You are on page 1of 8

POLA PERGERAKAN DAN WILAYAH JELAJAH GAJAH SUMATRA

(Elephas maximus sumatranus) DENGAN MENGGUNAKAN GPS RADIO


COLLAR DI SEBELAH UTARA TAMAN NASIONAL TESSO NILO,
RIAU

Erwanda Trio Bintan Sabri, Haris Gunawan, Khairijon

Mahasiswa Program S1 Biologi


Bidang Ekologi, Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia
Erw4nda@gmail.com

ABSTRACT

The Sumatran Elephant is one of the largest land mammal species that exist on the
island of Sumatra which is currently critically endangered. The main threat for
Sumatran elephant conservation is the fragmentations of its habitat which have been
causing a conflict between elephants and humans. Tesso Nilo National Park is an area
used as the original habitat of the Sumatran elephants which has now undergone
encroachment. Conflicts between humans and elephants have become a much-talked-
about issue and a factor which cause the depletion of population of the Sumatran
elephant. This research aimed to determine the pattern of movement and the use of
space by Sumatran elephants in the habitat that has experienced disturbance by human
using GPS Collar and GIS technologies. The data of this research was acquired by
attaching a GPS Collar on the leader of the elephant clan and processed using excel
and arcGis program. This research was conducted from January 2013 to January 2014
in the northern part of Tesso Nilo National Park (TNTN). The results showed that the
daily movement pattern of the elephant was random with an area of 56.631 ha and
through several different land types. The elephant preferred a land type with more dense
canopy and less disturbance.

Keywords : GPS Collar, Home Range, Sumatran Elephant, Tesso Nilo,

ABSTRAK

Gajah Sumatra merupakan salah satu spesies mamalia darat terbesar yang ada di Pulau
Sumatra yang saat ini sudah berstatus kritis (critically endangered). Ancaman utama
bagi kelestarian gajah Sumatra adalah terfragmentasi dan hilangnya habitat, yang
menyebabkan satwa ini semakin sering terlibat konflik dengan manusia. Tesso Nilo
merupakan kawasan taman nasional yang diperuntukkan sebagai habitat asli gajah
Sumatera yang kini telah banyak mengalami perambahan. Konflik antar manusia dan
gajah saat ini telah menjadi isu yang banyak dibicarakan dan merupakan faktor yang

JOM FMIPA Volume 1 No 2 Oktober 2014 599


menyebabkan berkurangnya populasi gajah Sumatra. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan pola pergerakan dan penggunaan ruang oleh gajah Sumatra di habitat yang
telah mengalami gangguan oleh manusia dengan menggunakan teknologi GPS collar
dan GIS. Data Penelitian ini didapatkan dengan memasangkan GPS collar pada gajah
pemimpin klan dan data tersebut diolah dengan menggunakan program excel dan Arcgis
10.1. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2013- Januari 2014 di bagian utara
Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN). Hasil penelitian menunjukan pola pergerakan
harian gajah yang acak dengan luas wilayah 56.631 ha dan melalui beberapa tipe lahan
yang berbeda. Gajah lebih banyak berada pada tipe lahan yang memiliki kanopi yang
lebih rapat dengan sedikit gangguan.

Kata kunci : Gajah Sumatra, GPS Collar, Tesso Nilo, Luas Wilayah Jelajah

PENDAHULUAN habitat gajah . Namun kawasan Taman


Nasional Tesso Nilo telah banyak
Gajah Sumatra adalah spesies berubah, dengan meningkatnya
mamalia darat terbesar yang ada di perambahan dan ilegal logging yang
Pulau Sumatera yang saat ini sudah terjadi di dalam kawasan
berstatus kritis (critically endangered) mengakibatkan berkurangnya habitat
(IUCN, 2012). Satwa ini termasuk bagi gajah. Faktor utama terfragmentasi
dalam daftar spesies fauna yang dan hilangnya habitat gajah Sumatra
dilindungi baik pada tingkat nasional adalah deforestasi dan konversi lahan
maupun internasional. Gajah Sumatra hutan menjadi perkebunan, terutama
adalah salah satu dari sub-spesies gajah perkebunan kayu (hutan tanaman
Asia dan semua gajah Asia digolongkan industri/HTI) dan perkebunan kelapa
sebagai satwa terancam punah sawit. Daerah-daerah yang dulunya
(endangered) dalam daftar merah merupakan jalur yang biasanya dilalui
spesies terancam yang dirilis Lembaga oleh gajah kini telah menjadi lahan
Konservasi Dunia IUCN. Ancaman terbuka ataupun telah menjadi
utama bagi kelestarian gajah Sumatra perkebunan. Hal inilah yang memicu
adalah terfragmentasi dan hilangnya terjadinya konflik antara manusia dan
habitat (Desai dan Samsuardi, 2009), gajah. Sehingga perlu untuk mengetahui
menyebabkan satwa ini semakin sering pola pergerakan dan luas wilayah
terlibat dalam konflik dengan manusia. jelajah dari gajah sumatera. Penelitian
Akibat banyaknya konflik manusia-gajah ini bertujuan untuk menentukan pola
yang terjadi, diduga telah menyebabkan pergerakan dan penggunaan ruang oleh
populasi satwa ini mengalami gajah Sumatra di habitat yang telah
penurunan secara drastis. banyak mengalami gangguan oleh
Tesso Nilo merupakan kawasan manusia dengan menggunakan
taman nasional yang diperuntukkan teknologi GPS collar dan GIS dan
sebagai salah satu habitat asli gajah mengetahui jenis tutupan lahan apa saja
Sumatra. Berdasarkan penelitian yang yang dilalui oleh gajah Sumatra dengan
dilakukan oleh Abdullah (2002) taman kondisi kawasan yang telah mengalami
nasional Tesso Nilo dianggap sebagai banyak gangguan oleh manusia.
wilayah yang sangat ideal sebagai
JOM FMIPA Volume 1 No 2 Oktober 2014 600
METODE PENELITIAN dibagi menjadi empat kelompok kecil
yang memiliki tugas pokok masing-
A. Waktu dan Tempat masing. Kelompok pertama merupakan
kelompok inti yang bertugas untuk
Pemasangan GPS Collar dimulai membius gajah dan mengamankan
pada bulan Januari 2013 sampai Januari gajah yang akan dipasangi GPS Collar.
2014. GPS Collar dipasang pada salah Gajah dibius menggunakan senapan
satu klan Gajah yang ada di kawasan yang dapat menembakkan jarum suntik
Tesso Nilo bagian Utara. bius yang memiliki jarum sepanjang 5
cm yang sebelumnnya telah disterilkan.
B. Alat dan Bahan (Samsuardi 17 Oktober 2013,
komunikasi pribadi)
Alat yang digunakan pada Setelah gajah berhasil
pemasangan GPS Collar adalah senapan diamankan maka tim 1 akan memanggil
bius, obat bius, GPS, tali, kamera, tim 2 yang membawa GPS Radio Collar
penutup mata dan telinga untuk gajah, yang akan dipasangkan. Pemasangan
GPS Radio Collar, lembar data, akan dibarengi dengan pengecekan
termometer, meteran, dan perlengkapan kondisi gajah oleh dokter. Setelah
medis yang telah disediakan oleh dokter pemasangan selesai, dokter akan
hewan. menyuntikkan antidote untuk
Bahan yang digunakan adalah menyadarkan kembali gajah yang telah
Obat Bius yang biasa digunakan untuk dipasangai GPS Collar Tim 3 bertugas
membius gajah Sumatra. membawa logistik dan tim 4 bertugas
untuk mencari gajah yang telah
C. Cara Kerja diidentifikasi dan akan dipasangi GPS
Collar, ketika pemasangan, tim 3 dan 4
1. Pemasangan GPS Collar akan bergabung dengan tim 1 dan 2
untuk membantu selama pemasangan.
a. Identifikasi klan Gajah dan betina (Samsuardi 17 Oktober 2013,
dominan pemimpin klan. komunikasi pribadi)

Sebelum pemasangan dilakukan, 2. Monitoring


tim akan mengidentifikasi klan gajah
yang salah satu anggotanya akan Tim pemantau gajah kemudian
dipasangi dengan GPS Radio Collar. melakukan pemantauan secara triangulasi
Setelah didapatkan klan gajah tersebut, dengan menggunakan receiver untuk
maka tim akan menentukan gajah betina radio collar yang juga terpasang pada
tua yang dianggap sebagai pemimpin di GPS collar gajah. Tujuan pemantauan
dalam klan tersebut (Sukmantoro et al., dengan radio collar adalah apabila GPS
2011). collar tidak beroperasi, radio collar bisa
digunakan sebagai tambahan data atau
tujuan pula untuk memastikan dan
b. Pemasangan GPS Radio Collar
melihat kondisi lokasi jalur perjalanan
gajah betina dewasa yang telah dipasangi
Setelah gajah berhasil
GPS Collar. Kegiatan ini juga bertujuan
diidentifikasi, tim akan melakukan
untuk melihat lebih dekat habitat seperti
pemasangan GPS Collar. Pertama, tim
apa yang mereka lewati, pakan yang

JOM FMIPA Volume 1 No 2 Oktober 2014 601


mereka makan, dan perilaku mereka 3. Analisis Data
selama diapasangi GPS Collar tersebut,
hal ini dilakukan karena GPS Collar Sebaran spasial gajah sumatra yang
hanya mengirimkan data berupa titik- terdapat di Taman Nasional Tesso Nilo
titik koordinat keberadaan gajah di dilakukan dengan mengolah data
habitatnya yang di set sebanyak tiga informasi berupa titik-titik kordinat
kali selama satu hari yaitu pada jam yang dikirimkan ke satelit, data tersebut
04.00, 12.00, 20.00 waktu setempat. dimasukkan kedalam software
Tim monitoring akan membawa Microsoft Excel 2010. Data sebaran
sebuah Antena dan Receiver yang dapat spasial akan dipetakan dengan
menangkap gelombang Radio yang menggunakan program ArcGIS 10.1.
dipancarkan oleh GPS Radio Collar Estimasi home range populasi liar gajah
yang ada pada gajah, gelombang sumatra (Elephas maximus sumatranus)
tersebut akan terdeteksi pada receiver di Taman Nasional Tesso Nilo
apabila receiver berada pada daerah menggunakan metode Minimum
dalam radius 2 km dari GPS Radio Convex Polygon (Sukmantoro et al.,
Collar yang terpasang pada gajah. 2011) dan metode fixed kernel (FK)
Tim monitoring menggunakan (Sukmantoro et al., 2011)digunakan
metode triangulasi, yaitu suatu metode untuk melihat intensitas gajah di satu
yang digunakan untuk memperkirakan tempat.
posisi gajah. Tim akan menggunakan
antena untuk menangkap signal yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dikeluarkan oleh kalung GPS,
berdasarkan signal tersebut dilihat arah A. Hasil studi pergerakan dan Luas
datangnya signal dan dicatat lokasi serta wilayah jelajah gajah Sumatra
arah signal terkuat. Tim akan yang dipasangi GPS Collar
mengambil arah datangnya signal pada
tiga lokasi yang berbeda. Kemudian 1. Titik Persebaran gajah GPS
dipindahkan data tersebut ke dalam peta Collar
dan ditarik garis berdasarkan arah
datangnya signal, perpotongan dari a. Pergerakan gajah
ketiga garis tersebut merupakan
perkiraan posisi gajah sebelumnya. Pada pemasangan yang dilakukan
Selain untuk melihat keadaan pada tahun 2013 pada klan gajah yang
gajah dan GPS Radio Collar yang berada di daerah utara TN Tesso Nilo,
terpasang, tim juga akan membawa telah didapatkan data satelit sebanyak
buku yang berisi lembaran data yang 915 data selama satu tahun. Data yang
harus diisi selama melakukan didapatkan berupa titik koordinat lokasi
pengamatan di lapangan. Data tersebut gajah yang dikirimkan oleh GPS Collar
adalah data untuk triangulasi, tutupan yang telah terpasang ke satelit, GPS
lahan, luas kanopi, ada/tidaknya sumber Collar mengirimkan titik koordinat
air, konflik dan data lainnya yang sebanyak 3 kali dalam sehari. Data titik
penting. koordinat ini kemudian diolah
menggunakan program Arcgis untuk
mendapatkan tampilan secara spasial
dari pergerakan gajah Sumatra ini.

JOM FMIPA Volume 1 No 2 Oktober 2014 602


Gambar.1 Pergerakan Gajah Sumatra yang telah dipasangi GPS Collar di daerah Utara
Tesso Nilo pada tahun 2013-2104.

Pada gambar 1 kita dapat gangguan yang lebih rendah


melihat pergerakan dari gajah Sumatra dibandingkan di tempat lain.
yang telah dipasangi GPS Collar.
Pemasangan dilakukan diluar dari b. Sebaran titik koordinat
Taman Nasional, dapat kita lihat bahwa berdasarkan tutupan lahan
gajah hanya bermain di luar dari Taman
Nasional, tidak sekalipun masuk Gajah yang dipasangi dengan
kedalam Taman Nasional, hal ini GPS Collar bergerak atau berpindah ke
mungkin dikarenakan Taman Nasional berbagai tutupan lahan, dari 915 data
tidak masuk ke dalam wilayah jelajah titik koordinat yang didapatkan 296 titik
dari klan gajah tersebut. Pergerakan dari atau sekitar 32,35% dari seluruh titik
klan gajah ini setiap harinya terjadi terdapat di Hutan Lahan kering
secara acak, namun terdapat beberapa Sekunder, 86 titik (9,40%) terdapat di
lokasi dimana klan gajah hanya Hutan Rawa Sekunder, 242
berputar-putar dilokasi tersebut, titik(26,45%) terdapat di Hutan
berdasarkan hasil survey ke lokasi, hal Tanaman Industri (HTI), 186
ini dikarenakan lokasi tersebut memiliki titik(20,33%) terdapat di
sumberdaya, baik itu sumber air Semak/Belukar, 74 titik (8,09%)
maupun pakan dan juga tutupan kanopi terdapat di Semak/Belukar Rawa, dan
yang dibutuhkan oleh gajah, terlebih 31 titik (3,39%) sisanya terdapat di
lagi pada lokasi ini memiliki tingkat Tanah Terbuka. Proporsi antara titik

JOM FMIPA Volume 1 No 2 Oktober 2014 603


koordinat dan tutupan lahan dapat 2. Luas Wilayah Jelajah berdasarkan
dilihat pada tabel 1. Minimum Convex Polygon (MCP)
Dari beberapa jenis tutupan lahan dari Gajah Sumatra yang
yang dilewati, ada beberapa tipe tutupan dipasangi GPS Collar
lahan yang banyak dilewati oleh gajah,
tutupan lahan yang paling banyak Dari hasil pemasangan GPS
digunakan oleh gajah adalah Hutan Collar pada klan gajah di bagian utara
Lahan Kering Sekunder (296 titik), TN Tesso Nilo, didapatkan hasil luasan
tutupan lahan ini merupakan habitat wilayah jelajah klan gajah tersebut
yang paling sesuai bagi gajah Sumatra adalah 56.631,85 ha atau 566,32 km2.
dikarenakan pada habitat ini masih Penentuan wilayah jelajah gajah adalah
terdapat banyak pakan yang disukai delineasi dan poligon dari titik-titik
oleh gajah dan juga habitat ini masih terluar pergerakan gajah yang terpasang
memiliki tutupan kanopi yang cukup GPS Collar dengan penentuan
padat sehingga melindungi gajah dari Minimum Convex Polygon (MCP)
sengatan matahari secara langsung . (gambar 2) (Sukmantoro et al., 2011).
Jenis tutupan lahan yang kedua Pada studi yang sama yang dilakukan
yang paling banyak digunakan oleh oleh sukmantoro pada tahun 2007
gajah adalah HTI (242). Jenis tutupan diketahui wilayah jelajah dari klan
lahan ini merupakan kawasan gajah di Tesso Tenggara adalah
monokultur yang diperuntukkan untuk 46.155,60 ha. Luas dari wilayah jelajah
keperluan komersil, terdapat dua jenis gajah bervariasi berdasarkan faktor-
yaitu tanaman Akasia dan tanaman faktor yang mempengaruhinya.
Eucalyptus. Salah satu alasan kuat Wilayah jelajah gajah afrika yang
mengapa gajah menggunakan HTI berada di taman nasional Manyara,
sebagai lintasannya adalah karena Tanzania hanya berkisar 14-52 km2,
perubahan tutupan hutan menjadi HTI yang kemungkinan disebabkan oleh
yang menjadikan kawasan adanya pembatas (Douglas-Hamilton,
terfragmentasi, dikarenakan 1972), sedangkan di daerah kering di
kebutuhannya yang banyak akan Kenya, telah dilaporkan bahwa luas
makanan, gajah tidak mungkin berada wilayah jelajah gajah melebihi 2000
pada satu tempat dalam waktu yang km2 (Leuthold, 1977).
lama. kurangnya aktivitas manusia yang
merupakan gangguan bagi gajah juga
mendorong gajah untuk menggunakan
wilayah ini.
Tabel 1. Sebaran titik koordinat Gajah Sumatra yang dipasangi GPS Collar pada
berbagai tutupan lahan.
Tutupan lahan Jumlah titik Persentase
Hutan Lahan Kering Sekunder 296 32.35%
Hutan Rawa Sekunder 86 9.40%
Hutan Tanaman Industri (HTI) 242 26.45%
Semak/Belukar 186 20.33%
Semak/Belukar Rawa 74 8.09%
Tanah Terbuka 31 3.39%
Grand Total 915 100.00%

JOM FMIPA Volume 1 No 2 Oktober 2014 604


Gambar 2. Luas wilayah gajah yang dipasangi dengan GPS Collar

Berdasarkan penelitian yang mempengaruhi ukuran jelajah, semakin


dilakukan oleh sitompul (2011), beragam suatu area, kemungkinan luas
diketahui bahwa tidak adanya hubungan jelajahnya akan semakin kecil karena
antara luas jelajah gajah bulanan atau gajah dapat menemukan kebutuhannya
jarak pergerakan dengan curah hujan, dalam area yang relatif sempit
hal ini dikarenakan curah hujan di (Sukumar, 1989).
Indonesia yang cukup tinggi setiap
tahunnya sehingga perbedaan yang KESIMPULAN
ditimbulkan tidak terlalu signifikan
Jarak dari sungai dan bekas jalan Pola pergerakan harian dari Gajah
logging memiliki efek yang kecil Sumatra pada penelitian ini selama 1
terhadap pergerakan gajah, tetapi tahun adalah acak dan memiliki luas
produktivitas vegetasi memang wilayah jelajah 56631.85 ha atau 566.32
mempengaruhi pergerakan gajah. km2. Tipe-tipe tutupan lahan yang
Walaupun dapat secara intuitif digunakan oleh gajah GPS Collar
diperkirakan bahwa luas pergerakan berdasarkan titik koordinat adalah
dari binatang akan meningkat sejalan Hutan lahan kering sekunder (296 titik),
dengan ukuran tubuh dan kebutuhan Hutan rawa sekunder (86 titik), Hutan
energi yang lebih besar (McNab, tanaman industri (242), semak/belukar
1963).pada area dimana air tidak (186 titik), semak/belukar rawa (74
merupakan sumber yang terbatas, titik) dan tanah terbuka (31 titik). Gajah
keberadaan makanan menjadi penentu lebih banyak berada pada tutupan lahan
dari ukuran luas jelajah, keberagaman yang memiliki kanopi yang lebih rapat
suatu habitat juga mungkin dengan sedikit gangguan.

JOM FMIPA Volume 1 No 2 Oktober 2014 605


UCAPAN TERIMAKASIH
Sitompul, A.F. . 2011. Ecology and
Erwanda Trio Bintan Sabri Conservation of Sumatran
mengucapkan terimakasih kepada Elephants (Elephas maximus
WWF Indonesia program Riau yang sumatranus) in Sumatra,
telah memberikan dukungan selama Indonesia Doctor of Philosophy
melaksanakan penelitian ini dan juga (February 2011), Environmental
terimakasih kepada bapak Wisnu Conservation . University of
Sukmantoro dan bapak Sunarto atas Massachusetts – Amherst.
bimbingannya selama saya
menyelesaikan penelitian ini. Sukmantoro W, Samsuardi, Sudibyo A,
Fadli N. 2011. Instalasi dan studi
DAFTAR PUSTAKA GPS Collar unutk Gajah
Sumatera (Elephas maximus
Abdullah 2002. Estimasi daya dukung sumatranus) di Taman Nasional
habitat gajah sumatera (Elephas Tesso Nilo, Provinsi Riau Tahun
maximus sumatranus 2007 dab 2009. [Unpublished]
Temminck) di kawasan hutan
Tesso Nilo, Riau. Laporan Sukumar, R. 1989. The Asian Elephant:
Penelitian, WWF Indonesia- Ecology and Management.
RECP. Cambridge University Press,
Cambridge.
Desai AA. & Samsuardi. 2009. Status of
Elephants In Riau Province,
Sumatra. WWF-Indonesia

Douglas-Hamilton, I. 1972. On the


ecology and behavior of the
African elephant. Unpublished
D.Phil. thesis, University of
Oxford.

IUCN. 2012. Sumatran Elephant


(Elephas maximus ssp.
sumatranus). :1-7.

Leuthold, W. 1977. Spatial organization


and strategy of habitat utilization
of elephants in Tsavo National
Park, Kenya. Zeitschrift fur
Saugetierkunde 42, 358-79

McNab, B. K. 1963. Bioenergetics and


the determination of home range
size. American Naturalist 97,
133-40

JOM FMIPA Volume 1 No 2 Oktober 2014 606

You might also like