pertolongan medis untuk mencegah infeksi dan
mencegah kehilangan fungsi jaringan, karena kerusakan struktur yang mendasari seperti tulang,
otot, tendon, arteri dan saraf.
Tujuan dari perawatan medis untuk luka adalah untuk mencegah komplikasi dan mempertahankan
fungsi. Meskipun penting, kecantikan dan kosmetika bukanlah pertimbangan utama untuk
perbaikan luka. Perawatan dan pengelolaan yang efektif dari individu dengan luka bergantung pada
pendekatan holistik dan sistematis yang dilakukannya.
Penyebab Luka
Luka sendiri bisa disebabkan oleh berbagai macam hal. Namun pada umumnya penyebab luka
yang paling sering terjadi adalah akibat trauma mekanis. Pengertian luka akibat mekanis dapat
disebabkan oleh benda tumpul ataupun tajam.
Selain itu, luka juga dapat dibagi menjadi dua, yaitu luka terbuka dan luka tertutup berdasarkan
keutuhan jaringannya. Luka sendiri dapat dapat muncul dengan atau tanpa adanya infeksi.
Kulit dapat rusak dalam berbagai cara tergantung pada mekanisme cedera, di antaranya:

 Peradangan adalah respons awal kulit cedera.


 Luka superfisial (di permukaan) dan luka lecet tidak mencederai lapisan kulit yang
lebih dalam. Jenis luka biasanya disebabkan oleh gaya gesekan dengan permukaan
kasar
 Luka lecet dalam (lecet yang lebih dalam karena terpotong atau laserasi) melukai
lapisan kulit dan masuk ke jaringan di bawahnya seperti otot atau tulang.

33
 Luka tusukan biasanya disebabkan oleh benda runcing tajam yang menusuk kulit.
Contoh luka tusukan termasuk jarum, menginjak paku, atau luka tusukan dengan pisau
 Gigitan manusia dan gigitan hewan dapat diklasifikasikan sebagai luka tusuk, lecet,
atau kombinasi keduanya.

Luka karena penekanan yang lama, misalnya luka karena berbaring dalam waktu yang lama di
tempat tidur, karena duduk di kursi roda dalam waktu yang lama, atau karena penggunaan gips
dalam waktu yang lama.
Luka tekanan yang lama dapat berkembang karena kurangnya suplai darah ke kulit yang
disebabkan oleh tekanan kronis pada area kulit, terlebih memiliki penyakit yang mendasari seperti
kencing manis, masalah sirkulasi (penyakit pembuluh darah perifer), atau pasien malnutrisi.
Jenis Luka
Pada umumnya jenis-jenis luka dapat dibedakan berdasarkan luka bersih atau kotor, misalnya luka
sayatan operasi. Jenis luka ini dibuat oleh dokter untuk memperbaiki jaringan yang rusak atau
prosedur pembedahan.
Berikut adalah jenis luka lainnya yang harus Anda kenali, di antaranya:

1. Luka sayat

Jenis luka ini menyebabkan area kulit terpotong oleh sebuah benda tajam seperti pisau
atau benda-benda lain yang memiliki pinggiran tajam. Luka tersebut sering berdarah
dan pinggiran luka nya sedikit pecah.

2. Luka tertutup
Jenis luka ini terdapat di jaringan bawah kulit. Bisa berupa cedera pada tulang dan ligamen
t yang patah atau retak serta terjadinya penggumpalan darah

3. Luka lecet
Luka ini umumnya tidak berbahaya. Penyebabnya bisa karena terjatuh atau bergesekan den
gan permukaan yang kasar. Meski tidak berbahaya, luka lecet bisa menimbulkan rasa sakit
karena jenis luka ini mampu menjangkau banyak ujung-ujung saraf yang ada di bawah kuli
t.

4. Luka gigitan
Ini adalah jenis luka yang disebabkan oleh gigitan gigi, baik itu oleh hewan ataupun manus
ia.

34
5. Vulnus amputatum
Vulnus Amputatum adalah luka yang di akibatkan terputusnya salah satu bagian tubuh, bia
sa di kenal dengan amputasi.

6. Luka bakar
Luka bakar bisa disebabkan akibat rusaknya jaringan kulit akibat radiasi, thermis, bahan ki
mia atau elektrik.

7.Vulnus Perforatum

Vulnus Perforatum adalah luka tembus yang merobek dua sisi tubuh yang disebabkan oleh senjata
tajam seperti tombak, panah atau pun proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput
serosa/epithel organ jaringan tubuh.

Berdasarkan pada Waktu Penyembuhan Luka


Pada dasarnya, perawatan luka harus didasarkan pada pengetahuan anatomi dan fisiologi, penilaian
holistik, manajemen luka spesifik dan pemilihan produk manajemen luka yang sesuai.

1.Luka kronis

Jenis luka ini bisa terjadi karena faktor eksogen dan endogen dalam tubuh, sehingga membuat
kegagalan dalam proses penyembuhan.

2. Luka akut
Jenis luka ini sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.

Berdasarkan Tingkat Kontaminasi


Pada umumnya dokter akan melihat seperti apa kondisi luka sebelum memutuskan obat apa yang
dianjurkan diberikan. Sebagai contoh, sebuah luka yang dalam, besar dan kotor akan
membutuhkan penanganan khusus untuk mencegah infeksi, misalnya dengan dijahit.

 Luka bersih

35
Luka bersih adalah luka karena tindakan operasi dengan teknik steril, misalnya pada daerah
dinding perut dan jaringan lain yang letaknya lebih dalam (non contaminated deep tissue),
misalnya pembuluh darah, tiroid, tulang, dan otak.

 Luka bersih-kontaminasi

Luka ini bisa terjadi karena benda tahan. Lingkungan yang tidak steril atau tindakan operasi yang
mengenai daerah bronchial dan usus halus.

 Luka kontaminasi

Jenis luka ini sering disebakan oleh lingkungan yang kotor. Penanganan yang bisa dilakukan
adalah Operasi pada saluran terinfeksi infeksi bronchial, usus besar dan saluran kemih.

 Luka infeksi

Jenis luka ini diikuti oleh adanya kerusakan jaringan, serta kurangnya vaskularisasi pada jaringan
luka.

Berdasarkan Kedalaman dan Luasnya Luka


Proses penyembuhan luka yang lambat bisa disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi. Gula
darah yang terlalu tinggi dapat menurunkan aliran darah, mengganggu sistem imun, meningkatnya
risiko perdangan, dan menghambat sel medapatkan nutrisi. Sejumlah gangguan itu dapat
menghambat penyembulah luka.

 Stadium I

Luka superfisial (Non-Blanching Erithema). Luka jenis ini adalah luka yang terjadi pada lapisan
epidermis kulit.

 Stadium II

Luka jenis ini adalah hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis.
Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti halnya lubang yang dangkal, abrasi,
atau blister

 Stadium III

36
Jenis luka ini adalah hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan
subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya.
Luka ini timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan
di sekitarnya.

 Stadium IV

Jenis luka yang terakhir adalah luka yang telah mencapai tendon, tulang dan otot karena adalah
kerusakan yang telah meluas.
Sensasi nyeri yang masih dirasakan paska menjalani amputasi dapat merupakan tanda dari
Phantom Limb Pain. Phantom Limb Pain merupakan suatu keadaan yang sering dialami oleh
seseorang yang telah menjalani tindakan amputasi, derajat nyeri dapat bervariasi mulai dari derajat
ringan hingga berat dan dirasakan pada bagian yang telah diamputasi.
Sensasi nyeri phantom biasanya akan hilang ataupun berkurang dengan bertambahnya waktu.
Jika nyeri phantom terjadi lebih dari 6 bulan, maka dapat menunjukan prognosis yang kurang baik
dan memerlukan pemeriksaan serta penanganan lebih lanjut oleh dokter.
 
Walaupun bagian tubuh yang sudah diamputasi sudah tidak ada, namun bagian ujung saraf pada
daerah tersebut tetap mengirimkan sinyal/stimulus nyeri yang membuat otak berpikir bahwa bagian
tubuh tersebut masih ada. Terkadang, memori di otak menginterpretasikan sinyal yang berasal dari
saraf yang mengalami kerusakan sebagai sensasi nyeri.
 
Beberapa gejala yang dapat dirasakan oleh penderita yang mengalami nyeri phantom antara lain
sensasi gatal, seperti tertusuk, mati rasa atau sensasi panas(hangat) atau dingin pada bagian tubuh
yang telah diamputasi.
Penatalaksaan yang dilakukan untuk mengatasi nyeri phantom ini tergantung pada level nyeri yang
dirasakan oleh masing-masing penderita, terkadang terapi yang dilakukan merupakan kombinasi
dari beberapa metode, seperti :

 aplikasi panas
 Biofeedback untuk mengurangi tekanan pada otot
 teknik relaksasi
 Massage pada area yang diamputasi
 Terapi bedah untuk mengangkat jaringan fibrotik(bekas luka) yang terlibat pada saraf
 Terapi fisik

37
 TENS (transcutaneous electrical nerve stimulation). Pada TENS, sebuah perangkat
digunakan untuk menghambat impuls nyeri untuk sampai ke otak. Namun tidak semua kasus
phantom limb pain dapat diatasi dengan metode ini.
 Neurostimulation techniques(teknik stimulasi saraf) seperti stimulasi medula spinalis atau
deep brain stimulation
 Medications/obat-obatan seperti obat antinyeri(analgetik), neuroleptics,
anticonvulsants, antidepresan, obat golongan beta-blockers, and sodium channel blockers.

Untuk mengetahui pengobatan yang paling tepat untuk mengatasi keluhan Anda, kami sarankan
Anda berkonsultasi dengan dokter spesialis saraf untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Dengan demikian Anda akan mendapat penanganan yang optimal.

Pembekuan darah, atau yang dikenal pula dengan kondisi darah kental, adalah hasil dari proses
penggumpalan darah yang mengalami perubahan dari bentuk cairan menjadi tekstur gel atau
setengah padat.

Penggumpalan darah adalah proses yang normal terjadi ketika terdapat luka atau sayatan di tubuh
Anda. Tujuan dari membekunya darah adalah untuk mencegah pendarahan berlebih ketika Anda
terluka, sehingga Anda tidak kehilangan terlalu banyak darah.

Namun, apabila pembekuan terjadi di salah satu pembuluh darah Anda, darah yang menggumpal
mungkin tidak akan terlarut dengan sempurna. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah-masalah
kesehatan tertentu karena darah tidak dapat mengalir melalui pembuluh dengan baik.

Umumnya, pembekuan darah dapat terjadi di pembuluh vena. Kondisi ini disebut dengan
trombosis vena atau deep vein thrombosis  (DVT). Penyebab umum dari kondisi ini adalah jarang
menggerakkan tubuh, sehingga aliran darah pada tubuh menjadi kurang lancar dan pembekuan
berpotensi terjadi.

Penggumpalan darah juga dapat ditemukan pada pembuluh arteri. Kondisi ini memiliki istilah
trombosis arteri. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh penumpukan plak pada dinding arteri,
sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan.

Saat penumpukan plak yang terdapat di dinding arteri pecah, darah akan menggumpal di titik
tersebut. Darah yang membeku berpotensi menyumbat sebagian atau seluruh aliran darah di area
tersebut.

38
Selain itu, darah kental juga dapat berkembang dan berpindah ke bagian lain tubuh Anda. Kondisi
ini disebut dengan emboli dan berpotensi membahayakan nyawa Anda. Contoh emboli yang paling
sering terjadi adalah emboli paru, yaitu ketika gumpalan darah berpindah menuju paru-paru.

Seberapa umumkah pembekuan darah?

Pembekuan darah adalah kondisi yang cukup umum terjadi. Menurut American Society of
Hematology, sebanyak 900.000 orang menderita penyakit ini, dan sekitar 100.000 kasus berakhir
dengan kematian setiap tahunnya.

Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada orang-orang yang berusia lanjut dan memiliki masalah-
masalah kesehatan tertentu. Angka kejadiannya pada individu berusia muda dan bergaya hidup
sehat cukup rendah.

Kondisi darah kental dapat diatasi dengan cara mengenali faktor-faktor risiko yang ada. Untuk
mengetahui informasi lebih lanjut mengenai penyakit ini, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter
Anda.

Tanda-tanda & gejala

Apa saja tanda-tanda dan gejala pembekuan darah?

Anda mungkin menyadari adanya pembekuan darah ketika muncul luka atau sayatan pada tubuh
Anda. Terdapat sedikit daerah yang bengkak di sekitar sayatan dan kadang disertai dengan rasa
nyeri atau gatal.

Tanda-tanda dan gejala darah yang mengental atau menggumpal di dalam pembuluh darah
terkadang bervariasi. Gejala yang muncul tergantung pada bagian tubuh mana penggumpalan darah
terjadi.

Berikut adalah tanda-tanda dan gejala darah kental jika dibagi berdasarkan letak terjadinya:

1. Pembekuan darah di pembuluh vena

Darah yang menggumpal di pembuluh vena umumnya menyebabkan gejala-gejala seperti


kemerahan, nyeri, dan bengkak. Terkadang muncul pula memar di bagian yang mengalami
pembekuan.

Bagian tubuh yang paling sering mengalami kondisi ini adalah lengan dan kaki. Jika hal ini terjadi,
tanda-tanda yang mungkin muncul adalah:

39
 pembengkakan
 rasa nyeri
 bagian yang bengkak terasa lunak saat disentuh
 rasa hangat di bagian yang bengkak
 muncul kemerahan atau memar biru

Biasanya, hanya salah satu lengan atau kaki yang terdampak oleh kondisi ini. Gejala bengkak dan
kemerahan terkadang membuat dokter sulit menentukan apakah memang ada trombosis vena atau
infeksi.

2. Pembekuan darah di pembuluh arteri

Apabila gumpalan darah terbentuk di dalam pembuluh arteri, kondisi ini dapat menyebabkan
masalah yang lebih serius. Jaringan atau organ tubuh yang kekurangan aliran darah dan oksigen
berisiko mengalami kerusakan.

Jika darah yang kental ditemukan pada pembuluh arteri di jantung, kemungkinan serangan jantung
dapat terjadi. Gejala-gejala yang mungkin terasa meliputi:

 nyeri dada
 kesulitan bernapas
 kepala pusing
 mual
 berkeringat
 muncul gangguan pencernaan
 rasa sakit menjalar ke lengan, rahang, atau punggung

Selain itu, kondisi darah kental juga dapat memengaruhi otak. Hal ini berpotensi
menyebabkan stroke atau transient ischemic attack  (TIA). Tanda-tanda dan gejala yang dapat
muncul adalah:

 menurunnya kemampuan berbicara


 penglihatan memburuk
 pusing berkelanjutan
 rasa lemah atau mati rasa di salah satu sisi tubuh

Penggumpalan darah juga dapat terjadi di bagian perut Anda. Tanda-tanda yang muncul apabila
terdapat bekuan darah di perut meliputi:

40
 sakit perut yang parah
 pembengkakan pada perut
 mual disertai muntah
 perut kembung
 buang air besar disertai darah

3. Pembekuan darah di paru (emboli paru)

Jika darah yang mengental berpindah menuju paru-paru Anda, kondisi yang disebut dengan emboli
paru (pulmonary embolism) dapat terjadi. Gejala yang mungkin dapat Anda rasakan adalah:

 napas memendek secara tiba-tiba


 nyeri dada
 palpitasi, atau detak jantung lebih cepat
 kesulitan bernapas
 batuk disertai darah

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda memiliki
kekhawatiran akan gejala tertentu, konsultasikanlah pada dokter Anda.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Jika Anda mengalami satupun tanda atau gejala yang disebutkan di atas, atau memiliki pertanyaan
apapun, segera konsultasikan pada dokter. Berikut adalah tanda-tanda dan gejala yang
membutuhkan perhatian khusus:

 kesulitan bernapas
 rasa tertekan di bagian dada
 napas memendek
 penglihatan dan kemampuan berbicara menurun

Tubuh masing-masing penderita menunjukkan tanda-tanda dan gejala yang bervariasi. Untuk
mendapatkan penanganan yang paling tepat dan sesuai dengan kondisi kesehatan Anda, selalu
konsultasikan apapun masalah Anda dengan dokter.

Apa penyebab pembekuan darah?

41
Normalnya, pembekuan darah adalah proses yang dapat mencegah tubuh Anda kehilangan terlalu
banyak darah saat terdapat luka atau sayatan. Berikut adalah proses membekunya darah pada tubuh
manusia.

Salah satu sel di dalam darah Anda, yang disebut dengan platelet atau trombosit, akan diaktifkan
ketika terdapat kerusakan di salah satu pembuluh darah Anda. Trombosit akan menempel dan
membentuk sumbatan di bagian yang terluka.

Setelah itu, trombosit akan memancing protein dan sel-sel lain di dalam darah Anda untuk
membentuk gumpalan, yang disebut dengan fibrin. Ketika jaringan atau bagian tubuh yang terluka
mulai pulih, gumpalan fibrin pada darah yang menggumpal akan kembali larut.

Namun, dalam beberapa kasus yang serius, penggumpalan darah atau kondisi darah kental tidak
terjadi karena adanya luka atau sayatan. Darah dapat menggumpal di dalam pembuluh arteri
maupun vena karena kondisi-kondisi tertentu.

1. Trombosis vena

Darah yang membeku di dalam pembuluh vena disebabkan oleh tubuh yang kurang aktif bergerak.
Ketika tubuh jarang bergerak, otot tidak akan berkontraksi dan mendorong darah kembali ke
jantung.

Jika peredaran darah terhambat, hal tersebut memicu terjadinya pembentukan gumpalan kecil di
dinding vena. Gumpalan dapat membesar dan menyumbat sebagian atau seluruh pembuluh vena,
sehingga darah sulit mengalir kembali ke jantung.

2. Trombosis arteri

Pada trombosis arteri, umumnya penderita memiliki penyakit tertentu yang menyebabkan
kolesterol dalam darah menumpuk di dalam arteri. Penumpukan ini disebut dengan plak. Ketika
plak ini pecah, maka darah akan mulai menggumpal.

Kondisi kesehatan lainnya yang berpotensi menyebabkan pengentalan atau pembekuan darah
meliputi:

 Sindrom antifosfolipid
 Arteriosklerosis atau aterosklerosis
 Obat-obatan tertentu, seperti kontrasepsi dan terapi hormon
 Aritmia

42
 Serangan jantung
 Gagal jantung
 Obesitas
 Penyakit arteri perifer
 Polisitemia vera
 Kehamilan
 Terlalu lama duduk atau menjalani bed rest

Apa yang meningkatkan risiko terjadinya pembekuan darah?

Pembekuan darah adalah kondisi yang dapat terjadi pada siapa saja, dari berbagai kelompok usia
maupun ras. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
mengalami kondisi ini.

Memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko bukan berarti Anda dipastikan akan terkena
penyakit ini. Bahkan, ada kemungkinan kecil Anda dapat mengalami kondisi darah kental meski
Anda tidak memiliki satupun faktor risiko.

Berikut adalah faktor-faktor risiko yang dapat memicu terjadinya kondisi ini:

1. Usia

Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada pasien berusia lanjut. Persentase kejadiannya pada
individu yang berusia lebih muda tergolong kecil. Maka dari itu, Anda yang telah berusia lanjut
memiliki risiko lebih tinggi mengalami kondisi ini.

2. Menderita tekanan darah tinggi

Penderita tekanan darah tinggi juga memiliki peluang lebih besar untuk mengalami kondisi
penggumpalan darah.

3. Kadar kolesterol di dalam darah tinggi

Kadar kolesterol yang berlebihan di dalam darah berpotensi menyebabkan terjadinya penumpukan
plak di dinding pembuluh darah. Hal ini berisiko memicu munculnya penggumpalan darah.

43
4. Mengidap penyakit atau masalah jantung

Apabila Anda pernah atau sedang menderita penyakit atau masalah jantung, seperti serangan
jantung, gagal jantung, atau fibrilasi atrial, peluang Anda untuk mengalami kondisi pengentalan
darah jauh lebih besar.

5. Jarang menggerakkan tubuh

Tubuh yang jarang beraktivitas akibat duduk seharian atau sedang menjalani bed
rest menyebabkan peredaran darah di dalam tubuh kurang lancar. Risiko untuk menderita kondisi
pembekuan darah pun lebih tinggi.

6. Menderita diabetes

Apabila Anda memiliki kadar gula darah yang tinggi atau diabetes, kesempatan Anda untuk
menderita penyakit ini lebih besar.

7. Merokok

Rokok memiliki zat yang berbahaya untuk kesehatan Anda secara keseluruhan, terutama aliran
darah tubuh Anda. Jika Anda aktif merokok, Anda memiliki peluang lebih besar untuk memiliki
darah yang lebih mudah kental.

8. Masalah genetik

Terdapat beberapa orang yang terlahir dengan kondisi genetik tertentu, sehingga darahnya lebih
cepat menggumpal dibanding orang-orang lain pada umumnya.

Apa saja komplikasi yang diakibatkan oleh pembekuan darah?

Kondisi darah kental atau menggumpal dapat menyebabkan munculnya masalah-masalah


kesehatan yang serius apabila tidak segera ditangani.

Berikut adalah komplikasi-komplikasi kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh penggumpalan


darah:

1. Emboli paru

Trombosis vena atau pembekuan darah pada pembuluh vena dapat mengakibatkan terjadinya
emboli paru. Jika gumpalan darah berpindah menuju paru-paru, hal tersebut dapat mengganggu
fungsi paru-paru.

44
Kondisi ini dapat menyebabkan masalah yang fatal. Aliran darah menuju paru-paru akan terhambat
dan menyebabkan aliran oksigen berkurang. Hipoksia (berkurangnya kadar oksigen di dalam darah
dan seluruh tubuh) pun berpotensi terjadi.

2. Tromboflebitis

Tromboflebitis adalah kondisi di mana terjadi peradangan pada pembuluh vena yang mengalami
penggumpalan darah. Hal ini dapat mengakibatkan kemerahan dan bengkak yang cukup parah
pada area tubuh yang terdampak.

3. Serangan jantung

Jika penggumpalan darah terjadi pada arteri koroner yang menyuplai darah menuju jantung,
serangan jantung berpotensi terjadi.

4. Stroke

Komplikasi berupa stroke juga berpotensi muncul apabila darah menggumpal pada arteri yang
terdapat di dalam otak.

Bagaimana pembekuan darah didiagnosis?

Pertama-tama, dokter akan menanyakan bagaimana riwayat kesehatan Anda karena penyebab
darah kental mungkin dapat diketahui dari masalah-masalah kesehatan yang Anda derita.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Pada situasi yang
tergolong darurat dan pasien tidak dapat menggambarkan apa gejala-gejala yang dialaminya,
dokter akan segera melakukan tes-tes tertentu setelah melakukan pemeriksaan fisik.

Berikut adalah beberapa jenis tes yang dilakukan oleh tim medis untuk mendiagnosis penyakit ini:

1. Tes USG pembuluh vena

Tes ini umumnya dilakukan apabila dokter menduga adanya penggumpalan pada pembuluh vena.
Dengan menggunakan gelombang suara, gambar dari bagian dalam vena Anda akan dihasilkan.

2. Venografi

Apabila tes USG tidak memberikan hasil yang memuaskan, dokter akan melakukan tes venografi.
Tes ini dilakukan dengan cara menyuntikkan cairan pewarna ke dalam pembuluh darah. Cairan ini
akan terdeteksi dengan X-ray, sehingga pembuluh darah Anda akan terlihat dengan jelas.

45
3. Tes CT scan angiografi

Tes ini dapat dilakukan untuk mendeteksi emboli paru, gumpalan darah pada perut, serta pada
leher.

Dalam beberapa kasus, dokter akan merekomendasikan juga tes angiografi serebral atau USG
karotid untuk melihat apakah gumpalan darah terdapat di otak Anda.

Apa saja pengobatan yang diberikan untuk mengatasi pembekuan darah?

Tergantung pada kondisi yang Anda derita, terdapat berbagai jenis penanganan untuk mengatasi
kondisi darah kental, mulai dari pemberian obat-obatan hingga operasi.

Selain itu, lokasi dan tingkat keparahan pembekuan juga menjadi penentu apa jenis pengobatan
yang sesuai.

Secara keseluruhan, tujuan pengobatan adalah untuk membuat darah mengalir dengan normal
kembali tanpa adanya pembekuan yang tidak wajar.

1. Obat-obatan

Dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan untuk meredakan peradangan, seperti


acetaminophen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil atau Motrin).

Selain itu, Anda juga akan diberikan obat-obatan pengencer darah, seperti:

 Heparin (Enoxaparin (Lovenox))

Untuk pasien trombosis vena (DVT) atau emboli paru yang juga menderita kanker, salah satu
pengobatan yang diberikan adalah heparin. Obat injeksi atau infus ini bertujuan untuk
mengencerkan darah di dalam tubuh.

Selain itu, obat ini umumnya juga diberikan kepada penderita yang sedang hamil.

 Warfarin (Coumadin, Jantoven)

46
Warfarin umumnya juga diberikan kepada pasien dengan trombosis vena, emboli paru, atau pasien
dengan kondisi yang tidak stabil.

Warfarin diberikan melalui infus (IV). Karena obat ini membutuhkan beberapa hari untuk
mengencerkan darah secara efektif, dokter biasanya memberikan obat ini dengan Heparin
bermolekul rendah atau sedang agar darah lebih cepat larut.

 Tissue plasminogen activators (tPA)

Untuk pasien dengan penggumpalan darah yang parah dan menunjukkan gejala syok atau
kondisi heart strain, pasien akan diberikan terapi trombolitik dengan obat tPA.

Obat ini disuntikkan melalui vena perifer pada lengan, yang kemudian akan menguraikan
penggumpalan darah secara cepat.

 Antitrombotik

Pasien dengan sindrom koroner akut, sedang menjalani intervensi koroner perkutan (PCI)
umumnya akan diberikan pengobatan antritrombotik. Beberapa jenis antitrombotik untuk
mengencerkan darah adalah unfractioned heparin (UFH) dan direct thrombin inhibitors (DTI).

Obat ini diberikan dengan cara infus (IV) atau suntik intermiten. Tergantung pada kondisi pasien,
dosis yang diberikan pada kedua metode tersebut umumnya bervariasi.

2. Operasi

Apabila pemberian obat-obatan tidak menunjukkan adanya pemulihan, dokter akan


merekomendasikan prosedur trombosis intra-arterial untuk mengatasi penyumbatan darah yang
berkaitan dengan stroke.

Selain itu, dokter juga mungkin akan menyarankan Anda untuk menjalani prosedur penempatan
filter atau penyaring di dalam pembuluh vena Anda, sehingga gumpalan darah tidak akan
berpindah menuju organ tubuh lain seperti jantung atau paru.

 
Efek samping operasi tempurung kepala 
Gangguan Kognitif
Sesudah operasi kepala dilakukan, banyak pasien yang akan mengalami kesulitan untuk
berkonsentrasi dan mengingat beberapa hal yang disebut dengan gangguan kognitif yang juga bisa
terjadi pada operasi abses. Berubahnya memori atau konsentrasi umumnya bersifat ringan dan akan

47
membaik selama satu tahun sesudah operasi dilakukan. Akan tetapi, gangguan kognitif ini juga
bisa berlangsung lebih lama atau bahkan berdampak lebih untuk aktivitas sehari hari. Beberapa
contoh efek samping berhubungan dengan gangguan kognitif yang biasanya terjadi adalah:
 
Sulit berkonsentrasi dan fokus.
Merasa lebih lambat secara mental dari sebelum operasi.
Sulit mengingat lebih dari satu hal pada saat yang bersamaan.
Kesulitan untuk berkomunikasi. 

BAB 7
PETA KONSEP
TABR Pengendara Motor tanpa Helm
AKA
N

aringan Dasar Cedera Kepala Multiple Fracture

Penggumpalan darah pada Cranium


Upper Limb Lower Limb
raf Ikat

*Os Zigomaticus Aksial Laksial


*Os Mandibulla -Hip
ng
dat,Kendor) -Clavicula -Ileum
*Os Parietal
s)
mak,Darah,Limforeticular,Ikat berpigmen) -Scapula -Hilium
*Os Frontalis
aris -Starnum -Coxae
*Os Nasalis
-Costa -Sacrum
*Os Temporalis
-Ves.Coli
*Os Maxilla

Appendikular
-Tibia
-Fibula
-Femur
-Patella
Appendikular -Tarsal
-Humerus
-Metatarsal
-Radius
-Phalanges
-Ulna
-Carpal
-Metacarpal
-Phalanx
48
FRACTURE

bula
e leher
Kaki
Femur
Kiri (Coli-Femur)
(Sinistra) melewati
Coli Humerus
daerah
Dislokasi
ephyfisis
caput panggulBAB
padaHumerus dari
kanan8
Capitas Gleonidalis (Gleno Humeral ) Tangan Kiri

8.1 Bioethic Humanity Program


 Informed Consent
Sulit berkonsentrasi,Susah menyelesaikan pekerjaan,Perut terasa tak nyaman,Nyeri tulang dada pada bagian depan
Seringkali kita mendengar dari orang-orang yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan terutama di rumah sakit, pernah disodori secarik kertas dari petugas untuk ditandatangai,
kata petugas untuk persetujuan tindakan, apakah dioperasi, di-SC, atau lainnya. Sebelum
penandatangan persetujuan tindakan didahului dengan penyampaian informasi oleh petugas yang
berkompoten kepada pasien atau pihak suami/isteri atau orang tua pasien tentang tindakan yang
akan dilakukan dan kemungkinan komplikasi bila terjadi. Prosedur demikian sudah baku, masalah
kadang muncul di saat pasien atau suami/isteri atau orangtua pasien merasa ada ketidakwajaran di
saat tindakan atau setelah tindakan operasi, misalnya pasien tidak sadar-sadar (koma). Lalu pihak
pasien menanyakannya yang kemudian mendapatkan jawaban yang tidak memuaskan. Di sinilah
‘sengketa’ mulai muncul.

Menurut Loebby Loqman informed consent belum menyelesaikan permasalahan yang terjadi
dalam praktek. Dengan kata lain meskipun di dalam praktek selalu dilakukan memberikan
informasi kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan oleh seorang dokter, dan juga
dimintakan persetujuan pasien atas apa yang akan dilakukan oleh seorang dokter, tetap terjadi
perselisihan pendapat apabila terjadi suatu peristiwa yang tidak diharapkan. Penyampaian
informasi untuk melakukan tindakan medis lazim dikenal dengan istilah ‘informed consent’.
Pelaksanaan informed consent tidak hanya mengikuti protap (prosedur tetap) tetapi sesungguhnya
mempunyai pertanggungjawaban hukum. Undang-Undang Kesehatan yang lama (UUK No 23
Tahun 1992), Informed consent tidak tercantum secara khusus. Kita hanya dapat melihat dan
disinggung sedikit bahwa dalam keadaan darurat dimana dibutuhkan tindakan medis maka hanya
dapat dilakukan dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya
(pasal 15 ayat 2 huruf c).

Undang-Undang Kesehatan yang baru (UUK No. 36 Tahun 2009), informed consent
(menggunakan istilah bukan informed consent) sudah lebih banyak disinggung. Misalnya pada
pasal 8 yang berbunyi, “Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya
termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga
kesehatan”. Selanjutnya pasal 56 ayat 1 berbunyi: “Setiap orang berhak menerima atau menolak
sebagian atau seluruh tindakan pertolongan
yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan
tersebut secara lengkap”. Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi diatur juga

49
dalam Undang-Undang No 29 Tahun 2009 Tentang Praktek Kedokteran, pada paragraf 2 pasal 45
ayat (1) sampai (6). Bagaimana pelaksanaan informed consent itu? Apa aspek hukumnya? Melalui
tulisan ini akan dibahas tentang Informed consent dalam Pelayanan Kesehatan.

Pengertian Informed Consent


Dalam berkas rekam medis pasien di rumah sakit terdapat satu lembaran yaitu lembar persetujuan
tindakan medis. Lembaran ini akan diisi/diberi persetujuan oleh pasien atau keluarganya apabila
telah mendapat penjelasan dari tenaga kesehatan. Proses pemberian penjelasan ini disebut sebagai
informed consent. Istilah Informed consent dalam Undang-Undang Kesehatan kita tidak ada, yang
tercantum adalah istilah persetujuan, menerima atau menolak … tindakan pertolongan setelah
menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut.

Informed consent atau persetujuan Medik/Informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien sesuai dengan pasal 1 (a) Permenkes RI Nomor 585/MEN.KES/PER/X/198. Di mana pasal
1 (a) menyatakan bahwa persetujuan tindakan medik (informed consent) adalah persetujuan yang
diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut. Informed consent mencakup peraturan yang mengatur perilaku
dokter dalam berinteraksi dengan pasien. Interaksi tersebut melahirkan suatu hubungan yang
disebut hubungan dokter-pasien. Informed consent secara harfiah terdiri dari dua kata yaitu
informed dan consent. Informed berarti telah mendapat penjelasan atau informasi; sedangkan
consent berarti memberi persetujuan atau mengizinkan. Dengan demikian informed consent berarti
suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi3. Atau dapat juga dikatakan
informed consent adalah pernyataan setuju dari pasien yang diberikan dengan bebas dan rasional,
sesudah mendapatkan informasi dari dokter dan sudah dimengerti olehnya

Istilah informed consent menurut KKI adalah Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran
Gigi yang mempunyai arti persetujuan pasien atau yang sah mewakilinya atas rencana tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang diajukan oleh dokter atau dokter gigi, setelah menerima
informasi yang cukup untuk dapat membuat persetujuan. Persetujuan tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi adalah pernyataan sepihak dari pasien dan bukan perjanjian antara pasien dengan
dokter atau dokter gigi, sehingga dapat ditarik kembali setiap saat. Persetujuan tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi merupakan proses sekaligus hasil dari suatu komunikasi yang efektif antara
pasien dengan dokter atau dokter gigi, dan bukan sekedar penandatanganan formulir persetujuan.

Persetujuan tindakan kedokteran adalah pernyataan sepihak pasien atau yang sah mewakilinya
yang isinya berupa persetujuan atas rencana tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang
diajukan oleh dokter atau dokter gigi, setelah menerima informasi yang cukup untuk dapat

50
membuat persetujuan atau penolakan. Suatu persetujuan dianggap sah apabila: (1)Pasien telah
diberi penjelasan/ informasi; (2) Pasien atau yang sah mewakilinya dalam keadaan cakap
(kompeten) untuk memberikan keputusan/persetujuan; (3) Persetujuan harus diberikan secara
sukarela.

Bentuk-bentuk Informed consent


Ada dua bentuk Informed consent yaitu: (1) dengan pernyataan (expression), dapat secara lisan
(oral) dan secara tertulis (written); (2) dianggap diberikan, tersirat (implied) yaitu dalam keadaan
biasa atau normal dan dalam keadaan gawat darurat. Expressed consent adalah persetujuan yang
dinyatakan secara lisan atau tulisan, bila yang akan dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dan
tindakan yang biasa. Sebaiknya pasien diberikan pengertian terlebih dahulu tindakan apa yang
akan dilakukan. Misalnya, pemeriksaan dalam lewat anus atau dubur atau pemeriksaan dalam
vagina, dan lain-lain yang melebihi prosedur pemeriksaan dan tindakan umum. Di sini belum
diperlukan pernyataan tertulis, cukup dengan persetujuan secara lisan saja.

Namun bila tindakan yang akan dilakukan mengandung resiko tinggi seperti tindakan pembedahan
atau prosedur pemeriksaan dan pengobatan invasif, harus dilakukan secara tertulis. Implied
consent adalah persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat, tanpa pernyataan tegas. Isyarat
persetujuan ini ditangkap dokter dari sikap pasien pada waktu dokter melakukan tindakan,
misalnya pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium, pemberian suntikan pada pasien,
penjahitan luka dan sebagainya. Implied consent berlaku pada tindakan yang biasa dilakukan atau
sudah diketahui umum.

Pendapat Mertokusumo, menyebutkan bahwa informed consent dari pasien dapat dilakukan dengan
cara antara lain 6: (1) dengan bahasa yang sempurna dan tertulis; (2) dengan bahasa sempurna
secara lisan; (3) dengan bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan; (4)
dengan bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawan; (5) dengan diam atau membisu tetapi
asal dipahami atau diterima oleh pihak lawan.

Pernyataan IDI tentang informed consent yang tertuang dalam Surat Keputusan PB IDI No
319/PB/A4/88 adalah:
1. Manusia dewasa sehat jasmani dan rohani berhak sepenuhnya menentukan apa yang hendak
dilakukan terhadap tubuhnya. Dokter tidak berhak melakukan tindakan medis yang bertentangan
dengan kemauan pasien, walaupun untuk kepentingan pasien sendiri.

51
2. Semua tindakan medis (diagnotik, terapeutik maupun paliatif) memerlukan informed consent
secara lisan maupun tertulis.

3. Setiap tindakan medis yang mempunyai risiko cukup besar, mengharuskan adanya persetujuan
tertulis yang ditandatangani pasien, setelah sebelumnya pasien memperoleh informasi yang
adekuat tentang perlunya tindakan medis yang bersangkutan serta risikonya.

4. Untuk tindakan yang tidak termasuk dalam butir 3, hanya dibutuhkan persetujuan lisan atau
sikap diam.

5. Informasi tentang tindakan medis harus diberikan kepada pasien, baik diminta maupun tidak
diminta oleh pasien. Menahan informasi tidak boleh, kecuali bila dokter menilai bahwa informasi
tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien. Dalam hal ni dokter dapat memberikan
informasi kepada keluarga terdekat pasien. Dalam memberi informasi kepada keluarga terdekat
dengan pasien, kehadiran seorang perawat/paramedik lain sebagai saksi adalah penting.

6. Isi informasi mencakup keuntungan dan kerugian tindakan medis yang direncanakan, baik
diagnostik, terapeutik maupun paliatif. Informasi biasanya diberikan secara lisan, tetapi dapat pula
secara tertulis (berkaitan dengan informed consent).

Keharusan Membuat Informed Consent Apakah Informed consent harus dibuat? Karena dalam
suatu tindakan diperlukan persetujuan maka sudah menjadi keharusan bagi dokter atau sarana
kesehatan untuk selalu membuat Informed consent. Apalagi berkas rekam medis menyediakan satu
lembar sebagai lembar persetujuan tindakan medis. Keharusan adanya informed consent secara
tertulis yang ditandatangani oleh pasien sebelum dilakukannya tindakan medic dilakukan di sarana
kesehatan seperti rumah sakit atau klinik karena erat kaitannya dengan pendokumentasiannya ke
dalam catatan medik (medical record). Dengan demikian, rumah sakit turut bertanggungjawab
apabila tidak terpenuhinya persyaratan informed consent, maka dokter yang bersangkutan dapat
dikenakan sanksi administrasi

Menurut Soejatmiko8 melakukan tindakan tanpa disertai persetujuan tindakan medik merupakan
salah satu keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya tuntutan malpraktek pidana karena
kecerobohan. Informed consent baru diakui bila pasien telah mendapatkan informasi yang jelas
tentang tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya. Dalam pemberian informasi ini,
dokter berkewajiban untuk mengungkapkan dan menjelaskan kepada pasien dalam bahasa
sesederhana mungkin sifat penyakitnya, sifat pengobatan yang disarankan, alternatif pengobatan,
kemungkinan berhasil dan resiko yang dapat timbul serta komplikasi-komplikasi yang tak dapat

52
diubah. Pasien dapat saja menolak memberikan persetujuan setelah diberikan informasi melalui
informed consent, penolakan tersebut dikenal dengan istilah informed refusal. Hal ini dapat
dibenarkan berdasarkan hak asasi seseorang untuk menentukan apa yang hendak dilakukan
terhadap dirinya. Untuk informed refusal maka pasien harus memahami segala konsekuensi yang
akan terjadi pada dirinya yang mungkin timbul akibat penolakan tersebut dan tentunya dokternya
tidak dapat dipersalahkan akibat karena penolakan tersebut. Untuk penolakan tersebut maka
dilakukan penandatangan oleh pasien pada lembar Penolakan Tindakan Kedokteran.

Informed Consent sebagai Bukti Tertulis


Meskipun hanya selembar kertas tetapi Iembar Informed consent yang telah ditandatangani dapat
dijadikan bukti di pengadilan apabila terjadi tuntutan hukum di kemudian hari. Sehubungan dengan
itu, salah satu cara yang dilakukan untuk melindungi kepentingan dokter terhadap tuntutan pasien,
maka di dalam bentuk informed consent secara tertulis dicantumkan syarat bahwa dokter tidak
akan dituntut di kemudian hari. Syarat yang dimaksud adalah pasien menyadari sepenuhnya atas
segala resiko tindakan medic yang akan dilakukan dokter, dan jika dalam tindakan medik itu
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, maka pasien tidak akan mengadakan tuntutan apapun ke
pengadilan di kemudian hari Seiring dengan perkembangan informed consent, kelengkapan
berkas administrasi rumah sakit semakin disediakan seperti: Surat Pernyataan Persetujuan
Pengobatan, Surat Pernyataan Persetujuan Operasi dan Anastesi, Surat Pernyataan Dirawat di Unit
Khusus, dan sebagainya. Menurut Appelbaum untuk menjadi doktrin hukum, maka Informed
consent harus memenuhi syarat, sebagai berikut: (1) Adanya kewajiban dari dokter untuk
menjelaskan informasi kepada pasien; (2) Adanya kewajiban dari dokter untuk mendapatkan izin
atau persetujuan dari pasien, sebelum dilaksanakan perawatan.

Informed consent termasuk bidang Hukum Kedokteran, sebagai cabang Ilmu Hukum, sehingga
Hukum Kedokteran pun harus mengikuti sistematik Ilmu Hukum secara umum 10. Di dalam Ilmu
Hukum dikenal tiga macam sanksi yaitu sanksi Administratif, sanksi Perdata (ganti kerugian), dan
sanksi Pidana (hukum badan, denda). Dan masih ada sanksi di bidang Etik dan Disiplin yang
termasuk wewenang organisasi profesi secara intern yang tidak dicampuri oleh hukum. Jika
seorang dokter tidak memperoleh persetujuan tindakan kedokteran yang sah, maka dampaknya
adalah bahwa dokter tersebut akan dapat mengalami masalah 11:

 Hukum Pidana
Menyentuh atau melakukan tindakan terhadap pasien tanpa persetujuan dapat dikategorika
n sebagai “penyerangan” (assault). Hal tersebut dapat menjadi alasan pasien untuk mengad
ukan dokter ke penyidik polisi, meskipun kasus semacam ini sangat jarang terjadi.
 Hukum Perdata

53
Untuk mengajukan tuntutan atau klaim ganti rugi terhadap dokter, maka pasien harus dapat
menunjukkan bahwa dia tidak diperingatkan sebelumnya mengenai hasil akhir tertentu dari
tindakan dimaksud padahal apabila dia telah diperingatkan sebelumnya maka dia tentu tida
k akan mau menjalaninya, atau menunjukkan bahwa dokter telah melakukan tindakan tanp
a persetujuan (perbuatan melanggar hukum).
 Pendisiplinan oleh MKDKI Bila MKDKI menerima pengaduan tentang seorang dokter ata
u dokter gigi yang melakukan hal tersebut, maka MKDKI akan menyidangkannya dan dap
at memberikan sanksi disiplin kedokteran, yang dapat berupa teguran hingga rekomendasi
pencabutan Surat Tanda Registrasi.

Penutup
Informed consent atau Persetujuan Tindakan Medis sangat penting sehingga para dokter harus
selalu melaksanakan sebaikbaiknya agar tuntutan hukum dari pihak pasien dapat dihindari. Jika
seorang dokter tidak memperoleh persetujuan tindakan kedokteran yang sah, maka dampaknya
adalah bahwa dokter tersebut akan dapat mengalami masalah, baik dari sisi hukum pidana, hukum
perdata, maupun pendisiplinan.

8.2 Public Health


54
PENDAHULUAN
Dewasa ini, kondisi sarana angkutan umum yang belum memadai membuat masyarakat lebih
memilih untuk membeli kendaraan pribadi sebagai sarana transportasi, dari pada harus
menggunakan sarana transportasi umum sebagai alat mobilitas dalam menunjang kehidupan
masyarakat. Pernyataan tersebut apabila dilihat dari sisi sosial budaya, keinginan seseorang untuk
memiliki kendaraan pribadi sedikit banyak dipengaruhi adanya pandangan bahwa memiliki
kendaraan bermotor mencerminkan status sosial di masyarakat (Hendratno, 2009: 449).
Hal tersebut terlihat dari perkembangan transportasi darat dari tahun ke tahun selalu meningkat
terutama transportasi kendaraan roda dua (sepeda motor) (Maspupa, 2014: 3). Meningkatnya
penggunaan sepeda motor, juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1) harga minyak mentah
yang mempengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia sejak tahun 2005.
Ketika harga BBM tidak menentu, masyarakat cenderung akan memilih kendaraan yang hemat
BBM. (2) Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. (3) Mahalnya harga tarif
angkutan umum yang tidak sebanding dengan keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya
(Yogatama, 2013: 2). Akan tetapi, kepemilikan kendaraan pribadi tersebut tidak disertai dengan
tingkat disiplin dalam berkendara pada masyarakat. Lemahnya kesadaran masyarakat terhadap
peraturan berlalu-lintas terlihat dari rendahnya tingkat kedisiplinan masyarakat dalam berkendara,
sehingga melahirkan budaya tidak disiplin pada masyarakat. Kurang sadarnya masyarakat
dalam hukum berlalu-lintas dapat dilihat dalam perilaku seperti semakin meningkatnya
pelanggaran lalu lintas oleh pengendara motor. Perilaku ketidakdisiplinan masyarakat dalam
berlalu-lintas seperti mengendarai kendaraan melebihi batas kecepatan yang ditentukan, menerobos
lampu lalu lintas, melewati marka pembatas jalan, tidak melengkapi alat keselamatan seperti
halnya tidak menggunakan helmet, spion, lampu- lampu kendaraan, ketidaklengkapan surat- surat
kendaraan bermotor, tidak taat membayar pajak, menggunakan kendaraan tidak layak pakai.

Pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi juga melibatkan cara pengendara yang “menerabas
antrian kendaraan, berkendara zigzag dengan kecepatan tinggi, beberapa kali pernah menerabas
lampu lalu lintas, dan melanggar rambu yang dilarang menikung” (Hendratno, 2009: 499).
Permasalahan tersebut sampai saat ini selalu dihadapi oleh para penegak hukum. Hal itu sudah
dianggap biasa dan menjadi kebiasaan masyarakat. Tatkala para pengguna kendaraan di Indonesia
dibandingkan dengan negara-negara maju yang secara keseluruhan sudah mampu menciptakan
budaya disiplin dalam tatanan kehidupan. Hal tersebut yang menjadikan titik tolak pentingnya
menciptakan budaya disiplin sebagai penunjang dalam meningkatkan kebermaknaan kehidupan
sosial. Keadaan masyarakat yang seperti itu dijelaskan sesuai dengan yang digambarkan Chapin
(1974: 9).

55
What individuals actually do in their daily routine is the result of a complex and variable mix of
incentives and constraints serving to mediate choice, often functioning in differentially lagged
combination, with some activities directly traceable to positive choice, and some attributable to
negative choice in the sense that constraints over shadow opportunities for choice.

Kondisi lain digambarkan Emile Durkheim (Hendratno, 2009; Merton, 1967), perilaku kendaraan
seperti di atas, diistilahkan sebagai anomie, berpudarnya pegangan pada kaidah-kaidah yang ada
menimbulkan keadaan yang tidak stabil, dan keadaan tanpa kaidah. Perilaku menyimpang (deviant
behavior) terjadi apabila manusia mempunyai kecenderungan untuk lebih mementingkan suatu
nilai sosial budaya, daripada kaidah-kaidah yang ada untuk mencapai cita-cita atau kepentingan.
Banyak permasalahan yang timbul dengan lemahnya budaya disiplin pada masyarakat, yang
pelanggarannya dalam berlalu lintas kerap terjadi, pertikaian sesama pengguna jalan, saling adu
mulut, dan yang paling fatal munculnya korban jiwa akibat ketidaksiapan para pengguna jalan
dalam memahami peraturan lalu lintas.

Terjadinya pelanggaran lalu lintas salah satunya didasari oleh keberanian untuk melanggar karena
adanya mentalitas bahwa setiap masalah dapat diselesaikan secara “damai” dengan Polantas,
adanya budaya menerabas dan pudarnya budaya malu bahkan bagi sebagian orang menjadi
kebanggan tersendiri apabila dapat mengelabui Polantas atau melanggar rambu- rambu lalu lintas
(Hendratno, 2009: 501). Pernyataan tersebut dibenarkan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Hadiluwih (2006: 141) yaitu sikap mental dan disiplin pengguna jalan raya serta petugas lalu
lintas kurang terpuji sehingga muncul ketidakpatuhan yang diyakini dapat diselesaikan dengan
uang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Akbarto di Malang tahun 2009, dari 50
responden terdapat 28 responden (56%) menyatakan pernah melakukan suap pada Polantas guna
damai di tempat. Suap dilakukan dengan terang-terangan (67,9%), dan sembunyi- sembunyi
(32,1%).

Alasan untuk menyuap petugas sebab mudah (25%), cepat (71,4%), dan murah (3,6%). Mayoritas
alasan melakukan suap terhadap Polantas karena cepat dibandingkan penyelesaiannya dengan
perundang undangan. Hal tersebut tentu saja menjadi indikasi bahwa masih banyak penyimpangan
dan tindakan oknum polisi yang terjadi akibat budaya kerja belum berjalan sebagaimana mestinya
(Zam, 2013: 89).

Pasal 106 ayat (1) menyebutkan bahwa “setiap orang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan
wajib mengemudikan kendarannya dengan wajar dan penuh konsentrasi”. Selanjutnya dalam Pasal
283 disebutkan bahwa setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan secara tidak

56
wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan
gangguan konsentrasi dalam mengemudi di jalan. Sebagaimana Pasal 106 ayat (1), dipidana
dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan kurungan atau denda paling banyak Rp 750.000,00
(tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). Namun, masih banyak pengendara roda dua yang melakukan
kegiatan-kegiatan yang dilarang tersebut seperti menggunakan handphone.
Selain karena sarana dan prasarana, timbulnya kemacetan yang terdapat di kota- kota besar
diakibatkan bertambahnya jumlah kendaraan yang menjadi pemicu pengendara untuk melakukan
pelanggaran. Misalnya kendaraan roda dua yang menggunakan trotoar sebagai jalan pintas karena
jalan utama macet dan sebagainya. Hal yang memerlukan perbaikan demi ketertiban dalam lalu
lintas yaitu sarana dan prasarana lalu lintas yang masih terbatas, menajemen lalu lintas yang belum
berfungsi optimal, pelayanan angkutan umum penumpang yang belum memadai dan disiplin
pemakai jalan yang masih rendah (Budiarto dan Mahmudah, 2007: 6).
Kota Bandung merupakan salah satu kota besar yang menjadi pusat tujuan wisata baik wisatawan
lokal maupun mancanegara. Hal tersebut tentu saja mengundang semakin padatnya volume
kendaraan terlebih menjelang hari-hari libur. Pada saat yang bersamaan kerawanan untuk
terjadinya kecelakaan akan semakin besar.

KAJIAN PUSTAKA
Permasalahan mengenai lalu lintas di Indonesia secara umum meliputi pandangan dari segi
keamanan dan keselamatan para pengguna jalan raya, hal tersebut menjadikan permasalahan lalu
lintas sebagai hal yang harus segera dibenahi, melihat kondisi sekarang, lemahnya budaya disiplin
dalam berlalu-lintas masyarakat masih sangat rendah. Berdasarkan penelitian Anggarasena (2010:
84) yang berjudul “Strategi Penegakan Hukum Dalam Rangka Meningkatkan Keselamatan Lalu
Lintas dan Mewujudkan Masyarakat Patuh Hukum”, disebutkan kecelakaan lalu lintas di Indonesia
dapat digambarkan dari data dalam kurun waktu 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa kecelakaan
lalu lintas yang terjadi di Indonesia telah merenggut korban jiwa rata-rata 10.000 per tahun.
Penyebab kecelakaan yang terjadi khususnya di kota-kota besar 86% didominasi oleh faktor
manusia, sedangkan kendaraan 6%, faktor jalan 5,5% dan faktor lingkungan 2,5%. Kecelakaan lalu
lintas dapat juga disebabkan terjadinya pelanggaran lalu lintas oleh pengguna jalan seperti tidak
mentaati rambu-rambu lalu lintas, tidak safety riding (helm atau sabuk pengaman) ketika
berlalu-lintas, menggunakan kecepatan yang terlalu berlebihan dalam berkendaraan, dan
lain sebagainya. Sementara itu, upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dalam rangka
mewujudkan kepatuhan hukum masyarakat terhadap undang-undang lalu lintas belum
menunjukkan kesungguhan yang berarti. Hal tersebut terlihat dari lemahnya langkah- langkah
sosialisasi undang-undang lalu lintas sehingga tidak dilaksanakan dengan sebaik-baiknya”.

57
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Klavert (2007:57) yang berjudul “Kedisiplinan
Berlalu-lintas Mengemudi Angkutan Kota Di Kota Semarang Ditinjau Dari Persepsi terhadap
Penegakan Hukum Lalu Lintas”, menyatakan bahwa terdapat keterkaitan antara disiplin berlalu-
lintas dengan persepsi penegakan hukum dalam berlalu-lintas. Hal tersebut maksudnya, persepsi
penegakan hukum yang pasti dapat merubah kedisiplinan dalam berlalu-lintas yang terjadi pada
masyarakat saat ini. Sehingga dengan tegas dan sigapnya para penegak hukum dalam menindak
para pengguna kendaraan bermotor yang tidak taat dengan peraturan lalu lintas akan membuat
masyarakat menjadi disiplin dalam berlalu- lintas, kemudian menjadi suatu perilaku dan kebiasaan
yang pada akhirnya memunculkan kebudayaan yang taat dalam berlalu-lintas.

Selain itu, penelitian yang dilakukan di Kota Pontianak yang dilakukan oleh Putra, Suni dan
Hardilina (2013) menyebutkan bahwa kejelasan dan konsisten komunikasi Undang-Undang Nomor
22 tahun 2009 belum ditransmisikan dengan baik kepada mayarakat, masih banyak para pengguna
jalan yang belum mengetahui ketentuan berlalu-lintas serta perilaku berlalu-lintas yang tertib dan
aman. Sosialisasi baru sebatas pemberian informasi kepada masyarakat, tetapi belum mampu
merubah kesadaran masyarakat atau menanamkan kesadaran kepada masyarakat agar dapat
mematuhi dan melaksanakan budaya tertib berlalu-lintas. Dengan demikian, menurut Hendratno
(2009), banyaknya masalah yang belum terselesaikan, seperti kemacetan dan infrastruktur yang
buruk muncul dari perilaku masyarakat. Sehingga, masalah transportasi mesti dipecahkan melalui
pendekatan sosial-budaya selain perbaikan fisik.

Etika Berlalu-Lintas
Lalu lintas di dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan (Marzuki, 2009:
26). Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan
dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib, dan teratur nyaman dan efisien, mampu memadukan
moda transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan, untuk menunjang
pemerataan, penggerak dan penunjang pembangunan nasional dengan biaya yang terjangkau oleh
daya beli masyarakat (Kansil, 1995: 15).
Agar transportasi tersebut dapat digunakan sebagaimana mestinya, dibuatlah rambu lalu lintas
untuk memberikan petunjuk mengenai mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan
selama berkendara. Rambu-rambu lalu lintas tersebut merupakan bagian dari perlengkapan jalan,
yang dapat berupa lambang, angka, huruf, kalimat dan/atau perpaduan di antaranya sebagai
peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan. Rambu-rambu tersebut digunakan
untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh pemakai jalan (Kansil, 1995: 185).

58
Menurut Baron & Byrne (dalam Ayuningtyas dan Santoso, 2007: 5) kepatuhan merupakan bentuk
dari pengaruh sosial, yaitu individu diminta untuk melakukan sesuatu dan individu tersebut pun
melakukannya. Individu mematuhi suatu perintah karena figur yang memerintahkan memiliki
otoritas tertentu (Deaux, Dane & Wrightsman, 1993; Corsini, 2002: Bartoli, 2003). Figur otoritas
tidak hanya individu, tetapi juga dapat berupa suatu aturan, seperti hukum, kitab suci dan rambu-
rambu lalu lintas (Deaux, Dane & Wrightsman, 1993: Corsini, 2002).

Berdasarkan penjelasan di atas, Soekanto (1980: 76) melihat bahwa dari sudut kepatuhan pemakai
jalan raya, dibedakan dalam beberapa golongan. Pertama, Golongan yang mematuhi peraturan lalu
lintas, golongan yang benar-benar memahami manfaat kaidah-kaidah hukum dan keserasian
kaidah-kaidah hukum dengan nilai yang dianutnya. Kedua, golongan yang secara potensial
merupakan pelanggar. Golongan ini tampaknya taat pada kaidah-kaidah hukum, tetapi kepatuhan
itu sebenarnya sifatnya rapuh karena tergantung pada apakah penegakan kaidah- kaidah hukum
diawasi atau tidak. Ketiga, golongan yang secara nyata melanggar hokum. Terhadap golongan ini
diterapkan penjatuhan sanksi atau hukuman. Keempat, golongan bekas pelanggar. Golongan yang
sudah pernah melanggar dan dikenai sanksi serta hukuman.
Watanabe (1995: 47) secara ekstrim menilai tinggi rendahnya disiplin nasional suatu bangsa diukur
dari sejauh mana ketaatan masyarakat terhadap hukum lalu lintasnya di jalan raya. Pendapat
Watanabe tersebut mengandung arti bahwa disiplin lalu lintas adalah cermin disiplin dan budaya
bangsa (Tabah, 1991, 11-12).
Dari pemaparan di atas, penulis dapat menarik simpulan bahwa disiplin berkendara seseorang
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal dapat meliputi
dorongan yang muncul dalam diri seseorang untuk mentaati peraturan lalu lintas, sementara faktor
ekternal yaitu tekanan agar seseorang mentaati peraturan lalu lintas.

Internalisasi Budaya Tertib


Dalam beberapa pandangan, terdapat pengertian tentang pembudayaan. Salah satunya yang
disampaikan oleh Naping dalam Rahman (2010: 71) menjelaskan bahwa pembiasaan dapat
dipahami sebagai pembudayaan (internalization) dan pelembagaan (institusialization).
Makna pertama merujuk pada upaya penanaman suatu nilai, sikap, perasaan, pandangan dan
pengetahuan yang tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat kepada individu-individu
anggota kebudayaan bersangkutan. Sedangkan makna kedua menekankan pada aspek nilai, norma
dan perilaku yang disepakati secara bersama oleh individu dalam suatu konteks sosial,
mengendalikan dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan yang bersifat spesifik.

59
Huda (2009) menjelaskan bahwa proses pembudayaan merupakan upaya membentuk perilaku dan
sikap seseorang yang didasari oleh ilmu pengetahuan, keterampilan sehingga setiap individu dapat
memainkan perannya masing-masing. Proses pembudayaan terjadi dalam bentuk pewarisan tradisi
budaya dari satu generasi kepada generasi berikutnya dan adopsi tradisi budaya oleh orang yang
belum mengetahui budaya tersebut sebelumnya. Pewarisan tradisi budaya dikenal sebagai proses
enkulturasi (enculturation) sedangkan adopsi tradisi budaya dikenal sebagai proses akulturasi
(aculturation).
Kedua proses tersebut berujung pada pembentukan budaya dalam suatu komunitas. Proses
pembudayaan enkulturasi biasanya terjadi secara informal dalam keluarga, komunitas budaya suatu
suku, atau budaya suatu wilayah. Proses pembudayaan enkulturasi dilakukan oleh orang tua atau
orang yang dianggap senior terhadap anak- anak, atau terhadap orang yang dianggap lebih muda.
Sementara itu, proses akulturasi biasanya terjadi secara formal melalui pendidikan seseorang yang
tidak tahu, diberi tahu dan disadarkan akan keberadaan suatu budaya, dan kemudian orang tersebut
mengadopsi budaya tersebut.
Proses pembudayaan dapat dilakukan melalui internalisasi, sosialisasi, enkulturasi, difusi,
akultuasi, dan asimilasi.

Pertama, internalisasi, dari segi bahasa ialah berasal dari kata kerja internalize,…to make attitudes,
fellings, beliefs, etc fully part of one’s personality by absorbing them though repeated experience
of or exposure to them, (Hornby, 1995: 624). Pandangan lain menyatakan bahwa “internalisasi
adalah proses dengan mana orientasi nilai budaya dan harapan peran benar-benar disatukan dengan
sistem kepribadian” (Johnson, 1986: 124). Lebih lanjut, internalisasi dapat dipahami sebagai proses
pemantapan dan penanaman keyakinan, sikap, nilai pada diri individu sehingga nilai-nilai tersebut
menjadi perilakunya (moral behaviour) (Rohman,2012: 125).

Kedua, sosialisasi, secara luas sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses di mana warga
masyarakat dididik untuk mengenal, memahami, mentaati dan menghargai norma-norma dan nilai-
nilai yang berlaku dalam masyarakat (Soerjono, 1982: 140). Menurut Goslin (Ihromi, 2004: 30),
sosialisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, nilai-nilai dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam
kelompok masyarakatnya.

Ketiga, enkulturasi, Koentjaraningrat (2003: 145) mengemukakan bahwa proses enkulturasi


merupakan proses belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat, sistem norma,
dan semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang. Effendi dan Setiadi (2006: 146)
mengemukakan bahwa sejak kecil proses enkulturasi sudah dimulai dalam alam pikiran manusia,
mula-mula dari lingkungan keluarga, kemudian teman bermain, lingkungan masyarakat dengan

60
meniru pola perilaku yang berlangsung dala suatu kebudayaan. Karena itu, proses enkulturasi
disebut juga dengan pembudayaan.

Keempat, difusi kebudayaan merupakan proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan (ide-ide,


keyakinan, hasil-hasil kebudayaan, dan sebagainya) dari individu satu ke individu lain, dari suatu
golongan ke golongan lain dalam suatu masyarakat atau dari masyarakat ke masyarakat lain
(Koentjaraningrat, 1990: 224).
Kelima, akulturasi, Kontjaraningrat (1990: 248), akulturasi merupakan proses sosial yang timbul
apabila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-
unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan
asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Keenam, asimilasi, menurut Koentjaraningrat (1990: 225) asimilasi
merupakan proses sosial yang timbul bila terdapat golongan-golongan manusia dengan latar
belakang kebudayaan berbeda-beda, saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama sehingga
kebudayaan- kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan
juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi kebudayaan campuran.

Teori Perilaku Berkendara


Perilaku dapat dipahami sebagai suatu tindakan yang konkrit yang ada pada diri manusia yang
terwujud dari individu berupa suatu sikap dari anggota badan ataupun berupa ucapan secara
spontan tanpa direncanakan atau dipikiran dan tanpa paksaan (Thoha, 2002: 11).
Perilaku yang disebut juga tingkah laku menurut Natawidjaja (1978 : 16) adalah pernyataan
kegiatan yang dapat diamati oleh orang lain dan merupakan hasil perpaduan dari pemahaman
pengaruh-pengaruh luar dan pengaruh dalam. Kartono (1984: 3) menjelaskan perkataan tingkah
laku atau perbuatan mempunyai pengertian yang luas sekali yaitu tidak hanya mencakup moralitas
saja seperti berbicara, berjalan, lari-lari, berolah raga, bergerak dan lain-lain akan tetapi juga
membahas macam-macam fungsi seperti melihat, mendengar, mengingat, berpikir, fantasi,
pengenalan kembali, penampilan emosi-emosi dalam bentuk tangis atau senyum dan seterusnya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (dalam Guritno, 1997; Ayuningtyas, Guritnaningsih dan Santoso,
2007) perilaku manusia dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan niat. Adanya pengetahuan
terhadap manfaat dari suatu hal akan menyebabkan seseorang mempunyai sikap terhadap hal
tersebut. Kemudian sikap ini akan mempengaruhi niat seseorang untuk melakukan suatu kegiatan.
Kegiatan yang dilakukan inilah yang disebut perilaku. Selain itu, sebagian besar dari perilaku
organisme itu sebagai respon terhadap stimulus eksternal (Walgito, 2001). Dalam paradigma
perilaku sosial yang memusatkan perhatian antara individu dengan lingkungan
sosialnya. Menurut Homan (dalam Ritzer, 1985) melalui teori exchange, bahwa terjadinya

61
proses interaksi sosial timbul fenomena baru yang dapat diterangkan melalui pendekatan perilaku
(behavioral), bahwa satu fakta sosial menjadi penyebab dari fakta sosial yang lain.

Menurut Ali (1993:302) “kepatuhan hukum atau ketaatan hukum adalah kesadaran hukum yang
positif. Sementara itu ketidaktaatan hukum padahal yang bersangkutan memiliki kesadaran hukum,
berarti kesadaran hukum yang dipunyainya adalah kesadaran hukum yang negatif”. Kesadaran
hukum masyarakat tidak identik dengan kepatuhan atau ketaatan hukum masyarakat itu sendiri.
Hal tersebut dikarenakan kesadaran hukum yang dimiliki oleh masyarakat belum menjamin
masyarakat tersebut akan mentaati suatu aturan hukum atau perundang-undangan (Ali: 1993:300).

Berkaitan dengan hal tersebut, Rahardjo (2006: 81), mendefinisikan sebab ketidakpedulian
masyarakat terhadap hukum menjadi 3 (tiga), yaitu: “(1) kurangnya sosialisasi dari pemerintah
mengenai peraturan yang ada, baik peraturan lama maupun yang telah disempurnakan (baru).
Minimnya pengetahuan masyarakat akan hukum, juga merupakan salah satu penyebab pelanggaran
hukum, (2) hukum yang saat ini dirasakan terlalu bersifat kaku sehingga masyarakat seolah-olah
diperlakukan sebagai robot yang didikte dalam melakukan berbagai kegiatan.

Perilaku pelanggaran aturan lalu lintas didorong oleh sikap terhadap pelanggaran itu sendiri, sikap
terhadap hukum/aturan lalu lintas, sikap terhadap polantas, yang tentu memiliki implikasi di tiga
level individual, interpersonal, dan societal. Menurut Reason, Manstead, Stradling, Baxter, &
Campbell (dalam Junef, 2014: 54) bahwa tingkah laku berkendara yang tidak biasa (aberrant
driving behavior) dapat dibedakan menjadi tiga jenis: (1) lapses; mewakili problem perhatian dan
memori, umumnya dialami orang tua dan perempuan, kadang tidak berbahaya namun memalukan,
(2) error; mewakili kegagalan observasi dan penilaian, seperti tidak melihat rambu/kendaraan lain,
gagal belok, di mana tingkah laku ini lebih berbahaya dan semua pengendara mengalaminya, (3)
violations mewakili tingkah laku berkendara yang beresiko dan dilakukan dengan sengaja, seperti
mengebut dan menerabas lampu merah, di mana anak muda dan laki-laki cenderung lebih terlibat
dalam tingkah laku.

HASIL DAN KAJIAN FENOMENOLOGIS


Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Budaya Disiplin Bekendara Dalam publikasi resmi UN
WHO “Data systems: a road safety manual for decision- makers and practitioners”, mengutip Zero
(2008), “Ambitious road safety targets and the safe systemapproach” dijelaskan bahwa sebuah
sistem keselamatan (safe System) lalu lintas merupakan sebuah strategi dan pendekatan yang
sangat efektif dalam menciptakan lalu lintas yang lebih selamat bagi seluruh pengguna jalan.
Mobilitas manusia dan barang dengan kendaraan bermotor berkembang begitu pesatnya, hal ini
antara lain akibat peningkatan kesejahteraan dan kemajuan teknologi dibidang transportasi. Hal ini

62
berdampak pada munculnya berbagai permasalahan lalu lintas berupa pelanggaran, kemacetan dan
kecelakaan lalu lintas yang semakin meningkat dan kompleks dari waktu kewaktu apabila tidak
segera ditangani dan diantisipasi.
Upaya yang dapat dilakukan memecahkan masalah disiplin dalam lalu lintas yaitu diperlukan
pengendalian sosial (mechanism of social control), yang merupakan segala proses yang
direncanakan maupun tidak direncanakan untuk mendidik, mengajak atau bahkan memaksa para
warga masyarakat agar menyesuaikan diri dengan kaidah-kaidah dan nilai-nilai kehidupan
masyarakat yang bersangkutan (Soekanto, 2007: 179).
Pengendalian sosial tersebut dapat dilakukan melalui pembudayaan disiplin sebagai sikap dan
perilaku dapat dilaksanakan melalui pembinaan baik lewat jalur pendidikan formal, in-fomal
maupun
non-formal. Pendidikan formal dapat membiasakan disiplin melalui materi-materi yang terdapat
dalam persekolahan dan kebiasaan-kebiasaan yang diberlakukan dalam situasi dan kondisi
lingkungan sekolah. Melalui pendidikan in-formal, kedisiplinan dapat dilaksanakan melalui
pelatihan berkendara yang baik dan benar sesuai dengan prosedur peraturan yang berlaku, dan
dalam pendidikan non-formal dapat dilakukan melalui kedisiplinan yang dikembangkan dalam
keluarga.
Dengan adanya pembudayaan melalui
3 (tiga) jalur pendidikan tersebut, diharapkan terjadi pergeseran perilaku disiplin berlalu-lintas
masyarakat kepada arah yang lebih baik guna terciptanya suasana lalu lintas yang tertib dan
nyaman. Selain itu, agar penelitian ini implementatif dalam menunjang pemberlakukan peraturan
tentang berkendara, maka harus dikembangkan suatu model yang dapat mengakomodir semua
permasalahan yang berhubungan tentang lalu lintas secara umum, khususnya yang terjadi di kota-
kota besar.

DAFTAR PUSTAKA

18 Jul 2019 | Arif Putra


https://www.sehatq.com/artikel/macam-macam-sendi-pada-tubuh-manusia-beserta-fungsinya

63
Penulis SFI   July 11, 2019

https://www.sfidn.com/article/post/mengenal-sistem-otot-dan-fungsinya-bagi-tubuh
Isfandyarie, Anny. Malpraktek dan Resiko Medik dalam Kajian Hukum Pidana. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher, 2005

Kerbala, Husein. Segi-segi Etis dan Yuridis Informed Consent, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2000

Guwandi, J. Informed Consent & Informed Refusal, Jakarta: Fak. Kedokteran UI, 2006

Konsil Kedokteran Indonesia, Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran, Jakarta: Konsil


Kedokteran Indonesia, 2006

Loqman, Loebby. Tinjauan Hukum Pidana Terhadap Hubungan Tenaga Kesehatan


Dengan Konsumen/Pasien, Surabaya: 2000

Pabidang, Siswanto. “Pentingnya Informed Consent”, Tabloid BIDI, (10 September 2004)

Komalawati, Veronika. Peranan Informed Consent dalam Transaksi Terapeutik Suatu


Tinjauan Yuridis, Persetujuan Dalam Hubungan Dokter dan Pasien. Bandung: Citra Aditya Bakti,
1999

Anggarasena, B. 2010. Strategi Penegakkan Hukum dalam Rangka Meningkatkan


Keselamatan Lalu Lintas dan Mewujudkan Masyarakat Patuh Hukum. Tesis pada Program
Pascasarjana Universitas Dipenogoro. Tidak Diterbitkan.

Anggraini. D. 2013. Studi tentang Perilaku Pengendara Kendaraan Bermotor Di Kota


Samarinda dalam E-Journal Sosiatri-Sosiologi, 1 (1), 10-19.

Ayuningtyas, D.S.,Guritnaningsih, dan Santoso, A. 2007. Hubungan Antara Intensi untuk


Mematuhi Rambu- Rambu Lalu Lintas dengan Perilaku Melanggar Lalu Lintas pada Supir Bus 01
Jakarta. JPS. 13 (1). 1-14.

Baron, R.A., and Byrne, D. 1991. Social Psychology. Understanding Human Interaction,
Sixth Edition. Boton: Alyn and Bacon Inc.

64
Beninga, J. S. 1991. “Moral And Character Education In The Elementary School: In
Introduction”. Benninga,

J.S. (Penyunting). Moral, Character, And Civic Education In The Elementary School. New
York: Teachers College, Columbia University.

Boediningsih, W. 2011. Dampak Kepadatan Lalu Lintas terhadap Polusi Udara Kota
Surabaya. Jurnal Fakultas Hukum. 20 (20). 119-138.

Budiarto, A dan Mahmudah. 2007. Rekayasa Lalu Lintas. UNS Press: Surakarta.

Chapin F.S. Jr. 1974. Human Activity Patterns and the City: Things People Do in Time
and in Spice. Wiley. New York.

Chapin. F.S.Jr. 1974. Human Activity Patterns and the City: Things People Do in Time
and Space Wiley, New York, hlm.9. Lihat juga D.J. Walmsky, Urban Living; the Individual in the
City. John Wiley & Sons: New York

Daeng, H.J. 2000. Manusia Kebudayaan dan lingkungan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

65

You might also like