You are on page 1of 10

Alfizar et al. (2011) J.

Floratek 6: 8 - 17

UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM OXYSPORUM


DENGAN PEMANFAATAN AGEN HAYATI CENDAWAN FMA
DAN TRICHODERMA HARZIANUM

Efforts to Control Wilt Disease Fusarium Oxysporum Using


Biological Agents Fungi FMA and Trichoderma Harzianum

Alfizar, Marlina, dan Nurul Hasanah

Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian


Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh

ABSTRACT

The objectives of the research were to determine effectiveness of antagonist


T. harzianum and fungi micorrhyze in suppressing growth of Fusarium oxysporum
on tomato. The research used a factorial completely randomized design, consisting
of sixteen combination treatments and three replications. The first factor was doses
of T. harzianum, consisting of four levels, i.e. 0, 15, 30, and 45 g.polybag-1. The
second factor was doses of micorrhyze, also consisting of four levels, i.e. 0, 5, 10,
and 15 g.polybag-1. Variables observe were incubation period, length of xylem
discoloration and percentage of wilting plant. The data were analyzed statistically
by analysis of variance. The least significant difference test (LSD) at the 0.05 level
was used to see the difference between the treatments. The results showed that
applications of fungi mycorhize and T. harzianum affected growth of F.
Oxysporum f sp. Lycopersici. The incubation period of F. oxysporum on tomato
was longer, 20.5 days when applied with mycorrhize 15 g.polybag-1 and T.
harzianum 45 g.polybag-1 compared to control 17.75 days. The length of xylem
discoloration was only 2.39 cm when treated with FMA 15 g.polybag-1 compared
to control 13.44 cm, while xylem discoloration was 6.56 cm when applied with T.
harzianum 45 g.polybag-1 compared to control 8.65 cm. Application of mycorrhize
15 g.polybag-1 and T. harzianum 45 g.polybag-1 caused a decreased percentage of
wilting plant. The percentage of wilting plant was 35 % when treated with FMA 15
g.polybag-1 compared to control 74.28% and 42.50% when treated with T.
harzianum 45 g.polybag-1 compared to control 54.64%. There was no interaction
between fungi mycorrhize and T. harzianum for xylem discoloration and
percentage of wilting plant.

Key word: Fusarium oxysporum f.sp, T. harzianum, FMA, biological control

PENDAHULUAN menginfeksi tanaman melalui luka


pada akar yang dapat menyebabkan
Fol merupakan salah satu penyakit layu pada tanaman tomat.
jamur tular tanah atau “soil-borne Patogen ini dapat bertahan hidup
pathogen”. Jamur ini menular mela- dalam tanah berupa klamidospora
lui tanah atau bahan tanaman yang dalam jangka waktu yang lama
berasal dari tanaman sakit, dan meskipun lahan tidak ditanami.

8
Alfizar et al. (2011) J. Floratek 6: 8 - 17

Patogen ini juga dapat menyerang tanaman inang, kecuali ditambahkan


pada semua stadia. Tanaman muda Trichoderma dalam jumlah persen
yang terserang menjadi busuk pada yang kecil.
bagian bawah batang, daun-daun layu Keberadaan FMA juga ber-
mengerut dan akhirnya mati sifat sinergis dengan bakteri pelarut
(Semangun, 1989). Semangun (1996) fosfat dan Trichoderma sp (Setiadi,
menyatakan bahwa patogen tular 1989). Penelitian mengenai penggu-
tanah dapat menimbulkan penyakit naan T. harzianum dan FMA untuk
pada tanaman sebelum berkecambah, menekan perkembangan jamur Fol
pada masa perkembangan, pada hingga saat ini masih perlu dilaku-
waktu tanaman masih muda atau kan. Untuk mengetahui penggunaan
menjelang berbunga dan berbuah. T. harzianum yang dipadukan
Daur hidup Fusarium dengan mikoriza dalam menekan
oxysporum mengalami fase pato- perkembangan Fol pada tanah yang
genesis dan saprogenesis. Pada fase ditanami tomat, maka perlu dilakukan
patogenesis, jamur hidup sebagai penelitian.
parasit pada tanaman inang. Apabila Penelitian ini bertujuan untuk
tidak ada tanaman inang, patogen mengetahui pengaruh FMA dalam
hidup di dalam tanah sebagai saprofit mengendalikan penyakit layu Fusari-
pada sisa tanaman dan masuk fase um oxysporum f. sp lycopersici pada
saprogenesis, yang dapat menjadi tanaman tomat yang diberi T.
sumber inokulum untuk menimbul- harzianum pada taraf yang berbeda.
kan penyakit pada tanaman lain.
Penyebaran propagul dapat terjadi
melalui angin, air tanah, serta tanah METODE PENELITIAN
terinfeksi dan terbawa oleh alat
pertanian dan manusia (Doolite et al., Penelitian dilakukan di Kebun
1961 dalam Winarsih, 1997). Percobaan dan Laboratorium Penya-
Pengendalian secara biologi kit Tumbuhan, Jurusan Hama Dan
sudah luas digunakan dengan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Perta-
menggunakan jamur-jamur saprofit nian Universitas Syiah Kuala Darus-
yang bersifat antagonis terhadap Fol salam Banda Aceh. Penelitian ini
di antaranya dengan menggunakan dimulai dari Maret sampai Agustus
fungi mikoriza arbuskula (FMA). 2008.
FMA sudah banyak diteliti sebagai Bahan yang digunakan dalam
agen antagonis terhadap beberapa penelitian ini adalah tanah lapisan top
patogen penyebab penyakit tanaman. soil dari kebun percobaan, inokulum
Potensi FMA sebagai agen antagonis T. harzianum, stater FMA, media
tergantung pada kondisi lingkungan. agar kentang (PDA), inokulum Fol,
Beberapa hasil penelitian menunjuk- bibit tomat varietas jelita (panah
kan bahwa perkembangan FMA tidak merah), dan bahan-bahan lainnya.
terjadi pada media yang tidak Alat yang digunakan adalah polibag
diinokulasi dengan Trichoderma spp. ukuran 10 kg, petridish, tabung
Komaryati (1993) dalam Winarsih reaksi, autoclave, timbangan, gelas
(1997) melaporkan bahwa pada ukur, alumunium foil, dan alat-alat
media tanpa inokulasi FMA, meski- lainnya.
pun ditemukan FMA, namun tidak Penelitian ini dilaksanakan
dapat berkembang dan menginfeksi dengan menggunakan Rancangan

9
Alfizar et al. (2011) J. Floratek 6: 8 - 17

Acak Lengkap (RAL). Perlakuan spora.ml-1 sedalam kurang lebih 3


yang dicobakan adalah 16 dosis cm. Untuk menjaga kelembaban dan
kombinasi mikoriza dengan Tricho- menghindari kontaminasi, tanah yang
derma yang masing-masing diulang sudah diinokulasi ditutup dengan
tiga kali sehingga terdapat 48 satuan plastik transparan selama 7 hari.
unit percobaan. Dosis FMA yang
dicobakan 0,0; 0,5; 10; dan 15 gram
per polibag, sedangkan dosis HASIL PENELITIAN
Trichoderma adalah 0,0; 15; 30; dan
45 gram per polibag. Seluruh data Masa Inkubasi
pada setiap peubah dianalisis secara Aplikasi FMA dan
statistik dengan analisis sidik ragam Trichoderma harzianum berpengaruh
dan dilanjutkan dengan uji BNT 0,05. terhadap masa inkubasi Fusarium
Peubah yang diamati adalah masa oxysporum (Fol) pada tanaman tomat.
inkubasi Fol, panjang xylem disko- Rata-rata masa inkubasi Fol lebih
lorasi, dan persentase tanaman layu. cepat apabila tidak diaplikasi dengan
Perbanyakan inokulum Fusa- T. harzianum dan FMA. Tabel 1 di
rium oxysporum f. sp lycopersici bawah menunjukkan bahwa ada
dilakukan dalam media PDA sampai kecenderungan semakin tinggi dosis
didapatkan biakan murni. Tricho- T. harzianum dan FMA maka
derma diperbanyak di dalam media semakin lama masa inkubasi Fol.
beras setengah matang dalam Terdapat interaksi antara FMA
kantong plastik. Bibit yang ditanam dengan T. harzianum terhadap masa
adalah bibit yang sudah berumur 1 inkubasi penyakit layu Fol. Artinya
bulan atau tingginya lebih kurang 10 aktivitas FMA dalam memperpanjang
cm. Pemberian FMA dan T. Harzia- masa inkubasi sangat bergantung
num diberikan bersamaan dengan pada T. harzianum. Rata-rata masa
waktu pemindahan bibit tomat ke inkubasi penyakit layu Fusarium
dalam polibag sesuai dengan dosis oxysporum adalah 20,50 hari pada
masing-masing. FMA dan Tricho- dosis 45 g. Polibag-1 FMA dan 15
derma diberikan pada lubang tanam. gram.polibag-1 T. harzianum,
Inokulasi Fol dilakukan 7 sedangkan masa inkubasi pada
HST dengan cara membenamkan perlakuan kontrol lebih singkat yaitu
patogen ke dalam tanah sebanyak 14,17 hari.
1 gram yang mengandung 106

Tabel 1. Pengaruh pemberian T. harzianum dan FMA terhadap masa inkubasi


Dosis Trichoderma Dosis FMA (g.polibag-1)
(g.polibag-1) 0,0 0,5 10 15
0,0 14,17 a 15,67 b 16,42 a 17,75 a
15 14,42 b 15,42 a 16,67 b 18,58 b
30 14,67 c 15,42 a 17,33 d 19,42 c
45 15,08 d 16,08 c 17,08 c 20,50 d
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji BNT taraf 0,05.

Pada perlakuan tunggal tinggi dosis FMA maka semakin


(Grafik 1) terlihat bahwa semakin lama masa inkubasi Fol. Pada dosis

10
Alfizar et al. (2011) J. Floratek 6: 8 - 17

15 g.polibag-1 FMA, masa inkubasi menjadi lebih lama seiring dengan


mencapai 19 hari dibandingkan bertambahnya dosis Trichoderma.
perlakuan kontrol 14,59 hari. Hal Pengaruh aplikasi T. harzianum dan
yang sama juga berlaku pada FMA terhadap masa inkubasi Fol
perlakuan tunggal T harzianum dapat dilihat pada Grafik 1 dan 2 di
(Grafik 2) dimana masa inkubasi Fol bawah ini.
Masa inkubasi (hari)

19.06
16.88
15.65
14.59

0 5 10 15
Dosis FMA (g.polibag-1)

Grafik 1. Masa inkubasi Fol akibat aplikasi FMA

17.19
Masa inkubasi (hari)

16.71

16.27
16

0 15 30 45
Dosis Trichoderma (g.polibag-1)

Grafik 2. Masa inkubasi Fol akibat aplikasi T. harzianum

Sebagai simbiot, FAM akan ini sukar ditembusi oleh jamur


menginfeksi akar tanaman tomat dan pathogen Fol. Sebaliknya, antagonis
masuk ke dalam jaringan sel akar dan T. harzianum menekan
membentuk jaringan hartik. Jaringan perkembangan patogen dengan

11
Alfizar et al. (2011) J. Floratek 6: 8 - 17

berbagai cara seperti antibiosis, para- diferensiasi tanaman, kecepatan


sitisme dan kompetisi (Papavizas, tumbuh, proses fisiologi dari sel
1985). Menurut Agrios (1997) tanaman akan mempengaruhi
kondisi lingkungan yang mendukung kesiapan tanaman untuk tumbuh
pertumbuhan tanaman dan kurang dengan baik dan bertahan terhadap
mendukung bagi perkembangan serangan patogen.
patogen akan memperlambat masa
inkubasi, sehingga patogen Panjang xylem diskolorasi
membutuhkan waktu lebih lama Aplikasi FMA dan T. harzianum
untuk menginfeksi tanaman. Hal ini berpengaruh terhadap panjang xylem
sesuai dengan pendapat Widodo diskolorasi. Pada perlakuan tunggal
(1993) dalam Nurlia Farida, 2004, (Grafik 3 dan 4), terlihat bahwa
yang menyatakan bahwa patogen aplikasi T. harzianum dengan FMA
sukar melakukan penetrasi ke dapat menghambat terjadinya infeksi
tanaman dan menimbulkan penyakit Fol pada akar tanaman sehingga
apabila sistem perakaran terkuasai FMA dapat menekan terbentuknya
antagonis. panjang xylem diskolorasi. Peng-
Selanjutnya Mosse (1973) hambatan terjadinya xylem disko-
menyatakan bahwa, FMA lorisasi sangat tergantung juga pada
memperbaiki pertumbuhan tanaman dosis dan kehadiran bersama FAM
dengan jalan meningkatkan dan T. harzianum. Semakin tinggi
penyerapan hara dalam tanah dosis pemberian FAM dan Tricho-
terutama fosfor baik yang tersedia derma maka semakin pendek panjang
maupun suplai dari pupuk. xylem diskolorasi yang terbentuk,
Penggunaan FMA telah terbukti bahkan ada beberapa tanaman yang
mampu meningkatkan pertumbuhan tidak terinfeksi oleh Fol sehingga
dan kualitas tanaman kehutanan. tidak terjadi xylem diskolorasi.
FMA seperti Glomus fasciculantum, Kehadiran bersama FAM dan
G. intradices, dan Gigaspora Trichoderma dapat menekan terja-
margarita, selain memberikan efek dinya xylem diskolorasi. Pada
secara langsung terhadap patogen, perlakuan FMA diskolorasi akar
juga dapat meningkatkan terpendek 2,39 cm terdapat pada
pertumbuhan, kesehatan dan perlakuan FMA 15 g.polibag-1,
ketahanan tanaman yang sehat. sedangkan diskolorasi terpanjang
Terjadi kegiatan sel yang sempurna adalah terdapat pada perlakuan
yaitu pembelahan sel di jaringan kontrol 13,44 cm. Sedangkan
meristem sehingga sel-sel tersebut perlakuan Trichoderma diskolorisasi
menjadi panjang dan banyak berisi akar terpendek 6,56 cm dibandingkan
air maupun unsur hara yang pada perlakuan kontrol 8,65 cm. Pada
akhirnya menyebabkan terjadinya pe- pengamatan ini tidak ada interaksi
ningkatan pertumbuhan dan perkem- yang nyata antara dosis T. harzianum
bangan tanaman (Dwijoseputro, dan FMA. Untuk lebih jelasnya
1984). Pendapat yang sama juga panjang xylem diskolorasi setelah
disampaikan Janik et al. (1969 dalam aplikasi FMA dan T. harzianum
Sulistianingsih et al. 1997) bahwa dapat dilihat pada Grafik 3 dan 4.

12
Alfizar et al. (2011) J. Floratek 6: 8 - 17

Panjang xylem diskolorasi (cm)


13.44

9.43

4.92

2.39

0 5 10 15
Dosis FMA (g.polibag-1)

Grafik 3. Panjang xylem diskolorasi akibat aplikasi FMA

8.65
Panjang diskolorasi (cm)

7.39 7.58
6.56

0 15 30 45
Dosis Trichoderma (g.polibag-1)

Grafik 4. Panjang xylem diskolorasi akibat aplikasi T. harzianum

Penggunaan antagonis T. harzianum yang sesuai bagi T. harzianum dalam


dapat menekan perkembangan pato- menekan populasi Fol di dalam
gen tular tanah sedangkan aplikasi tanah. Peningkatan populasi dan
FMA dapat menciptakan lingkungan aktivitas antagonis berpengaruh

13
Alfizar et al. (2011) J. Floratek 6: 8 - 17

positif terhadap tanaman karena yang berwarna putih yang menutupi


patogen berkurang sehingga pertum- kulit batang, bagian ini akan berubah
buhan dan perkembangan tanaman warna menjadi coklat hitam, sehingga
semakin baik, tidak hanya pada fase bila serangan berat perubahan sema-
vegetatif tetapi juga ketika memasuki kin besar dan panjang (Semangun,
fase generatif (Chongkapakorn & 1996).
Sivasithamparam, 1986 dalam
Yuflida dan Rustam, 2003). Persentase Tanaman layu
Perbedaan panjang xylem Analisis ragam menunjukkan bahwa
diskolorasi berkaitan dengan masa tidak ada interaksi antara pemberian
inkubasi. Semakin cepat masa inku- T. harzianum dengan FMA terhadap
basi maka semakin cepat pula Fol persentase tanaman layu. Akan tetapi,
melakukan infeksi pada pembuluh efek mandiri kedua faktor tersebut
xylem sehingga semakin panjang secara nyata mempengaruhi persen-
xylem diskolorasi. Infeksi Fol tase tanaman layu. Untuk lebih
dimulai dari perakaran kemudian jelasnya persentase tanaman layu
pada pangkal batang dan terus setelah aplikasi T. harzianum dan
menjalar ke bagian atas batang. Pada FMA dapat dilihat pada Grafik 5 dan
pangkal batang akan terbentuk hifa 6.

87.5
Persentase tanaman layu (%)

56.25

33.33 33.33

0 5 10 15
Dosis FMA (g.polibag-1)

Grafik 5. Persentase tanaman layu akibat aplikasi FMA

14
Alfizar et al. (2011) J. Floratek 6: 8 - 17

60.41
Persentase tanaman layu (%)
52.08 52.08
45.83

0 15 30 45
Dosis Trichoderma (g.polibag-1)

Grafik 6. Persentase tanaman layu akibat aplikasi T. harzianum

Pada grafik 5 dapat dilihat bahwa antara persentase tanaman layu


persentase tanaman layu terendah dengan masa inkubasi berbanding
terjadi pada pemberian FMA dengan lurus. Diduga bahwa bertambahnya
dosis 10,0 dan 15,0 g polybag-1 yaitu spora FMA mengakibatkan
33,33 persen dibandingkan tanpa rendahnya tingkat serangan Fol atau
pemberian FMA yaitu 87,50 persen. berkurangnya tingkat infeksi patogen.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa Infeksi patogen terjadi melalui akar
pemberian FMA selain dapat terutama melalui luka-luka pada akar
meningkatkan aktivitas jamur anta- yang terjadi akibat alat pertanian
gonis di dalam tanah juga dapat pada saat memupuk atau
menurunkan aktivitas Fol dalam membumbun. Pada akar yang tidak
merusak jaringan tanaman. Kondisi luka, jamur ini juga dapat
demikian dapat meningkatkan kom- menginfeksi melalui ujung akar,
petisi antara antagonis dengan dimana jamur berkembang di dalam
patogen di dalam tanah sehingga jaringan parenkim lalu menetap dan
menyebabkan kerugian bagi patogen berkembang dalam berkas pembuluh
(Santoso et al., 1997) (Semangun, 1996).
Grafik 6 menunjukkan bahwa Pemberian T. harzianum ke
semakin tinggi dosis T. harzianum dalam tanah sebagai antagonis mam-
yang diberikan, akan semakin pu menekan perkembangan patogen,
menekan patogen. Akibatnya ke- bahkan mencegah patogen untuk
mampuan patogen yang berkembang masuk ke dalam akar. Sivan et al.
semakin sempit sehingga persentase (1987) menyatakan bahwa setelah
tanaman layu semakin rendah. Hal ini pemberian T. harzianum ke dalam
sejalan dengan pengamatan terdahulu tanah, T. harzianum akan tumbuh dan
tentang masa inkubasi Fol. Hubungan berkembang terutama di sekitar

15
Alfizar et al. (2011) J. Floratek 6: 8 - 17

permukaan dan ujung akar sehingga Saran


menghambat terjadinya kontak dan 1. perlu dilakukan penelitian lebih
infeksi oleh patogen. Telah diketahui lanjut di lapangan tentang
bahwa T. harzianum merupakan pemberian FMA dan T.
jamur saprofit yang bersifat anta- harzianum pada musim hujan dan
gonistik terhadap jamur patogenik kemarau, dengan beberapa
dengan mengeluarkan enzim-enzim kombinasi dosis FMA dan T.
yang dapat mengakibatkan lisis pada harzianum rendah, sedang dan
patogen dan bersifat mikoparasitik. tinggi.
Harman et al. (1983 dalam Nurlia
Farida, 2004) menyatakan bahwa T. DAFTAR PUSTAKA
harzianum dalam mengendalikan
patogen tumbuhan menghasilkan Agrios. 1997. Plant pathology 4th ed.
enzim -(1-3) glukanase dan kitinase Academic Press, NewYork.
yang dapat mengakibatkan lisis pada Dwijoseputro, D. 1984. Pengantar
dinding sel. Sulistyowati et al (1995) Fisiologi Tumbuhan. PT Grame-
menambahkan selain mekanisme dia Pratama. Jakarta.
kompetisi dengan patogen, kemung- Mosse, B. 1973. The Role of
kinan lain yang dapat terjadi adalah Mycorrhiza In Phosphorus
peristiwa mikoparasitisme di dalam Solubilization Global Impacts of
tanah. Hal ini dapat terjadi Applied Mycrobilogy. Prosiding
mengingat T. harzianum pada media Fourth International Conference
agar mampu tumbuh lebih cepat dan in Sao Paulo, Brazilia, pp. 543-
mampu mengkolonisasi Fol. Semua 561.
mekanisme tersebut bekerja secara Nurlia, Farida. 2004. Pemanfaatan
sinergisme di dalam tanah, sehingga Trichoderma harzianum Dan
menghambat pertumbuhan Fol. Bahan Organik Pada Tanah
Entisol Untuk Menghambat
KESIMPULAN DAN SARAN Fusarium oxysporum Pada
Tanaman Tomat (Lycopersicum
Kesimpulan esculentum Mill). Tesis Program
1. FMA dengan dosis 15 g polibag-1 Pasca Sarjana Universitas Syiah
dan jamur antagonis T. harzianum Kuala (KSDL) Fakultas Perta-
pada dosis 45 g polibag-1 adalah nian. (Tidak Dipublikasikan)
dosis terbaik yang dapat digu- Papavizas, G.C. 1985. Trichoderma
nakan untuk mengendalikan Fol and Gliocladium: Biology,
pada tanaman tomat. Ecology and Potencial for Bio-
2. Pemberian FMA dapat mening- control. Ann. Rev. Phytopa-
katkan aktivitas jamur antagonis thology. 25:23-54.
T. harzianum di dalam tanah, Santoso, H., S.M. Sumarawas dan
sehingga persentase tanaman layu T.S. Yuliani. 1997. Pengaruh
semakin rendah seiring dengan beberapa jenis mulsa terhadap
meningkatnya pemberian dosis perkembangan penyakit hawar
FMA dan T. harzianum. daun tomat (Phytopthora
investans Mont) de Bary. Risalah
Kongres Nasional XIII dan
Seminar PFI: 503-506. Mataram.

16
Alfizar et al. (2011) J. Floratek 6: 8 - 17

Semangun, H. 1989. Penyakit- Sulistyowati, L., Sulistyorini, dan


Penyakit Tanaman Hortikultura Mulyadi. 1995. Antagonis jamur
Di Indonesia. Gadjah Mada Trichoderma sp. dengan jamur
University Press. Yokyakarta. Fusarium oxysporum f. sp
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu cubense pada tanaman pisang di
Penyakit Tumbuhan. Gadjah rumah kaca. Kongres Nasional
Mada University Press. XIII dan Seminar Ilmiah PFI :
Yokyakarta. 572-576.
Setiadi, Y. 1989. Pemanfaatan Winarsih, S. 1997. Uji Kemampuan
Mikroorganisme Dalam Ke- Tiga Isolate Jamur Saprofit
hutanan. Pusat Antar Universitas Dalam Menekan Pertumbuhan
– Bioteknologi, IPB. Bogor. Sclerotium rolfsii Pada Kacang
Sivan, A; O. Ucko & I. Chet. 1987. Tanah. Kongres Nasional XIV
Biological control of Fusarium 27-29 September Dan Seminar
crown rot of tomato by Ilmiah. Perhimpunan Fitopato-
Trichoderma harzianum under logi Indonesia (PFI). Palembang.
field conditions. Plant Disease Yuflida, A dan Rustam. 2003.
71 (7) : 587-592. Penggunaan beberapa jamur
Sulistianingsih, N., L. Sulistyowati, antagonis menekan pertumbuhan
Djajati, dan S. Santoso. 1997. jamur Sclerotium rolfsi Sacc,
Pengaruh Inokulasi jamur penyebab penyakit rebah
Trichoderma sp. terhadap kecambah bibit cabe. Pest
penyakit busuk batang vanili tropikal Journal. 1 (1); 20-22
oleh Fusarium batatis var
Vanilie Tucker. Risalah Kongres
Nasional dan Seminar Ilmiah PFI
25-27 September 1997.
Mataram. Hlm: 374-381.

17

You might also like